Triwulan III - 2009
|
SURVEI AKTIVITAS TRANSAKSI PENGIRIMAN UANG
KE LUAR NEGERI
Penerimaan Gaji Pertama Kali
3 bln, 6,67% 7 bln, 33,33%
5 bln, 13,33% 6 bln,
46,67%
Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
Singapura; 6,6%
Hongkong; 9,9%
Taiwan;
18,6% Malaysia; 60,7%
Prov Lain; 76,5%
NTT; 23,5% Korea; 2,6%
lainnya; 1,6%
Sumber : BNP2TKI Latar Belakang
Provinsi NTT merupakan salah satu provinsi pengirim TKI (Tenaga
kerja Indonesia) yang relatif besar. Berdasarkan data BNP2TKI, dari total
jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) legal, sebanyak 15,02% atau sekitar 40
ribu orang merupakan TKI yang berasal dari Provinsi NTT. Sekitar 95% TKI
asal NTT bekerja di Malayasia,
atau dengan kata lain, dari total
161,65 ribu orang TKI yang
berada di Malaysia, sebanyak
23,5% berasal dari Provinsi NTT.
Data tersebut merupakan data
TKI yang diberangkatkan sesuai
dengan prosedur yang berlaku.
Pegerakan jumlah TKI, secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap
transaksi pengiriman uang di Provinsi NTT. Jumlah nominal uang yang
dikirim TKI untuk pihak keluarga, diindikasikan ikut berperan menggerakan
laju perekonomian di Provinsi NTT. Survei ini dilakukan dengan metode
purposive sampling, dimana responden yang dipilih dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dan Non TKI yang pernah melakukan
kegiatan pengiriman atau penerimaan uang.
Analisis Hasil Survei
Berdasarkan hasil survei,
menunjukkan bahwa sebagian besar TKI
dari NTT atau sebesar 93,33% bekerja
sebagai pekerja rumah tangga di
Malaysia dan hanya 6,67% yang bekerja
di sektor lain. Dari keseluruhan
responden TKI yang dipilih, semuanya merupakan TKI legal dengan
keberangkatan menggunakan jasa PJTKI, sehingga sebelum para TKI
diberangkatkan mereka diberikan pelatihan khusus dan diberikan kejelasan
mengenai kondisi pekerjaan dan gaji yang akan diterima. Terdapat standar
Triwulan III - 2009
|
|
Kajian Ekonomi Regional NTT2
khusus penggajian untuk TKI di sektor pekerja rumah tangga, dimana pada
tahun 2006-2008 gaji yang diterima berkisar antara 430 ringgit – 450 ringgit
atau sekitar Rp 1.250.000,00. Dari gaji tersebut, sebanyak 46,67% TKI baru
menerima gaji secara utuh pada bulan ke-6 setelah bekerja sementara gaji
selama 5 (lima) bulan pertama merupakan hak PJTKI sebagai kompensasi
biaya pelatihan bagi calon TKI.
Pemotongan yang dilakukan oleh PJTKI berimplikasi pada jadwal
pengiriman uang oleh TKI, dimana sebanyak 41,67% baru mengirimkan
uang pada bulan ke 12, hanya 13,33% yang mengirim uang pada bulan
ke-10 sementara sisanya 66,67% tidak pernah mengirimkan uang selama
bekerja di Luar Negeri. Dengan masa kontrak yang hanya 2 tahun mereka
lebih memilih untuk menyimpan uang dan membawa keseluruhan tabungan
ketika kontrak kerja telah selesai.
Jangka waktu kontrak yang relatif pendek berpengaruh terhadap
frekuensi pengiriman dan jumlah pengiriman uang. Terlihat dari hasil survei,
sebanyak 75% responden TKI menjawab bahwa frekuensi pengiriman dalam
setahun tidak tentu, karena dalam satu kali masa kontrak sebagian besar TKI
hanya bisa mengirimkan satu sampai dua kali pengiriman. Sementara itu,
frekuensi pengiriman uang untuk responden non TKI, yang hampir semua
merupakan penerima dana dari luar negeri lebih rutin, dimana sebanyak
71,42% responden mempunyai frekuensi pengiriman yang rutin setiap
tahunnya antara 1- 4 kali dalam setahun. Dari sisi jumlah nominal
pengiriman uang, kisaran pengiriman uang untuk responden non TKI lebih
variatif dibandingkan dengan responden TKI (lihat grafik). Hal tersebut
disebabkan oleh bervariasinya tujuan pengiriman uang, dari keperluan
sekolah sampai dengan pengiriman rutin untuk supply biaya hidup orang
tua. Sementara untuk responden TKI, rata-rata pengiriman uang di kisaran Frekuensi Pengiriman Uang (setahun)
0 3 6 9 12
> 4 kali 3 - 4 kali 1 - 2 kali Tidak tentu Pengirim Penerima
Rata-rata Pengiriman Uang (Ringgit)
0 1 2 3 4 5 6 7
<1000 1000-2000
2000-3000
3000-4000
4000-5000
>5000
Triwulan III - 2009
|
1000 ringgit – 2000 ringgit dan maksimal pengiriman uang sebesar 4000
ringgit. Dengan masa kontrak kerja selama 2 tahun dan gaji rata-rata 450
ringgit perbulan, sebanyak 80% responden menjawab jumlah tabungan
yang terkumpul ketika masa kontrak selesai berkisar antara Rp 10 juta – Rp
50 juta. Uang yang terkumpul tersebut dibawa dalam bentuk cek yang akan
diuangkan pada saat para TKI sudah tiba di tempat asal.
Jumlah Tabungan
10 - 50
juta; 80% 1 - 10 juta;
20%
Besarnya rata-rata pengiriman uang yang dilakukan oleh pihak TKI
dan non TKI ke provinsi NTT dalam setahun diperkirakan berkontribusi
signifikan dalam mempercepat laju pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT.
Dengan rata-rata penerimaan gaji TKI sebesar 450 ringgit atau Rp
1.260.000,00 perbulan dan jumlah TKI kurang lebih sekitar 40.000 orang,
diperkirakan uang yang beredar dari
hasil kerja TKI luar negeri sebanyak
Rp 478,8 miliar. Nilai tersebut relatif
lebih tinggi dari rencana Pendapatan
Asli Daerah (PAD) Provinsi NTT tahun
2009, yaitu Rp 223,85 miliar.
Tingginya arus uang yang masuk ke
Provinsi NTT diperkirakan akan berdampak pada peningkatan tingkat
konsumsi masyarakat. Hasil survei menyebutkan bahwa sebagian besar
pendapatan yang dikirimkan, selain dipergunakan untuk biaya sekolah
keluarga, digunakan untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari keluarga
TKI.
Rekomendasi
Melihat kondisi demikian, perlindungan hukum bagi TKI menjadi hal
yang mutlak diperlukan. Peran TKI dalam mendatangkan devisa bagi negara,
secara khusus bagi Provinsi NTT, cukup penting. Untuk meningkatkan
kompetensi TKI perlu dioptimalkan balai pelatihan tenaga kerja, agar ruang
lingkup penyaluran TKI tidak terbatas hanya pada sektor informal seperti
pembantu rumah tangga, namun bisa menjadi tenaga terampil dengan
pendapatan yang jauh diatas pekerja rumah tangga