• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSPEKSI MINERAL LOGAM DI DAERAH TOPO DAN SEKITARNYA KABUPATEN NABIRE PROVINSI PAPUA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROSPEKSI MINERAL LOGAM DI DAERAH TOPO DAN SEKITARNYA KABUPATEN NABIRE PROVINSI PAPUA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PROSPEKSI MINERAL LOGAM DI DAERAH TOPO DAN SEKITARNYA KABUPATEN NABIRE PROVINSI PAPUA

Oleh : Kisman

Kelompok Program Penelitian Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi

Sari

Daerah prospeksi Topo dan sekitarnya di Kabupaten Nabire ditempati oleh satuan batuan ultrabasa, metamorf dan endapan alluvium. Struktur geologi didominasi oleh sesar normal yang berarah timur laut-baratdaya.

Maraknya pendulangan emas oleh masyarakat di sekitar daerah prospeksi ternyata emas bukan berasal dari batuan ultrabasa sebagaimana dugaan sebelumnya, tetapi merupakan endapan alluvial undak tua yang menempati lembah hingga kaki bukit rendah satuan batuan ultrabasa.

Hasil perhitungan Sumberdaya hipotetik di daerah prospeksi adalah endapan nikel laterit maksimum 714.077,8 ton dan rata-rata 490.406,3 ton.

Kata kunci : prospeksi,laterit nikel, ultrabasa

Abstract

Topo prospecting area and its surroundings in Nabire occupied by ultramaphic rock units, metamorphic and alluvial deposits. The geological structure is dominated by northeast-southwest trending normal faults.

The rise of gold panning by local miners in the prospect area is shown that the gold is not derived from ultramaphic rocks, as interpreted before but an old terrain alluvial deposits that occupy the valley to the foothills of the lower ultramaphic rock units.

The result of this prospecting was calculated hypothetic resource of lateritic nickel maximum714,077.8 tons and average 490,406.3 tons.

Keywords : prospection, nickel laterite, ultramaphic

PENDAHULUAN

Prospeksi suatu mineral logam merupakan bagian dari upaya menghimpun data potensi mineral logam khususnya daerah Topo dan

sekitarnya di Kabupaten Nabire, Provinsi Papua untuk meningkatkan ketersediaan data yang terbaru dan akurat. Hal ini juga terkait dengan adanya peningkatan investasi di bidang eksplorasi mineral logam oleh kalangan swasta maupun asing.

Kegiatan prospeksi sebagai satu tahapan dalam eksplorasi untuk mempersempit daerah yang memiliki potensi endapan mineral. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi suatu

endapan mineral yang akan menjadi

target eksplorasi selanjutnya. Sedangkan

estimasi kuantitas dihitung berdasarkan

interpretasi data geologi dan geokirnia.

(2)

dan berasosiasi dengan batuan ultrabasa. Pada daerah lembah-lembah sungai yang mengalir dari hulu bukit-bukit yang ditempati oleh satuan batuan ultrabasa banyak pendulang emas, sehingga timbul pertanyaan

apakah emas tersebut berasal dari batuan ultrabasa?

Selain untuk membuktikan apakah emas tersebut berasal dari batuan ultrabasa atau bukan, diharapkan ada komoditi logam potensial lainnya yang berkaitan dengan keterdapatan satuan batuan

ultrabasa di daerah penelitian.

Gambar 1. Peta Lokasi Prospeksi di Kabupaten Nabire, Provinsi Papua

METODOLOGI

Kegiatan yang dilakukan

meliputi pemetaan geologi, pemercontoan geokimia dan pendulangan konsentrat mineral berat.

à Pemetaan Geologi, dilakukan dengan mengamati jenis batuan, perubahan satuan batuan, struktur geologi dan indikasi mineralisasi.

à Pemercontoan Geokimia untuk

mengetahui dan melokalisasi zona anomali unsur logam-logam.

Pemercontoan ini dilakukan dengan mengambil conto batuan termineralisasi, endapan sungai aktif dengan saringan fraksi –80 mesh di sungai orde 1 dan orde 2.

à Pendulangan konsentrat mineral

berat, pada pengambilan conto konsentrat dulang, jumlah material yang diambil untuk didulang setiap

(3)

Analisis laboratorium dilakukan terhadap conto-conto yang diambil dari lapangan terdiri dari :

ü Analisis petrografi, untuk mengetahui jenis batuan, variasi mineral, komposisi

mineralogi, tekstur batuan serta data lainnya.

ü Analisis mineragrafi, untuk

mengetahui kandungan jenis mineral bijih, tekstur, ganggue

mineral. Hal ini penting khususnya untuk menentukan paragenesa mineralisasi.

ü Analisis mineralogi butir,

untuk mengetahui adanya indikasi mineralisasi yang terekam melalui butiran-butiran mineral bijih lepas yang terbawa oleh aliran sungai.

ü Analisis geokimia untuk mengetahui unsur-unsur : Au,

Ag, Cu, Pb, Zn, Ni, Co, Cr sehingga diketahui adanya sebaran serta anomali unsur

yang terdapat di daerah prospek.

ü Analisis mineral, untuk

mengetahui jenis ubahan

dengan menggunakan

peralatan PIMA.

ü Pengolahan data dari hasil analisis laboratorium disajikan dalam bentuk sebuah peta. Pada peta akan terlihat sebaran unsur-unsur logam dengan kadar yang diperoleh dari

conto batuan termineralisasi, tanah laterit endapan sungai

aktif.

ü Pengolahan data conto batuan menggunakan analisis data spasial program Arc View

untuk melihat penyebaran secara lateral yang dibatasi khusus mencakup sebaran conto batuan saja, sehingga bidang ini luasnya tidak sama dengan batas daerah penelitian.

ü Tampilan gambar yang

dihasilkan adalah berupa warna tertentu unsur tersebut sesuai dengan kelas kadar unsurnya.

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Berdasarkan pengamatan lapangan dan pola kontur pada peta dasar topografi, morfologi daerah Topo dapat dibagi ke dalam dua satuan yaitu, morfologi pedataran dan morfologi perbukitan sedang hingga terjal (Foto 1). Satuan morfologi pedataran

(4)

penyelidikan pada ketinggian 150 m hingga 200 m di atas permukaan laut, mulai dari bagian tengah (Topo), baratlaut (Kimi) hingga bagian utara. Tampakan di lapangan bagian dari morfologi ini dicirikan dengan lembah

aliran sungai yang lebar, pola

meandering dan banyak endapan pasir

dan kerikil di daratan pinggiran sungai, hal ini mengindikasikan tahapan dewasa. Sungai-sungai yang mengalir di daerah morfologi pedataran ini yang memiliki penampang lebar dan berkelok-kelok adalah Sungai Topo

dan Sungai Bumi.

Foto 1. Morfologi perbukitan sedang hingga terjal daerah Topo, Distrik Uwapa Satuan morfologi perbukitan sedang

hingga terjal menempati sepertiga daerah penelitian terutama di bagian tenggara dan timur. Satuan morfologi

ini berada pada ketinggian antara 250 m hingga 900 m di atas permukaan laut. Sungai-sungai yang mengalir pada morfologi ini memiliki lembah-lembah yang sempit berbentuk ”V” dengan aliran masih cukup deras dan banyak air terjun, diantaranya adalah Sungai Wae Alo. Morfologi ini

tersusun dari batuan ultrabasa dan

metamorf. Kategori morfologi perbukitan ini hampir seluruhnya ditumbuhi oleh jenis pohon kayu keras.

Satuan batuan yang terdapat di daerah penelitian Topo ini meliputi batuan ultrabasa, batuan metamorf dan alluvium. Urutan stratigrafi dari batuan tertua ke yang muda adalah sebagai berikut :

(5)

Batuan ultrabasa yang teramati di lapangan didominasi serpentinit dengan warna khas hijau lumut serta di beberapa lokasi tampak mineral-mineral asbes. Jenis batuan ultrabasa lain yang teramati dengan penampakan

sangat khas di lapangan adalah piroksenit dengan komposisi utama

piroksen dengan kristal-kristal sangat kasar ukuran beberapa centimeter. Juga dapat diamati batuan dunit berwarna hijau gelap yang terutama tersusun dari olivin, namun batuan ini hanya terlihat setempat. Penyebaran batuan ultrabasa ini menempati sekitar seperempat daerah penyelidikan terutama di bagian tengah memanjang dari selatan hingga timurlaut.

Satuan batuan metamorf dominan sekis

Batuan metamorf menempati sekitar sepertiga daerah penyelidikan terutama di bagian tenggara pada morfologi perbukitan terjal. Pada pengamatan lapangan, batuan ini kontak dengan batuan ultrabasa dan

perubahannya sangat jelas di bagian puncak perbukitan. Kehadiran batuan

ini sangat khas karena dicirikan dengan struktur lapisan batuan metamorf sekistose, sehingga pada pemetaannya ditandai dengan metamorf dominan sekis. Disamping itu juga sangat jelas

teramati kehadiran batuan amfibolit yang terutama tersusun dari mineral amfibol bercirikan kristal sangat kasar memanjang prismatik warna hijau. Batuan amfibolit ini teramati berselang seling dalam arah foliasi yang sama

dengan struktur sekistose. Bidang foliasi sekis ini adalah N 280° E/40°

dan tampak bidang foliasi diisi dengan kuarsa hingga ketebalan sekitar satu meter. Jika mengacu pada peta geologi regional, batuan metamorf ini diduga berumur Kapur hingga Tersier.

Alluvium

Satuan alluvium menempati di bagian barat utara daerah penelitian dengan alur-alur sungai yang sudah cukup

lebar yang membentuk meander lebih luas. Satuan ini terdiri dari

kerakal-kerikil, pasir dan lempung.

(6)

pengaruh struktur sesar geser di daerah ini. Struktur minor berupa kekar-kekar terutama pada batuan metamorf juga

teramati tersingkap di bagian tenggara

(7)
(8)

ANALISIS DAN HASIL

Tabel 1. Daftar Conto dan Jenis Analisis No Jenis Conto Jenis Analisis

Kimia unsur Min.Butir Mineragrafi Petrografi PIMA 1 Sedimen sungai 26

2 Konsentrat dulang 26

3 Tanah 8

4 Batuan 30 6 8 9

JUMLAH 64 26 6 8 9

Tabel 2. Nilai rata-rata dan Nilai maksimum kandungan unsur-unsur Cu, Pb, Zn, Au, Ag, Co, Ni dan Cr

Unsur

Hasil Analisis Kimia

Batuan Tanah Sedimen Sungai Aktif Rata-rata Maksimum Rata-rata Maksimum Rata-rata Maksimum

Cu (ppm) 48,03 293 38,25 47 27,81 109

Pb (ppm) 83,82 142 101,63 118 44,85 90

Zn (ppm) 45,43 118 175,75 228 65,85 172

Au (ppb) 9,74 64 15,75 34 22 103

Ag (ppm) 3,37 15 4,13 7 1,89 6

Co (ppm) 94,93 226 615,63 920

Ni (ppm) 2784,23 5576 7332,63 10677

Cr (ppm) 1125,8 2878 5510,63 9830

(9)

Cu Pb Zn Co Ni Cr Au Ag Cu 1 -0,05595 0,561699 -0,06649 -0,46452 0,170299 0,398482 0,709152

Pb -0,05595 1 0,01683 0,246085 0,112218 -0,03931 -0,14853 -0,02771

Zn 0,561699 0,01683 1 0,186843 -0,03009 0,172462 0,043916 0,502907

Co -0,06649 0,246085 0,186843 1 0,677522 0,420833 -0,07878 0,107903

Ni -0,46452 0,112218 -0,03009 0,677522 1 0,128223 -0,19199 -0,11496

Cr 0,170299 -0,03931 0,172462 0,420833 0,128223 1 -0,0115 0,199763

Au 0,398482 -0,14853 0,043916 -0,07878 -0,19199 -0,0115 1 0,653809

Ag 0,709152 -0,02771 0,502907 0,107903 -0,11496 0,199763 0,653809 1

60% Halloysite + 40% M ontm orillonite; SRSS=148, SNR=1352, H2O=0.707 000024:N__006_R_2

1300 1600 1900 2200 2500

0

(10)
(11)

DISKUSI

Keterdapatan unsur-unsur logam dari conto batuan yang terdapat di daerah penyelidikan dibandingkan dengan conto batuan dalam kerak bumi terutama batuan beku ultrabasa dan basa yang telah dikompilasi oleh Turekian dan Wedepohl (1961) dalam Maria Foldvari -Vogl (1978) seperti disajikan dalam Tabel 4 dapat jelaskan bahwa :

Tabel 4. Kandungan unsur rata-rata dalam Kerak Bumi dalam ppm Unsur No.

Atom

Batuan Beku Ultrabasa Basa

Cr 24 1600 170

Hasil rata-rata beberapa unsur seperti Co, Cr dan Zn berada dibawah rata-rata dalam kerak bumi, sehingga dapat diprediksi daerah penelitian belum memberi harapan yang potensial sebagai sumber logam tersebut. Adapun unsur Ni, Au, Ag dan Pb hasil dari daerah penelitian lebih tinggi, bahkan untuk unsur Ni cukup signifikan yaitu 2784,23 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa di daerah penelitian cukup signifikan akan

potensi logam nikel dalam batuan ultrabasa dan sesuai dengan teori terbentuknya logam tersebut.

Adapun untuk unsur Au meskipun lebih tinggi dari rata-rata dalam kerak bumi, namun hasilnya

tidak cukup meyakinkan karena hanya terpaut tiga angka dalam digit yang

sama yaitu 0,00974 ppm. Hal ini juga menunjukkan bahwa di daerah penelitian kurang cukup meyakinkan sebagai daerah potensi logam emas.

Berdasarkan data untuk logam emas setelah dibandingkan dengan keterdapatan secara umum dalam kerak bumi, maka daerah penelitian khususnya yang ditempati oleh satuan batuan ultrabasa bukan merupakan sumber keterdapatan emas.

Emas yang didulang oleh masyarakat di daerah-daerah lembah aliran sungai dan dataran alluvium kemungkinan merupakan endapan undak tua yang berbentuk lensa-lensa di atas bagian pinggir batas satuan batuan ultrabasa dan satuan alluvium.

Ini diperkuat dengan kenyataan di lapangan bahwa masyarakat

(12)

Foto 1. Pendulangan endapan undak tua dengan penyemprotan material hingga batuan alas satuan ultrabasa terbuka.

Estimasi kuantitas komoditi logam dari daerah Topo dan sekitarnya Distrik Uwapa yang dapat dihitung dari data geologi dan geokimia adalah nikel (nikel laterit) dalam bentuk sumberdaya hipotetik. Asumsi parameter yang dapat dikemukakan untuk mengetahui sumberdaya

diantaranya adalah volume tanah laterit yang mengandung nikel.

Untuk luas permukaan yang menggambarkan penyebaran tanah laterit berdasarkan hasil digitasi dalam peta geologi adalah 20.900.000 m2, sedangkan ketebalan diambil asumsi rata-rata dua meter, maka volume tanah laterit sebesar 41.800.000 m3. Jika asumsi berat jenis bijih 1.6 ton/m3 (lapisan limonit sampai saprolit), maka sumber daya hipotetik nikel 41.800.000 m3 x 1,6 ton/m3 = 66.880.000 ton.

Hasil analisis kimia unsur Ni tertinggi 10.677 ppm dan rata-rata 7.332,63 ppm, maka potensi sumberdaya hipotetik logam Ni maksimum 66.880.000 ton x 10.677 ppm =714.077.760.000 gram atau 714.077,8

ton, Sedangkan potensi sumberdaya hipotetik logam Ni rata-rata

66.880.000 ton x 7.332,63 ppm = 490.406.294.400 gram atau 490.406,3 ton

KESIMPULAN

1. Satuan batuan yang terdapaat di daerah penelitian adalah satuan batuan ultrabasa, satuan batuan matamorf dan endapan alluvium. 2. Struktur geologi yang dominan

adalah sesar normal yang memisahkan satuan morfologi perbukitan dan pedataran.

3. Terdapat endapan nikel laterit pada sebagian satuan batuan ultrabasa

dan endapan emas sekunder pada daerah alluvium.

4. Potensi sumberdaya hipotetik logam nikel laterit maksimum 714.077,8 ton dan rata-rata 490.406,3 ton.

(13)

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Kepala Pusat Sumber Daya Geologi yang telah memberi kepercayaan pada penulis untuk melakukan prospeksi, Kepala Dinas Pertambangan dan Energi

Kabupaten Nabire dan staf yang telah membantu kelancaran pelaksanaan

penyelidikan.

DAFTAR PUSTAKA

…………, 2008, Penduduk

Kabupaten Nabire dan Kabupaten Dogiyai Tahun 2008, Badan Pusat Statistik Kabupaten Nabire.

Andrew I Quarles van Ufford, 1996, Stratigraphy, structural geology, and tectonics of young forearc- Continent collision, western central range, Irian Jaya (western New Guinea), Indonesia, The

University of Texas at Austin.

Bemmelen, Van R.W., 1970, The Geology of Indonesia Vol. IA, Second Edition, Martinus Nijhoff-The Hague, Netherlands.

Boyle, R.W., 2006, Gold General Types of Auriferous Deposits, El Dorado.

Dow D.B.,Harahap B.H. dan Sufni Hakim A., 1990. Geologi Lembar Enarotali, Irian Jaya, P3G, Bandung.

Foldvari Maria-Vogl, 1978, Theory and Practice of regional Geochemical Exploration, Akademiai Kiado, Budapest. p.22.

Widhiyatna, D.,dkk., 2006, Inventarisasi Potensi Bahan Galian Pada Wilayah PETI di Daerah Kabupaten Nabire Provinsi Papua, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.

Gambar

Gambar 1. Peta Lokasi Prospeksi di Kabupaten Nabire, Provinsi Papua
Gambar 2. Peta geologi dan mineralisasi daerah penyelidikan
Tabel 1. Daftar Conto dan Jenis Analisis
Gambar 4. Spektrum kurva mineral hasil análisis dengan alat PIMA
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis laboratoriumyang dilakukan pada beberapa conto batuan, diperkirakan bahwa endapan bitumen padat di daerah penyelidikan memiliki kecenderungan

“ Formasi-formasi batuan yang terdapat di daerah inventarisasi yang mempunyai hubungan dengan keterdapatan mineral non logam (non metallic mineral bearings formation) adalah

Formasi-formasi batuan yang terdapat di daerah penyelidikan yang mempunyai hubungan dengan keterdapatan mineral non logam (non metallic mineral bearings formation) adalah

Formasi-formasi batuan yang terdapat di daerah penyelidikan yang mempunyai hubungan dengan keterdapatan mineral non logam (non metallic mineral bearings formation) adalah sebagai

Dari hasil analisis laboratoriumyang dilakukan pada beberapa conto batuan, diperkirakan bahwa endapan bitumen padat di daerah penyelidikan memiliki kecenderungan

Morfologi perbukitan terjal sangat luas menempati bagian barat, selatan dan sebagian kecil bagian utara daerah penyelidikan, tersusun dari batuan granit dan lanau

Kontrol litologi bertalian dengan keterdapatan temuan indikasi mineralisasi logam di ketiga daerah anomali, telah dilakukan pengamatan dari sejumlah lintasan dan conto-conto

Batuan Terobosan, pada umumnya berupa batuan beku bersusunan asam sampai menengah, terdiri atas granit, granodiorit, dan diorit kuarsa, bahan bukan logam yang dijumpai