• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Anastesi 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Teknik Anastesi 1"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Teknik Anastesi

1. Anestesi Infiltrasi

Anestesi infiltrasi merupakan teknik anestesi lokal paling sering digunakan pada maxilaris. Pada teknik ini, larutan anestesi didepositkan pada permukaan supraperiosteal yang berhubungan dengan periosteum bukal dan labial. Larutan anestesi didepositkan di dekat serabut terminal dari saraf dan akan terinfiltrasi sepanjang jaringan untuk mencapai serabut saraf dan menimbulkan efek anestesi dari daerah terlokalisir yang disuplai oleh saraf tersebut. Teknik infiltrasi dapat dibagi menjadi :

1. Suntikan submukosa

Istilah ini diterapkan bila larutan didepositkan tepat dibalik membran mukosa.Walaupun tidak menimbulkan anestesi pada pulpa gigi, suntikan ini sering digunakan baik untuk menganestesi saraf bukal panjang sebelum pencabutan molar bawah atau operasi jaringan lunak.

2. Suntikan supraperiosteal

Pada beberapa daerah seperti maksila, bidang kortikal bagian luar dari tulang alveolar biasanya tipis dan dapat terperforasi oleh saluran vaskular yang kecil. Pada daerah-daerah ini bila larutan anestesi didepositkan di luar periosteum, larutan akan terinfiltrasi melalui periosteum, bidang kortikal, dan tulang medularis ke serabut saraf. Dengan cara ini, anestesi pulpa gigi dapat diperoleh melalui penyuntikan di sepanjang apeks gigi. Suntikan supraperiosteal merupakan teknik yang paling sering digunakan pada kedokteran gigi dan sering disebut sebagai suntikan infiltrasi.

(2)

3. Suntikan subperiosteal

Pada teknik ini, larutan anestesi didepositkan antara periosteum dan bidang kortikal. Karena struktur ini terikat erat, suntikan tentu terasa sangat sakit. Karena itu, suntikan hanya digunakan bila tidak ada alternatif lain atau bila anestesi superfisial dapat diperoleh dari suntikan supraperiosteal. Teknik ini biasa digunakan pada palatum dan bermanfaat bila suntikan supraperiosteal gagal untuk memberikan efek anestesi, walaupun biasanya pada situasi ini lebih sering digunakan suntikan intraligament.

4. Suntikan intraoseous

Seperti terlihat dari namanya, pada teknik ini larutan di depositkan pada tulang medularis. Prosedur ini sangat efektif bila dilakukan dengan bantuan bur tulang dan jarum yang di desain khusus untuk tujuan tersebut. Setelah suntikan supraperiosteal diberikan dengan cara biasa, dibuat insisi kecil melalui mukoperiosteum pada daerah suntikan yang sudah ditentukan untuk mendapat jalan masuk bagi bur dan reamer kecil. Kemudian dapat dibuat lubang melalui bidang kortikal bagian luar tulang dengan alat yang sudah dipilih.Lubang harus terletak di dekat apeks gigi pada posisi sedemikian rupa sehingga tidak mungkin merusak akar gigi geligi.

Jarum yang pendek dengan hub yang panjang diinsersikan melalui lubang dan diteruskan ke tulang, larutan anestesi 0,25 ml didepositkan perlahan ke ruang medularis dari tulang. Jumlah larutan tersebut biasanya cukup untuk sebagian besar prosedur perawatan gigi. Teknik suntikan intraoseous akan memberikan efek anestesi yang baik pada pulpa disertai dengan gangguan sensasi jaringan lunak yang minimal. Walaupun demikian, biasanya tulang alveolar akan terkena trauma dan cenderung terjadi rute infeksi. Prosedur asepsis yang tepat pada tahap ini merupakan keharusan.Pada prakteknya, dewasa ini sudah dipasarkan larutan anestesi yang efektif dan penggunaan suntikan intraligamentum atau ligamentum periodontal sudah mengurangi perlunya suntikan intraoseous dan karena itu, teknik suntikan intraoseous sudah makin jarang digunakan.

(3)

5. Suntikan intraseptal

Merupakan versi modifikasi dari teknik intraoseous yang kadang-kadang digunakan bila anestesi yang menyeluruh sulit diperoleh atau bila akan dipasang geligi tiruan immediet serta bila teknik supraperiosteal tidak mungkin digunakan. Jarum 27 gauge diinsersikan pada tulang lunak di crest alveolar. Larutan didepositkan dengan tekanan dan berjalan melalui tulang medularis serta jaringan periodontal untuk memberi efek anestesi.Teknik ini hanya dapat digunakan setelah diperoleh anestesi superfisial.

6. Suntikan intraligament

Teknik ini makin popular sejak 1980-an dan dewasa ini dianggap sebagai teknik pembantu untuk teknik yang lebih canggih. Teknik ini umumnya menggunakan syringe konvensional yang pendek dan lebarnya 27 gauge atau syringe yang didesain khusus untuk tujuan tersebut. Teknik ini mempunyai beberapa manfaat. Efeknya yang terbatas dimungkinkan dilakukannya perawatan pada satu gigi dan membantu perawatan pada kuadran mulut yang berbeda. Suntikan ini juga tidak terlalu sakit bagi pasien yang umumnya tidak menyukai “rasa bengkak” yang sering menyertai anestesi lokal. Suntikan ini juga mengurangi resiko trauma pada bibir dan lidah, dan tidak menimbulkan rasa kurang enak bagi pasien sehingga ia dapat makan, minum dan berbicara secara normal. Efeknya yang terlokalisir membuat teknik ini dapat digunakan sebagai suntikan diagnostik untuk mengidentifikasi sumber sakit.

2 Anestesi Blok

2.1Anestesi Blok pada Maxillaris 1. Anestesi Blok Nervus Infraorbital

Nervus infraorbital merupakan salah satu cabang terminal dari divisi maxillaris nervus trigeminus.Nervus ini mempersarafi kulit pipi, kulit dan mukosa dari bibir atas dan bagian hidung.Nervus alveolar superior anterior (ASA) memisahkan nervus infraorbital dalam kanal infraorbital sekitar 5 mm sebelum foramen infraorbital.Nervus ASA menyalurkan sensasi ke gigi incisivus atas dan gigi caninus dan kadang-kadang ke premolar dan jaringan periodontium bagian bukal, gingival dan mukosa serta tulang yang berhubungan dengan gigi-gigi

(4)

ini.Nervus MSA mempersafari pulpa dan jaringan yang bersebelahan dari gigi premolar maxillaris dengan akar mesiobukal dari molar pertama. Teknik infiltrasi maupun blok dapat menganestesi cabang terminal dari nervus ASA dan MSA. Teknik anestesi blok nervus infraorbital bergantung pada deposisi anestesi lokal ke dalam foramen infraorbital yang memungkinkan larutan anestesi berdifusi di sepanjang kanal infraorbitalis dan di sekitar tulang untuk mencapai nervus ASA dan MSA

Injeksi infraorbital diindikasikan jika peradangan dan infeksi merupakan kontraindikasi penggunaan anestesi infiltrasi di bagian anterior maxillaris, jika akan dilakukan pembukaan pada sinus maxillaris.

Untuk keperluan bedah mulut, injeksi ini dapat diberikan untuk menghindari penyuntikan ke dalam jaringan inflamasi di daerah gigi incisivus dan kaninus, tetapi dapat juga mencapai anestesi yang lebih mendalam untuk lesi yang lebih besar seperti kista

Teknik :

1. Sebaiknya menggunakan jarum panjang (35mm) tidak kurang dari 27 gauge.

2. Mintalah pasien untuk membuka mulut sedikit. 3. Menarik bibir atas dengan ibu jari tangan kiri.

4. Gunakan jari telunjuk untuk meraba foramen infraorbital secara ektraoral. Letakkan jari telunjuk di titik injeksi.

5. Mengarahkan jarum pada puncak sulkus bukal maxillaris di antara gigi premolar.

6. Arahkan jarum sejajar akar gigi premolar menghadap foramen infraorbital sampai berkontak dengan tulang, sekitar 15 sampai 20 mm.

7. Jarum ditarik sedikit, jika apsirasi negatif , suntikkan secara perlahan-lahan 1,5 ml larutan anestesi.

2. Anestesi Blok Nervus Alveolaris Superior Medial

Anestesi blok nervus alveolar superior medial digunakan pada prosedur dimana gigi premolar maxillaris atau akar mesiobukal dari molar pertama yang

(5)

memerlukan anestesi. Meskipun tidak selalu digunakan, teknik ini berguna apabila anestesi blok nervus alveolar superior posterior atau anterior atau anestesi infiltrasi supraperiosteal mengalami kegagalan untuk mencapai anestesi yang adekuat. Kontraindikasi anestesi ini yaitu inflamasi akut dan infeksi di daerah suntikan atau prosedur yang hanya melibatkan satu gigi dimana anestesi yang adekuat dapat diperoleh dengan anestesi infiltrasi. Teknik ini menggunakan jarum 25 atau 27 gauge.

Teknik :

Identifikasi puncak mukobukal fold di atas gigi premolar kedua maxillaris yang akan menjadi titik tusukan. Operator berdiri di arah antara pukul Sembilan dan sepuluh sedangkan operator yang kidal harus berdiri di arah antara pukul dua dan tiga.Menarik pipi dengan alat retraksi dan menginsersi jarum sampai ujung jarum berada di atas apeks dari gigi premolar kedua.Lakukan aspirasi dan depositkan larutan anestesi dua pertiga cartridge secara perlahan-lahan selama satu menit.Pelaksanaan teknik mengalami kesuksesan apabila menganestesi daerah pulpa gigi jaringan lunak dan tulang disekitar gigi premolar pertama dan kedua dan akar mesiobukal gigi molar pertama.

3. Anestesi Blok Nervus Alveolaris Superior Posterior

Nervus alveolar superior posterior merupakan percabangan dari divisi maxillaris dari nervus trigeminus.Yang merupakan bagian utama fossa pterygopalatinal, melewati inferior sepanjang dinding posterior maxillaris, dan masuk ke tulang sekitar satu cm ke superior dan posterior gigi molar ketiga.Nervus PSA mempersarafi gingival bagian bukal, jaringan periodontium, dan alveolus yang berhubungan dengan gigi molar atas. Nervus ini mempersarafi pulpa dari semua gigi molar atas dengan kemungkinan pengecualian pulpa mesiobukal dari molar pertama, yang dipersarafi oleh nervus alveolar superior medial (MSA) pada sebagian besar individu.

Anestesi blok ini dimaksudkan untuk menganestesi nervus alveolar superior posterior menembus aspek posterolateral dari tuberositas maxillaris

(6)

sebelum mencapai tulang. Dengan demikian, ada hubungan yang erat antara daerah suntikan dengan plexus venous pterygoid di bawah dan di atas dan dapat dengan mudah dimasuki jarum.

Injeksi blok nervus PSA dilakukan di daerah yang sangat vaskular, sehingga pembentukan hematoma sering terjadi, terutama ketika jarum masuk lebih dari 15 mm. Perdarahan segera dapat dikontrol oleh tekanan, tetapi setelah injeksi, trismus dapat berlangsung selama berminggu-minggu. Terapi antibiotik harus diresepkan jika hematoma membesar.

Teknik :

1. Gunakan jarum yang pendek atau panjang, tidak kurang dari 27 gauge. 2. Instruksikan pasien untuk sedikit membuka mulut, dan gerakkan

mandibula ke arah daerah injeksi.

3. Retraksi bibir dan pipi dengan ibu jari atau jari telunjuk dari tangan kiri. 4. Insersikan jarum pada puncak sulkus bukal maxillaris ke bagian distal dari

molar kedua.

5. Masukkan jarum ke posterior, superior, dan medial (dengan sudut 45o dari dataran oklusal) sampai kedalaman 15 mm.

6. Lakukan aspirasi.

7. Injeksikan 1.5 ml larutan anestesi secara perlahan-lahan. 4. Anestesi Blok Nervus Palatinal

Anestesi blok nervus palatinal berguna ketika perawatan diperlukan pada aspek palatal dari gigi premolar dan molar maxillaris. Nervus palatinal keluar dari kanal dan menuju ke depan antara tulang dan jaringan lunak palatal. Kontraindikasi teknik ini yaitu inflamasi akut dan infeksi di daerah suntikan. Teknik ini menggunakan jarum panjang 25 atau 27 gauge.

Teknik :

Pasien harus dalam posisi terlentang dengan dagu miring ke atas untuk memperlihatkan daerah yang akan dianestesi. Operator berdiri di arah jarum jam pukul delapan sedangkan operator yang kidal berdiri di arah jarum jam pukul

(7)

empat. Gunakan kapas, cari foramen palatinal dengan menempatkan kapas pada jaringan palatal sekitar 1 cm di medial diantara gigi molar kedua dan ketiga.

Daerah di sekitar satu atau dua millimeter di sebelah anterior foramen merupakan titik tusukan.Gunakan kapas, berikan tekanan ke daerah foramen sampai percabangan jaringan.Arah jarum suntik tegak lurus terhadap daerah suntikan hingga satu sampai dua millimeter dari anterior foramen.Sambil menjaga tekanan pada foramen, suntikkan larutan anestesi volume kecil sehingga jarum masuk ke jaringan sampai berkontak dengan tulang. Jaringan akan pucat di sekitar daerah suntikan.

Kedalaman penetrasi biasanya lebih dari beberapa millimeter.Sekali berkontak dengan tulang, lakukan aspirasi dan injeksikan larutan anestesi sebanyak seperempat cartridge (0.45 cc).Resistensi deposisi larutan anestesi secara normal dapat dirasakan operator.Teknik ini menganestesi mukosa palatal dan palatum keras dari premolar pertama aspek anterior ke posterior dari palatum keras ke garis tengah medial.

5. Anestesi Blok Nervus Nasopalatinal

Anestesi blok nervus nasopalatinal, yang juga dikenal sebagai anestesi blok incisivum dan anestesi blok sphenopalatinal, menganestesi nervus nasopalatinal secara bilateral. Teknik ini mendepositkan larutan di area foramen incisivum.Teknik diindikasikan ketika perawatan memerlukan anestesi aspek lingual dari beberapa gigi anterior. Teknik ini menggunakan jarum pendek 25 atau 27 gauge.

Teknik :

Pasien harus dalam posisi terlentang dengan dagu miring ke atas untuk memperlihatkan daerah yang akan dianestesi. Operator harus berdiri di arah jarum jam pukul Sembilan sedangkan operator yang kidal harus berdiri di arah jarum jam pukul tiga. Mengidentifikasi papilla incisivum. Daerah lateral secara langsung ke papilla incisivum merupakan daerah injeksi. Dengan kapas, tahan tekanan di

(8)

atas papilla incisivum. Menginsersi jarum arah lateral ke papilla dengan bevel berlawanan jaringan.

Masukkan jarum secara perlahan-lahan ke foramen incisivum sambil mendepositkan sedikit larutan anestesi dan mempertahankan tekanan pada papilla.Setelah berkontak dengan tulang, retraksi jarum sekitar satu millimeter, lakukan aspirasi, dan suntikkan seperempat cartridge (0.45cc) dari larutan anestesi selama tiga puluh detik.Keseimbangan jaringan sekitar dan pengendapan larutan anestesi adalah normal. Anestesi akan diberikan ke jaringan lunak dan keras dari aspek lingual gigi anterior dari distal dari gigi kaninus pada satu sisi ke sisi distal dari gigi kaninus di sisi yang berlawanan.

6. Anestesi Blok Nervus Maxillaris

Ada Tiga teknik yang digunakan untuk memblokir nervus maxillaris, salah satunya secara ekstraoral dan dua teknik secara intraoral. Teknik ekstraoral jarang digunakan dalam praktik klinis kedokteran gigi.

Secara intraoral, ada dua teknik untuk memblok nervus maxillaris yaitu pada tuberositas (mirip dengan anestesi blok nervus alveolar superior posterior) dan kanal palatinal. Meskipun sulit diprediksi dan cenderung menimbulkan komplikasi, prosedur pada tuberositas lebih mudah. Tujuan teknik ini secara langsung untuk mengarahkan jarum ke superior, medial, dan posterior sepanjang permukaan permukaan zygomatikum dan infratemporal dari maksilla masuk ke fossa pterygopalatinal. Dengan kedalaman 24 sampai 44 mm.

Injeksi intraoral maxillaris dilakukan dengan jarum terpasang dengan hub melengkung karena suntikan ini dapat dilakukan dengan mudah dengan jarum bersudut daripada dengan jarum lurus, khususnya jika ingin mencapai fisur sphenomaxillaris.Setelah pipi diretraksi, jarum diinsersi tinggi di mukobukal fold pada permukaan posterior yang cekung dari zigomatikum yang berlawanan dengan molar ketiga.yang merupakan lanjutan yang miring ke atas, ke dalam, dan sedikit ke belakang sampai 3 cm, yang berkontak dengan tulang. Dua milliliter dari larutan diinjeksikan.Selama 12 menit, daerah infraorbital dari wajah, termasuk bagian hidung dan sebagian bibir atas, menjadi mati rasa.Jika palatum mati rasa, ini merupakan tanda larutan anestesi telah terpenetrasi ke ganglion

(9)

sphenopalatinal.Dengan demikian sebagian maxillaris dapat teranestesi, termasuk sinus maxilaris. Jika palatum tidak mati rasa, dilakukan injeksi tambahan pada palatinal anterior dan foramen incisivum jika anestesi pada seluruh bagian maxillaris diinginkan.

Injeksi maxillaris ekstraoral lebih baik daripada secara intraoral karena secara intraoral, bibir dan pipi diretraksi, sehingga dapat saja terpotong dan memar.Selain itu, jarum diinsersi ke dalam permukaan yang steril.Anatomi landmark untuk insersi jarum ditemukan dengan meraba pinggiran superior dari lengkung zigomatikum ke tempat dimana terbentuk sudut siku-siku dengan tepi superior dari orbit.Sudut ini disebut sudut zygomatikum. Dari titik ini garis vertikal ditarik ke bawah 0.5 cm di bawah tepi inferior zygomatikum, yang merupakan tempat insersi jarum.

Setelah kulit steril dan siap, jarum diinsersi dengan gigi-geligi beroklusi. Beberapa tetes dari larutan anestesi dinjeksikan ke bawah kulit, kemudian jarum melewati pipi secara vertikal menuju otot bucinator dengan kedalaman 2 sampai 3 cm, selanjutnya berkontak dengan tulang. Sekarang jarum diarahkan sedikit lebih ke belakang melewati dinding posterior dari maxillaris.Setelah jarum dimasukkan 2 cm lagi, pengendapan tulang kembali terasa, permukaan anterior menjadi lebih lebar dari sphenoid di bawah foramen rotundum.Jarum telah masuk sedalam 5 cm, ditandai dengan karet disk. Dua millimeter larutan anestesi diinjeksikan, dan gejala anestesi akan dirasakanseperti yang digambarkan dalam teknik intraoral. Perlu dicatat bahwa dengan metode okular mengakibatkan gangguan seperti diplopia, kelopak mata melemah, dan dilatasi dari pupil yang terjadi dalam jangka waktu pendek dan beberapa pasien mengalami gangguan anestesi pada palatum lunaknya.

2.2 Anestesi Blok pada Mandibularis 1. Anestesi Blok Nervus Alveolaris Inferior

Anestesi blok nervus alveolar inferior merupakan salah satu teknik yang paling umum pada anestesi blok mandibula. Teknik ini sangat berguna ketika beberapa gigi dalam satu kuadran memerlukan perawatan.Target teknik ini adalah nervus mandibular yang berjalan ke medial ramus, yang masuk ke foramen

(10)

mandibular.Nervus lingual, mental, dan incisivum juga teranestesi.Teknik ini menggunakan jarum panjang 25 gauge.

Teknik direct. Ketika melakukan teknik anestesi blok nervus alveolar mandibula pada orang dewasa, jarum panjang (35mm) tidak lebih kecil dari 27 gauge yang mesti digunakan. Jarum panjang dianjurkan karena penetrasinya sampai 25 mm mungkin diperlukan, jarum tidak diinsersi sampai hub untuk menghindari patah jarum. Penting untuk mengoreksi “landmarking” dan dan melakukan tekniknya secara berurutan.

Injeksi ini akan menganestesi nervus alveolar inferior dan memblok nervus lingual. Jika membutuhkan anestesi lingual, jarum ditarik setengah dan aspirasi diulangi. Jika aspirasi negatif, larutan pada cartridge diinjeksi pada titik ini, dan jarum kemudian ditarik.

Teknik direct :

1. Letakkan ibu jari pada fossa retromolar, raba coronoid notch pada batas anterior ramus.

2. Letakkan jari telunjuk pada batas posterior ramus di tempat yang sama dengan ibu jari.

3. Beritahu pasien untuk membuka mulut dengan lebar.

4. Insersi jarum ke dalam mulut secara menyilang terhadap gigi premolar mandibula dari sisi yang berlawanan sejajar dengan dataran oklusal.

5. Tempatkan titik penetrasi dengan visualisasi bentuk V dari batas anterior ramus mandibula pada aspek lateral dan raphe pterygomandibular secara medial. Ramus diraba dan raphe muncul.

6. Penetrasi bentuk V dengan imajinasi pertengahan diantara setengah ibu jari. Masukkan jarum sampai berkontak dengan tulang, biasanya dengan kedalaman 20 sampai 30 mm.

7. Setelah mencapai tulang, tarik jarum sedikit (supraperiosteal) dan aspirasi. 8. Jika aspirasi negatif, injeksikan sekitar 1.5 ml larutan anestesi.

Teknik indirect. Teknik anestesi blok nervus alveolar inferior indirect dapat digunakan pada awal atau dapat digunakan sebagai alternatif jika teknik direct gagal. Teknik indirect mengatasi masalah kontak ridge internal oblique

(11)

mandibula, tetapi pergerakan jarum diperlukan dalam posisi yang benar. Orientasi pasien, membuka mulut, posisi tangan kiri operator dan peralatan sama saja dengan teknik direct. Titik penetrasi mukosa juga sama, pertengahan antara ramus dan raphe pterygomandibular pada titik tengah ibu jari dokter gigi. Syringediarahkan secara intraoral sepanjang dataran oklusal dari gigi premolar dan molar pada daerah yang akan diinjeksi. Setelah penetrasi mukosa, jarum disuntikkan 10 mm ke dalam jaringan.Syringe kemudian berayun di atas gigi premolar yang berlawanan sisi, kemudian metode selanjutnya seperti yang dijelaskan pada teknik direct.

2. Anestesi Blok Nervus Incisivum

Anestesi blok nervus incisivum jarang digunakan dalam praktik klinik meskipun sangat berguna pada perawatan yang terbatas pada gigi anterior mandibular dan tidak membutuhkan efek anestesi pada seluruh kuadran. Teknik ini hampir mirip dengan anestesi blok nervus mentale dengan satu langkah tambahan. Nervus mentale dan incisivum dianestesi dengan teknik ini.Kontraindikasi teknik ini yaitu inflamasi akut dan infeksi pada daerah injeksi. Teknik ini menggunakan jarum pendek 25 atau 27 gauge.

Teknik :

1. Mintalah pasien membuka sebagian mulut, atau ditutup selama injeksi. 2. Lebih baik menggunakan jarum pendek 27 atau 30 gauge.

3. Jarum langsung dari belakang apeks premolar kedua. 4. Jarum berkontak dengan tulang, lalu tarik jarum sedikit.

5. Setelah aspirasi, injeksikan 1.5 ml larutan anestesi secara perlahan-lahan. 6. Jangan memasukan jarum ke foramen mentale, karena dapat melukai nervus. 3. Anestesi Blok Nervus Mentale

Anestesi blok nervus mentale diindikasikan untuk prosedur yang berhubungan dengan jaringan lunak bukal anterior ke foramen mentale. Kontraindikasi teknik ini yaitu inflamasi dan infeksi akut pada daerah injeksi. Teknik ini menggunakan jarum pendek 25 atau 27 gauge.

(12)

Injeksi ini jarang digunakan karena bagian yang teranestesi lebih efektif dianestesi dengan injeksi pterygomandibular.Lokasi dan ukuran foramen mentale bervariasi, kadang-kadang terdapat dua foramen mentale. Injeksi ini secara intraoral diantara dan sedikit di bawah dua premolar.

Teknik :

Pasien harus dalam posisi setengah terlentang. Operator harus berdiri di arah jarum jam pukul delapan sedangkan operator yang kidal harus berdiri di arah jarum jam pukul empat. Daerah injeksi terletak di puncak mukobukal fold di atas foramen mentale. Foramen dapat diraba secara manual dengan tekanan jari di daerah mandibula bagian premolar. Pasien akan merasa sedikit tidak nyaman akibat palpasi ke foramen. Gunakan instrumen retraksi untuk meretraksi jaringan lunak. Jarum diarahkan ke foramen mentale dengan bevel menghadap tulang. Menembus jaringan lunak dengan kedalaman lima millimeter, aspirasi dan injeksi sekitar 0.6cc larutan anestesi. Pelaksanaan teknik ini dikatakan sukses apabila menghasilkan anestesi jaringan lunak bukal anterior ke foramen, bibir bawah dan dagu pada daerah injeksi.

4. Anestesi Blok Nervus Buccal

Anestesi blok nervus bukal, atau dikenal dengan anestesi blok bukal panjang atau buccinators, merupakan tambahan yang berguna pada anestesi blok nervus alveolar inferior ketika dilakukan manipulasi dari jaringan lunak bukal di regio molar mandibula. Titik target teknik ini adalah nervus bukal yang melalui ramus dibagian anterior. Kontraindikasi prosedur ini yaitu inflamasi dan infeksi akut pada daerah injeksi. Teknik ini menggunakan jarum panjang 25 gauge.

Nervus buccinators diblok pada titik tranversal batas anterior ramus.Yang muncul dari dalam prosessus coronoid dari mandibula dan melintasi ramus setinggi molar atas dalam posisi mulut terbuka.Daerah injeksi terbaik pada tinggi ini dan masuk ke dalam jaringan yang menutupi tepi anterior coronoid.Sekitar satu ml larutan anestesi diinjeksikan. Efek anestesi dicapai setelah 5 menit.

(13)

Teknik :

Pasien berada dalam posisi setengah terlentang. Operator harus berdiri di arah jarum jam pukul delapan sedangkan operator kidal harus berdiri di arah jarum jam pukul empat. Mencari sisi yang paling distal gigi molar pada sisi yang dirawat.Jaringan di bagian distal dan bukal di gigi molar terakhir merupakan daerah injeksi.Menggunakan instrument retraksi untuk meretraksi pipi. Bevel jarum menghadap tulang dan syringe di arahkan sejajar bidang oklusal pada daerah injeksi. Jarum diinsersi ke dalam jaringan lunak dan beberapa tetes larutan anestesi disuntikkan.Jarum dimasukkan sekitar satu atau dua millimeter sampai berkontak dengan tulang. Setelah berkontak dengan tulang dan aspirasi negatif, 0.2 cc larutan anestesi lokal didepositkan. Jarum ditarik dan ditutup kembali.Pelaksanaan anestesi dikatakan sukses apabila menghasilkan efek anestesi pada jaringan lunak bukal dari daerah molar mandibula.

5. Anestesi Blok Vazirani-Akinosi Closed-Mouth

Anestesi blok nervus mandibula Vazirani-Akinosi closed mouth merupakan teknik yang berguna untuk pasien yang sulit membuka mulut seperti trismus atau ankylosis temporomandibular joint. Kesulitan membuka mulut merupakan kontraindikasi teknik anestesi blok nervus alveolar inferior dan teknik Gow-Gates yang membutuhkan pasien membuka mulut secara maksimal. Keuntungan lainnya dari teknik ini yaitu resiko trauma yang minimal dari nervus alveolar inferior, arteri, vena dan otot pterygoid, tingkat komplikasi yang rendah dan ketidaknyamanan yang minimal dari injeksi. Kontraindikasi teknik ini yaitu inflamasi dan infeksi akut pada ruang pterygomandibular, cacat atau tumor pada regio tuberositas maxillaris atau ketidakmampuan untuk memvisualisasikan bagian medial ramus. Teknik ini menggunakan jarum panjang 25 gauge.

Teknik :

1. Injeksi ini dilakukan pada mulut tertutup. Posisi pasien meiring 45o dengan gigi geligi beroklusi. Ibu jari yang bebas digunakan untuk merefleksi pipi secara lateral dan mengidentifikasi presessus coronoid.

2. Syringe diletakkan sejajar bidang oklusal, dan diposisikan setinggi mukogingiva yang dekat dengan gigi molar ketiga maxillaris.

(14)

3. Jarum diputar searahss mukogingiva dari molar ketiga atas, dan menganestesi mucosa di medial mandibula.

4. Menjaga syringe tetap sejajar dengan dataral oklusal, diarahkan ke posterior dan sedikit ke lateral sampai masuk sekitar 1.5 inci (38 mm). Ujung jarum akan masuk ke pertengahan ruang pterygomandibular dan dekat dengan percabangan utama nervus mandibular.

5. Larutan anestesi didepositkan setelah aspirasi dan jarum kemudian ditarik. Tanda munculnya efek anestesi akan dimulai setelah 4 sampai 5 menit.

6. Jika jarum terlalu jauh masuk ke medial, nervus tidak akan teranestesi. Perlu diketahui bahwa dengan teknik ini, struktur posterior akan teranestesi sebelum struktur anterior. Tanda klasik kram dari bibir bawah akan tertunda.

6. Anestesi Blok Gow-Gates

Teknik ini menggunakan landmark eksternal yang mengarahkan jarum ke titik tusukan yang lebih tinggi, sehingga menjamin tinggi yang memadai untuk deposit larutan di atas lingual. Berikut dua landmark ektraoral yang digunakan : 1. Pertama, dataran diidentifikasi untuk mengarahkan jarum suntik. Dataran ini

memanjang dari batas bawah ke notch telinga melalui commisura bibir. 2. Kedua adalah sebuah titik, tragus telinga, yang mengidentifikasi landmark

yang mengarahkan jarum. Teknik :4

1. Mencari daerah anterior dengan mulut terbuka lebar.

2. Kedalaman blok pada orang dewasa sekitar 25 sampai 27 mm.

3. “Landmarking” gigi cenderung tidak penting; titik injeksi sekitar cusp dari gigi molar kedua maxillaris.

4. Menggunakan garis dari tragal notch ke sudut mulut, membimbing jarum ke leher condylus.

5. Dengan kepala pasien miring ke belakang dan mulut terbuka lebar, meraba ridge internal oblique dengan jari telunjuk atau ibu jari.

(15)

7. Titik tusukan berada diantara raphe pterygomandibula dan ridge internal oblique, mendekati anterior leher condylar dari kontralateral premolar.

8. Depositkan seluruh larutan cartridge.

9. Mula kerjanya mungkin lebih lambat tetapi efek anestesinya 2 sampai 3 jam. Dapus :

1. Dionne RA, Phero JC, Becker DE. 2002. Management of pain & anxiety in the dental office. Philadelphia: W.B. Saunders Company

2. Dubash BD, Hershkin AT, Seider PJ, Casey GM. Oral and maxillofacial regional anaethesia. Available at http://nysora.com/3062. Accessed at 3rd 2009

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini Senin tanggal empat bulan April tahun dua ribu enam belas pukul sepuluh nol nol sampai dengan pukul dua puluh tiga Waktu I ndonesia Barat, berdasarkan

Pada hari ini, Kamis hingga Jum’at tanggal Sembilan hingga sepuluh bulan Agustus tahun Dua ribu duabelas , pukul 08.00 hingga 11.00 WIB, Panitia Pengadaan Barang dan

Pada hari ini, Kamis hingga Jumat tanggal sembilan hingga sepuluh bulan Agustus tahun Dua ribu duabelas , pukul 08.00 hingga 11.00 WIB, Panitia Pengadaan Barang

10.493.617.200,- (Sepuluh Milyar Empat Ratus Sembilan Puluh Tiga Juta Enam Ratus Tujuh Belas Ribu Dua Ratus Rupiah).

Rp 2.677.310.923,- (Dua milyar enam ratus tujuh puluh tujuh juta tiga ratus sepuluh ribu sembilan ratus dua puluh tiga rupiah). Hasil Evaluasi Administrasi, Teknis,Harga

Berdasarkan data dan hasil analisa dua masjid dan sembilan musholla yang ada di Desa Blendung, enam bangunan masjid dan musholla sejajar dengah garis lurus arah kiblat, tiga

( Enam Milyar Sembilan Ratus Sepuluh Juta Empat Ratus Sembilan Puluh Lima Ribu Enam Ratus Dua Puluh Tiga Rupiah ).. Indikator Tolok Ukur Kinerja

Berdasarkan data dan hasil analisa dua masjid dan sembilan musholla yang ada di Desa Blendung, enam bangunan masjid dan musholla sejajar dengah garis lurus arah kiblat, tiga