• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA ASUH NENEK DAN IMPLIKASINYA TERHADAP AKHLAK ANAK DI DUSUN NGRAWING, DESA NGAMBAKREJO, KEC. TANGGUNGHARJO, KAB. GROBOGAN TAHUN 2016 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "POLA ASUH NENEK DAN IMPLIKASINYA TERHADAP AKHLAK ANAK DI DUSUN NGRAWING, DESA NGAMBAKREJO, KEC. TANGGUNGHARJO, KAB. GROBOGAN TAHUN 2016 - Test Repository"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

i

KEC. TANGGUNGHARJO, KAB. GROBOGAN

TAHUN 2016

SKRIPSI

Disusun Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh :

MUTOHAROH

NIM : 111-12-010

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api

neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat

yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya

kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”

( QS. At-Tahrim : 6 ).

)ىقهيبلا هاور( ِوِنَسِّجمُيْوَأ ِوِناَرِّصَنُ يْوَأ ِوِناَدِّوَهُ ي ُهاَوَ بَأَف ِةاَرْطِفْلا ىَلَع ُدَلْوُ ي ٍدْوُلْوَم ُّلُك

Artinya :“Tiap-tiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan mereka Yahudi, Nasrani dan Majusi

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan Skripsiku ini untuk :

1. Keluarga besarku terutama kepada ayah terhebatku Bapak Muhammad

Yani, Ibu tersabarku Ibu Sulimah, dan adikku tercinta Miftaqul Jannah, merekalah yang selalu memberi nasihat, kasih sayang, bimbingan dan motivasi serta dukungan materi.

2. Keluarga besar dari Simbah H. Syukur dan Simbah Suwardi yang aku banggakan dan kepada seseorang yang jauh disana yang selalu memberi dukungan dan motivasi kepada penulis.

3. Dosen-dosen Tarbiyah dan dosen-dosen di IAIN Salatiga, terima kasih telah mengalirkan ilmu kedalam hati, menjadi fasilitator serta mendorongku agar mampu berbuat yang terbaik untukku maupun bangsaku.

4. Sahabat dan sahabati di PMII (ANDALAS, KOPRI, KOMSAT, Pengurus

Cabang, dll), yang selalu memberikanku semangat berjuang dalam berorganisasi serta memberikan banyak pelajaran yang berharga dan ilmu yang bermanfaat.

5. Keluarga Besar PAI 2012, PAI (A), teman-teman PPL di SMA N 02

Salatiga, teman-teman KKN posko 46, DEMA FTIK 2015, SON’S CLUB,

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “POLA ASUH NENEK DAN

IMPLIKASINYA TERHADAP AKHLAK ANAK DI DUSUN NGRAWING, DESA NGAMBAKREJO, KEC. TANGGUNGHARJO, KAB. GROBOGAN TAHUN 2016”

Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

(9)

ix

4. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. A. Bahrudin, M.Ag. selaku pembimbing akademik.

6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepala Desa Ngambakrejo yang telah memberikan ijin serta tak lupa kepada

Dusun Ngrawing tempat kelahiranku.

8. Bapak dan Ibuku tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun spiritual, serta yang senantiasa berkorban dan berdoa demi tercapainya cita-cita, adikku tercinta yang selalu manja dan tak lupa kepada seseorang yang jauh disana yang selalu memberi motivasi dan dukungan kepada penulis.

9. Saudara-saudaraku dan sahabat-sahabatku semua yang selalu mendorong dan

memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.

Salatiga, 15 September 2016 Penulis

(10)

x ABSTRAK

Mutoharoh. 2016. Pola Asuh Nenek dan Implikasinya Terhadap Akhlak Anak di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri. Dosen Pembimbing : Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.

Kata kunci : Pola asuh nenek, penanaman akhlak, dan akhlak anak.

Latar belakang penelitian ini yaitu orang tua seharusnya mendidik dan mengasuh anaknya, tetapi pada zaman sekarang orang tua yang tidak ada atau karena suatu hal lebih mempercayakan pengasuhan anak kepada nenek. Nenek merupakan sumber kasih sayang kepada cucunya. Di sisi lain pola asuh yang diterapkan nenek jadi salah, karena perbedaan zamanlah yang membedakannya, ketika seorang nenek mengasuh anaknya (orang tua cucu) dengan mengasuh cucunya. Objek dalam penelitian ini yaitu anak- anak yang dalam pola asuh seorang nenek di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016. Pertanyaan utama yang ingin peneliti jawab adalah : (1) Bagaimana pola asuh yang digunakan nenek di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016? (2) Bagaimana penanaman nenek terhadap akhlak anak di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016? dan (3) Bagaimana implikasi akhlak anak yang berada dalam pengasuhan nenek di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016?

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan metode

pengumpulan datanya antara lain : wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan teknik analisis data yaitu pengorganisasian data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Temuan ini menunjukkan bahwa (1) Pola asuh yang digunakan nenek di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016 yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, dan pola asuh laissez faire.

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN BERLOGO... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... v

MOTTO... vi

PERSEMBAHAN... vii

KATA PENGANTAR... viii

ABSTRAK... x

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Fokus Masalah... 7

C. Tujuan Penelitan... 8

D. Kegunaan Penelitian... 8

E. Penegasan Istilah... 9

F. Metode Penelitian... 11

G. Sistematika Penulisan... 17

(12)

xii

A. Pola Asuh... 20

B. Akhlak Anak... 36

C. Implikasi Pola Asuh Nenek terhadap Akhlak... 44

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN... 49

A. Paparan Data... 49

B. Temuan Penelitian... 62

BAB IV PEMBAHASAN ... 80

A. Pola Asuh yang digunakan Nenek di Dusun Ngrawing... 80

B. Penanaman Nenek terhadap Akhlak Anak... 83

C. Implikasi Pola Asuh nenek terhadap Akhlak Anak... 87

BAB V PENUTUP... 90

A. Kesimpulan... 90

B. Saran... 92

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Penduduk Menurut Kelompok Umur... 51

Tabel 3.2 Mata Pencaharian... 52

Tabel 3.3 Agama yang dianut... 52

Tabel 3.4 Sarana Ekonomi... 53

Tabel 3.5 Perusahaan atau Usaha... 53

Tabel 3.6 Sarana Ibadah... 54

Tabel 3.7 Sarana Kesehatan... 54

Tabel 3.8 Sarana Olahraga atau Kesenian Kebudayaan... 54

Tabel 3.9 Sarana Pendidikan Umum... 55

Tabel 3.10 Sarana Pendidikan Khusus... 55

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Nota Pembimbing Skripsi

2. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian

3. Surat Keterangan Melakukan Penelitian

4. Daftar SKK

5. Lembar Konsultasi

6. Pedoman Wawancara

7. Hasil Wawancara

8. Triangulasi Data

9. Dokumentasi

(15)

1 A. Latar Belakang Masalah

Keluarga merupakan pendidik yang pertama dalam pendidikan anak, karena dari keluargalah anak pertama mengenal bahasa sebagaimana diungkapkan, anak berbicara dengan “bahasa ibu”. Tidak hanya dalam hal berbicara seorang anak pun meniru setiap tindakan, tingkah laku, watak, dan perbuatan orang tuanya. Demikian jelas bahwa pendidikan pertama yang diketahui anak yaitu pendidikan dari keluarganya. Untuk menunjang perkembangan fisik maupun mentalnya anak membutuhkan pengasuhan yang tepat dari keluarganya. Sebagai orang tua seharusnya dapat memahami, menerima, dan memperlakukan anak sesuai dengan tingkat pertumbuhannya, maka hubungan orang tua dan anak ditentukan dari sikap pola asuh dalam keluarga. Pola pengasuhan inilah yang nantinya akan berpengaruh terhadap karakter anak di masa depan.

(16)

2

sangat membekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah dalam ingatannya. Sebagaimana ada pepatah yaitu :

“Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, sementara belajar di waktu dewasa bagai mengukir di atas air”

Berdasarkan pepatah tersebut telah jelas menjelaskan tentang pembelajaran yang mudah sekali lupa dari memori manusia (Noor, 2012:128). Berdasarkan uraian diatas jelas bahwasanya dalam upaya menumbuhkan karakter anak, keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Keluarga merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama dan utama. Karena di masa ini pula anak akan mudah sekali menerima pengaruh dari orang-orang terdekatnya, hal ini merupakan masa paling kritis pada anak. Sehingga apa yang ditanamkan orang tua kepada anak akan membekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah dalam ingatannya. Sedangkan dalam perspektif Islam, orang tua wajib mengupayakan pendidikan kepribadian sebagai mana dijelaskan dalam firman Allah QS. Luqman : 17-19

(17)

3

sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai (Kemenag RI, 2014:412).

Berdasarkan ayat diatas jelas bahwasanya orang tua harus mendidik anak mereka dengan mengajarkan shalat, menyeru kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, sabar, tidak sombong, serta bertutur

kata yang baik. Pendidikan tersebut hendaknya dimulai sejak usia dini. Demikian orang tua berkewajiban memberikan bekal pendidikan sebagaimana uraian di atas. Selain ayat di atas juga terdapat ayat yang menegaskan tentang kewajiban orang tua untuk tidak meninggalkan keturunan yang lemah dibelakang mereka.

Allah berfirman dalam QS. An Nisa’: 9

seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar (Kemenag RI, 2014:77).

(18)

4

Sedangkan makna pola asuh sendiri merupakan suatu cara yang terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak dimana tanggung jawab untuk mendidik anak ini adalah merupakan tanggung jawab primer. Karena anak adalah hasil dari buah kasih sayang yang diikat dalam tali perkawinan antara suami istri dalam satu keluarga (Thoha,1996:109). Orang tua sangat berperan penting dalam mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik dimasa yang sekarang dan masa yang akan datang.

Sedangkan, tujuan pola asuh menurut Hurlock yaitu untuk mendidik anak agar dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosialnya atau supaya dapat diterima oleh masyarakat. Pengasuhan orang tua berfungsi untuk memberikan kelekatan dan ikatan emosional, atau kasih sayang antara orang tua dan anaknya, juga adanya penerimaan dan tuntutan dari orang tua dan melihat bagaimana orang menerapkan disiplin (Muallifah, 2009:44). Ketika orang tua dalam mendidik anak harus mempunyai tujuan yang jelas agar anak juga jelas agar terarah dengan baik dan benar.

(19)

5

sekarang sudah mulai beralih dengan adanya tuntutan kebutuhan, sehingga seorang ibu pun ikut berperan menjadi tulang punggung keluarga.

Hal inilah yang seharusnya menjadi perhatian kita, bagaimana generasi selanjutnya jika ternyata kedekatan yang terjadi justru antara anak dengan pembantu, bukan anak dengan orang tua, di mana dampaknya anda sudah mengetahui sendiri jika seorang anak malah dekat dengan seorang pembantu, maka bukan hanya hak kesehatan yang dikhawatirkan, tetapi juga bagaimana konsep pendidikan yang akan berpengaruh, dan bisa saja terjadi ketidaksinkronan dalam cara menerapkan pendidikan (Muallifah, 2009:41-42). Inilah tantangan selaku orang tua untuk berpikir lebih mendalam demi masa depan anak yang cerah.

Kenyataan di lapangan dalam suatu keluarga banyak anak yang tidak di asuh oleh orang tuanya, melainkan dengan neneknya, karena adanya beberapa faktor yang menyebabkan pengasuhan anak beralih atau bergeser kepada nenek yaitu : ekonomi, orang tua sibuk bekerja, orang tua janda atau duda karena kematian, orang tua bercerai. Masing-masing nenek memiliki pola asuh yang berbeda dalam mengarahkan seorang anak. Karena dipengaruhi oleh latar pendidikan, pengetahuan, pengalaman, keadaan sosial ekonomi dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan karena pada era zaman nenek berbeda dengan era cucunya.

(20)

6

yang dimiliki. Tidak hanya pengasuhan yang salah karena seorang pengasuh (nenek) pasti mengharapkan cucunya menjadi lebih baik, hanya saja cara mengasuhnya keliru. Karena pada zaman sekarang orang tua (nenek) pada saat mengasuh anaknya (orang tua anak) tentu sangat berbeda ketika mengasuh cucunya. Hal ini disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih, namun kenyataanya banyak sekali orang tua yang mempercayakan pengasuhan anaknya kepada nenek.

Ketika tidak ada sosok panutan yang patut diteladani, maka anak akan kehilangan kesempatan berharga untuk mencontoh, menyerap, meneladani, atau meniru. Dengan kuranganya komunikasi, interaksi, pelukan kasih sayang, kurangnya diajak memahami sesuatu oleh orang tua akan menyebabkan anak menjadi rapuh dan tidak stabil secara emosi. Tidak adanya hubungan batin sejak dini antara anak dan orang tua menyebabkan anak melanggar nasehat orang tua, menyakiti hatinya, tidak

menjawab pertanyaannya, tidak mendengar nasihatnya, tidak

(21)

7

Sebagaimana yang dipaparkan di atas peneliti ingin menganalisis tentang Pola Asuh Nenek dan Implikasinya terhadap Akhlak Anak di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016. Dalam hal ini, peneliti merasa perlu mengetahui bagaimana pola asuh yang baik yang diterapkan Nenek terhadap Akhlak anak asuh mereka (cucu). Karena di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan. Sebagian besar penduduknya terhimpit oleh kebutuhan ekonomi yang semakin besar, sehingga terpaksa menitipkan anaknya kepada nenek.

Berdasarkan alasan tersebut, penulis ingin meneliti dengan judul POLA ASUH NENEK DAN IMPLIKASINYA TERHADAP AKHLAK ANAK DI DUSUN NGRAWING, DESA NGAMBAKREJO, KEC. TANGGUNGHARJO, KAB. GROBOGAN TAHUN 2016.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti memperlihatkan beberapa masalah yang tentunya layak untuk dikaji dan diteliti lebih lanjut, maka rumusan masalah penelitiannya adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pola asuh yang digunakan nenek di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016?

2. Bagaimana cara nenek dalam menanamkan akhlak anak di Dusun

(22)

8

3. Bagaimana implikasi pola asuh nenek terhadap akhlak anak di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka penulis mempunyai tujuan dalam penelitian sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pola asuh yang digunakan nenek di Dusun Ngrawing,

Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016. 2. Untuk mengetahui cara nenek dalam menanamkan akhlak anak di Dusun

Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016.

3. Untuk mengetahui implikasi pola asuh nenek terhadap akhlak di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas tentang Pola Asuh Nenek di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016. Dari informasi tersebut dapat memberikan manfaat secara teoretik maupun praktik yaitu:

1. Secara Teoretik

(23)

9 2. Secara Praktik

Diharapkan dapat memberi sumbangan bagi pengembangan pengetahuan, perilaku dan khususnya dapat memberi sumbangan dibidang psikologi pendidikan yang diperoleh di lapangan, serta dapat menumbuhkan semangat bagi orang tua dalam mengasuh anak.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran judul di atas, maka perlu adanya pembatasan permasalahan yang akan penulis teliti, sehingga tidak terjadi pembiasan dalam permasalahan. Dalam hal ini, ada beberapa hal yang perlu diketahui maksud dari istilah dalam judul di atas.

1. Pola Asuh Nenek

Pola asuh berarti model, cara, dan sistem (Poerwadarminta, 1982:763). Dalam hal ini bisa dikaitkan dengan pola kepemimpinan, pola asuh merupakan suatu cara yang terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak dimana tanggung jawab untuk mendidik anak ini adalah merupakan tanggung jawab primer. Karena anak adalah hasil dari buah kasih sayang yang diikat dalam tali perkawinan antara suami istri dalam satu keluarga (Thoha, 1996:109). Oleh karena itu, orang tualah yang berperan penting dalam mendidik anak mereka.

(24)

10

(Mansur, 2005:354). Pola asuh tersebut biasa digunakan orang tua atau pengasuh bagi anak-anaknya.

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia “Nenek” berarti orang

yang sudah tua, ibu dari ayah, ibu dari ibu, atau sebutan kepada perempuan yang sudah tua (Poerwadarminta, 2006:798). Nenek yang dimaksud peneliti yaitu nenek yang sudah tua yang mengasuh dan mendidik cucunya. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan pola asuh nenek adalah suatu daya atau suatu cara yang dilakukan nenek kepada anak asuhnya dalam hal memelihara, merawat, mendidik, dan mengarahkan yang bertujuan agar menjadi anak yang berakhlakul karimah.

2. Akhlak Anak

Lafadz akhlak (dalam bahasa Indonesia dituliskan akhlak) berasal dari kata khulq, yang artinya : kejadian bathin atau internal

creation dalam bahasa Inggrisnya. Maka menurut Linguistik bahasa Arab Akhlak sebenarnya ialah bentuk jamak dari pada khulq, dan berarti : ciri-ciri watak seseorang (the traits of man‟s) moral karakter. Tapi dalam arti agama, akhlak ialah suatu daya positif dan aktif dalam bentuk perilaku atau perbuatan (Harahap, 1979:13). Jadi yang dimaksud dengan judul penelitian ini adalah POLA ASUH NENEK DAN IMPLIKASINYA TERHADAP AKHLAK ANAK DI DUSUN

NGRAWING, DESA NGAMBAKREJO, KEC.

(25)

11 F. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai beriku:

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kualitatif (Sugiyono, 2012:9). Mengatakan bahwa :

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang

berlandaskan pada filsafat postpositivisme,

digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data yang dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada yaitu keadaan gejala perubahan akhlak anak ketika tidak diasuh oleh orang tuanya sendiri melainkan diasuh oleh nenek mereka.

2. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan yaitu untuk meneliti pola asuh yang digunakan nenek, penanaman akhlak, dan akhlak anak yang diasuh oleh sang nenek.

3. Lokasi Penelitian

(26)

12 4. Sumber Data

Sumber data yang digunakan pada penelitian ini ada dua macam, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang

dikumpulkan langsung dari tangan pertama, yaitu kata-kata dan tindakan subyek serta gamabaran dan pemahaman dari subyek yang diteliti sebagai dasar utama melakukan interpretasi data. Data tersebut diperoleh secara langsung dari orang-orang yang dipandang mengetahui masalah yang akan dikaji dan bersedia memberi data yang diperlukan. Penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah nenek dan cucu. Karena dari informasi-informasi tersebut akan dilakukan penelusuran lebih lanjut kepada pihak-pihak terkait.

b. Sumber Data Sekunder

(27)

13 5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang relevan dengan fokus penelitian, maka teknik pengumpulan data yang akan di pakai meliputi :

a. Metode Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2012:231). Teknik ini penulis gunakan untuk mencari data yang didapat baik dari sumber data primer maupun sumber data sekunder. Penulis dalam penelitian ini akan melakukan wawancara dengan 7 nenek dan 7 anak di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016.

b. Metode Dokumentasi

(28)

14 6. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan atau catatan lapangan, dan dokumentasi (Sugiyono, 2012:244). Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan sebelum di lapangan.

Adapun yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini yaitu analisis kualitatif, yaitu dengan langkah-langkah :

a. Mengorganisir Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui metode atau teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar yang ditetapkan (Sugiyono, 2012:240). Hal ini bertujuan untuk membuktikan bahwa penelitian ini penting untuk dikaji dan diteliti serta diketahui keasliannya.

b. Reduksi Data

(29)

15

sekiranya tidak perlu dapat dipertimbangkan kembali apakah data tersebut perlu tidak dicantumkan dalam penulisan penelitian.

c. Penyajian Data

Penyajian data ini diatasi sebagai sekumpulan informasi yang bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, dan sejenisnya. Penyajian data diharapkan agar pembaca lebih cepat memahami isi dalam penelitian ini.

d. Penarikan Kesimpulan

Kegiatan analisis selanjutnya adalah penarikan

kesimpulan atau verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya (Sugiyono, 2012:252). Penarikan kesimpulan ini digunakan peneliti untuk menarik suatu masalah yang ada.

7. Pengecekan Keabsahan Data

(30)

16

Triangulasi dapat diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan bebagai cara, dan berbagai waktu (Sugiyono, 2012:273). Triangulangi yang digunakan peneliti dalam penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu :

a. Triangulasi Sumber Data

Triangulasi sumber data berarti, untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan mengecek data yang teleh diperoleh melalui beberapa sumber (Sugiyono, 2012:274). Triangulasi sumber data berarti membandingkan data-data yang diperoleh dari informasi satu dengan informan yang lainnya dan juga mengecek kebenaran dan kepercayaan suatu informasi.

b. Triangulasi Metode

(31)

17 8. Tahap-tahap Penelitian

a. Tahap sebelum ke lapangan

Penulis menentukan fokus penelitian yang akan menjadi pokok pembahasan, selain itu penulis melakukan konsultasi kepada pembimbing dalam penyusunan surat ataupun proposal penelitian, dilanjutkan penyelesaian perizinan lokasi penelitian.

b. Tahap pekerjaan lapangan

Penulis melakukan pengumpulan bahan yang berkaitan dengan wawanacara, observasi, dan dokumentasi penelitian. Pada tahap ini penulis memulai terjun ke lapangan tempat penelitian tersebut dilakukan.

c. Tahap analisis data

Penulis melakukan analisis data yang di peroleh melalui wawancara mendalam dan dokumentasi dengan nenek yang mengasuh anak (cucu) mereka dan anak yang diasuh oleh nenek.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini penulis bagi menjadi lima bab, di masing-masing bab saling berkaitan, dengan penjelasan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN, yang meliputi : A.Latar Belakang Masalah

(32)

18

E. Penegasan Istilah F. Metode Penelitian

G.Sistematika Penulisan Skripsi

BAB II : KAJIAN PUSTAKA, yang berisi : A. Pola Asuh

1. Pengertian Pola Asuh

2. Macam-macam Pola Asuh

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pola Asuh

4. Faktor-faktor yang menyebabkan pengasuhan anak bergeser pada nenek

B. Akhlak Anak

1. Pengertian Akhlak

2. Dasar dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis

3. Tujuan Akhlak

4. Ruang Lingkup Akhlak

5. Klasifikasi Akhlak

C.Implikasi Pola Asuh Nenek terhadap Akhlak Anak

BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN, berisi tentang : A.Paparan Data

1. Gambaran Lokasi Penelitian

a. Sejarah Singkat tentang Dusun Ngrawing

b. Keadaan Geografis

c. Keadaan Penduduk

(33)

19

e. Keadaan Ekonomi

f. Sarana dan Prasarana

g. Visi dan Misi Desa

h. Struktur Perangkat Desa Ngambakrejo

2. Gambaran Informan

B. Temuan Penelitian

BAB IV : PEMBAHASAN, yang berisi tentang :

A.Pola asuh yang digunakan nenek di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo,

Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016.

B.Penanaman nenek terhadap akhlak anak di Dusun Ngrawing, Desa

Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016.

C.Implikasi pola asuh nenek terhadap akhlak anak di Dusun Ngrawing, Desa

Ngambakrejo, Kab. Grobogan Tahun 2016.

BAB V : PENUTUP, yang merupakan bab terakhir berupa :

A. Kesimpulan.

(34)

20

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pola Asuh

1. Pengertian Pola Asuh

Pola berarti model, dan sistem (Poerwadarminta, 1982:763). Sedangkan asuh, mengasuh berarti menjaga, merawat, mendidik anak kecil, memimpin, dan melatih (Poerwadarminta, 1982:63). Kata pengasuh adalah orang yang menjaga, merawat, dan mendidik anak. Maksud dari mengasuh anak adalah mendidik dan memelihara anak itu, mengurus makanan, minuman, pakaian dan kebersihannya, dalam periode umurnya yang pertama (Al-Barry, 1977:51). Pola asuh adalah model atau cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak (Thoha, 1996:109). Orang tualah yang berhak dan bertanggung jawab dalam mengasuh dan mendidik anak mereka.

(35)

21

sistem untuk mengasuh anak. Pola asuh juga merupakan sikap dan perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anaknya. Sikap dan perilaku orang tua itulah yang dijadikan anak sebagai contoh atau panutan bagi anaknya dalam kehidupan sehari-hari.

Orang tua bertanggung jawab untuk dirinya dan keluarganya melalui pendidikan yang di berikan mereka, selain itu orang tua juga yang bertugas menjadikan anak-anak mereka mempunyai agama yang baik menurut agama Islam. Menurut Al-Abrasyi dalam bukunya yang

berjudul Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam mengatakan bahwa

setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, seperti sabda Nabi Muhammad SAW bersabda :

ِناَدِّوَهُ ي ُهاَوَ بَأَف ِةاَرْطِفْلا ىَلَع ُدَلْوُ ي ٍدْوُلْوَم ُّلُك

ىقهيبلا هاور( ِوِنَسِّجُيُْوَأ ِوِناَرِّصَنُ يْوَأ ِو

)

Artinya : Tiap-tiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan mereka Yahudi, Nasrani dan Majusi (HR. Baihaqi).

(36)

22

Menurut Haurlock (1973), sebagaimana dikutip oleh Mansur mengemukakan ada tiga jenis pola asuh orang tua terhadap anakanya, yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, pola asuh laissez faire

(Mansur, 2005:354). Pola asuh tersebutlah yang biasanya digunakan oleh orang tua maupun pengasuh dalam mengasuh anak, agar lebih mudah dalam mengasuh anak berdasarkan pola asuh di atas.

2. Macam-macam Pola Asuh Anak

Mendidik anak dalam keluarga diharapkan agar anak mampu berkembang kepribadiannya, menjadi manusia dewasa yang memiliki sikap positif terhadap agama, kepribadiaan kuat dan mandiri, berakjlak mulia, potensi jasmani dan rohani serta intelektual yang berkembang secara optimal. Untuk mewujudkan hal itu ada berbagai cara dalam pola asuh yang dilakukan oleh orang tua menurut Haurlock yang di kutip oleh Chabib Thoha (1973:110) ada 3 macam pola asuh yaitu :

a. Pola Asuh Otoriter

(37)

23

semua keputusan yang menyangkut permasalahan anak-anaknya. Pola asuh yang bersifat otoriter ini juga ditandai dengan hukuman-hukumannya yang dilakukan dengan keras, mayoritas hukuman tersebut sifatnya hukuman badan dan anak juga diatur yang membatasi perilakunya (Mansur, 2005:354). Pola asuh ini, lebih mengutamakan perintah-perintah dari orang tua untuk mematuhi apa yang diperintahkan orang tua mereka, tidak mendengar argumen atau pendapat dari anak. Anak dituntut untuk selalu menuruti kemauan orang tua mereka.

Menurut penulis dalam menggunakan Pola Asuh Otoriter mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari Pola Asuh Otoriter : anak akan menurut kepada orang tua, takut untuk melakukan kesalahan atau hal negatif. Kelemahan dari Pola Asuh Otoriter : anak akan menjadi pembangkang karena merasa hidupnya terbatas, penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, dan melakukan hal negatif secara diam-diam karena penasaran.

b. Pola Asuh Demokratis

(38)

24

dirinya. Orang tua dalam hal-hal tertentu perlu ikut campur tangan, misalnya dalam keadaan yang membahagiakan hidupnya dan keselamatan anak. Demikian pula terhadap hal-hal yang sangat prinsip mengenai pilihan agama, orang tua dapat memaksakan kehendaknya terhadap anak, karena anak belum memiliki alasan yang cukup tentang hal itu. Tidak semua materi pelajaran agama seluruhnya diajarkan secara demokratis terhadap anak (Mansur, 2005:355-356). Pola asuh ini, anak diberi kebebasan untuk memilih apa yang menjadi kesukaannya, asalkan masih dalam pengawasan orang tua mereka.

Menurut penulis dalam menggunakan pola asuh demokratis mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari Pola Asuh Demokratis : menghasilkan karakteristik anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman-temanya, mampu menghadapi stres, dan mempunyai minat terhadap hal-hal yang baru. Kelemahan dari Pola Asuh Demokratis : anak akan cenderung merongrong kewibaan otoriter orang, kalau segala sesuatu harus dipertimbangkan antara orang tua.

c. Pola Asuh Laissez Faire

(39)

25

tidak memberikan bimbingan pada anak. Semua apa yang dilakukan oleh anak adalah benar dan tidak perlu mendapat teguran, arahan, atau bimbingan. Hal itu ternyata dapat diterapkan kepada orang dewasa yang sudah matang pemikirannya, sehingga cara mendidik seperti itu tidak sesuai, jika diberikan kepada anak-anak. Apalagi bila diterapkan untuk pendidikan agama banyak hal yang harus disampaikan secara bijaksana. Oleh karena itu, dalam keluarga orang tua harus merealisasikan peranan atau tanggung jawab dalam mendidik anak (Mansur, 2005:356-357). Pola asuh laissez faire ini, anak di didik oleh orang tuanya dengan bebas dan anak dianggap sudah dewasa untuk melakukan apapun yang diinginkan oleh anak mereka.

Menurut penulis dalam pola asuh laissez faire mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari pola asuh laissez faire : menghasilkan anak yang di beri kebebasan oleh orang tuanya, jadi anak bisa melakukan apa yang disukai oleh anak. Kelemahan dari pola asuh Laissez faire : menghasilkan karakteristik anak yg agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, sering bolos, bermasalah dengan teman karena kontrol orang tua yang lemah.

(40)

26

kegunaannya bagi masa yang akan datang, dimana masa sekarang berbeda dengan yang akan datang, meskipun pelajaran tersebut tidak berguna untuk masa sekarang tetapi harus tetap diberikan dalam mempersiapkan masa depan.

Banyak sekali persiapan untuk membekali anak untuk menyongsong masa depan, yang tidak ada pada kehidupan sekarang. Semakin jauh zaman yang dilalui, maka semakin tinggi ilmu pengetahuan dan teknologi yang harus dimiliki dalam rangka memberi bekal pada anak. Pola asuh yang dilakukan menurut seorang nenek benar pada zamannya, belum tentu benar pada kehidupan sekarang bila diterapkan dalam mengasuh cucunya.

3. Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh

Menurut Casmini (2007), sebagaimana dikutip oleh Muallifah (2009: 63) menjelaskan bahwa Faktor yang mendukung terlaksananya pola asuh dengan baik, bukan hanya tergantung dengan jenis pola asuh yang ditetapkan oleh orang tua (nenek), tetapi juga tergantung pada karakteristik keluarga, anak dan jenis pola asuh yang diterapkan. Adapun beberapa karakteristiknya adalah sebagai berikut :

a. Karakteristik Struktur Keluarga

(41)

27

tetapi juga lingkungan sekitar, situasi perawatan anak, situasi sekolah, juga konflik yang terjadi di lingkungan sekitar.

b. Karakteristik Struktur Anak

Ketika ingin memperlakukan jenis pola asuh, maka harus memperhatikan karakteristik anak, diantaranya adalah karakter anak, bagaimana perilaku soial, dan keterampilan kognitif anak. c. Karakteristik Budaya Keluarga

Karakteristik kultur keluarga didefinisikan pada

kemampuan berbahasa, sedangkan indikator dalam karakteristik kultur keluarga adalah reading behavior (kebiasaan membaca),

home language (bahasa asli), dutch language (bahasa asing),

mastery and culture participan (menguasai dan partisipasi budaya). d. Karakteristik Situasi Keluarga

(42)

28

Adapun faktor yang yang mempengaruhi pola asuh adalah sebagai berikut :

1). Latar Belakang Pendidikan si Pendidik

Pendidikan merupakan alat di masyarakat untuk memperbaharui dirinya dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Al-Gazhali mengemukakan bahwa amal perbuatan, perilaku, akhlak dan kepribadian seorang pendidik adalah penting dari pada ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Karena kepribadian pendidik akan diteladani dan ditiru oleh anak didiknya, baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan secara langsung maupun tidak langsung (Zainuddin, 1991:56). Ketika seorang pengasuh (nenek) dalam mengasuh anak (cucu) mereka, harus mempunyai pendidikan yang baik dan benar dalam mendidik anak (cucu) mereka.

2). Pengetahuan Pendidik

(43)

29

melalui pendidikan formal, tetapi juga dari informasi di media masa atau hasil dari pengalaman orang lain. Pembentukan kepribadian terjadi dalam masa panjang, mulai dari dalam kandungan sampai umur 21 tahun (Kaelany, 2000:243). Pembentukan kepribadian ini erat hubungannya dengan pembinaan iman dan akhlak anak (cucu) mereka.

3). Aktivitas Pendidik

Kebutuhan wanita terhadap tugas dan tanggungjawab di luar tugas sebagai nenek berbeda-beda, ada nenek yang merasa bahagia dengan peran sebagai pengasuh anak, ada juga yang merasa terbebani dengan tanggungjawab mengasuh anak. Aktivitas nenek juga menjadi alasan utma dalam keberhasilan memelihara, merawat, mendidik, membimbing dan juga mengarahkan anak ke arah yang baik dan benar.

(44)

30

4. Faktor yang Menyebabkan Pengasuhan dari Orang tua Bergeser pada Nenek

Kenyataan di lapangan dalam suatu keluarga banyak anak yang tidak di asuh oleh orang tuanya, melainkan dengan neneknya, karena adanya beberapa faktor yang menyebabkan pengasuhan anak beralih atau bergeser kepada nenek yaitu : ekonomi, orang tua sibuk bekerja, orang tua janda atau duda karena kematian, orang tua bercerai. Adapun faktor yang menyebabkan pengasuhan orang tua terhadap anak bergeser atau beralih kepada nenek adalah sebagai berikut:

a. Faktor Ekonomi

Faktor Ekonomi dalam pengasuhan dipengaruhi oleh gaya dan pengalaman yang dimiliki serta pengetahuan yang diterimanya. Perbedaan dalam pola asuh seorang nenek juga bisa dilihat dari status sosial ekonomi dalam masyarakat. Status sosial ekonomi mempunyai peranan terhadap perkembangan anak (Ahmadi, 1991:91). Salah satu faktor yang mengakibatkan pengasuhan dari orang tua beralih kepada nenek adalah faktor ekonomi dalam seuatu keluarga, karena sulitnayamencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, maka orang tua harus bekerja dan meninggalkan anak-anaknya kepada pengasuh atau nenek.

b. Orang Tua Sibuk Bekerja

(45)

31

terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Setiap bagian memiliki hubungan antara satu dan lainnya yang menyatu dalam keluarga. Teori fungsionalisme struktural menekankan pada keteraturan dan mengabaikan konflik dalam masyarakat (Suhendi, 200:175). Istri yang bekerja di luar rumah, fungsi manifesnya adalah meningkatnya kesejahteraan ekonomi keluarga, tetapi fungsi latennya adalah terjadinya disfungsi ibu rumah tangga dalam menjalankan tugasnya dalam keluarga. Demikian itulah dapat menyebabkan berkurangnya waktu pengasuhan anak oleh ibu rumah tangga yang berperan ganda memungkinkan rendahnya intensitas pengasuhan anak, sehingga terjadi perubahan pola, peran, serta fungsi pada pengasuhan anak, dimana keluarga besar (extended family) sangat dibutuhkan.

c. Orang Tua Janda atau Duda karena Kematian

(46)

32

problem yang memerlukan penenangan dalam keluarga.

Keberadaan keluarga besarlah yang sangat membantu memberikan solusi dan pengarahan agar apa yang terjadi ataupun yang akan dilakukan oleh orang tua tunggal tidak salah jalan.

d. Orang Tua yang Bercerai

(47)

33

5. Seni Mendidik dalam Islam

Seorang nenek perlu memperhatikan bagaimana mengasuh, merawat, mendidik dan juga memberi teladan yang baik bagi anak-anak agar menjadi anak-anak yang berakhlakul karimah. Menurut Muallifah (2009: 145), tentang seni mendidik anak dalam Islam. Adapun seni, atau cara mendidik anak dalam Islam adalah sebagai berikut :

a. Membiasakan Anak untuk Shalat Berjama’ah.

Konsep keteladanan dalam sebuah pendidikan sangatlah penting dan bisa berpengaruh terhadap proses pendidikan, khususnya dalam membentuk aspek moral, spiritual, dan etos sosial anak. Karena seorang pendidik baik orang tua, guru bahkan nenek merupakan figur dalam pandangan anak, disadari atau tidak akan ditiru oleh anak. Seorang pengasuh yaitu haruslah memberikan teladan yang baik pada anak asuhnya, mengajak untuk meniru akhlak Rasulullah dan banyak mengingat Allah SWT. Perbanyak mengingat Allah SWT yaitu selalu melaksanakan shalat dan membiasakan shalat berjama’ah

b. Menasehati Anak apabila Berbuat Salah.

(48)

34

c. MenyuruhAnak untuk Belajar Al-Qur,an.

Seorang pengasuh misalnya nenek juga harus

memperhatikan apa yang dipelajari anak mengenai prinsip, pemikiran, dan keyakinan yang sudah diajarkan di sekolah. Konsep keimanan yang dimaksud sebenarnya bukan hanya kepada iman pada Allah ataupun sebatas religi, tetapi bisa diperluas kembali kedalam aspek lainnya. Nenek selaku pengganti orang tua harus mampu menanamkan sifat atau rasa keyakinan dan rasa percaya diri anak setiap perbuatan yang diambilnya. Dalam menanamkan keyakinan dan agar berbuat sesuai ajaran Islam maka bisa dimulai dari belajar Al-Qur,an.

d. Menegur Anak yang Berkata Bohong

(49)

35

e. Mengajarkan Kemandirian Kepada Anak.

Hal ini bisa dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan fisik yang menunjang perkembangan mental anak dan intelektual melalui latihan-latihan. Sedang kematangan mental melalui bagaimana menyikapi permasalahannya sendiri, dan ketika dewasa hilang rasa ketergantungan pada keluarga. Hal ini bisa dilakukan misalnya, nenek tidak banyak ikut campur urusan cucunya dalam hal pekerjaan sehari-hari yang bisa dilakukan sendiri oleh cucunya.

f. Memarahi dan Memukul Anak ketika Tidak Shalat.

Konsep pendidikan dan hukuman dalam Islam bukan menjadikan kekerasan sebagai modal utama, namun bagaimana memberi peringatan terhadap anak agar perbuatan yang keji tidak diulangi lagi. Misalnya, memperingati dengan lemah lembut dan kasih sayang, menjaga tabiat anak yang salah dalam menggunakan hukuman dan menasihati anak secara bertahap.

g. Memberikan Pujian dan Hadiah

(50)

36

perbedaan. Pemberian pujian diberikan ketika perilaku anak hasilnya positif, namun pemberian hadiah lebih dimaksud untuk memancing timbulnya perilaku positif.

B. Akhlak Anak

1. Pengertian Akhlak

Kata akhlak berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata Khulq,

atas timbangan (wazan) thulasi mazid, af‟ala – yuf‟ilu – if‟alan yang berarti al-sajyah, al-tabi‟ah (kelakuan, watak dasar), al-„adat

(kebiasaan), al-maru‟ah (peradaban yang baik), dan al-din (agama) (Damanhuri, 2014:27-28). Orang tua mempunyai kewajiban untuk menanamkan akhlak yang baik kepada anak-anaknya yang dapat membahagiakan di kehidupan dunia dan akhirat.

(51)

37

Menurut Ibnu Miskawaih akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dulu. Karakter yang merupakan suatu keadaan jiwa itu menyebabkan jiwa bertindak tanpa berpikir atau dipertimbangkan secara mendalam (Mansur, 2005:221). Keadaan jiwa seseoranglah yang menyebabkan seseorang tidak berpikir untuk melakukan apapun.

Menurut definisi para Ulama’, akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam diri secara kuat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa diawali berfikir panjang, merenung, dan memaksakan diri. Sedangkan sifat-sifat yang tidak tertanam kuat dalam diri, seperti kemarahan seseorang yang asalnya pemaaf, maka itu bukan akhlak (Mahmud, 2004:34). Kesimpulannya bahwa akhlak anak merupakan suatu perbuatan yang tertanam kuat dalam diri seseorang anak untuk melakukan suatu tindakan yang dilakukan seorang anak tanpa perlu berfikir panjang dan dilakukan berulang-ulang yang akan menjadi suatu kebiasaan.

2. Dasar Al-Qur’an dan Al-Hadist

Allah berfirman dalam QS. Al-Qolam : 4

ٍمْيِظَع ٍقُلُخ ىَلَعَل َكَّنِاَو

Artinya : “Sesungguhnya engkau memiliki moral dan akhlak yang

(52)

38

Pujian Allah ini bersifat individual dan khusus hanya diberikan kepada Nabi Muhammad karena kemuliaan akhlakNya. Penggunaan

istilah Khuluqun „Adhim menunjukkan keanggungan akhlak Nabi

Muhammad SAW. Rasulullah SAW adalah sosok yang patut ditiru agar seseorang mempunyai akhlak yang baik. Kita sebagai umat Rasulullah SAW harus mencontoh segala sesuatu yang dilakukan oleh Rasulullah SAW untuk mencapai kesempurnaan akhlak yang terpuji.

3. Tujuan Akhlak

Tujuan akhlak adalah mencapai kebahagian hidup ummat manusia dalam kehidupannya, baik di dunia maupun akhirat (Sidik, 1998:93). Akhlak dapat menghantarkan kita memperoleh kebahagian di dunia dan kebahagiaan di akhirat, tentunya hal tersebut adalah akhlak yang baik, bukan akhlak yang buruk yang menjerumuskan seseorang kepada kemaksiatan.

4. Ruang Lingkup Akhlak

Membahas ruang lingkup akhlak, menurut Kahar Masyhur

sebagaimana di kutip oleh Tono Sidik (1998: 94), dalam buku Ibadah

dan Akhlak dalam Islam menyebutkan bahwa ruang lingkup akhlak meliputi bagaimana seharusnya seseorang bersikap terhadap penciptanya, terhadap sesama manusia, keluarga dan masyarkat.

(53)

39

individu, makhluk sosial, makhluk penghuni, dan makhluk ciptaan Allah SWT. Dengan kata lain akhlak meliputi akhlak pribadi, akhlak keluarga, akhlak sosial, akhlak politik, akhlak jabatan, akhlak terhadap Allah dan juga akhlak terhadap alam. Demikianlah dapat dikatakan ruang lingkup akhlak yaitu akhlak terhadap tuhan, akhlak terhadap keluarga, akhlak terhadap masyarakat dan akhlak terhadap sesama. Hal-hal di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Akhlak Terhadap Allah.

Titik tolak akhlak terhadap Allah bahwa tiada tuhan melainkan Allah. Dia yang memiliki sifat-sifat terpuji yang begitu agung, yang tidak dimiliki manusia, bahkan malaikatpun tidak akan mampu menjunjung-Nya. Seperti anak di suruh untuk belajar mengaji, berakhlak baik, mengajarkan anak tentang rukun islam dan rukun iman, belajar tentang alam yang diciptakan oleh Allah untuk manusia, dan mengajarkan bahwasanya tiada tuhan yang wajib di sembah kecuali Allah SWT semata.

b. Akhlak Terhadap Keluarga.

(54)

40

untuk menghormati dan berkata baik kepada yang lebih tua darinya, agar nanti anak akan mempunyai sopan santun kepada yang lebih tua darinya.

c. Akhlak Terhadap Masyarakat.

Akhlak terhadap masyarakat meliputi akhlak terhadap tetangga, akhlak terhadap tamu, dan juga sanak keluarga. Seperti dibiasakan dan diajarkan untuk memberi makanan yang berlebihan di rumahnya kepada tetangga agar terjalin silahturahmi yang baik antar tetangga. Apabila ada tamu di rumahnya anak diminta untuk berjabat tangan kepada tetangga dan di ajarkan bagaimana menjamu tamu dengan baik dan benar, agar anak nanti bisa mempraktikkan di masa yang akan datang.

d. Akhlak Terhadap Sesama.

Akhlak terhadap sesama meliputi akhlak terhadap makhluk lain, banyak sekali yang dikemukakan Al-Quran berkaitan dengan perlakuan terhadap sesama manusia. Seperti halnya anak dibiasakan untuk berbuat baik kepada sesama, menolong jika ada yang membutuhkan, memaafkan seseorang jika salah, berkata jujur, ramah terhadap sesama.

Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah:263:

(55)

41

Artinya : Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun” (Kemenag RI, 2014:44).

Sesuai uraian diatas sudah jelas bahwasanya cakupan dari akhlak itu sendiri meliputi semua aspek kehidupan manusia sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk individu, makhluk sosial, makhluk penghuni, dan makhluk ciptaan Allah SWT. Demikianlah dapat dikatakan ruang lingkup akhlak yaitu akhlak terhadap tuhan, akhlak terhadap keluarga, akhlak terhadap masyarakat dan sesama. Oleh karena itu, manusia dapat berakhlak baik dengan siapapun tanpa memandang jabatan seseorang. 5. Klasifikasi Akhlak

Menurut Mansur dalam buku Pendidikan Anak Usia Dini

dalam Islam (2005:238-248)Akhlak manusia terdiri atas Akhlak yang terpuji (Al-Akhlaq Al-Mahmudah) dan Akhlak yang tercela (Al-Akhlaq Al-Mazmumah), sehingga harus diperhatikan baik sejak mau tidur hingga bangun dari tidurnya, sejak bangun tidur sampai akan tidur kembali. Akhlak seseorang itu dapat digolonkan menjadi dua kategori:

a. Akhlak Terpuji (Al-Akhlak Al-Mahmudah)

Akhlak terpuji atau Al-Akhlaq Al-Mahmudah maksudnya

adalah perbuatan-perbuatan baik yang ada dalam hati menurut

syara’. Sifat-sifat itu biasanya disandang oleh para Rasul, anbiya,

(56)

42

Adapun syarat-syarat diterima tiap amal shalih itu dilandasi dengan sifat-sifat terpuji juga antara lain sebagai berikut:

1) Ikhlas, artinya beramal karena Allah.

2) Wara’, artinya meninggalkan setiap hal yang haram atau yang

ada subhatnya.

3) Zuhud, artinya meninggalkan tamak dan meninggalkan yang bagus-bagus dari kelezatan dunia baik berupa makanan, pakaian, rumah, dan lain-lain (Mansur, 2005:239). Apabila seseorang ingin menyempurnakan akhlak yang terpuji harus memilik sifat-sifat tersebut.

Sifat-sifat demikianlah yang menjadikan dunia ini menjadi tempat yang menyejukkan dan menentramkan hati bagi semua orang yang hidup di mana ia bertempat tinggal. Sebagai umat manusia yang diciptakan oleh Allah SWT, kita hanya di suruh untuk mematuhi perintahnya dan menjauhi larangannya agar kita menjadi insan yang kamil. Pentingnya pendidikan orang tua kepada anak-anak mereka, seringkali digambarkan oleh Nabi bukan hanya dalam konteks keteladanan dan kasih sayang (akhlak dan moral), tetapi juga oleh rasio. Allah berfirman dalam QS. Al-Ahzab : 21

(57)

43

Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah (QS. Al-Ahzab : 21).

Oleh karena itu, konsep keteladanan sangatlah penting menemukan hasil yang maksimal. Maka seorang pengasuh yaitu nenek, harus jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani, dan menjauhkan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan agama. Seorang nenek dalam mengasuh sang cucu haruslah memberikan teladan yang baik pada cucunya, mengajak untuk meniru akhlak Rasulullah dan banyak mengingat Allah SWT.

b. Akhlak Tercela (Al-Akhlak Al-Mazmumah)

Sifat-sifat tercela atau keji atau Al-akhlaq Al-Mazmumah

menurut syara’ dibenci Allah dan Rasul-Nya yaitu sifat-sifat ahli

maksiat pada Allah. Sifat-sifat itu sebagai sebab tidak diterimanya amalan-amalan manusia, antara lain :

1) Ujub, yakni melihat kebagusan dan kebajikan diri sendiri dengan ajaib hingga dia memuji akan dirinya sendiri.

2) Takabur, yakni membesarkan diri atas yang lain dengan

pangkat, harta, ilmu, dan amal.

3) Riya’, yakni beramal dengan tujuan ingin mendapatkan

pangkat, harta, nama, pujian, sebagai lawan ikhlas.

4) Hasad, yakni dengki, suka harta dunia baik halal maupun haram, lawan dari wara‟ dan zuhud. Akhlak tercela lainnya

(58)

44

mendengarkan bunyi-bunyian yang haram, melihat sesuatu

yang haram, dan bid’ah (Mansur, 2005:240). Sifat-sifat tercela

tersebutlah yang harus dihindari oleh seseorang, agar tidak berbuat kemaksiatan.

C. Implikasi Pola Asuh Nenek terhadap Akhlak Anak

Keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama dikenalkan pada anak, atau dapat dikatakan bahwa seorang anak mengenal kehidupan sosial itu pertama-tama didalam lingkungan keluarga. Adanya interaksi antara anggota keluarga yang satu dengan yang lain itu menyebabkan bahwa seorang anak menyadari akan dirinya bahwa ia berfungsi sebagai individu dan juga sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk individu dia harus memenuhi segala kebutuhan hidupnya demi untuk kelangsungan hidupnya di dunia. Sebagai makhluk sosial ia menyesuaikan diri dengan kehidupan bersama.

(59)

45

Pola asuh orang tua (nenek) juga dijelaskan dalam Hadits Rasulullah SAW, beliau bersabda :

ْىُبِزْضاَف َنْيِنِس َزَشَع َغَلَب اَذِاَو َنْيِنِس َعْبَس َغَلَب اَذِا ِةَلاَّصلاِب ِّيِّبَّصلا ْوُّزُم

ُه

اَهْيَلَع

)ذيمزتلا هاور(

Artinya : Suruhlah anak-anakmu bersembahyang apabila ia telah berumur 7 tahun, dan apabila ia telah berumur 10 tahun ia meninggalkan sembahyang itu, maka pukullah ia (HR. Turmudzi) (Uhbiyati, 2009: 55).

Hadits di atas menjelaskan bagaimana seorang pengasuh yaitu nenek sebagai pengganti kedua orang tua juga harus mengajari anak untuk shalat sejak dini dan pukullah ia ketika berumur 10 tahun tidak mau mengerjakan shalat. Kekerasan kadang dipandang sesuatu yang bukan negatif, tetapi kadang kekerasan juga perlu tetapi kalau sekedar untuk mendidik.

(60)

46

Pola asuh nenek yang baik, juga akan berdampak dengan akhlak anak. Dari cara mengasuh dan mendidik anak yang telah disebutkan sebelumnya misalnya : menyuruh anak shalat berjama’ah, menyuruh anak untuk belajar Al-Qur’an, menasehati anak jika berkata bohong, memarahi dan memukul anak ketika tidak shalat, menegur anak jika berbuat salah, dan memberi pujian dan hadiaya.

Dari cara mendidik dan mengasuh anak dengan menyuruh untuk shalat berjamaah, maka anak akan terbiasa shalat hingga tumbuh dewasa nanti meskipun tanpa pengawasan nenek. Dari nenek

menyuruh anak untuk belajar Al-Qur’an, gemar membaca Al-Qur’an

karena dengan ajaran ini anak akan merasa mengenal agamanya dan

merasa dekat dengan kitab Al-Qur’an, kedekatan ini akan

(61)

47

Firman Allah SWT, dalam QS. An-Nisa’ : 9

seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar (QS. An-Nisa’ : 9).

Dari ayat di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa setiap orang tua atau pengasuh yaitu nenek sebagai pengganti kedua orang tua, hendaklah takut apabila meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah (berakhlak buruk).

Kelalaian-kelalaian dalam mendidik anak akan menyebabkan penyimpangan dan kenakalan pada anak. Keluarga hendaknya mengetahui hal-hal yang dapat menjadikan anak menyimpang dan melakukan kenakalan. Apabila keluarga mengetahui hal tersebut maka penyimpangan dan kenakalan anak dapat dicegah.

Menurut Ali Hasan Az-Zhecolany dalam bukunya yang

berjudul Kesalahan-kesalahan Orang Tua Penyebab Anak tidak Shalih

(62)

48

kekerasan, tidak memberikan kasih sayang dan perhatian yang cukup, tidak sepaham antara ayah dan ibu, mengklaim buruk, terlalu memanjakan anak, terlalu berbaik sangka atau berburuk sangka terhadap anak, pilih kasih, mendo’akan buruk terhadap anak, bertengkar dan berbuat hal yang tidak layak dihadapan anak, susah memberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahan, lalai pada bacaan, tontonan, pergaulan anak, dan membuat anak minder

(63)

49

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Paparan Data

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Sebelum memasuki pokok permasalahan penyajian data, peneliti memandang perlu untuk menyajikan keadaan obyek peneliti secara umum, yaitu untuk mendapatkan gambaran lebih lanjut tentang obyek penelitian yang peneliti maksud. Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo yang dijadikan penelitian ini adalah termasuk dalam wilayah Desa Ngambakrejo, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan, Purwodadi, Provinsi Jawa Tengah. Adapun untuk mengetahui gambaran secara jelas mengenai Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo maka dapat dilihat keterangan di bawah ini:

a. Sejarah Berdirinya Dusun Ngrawing

(64)

50

dimakamkan disitu sampai sekarang makamnya dianggap keramat oleh penduduk disitu dengan diberi nama kuburan Joko Tinggi. (Dokumen Pemerintah Desa Ngambakrejo, 1979:21)

b. Keadaan Geografis

Berdasarkan buku Monografi Desa Ngambakrejo (2014:1-9) Desa Ngambakrejo merupakan Desa yang terletak di Kecamatan

Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan, Purwodadi. Desa

Ngambakrejo terdiri dari 3 Dusun yaitu Dusun Ngrawing, Ngetuk, dan Ngambak. Hal ini dapat dilihat dari gambaran Desa Ngambakrejo sebagai berikut:

1) Luas dan Batas wilayah Desa Ngambakrejo

Luas Desa Ngambakrejo adalah luas keseluruhan wilayah yang berada di Desa Ngambakrejo dengan luas 497.950 Ha yang terdiri atas 3 Dusun yaitu : Dusun Ngrawing, Dusun Ngetuk, dan Dusun Ngetuk.

2) Batas-batas wilayah Desa Ngambakrejo

a) Sebelah Utara : Desa Kuwaron/Trisari

b) Sebelah Selatan : Desa Jumo/Wates

c) Sebelah Barat : Desa Kapung

d) Sebelah Timur : Desa Trisari/Wates

3) Orbitas (jarak dari pusat pemerintahan Desa)

a) Jarak pusat pemerintahan Kecamatan : 06 Km

(65)

51

c. Keadaan Penduduk

Sebagai gambaran kependudukan di Desa Ngambakrejo, berikut tabel kependudukan yang dapat terdokumentasikan :

1) Jumlah Kepala Keluarga : 2.609 KK

2) Jumlah penduduk menurut jenis kelamin :

Laki-laki : 2.671 orang

Perempuan : 2.609 orang

3) Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur

Tabel 3.1

Data Jumlah Penduduk berdasarkan Umur di Desa Ngambakrejo Tahun 2016

NO. Kelompok Umur Jenis Kelamin Jumlah

(66)

52

d. Keadaan Sosial

1) Mata Pencaharian Penduduk

Tabel 3.2

Data Mata Pencaharian Penduduk di Desa Ngambakrejo Tahun 2016

No. Mata Pencaharian Jumlah

1. PNS 37 orang

11. Jasa/lainnya 706 orang

2) Kepercayaan yang dianut

Tabel 3.3

Data Kepercayaan Agama di Desa Ngambakrejo Tahun 2016

NO. Agama Jumlah Penganut

1. Islam 5.280 orang

2. Kristen

-3. Katolik

-4. Hindu

(67)

-53

e. Keadaan Ekonomi

1) Sarana Perekonomian

Tabel 3.4

Data Sarana Ekonomi di Desa Ngambakrejo Tahun 2016

NO. Jenis Sarana Ekonomi Jumlah

1. Pasar Umum

-2. Pasar Hewan

-3. Toko/kios/warung 07/29/06 buah

4. BUUD/KUD

-5. Koperasi Simpan Pinjam (KSP) 04 buah

6. Badan Kredit

-7. Lumbung Desa 01 buah

2) Jumlah Perusahaan/Usaha

Tabel 3.5

(68)

54

f. Sarana dan Prasarana

1) Agama

Tabel 3.6

Sarana Ibadah di Desa Ngambakrejo Tahun 2016

Sarana Kesehatan di Desa Ngambakrejo Tahun 2016

NO. Tempat Pengonatan Jumlah

1. Rumah Bersalin (RB) 02 buah

2. Klinik KB 03 buah

3. Balai Pengobatan (BP) 01 buah

4. Posyandu 03 buah

3) Olahraga atau Kesenian Kebudayaan dan Sosial

Tabel 3.8

Sarana Olahraga atau Kesenian Kebudayaan dan sosial di Desa Ngambakrejo

Tahun 2016

NO. Sarana Jenis Jumlah

1. Sarana Olahraga 03 jenis 05 buah

2. Sarana Kesenian atau

Kebudayaan

02 jenis 03 buah

(69)

55

4) Pendidikan

Tabel 3.9

Gambaran-gambaran Sarana Pendidikan umum di Desa Ngambakrejo

Tahun 2016

NO. Pendidikan

Umum Jumlah Sekolah

Jumlah

(70)

56

g. Visi dan Misi Desa 1) Visi

Terwujudnya masyarakat Desa Ngambakrejo yang tertib, sehat, dan kondusif dalam tata kehidupan yang agamis, demokratis, dan memiliki nasionalisme yang tinggi, dilandasi oleh akhlak yang baik dalam rangka mencapai terwujudnya Desa Ngambakrejo yang lebih maju dan bermartabat berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

2) Misi

Menumbuh kembangkan keinginan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-hari sesuai dengan situasi dan kondisi Sumber Daya Alam (SDA) Desa Ngambakrejo. Menjadikan Desa Ngambakrejo sebagai Desa Sentra Pertanian atau Palawija, Desa yang mampu mewujudkan pertanian yang modern dengan mengembangkan penggunaan

Pupuk Organik yang ramah lingkungan. Menjadikan

(71)

57

h. Struktur Perangkat Desa Ngambakrejo

Tabel 3.11

Struktur Perangkat Desa Ngambakrejo Tahun 2016

NO. Jabatan Nama

1. Kepala Desa Ngambakrejo Sulyaji

2 Sekretaris Desa Ahmad Makruf

3. Bendahara Sri Rahayu

4. KAUR Pembangunan Sugeng Wibowo

5. KAUR Kesejahteraan Yasak

6. KADUS I Dsn. Ngambak Ahmad Bagiyo

7. KADUS II Dsn. Ngrawing Wardoyo

8. KADUS III Dsn. Ngetuk Ali Wahyudi

2. Gambaran Informan

Berdasarkan jumlah beberapa responden yang diteliti masing-masing subjek terdiri dari nenek yang mengasuh cucu dan anak-anak yang bestatus siswa Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas yang berada dalam pengasuhan nenek. Berikut ini penjelasan mengenai profil masing-masing nenek yang di jadikan responden oleh peneliti, sebagai berikut :

a. Nenek MM

(72)

58

pertama dan kedua oarng tuanya bekerja keras untuk menghidupi anak semata wayangnya itu. Ayahnya bernama MM usia 26 tahun, saat ini bekerja sebagai buruh proyek yang tidak tentu pulangnya, sedangkan ibunya yang bernama MP usia 25 tahun yang rela menjadi TKW di hongkong demi anak semata wayangnya itu. Karena faktor ekonomilah orang tuanya menitipkan NO kepada nenek. Karena khawatir akan pergaulan anak zaman sekarang, sangat mengkhawatirkan perkembangn psikologis anak, jadi cara terbaik adalah menitipkan anak mereka kepada nenek.

b. Nenek SP

(73)

59

c. Nenek MR

Nenek MR lahir di Grobogan, yang sekarang berusia 51 tahun, yang bekerja sebagai petani di sawah maupun di ladang. Nenek MR di minta anaknya TS untuk mengasuh anaknya KB yang berusia 9 tahun seorang anak laki-laki yang duduk dibangku kelas 4 di SDN 02 Ngambakrejo. Karena ayahnya yang bernama TS (34 tahun) dan ibunya MM (25 tahun) merantau di Jakarta bersama aduknya yaitu MS (4 tahun). KB adalah anak pertama dari dua bersaudara yang sekarang tinggal bersama nenek. Karena faktor ekonomi orang tuanya menitipkan KB kepada nenek. Selain itu karena pergaulan di Jakarta sangat mengkhawatirkan bagi perkembangan psikologis anak. Oleh karena itu KB dititipkan kepada neneknya. Kegiatan yang dilakukan KB setiap harinya adalah sekolah, bermain, menggembala kambing, dan mengaji.

d. Nenek SY

(74)

60

dan ayahnya yang bernama HW (39 tahun) telah bercerai. Ibunya bekerja sebagai TKW di Malaysia untuk menafkai ketiga anaknya, sedangkan ayahnya tidak diketahui keberadaanya.

e. Nenek KW

Nenek KW lahir di Grobogan, yang berusia 58 tahun, bekerja sebagai petani di Desa. Nenek KW diminta anakanya JL untuk mengasuh cucunya ZK yang berusia 16 tahun seorang anak perempuan yang masih duduk dibangku kelas XI di SMK Muhammadiyah Gubug. Ayahnya yang bernama JL (43 tahun) tidak mempunyai pekerjaan yang menetap (wiraswasta) dan ibunya yang bernama KT (37 tahun) bekerja sebagai pembantu rumah tangga di perumahan. ZK dititipakan dengan neneknya KW (58 tahun) sejak ayah dan ibunya bercerai. ZK adalah anak pertama dari dua bersaudara dia ikut dengan ayahnya, sedangkan adiknya yang bernama LD (12 tahun) ikut dengan ibunya dan sekarang duduk dibangku kelas VII di SMP N 01 Tegowanu.

f. Nenek DS

(75)

61

menjadi buruh tani (Wiraswasta), sedangkan ibunya DT bekerja sebagai buruh pabrik di Semarang. MA dan adiknya sejak kecil dititipkan kepada neneknya DS (70 tahun). Neneknya DS selalu mengantar adiknya ke sekolah, sedangkan MA berangkat ke sekolah dengan bersepeda dengan teman-temanya.

g. Nenek SM

(76)

62 B. Temuan Penelitian

Sesuai dengan hasil wawancara, dan dokumentasi di lokasi penelitian yaitu di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan, Purwodadi tahun 2016, peneliti mendapatkan beberapa hal di antaranya :

1. Pola Asuh yang digunakan nenek di Dusun Ngrawing

Pola asuh adalah model atau cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak. Orang tua harus menerapkan aturan, mengajarkan nilai atau norma, memberikan perhatian dan kasih sayang, serta menunjukkan sikap dan perilaku yang baik, sehingga dapat dijadikan contoh atau panutan anaknya. Oleh karena itu, orang tua atau pengasuh harus menggunakan pola asuh yang benar dan tepat dalam mendidik dan mengasuh anak, agar nantinya anak juga merasa senang dan nyaman di asuh oleh orang tua maupun pengasuh. Jika anak di asuh dan di didik oleh orang tua dengan benar dan tepat, maka pastinya anak akan mempunyai akhlak yang baik atau berakhlakul karimah.

Berdasrkan wawancara yang dilakukan penenliti kepada nenek SY terhadap cucunya yaitu SD, Pola Asuh yang di gunakan nenek SY ketika SD melakukan kesalahan, sebagai berikut :

“Hanya saya nasehati mbak, berbicara dengan pelan-pelan

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.4
Tabel 3.6 Sarana Ibadah di Desa Ngambakrejo
+2

Referensi

Dokumen terkait