• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan KTSP Sekolah Dasar di Wilayah Jakarta Timur. Sukiniarti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penerapan KTSP Sekolah Dasar di Wilayah Jakarta Timur. Sukiniarti"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Ilmiah PGSD Vol.IV No.2 Oktober 2012 79

Penerapan KTSP Sekolah Dasar di Wilayah Jakarta Timur

Sukiniarti

Abstrak, Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:1) proses pengembangan KTSP di SD wilayah Jakarta Timur, 2) kendala yang dapat menghambat penerapan KTSP di wilayah Jakarta Timur. Penelitian dilakukan dari bulan April sampai dengan September 2010. Instrumen penelitian berupa kuesioner diberikan kepada Kepala SD dan Guru SD serta wawancara tentang penerapan KTSP kepada Penilik SD di wilayah Jakarta Timur. Data diolah secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) proses pengembangkan KTSP mengacu pada BSNP, landasan yang digunakan dalam pengembangan KTSP adalah UU no 20 th 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, dan prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan KTSP adalah berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik, (2) kendala yang dapat menghambat pelaksanaan KTSP adalah fasilitas yang tersedia tidak mendukung, serta sebagian guru dan siswa masih memiliki kemampuan yang kurang mendukung penerapan KTSP.

Kata kunci: Proses pengembangan KTSP, Kendala penerapan KTSP

PENDAHULUAN

Era globalisasi dewasa ini menuntut semua insan manusia menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi di dunia ini. Penyesuaian tersebut secara langsung mengubah tatanan yang telah ada. Demikian juga halnya pada dunia pendidikan. Pemerintah mulai tahun ajaran 2006/2007 telah memberlakukan kurikulum baru yaitu Kurikulum 2006 yang disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang disingkat dengan KTSP. Namun kenyataannya masih banyak kendala dalam penerapan KTSP. Seperti halnya penelitian yang telah dilakukan oleh TIM FMIPA Unesa tahun (2008) dari 40 sekolah yg diteliti hanya 21sekolah yang sudah menerapkan KTSP, itupun belum maksimal. Alasan dari 47,5 % yang belum menerapkan KTSP antara lain tidak adanya dana, belum ada pelatihan, kurang memahami KTSP, dan sarana –prasarana yang terbatas. Selain itu Studi Evaluatif pelaksanaan KTSP di Propinsi Jambi oleh Prof Sutrisno, dkk (2009) dari FKIP

Universitas Negeri Jambi dalam kesimpulannya dinyatakan bahwa pada semua jenjang pendidikan mulai dari SD,SMP, dan SMA elemen-elemen KTSP belum terimplementasi dengan baik. Oleh karenanya kami sebagai tenaga pengajar di PGSD FKIP UT merasa tergugah utuk mengetahui sampai sejauh mana penerapan KTSP di SD melalui penelitian tentang penerapan KTSP di wilayah DKI, khususnya di SD wilayah Jakarta Timur. Jakarta Timur merupakan salah satu wilayah yang berada di Ibukota Negara Indonesia. Pertanyaan yang muncul adalah apakah masih ada kendala dalam menerapkan KTSP, khususnya di SD? Maka dari itu penulis mengajukan permasalahan: (1). Bagaimanakah proses pengembangan KTSP di SD wilayah Jakarta Timur? (2). Kendala apakah yang dapat menghambat pelaksanaan KTSP di wilayah Jakarta Timur? Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan KTSP di wilayah Jakarta Timur. Secara khusus penelitian ini

(2)

Jurnal Ilmiah PGSD Vol.IV No.2 Oktober 2012 79 bertujuan untuk mendeskripsikan: proses

pengembangan KTSP di SD wilayah Jakarta Timur, dan kendala yang dapat menghambat pelaksanaan KTSP di wilayah Jakarta Timur.

Joko Susilo (2007:11) menyatakan bahwa KTSP merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi seperti yang digariskan dalam haluan Negara. Oleh karenanya diharapkan dapat dijadikan landasan dalam pengembangan pendidikan di Indonesia.

KTSP) merupakan suatu rambu-rambu sebagai acuan bagi pelaksanaan pembelajaran di SD yang mengacu pada suatu standar secara nasional. Standar Nasional Pendidikan yang merupakan implementasi dari UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Dengan demikian melalui penerapan KTSP, diharapkan otonomi dan demokrasi pendidikan dapat cepat terwujud dengan masih mengacu pada standar yang sama.

Pemberian otonomi pendidikan yang luas pada sekolah berarti merupakan kepedulian pemerintah terhadap gejala yang muncul di masyarakat serta upaya peningkatan kualitas pendidikan secara umum. Implementasi KTSP menuntut dukungan

tenaga kerja yang terampil dan berkualitas agar dapat membangkitkan motivasi kerja yang produktif. Selain tersebut di atas untuk meningkatkan kualitas pendidikan maka perlu pengelolaan proses pembelajaran yang handal. Hal ini senada dengan pendapat Uno (2008: 153) menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan hasilnya dapat dihandalkan apabila perbaikan pengajaran diarahkan pada pengelolaan proses pembelajaran. Dengan diberlakukannya KTSP pemerintah mengharapkan adanya guru-guru yang professional. Cooper (1984) mengatakan bahwa kemampuan profesional mencakup penguasaan materi dan penguasaan terhadap wawasan kependidikan dan keguruan serta proses pembelajaran siswa. Sehingga guru yang professional dapat mengelola proses pembelajaran sebaik mungkin seperti yang diungkapkan oleh Uno.

Mulyasa.(2009:24-28) menyatakan bahwa KTSP dilandasi oleh undang-unhdang dan peraturan pemerintah, yaitu: (1) Undang-Undang no 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, (2) Peraturan pemerintah no 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, (30 Permendiknas no 22 Tahun 2006 Standar Isi, (4)) Permendiknas no 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan , (5) Permendiknas no 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan permendiknas no 22 dan 23. Badan Standar Nasional Pendidikan BSNP ( 2006) menyatakan bahwa KTSP dikembangkan untuk menjamin desentralisasi pendidikan yang memberikan keleluasaan bagi sekolah untuk mengembangkan kurikulumnya sendiri namun tetap berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan yang telah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan

(3)

Jurnal Ilmiah PGSD Vol.IV No.2 Oktober 2012 79 (BSNP). Hal ini dibutuhkan, agar kualitas

pendidikan dapat tetap terjamin. Sejalan dengan pemberlakuan KTSP yang merupakan penyempurnaan dari implementasi Kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi, maka sekolah dapat mengembangkan kurikulum didasarkan prinsip-prinsip pengembangan berikut ini (Depdiknas, 2006, Hal 4 -6) yang meliputi: (1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya, (2) Beragam dan terpadu, (3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan, (5) Menyeluruh dan berkesinambungan, (6) Belajar sepanjang hayat, (7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Wardani (2002: 15) menyatakan bahwa Kurikulum Pendidikan Dasar disusun dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan siswa dan kesesuaian dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dari rumusan di atas jelas bahwa acuan kurikulum pendidikan dasar adalah tujuan pendidikan nasional. Di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ayat 1 di nyatakan pula bahwa pengembangan kurikulum mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi (SI), proses, kompetensi lulusan(SKL), tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan

penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum. Namun dalam pelaksanaanya masih banyak sekolah yang belum 100% menerapkan kurikulum buatan sendiri. Hal ini dikarenakan masih banyak guru yang tidak tahu menyusun kurikulum. Menurut Mulyasa (2009), acuan yang diberikan Depdiknas berupa standar isi dan standar kompetensi justru sangat membingungkan para guru.

Menurut Deri Suyatma dalam http://mtsnurulazhar.wordpress.com/2008/07/1 7/ktsp-masih-banyak-kendala/. Yang diakses tanggal 17 Oktober 2010 menyatakan bahwa kendala KTSP antara lain (1) Sebagian besar guru belum bisa diharapkan memberikan kontribusi pemikiran dan ide-ide kreatif untuk menjabarkan KTSP, baik di atas kertas maupun di depan kelas. (2) Masih banyak guru-guru yang berpersepsi sebagai penerima-pasif pengambilan keputusan kurikulum. Padahal dalam pedoman penyusunannya, KTSP memungkinkan adanya keterlibatan komite sekolah ataupun stakeholder lain untuk bersama-sama mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, lingkungan masyarakat, serta kebutuhan dunia. Hal ini tentu saja berdampak terhadap berjalannya proses pendidikan.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode survai. Informasi yang diperoleh dalam penelitian ini digali melalui kuesioner untuk Kepala Sekolah dan Guru-guru Sekolah Dasar, serta wawancara langsung dengan Penilik Sekolah Dasar yang berada di wilayah Jakarta Timur. Waktu pelaksanaan penelitian ini

(4)

Jurnal Ilmiah PGSD Vol.IV No.2 Oktober 2012 79 selama enam bulan, mulai bulan April hingga

September 2010, bertempat di Jakarta Timur. Subjek penelitian adalah Kepala Sekolah dan Guru Sekolah Dasar. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kepala Sekolah Dasar dan guru Sekolah Dasar di seluruh wilayah Kota Madya Jakarta Timur yang terdiri dari 10 kecamatan, yaitu kecamatan: (1) Cakung, (2) Pulogadung,(3) Jatinegara, (4) Matraman, (5) Duren Sawit, (6) Makasar, (7) Kramat Jati, (8) Pasar Rebo, (9) Ciracas, (10) Cipayung, yang berjumlah 700 orang. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik proposional random sampling sebanyak 10% dari populasi terjangkau, yaitu 70 Kepala Sekolah Dasar dan guru Sekolah Dasar yang tersebar di wilayah Jakarta Timur. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Ary.(1979:135) bahwa dalam menentukan sampel dalam penelitian berkisar antara 10-20% dari populasi.

Teknik pengumpul data melalui survey dan wawancara dengan menggunakan kuesioner dan panduan wawancara. Kuesioner disebar kepada Kepala Sekolah Dasar dan Guru Sekolah Dasar. Wawancara dilakukan dengan Penilik Sekolah. Analisis data dimulai dengan mengelompokkan data untuk setiap variabel dan membuang atau mereduksi data yang tidak sesuai. Untuk memudahkan menganalisis data, data dihitung secara prosentasi.Untuk melihat kesahihan data dilakukan triangulasi. Pertama triangulasi dengan sumber yaitu membandingkan data dari Penilik Sekolah, Kepala Sekolah, dan Guru. Kedua triangulasi dengan metode, yaitu membandingkan data dari kuesioner dengan data dari hasil wawancara. Data yang terkumpul kemudian disajikan dalam bentuk tabel atau grafik, kemudian ditafsirkan atau

dianalisis secara deskriptif kualitatif. Selanjutnya data dinterpretasikan untuk menjawab permasalahan penelitian, kemudian baru disimpulkan. Hasil penelitian ini adalah hasil tinjauan penerapan KTSP di Sekolah Dasar di sebagian wilayah Jakarta Timur yang meliputi: (1) proses pengembangan KTSP, dan (3) kendala penerapan KTSP. Proses pengembangan KTSP yang dapat dijaring melalui penelitian ini meliputi tiga indikator yaitu: (1) langkah-langkah pengembangan KTSP, (2) fasilitas yang menunjang pengembangan KTSP, (3) pengembangan silabus.

Data yang berkaitan dengan langkah-langkah pengembangan KTSP meliputi acuan dalam proses pengembangan KTSP, landasan yang digunakan dalam pengembangan KTSP, prinsip-prinsip yang harus dikembangkan dalam pengembangan KTSP, dan fasilitas yang menunjang KTSP dapat dilihat dalam tabel dan grafik berikut.

Tabel 1. Acuan dalam proses pengembangan KTSP Responden Skor per Item (%)

Mengacu pada BSNP tentang KTSP Mengacu pada UU no 20 Th 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Kepala Sekolah 100 0 Guru 70.58 29.42

Tabel 1, di atas menunjukkan bahwa 100% kepala sekolah yang diberi kuesioner menyatakan acuan dalam proses pengembangkan KTSP adalah BSNP. Hal ini agak berbeda dengan pendapat guru, ada 29.42% guru yang menyatakan bahwa acuan tersebut adalah UU no 20 th 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional. Hasil wawancara dari Penilik sekolah 100% juga menyatakan

(5)

Jurnal Ilmiah PGSD Vol.IV No.2 Oktober 2012 79 acuan dalam proses pengembangkan KTSP

adalah BSNP. Selain dalam bentuk tabel, acuan dalam proses pengembangan KTSP.

Dengan mencermati Tabel 1 dapat dikatakan bahwa pendapat kepala sekolah dan guru tentang acuan yang digunakan dalam proses pengembangan KTSP cenderung sama yaitu menggunakan acuan dari BSNP, adapun beberapa guru masih ada yang menyatakan UU no 20 th 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional sebagai acuan dalam proses pengembangan KTSP. Dari hasil temuan tersebut di atas dapat dinyatakan bahwa masih ada beberapa guru yang belum memahami acuan dalam proses pengembangan KTSP. Hal ini dikarenakan sosialisasi KTSP terhadap guru-guru belum merata. Senada dengan penelitian yang telah dilakukan oleh TIM FMIPA Unesa tahun (2008) masih banyak guru-guru yang kurang memahami KTSP. Oleh karenanya pihak terkait, setidaknya para penilik sekolah harus memperhatikan hal ini.

Tabel 2. Landasan yang digunakan dalam pengembangan KTSP Responden Skor per Item (%)

UU no 20 th 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Standar kompetensi lulusan (SKL) dan standar isi ( SI )

Kepala Sekolah

71.42 28.58

Guru 85.29 14.71

Tabel 2, di atas menunjukkan 71.42% kepala sekolah yang diberi kuesioner menyatakan bahwa landasan yang digunakan dalam pengembangan KTSP adalah UU no 20 th 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, namun ada 28.58% Kepala Sekolah yang menyatakan bahwa landasan KTSP adalah standar kompetensi lulusan (SKL) dan standar isi (S ). Sedangkan Guru 85.29% menyatakan

landasan yang digunakan dalam pengembangan KTSP adalah UU no 20 th 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional dan 14.71% menyatakan Standar kompetensi lulusan (SKL) dan standar isi (SI). Hasil wawancara dengan Penilik sekolah 100% menyatakan landasan yang digunakan dalam pengembangan KTSP adalah UU no 20 th 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional.

Dengan mencermati Tabel 2, dapat dikatakan bahwa pendapat kepala sekolah dan guru tentang landasan yang digunakan dalam pengembangan KTSP cenderung sama yaitu: UU no 20 th 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional. Adapun beberapa Kepala Sekolah dan Guru masih ada yang menyatakan Standar kompetensi lulusan (SKL) dan standar isi (SI) sebagai landasan dalam proses pengembangan KTSP dikarenakan pemahaman Kepala Sekolah dan Guru tersebut tentang KTSP masih belum maksimal. Dapat dikatakan bahwa sebagian besar Kepala Sekolah dan Guru telah memahami landasan yang digunakan dalam pengembangan KTSP yaitu UU no 20 th 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyasa (2009) yang menyatakan bahwa KTSP dilandasi oleh undang-unhdang dan peraturan pemerintah, yaitu: (1) Undang-Undang no 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas.

Tabel 3. Prinsip-prinsip yang harus dikembangkan dalam pengembangan KTSP Responden Skor per Item (%)

Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik Belajar sepanjang hayat Kepala Sekolah 100% 0 Guru 88.25 11.75

(6)

Jurnal Ilmiah PGSD Vol.IV No.2 Oktober 2012 79 Tabel 3, di atas menunjukkan bahwa

100% kepala sekolah yang diberi kuesioner menyatakan bahwa prinsip-prinsip yang harus dikembangkan dalam KTSP adalah berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik. Namun masih ada guru (11.75%) menyatakan prinsip-prinsip yang harus dikembangkan dalam pengembangan KTSP adalah belajar sepanjang hayat. Dapat dikatakan bahwa pendapat sebagian besar kepala sekolah dan guru tentang prinsip-prinsip yang harus dikembangkan dalam pengembangan KTSP cenderung sama yaitu: berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik. Adapun beberapa Kepala Sekolah dan Guru masih ada yang menyatakan belajar sepanjang hayat merupakan prinsip-prinsip yang harus dikembangkan dalam proses pengembangan KTSP. Hal ini disebabkan bahwa seseorang itu menuntut ilmu tidak ada batasnya.

Dari temuan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar Kepala Sekolah dan Guru menyatakan bahwa prinsip-prinsip yang harus dikembangkan dalam KTSP adalah: berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik. Hal ini senada dengan prinsip-prinsip pengembangan yang telah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Depdiknas (2009) yaitu prinsip-prinsip pengembangan KTSP meliputi: berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Namun masih ada beberapa Kepala Sekolah dan Guru yang belum memahami prinsip-prinsip yang harus dikembangkan dalam KTSP. Hal ini dikarenakan pemahaman KTSP bagi Guru-guru dan Kepala Sekolah belum

merata. Oleh karenanya masih perlu diadakan sosialisasi tentang hakikat KTSP

Fasilitas yang menunjang pengembangan KTSP

Fasilitas yang menunjang pengembangan KTSP dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel. 4 . Fasilitas yang menunjang pengembangan KTSP Responden Skor per Item (%)

Kemampuan SDM Sarana yang tersedia di sekolah Kepala Sekolah 50 50 Guru 55.88 44.12

Tabel 4 di atas menunjukkan 50% kepala sekolah yang diberi kuesioner menyatakan bahwa fasilitas yang menunjang pengembangan KTSP adalah kemampuan SDM, dan 50% kepala sekolah menyatakan sarana yang tersedia di sekolah yang menunjang pengembangan KTSP. Sedangkan Guru 55.88% menyatakan fasilitas yang menunjang pengembangan KTSP adalah kemampuan SDM dan 44.12% menyatakan fasilitas yang menunjang pengembangan KTSP adalah sarana yang tersedia di sekolah. Dapat dikatakan bahwa pendapat Kepala Sekolah dan Guru tentang fasilitas yang menunjang pengembangan KTSP cenderung sama. Sebagian Kepala Sekolah dan sebagian Guru menyatakan fasilitas yang menunjang pengembangan KTSP itu adalah kemampuan SDM dan sarana yang tersedia di sekolah. Dari temuan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa sebagian Kepala Sekolah maupun sebagian Guru menyatakan bahwa fasilitas yang menunjang pengembangan KTSP itu adalah kemampuan SDM dan sarana yang

(7)

Jurnal Ilmiah PGSD Vol.IV No.2 Oktober 2012 79 tersedia di sekolah. Hal ini sesuai dengan

pendapat Mulyasa (2007) bahwa komponen-komponen sekolah termasuk diantaranya tenaga kependidikan, kemampuan SDM, serta sarana dan prasarana pendidikan sangat menunjang pengembangan KTSP. Penelitian yang berkaitan dengan pengembangan silabus meliputi: (1) acuan dalam mengembangkan silabus, (2) kesulitan yang ditemui dalam mengembangkan silabus. Hasil penelitian dapat dilihat dalam tabel atau grafik berikut.

Tabel 5. Acuan dalam mengembangkan silabus Responden Skor per Item (%)

Standar kompetensi Kompetensi dasar Kepala Sekolah 50 50 Guru 97.06 97.06

Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa 50% kepala sekolah yang diberi kuesioner menyatakan acuan yang digunakan dalam mengembangkan silabus adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar. Adapun para Guru 97.06% menyatakan bahwa acuan yang digunakan dalam mengembangkan silabus adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar. Dapat dikatakan bahwa pendapat Kepala Sekolah dan Guru tentang acuan yang digunakan dalam mengembangkan silabus cenderung berbeda. Hanya sebagian Kepala Sekolah saja yang menyatakan acuan yang digunakan dalam mengembangkan silabus adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar, namun para Guru sebagian besar menyatakan acuan yang digunakan dalam mengembangkan silabus adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sehingga dapat dikatakan bahwa Kepala Sekolah masih banyak yang

belum memahami acuan yang digunakan dalam mengembangkan silabus. Berbeda dengan para guru sebagian besar telah memahami acuan yang digunakan dalam mengembangkan silabus, yaitu standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Tabel 6. Kesulitan yang ditemui dalam mengembangkan silabus

Responden Skor per Item (%) Pengalaman

belajar

Identifikasi kondisi lingkungan dan budaya

daerah Kepala

Sekolah

50 50

Guru 11.75 88.25

Tabel 6 di atas menunjukkan 50% kepala sekolah yang diberi kuesioner menyatakan bahwa kesulitan yang ditemui dalam mengembangkan silabus adalah dalam mengembangkan pengalaman belajar dan dalam mengidentifikasi kondisi lingkungan dan budaya daerah. Namun sebagian besar guru (88.25%) mengalami kesulitan dalam hal mengidentifikasi kondisi lingkungan dan budaya daerah.

Kendala yang dapat menghambat pelaksanaan KTSP dalam penelitian ini meliputi: (1) faktor sarana, dan (2) faktor SDM dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik sebagai berikut.

Tabel 7. Faktor sarana yang menjadi hambatan dalam pengembangan

KTSP Responden Skor per Item (%)

Fasilitas yang tersedia tidak mendukung Lingkungan sekolah tidak mendukung Kepala Sekolah 100 0 Guru 79.41 20.59

(8)

Jurnal Ilmiah PGSD Vol.IV No.2 Oktober 2012 79 Dengan mencermati Tabel 7 dapat

dikatakan bahwa pendapat Kepala Sekolah dan Guru tentang faktor sarana yang menjadi hambatan dalam pengembangan KTSP cenderung sama yaitu fasilitas yang tersedia tidak mendukung. Dari hasil penelitian tersebut di atas dapat dinyatakan bahwa Kepala Sekolah dan Guru berpendapat bahwa faktor sarana yang menjadi hambatan dalam pengembangan KTSP. Pendapat ini senada dengan Paradigma Guru dan Pengajar di Indonesia http://www.beranda-

jiwa.info/makalah-paradigma-guru-dan-pengajar-di-indonesia/ yang menyatakan bahwa kendala yang dialami guru antara lain fasilitas pendidikan di sekolah masih sangat minim padahal konsep KTSP lebih menitikberatkan pada praktek di lapangan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Oleh karenanya perlu perhatian pada pihak terkait untuk mengatasi masalah sarana yang menghambat pengembangan KTSP.

Tabel 8. Kendala pengembangan KTSP yang berkaitan dengan SDM Responden Skor per Item (%)

Guru kurang memadai Kemampuan siswa kurang mendukung Kepala Sekolah 28.58 71.42 Guru 70.59 70.59

Tabel 8 di atas menunjukkan 71.42% kepala sekolah menyatakan kemampuan siswa kurang mendukung penerapan KTSP sehingga menghambat pengembangan KTSP. Namun sebagian para guru selain menyatakan kemampuan siswa kurang mendukung penerapan KTSP, juga menyatakan guru kurang memadai untuk menunjang penerapan KTSP sebesar 70.59%. Dapat dikatakan bahwa pendapat Kepala Sekolah dan Guru

tentang kendala pengembangan KTSP yang berkaitan dengan SDM cenderung sama yaitu dikarenakan kemampuan siswa kurang mendukung penerapan KTSP dan guru kurang memadai untuk menunjang penerapan KTSP

Dari hasil penelitian tersebut di atas dapat dikatakan bahwa Kepala Sekolah dan Guru berpendapat bahwa kendala pengembangan KTSP yang berkaitan dengan SDM dikarenakan kemampuan siswa kurang mendukung penerapan KTSP dan guru kurang memadai untuk menunjang penerapan KTSP. Susilo (2007) menyatakan bahwa Kepala Sekolah dalam mengarahkan segala sumber daya yang tersedia sangat menentukan keberhasilan proses belajar di sekolah. Begitu juga guru sangat berperan dalam proses pembelajaran, karena siswa tidak mungkin belajar tanpa bimbingan guru. Oleh karenanya untuk mengatasi temuan dari penelitian yang telah diuraikan di atas, maka dalam mengoptimalkan proses pembelajaran berbasis KTSP, guru harus dapat membimbing siswa untuk aktif belajar dengan cara melibatkan aktivitas siswa melalui metode yang bervariasi, sementara untuk guru pihak terkait harus selalu meningkatkan kreativitas guru melalui pelatihan-pelatihan yang sesuai dengan bidang studi yang diampunya.

PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut di atas, maka penelitian tentang Tinjauan Penerapan KTSP di Wilayah Jakarta Timur dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama; proses pengembangkan KTSP mengacu pada BSNP, dengan landasan UU no 20 th 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, dan prinsip-prinsip yang harus diperhatikan adalah berpusat pada potensi,

(9)

Jurnal Ilmiah PGSD Vol.IV No.2 Oktober 2012 79 perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan

peserta didik. Kedua; kendala yang dapat menghambat pelaksanaan KTSP adalah fasilitas yang tersedia tidak mendukung, serta sebagian guru dan siswa masih memiliki kemampuan yang kurang mendukung penerapan KTSP.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka ada beberapa saran yang harus diperhatikan sebagai berikut.

Saran untuk Guru SD; untuk meningkatkan kualitas pendidikan dasar melalui penerapan KTSP diharapkan para guru sering berlatih membuat rencana pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan kondisi peserta didik dengan menggunakan berbagai macam metode pembelajaran serta mempersiapkan media pembelajaran yang konkret.

Saran untuk Penilik Sekolah; Perlu disosialisasikan hakikat KTSP dan

penerapannya melalui penataran serta dilakukan tindak lanjut berupa supervisi terhadap RPP dan pelaksanaan pembelajaran terhadap masing-masing guru setiap semester. Untuk mengoptimalkan penerapan KTSP dalam pengembangan silabus perlu dilibatkan komite sekolah dan orang tua murid.

DAFTAR PUSTAKA

BSNP. (2006). Rambu-rambu Pengembangan Rencana pembelajaran di SD. Depdiknas:Jakarta Donald,A et al.(1979:135) . Introduction to Researchin Education . New York: Holt Rinehart and

Winston.

K Ryan. dan Cooper, E. (1984). Whose, Whom, Can Teach. Boston: Houghton miftin company Mulyasa,E.(2009). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.Bandung: PT Remaja Rosdakarya Suyatma,D. Kendala KTSP. Diakses tanggal 17 Oktober 2010 dari

http://mtsnurulazhar.wordpress.com/2008/07/17/ktsp-masih-banyak-kendala/

Susilo Joko, M (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah menyongsongnya. Yogyakarta: PenerbitPustaka Pelajar

TIM FMIPA Unesa tahun (2008).Mencermati KTSP di Sekolah. Diakses 17 Desember 2009 dari http://www.puslitjaknov.org/data/file/2008/makalah_peserta/15_Tatag%20YES_Mencermati% 20Pelaksanaan%20KTSP%20di%20Sekolah%20.pdf

Uno, Hamzah B (2008). Model Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara

Wardani dkk (2002). Kurikulum dan pembelajaran.Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka

Daftar Riwayat Hidup Penulis :

Gambar

Tabel 1. Acuan dalam proses  pengembangan KTSP
Tabel  2,  di  atas  menunjukkan  71.42%
Tabel  4  di  atas  menunjukkan  50%
Tabel 5. Acuan dalam  mengembangkan silabus

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa guna kelancaran pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan desa yang efektif dan efisien sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014

Data atau Variabel yang di gunakan adalah perkiraan ( Estimasi ) pendapatan dari toko Dzaki parfum untuk tahun 2007 ke depan yang terletak di WTC Mangga Dua. Alat Analisis yang

Dengan demikian dalam meningkatkan kualitas pelayanan kepada konsumen yang dilakukan oleh toko pempek di Kota Palembang perlu dilakukan pembenahan dari segi keakuratan,

Willem Iskandar Psr.V – Kotak

Sehubungan hal tersebut di atas, dengan ini Pokja-XXII Unit Layanan Pengadaan mengundang pimpinan perusahaan untuk hadir dalam kegiatan Klarifikasi dan Negosiasi Teknis dan Biaya

Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun. Saya

mencolok. Mereka mampu berlindung dari bahaya apapun. Karena itu anak tunagrahita ringan tidak memerlukan pengawasan ekstra... Tuna G rahita Sedang.  Anak tunagrahita sedang

Perpindahan merek (brand switching) pada saat customer atau pelanggan berpindah kesetiaan merek dari suatu produk ke merek produk lain sehingga kegiatan