• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DAN SOCIAL SUPPORT YANG BERASAL DARI REKAN KERJA TERHADAP SELF-DETERMINATION GURU DALAM UPAYA MEMPEROLEH SERTIFIKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DAN SOCIAL SUPPORT YANG BERASAL DARI REKAN KERJA TERHADAP SELF-DETERMINATION GURU DALAM UPAYA MEMPEROLEH SERTIFIKASI"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DAN SOCIAL

SUPPORT YANG BERASAL DARI REKAN KERJA TERHADAP

SELF-DETERMINATION GURU DALAM UPAYA

MEMPEROLEH SERTIFIKASI

Lia Aryani (liia.aryani@ymail.com)

Ika Rahma Susilawati Ika Adita Silviandari

ABSTRACT

This research was conducted the influence of psychological well-being and social support from co-workers toward teacher self-determination. The sample in this research are 86 junior high school civil servant teachers in the eastern area of surabaya. The sampling technique was used purposive sampling. This study used social support modified scale from Kharisma (2013) research and the self-determination scale used from Ariani (2013) research, and for the psychological well-being scale were measured using a scale that had been developed by the researcher based on the theory by Ryff (1989). These variables were measured using a likert like scale. The analysis used is multiple regression test. Results showed psychological well-being and social support simultaneous effect on self-determination. So also with the psychological well-being partially effect the self-determination and social support from co-workers partially effect the self-determination

Keyword : Psychological Well Being, Social Support, Self-Determination, Teacher

Sertification

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran psychological well-being dan social

support yang berasal dari rekan kerja terhadap self-determination guru dalam upaya

memperoleh sertifikasi. Sampel dalam penelitian ini ialah guru smp negeri di wilayah surabaya bagian timur yang berstatus pns sebanyak 86 guru. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Ketika penelitian ini dilakukan, peneliti menggunakan modifikasi alat ukur social support yang telah digunakan pada penelitian Kharisma (2013) dan variabel self-determination menggunakan adaptasi alat ukur yang telah digunakan pada penelitian Ariani (2013), sedangkan untuk variabel psychological well-being diukur menggunakan skala yang telah disusun oleh peneliti berdasarkan teori oleh Ryff (1989). Variabel-variabel tersebut diukur menggunakan skala sikap yang menyerupai likert yang disebut likert like. Analisis yang digunakan adalah uji regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan

(2)

self determination. Begitu juga dengan psychological well-being secara parsial

mempengaruhi self-determination dan social support yang berasal dari rekan kerja secara parsial berpengaruh terhadap self determination.

Kata kunci: Psychological Well Being, Social Support, Self-Determination,

Sertifikasi Guru

LATAR BELAKANG

Guru sebagai tenaga professional diharapkan dapat berfungsi untuk meningkatkan martabat dan perannya sebagai agen pembelajaran dan berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu guru. Salah satunya adalah melalui pelaksanaan sertifikasi guru. Melalui program sertifikasi ini diharapkan dapat mendongkrak peningkatan kinerja guru dalam proses pembelajaran ke arah yang lebih profesional. Terlaksananya sertifikasi guru, diharapkan akan berdampak pada meningkatnya mutu pembelajaran dan mutu pendidikan secara berkelanjutan.

Mekanisme yang dilaksanakan untuk memperoleh sertifikat pendidik adalah dengan melalui penilaian portofolio, jika guru tidak lulus dalam penilaian portofolio maka guru harus mengikuti Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Upaya untuk mendapatkan sertifikasi tidaklah mudah, guru/pengajar harus lulus dalam penilaian portofolio atau lulus dalam ujian PLPG agar dapat menerima sertifikasi. Guru juga harus mematuhi alur penilaian yang sudah ditetapkan oleh pemerintah agar mendapatkan sertifikasi (Kementrian Pendidikan Nasional, 2011). Upaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan sertifikasi membuat guru berusaha untuk meningkatkan kualitas dirinya dan memaksimalkan potensi yang ada pada dirinya agar dapat lulus penilaian portofolio atau lulus dalam ujian PLPG, dengan mendapatkan sertifikasi, guru mendapatkan pengakuan bahwa ia telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan. Guru yang berusaha untuk

(3)

meningkatkan kualitas dirinya dan memaksimalkan potensi yang ada pada dirinya dapat diasumsikan memiliki psychological well-being.

Menurut Ryff (1989) pada umumnya, individu yang memiliki psychological

well-being yang tinggi merupakan individu yang mendapat dukungan sosial yang baik,

memiliki focus of control internal (kendali individu), memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dan berada di lingkungan yang baik. Dengan adanya psychological

well-being yang tinggi, guru diasumsikan memiliki kebebasan dalam menentukan

bagaimana ia bekerja sesuai dengan cara yang ia yakini dan bekerja dengan menentukan cara mereka sendiri dalam menyelesaikan permasalahan yang terdapat pada sertifikasi, hal ini disebut self determination.

Menurut Ryan & Deci (Luthfi & Chayana, 2011), self-determination adalah penyebab utama di dalam kehidupan seseorang untuk bebas membuat pilihan dan keputusan tentang kualitas hidup seseorang, bebas dari pengaruh yang tidak semestinya. Self-determination berhubungan dengan bagaimana seseorang bekerja dengan menentukan cara mereka sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab mereka. Seseorang yang memiliki mental yang “sehat”, memiliki kebebasan dalam menentukan bagaimana ia bekerja sesuai dengan cara yang ia yakini, hal tersebut membuat guru akan lebih bersemangat dan berdedikasi terhadap pekerjaannya (Ryan & Deci, 2002).

Pada lingkungan pekerjaan, aktivitas yang dilakukan tidak hanya sebatas melakukan tugas-tugas kerja, individu juga melakukan interaksi dengan rekan kerjanya. Manusia sebagai makhluk sosial dituntut kemampuannya untuk dapat berhubungan dengan orang lain (Darmasaputra, 2013). Pada sertifikasi guru, terdapat syarat atau tugas sertifikasi yang dilakukan secara berkelompok yaitu melakukan penelitian tindakan kelas dengan sesama guru yang mengajar mata pelajaran yang sama. Akan tetapi, atmosfer kompetisi sangatlah kuat. Untuk itu dukungan rekan kerja sangat dibutuhkan untuk saling memberikan bantuan, dukungan dan berkerjasama dalam pemenuhan pengumpulan portofolio untuk memperoleh sertifikasi.

(4)

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diasumsikan bahwa psychological

well-being dan social support atau dukungan sosial dari rekan kerja dapat mempengaruhi self-determination guru dalam upaya memperoleh sertifikasi, sehingga peneliti

melakukan sebuah penelitian dengan mengambil judul ”Peran Psychological

Well-Being dan Social Support yang Berasal dari Rekan Kerja Terhadap Self-determination

Guru dalam Upaya Memperoleh Sertifikasi “.

LANDASAN TEORI

Self-determination

Self-determination (deteminasi diri) adalah keyakinan seseorang bahwa orang

tersebut mempunyai kebebasan atau otonomi dan kendali tentang bagaimana mengerjakan pekerjaannya sendiri (Ryan & Deci 2002). Self-determination berkaitan dengan kontrol atas cara kerja yang dilakukan oleh karyawan.

Ryan & Deci (2002) menyatakan bahwa self-determination berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan mendasar terhadap autonomy, competence dan relatedness.

Self-determination mempresentasikan tingkatan dimana seseorang merasakan

tanggung jawab yang timbal balik untuk tindakan-tindakan yang berhubungan dengan pekerjaan, pada perasaan memiliki pilihan dalam memulai dan mengatur perilaku. Karyawan yang merasa memiliki self-determination tinggi dapat memilih metode terbaik untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam pekerjaannya.

Self-determination terdiri dari tiga dimensi utama yaitu (1) Autonomy, (2) Competence,

dan (3) Relatedness

Psychological Well Being

Ryff (1989) menyataka bahwa psychological well-being merupakan keadaan dimana seseorang memenuhi kebutuhan-kebutuhannya untuk menjadi sehat secara

(5)

psikologis. Psychological well-being merupakan realisasi dan pencapaian penuh dari potensi individu dimana individu dapat menerima kekurangan dan kelebihan dirinya, mandiri, mampu membina hubungan positif dengan orang lain, dapat menguasai lingkungannya dalam arti memodifikasi lingkungannya agar sesuai dengan keinginannya, memiliki tujuan hidup, serta terus mengembangkan pribadinya.

Psychological well-being bukan hanya kepuasan hidup dan keseimbangan antara afek

positif dan afek negatif namun juga melibatkan persepsi dari keterlibatan dengan tantangan-tantangan sepanjang hidup.

Individu dengan Psychological well-being yang baik akan memiliki kemampuan untuk memilih dan menciptakan lingkungan sesuai dengan kondisi fisik dirinya. Dengan kata lain mempunyai kemampuan dalam menghadapi kejadian-kejadian di luar dirinya. Selain itu individu juga dapat menerima kekuatan dan kelemahan diri sendiri sebagaimana adanya, memiliki hubungan positif dengan orang lain, mampu mengarahkan perilakunya sendiri (Liwarti, 2013).

Psychological well-being terdiri atas enam dimensi utama yaitu dimensi (1)

penerimaan diri (self acceptance), (2) Hubungan positif dengan orang lain (positive

relations with others), (3) Otonomi (autonomy), (4) Penguasaan lingkungan

(environmental mastery), (5) Tujuan hidup (purpose of life) dan (6) Pertumbuhan pribadi (personal growth).

Social Support yang Berasal dari Rekan Kerja

Social Support menurut Corsini adalah keuntungan yang didapat individu melalui

hubungan dengan orang lain. Individu yang mempunyai hubungan yang dekat dengan individu lain seperti keluarga atau teman akan meningkatkan kemampuannya dalam mengelola masalah-masalah yang dihadapi setiap hari (Damansaputra & Satiningsih, 2013). Ganster dkk, mengatakan bahwa dukungan sosial rekan kerja berhubungan secara langsung dengan integrasi seseorang pada lingkungan sosial di tempat kerjanya. Rekan kerja yang mendukung menciptakan situasi tolong menolong, bersahabat, dan bekerja sama akan menciptakan lingkungan kerja yang

(6)

menyenangkan serta menimbulkan kepuasan dalam bekerja. Social Support terdiri dari empat dimensi utama yaitu (1) dimensi emosional, (2) penilaian, (3) informasi dan (4) instrumental

Sertifikasi Guru

Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat kepada para guru yang telah memenuhi standar professional guru. Pedoman operasional sertifikasi guru mengacu kepada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan yang ditetapkan pada tanggal 4 Mei 2007. Sertifikasi guru diselenggarakan oleh Lembaga Perguruan Tinggi Keguruan (LPTK) yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional (penjabaran ayat 2 Pasal 11 UUGD). Dengan demikian, sertifikasi guru sudah mempunyai landasan hukum untuk dilaksanakan secara bertahap dimulai pada tahun 2007 (Kementrian Pendidikan Nasional, 2011).

METODE

Responden dan Desain Penelitian

Peneliti menggunakan penentuan ukuran sampel pada penelitian ini dengan menggunakan rumus Slovin (Sarjono & julianita, 2011). Dari data yang diperoleh peneliti yang berasal dari Dinas Pendidikan Surabaya, terdapat 600 guru SMPN yang berstatus PNS di wilayah Surabaya bagian Timur. Oleh karena itu, peneliti menggunakan rumus Slovin untuk mengetahui jumlah sampel yang harus digunakan dalam penelitian ini, sehingga jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 86 orang.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda dan analisa uji beda (t-test) dengan bantuan SPSS statistics 18. Teknik pengambilan sample menggunakan non probability

(7)

sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau

kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Salah satu metodenya adalah purposive sampling di mana peneliti menggunakan pertimbangan atau karakteristik tertentu untuk menentukan sampel penelitiannya (Sugiyono, 2008).

Alat Ukur dan Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan tiga skala, yaitu skala Psychological well-being,

social support dan Self-determination Skala Psychological well-being dibuat

berdasarkan teori Ryff (1989). Skala-skala tersebut terdiri dari aitem-aitem favorable dan unfavorable, menggunakan skala sikap yang menyerupai Likert yang disebut Likert like dengan menggunakan empat pilihan alternatif jawaban sangat tidak setuju (STS), tida setuju (TS), setuju (S), sangat setuju (SS). Skala Psychological well-being memiliki koefisien korelasi aitem total bergerak dari 0,326 sampai dengan 0,690 dan dengan reliabilitas koefisien cronbach alpha sebesar 0,885. Skala social support yang berasal dari rekan kerja di modifikasi bedasarkan penelitian Kharisma (2013). Koefisien korelasi aitem total skala social support bergerak dari 0,426 sampai dengan 0,800 dengan reliabilitas koefisien cronbach alpha sebesar 0,911. Skala

Self-determination dibuat bedasarkan penelitian Ariani (2013). Koefisien korelasi aitem

total skala Self-determination bergerak dari 0,313 sampai dengan 0,681 dengan reliabilitas koefisien cronbach alpha sebesar 0,883. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi terbagi menjadi validitas tampang. Validitas tampang merupakan validitas yang didasarkan pada penilaian terhadap format penampilan (appearance test) dan kesesuaian konteks aitem dengan tujuan ukur tes. Untuk melakukan pengujian terhadap validitas tampang maka peneliti melakukan evaluasi dari panel atau orang yang ahli dalam konsep alat ukur ini, maka peneliti mengkonsultasikan dengan dosen dan juga melakukan evaluasi panel dengan meminta pendapat kepada subjek tryout penelitian, dengan mencantumkan pernyataan tambahan berupa tampilan cover kuesioner, tampilan layout kuesioner,

(8)

ukuran huruf dan kalimat-kalimat yang disampaikan pada kuesioner pada kuesioner agar subjek penelitian dapa memberikan pendapatnya.

Prosedur penelitian dimulai dengan tahap persiapan, hal-hal yang dilakukan mengunjungi lokasi penelitian di Sekolah Menengah Pertama Negeri Surabaya Timur dan meminta ijin untuk melaksanakan penelitian; mempersiapkan instrumen penelitian berupa skala psychological well being, social support dan self

determination; melakukan uji coba skala psychological well being, social support dan self determination kepada para guru yang telah memperoleh sertifikasi sebanyak 42

subjek untuk menentukan validitas dan reliabilitas alat ukur. Tahapan yang kedua adalah tahap pelaksanaan. Pada tahap ini dilakukan kegiatan-kegiatan diantaranya penyebaran instrumen penelitian dengan skala psychological well-being, social

support dan self-determination. Peneliti menyebarkan kuesioner pada para guru yang

telah memperoleh sertifikasi untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data dilaksanakan secara individual kepada 86 guru yang telah memperoleh sertifikasi. Tahapan yang terakhir adala tahap analisis data. Kegiatan yang dilakukan pada tahap analisa data diantaranya: mengecek kembali lembaran skala yang telah dikumpulkan dan menyeleksi kelengkapan jawaban subjek, memberikan skor atau penilaian terhadap jawaban yang telah diberikan oleh subjek, merapikan dan mengatur data yang diperoleh dari hasil penilaian untuk keperluan analisa, melakukan analisa data dengan bantuan software komputer berupa SPSS statistic 18.0, memberikan interpretasi terhadap hasil analisa tersebut.

(9)

HASIL

Metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi linier berganda, dimana variabel terikatnya dihubungkan atau dijelaskan dengan lebih dari satu variabel bebas, namun masih menunjukkan diagram hubungan yang linier (Hasan, 2006). Berikut merupakan persamaan regresi linier berganda pada penelitian ini :

Berdasarkan persamaan pada halaman sebelumnya, dapat dilihat bahwa tanpa adanya variabel lain yang mempengaruhi, subjek penelitian memiliki

Self-determination sebesar 34,877. Jika variabel psychological well-being mengalami

kenaikan sebesar 1 satuan, maka self-determination akan mengalami peningkatan sebesar 0,180 satuan dengan asumsi variabel lain dianggap konstan (nilainya tetap nol atau sama dengan 0) dan jika variabel social support yang berasal dari rekan kerja mengalami kenaikan sebesar 1 satuan, maka self-determination akan mengalami peningkatan sebesar 0,261 satuan dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Peran social support (dukungan sosial) yang berasal dari rekan kerja lebih besar dibandingkan psychological well-being terhadap self-determination guru dalam mendapatkan sertifikasi.

Berikut ini merupakan hasil uji hipotesis dengan menggunakan analisis regresi linear berganda :

a. Hipotesis simultan

a : Peran psychological well-being dan social support secara bersama – sama (simultan) memengaruhi self-determination guru dalam upaya mendapatkan sertifikasi.

(10)

Tabel 2. Hasil Hipotesis secara simultan

R Square F hitung Ftabel Signifikansi Keterangan

0,133 6,344 2,37 0,003 Signifikan

Dengan menggunakan uji F diketahui di ketahui nilai Fhitung adalah sebesar

6,344. Jika dibandingkan dengan Ftabel yakni 2,37 maka nilai Fhitung > Ftabel.

Berdasarkan hasil olah data menggunakan SPSS 18.0 dapat diketahui nilai signifikansinya adalah 0,003 yang lebih kecil dari α (0, 0). Oleh karena itu, 0 ditolak dan a diterima. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa psychological

well-being dan social support (Dukungan sosial) yang berasal dari rekan kerja

secara simultan berperan terhadap self-determination dengan pengaruh sebesar 13,3%.

b. Hipotesis Psychological well-being (X1) secara parsial

: Peran psychological well-being secara parsial memengaruhi

self-determination guru dalam upaya mendapatkan sertifikasi.

Tabel 3. Hasil Uji Hipotesis variabel Psychological well-being secara parsial

thitung ttabel Signifikansi Keterangan

1,892 1,663 0,062 Signifikan

Berdasarkan tabel uji t pada tabel 3 maka dapat diketahui bahwa thitung sebesar

1,892. Jika dibandingkan dengan ttabel yang sebesar 1,663 maka nilai thitung > ttabel.

Selain itu, berdasarkan hasil olah data menggunakan SPSS 18.0, diketahui pula nilai signifikansinya adalah sebesar 0,062 yang lebih kecil dari α (0,10), sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa diterima. Artinya ada pengaruh yang signifikan antara

psychological well-being terhadap self-determination guru dalam upaya

(11)

c. Hipotesis Social Support (Dukungan Sosial) yang berasal dari rekan kerja (X2)

secara parsial

: Peran social support (Dukungan Sosial) yang berasal dari rekan kerja secara parsial memengaruhi self-determination guru dalam upaya memperoleh sertifikasi.

Tabel 4. Hasil Uji Hipotesis variabel Social Support (Dukungan Sosial) secara parsial

thitung ttabel Signifikansi Keterangan

2,151 1,663 0,034 Signifikan

Berdasarkan tabel uji t diatas maka dapat disimpulkan bahwa thitung sebesar

2,151. Jika dibandingkan dengan ttabel yang sebesar 1.663 maka nilai thitung > ttabel.

Selain itu, berdasarkan hasil olah data menggunakan SPSS, diketahui pula nilai signifikansinya adalah sebesar 0,034 yang lebih kecil dari α (0,10), sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa diterima dan ditolak. Artinya ada pengaruh yang signifikan dari social support (dukungan sosial) yang berasal dari rekan kerja secara parsial dalam memengaruhi self-determination guru dalam upaya mendapatkan sertifikasi

DISKUSI

Hasil penelitian yang diperoleh dari pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara psychological well-being dan social

support yang berasal dari rekan kerja terhadap self-determination guru dalam upaya

(12)

Pada umumnya, individu yang memiliki psychological well-being yang tinggi adalah individu yang merasa puas dengan hidupnya, memiliki kondisi emosional yang positif, mampu melalui pengalaman-pengalaman buruk yang dapat menghasilkan kondisi emosional negatif, memiliki hubungan yang positif dengan orang lain, mampu menentukan nasibnya sendiri tanpa bergantung dengan orang lain, mengontrol kondisi lingkungan sekitar, memiliki tujuan hidup yang jelas, dan mampu mengembangkan dirinya sendiri (Ryff, 1989). Guru yang ingin mendapat sertifikasi harus melalui tahapan dalam mendapatkan sertifikasi. Mekanisme sistem sertifikasi dimulai dari verifikasi dokumen, pengumpulan portofolio kemudian penilaian portofolio. Jika guru lulus dalam penilaian portofolio, maka guru dapat langsung menerima sertifikasi. Sedangkan guru yang tidak lulus dalam penilaian sertifikasi, harus mengikuti pelaksanaan pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG) dan harus lulus ujian (PLPG) agar dapat menerima sertifikasi. Guru yang memiliki

psychological well-being yang tinggi, dapat melalui tahapan sertifikasi yang panjang.

Individu dengan psychological well-being yang tinggi, salah satu cirinya adalah memiliki hubungan yang positif dengan orang lain. Hubungan positif yang dimaksud adalah kemampuan individu menjalin hubungan yang baik dengan orang lain di sekitarnya (Angraeni & Cahyanti, 2012). Guru yang memiliki hubungan yang baik dengan rekan sekerjanya dapat saling mendukung satu sama lain. Permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam proses sertifikasi seperti panjangnya birokrasi dalam proses sertifikasi guru, masih kurang terbukanya proses sertifikasi guru, adanya ketidaktertiban dalam administrasi, rendahnya budaya menulis dan meneliti (budaya akademis) dan lain sebagainya (Kementrian Pendidikan Nasional, 2011). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Purba dkk (2007) menunjukkan bahwa dukungan sosial berpengaruh negatif terhadap burnout, artinya semakin besar dukungan sosial yang diperoleh akan mengurangi level burnout yang dialami guru. Hal ini berarti, apabila guru memiliki social support (dukungan sosial) yang berasal dari rekan kerja dapat membantu guru untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi pada proses sertifikasi.

(13)

Self-determination adalah kontrol perilaku yang berasal dari dalam diri

seseorang, yang bukan berasal dari luar diri dimana keputusan tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal (Selvie, 2012). Teori Self-determination adalah sebuah teori yang menekankan pentingnya kebebasan individu dalam bertindak sesuai pilihannya, dan juga adanya motivasi instrinsik dalam diri individu. Menurut Ryan & Deci (Luthfi & Chayana, 2011) Self-determination adalah penyebab utama di dalam kehidupan seseorang untuk bebas membuat pilihan dan keputusan tentang kualitas hidup seseorang, bebas dari pengaruh yang tidak semestinya. Self-determination berhubungan dengan bagaimana seseorang bekerja dengan menentukan cara mereka sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab mereka. Seseorang yang memiliki mental yang “sehat”, memiliki kebebasan dalam menentukan bagaimana ia bekerja sesuai dengan cara yang ia yakini, hal tersebut membuat guru akan lebih bersemangat dan berdedikasi terhadap pekerjaannya (Ryan & Deci, 2001).

Kondisi mental positif yang berasal dari psychological well-being yang dimiliki oleh guru, dan penghargaan positif yang timbul akibat adanya dukungan yang diberikan oleh rekan kerja dapat mempengaruhi kebebasan individu dalam bertindak sesuai pilihannya atau self determination. Berdasarkan penjelasan diatas,

Psychological well-being dan social support (dukungan sosial) yang berasal dari

rekan kerja dapat memengaruhi self-determination guru.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa psychological well-being dan social

support (dukungan sosial) yang berasal dari rekan kerja secara bersama – sama

(simultan) memengaruhi self-determination guru dalam upaya mendapatkan sertifikasi dengan memberikan sumbangan efektif sebesar 13,3% sehingga masih terdapat faktor-faktor lain yang berpotensi mempengaruhi self-determination dengan proporsi sebesar 86,7%. Kemungkinan faktor-faktor lain tersebut, seperti: Pertama motivasi yang berasal dari dirinya sendiri (intrinsic motivation) (Deci & Ryan, 1985). Kedua, Hackman & Oldham beragumen bahwa yang paling efektif dari motivasi

(14)

individu adalah karakteristik dari pekerjaan, karakteristik dari pekerjaan tersebut dapat mengembangkan motivasi autonomous yang ada pada self determination.

Autonomous adalah kebebasan yang dimiliki individu dalam melakukan sesuatu

berdasarkan pilihannya sendiri yang mengacu pada hal yang dirasakan dan bersumber dari dirinya sendiri. Guru melakukan sertifikasi dikarenakan guru ingin mengikuti pilihannya, dengan mendapat sertifikasi, guru memiliki sertifikat pendidik dan dianggap sebagai pendidik yang berkualitas, sehingga guru merasa sertifikasi adalah hal penting yang harus dicapai. Ketiga, menurut Gagne dkk. komitmen organisasi juga dapat mempengaruhi self determination. Keempat, menurut Gagne dkk. akibat dari pekerjaan yang positif juga dapat mempengaruhi self-determination (Gagne & Deci 2005).

Melalui uji hipotesis kedua, menunjukkan bahwa peran psychological

well-being secara parsial memengaruhi self-determination guru dalam upaya memperoleh

sertifikasi. Guru yang ingin mendapatkan sertifikasi harus melalui beberapa tahapan, yaitu uji kompetensi dalam bentuk penilaian portofolio, dan pemberian sertifikat pendidik secara langsung. Penilaian portofolio dilakukan melalui penilaian terhadap kumpulan dokumen yang mencerminkan kompetensi guru. Komponen penilaian portofolio mencakup: (1) kualifikasi akademik, (2) pendidikan dan pelatihan, (3) pengalaman mengajar, (4) perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, (5) penilaian dari atasan dan pengawas, (6) prestasi akademik, (7) karya pengembangan profesi, (8) keikutsertaan dalam forum ilmiah, (9) pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial, dan (10) penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan. Pemberian sertifikat pendidik secara langsung dilakukan melalui verifikasi dokumen (Kementrian Pendidikan Nasional, 2011).

Menurut beberapa guru upaya untuk mendapatkan sertifikasi tidaklah mudah, guru atau pengajar harus mancapai angka minimal kelulusan uji kompetensi dalam bentuk penilaian portofolio. Guru juga harus mengikuti alur atau mekanisme sistem sertifikasi guru yang sudah ditetapkan oleh pemerintah agar mendapatkan sertifikasi. Komponen-komponen portofolio yang harus dilengkapi membuat guru berusaha

(15)

untuk memenuhi komponen-komponen tersebut agar memperoleh sertifikasi. Guru yang mendapatkan sertifikasi dinilai telah memiliki peningkatan kualitas, peningkatan kompetensi, pembinaan karir, penghargaan, dan perlindungan guru (Kementrian Pendidikan Nasional, 2011).

Menurut Iriani (Angraeni & Cahyanti, 2012), psychological well-being menekankan pada bagaimana cara manusia untuk hidup dalam dirinya yang sejati (true self). Diri yang sejati mengacu pada potensi yang dimiliki tiap – tiap individu, yakni realisasi yang mempresentasikan pemenuhan hidup yang niscaya setiap individu mampu melakukannya. Self-determination (deteminasi diri) adalah keyakinan seseorang bahwa orang tersebut mempunyai kebebasan atau otonomi dan kendali tentang bagaimana mengerjakan pekerjaannya sendiri (Spreitzer, 1997). Guru yang ingin memperoleh sertifikasi, memaksimalkan potensi yang dimilikinya, salah satunya dengan cara meningkatkan atau membuat metode belajar yang lebih menyenangkan dan mudah dipahami oleh para siswanya. Disamping itu, dengan adanya peningkatan potensi yang dimiliki, guru juga dapat bebas menggunakan caranya sendiri agar tugas-tugas dalam pemenuhan syarat sertifikasi dapat berjalan dengan baik. Misalnya, guru tidak terpaku pada metode pengajaran yang sama dengan guru lainnya, guru memiliki caranya sendiri untuk melakukan metode pengajaran yang baik, sehingga guru tersebut dapat lolos pada tahapan penilaian yang diberikan oleh atasannya.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2010), bahwa guru yang telah mendapatkan sertifikasi memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan kinerja guru sebelum mendapatkan sertifikasi. Pada penelitian tersebut juga dijelaskan bahwa sebelum mendapatkan sertifikasi, guru cenderung kurang disiplin dan belum menerapkan metode pembelajaran yang lebih efektif. Apabila dikaitkan dengan adanya aspek-aspek yang terdapat pada psychological well-being yaitu: dapat menerima kekurangan dan kelebihan dirinya, mandiri, mampu membina hubungan positif dengan orang lain, dapat menguasai lingkungannya dalam arti memodifikasi lingkungannya agar sesuai dengan keinginannya, memiliki tujuan hidup, serta terus

(16)

mengembangkan pribadinya; aspek-aspek tersebut dapat mempengaruhi kebebasan guru dalam menentukan bagaimana ia bekerja sesuai dengan cara yang ia yakini dan bekerja dengan menentukan cara mereka sendiri dalam menyelesaikan permasalahan yang terdapat pada sertifikasi.

Melalui uji hipotesis yang ketiga, menyatakan bahwa peran social support (dukungan sosial) yang berasal dari rekan kerja secara parsial memengaruhi

self-determination guru dalam upaya memperoleh sertifikasi. Setiap sekolah memiliki

iklim, budaya dan rekan kerja yang berbeda-beda. Dalam dunia kerja, seseorang dihadapkan pada situasi kerja yang penuh tuntutan dan tekanan. Tuntutan pemenuhan komponen-komponen portofolio yang rumit akan menimbulkan banyak permasalahan bagi guru dan dapat berdampak negatif terhadap performa kerja guru. Pada situasi yang demikian, kehadiran orang lain yang memberikan dukungan akan sangat membantu bagi guru untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Menurut Sarafino, dukungan sosial merujuk pada kenyamanan, kepedulian, harga diri atau segala bentuk bantuan yang diterima individu dari orang lain atau kelompok (Purba dkk, 2007). Jika rekan kerja saling mendukung, saling membantu dan saling memberikan informasi, syarat-syarat sertifikasi (komponen penilaian portofolio) yang harus dipenuhi tentu akan lebih mudah dicapai. Peran rekan kerja juga dapat membantu meyakinkan bahwa individu tersebut mampu untuk memperoleh sertifikasi. Manusia memerlukan keberadaan orang lain untuk saling memberi penilaian, membantu, mendukung dan bekerjasama dalam menghadapi tantangan kehidupan. Bantuan kelompok individu terhadap individu lain atau kelompok lain disebut dukungan sosial (Darmasaputra & Satiningsih, 2013). Menurut Winnubst (Darmasaputra & Satiningsih, 2013) dukungan sosial lebih cenderung dianggap sebagai kognisi individual yang berawal dari segi gejala lingkungan yang obyektif dan dukungan sosial merupakan persepsi perseorangan terhadap dukungan potensial atau merasa membantu (perceived

helpfulness) dan merasa dibantu (supportiveness). Hubungan antar personal yang

menimbulkan seseorang membutuhkan pertolongan, dukungan, dan kerja sama dengan orang lain akan memberikan dukungan sosial pada individu yang

(17)

bersangkutan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ahola dan Park (1996), menyatakan bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial yang berasal dari pertemanan dan pertemanan dengan rekan kerja, dengan self-determination terhadap pengurangan stres dalam kehidupan dan masalah fisik.

Terdapat keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu pada variabel psychological

well-being terdapat dimensi autonomy. Kemudian pada variabel self-determination

juga terdapat dimensi autonomy, sehingga mengakibatkan overlap pada konsep

autonomy. Pada variabel psychological well-being terdapat dimensi positive relation with other, kemudian pada variabel self-determination terdapat dimensi relatedness.

Kedua variabel tersebut juga memiliki pengertian yang sama. Upaya peneliti dalam meminimalisasi keterbatasan konstruk ini ialah dengan cara membedakan pernyataan di aitem dengan bantuan expert judgement pada alat ukur penelitian. Misalnya pada pernyataan untuk variabel psychological well-being disini lebih mengarah pada bagaimana individu mampu mengetahui dirinya dengan baik, sedangkan untuk variabel self-determination disini lebih mengarah pada bagaimana individu tersebut mampu megetahui kebebasan dirinya dalam mengambil keputusan dalam pekerjaannya. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya, diharapkan untuk memakai variabel lain agar tidak terjadi overlap.

DAFTAR PUSTAKA

Ariani. (2013). Hubungan antara Self-determination dengan Keterikatan kerja (Work

Engagement) pada Karyawan PT Japfa Comfeed Indonesia Cabang Sidoarjo.

(tidak diterbitkan). Malang. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya.

Darmasaputra, Alan dan Satiningsih. (2013). Hubungan Antara Dukungan Sosial Teman Kerja dengan Kinerja Pegawai di Kantor Kecamatan Jombang.

Character Volume 01, Nomor 02, Tahun 2013. Diunduh dari :

http://ejournal.unesa.ac.id/article/3490/17/article.pdf. Tanggal 25 April 2013. Pukul 11:57:23

(18)

Deci, E. L., & Ryan, R. M. (1985). Intrinsic motivation and self-determination in

human behavior. New York: Plenum.

Gagne, M., & Deci, E.L. (2005). Self determination theory and work motivation.

Journal of Organizational Behavior, 26, 331-362.

Ghozali, I. (2005). Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Kementerian Pendidikan Nasional. (2011). Kajian Analisis Sistem Sertifikasi Guru Dalam Rangka Reformasi Birokrasi Internal. Diunduh dari : http://www.dikti.go.id/files/atur/rbi/SistemSergu.pdf. Tanggal 24 Februari 2013. Pukul 14:55:09

Kharisma, Dini. (2013). Peran Hardiness dan Dukungan Keluarga Terhadap Ketakutan akan Kegagalan pada Sarjana Baru Strata Satu Pencari Kerja. (tidak diterbitkan). Malang. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya.

Lestari, Sri. (2010). Pengaruh Sertifikasi Guru Terhadap Kinerja Guru MTs N Mlinjon Filial Trucuk Klaten. Diunduh dari digilib.uin-suka.ac.id/4351/1/BAB%20I,IV.pdf. Tanngal 26 Februari 2013. Pukul :

14:10:12

Liwarti, (2013). Hubungan Pengalaman Spiritual Dengan Psychological well-being Pada Penghuni Lembaga Pemasyarakatan. Jurnal Sains Dan Praktik Psikologi

2013, Volume I (1), 77 88. Diunduh dari :

ejournal.umm.ac.id/index.php/jspp/article/view/1350/1445 . Tanngal 24

Februari 2013. Pukul : 14:04:12

Luthfi, Aziz dan Ervi Chayana. (2011). Motivasi Blogger Di Jakarta. Jurnal

Psikologi Vol 28 10 No 1, Juni 2011. Diunduh dari :

http://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/Psi/article/download/72/71. Tanggal 04 September 2013. Pukul 08:49:02

Purba, Johanna. Yulianto, A dan Widyanti, E. (2007). Pengaruh dukungan sosial terhadap burnout pada Guru. Jurnal Psikologi Vol. 5 No. 1, Juni 2007. Diunduh dari ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/Psi/article/download/61/58. Tanggal 22 Mei 2014. Pukul 10:04:32

Ryan, R.M., & Deci, E.L. (2002). Overview of self determination theory : An organismic-dialectical perspective. In E.L. Deci & R.M. Ryan (Eds.),

(19)

Handbook of self-determination research (p3-33). Rochester, NY : University

of Rochester Press.

Ryff, Carol. (1989). Happines is everything, or is it? Exploration on the meaning of

psychological well-being (on-line). Journal of Personality and Social

Psychology; 57, 1069-1081. Diunduh dari

http://mina.education.ucsb.edu/janeconoley/ed197/documents/ryffHappinessis everythingorisit.pdf. Tanggal 15 Juli 2013. Pukul 12:01:14

Sarjono, Haryadi dan Julianita, Winda. (2011). SPSS vs LISREL: Sebuah Pengantar, Aplikasi untuk riset. Jakarta: Salemba Empat

Selvie. (2012). Pengaruh Determinasi Diri Terhadap Prestasi Akademik Remaja Tuna Netra SLB-A Pembina Jakarta. Diunduh dari : http://library.binus.ac.id. Tanggal 04 Juli 2013. Pukul 12:57:32

Spreitzer, G.M. (1997). Toward a common ground in defining empowerment.

Reasearch in Organizational Change and Development, 10,31-62

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta

Gambar

Tabel 3. Hasil Uji Hipotesis variabel Psychological well-being secara parsial
Tabel 4. Hasil Uji Hipotesis variabel Social Support (Dukungan Sosial) secara  parsial

Referensi

Dokumen terkait

Berikut ini adalah hasil dari eksperimen yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan CLSC pada data uji ketiga dengan menggunakan algoritma Simulated Annealing

Pada setiap siswa dilakukan pemeriksaan pada gigi dan rongga mulut untuk mengetahui klasifikasi maloklusi, ada tidaknya maloklusi gigi anterior yang meliputi

Secara akademik, UMM masih belum masuk dalam beberapa metode perankingan universitas dunia, seperti: Academic Ranking of World Universities (ARWU) yang dapat dilihat di situs:

Apakah Anda mengetahui perusahaan akan memberikan sanksi yang tegas jika terdapat pekerjanya yang bertindak tidak aman sehingga membahayakan diri sendiri dan

Lebih jauh lagi, kegagalan remaja dalam menguasai kecakapan-kecakapan sosial akan menyebabkan sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) (a) Laju alih fungsi lahan di Kabupaten Bantul sebesar 20 hektar per tahun; (b) Pola perubahan penggunaan lahan di

Untuk menciptakan sistem informasi yang bisa mengatur atau memanajemen pemakaman di kota Surabaya dengan diaplikasikan ke suatu sistem komputerisasi online dalam manajemen

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA.. berbobot  dan  tidak  memerlukan  j ural.ah  sample  yang  banyak,  lagi  pu La  tidak  memex- lukan  banyak  tenaga