i
PENGARUH PEMBINAAN KEAGAMAAN ISLAM
TERHADAP PENGAMALAN IBADAH SHALAT (Studi
Kasus Pada Anak-Anak Keluarga Petani Di Dusun Kerep
Desa Jombor Kec. Tuntang, Kab. Semarang Tahun 2015)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh
AJI ABIDIN
NIM 111 11 026
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
vi MOTTO
“Jika kamu bersungguh
-sungguh dalam melakukan sesuatu,
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi Ini Penulis Persembahkan Untuk:1. Kepada kedua orangtua penulis, Ayahanda M. Kirom dan Ibunda Siti
Fatimah yang karena segala limpahan kasih sayang, pengorbanan dan
doanya penulis dapat menyelesaikan studi dan penulisan skripsi ini dengan
baik dan lancar. Semoga Allah swt selalu dan akan selalu melimpahkan
rahmat, kasih sayang, dan kucuran karunia kesehatan bagi beliau berdua.
2. Kakak Erna Fatmawati, adik Ali Mujahidin, dan teman spesialku yang
telah banyak berkorban untuk kelancaran studi penulis.
3. Dr. M. Zulfa, M.Ag. yang membimbing dan memotifasi penulis dengan
sabar dari bangku studi sampai terselesaikannya skripsi ini.
4. Seluruh dosen di IAIN Salatiga yang telah memberika hikmah dan
pengajaran, motifasi dan apresiai, sehingga penulis selalu bersemangat
untuk terus maju dan berkembang, semoga Allah membalas segala amal
dan menjadikannya ladang ilmin tuntafa’u bihyang terus mengalir dan
menyebar. Sehat dan panjang umur untuk beliau semua.
5. Semua guruku yang mendidik dan mengajarkanku tentang pentingnya
ilmu dan arti hidup.
6. Keluarga besar dan sahabat di BIRO TAZKIA, teruskan karya yang
bermanfaat, di manapun dan kapanpun.
7.
Teman, rekan, sahabat selama studi di IAIN Salatiga semua angkatan, terkhusus angkatan 2011, dan semua yang rekan yang mendukung danviii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini sebagai salah satu persyaratan wajib untuk dapat memperoleh gelar Sarjana
Srata Satu Pendidikan Islam (S.Pd.I) Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Tak
lupa sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Baginda Rasulullah SAW.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menemui hambatan, tetapi
dengan rahmat-Nya dan perjuangan penulis serta bantuan berbagai pihak sehingga
skripsi ini terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan banyak
terima kasih atas segala nasehat, bimbingan, dukungan, dan bantuannya kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M. Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag. Selaku Kajur PAI IAIN Salatiga.
4. Bapak Dr. M. Zulfa, M. Ag. selaku pembimbing skripsi sekaligus
pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, pengarahan,
dan sumbangan pemikiran terbaiknya dalam masa bimbingan hingga
x ABSTRAK
Abidin, Aji 2015. 11111026. Pengaruh Pembinaan Keagamaan Islam Terhadap Pengamalan Ibadah Shalat (Studi Kasus Pada Anak-Anak Keluarga Petani Di Dusun Kerep Desa Jombor Kec. Tuntang, Kab. Semarang Tahun 2015). Pembimbing: Dr. H. M. Zulfa M.Ag.
Kata kunci: Keagamaan Islam, ibadah shalat anak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; 1) pembinaan keagamaan Islam di Dusun Kerep Desa Jombor Kec. Tuntang Kab. Semarang Tahun 2015, 2) pengamalan ibadah shalat di Dusun Kerep Desa Jombor Kec. Tuntang Kab.Semarang Tahun 2015, 3) Ada tidaknya Pengaruh Pembinaan Keagamaan Islam Terhadap Pengamalan Ibadah Shalat Anak (Studi Kasus Pada Anak-Anak Keluarga Petani Di Dusun Kerep Desa Jombor Kec. Tuntang, Kab. Semarang Tahun 2015). Alat yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode observasi, angket, dan dokumentasi. Yang menjadi subjek penelitian adalah anak yaitu 30 orang, teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik random sampling.
Data yang terkumpul dianalisis dengan analisis statistik, dengan menggunakan rumus product moment. Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa ada pengaruh positif antara Pembinaan Keagamaan Islam Terhadap Pengamalan Ibadah Shalat Anak (Studi Kasus Pada Keluarga Petani Di Dusun Kerep Desa Jombor Kec. Tuntang, Kab. Semarang Tahun 2015). Hal ini dapat dilihat dengan hasil angket dari pembinaan keagamaan Islam yang memperoleh kategori tinggi mencapai 80%, kategori sedang 20% dan kategori rendah 0%. Sedangkan hasil untuk pengamalan ibadah shalat anak yang memperoleh kategori tinggi mencapai 13,33%, kategori sedang mencapai 70% dan kategori rendah 16,67%. Dari analisis yang telah dilakukan secara sistematik diperoleh hasil akhirya itu hasil
rhitung (rh) sebesar 0,609 berada di atas rtabel (rt) pada taraf signifikan 5% yaitu
0,361 dengan N = 30.
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN ... v
HALAMAN MOTTO ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN... vii
xii BAB II : LANDASAN TEORI
1. Pembinaan Keagamaan Islam ... 18
a. Keagamaan Islam ... 18
b. Pembinaan ………... 19
2. Bentuk-bentuk Pembinaan Keagamaan Islam ... 20
a. Agama Sebagai Kebutuhan Psykhis Yang Perlu Dipenuhi... 20
1. Rasa Kasih Sayang ... 21
4. Pengaruh Pembinaan Keagamaan Islam Terhadap Pengamalan Ibadah Shalat ... 41
BAB III : LAPORAN PENELITIAN A.Gambaran Objek penelitian ... 43
1. Letak Geografis ... 43
xiii
B. Penyajian Data ... 47
1. Daftar Nama Responden ... 49
2. Hasil Jawaban Angket Pembinaan Keagamaan Islam ... 50
3. Hasil Jawaban Rating Scala Pengamalan Ibadah Shalat Anak 52
BAB IV :ANALISA DATA A.Analisis Pertama ... 56
B.Analisis Kedua ... 63
C.Analisis Ketiga ... 70
D.Analisis Lanjutan ... 74
BAB V :PENUTUP A.Kesimpulan ... 76
B.Saran ... 78
C.Penutup ... 79
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Tabel Mata Pencaharian Penduduk
Tabel 2 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 3 : Jumlah Sarana dan Prasarana
Tabel 4 : Daftar Nama Responden
Tabel 5 : Jawaban Angket Tentang Pembinaan Keagamaan Islam
Tabel 6 : Jawaban Rating Scala Tentang Pengamalan Ibadah Shalat Anak
Tabel 7 : Daftar Nilai Hasil Observasi Dalam Daftar Pembinaan Keagamaan
Islam
Tabel 8 : Daftar Tentang Distribusi Frekuensi Jawaban Pembinaan Keagamaan
Islam
Tabel 9 : Distribusi Frekuensi Pembinaan Keagamaan Islam
Tabel 10 : Daftar Nilai Hasil Obsevasi Dalam Daftar Rating Scala
Pengamalan Ibadah Shalat Anak
Tabel 11 : Daftar Tentang Distribusi Frekuensi Jawaban Pengamalan Ibadah
Shalat Anak
Tabel 12 : Distribusi Frekuensi Pengamaln Ibadah Shalat Anak
Tabel 13 : Persiapan Untuk Mencari Korelasi Antara Pengaruh Pembinaan
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Daftar Riwayat Hidup
Nota Pembimbing Skripsi
Angket
Izin Penelitian
Surat Keterangan Melakukan Penelitian
Lembar Konsultasi
Surat Keterangan Lulus Ujian Komprehensif
Surat Keterangan Kegiatan
xvi BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Shalat adalah ibadah yang tidak akan pernah hilang dari napas
kehidupan setiap mukmin, dalam kondisi bagaimana, kapan dan
dimanapun.Sejauh itu pula kewajiban shalat tetap berlaku.Tentu saja
berlakunya kewajiban ini sesuai dengan syariat.Yaitu orang beriman yang
dikenai kewajiban disini adalah yang baligh, berakal, dan tidak ada udzur.
Shalat adalah rukun Islam paling utama yang melatih menaklukkan
akal, dan islam menetapkan batas-batas penaklukannya sehingga dapat
memelihara akal, dan Islam mengamankan akal dengan batas-batas yang di
tetapkanya (Bahnasi, 2004:97). Orang yang Shalat, utamanya, akan
memperoleh ketenangan jiwa karena hubunganya dengan Allah yang
langgeng dalam shalatnya. Maka, pada saat – saat terakhir hidupnya, dia akan
tenang karena jawaban atas soal pertama yang ditanyakan kepadanya pada
saat diperjalanan kehidupan akhirat. Rasulullah Saw. Bersabda, “ Amal yang
akan dihisab pertama kali kepada seorang hamba adalah Shalat. Jika
Shalatnya rusak, rusaklah seluruh perbuatanya”. Rasulullah Saw juga
bersabda, “ Kunci Surga adalah Shalat” (Bahnasi, 2004:71).
Anak adalah amanah Allah SWT bagi kedua orang tuanya. Yang
merupakan buah hati bagi orang tua dalam sebuah keluarga sekaligus sebagai
xvii
Setiap orang tua mempunyai tanggung jawab yang besar di dalam mendidik
dan membentuk anak agar masa depan anak menjadi generasi yang baik dan
bermanfaat bagi keluarga, bangsa dan negara.
Orang tua mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam
pembentukan pribadi anak, karena kegagalan anak merupakan sebuah
kekecewaan pada diri orang tuasendiri, tetapi jika anak berhasil itu
merupakan sebuah kebanggaan bagi orangtua. Orang tua harus
memperkenalkan dan memperlihatkan kewajiban-kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh anak sejak dini, sehingga pada waktunya nanti, ketika anak
tersebut sudah terkena kewajiban untuk melaksanakan sesuatu - dalam hal ini
ibadahia sudah terbiasa melakukannya tanpa ada rasa beban dan tanpa harus
ada paksaan.
Orang tua mempunyai kewajiban untuk membina dan membimbing
anak-anaknya dalam hal agama.Sudah selayaknya orang tua mencontohkan
bahkan mengajak anaknya untuk melaksanakan ibadah. Setiap masuk waktu
shalat, orang tua semestinya mengajak anaknya untuk shalat berjama'ah,
sehingga jika dilakukan terus-menerus anak akan benar-benar terbiasa
melakukannya sampai ia dewasa bahkan sampai ia meninggal.
Setiap keluarga muslim dituntut adanya rasa tanggung jawab atas
xviii
Artinya :Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasa, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang dperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Anak membutuhkan pendidikan khususnya agama pendidikan di
lingkungan keluarga. Pendidikan agama merupakan pendidikan dasar yang
diberikan ketika anak masih kecil ketika pribadinya masih mudah dapat
dibentuk (Nasution, 1995 : 443).
Dalam keluarga pendidikan agama sangatlah penting diajarkan
sejak masa kecil, bukan hanya sekedar mengajarkan pengetahuan agama
tetapi ditujukan kepada anak seutuhnya.Mulai dari pembinaan sikap
pribadinya sampai kepembinaan tingkah laku yang sesuai dengan ajaran
agama.
Pembentukan sikap, pembinaan moral dan pribadi pada umumnya
terjadi melalui pengalaman sejak kecil.Pendidik atau pembina pertama
adalah orang tua, kemudian guru (Daradjat, 1970: 62). Dalam keluarga,
orang tua merupakan pembina pribadi yang pertama bagi anak, dan tokoh
xix
kepribadian yang baik atau berakhlakul karimah (akhlak yang mulia)
mengingat pentingnya akan arti pendidikan di dalam keluarga maka
seluruh komponen pendidikan yang meliputi orang tua, guru waktu di
sekolah serta lingkungan masyarakat sekitar.
Pada dasarnya pelajaran agama Islam membekali anak agar
memiliki pengetahuan lengkap tentang ajaran Islam dan mampu
mengaplikasikannya dalam bentuk ibadah kepada Allah.Dengan demikian
anak dapat melaksanakan ritual-ritual ibadah yang benar menurut ajaran
Islam sesuai dengan ibadah yang dipraktekkan dan diajarkan Rasulullah
SAW.
Di zaman sekarang ini kita dapat melihat banyak sekali fenomena
tentang perilaku anak yang tidak sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam
yang disyariatkan sehingga anak memiliki jiwa yang pemberontak,
penentang, sulit diatur, bertindak/berbuatamoral yang dapat merugikan diri
sendiri bahkan orang lain. Perbuatan yang dilakukan anak karena pengaruh
pola didik anak yang salah dan kurang tepat di sebuah keluarga.Sehingga
anak tidak memiliki akhlak yang baik sesuai dengan syariat Islam yang
diajarkan oleh Rasulullah walaupun sosial juga memegang peranan yang
penting alam membentuk anak agar menjadi anak yang baik.Akan tetapi
pada intinya perilaku dan tindakan anak itu tergantung pada pola didik di
lingkungan keluarga.Jadi, pola asuh dan pola didik di lingkungan
xx
agar menjadi anak yang baik, berakhlakul karimah, berguna bagi nusa,
bangsa dan negara.
Dengan memperhatikan pentingnya pendidikan agama dan
problematika yang muncul, dalam hal ini penulis melakukan penelitian
pada keluarga petani karena mempunyai kesibukan dalam mencari nafkah
untuk keluarganya.Bila dilihat dari waktu bekerjanya, keluarga petani
yang sebagian waktunya dihabiskan di sawah atau ladang.Mereka mulai
berangkat ke sawah atau ladang dari pagi sampai siang kemudian
dilanjutkan sampai sore hari baru pulang ke rumah.
Bahwa dengan adanya kesibukan orang tua yang lebih
mengutamakan pekerjaannnya, maka anak kurang mendapat kasih sayang,
perhatian, arahan, dan bimbingan keagamaan dari orang tuanya.
Berdasarkan masalah di atas, maka penulis ingin mengadakan
penelitian yang berjudul “PENGARUH PEMBINAAN KEAGAMAAN
ISLAM TERHADAP PENGAMALAN IBADAH SHALAT ANAK
(Studi Kasus Pada Keluarga Petani di Dusun Kerep Desa Jombor
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2015)”.
xxi
Dalam kaitannya dengan judul yang penulis kemukakan diatas, maka
disini ada beberapa pokok permasalahan yaitu:
1. Bagaimana pembinaan keagamaan IslamdiDusun KerepDesa
Jombor, Kecamatan Tuntang,Kab. Semarang pada tahun 2015?
2. Bagaimana pengamalan ibadah shalat anak di Dusun KerepDesa
Jombor, Kecamatan Tuntang, Kab. Semarang pada tahun 2015?
3. Adakah pengaruh pembinaan keagamaan Islam terhadap ibadah
shalat anak di Dusun KerepDesa Jombor, Kecamatan Tuntang,Kab.
Semarang pada tahun 2015?
C. Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui pembinaan keagamaan Islam di Dusun
KerepDesa Jombor, Kecamatan Tuntang, Kab. Semarang pada
tahun 2015.
2. Untuk mengetahui pengamalan ibadah shalat anak diDusun
KerepDesa Jombor, Kecamatan Tuntang, Kab. Semarang pada
tahun2015.
3. Untukmengetahui pengaruhpembinaan keagamaan Islam terhadap
pengamalan ibadah shalat anak di Dusun Kerep Desa Jombor,
Kecamatan Tuntang, Kab. Semarang pada tahun 2015.
xxii
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi
Arikunto, 1998:67).Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh
pembinaan keagamaan Islam terhadap pengamalan ibadah shalat anak di
Dusun Kerep DesaJombor, kecamatan Tuntang, kab.Semarang Tahun2015.
E. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoritik
maupun secara praktik.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Manfaat teorietis
Secara teorietis penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran dalam khasanah keilmuwan khususnya yang
berkaitan dengan pembinaan keagamaan Islam dan pengamalan
ibadah shalat anak.
b. Manfaat praktik
Secara praktik penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai panduan masyarakat mengenai pembinaan keagamaan
Islam, perhatian orang tua, bimbingan orang tua dalam
membimbing anaknya.
xxiii
Agar tidak terjadi berbagai interpretasi yang keliru dan untuk
membatasi ruang lingkup pembahasan penelitian ini, perlu dijelaskan kata
kunci yang terkandung dalam judul skripsi ini, yaitu:
1. Pengaruh
Yaitu sesuatu yang diberikan atau diperoleh satu pihak ke pihak
lain sehingga dapat mengubah tindakan.
2. Pembinaan
Pembinaan berasal dari kata “bina” yang mendapat awalan “pe”
dan akhiran “an” yang bisa diartikan membangun, mengusahakan
supaya lebih baik. Secara luasnya yaitu pembinaan yaitu proses
pembuatan, cara membina, pembaharuan, penyempurnaan, usaha dan
kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh
hasil yang lebih baik (Departemen Pendidikan Nasional, 2007:152)
3. Keagamaan
Keagamaan berasal dari kata “agama” diberi awalan “ke” dan
akhiran “an” sehingga memiliki arti segala sesuatu yang mengenai
agama (Poerwadarminto, 2006:11).
4. Islam
Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW,
berpedoman pada kitab suci Al-Qur’an yang diturunkan kedunia
xxiv
Jadi pembinaan keagamaan Islam dapat diartikan usaha sadar
melakukan kegiatan pembinaan, pengajaran maupun latiahan yang
berhubungan dengan agama, sehingga mendorong peserta menghayati
kebenaran Tuhan dan menjalankan agamanya (agama Islam) secara
baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun indikator pembinaan keagamaan islam antara lain:
1) Pembinaan aqidah
a) Membina anak agar terbiasa mengucapkan
kalimat-kalimat tauhid.
b) Membina anak agar selalu berdo’a sehabis shalat.
2) Pembinaan fiqih
a) Membina anak agar aktif shalat lima waktu.
b) Membina anak agar shalat lima waktu secara
berjamaah.
c) Membina anak agar melaksanakan shalat sunat.
3) Pembinaan akhlak
a) Menanamkan kebiasaan anak berperilaku saling
menghormati, menghargai terhadap orang lain.
b) Membina anak untuk hidup susila terhadap sesama
makhluk Tuhan.
c) Membina anak untuk bersikap jujur, hemat, dan
xxv
5. Pengamalan
Pengamalan yaitu proses, cara, perbuatan mengamalkan,
melaksanakan perbuatan, menunaikan kewajiban / tugas (Departemen
Pendidikan Nasional, 2007:34)
Amal yang dimaksud penulis adalah perbuatan manusia terhadap
sang pencipta. Kata amal mendapat kata imbuhan pe-anyang
mengandung arti kata kerja, dari amal menjadi pengamalan, sehingga
pengamalan di sini adalah perbutan manusia dalam lingkup
mengerjakan shalat.
6. Ibadah
Ibadah (beribadah) adalah: Setiap amal yang baik (mulia) yang
dilakukan dalam rangka mentaati Allah SWT serta mengharapkan
ridho-Nya (Khalil, 2006:1).
7. Shalat
Shalat secara bahasa berarti do’a. Sedangkan menurut istilah
syara’ shalat adalah ibadah yang terdiri dari beberapa perbuatan dan
perkataan tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan
salam, menurut cara-cara dan syarat-syarat serta rukun yang ditentukan
oleh syara’(Mujieb, 1994:313).
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas)
tahun, dalan penelitian ini merupakan anak yang masih sekolah kelas 5
hingga kelas 7 sekolah dasar.Karena pada dasarnya pendidikan agama
xxvi
Indikator pengamalan ibadah shalat anak adalah:
1) Anak melaksanakan shalat lima waktu
2) Anak dapat melaksanakan shalat sunah
3) Anak melaksanakan shalat dengan tepat waktu
4) Anak melaksanakan shalat pada waktunya
5) Anak melakukan shalat berjama’ah di masjid atau mushola
6) Anak melakukan shalat dengan orang tua
7) Anak melakukan shalat dengan khusyu’
8) Anak berdo’a setelah melaksnakan shalat
G. Metode Penelitian
Metode adalah cara kerja untuk dapat memahami sesuatu objek
(Soeharto, 1989:141). Sementara penelitian menurut California adalah
suatu teknik pengukuran secara sistematis yang diperhalus dengan
menggunakan perkakas-perkakas khusus, alat-alat dan
prosedur-prosedur, dalam rangka usaha mencapai pemecahan suatu problem
secara lebih baik dari pada yang dicapai dengan alat-alat biasa
(Kasiram, 2008:36).
1. Pendekatan dan rancangan penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif,
xxvii
mengenai faktor-faktor pendukung antar variabel, kemudian dianalisis
untuk menemukan peranan antar variabel.
2. Lokasi dan waktu penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah Dusun Kerep, Desa
Jombor, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang.Menurut peneliti
terdapat sesuatu yang menarik untuk diteliti yaitu tentang pembinaan
keagamaan Islam dan pengamalan ibadah shalat anak.
3. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto,
2006:130).Populasi dalam penelitian ini diambil dari orang tua
dananak di dusun kerep, desa jombor kecamatan tuntang,
kab.Semarang tahun 2015 yang berjumlah 2 RT, kemudian diambil
secara random samplingyaitu pengambilan sampel secara acak. Dari
jumlah kelurga di dusun kerep yang berjumlah 230 keluarga, peneliti
mengambil sebanyak 30 anak.
4. Sampel dan teknik pengambilan sampel
Menurut Suharsimi Arikunto, sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diselidiki. (Arikunto, 2006:131).
Adapun teknik pengambilan sampel yang penulis gunakan adalah
xxviii
penelitian ini peneliti mengambil sampel darianak karena peneliti ingin
mengetahui pembinaan orang tua dan pengamalan ibadah shalat anak.
5. Teknik Pengumpulan Data
Yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah subyek
darimana data diperoleh, sedangkan data adalah hasil dari penelitian
yang diperoleh melalui subyek penelitian. Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Observasi
Pada awalnya peneliti melakukan observasi deskriptif dalam tahap
eksplorasi umum. Kemudian dilanjutkan observasi berfokus pada
anak-anak keluaraga petani yng umur 11-14 .Observasi deskriptif
dan disempurnakan dengan observasi terseleksi untuk memperoleh
data yang diperlukan untuk menganalisis.Metode ini penulis
gunakan dalam pengumpulan data lapangan yang berupa keadaan
fisik dan lainnya yang terdapat di Dusun Kerep Desa Jombor
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
b. Angket (kuesioner)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya( Sugiyono, 2011: 142).
Angket yang digunakan adalah angket tertutup, jawaban diberikan
xxix
disediakan sehingga responden tinggal menyilang jawaban yang
sudah tersedia dalam angket.Tujuan dari penggunaan ini untuk
memperoleh informasi dari responden tentang pribadinya atau
hal-hal yang diketahuinya. Metode ini berhubungan dengan cara orang
tua dalam memberikan pembinaan keagamaan Islam pada anak dan
pengamalan ibadah shalat di Dusun Kerep Desa Jombor
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2015.
c. Dokumentasi
Menurut Arikunto (2010:201) mengatakan bahwa dokumentasi
berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis.
Teknik ini digunakan untuk memperoleh informasi data monografi
tentang anak-anak di Dusun Kerep Desa Jombor Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang.
6. Analisis Data
Dilakukan dengan menggunakan metode statistika tergantung pada
skala pengukuran variabel karena beberapa prosedur analisis hanya
cocok untuk skala pengukuran tertentu.
Untuk meganalisis data adalah sebagai berikut :
a. Analisis pertama
Pada tahap ini digunakan penghitungan awal untuk tujuan
penelitian yang pertama dan kedua maka penulis menggunakan
xxx Keterangan :
P
Keterangan:
P = Angka persentase
F = Frekuensi yang sedang di cari prosentasinya
N = Jumlah anak petani.
100% = Bilangan konstan
b. Analisis kedua
Dalam meneliti subjek penelitian, penulis membagi kedalam
dua variabel yaitu pembinaan keagamaan Islam dan pengamalan
ibadah shalat anak,maka penulis menggunakan rumus korelasi
productmoment. Adapun rumusnya sebagai berikut:
=
( )( )
xxxi
dikemukakan hasil yang secara garis besar dapat dilihat sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian, defiisi operasional,
metode penelitian, sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisikan pembahasan teori tentang pembinaan keagamaan
Islam dan pengamalan ibadah shalat. Pada bab ini dijabarkan tentang
pengertian pembinaan keagamaan Islam serta bentuk-bentu dan fungsi
pembinaan keagamaan Islam. Selain itu juga akan diuraikan tentang
pengertian Pengertian pengamalan ibadah shalat anak, dan berbagai macam
xxxii BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan membahas hasil penelitian yang berupa gambaran
lokasi penelitian dan penyajian hasil jawaban angket yang diberikan
BAB IV ANALISIS DATA
Bab ini membahas analisa data yang meliputi analisis pendahuluan,
analisis uji hipotensis, dan pembahasan.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang penutup yang berisikan kesimpulan, saran-saran,
xxxiii BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembinaan Keagamaan Islam
1. Keagamaan Islam
Sebagaimana telah diuaraikan dalam bab pendahuluan bahwa
Keagamaan berasal dari kata “agama” diberi awalan “ke” dan akhiran
“an” sehingga memiliki arti segala sesuatu yang mengenai agama
(Poerwadarminto, 2006:11).
Sementara itu, pengertian agama dalam kamus besar bahasa
Indonesiayaitu: “Kepercayaan kepada Tuhan (dewa, dan sebagainya)
dengan ajaran kebaktian dan kewajiban kewajiban yang bertalian dengan
kepercayan itu” (syafaa dkk, 2008:12)
Keagamaan berasal dari kata agama yaitu kebutuhan jiwa
(psikis)manusia yang mengatur dan mengendalikan sikap, pandangan
hidup, kelakuan,dan cara menghadapi tiap-tiap masalah (Daradjat,
1975:47).
Menurut Syaifuddin Anshari, keagamaan adalah suatu sistem
credo(tata keyakinan) atas adanya yang mutlak itu, serta sistem norma
(tatakaidah) yang mengatur dengan hubungan manusia dengan manusia
dan alamlainnya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata
xxxiv
Sedangkan pengertian Islam adalah agama yang diajarkan oleh
nabi Muhammad SAW, yang berpedoman kitab suci Al-Qur‟an yang
diturunkan kedunia melalui wahyu Allah SWT (Syafaat dkk, 2008:15).
2. Pembinaan
Pembinaan berarti “pembaharuan atau penyempurnaan” dan “usaha”
tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk
memperoleh hasil yang lebih baik.Menurut Hendiyat Soetopo dan Westy
Soemanto. Pembinaan adalah menunjuk pada suatu kegiatan yang
mempertahankan dan menyempurnakan apa yang telah ada (Syafaat dkk,
2008: 152-153).
Dari penjelasan diatas pembinaan keagamaan islam adalah suatu
proses cara atau usaha yang dilakukan dalam membangun atau membina
tentang nilai-nilai agama yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad
SAW dengan pedoman Al-Qur’an dan hadist. Seseorang yang
menyempurnakan sesuai dengan pendoman Al-Qur’an maka peraturan
yang bersumber dari Allah Swt, baik hubungan manusia dengan Sang
Pencipta hubungan antar sesamanya, demi untuk mengharapkan ridho
Allah Swt. Untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akirat. Dengan
pembinaan keagamaan islam seseorang akan mendapatkan ajaran yang
xxxv
B. Bentuk-bentukPembinaan Keagamaan Islam
Berbicara tentang pentingnya agama dalam kehidupan manusia,
kita perlu menganalisanya secara ilmiah, dalam hal ini kita akan
meninjau dan membagi masalah kepada:
a. Agama Sebagai Kebutuhan Psykis Yang Perlu Dipenuhi
Kalau kita perhatikan sejarah perkembangan manusia ini dari
zaman purbakala, zaman primitif, sampai sekarang, abad atom, dan
nuklir ini, akan kita dapati bahwa semua generasi manusia yang hidup
dizaman apa saja, tentu mempunyai sesuatu yang dianggapnya
berkuasa, bahkan kita lihat mereka itu mencari-cari sesuatu yang
dianggapnya paling berkuasa, yang dinamakan Tuhan.
Dalam semua kepercayaan dan mecam-macam agama itu
terdapat satu faktor yang sama yaitu: Tuhan adalah lembang dari
kekuasaan, yaitu suatu yang mempunyai kekuasaan yang hebat, lebih
dari kekuasaan yang pernah dikenal oleh manusia di zamannya.
Dari kesehatan mental, akan dapatlah kita uaraikan beberapa hal
yang berhubungan dengan itu. Setelah melalui
pengalaman-pengalaman yang banyak dengan pasien-pasien diklinik jiwa, maka
ahli-ahli jiwa berpendapat, bahwa tindakan-tindakan dan tingkah
lakumanusia bermacam-macam itu dikendalakan oleh
kebutuhan-kebutuhan yang selalu mendorongnya supaya mencari jalan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Sebelum kebutuhan itu terpenuhi,
xxxvi
(kebutuhan itu). kebutuhan-kebutuhan yang bermacam itu berbeda
dari satu orang ke lain orang, menurut pengalaman, pendidikan, dan
lingkungannya masing-masing.
Akan tetapi dalam keragaman dan perbedaan
kebutuhan-kebutuha jiwa manusia yang banyak itu, ada juga kebutuhan-kebutuhan jiwa yang
dirasakan oleh tiap-tiap orang. Baik ia sebagai orang kecil, besar, tua,
muda, kaya, miskin, maupun sehat atau terganggu kesehatan
mentalnya, yaitu kebutuhan-kebutuhan yang akan mendorong serta
mengendalikan perbuatan dan tingkah lakunya dalam kehidupan
sehari-hari. Kebutuhan kebutuhan tersebut antara lain:
1) Rasa Kasih Sayang
Merasa bahwa kita disayangi dan dicintai orang, akanmembawa rasa
bahagia. Tandanya bahwa kita dicintai orang antara lain kita diperhatikan
orang, dihargai dan ditolong apabila kita mengalami kesusahan. Maka
orang yang merasa dicintai oleh orang banyak itu, akan merasa cinta pula
kepada orang pada umumnya, hidupnya tenang, karena ia tidak merasa
dibenci atau dimusuhi. Tapi bagi orang yang merasa tidak dicintai orang,
hidupnya akan penuh kecurigaan, ia akan curiga pada setiap tindakan
orang, baik tindakan-tindakan orang itu terlihat merugikan maupun
menguntungkan.
Maka dalam kesepian atau kehialangan kecintaan orang lain,
manusia akan merasakan gelisah, sedih, bahkan mungkin terganggu
xxxvii
seorang yang berkuasa, yang cinta kepadanya untuk mengimbangi
kecintaan orang banyak yang telah hilang. Bagi orang yang telah
mempunyai kepercayaan kepada Tuhan, persoalan itu akan mudah, karena
dalam agama, Tuhan tetap Maha Kuasa dan Maha Pengasih. Itulah
sebabnya, maka dalam Islam orang dianjurkan membaca bismillah, setiap
memulai pekerjaan, untuk mengingatkan kepada dirinya, bahwa Tuhan
Maha Pengasih dan Penyayang. Disinilah kita bisa lihat orang-orang yang
tidak lagi mempunyai kekuasaan atau yang merasa tidak dicintai orang
lain, mulai mencari Tuhan dan mengabdi kepada-Nya.
2) Rasa Aman
Rasa amanpun atau kebutuhan jiwa yang paling penting dalam
kehidupan manusia. Setiap orang ingin merasakan bahwa hidupnya ini
tidak dirongrong oleh apa saja. Orang ingin merasa bahwa tidak ada
ancaman apapun terhadap dirinya. Kebutuhan rasa aman itulah yang
mendorong orang untuk mencari rezeki sekuat tenaga, kendatipun
hartanya sudah banyak dan sudah mencukupi hidupnya sekarang, tetapi ia
ingin supaya hari tuanya terjamin, bahkan ingin supaya dapat dijamin pula
kehidupan yang wajar dan baik bagi anak cucunya dikemudian hari. Jika
ditinjau dari segi psychology, kita akan melihat betapa gelisahnya
orangyang merasa tidak aman, dan rasa aman itu betul-betul dibutuhkan
dalam hidup, bahkan dalam kehidupan sesudah mati nantiternyata bahwa
rasa aman itu memanag sangat dibutuhkan sejak manusia mengenal
xxxviii
Disinilah peranan agama yang sangat penting, ajaran agama
memberiakan jalan kepada manusia untuk mencapai rasa aman rasa tidak
takut/cemas menghadapi hidup ini.Ajaran-ajaran agama menunjukan
cara-cara yang harus dilakukan dan menjelaskan pula hal-hal yang harus
ditinggalkan, supaya kita dapat mencapai rasa aman selama hidup ini dan
selanjutnya diajarkan pula bagaimana mempersiapkan diri dengan
perbuatan-perbuatan baik dan menjauhi tindakan-tindakan yang yang
mengganggu kesenangan orang lain, supaya rasa aman nanti dialam yang
kedua tetap terjamin. Percaya akan adanya Tuhan dan bahwa kekuasaan
Tuhan itu melibihi kekuasaan apapun didunia ini, memberi rasa aman
kepada orang yang percaya, bahwa Tuhan itu akan melindunginya dari
segala bahaya, karena Tuhan itu Maha Penyayang dan Pengasih. Inilah
sebabnya, maka orang yang percaya kepada Tuhan terlihat tenang, tentram
dan tidak merasa takut karena ia merasa, bahwa ada Tuhan yang Maha
dihargai itu, tidak percaya kepada Tuhan, maka tidak akan ada jalan yang
terbuka baginya untuk mengadakan kompensasi, semua yang dilihat dan
dipercayainya hanya alam riil yang dilihatnya, sedangkan alam riil yang
xxxix
dan penghargaan kepada dirinya.Makaia akan mudah dipengaruhi dan
digerakkan untuk berbuat kejam dan merusak kesenangan orang lain.
Akan tetapi, bagi orang yang percaya kepada Tuhan, ia mersa bahwa
dirinya dekat kepada Tuhan, karena itu dengan sendirinya ia tidak akan
kehilangan rasa harga diri, sebab ia berada dekat kepada yang Maha Kuasa
dan Maha Tinggi. Kurangnya penghargaan orang lain tidak akan banyak
menyusahkan fikirannya yang penting baginya,supaya ia selalu dapat
memelihara perhatian Tuhan, maka ia akan mencari kepuasan dengan
berserah diri kepada Tuhan.
4) Rasa Bebas
Memang tepat sekali apa yang dimuat didalam piagam hak-hak azazi
manusia (human rihgts) dimana dicantumkan, bahwa salah satu hak yang
pokok bagi manusia adalah kebebasan, karena setiap orang, harus diberi
kebebasan, kalau tidak, akan timbulah tantangan terhadap orang yang
memperkosa kebebasan itu. Rasa bebas inipun termasuk kebutuhan pokok,
yang andai kata oleh karena hukum yang berlaku atau oleh yang berkuasa
dalam negeri,orang terpaksa menekan rasa ingin bebasnya, terutama dalam
mengeluarkan pendapat. Maka bagi orang yang mempunyai kepercayaan
kepada Tuhan akan dapatlah ia mengaduakan perasaannya itu kepada
Tuhan, ia dapat berkata-kata langsung kepada Tuhan dalam sembahyang
dan doa’nya, dia merasa bebas berbicara dengan yang paling berkuasa
xl
5) Rasa Ingin Mengenal
Setiap orang tak mau tinggal diam saja, ketika berhadapan dengan
hal-hal yang samar. Ia ingin tahu dan berusaha mempelajari sampai
terjawab semua hal yang menjadi keraguan terhadap jiwanya. Kebutuhan
akanmengenal itulah yang membawa kemajuan, yang mendorong orang
untuk mempelajari segala sesuatu yang bertemu dalam hidupnya, itulah
yang mendorong ahli-ahli mahasiswa-mahasiswa, untuk membuat
research(penelitian-penelitian ilmiah) supaya terjawab semua yang
diragukan (samar).
Dalam hal ini, kepercayaan akan kebijaksanaan dan kekuasaan
Tuhan dibutuhkan, supaya orang yang bisa merasa tenang dan tentram. Ia
tidak akan menyebabkan kesehatan mentalnya terganggu, kalau banyak
dari perhitungannya secara logika, yang membawa kepada kegagalan. Dan
ia tidak pula akan menimbulkan kesalahan kepada orang lain.
6) Rasa Sukses
Setiap kegagalan membawa kepada rasa tidak enak, baik kegagalan
itu mengenai hal-hal yang kecil dan remeh terlihatnya. Misalnya
kegagalan dalam hidup sehari-hari, baik dalam keluarga, dalam dinas
maupun dalam masyarakat. Kegagalan yang berulang-ulang itu akan
membawa oang kepada rasa pessimis dan putus asa, perasaan putus asa itu
akan membawa kepada hilangnya ketenangan jiwa dan hilangnya pula rasa
xli
Maka hendaklah setiap langkah dan usaha yang dilakukan
menimbulkan rasa, bahwa kita tidak gagal, kendatipun terlihatnya gagal,
tetapi jadikanlah kegagalan itu pelajaran untuk mendapati sukses. Sukses
akanmendorong kita untuk bekerja lebih giat dan akan membawa pada
sukses yang lain.
Bagi orang yang percaya kepada Tuhan, akan lebih mudah baginya
menghadapi kegagalan dari pada orang yang tidak bertuhan. Karena tugas
orang yang bertuhan lebih ringan, ia tidak usah gelisah mengamuk
kesana-kemari atas gegalan yang dialami, cukuplah ia kembali kepada kekuasaan
Tuhan. Mungkin ada hikmahnya dari Tuhan, makanya ia tidak berhasil
pada wakyu tertentu (Daradjat, 1975:10-18).
Dalam hal ini penulis menyimpulkan, bahwa agama sangatlah perlu
bagi manusia , karena agama merupakan pedoman bagi seseorang dalam
kepercayaan kepada Tuhan. Agama juga merupakan kebutuhan psykhis
yang perlu dipenuhi.
b. Pengetahuan Tanpa Agama Akan Bahaya
Suatu fakta yang tragis dalam kehidupan manusia, ialah semakin
pandai dan maju manusia itu, semakin jauh mereka dari ketentraman
batin. Hal ini dapat kita lihat didunia yang telah maju dan dunia yang
sedang berkembang.Pada abad ke XX ini, bahkan telah mulai terasa
sejak abad XIX, dinegara-negara yang telah maju perindustriannya,
xlii
mereka capai.Seolah-olah tidak ada lagi yang sukar bagi manusia
mencapainya. Dengan dapatnya mencapai apa yang diinginkan, dan
dapatnya diadakan penelitian secara empiris ilmiah terhadap segala
sesuatu yang dahulu mereka ragukan, maka berkuranglah perpegangan
manusia kepada kepercayaan terhadap Tuhan dan ghaib-ghaib,
sampai-sampai Tuhanpun inginmereka teliti secara empiris ilmiah
pula.
Jika kita kembali kepada ahli-ahli pengetahuan yang kurang
percaya kepada Tuhan atau telah meninggalkan ketentuan-ketentuan
pokok ajaran agama, maka pengetahuan yang dimilikinya itu belum
tentu dapat membawa perbaikan dan kebahagiaan bagi masyarakat
dimana ia hidup, bahkan kebahagiaan dirinya pun tidak akan tercapai.
Karena pengetahuan itu akan digunakannya untuk mencapai
keinginan-keinginan yang kadang-kadang berlawanan dengan
dasar-dasar moral dan hukum agama. Keadaan ini dapat kita lihat dalam
kenyataan hidup sehari-hari, terutama dikota-kota besar, dimana orang
hidup mementingkan diri sendiri dan kurang mengindahkan
kepentingan masyarakat banyak (Daradjat, 1975:19-20).
Dari penjelasan tersebut penulis menyatakan bahwa agama
sangatlah penting bagi manusia, karena tanpa agama akan bahaya.
Apabila tidak memiliki pokok ajaran agama dan kurang kepercayan
xliii
kebahagiaan. Apa yang diinginkan sulit tercapai karena melanggar
norma atau hukum agama.
Adapun fungsi-fungsi pembinaan keagamaan yaitu:
a) Fungsi Edukatif
Manusia mempercayakan fungsi edukatif kepada agama
yang mencangkup tugas mengajar dan tugas bimbingan.Lain
dari instansi (institusi profan) agama dianggap sanggup
memberikan pengajaran yang otoritatif, bahkan dalam hal yang
“sakral” tidak dapat salah.Agama menyampaikan ajarannya
dengan perantaraan petuagas-petugasnya baik didalam upacara
(perayaan) keagamaan, khotbah, renungan (meditasi),
pendalaman roahani, dan lain-lain.
Tugas bimbingan yang diberikan petugas-petugas agama
jugadibenarkan dan diterimaberdasarkan pertimbangan yang
sama. Pengalaman dari masa ke masa mengukuhkan dan
membenarkan apa yang dikatakan di atas, masyarakat
mempercayakan anggota-anggotanya kepada instansi agama
dengan keyakinan bahwa mereka sebagai manusia (di bawah
bimbingan agama) akan berhasil mencapai kedewasaan
pribadinyayang penuh melalui proses hidup yang telah
ditentukan olehhukum pertumbuhan yang penuh ancaman dari
xliv
menggagalkannya mulai dari masa kelahiran dan kanak-kanak
menuju ke masa remaja dan masa dewasa.
b) Fungsi Penyelamatan
Tanpa atau dengan penelitianilmiah, cukup berdasarkan
pengalaman sehari-hari, dapat di pastikan bahwa setiap manusia
menginginkan keselamatannya baik dalam hidup sekarang ini
maupun sesudah mati.Usaha untuk mencapai cita-cita tertinggi
(yang tumbuh dari naluri manusia sendiri) itu tidak boleh
dipandang ringan begitu saja.Jaminan untuk itu mereka temukan
dengan agama. Terutama agama mengajarkan dan memberikan
jaminan dengan cara-cara yang khas untuk mencapai
kebahagiaan yang “terkhir”, yang pencapaiannya mengatasi
kemampuan manusia secara mutlak, karena kebahagiaan itu
berada di luar batas kekuatan manusia.
c) Fungsi Pengawasan Sosial
Agama merasa ikut bertanggung jawab atas adanya
norma-norma susila yang baik yang diberlakukan atas
masyarakat manusia umumnya.Maka agama menyeleksi
kaidah-kaidah susila yang ada dan mengukuhkan yang baik sebagai
kaidah yang baik dan menolak kaidah yang buruk untuk
ditinggalkan sebagai larangan atau tabu.Agama memberi juga
xlv
melanggarnya dan mengadakan pengawasan yang ketat atas
pelaksanaannya.
d) Fungsi Memupuk Persaudaraan
Bahwa semua manusia mendambakan persaudaraan dan
perdamaian adalah sesuatu yang sudah jelas dengan
sendirinya.Tidak perlu dibuktikan secara sosiologis ataupun
filosofis.Dunia tidak menginginkan perpecahan dan permusuhan
melainkan persatuan dan perdamaian.Bahkan bukan asal ada
persatuan sembarang, melainkan persatuan yang tertinggi dan
yang lestari sebagai jalan untuk mencapai kedamaian yang
sempurna mungkin (Hendropuspito, 1983:38-56).
Bahwa kesimpulan yang dapat diambil dari fungsi-fungsi
pembinaan keagamaan islam ialah mempercayakan semua usaha
atau cara dalam membina perlu didasari ajaran agama. Sangatlah
penting bagi kita dengan mendekatkan diri kepada Tuhan dan
menjalankan perintahnya, maka kita tidak akan keluar dari
norma-norma ajaran agama.
C. Pengamalan Ibadah Shalat
1. Pengerian Pengamalan Ibadah Shalat
Pengamalan adalah dari kata amal, yang berarti perbuatan, pekerjaan,
segala sesuatu yang dikerjakan dengan maksud berbuatkebaikan.Dari
xlvi
maksud berbuat kebaikan, dari hal di atas pengamalanmasih butuh objek
kegiatan.
Dari segi bahasa, kata ibadah berarti taat, tunduk, merendah diri, dan
menghambakan diri.Ibnu Taimiyah memberikan pengertian ibadah menurut
istilah syarak dengan tunduk dan cinta, yaitu tunduk mutlak kepada Allah
disertai cinta sepenuhnya kepada-Nya (Basyir, 2003:11).
Jika kita renungi hakikat ibadah, kita pun yakin bahwa
perintahberibadah itu pada hakikatnya berupa peringatan, memperingatkan
kitamenunaikan kewajiban terhadap Allah yang telah melimpahkan
karunia-Nya.
telahmenciptakanmudan orangorang yang sebelummu, agar kamu
bertakwa" (QS. AlBaqarah/ 2: 21).
Ibadah itulah ghayah atau tujuan dijadikannya jin, manusia
danmakhluk selainnya (Hasbi Ash-Shiddieqy, 1952: 10).
xlvii
Artinya: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supayamereka menyembah-Ku". (Q. S. Adz Dzariyat / 51:56).
Menurut bahasa shalat berarti do’a, sedangkan menurut syara’ artinya
bentuk ibadah yang terdiri atas perkataan dan perbuatan yang dimulai
dengan takbir dan diakhiri dengan salam (Suyono, 1998:61).
Anak merupakan amanat dari Allah yang dititipkan kepada kedua
orang tua.Dimana seorang anak membutuhkan perawatan dan perlindungan
serta perhatian yang cukup dari kedua orang tuanya, karena
kepbribadiannya atau keshalehan dan keshalehahannya sangat bergantung
pada pendidikan masa kecilnya. Karena di sanalah anak akan membangun
fondasi bagi tegaknya kepribadian yang sempurna, sebab pendidikan yang
diperolehnya pada masa kecil akan jauh lebih membekas dalam membentuk
kepribadiannya daripada pendidikan yang diperoleh ketika telah beranjak
dewasa (Juwariyah, 2010:69).
Dengan demikian, maka sesungguhnya kedua orang tualah yang
memiliki tanggung jawab langsung dan lebih besar terhadap pendidikan
anak-anaknya, sabda Nabi saw
ًََازصًٌٌََّادٌٍَِْاْببفَةزطفلاَىلعَدلٌْلَّاَدْلَْهَيهَبه
ًََبسجوٌّ
Artinya: Setiap anak yang lahir dilahirkan dalam keadaan
xlviii
atauMajusi (H.R. Thabrani dan Baihaqi), dalam Aljami’ash-Shaghiir,
287,hadits No, 2386).
Dari penjelasan diatas penulis menyimpulkan, bahwa pengamalan
ibadah shalat anak yaitu seorang anak melakukan perbuatan atau segala
sesuatu yang dikerjakan atas dasar kebaikan.Dengan menunaikan ibadah
shalat yang tertib sesuai ajaran Islam.Supayamemperingatkan
kitamenunaikan ibadah shalat merupakan kewajiban terhadap Allah yang
telah melimpahkan karunia-Nya.
2. Kedudukan Shalat
Dalam Islam, shalat menempati kedudukan tertinggi dibandingkan
ibadah apapun. Ia merupakan tiang agama.
Sabda Nabi Muhammad SAW.
“Shalat itu tiang agama, maka barang siapa yang mendirikan shalat
berarti ia menegakkan agama.Dan barang siapa yang meninggalkannya,
sungguh ia telah merobohkan agama”(Suyono, 1998:61).
Shalat dinyatakan dalam hadis Nabi sebagai salah satu sendi Islam
yang lima. Lengkapnya, hadis Nabi mangajarkan bahwa Islam ditegakkan
atas lima sendi yaitu: syahadat (persaksian), bahwa tidak ada Tuhan selain
xlix
membayar zakat, haji kebaitullah dan puasa ramadhan (HR Ahmad, Bukhari,
Muslim, Turmudzi, dan Nasai dari Ibnu Umar).
a. Fungsi Shalat
Fungsi shalat dapat di tinjau dari dua aspek yaitu rohani dan
jasmani.
1) Aspek Rohani
Dari aspek rohani, shalat berfungsi untuk mengingatkan
manusia kepada Tuhannya yang Mahatinggi, yang telah
menciptakan manusia dan alam semesta. Dalam hubungan ini QS
Thaahaa [20]: 14 menegaskan, “ …..
Firman Allah SWT
(yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat
untuk mengingat Aku
Selalu ingat kepada Allah akan mendatangkan ketenangan
l
28. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka
manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya
dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram
mengajarkan bahwa hanya dengan mengingat Allah, hati
menjadi tentram. Dengan hati yang selalu ingat dengan Allah, akan
lahirlah kekuatan rohaniah pada manusia, yang amat besar artinya
dalam menghadapi masalah hidup yang penuh dengan berbagai
macam problema yang seringkali dirasakan amat berat oleh yang
mengalaminya.
Dengan kekuatan rohaniah itu, berbagai macam ujian hidup
akan dapat dihadapi dengan kesabaran. Pergolakan hidup akan
dapat ditanggapi dengan sikap tenang, rela, dan hati yang tentram.
Fungsi shalat untuk mengingatkan manusia kepada Tuhan
dan ingat kepada Tuhan mendatangkan ketenangan hati itu tidak
dapat diartikan bahwa shalat hanya menjadi sarana. Ingat kepada
Tuhan adalah tujuannya sehingga apabila orang sudah dapat selalu
ingat kepada Tuhan berarti tujuan shalat sudah tercapai, shalat
tidak perlu lagi: atau alternatif lain, tujuan shalat adalah untuk
mengingatkan kepada Tuhan, dan untuk ingat kepada Tuhan
sebenarnya dapat dicapai dengan cara lain sehingga apabila orang
dengan cara lain dapat membawakan ingat kepada Tuhan, shalat
li
Tafsiran teleologis seperti itu tidak dapat dilakukan sebab
shalat berkedudukan sebagai ibadah khusus yang wajib
dilaksanakan dengan cara tertentu yang telah diajarkan Nabi.
Shalat daim yang diartikan dengan selalu ingat kepada Tuhan yang
berakibat adanya anggapan shalat lima waktu tidak perlu sama
sekali tidak dapat dibenarkan menurut ketentuan Alquran dan
sunah Rasul.
2) Aspek Jasmani
Dari aspek jasmani, shalat berfungsi untuk menimbulkan sifat
suka kepada kebersihan, kerapian, dan kerajinan. Shalat,
mensyaratkan harus suci badan, pakaian, dan tempat dari najis.,
demikian pula mensyaratkan bersuci dengan mandi atau wudhu,
berfungsi mengajarkan kebersihan. Islam mengajarkan bahwa
bersih merupakan cabang dari iman. Hadis Nabi riwayat Turmudzi
mengajarkan bahwa Allah adalah Zat Yang Baik, cinta kepada
kebaikan: Zat Yang Bersih, dan cinta kepada kebersihan.
Kecuali mendidik kebersihan dan kerapian, shalat juga
berfungsi mendidik orang rajin dan mempunyai
ketangkasan.Gerakan badan dalam shalat, berdiri, ruku’, sujud, dan
sebagainya mempunyai peranan dalam segi kejasmanian.Pada
waktu bagung pagi, sebelum terbit matahari, sudah diperintahkan
melakukan shalat subuh.Siang hari, pada waktu orang tengah
lii
melakukan shalat zuhur.Petang hari, sehabis orang bekerja,
diperintahkan shalat ashar.Setelah matahari terbenam,
diperintahkan mengerjakan shalat magrib.Sebelum tidur,
diperintahkan shalat isya.
Shalat lima waktu, yang kecuali dilakukan dengan sepenuh
hati dan pikiran yang terpusatkan, harus dilakukan juga dengan
gerakan jasmaniah yang hidup, penuh dengan gerak tangkas, tidak
merupakan gerak malas. Namun, hal itu tidak berarti bahwa
gerakan jasmani dalam shalat harus dilskukan seperti kalau orang
sedang berolahraga; gerakan jasmani dilakukan dengan wajar yang
pada dirinya telah mengandung unsur gerak tangkas, yang berrti
suatu latihan jasmaniah yang amat besar kegunaannya bagi orang
melakuakan shalat.
b. Shalat Jamaah
Meskipun shalat dapat dilakukan secara perseorangan, Islam
menganjurkan agar shalat wajib lima waktu itu dilakukan secara jamaah.
Makin banyak anggota jamaah, main baik, meskipun sudah cukup hanya
terdiri dari dua orang yaitu seorang imam dan seorang makmum.
Kecuali shalat lima waktu, jamaah diperintahkan dalam juga shalat
Hari Raya Fitrah dan Kurban, demikian pula dalam kesempatan tertentu
seperti shalat gerhana, dan sebagainya.
Kecualai keutamaan ibadah, shalat jamaah mempunyai arti yang amat
liii
dan pimpinan supaya bertindak bijaksana, memperhatikan jamaah yang
dipimpinnya.Shalat jamaah menanamkan rasa kebebasan, persaudaraan, dan
persamaan.
Rasa kebebasan terlatih karena dalam mengerjakan shalat jamaah
secara kolektif.Anggota jamaah merasakanbebas shalat di masjid, bebas dari
tradisi yang berlawanan dengan ajaran ibadah, pujian dan pujian hanya
dapat dilakukan terhadap Allah saja.
Rasa persaudaraan amat jelas terlukis bila kita ingat bahwa masjid
terbuka untuk seluruh umat Islam, apa pun suku dan bangsanya. Setiap
muslim akan merasa bertemu denga saudara seagama dalam shalat jamaah.
Mereka bersaudara, shalat di belakang seorang imam, satu gerak mengikuti
komando imam, menghadap ke arah satu kiblat, membaca satu Kitab
Alquran dan menyembah Tuhan yang satu, Allah swt.
Rasa persamaan tumbuh dalam shalat jamaah.Para makmum berderet
bersaf-saf. Yang berpangkat, yang rakyat biasa, yang kaya, yang miskin,
yang keturunan raja maupun yang rakyat kebanyakan,semuanya berbaris
satu saf. Siapa yang datang dulu menempati saf depan, meskipun rakyat
jelata, dan yang datang kemudian mendapat barisan belakang, meskipun
seorang bupati (Basyir, 2003:48-62).
c. Shalat khusyuk
Sejak kita mulai belajar shalat di masa kecil, kita tidak diajarkan
bagaimana meraih rasa khusyuk, karena sang ustadz telah menetapkan itu
liv
gerakan-gerakan rakaat tanpa ruh, sehingga di saat Ramadhan tiba,
berlangsung adu cepat dalam melaksanakan shalat tarawih. Kita akan
mencari imam yang mampu menempuh target yang lebih cepat (ekpres).
Ketidakmampuan kita mendapatkan rasa khusyuk sering dikaitkan
dengan persoalan dosa yang telah kita lakukan.Namun perlu disadari bahwa
shalat juga dijadikan untuk melebur kesalahan, sebagai mana Nabi Saw
besabda, “Sesungguhnya shalat itu lima, menjadi kafarat bagi segala dosa
yang dikerjakan, diantaranya, selama engkau menjauhkan diri dari segala
dosa besar.”Selain itu, berbagai problem kehidupan yang dihadapi dalam
kesehariannya juga dianggap sebagai biang keladi yang menyebabkan
seorang sulit meraih kekhusyukan (Khadimullah, 2006:55).
d. Shalat Wajib Tepat Waktu
Allah swt. Dalam al-Qur’an telah berfirman, “Sungguh, shalat
diwajibkan atas orang-orang mukmin pada waktu-waktu yang
ditentukan.”(Q.s. 4: 103). Dalam sebuah hadis Rasulullah saw. Telah
bersabda, “ada lima shalat yang diwajibkan Allah swt.untuk para
hamba-Nya, bagi mereka yang melaksanakannya dengan baik, tanpa pernah
mengabaikannya, tersedia baginya jaminan Tuhan yang akan memasukan
mereka ke dalam surga-Nya.Sedang bagi mereka yang tidak mematuhinya,
Tuhan tidak memberikan jaminannya; Dia mungkin memberikan hukuman
lv
memaafkan dengan memasukannya ke dalam surga, semuanya sangat
bergantung pada kehendak-Nya.”(H.r. Abu Dawud, an-Nasa’I, Ibnu Majah
dan lainnya) (Al-Ghazali, 2001:3-4).
D. Pengaruh Pembinaan Keagamaan Islam Terhadap Pengamalan Ibadah
Shalat
Keluarga merupakan sumber pendidikan utama, karena segala bentuk
pengetahuan manusia diperoleh pertama-tama dari orang tua sendiri. Proses
keagamaan berperan internalisasi dan transformasi nilai-nilai keagamaan
lvi
menjalankan ibadah, mendengarkan khutbah atau ceramah-ceramah
keagamaan.Kegiatan seperti ini sangat mempengaruhi kepribadian
anak.Kenyataannya semasa kecil anak tidak tahu dengan hal-hal yang
berhubungan dengan hidup keagamaan, tidak pernah ke masjid bersama
orang tuanya, tidak pernah mendengar khutbah dan ceramah, maka setelah
dewasa mereka tidak ada perhatian terhadap agama. Kehidupan dalam
keluarga hendaknya memberikan kondisi kepada anak untuk mengalami
suasana hidup keagamaan (Azmi, 2006 : 81)
Orang tua melalaikan kepentingan pembinaan kegamaan kepada anak
bahkan menganggap sebagai hal yang sepele.Sesungguhnya pembinaan
adalah hak orang tuanya, seperti hak makan dan minum serta nafkah dari
mereka.Perhatian yang besar terhadap pembinaan keagamaan disebabkan
menghasilkan hati yang terbuka, dan hati yang terbuka menghasilkan
kebiasaan yang baik.Kebiasaan baik menghasilkan perilaku yang terpuji,
perilaku terpuji menghasilkan amal shaleh, amal shaleh menghasilkan ridha
Allah, dan ridha Allah menghasilkan kemuliaan yang abadi.
Anak setelah mendapatkan pembinaan keagaman dari orang tua dalam
hal melaksanakan ibadah shalat. Dia akan mengerti bagaimana pengamalan
ibadah shalat yang benar sesuai ajaran agama Islam. Adapun orang tua yang
sibuk dengan pekerjaannya tetapi dalam pembinaaan keagamaannya tetap
berusaha dilakukan dengan baik, sehingga anak dalam melaksanakan shalat
lvii
keagamaan Islam orang tua terhadap anaknya dilakukan dengan lebih baik
lagi, maka pengamalan ibadah shalat anak juga akan meningkat lebih baik.
Dari paparan di atas peneliti ingin meneliti pengaruh pembinaan
keagamaan islam terhadap pengamalan ibada shalat anak.
BAB III
LAPORAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh pembinaan keagamaan
Islam terhadap pengamalan ibadah shalat anak. Sebelum penulis membahas
lviii
penting hasil observasi di Dusun Kerep Desa Jombor Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang tahun 2015.
A. Diskripsi Objek Penelitian
1. Letak Geografis
Dusun Kerep merupakan salah satu dusun yang terletak di Desa
Jombor Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Dengan jarak dari
kantor kelurahan 500 meter, jarak dari kecamatan 5 km dan jarak
dari kabupaten +_ 30 km (sumber data tata usaha pemerintahan Desa
Jombor tahun 2015).
a. Adapun batas – batas wilayah Dusun Kerep adalah sebagai
berikut :
1) Sebelah Utara : Dusun Ngelosari
2) Sebelah Selatan : Perum Candirejo
3) SebelahTimur : Kota Salatiga
lix
4) Pemakaman : ada.
2. Monografis
Jumlah penduduk dusun Kerep 800 jiwa ,terdiri dari 230
kepala keluarga yang terbagi dalam 2 RT (Sumber Tata Usaha
Pemerintahan Desa Jombor Kecamatan Tuntang).
a. Mata pencaharian
Mata pencaharian warga masyarakat dusun Kerep Desa Jombor
kebanyakan adalah petani. Berdasarkan data dari dusun Kerep Desa
Jombor diperoleh rincian dengan mata pencaharian penduduk sebagai
lx
b. Kondisi Keagamaan
Kondisi keagamaan penduduk Dusun Kerep tergolong kedalam
perkampungan muslim, karena berdasarkan data dari hasil penelitian
dilapangan bahwa penduduk Dusun Kerep 100% memeluk agama
Islam.
c. Keadaan sosial
1. Adat istiadat
Penduduk Dusun Kerep khususnya dan warga Desa
Jombor pada umumnya masih menjunjung tinggi adat istiadat
misalnya gotongroyong membersihkan jalan dan selokan
sebulan sekali setiap hari minggu, peringatan hari ke 7, 40, 100
dan 1000 hari bagi orang yang sudah meninggal untuk
mengenang dan membacakan tahlil dan surat yasin. Peringatan
hari besar keagamaan seperti Maulid nabi Muhammad SAW,
isra’ mi’raj.Selainharibesarkeagamaanadakegiatan yang lain
sepertikarangtarunaremajasetiap sebulan sekalidankegiatan PKK
ibu – ibusetiap sebulan sekalijuga.
2. Keadaan sosial pendidikan
Masyarakat Kerep rata – rata peduli terhadap pendidikan.
Hal ini dapat dilihat dari data statistik yang penulis peroleh
lxi Tabel II
Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
NO Tingkat Pendidikan Jumlah
1 Tingkat Perguruan Tinggi 24 orang
lxii
B. Penyajian Data
Penulis setelah melakukan dokumentasi, interview dan observasi, maka
langkah berikutnya melakukan penelitian dengan penyebaran angket dan
rating scala, karena obsesvasi dalam hal ini menggunakan rating scala. Untuk
memperlancar semuanya maka peneliti terlebih dahulu menyajikan bentuk data
guna memperlancar langkah suatu penelitian.
Kemudian untuk memperoleh data tentang pembinaan keagamaan Islam
dan pengamalan ibadah shalat anak dusun kerep menggunaka angket dan rating
scala. Dengan masing-masing 10 pertanyaan tentang pembinaan keagamaan
Islam dan 10 pertanyaan tentang pengamalan ibadah shalat anak. Dengan
pilihan jawaban selalu, kadang-kadang dan jarang yang dijukan kepada anak
dusun Kerep yang berumur 11-14 tahun. Dan setiap item pertanyaan
mempunyai 3 jawaban alternatif yaitu:
lxiii
a. Alternatif jawaban selalu dengan nilai 3
b. Alternatif jawaban kadang-kadang dengan nilai 2
c. Alternatif jawaban jarang dengan nilai 1
Berikut ini penulis lampirkan data responden dari hasil penelitiann di
dusun Kerep Desa Jombor Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun
2015.
Daftar Nama Responden Pembinaan Keagamaan Islam dan Pengamlan
Ibadah Shalat Anak
2. Muhammad Isnaini Solikhudin 14 / VII
lxv
30. Annisa Eka Putri 12 / V
Pada penelitian ini penulis mengambil dua variabel yang diurai dalam
item pertanyaan dalam angket dan rating scala yang sudah terlampir, hasil
jawaban dari opsi pertanyaan tersebut adalah:
a. Pembinaan Keagamaan Islam
Data hasil jawaban angket tentang pembinaan keagamaan Islam dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel V
Jawaban Angket Tentang Pembinaan Keagamaan Islam
lxvii
30 A B C A A A C A A A 7 1 2
Jumlah 207 63 30
b. Pengamalan Ibadah Shalat Anak
Data hasil jawaban angket rating scala pengamalan ibadah shalat anak
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel VI
Jawaban Rating Scala Tentang pengamalan Ibadah Shalat Anak
lxx BAB IV ANALISIS DATA
Pada bab ini penulis akan menganalisis data yang telah terkumpul
sehingga diketahui ada tidaknya pengaruh pembinaan keagamaan Islam terhadap
pengamalan ibadah shalat anak di dusun Kerep desa Jombor tahun 2015. Analisis
ini diperlukan untuk mengetahui tujuan penelitian.
Analisis data tersebut digunakan untuk memperoleh jawaban atas pokok
permasalahan yang diajukan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, yaitu:
1. Bagaimana pembinaan keagamaan Islam diDusun Kerep Desa
Jombor, Kecamatan Tuntang,Kab. Semarang pada tahun 2015?
2. Bagaimana pengamalan ibadah shalat anak di Dusun Kerep Desa
Jombor, Kecamatan Tuntang, Kab. Semarang pada tahun 2015?
3. Adakah pengaruh pembinaan keagamaan Islam terhadap ibadah
shalat anak di Dusun Kerep Desa Jombor, Kecamatan Tuntang,Kab.
Semarang pada tahun 2015?
Berdasarkan pada ketiga tujuan tersebut, maka analisis pertama, kedua dan
ketiga penulis menggunakan rumus interval dan prosentase:
Keterangan:
P = prosentase
F = frekuensi
lxxi
Sedangkan untuk mengetahui tujuan ketiga penulis menggunakan dengan
menggunakan rumus producct moment sebagai berikut:
=
( )( )
√ ( ) ( )
Keterangan:
= koefisien korelasi antara X dan Y
XY = Produk dari X kali Y
X = Variabel skor 1
Y = Variabel skor 2
N = Jumlah responden
A. Analisis Pertama
Untuk mengetahui tentang data dari pembinaan keagamaan Islam. Adapun
langkah-langkah yang diambil adalah sebagai berikut:
1. Membuat tabel daftar nilai dan nominasi hasil observasi dalam
daftar angket pada variabel terhadap pembinaan keagamaan Islam.
2. Membuat tabel distribusi frekuensi jawaban dari angket.
3. Memprosentasikan jawaban.
lxxii Tabel VII
Daftar Nilai Hasil Observasi Dalam Daftar Pembinaan Keagamaan Islam
lxxiii
Daftar Tentang Distribusi Frekuensi Jawaban Pembinaan Keagamaan Islam NO
RESPONDEN
ALTERNATIF JAWABAN TOTAL NOMINASI
A B C
1 7 2 1 26 A
lxxiv
3 3 3 4 19 B
4 10 0 0 30 A
5 8 2 0 28 A
6 6 1 3 23 B
7 7 2 1 26 A
8 5 4 1 24 A
9 7 2 1 26 A
10 9 0 1 28 A
11 8 2 0 28 A
12 8 1 1 27 A
13 9 1 0 29 A
14 7 2 1 26 B
15 4 3 3 21 B
16 5 3 2 23 B
17 5 5 0 25 A
lxxv
19 3 5 2 21 B
20 8 2 0 28 A
21 8 1 1 27 A
22 6 3 1 25 A
23 5 4 1 24 A
24 8 1 1 27 A
25 8 2 0 28 A
26 9 1 0 29 A
27 6 3 1 25 A
28 6 3 1 25 A
29 7 2 1 26 A
30 7 1 2 25 A
Dari data di atas dapat dicari skor tertinggi dan terendah kemudian dicari
intervalnya dengan menggunakan rumus :