• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Inovasi Teknologi Ramah Lingkungan 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prosiding Inovasi Teknologi Ramah Lingkungan 2013"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN

LAHAN SAWAH DI PROVINSI BENGKULU

Nurmegawati dan Eddy Makruf

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jalan Irian Km. 6,5 Kelurahan Semarang Kota Bengkulu

Email: nurmegawati_s@yahoo.co.id

ABSTRAK

Salah satu cara untuk menilai status hara dalam menilai kesuburan hara yaitu dengan analisis tanah. Analisis tanah dapat dilakukan di laboratorium maupun langsung dilakukan di lapangan. Penelitian ini dilakukan di Desa Dusun Baru Kecamatan Pondok Kubang Kabupaten Bengkulu Tengah Provinsi Bengkul, yang meliputi 2 kegiatan utama yaitu pengambilan sampel dan analisis tanah dengan PUTR dan analisa tanah di laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rekomendasi pupuk yaitu 200 kg/ha urea, 50 kg/ha SP-36, 125 kg/ha KCl dan 1000 kg/ha CaCO3. kandungan C-orgnik yang tergolong sangat tinggi dan kandungan N tergolong sangat tinggi sehingga C/N tergolong sangat rendah. Kandungan fosfor ekstrak Bray I tergolong sangat rendah, KTK pada lokasi penelitian tergolong tinggi dengan KB tergolong sedang.

Kata kunci : analisa tanah, status hara, rekomendasi pupuk

PENDAHULUAN

Luas lahan rawa lebak di Indonesia diperkirakan seluas 13,3 juta ha yang terdiri dari 4,2 juta ha rawa lebak dangkal, 6,07 juta ha lahan rawa lebak tengahan dan 3,0 juta ha rawa lebak dalam, lahan tersebut tersebar di Pulau Sumatera, Kalimantan dan Irian Jaya (Widjaya et al.,1992). Berdasarkan data BPS Provinsi Bengkulu (2010) luas lahan rawa lebak di Provinsi Bengkulu diperkirakan 11.609 ha yang mencakup Kabupaten Seluma, Mukomuko, Bengkulu Utara dan Bengkulu Tengah. Lahan tersebut sangat berpotensi untuk dikembangkan khususnya untuk tanaman padi dan diharapkan mampu menjadi penyumbang produksi beras yang cukup signifikan.

Budidaya padi di lahan rawa mempunyai resiko yang cukup tinggi karena, kesuburan tanah yang rendah, pH yang masam, miskin unsur hara dan mengandung besi (Fe) yang tinggi. Keracunan besi dan ketidakseimbangan kandungan unsur hara merupakan permasalahan utama yang menyebabkan produktivitas padi rendah (1-2 t/ha) atau bahkan tidak menghasilkan. Untuk itu perlu penambahan unsur hara melalui pemupukan agar diperoleh hasil pertanian yang menguntungkan.

Analisis tanah merupakan salah satu cara untuk menilai status hara dalam menilai kesuburan hara, yang mempunyai konsep bahwa tanaman akan respon terhadap pemupukan bila kadar hara tersebut kurang atau jumlah yang tersedia tidak cukup untuk pertumbuhan yang optimal, sehingga dari analisa ini akan diperoleh rekomendasi pemupukan. Analisis tanah dapat dilakukan di laboratorium maupun langsung dilakukan di lapangan dengan Perangkat Uji Tanah Rawa (Al-Jabri et al., 2011). Analisis tanah diawali dengan pengambilan sampel tanah dilapangan, salah satunya dengan metode SRS.Menurut Suganda et al, (2006) metode SRS tidak ada batasan dalam menentukan jumlah contoh tanah yang dipilih, semua titik pengambilan contoh memiliki peluang yang sama dan saling bebas satu sama lainnya

Kesuburan tanah berhubungan langsung dengan pertumbuhan tanaman, maka penilaian kesuburan suatu tanah mutlak diperlukan. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui status hara sawah lahan rawa lebak di Kecamatan Pondok Kubang Kabupaten Bengkulu Tengah.

METODE PENELITIAN

(2)

Pengambilan sampel tanah dilakukan secara komposit yaitu merupakan suatu teknik pengambilan sampel tanah pada 5 titik pengambilan pada kedalaman 0 – 20 cm. Metode yang digunakan yaitu simple random sampling, Urutan kerjanya sebagai berikut:

1. Tentukan titik pengambilan contoh tanah individu dengan salah satu dari empat cara, yaitu secara diagonal, zig-zag, sistematik atau acak.

2.Sampel tanah sebaiknya diambil dalam keadaan lembab sampai basah.

3.Sampel tanah individu diambil dengan bor tanah, cangkul, atau sekop pada kedalaman 0-20 cm. Contoh tanah diaduk merata dalam ember plastik.

4.Sampel tanah dibersihkan dari tanaman, akar dan binatang yang terbawa.

5.Sampel tanah lembab yang sudah siap untuk dianalisis diambil dengan syringe dengan cara: (1) permukaan tanah lembab ditusuk dengan syringe sedalam 5 cm dan diangkat, (2) bersihkan dan ratakan permukaan syringe, didorong keluar dan potong contoh tanah setebal sekitar 0,5 cm dengan sendok stainless, lalu masukkan ke dalam tabung reaksi.

Sampel tanah yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan perangkat uji tanah rawa (PUTR) dan sebagian untuk analisis tanah di laboratorium. Secara garis besar urutan pengukuran kadar hara dengan PUTR adalah sebagai berikut: (a) Contoh tanah sebanyak 0,5 g atau 0,5 ml dengan syringe dimasukkan ke dalam tabung reaksi, (b) tambahkan pengekstrak kemudian diaduk dengan pengaduk kaca hingga tanah dan larutan menyatu. Kemudian tambahkan pengekstrak sesuai dengan urutannya, (c) diamkan larutan sekitar + 10 menit hingga timbul warna. Warna yang muncul pada larutan jernih dibaca atau dipadankan dengan bagan warna yang disediakan, (d) status hara N, P dan K tanah terbagi menjadi tiga kelas yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Untuk hara N diindikasikan oleh warna kuning, hijau mudah hingga hijau tua. P diindikasikan oleh warna biru muda hingga biru tua, sedangkan untuk hara K diindikasikan oleh warna coklat tua, coklat muda, dan kuning, (e) rekomendasi pemupukan P dan K ditentukan berdasarkan statusnya, (f) penentuan pH tanah dan rekomendasi teknologi didasarkan kepada kelas pH yang disetarakan dengan bagan warna.

Prinsip kerja PUTR adalah mengukur hara N, P dan K tanah yang terdapat dalam bentuk tersedia secara semi kuantitatif dengan metode kolorimetri (pewarnaan).Kriteria dalam penilaian status hara dengan PUTR dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.

Tabel 1. Kriteria penilaian status hara N, P dan pH dengan perangkat uji tanah rawah (PUTR).

No Sifat kimia Hasil pewarnaan Kriteria Rekomendasi pupuk (kg/ha)

Tabel 2 . Kriteria penilaian status hara K dengan perangkat uji tanah rawah (PUTR).

No Hasil pewarnaan

Kriteria Jerami (2,5 t/ha) Rekomendasi KCl (kg/ha)

1

(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Status Unsur Hara Tanah dengan PUTR

Penentuan status hara lahan dilakukan dengan menggunakan Perangkat Uji Tanah Rawa (PUTR) versi 1.0 dan .Alat perangkat uji tanah rawa mekanisme kerja merupakan penyederhanaan secara kualitatif dari analisis tanah di laboratorium dan hasil yang diperoleh merupakan estimasi pengukuran kuantitatif dalam selang nilai tertentu. Pengukuran kemasaman tanah dan status hara N, P, K dapat dilakukan dalam waktu singkat yang dilengkapi dengan rekomendasi kebutuhan kapur, pupuk Urea, SP-36, dan KCl untuk tanaman padi. Dari hasil analisis tanah dengan menggunakan alat perangkat uji tanah rawa (PUTR) maka status hara N dan K tergolong rendah sedangkan P tergolong tinggi dengan pH tanah sekitar 3-4,5 (Tabel3).

Tabel 3. Status hara dengan analisis alat perangkat uji tanah rawa (PUTR).

No Unsur hara Status hara Rekomendasi penggunaan pupuk (kg/ha)

1 N Rendah 200 urea

2 P Tinggi 50 SP-36

3 K Rendah 125 KCl

4 pH tanah 3-4,5 1000 CaCO3

Dari hasil analisis tanah dengan PUTR tersebut maka diperoleh rekomendasi yaitu 200 kg/ha urea, 50 kg/ha SP-36, 125 kg/ha KCl dan 1000 kg/ha CaCO3. Menurut Supartini (1995) dalam Nurhayati, et al (2012) rekomendasi pemupukan adalah suatu rancangan yang meliputi jenis dan takaran pupuk serta cara dan waktu pemupukan untuk tanaman pada areal tertentu.

Status Hara dengan Analisis Laboratorium

Untuk memperoleh status hara dapat dilakukan dengan analisis di laboratorium. Salah satu keuntungan melakukan analisis tanah di laboratorium adalah hasil yang diperoleh bersifat kuantitatif dan ketelitian sangat tinggi, sedangkan dengan menggunakan PUTR hasil yang diperoleh bersifat semi kuantitatif dengan ketelitian yang lebih rendah. Namun dengan menggunakan PUTR keuntungannya prosedurnya lebih cepat dan dapat dilapangan. Status hara yang dilakukan di Laboratorium dapat dilihat pada Tabel 4. Secara umum kandungan C-organik pada daerah pengkajian rawa lebak termasuk sangat tinggi; kandungan N tergolong sangat tinggi sangat berbeda jika dibanding dengan menggunakan PUTR; kandungan P tergolong sangat rendah, K-dd tergolong rendah; kandungan Ca-dd tergolong sedang; Mg-dd tergolong tinggi; Na-dd tergolong sangat rendah; Al3+ tergolong rendah; dan KTK tergolong tinggi.

Lahan rawa yang digunakan dalam penelitian ini adalah rawa lebak dengan kandungan C-orgnik yang tergolong sangat tinggi dan kandungan N tergolong sangat tinggi sehingga C/N tergolong sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pelapukannya sudah lanjut dengan bahan organik halus.Perbandingan C/N rendah cenderung dirombak lebih cepat dibandingkan dengan bahan tanaman yang mempunyai nisbih C/N tinggi. Perbandingan C/N rendah karena N yang tinggi dan tanaman yang memiliki lebih besar proporsi C dalam senyawa selulosa dan lignin yang tahan terhadap pelapukan, maupun sebaliknya.

(4)

Tabel 4. Status hara dengan analisis tanah di laboratorium.

Keterangan: Hasil analisa laboratorium tanah BPTP Bengkulu. * Balai Penelitian Tanah (2009).

Basa-basa dapat dipertukarkan ditentukan dengan melepaskan basa-basa tersebut dari koloid tanah, nilainya adalah K-dd tergolong rendah; kandungan Ca-dd tergolong sangat rendah; Mg-dd tergolong sedang; Na-dd tergolong sangat rendah. Hardjowigeno (1993) melaporkan bahwa perbandingan kandungan Na dapat dipertukarkan dengan kation lain dan KTK semakin tinggi ini menunjukkan maka sifat tanahnya jelek sedangkan perbandingan Ca/Mg menunjukkan tingkat pelapukan dan perkembangan tanah (makin rendah, makin lanjut pelapukan.

Kapasitas tukar kation tanah didefinisikan sebagai kapasitas tanah untuk menyerap dan mempertukarkan kation. KTK biasanya dinyatakan dalammilliekivalen per 100 gram. Kation-kation yang berbeda dapat mempunyai kemampuan yang berbeda untu k menukar kation yang dijerap. Kapasitas tukar kation merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. KTK pada lokasi penelitian tergolong tinggi, ini menunjukkan bahwa tanahnya mampu menyerap dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan KTK rendah. Karena unsur-unsur hara tersebut tidak mudah hilang tercuci oleh air.

Nilai KB merupakan perbandingan antara jumlah me kation basa dengan me kapasitas tukar kation. Kejenuhan basa (KB) pada lokasi pengkajian tergolong sangat rendah dan termasuk tidak subur. Pemberian kapur berperan dalam menetralisir pengaruh asam-asam organik yang meracun dan merugikan pertumbuhan tanaman. Berdasarkan analisis tanah dengan PUTR direkomendasikan pemberian kapur (CaCO3) 1000 kg/ha. Wakhid (2011) melaporkan bahwa nilai KB tanah > 80%, 50-80% dan < 50% untuk tanah gambut berturut-turut termasuk kategori sangat subur, sedang dan tidak subur. Nilai KB menentukan kemasaman tanah dan ketersediam unsur hara, khususnya kalium, kalsium dan magnesium.

KESIMPULAN

1. Kandungan C-orgnik dan N tergolong sangat tinggi sehingga C/N tergolong sangat rendah. P-tersedia tergolong sangat rendah dengan KTK tergolong tinggi sedangkan kejenuhan basa tergolong sangat rendah.

2. Tingkat pelapukan sudah lanjut, jika dilihat dari nilai kejenuhan basa maka daerah penelitian tergolong tidak subur.

UCAPAN TERIMA KASIH

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Jabri, M. Widowati,L.R. Eviati. 2011. Petunjuk penggunaan perangkat uji tanah rawa. Balai Penelitian Tanah. Bogor.

Balai Penelitian Tanah. 2009. Analisa kimia tanah, tanaman, air dan pupuk. Balai Penelitin Tanah. Bogor. BPS Provinsi Bengkulu. 2010. Bengkulu dalam Angka.

Hardjowigeno,S.1993. Klasifikasi tanah dan pedogenesis. Penerbit akademika Pressindo. Jakarta

Hartatik. W. Idris,K. 2008. Kelarutan fosfat alam dan SP-36 dalam gambut yang diberikan bahan amelioran tanah mineral. Jurnal Tanah dan Iklim 27: 45-56.

Nurhayati. Zona, R.F. Jamil. A. 2012. Status hara dan rekomendasi pupuk padi sawah di Kabupaten Siak. Prosiding seminar nasional teknologi pemupukan dan pemulihan lahan terdegradasi Bogor, 29-30 Juni 2012. Hal 187-194.

Suganda, H. Rachman, A. Sutono. 2006. Petunjuk pengambilan contoh tanah dalam sifat fisika tanah dan metode analisisnya. Balai Besar Sumberdaya lahan pertanian. Bogor.

Widjaja-Adhi, I P. G., K. Nugroho, D. Ardi S., dan A. S. Karama. 1992. Sumber daya lahan rawa: Potensi, keterbatasan dan pemanfaatan. Dalam Pengembangan Terpadu Pertanian Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak. Pusat Penelitian Tanaman Pangan.Bogor. pp.19-38.

(6)

Gambar

Tabel 4. Status hara dengan analisis tanah di laboratorium.

Referensi

Dokumen terkait

1 Surat Pernyataan bahwa Perusahaan yang bersangkutan dan manajemennya atau peserta perorangan, tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak bangkrut dan tidak sedang dihentikan

Berdasarkan Berita Acara Penetapan Hasil Evaluasi Dokumen Kualifikasi 07/POKJA.D2.A1/ST/IV/2017 tanggal 12 April 2017, maka dengan ini diumumkan Daftar Pendek

seorang mahasiswa perlu memiliki rasa kepedulian terhadap lingkungannya, baik lingkungan di dalam kampus maupun di luar kampus..

Demikian undangan dari kami dan atas perhatiannya diucapkan terima kasih.. Pokja 2 ULP Kabupaten Kendal

Berdasarkan Berita Acara Penetapan Hasil Evaluasi Dokumen Kualifikasi 07/POKJA.D2.A1/SL/IV/2017 tanggal 12 April 2017, maka dengan ini diumumkan Daftar Pendek

lain dalam bentuk kemampuan mengatur waktu dengan baik, kepatuhan pada seluruh peraturan dan ketentuan yang berlaku di kampus, mengerjakan segala sesuatunya tepat waktu, dan

[r]

• Penerapan nilai tanggung jawab antara lain dapat diwujudkan dalam bentuk belajar sungguh-sungguh, lulus tepat waktu dengan nilai baik, mengerjakan tugas akademik dengan