• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Estimasi Biaya

Sepert yang telah di ketahui bersama suatu proyrk kontruksi dimulai dari tahapan gagasan atau rencana yang di bangun berdasarkan kebutuhan dan pihak yang terkait adalah pemilik. Setelah itu baruslah kita menuju tahap perencanaan. Pada tahap ini barulah kita menyusun rancangan proyek secara kasar dan membuat estimasi biaya ataupun rencana anggaran biayanya (RAB).

Definisi perkiraan menutrut National Estimating Society – USA adalah sebagai berikut: “Perkiraan biaya adalah seni memperkirakan kemungkinan jumkah biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan yang didasarkan atas informasi yang tersedia pada saat itu”. Rencana anggaran biaya adalah perkiraan biaya yang diperlukan atas informasi yang tersidia pada saat itu .

Estimasi, dalam arti umum merupakan usaha untuk menilai atau memperkirakan suatu nilai melalui analisis perhitungan dan berlandaskan pada pengalaman. Demikian halnya dengan estimasi biaya dalam pada suatu proyek kontruksi, tentunya dimaksudkan guna memperkirakan nilai pembiayaan suatu proyek. Menurut Istimawan Dipohusodo, estimasi pada pada proyek konstruksi merupakan upaya penerapan konsep rekayasa berlandaskan pada dokumen pelelangan, kondisi lapangan dan sumber daya kontraktor.

Estimasi biaya proyek adalah nilai prediksi yang didasarkan pada faktor-faktor utama yaitu keadaan proyek, rencana kontrak, jadwal konstruksi, teknologi yang digunakan, dasar produksivitas tenaga kerja, metode estimasi biaya.

Seorang manajer proyek, yang bertanggung jawab atas pengelolaan proyek dari awal sampai akhir, sangat penting untuk mengetahui lebih banyak segi-segi penentuan biaya dari suatu proyek, sesuai dengan tahapan-tahapan awal dan akhir dari proyek.

(2)

6 Pada tahap awal penentuan biaya sangat diperlukan dalam mengambil keputusan dengan estimator proyek. Pada tahap akhir penentuan biaya diperlukan untuk mengendalikan besarnya biaya proyek. Penentuan biaya juga berguna untuk menerbitkan biaya laporan bulanan. Tujuan akhirnya yakni menyelesaikan proyek sesuai kwalitas, pada jadwal yang ditentukan didalam rencana anggaran.

Imam Soeharto menyatakan bahwa biaya memegang peranan penting dalam penyelenggaraan proyek. Pada taraf pertama digunakan untuk mengetahui berapa b esar yang diperlukan untuk membangun proyek atau investasi, selanjutnya memiliki fungsi dengan spektrum yang luas yaitu merencanakan dan mengendalikan sumber daya.

Oleh karenanya secara mendasar, kegunaan estimasi biaya ini dapat menyentuh beberapa pihak yang terlibat dalam suatu proyek, yakni bagi pemilik adalah untuk mempelajari kelayakan proyek, kelanjutan investasi, mendapatkan nilai ekonomis dari proyek dan kebutuhan untuk menetapkan arus kas masuk maupun arus kas keluar.

Kegunaan bagi perencana adalah berpengaruh pada pelaksanaan desain atau penerapan desain terhadap investasi proyek. Merupakan hal yang penting bagi perencana untuk memilih material dan menetapkan besar kecilnya proyek yang berada di dalam batas anggaran dari pemilik, dan menetapkan alternatif terbaik untuk penghematan biaya bagi pemilik.

Bagi kontraktor, estimasi menentukan besarnya nilai tender dan mendapatkan keuntungan potensial untuk bias merealisasikan proyek sesuai yang diharapkan. Sedangkan untuk manajer proyek adalah dalam hal penentuan estimasi untuk mencapai keberhasilan sesuai perencana anggaran untuk penyelesaian proyek.

Menurut Istimawan, terdapat beberapa jenis estimasi misalkan untuk bangunan gedung yaitu estimasi biaya dipandang sebagai fungsi peruntukannya, estimasi berdasarkan jumlah biaya setiap meter persegi luas lantai, estimasi berdasarkan semua komponen bangunan, estimasi berdasarkan survey dan perhitungan kuantitas pendahuluan dengan penerapan harga satuan hanya pada pekerjaan terpasang,dan estimasi berdasar analisis perhitungan kuantitas volume pekerjaan.

(3)

7 Berdasar klasifikasi menurut tujuan estimasi dibedakan atas tahapan kelayakan, tahapan apropriasi, tahapan biaya modal atau anggaran dan tahapan definitif. Perbedaan dari tipe klasifikasi tersebut adalah ketelitian setiap estimasi.

Persentase ketelitian tergantung dari strategi dan tujuan perusahaan, besar kecilnya proyek dan tersedianya waktu estimasi, ketetapan dan kelengkapan dari data dan informasi, keahlian dan keputusan dari perkiraan biaya, data proyek yang lalu, daerah-daerah yang perlu mendapat penelitian, jenis-jenis perlengkapan proyek dan sisi-sisi lain dari variable seperti pengetahuan dan pengalaman dari estimator.

Sold memberikan pendapat bahwa faktor-faktor yang diperlukan dari estimator agar supaya dicapai tingkat keberhasilan adalah estimator harus mempunyai pengalaman pada keadaan-keadaan yang sulit diperkiraan dan mempunyai keputusan yang bernilai. Disamping itu estimator harus mempunyai informasi situasi persaingan dengan pesaing lain dan jug a mempunyai keahlian untuk mendapatkan keuntungan dari pengalaman-pengalaman proyek yang lalu dan melakukan perbaikan pada proyek-proyek yang akan datang.

Sama seperti yang disampaikan Frederick bahwa data yang baik dari pengalaman proyek yang lalu adalah sangat penting untuk menunjang ketepatan dan keakuratan dari estimasi.

Untuk menghitung RAB di perlukan Data – data antara lain :

1. Gambar Rencana Bangunan

2. Spesifikasi teknis pekerjaan yang biasa di sebut juga sebagai RKS (Rencana Kerja dan Syarat – sayarat)

3. Volume masing – masing pekerjaan yamg di laksanakan

4. Daftar harga bangunan dan upah kerja pada saat proyek dilaksankan 5. Analisa BOW atau harga satuan pekraan

(4)

8 2.2. Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Rab merupakan akronim dari Rencana Anggaran Biaya. RAB adalah Suatu acuan atau metode penyajian rencana biaya yang harus dikeluarkan dari awal pekerjaan dimulai hingga pekerjaan tersebut selesai dikerjakan. Rencana biaya harus mencakup dari keseluruhan kebutuhan pekerjaan tersebut, baik itu biaya material atau bahan yang diperlukan, biaya alat (Sewa atau beli), Upah Pekerja, dan biaya lainnya yang diperlukan. Secara garis besar RAB terdiri dari 2 Komponen utama yaitu, Volume pekerjaan dan Harga satuan Pekerjaan. Volume pekerjaan dapat diperoleh dengan cara melakukan perhitungan dari gambar rencana yang tersedia atau berdasarkan kebutuhan real di lapangan. Sedangkan Harga satuan didapat dari analisa harga satuan dengan mempertimbangkan banyak hal, diantaranya:

a. Bahan atau material

Dalam harga bahan harus sesuai dengan kondisi dilapangan dan harus turut memperhitungkan fluktuasi harga serta ketersediaan bahan atau material tersebut dipasaran. Selain itu, Faktor susut atau Faktor kehilangan material juga harus turut diperhitungkan mengingat hal tersebuat akan berpengaruh cukup besar pada biaya. b. Upah Tenaga Kerja

Penetapan biaya Tenaga kerja dipengaruhi beberapa hal seperti, kondisi tempat kerja, lama waktu kerja, dan keterampilan tenaga kerja itu sendiri.

c. Biaya Peralatan

Biaya Peralatan diperhitungkan tidak hanya mempertimbangkan biaya pembelian alat atau mobilisasi/demobilisasi, dan biaya pengeporesian selama pekerjaan berlangsung, tapi juga Biaya lain-lain. Biaya lain lain seperti biaya sewa kantor, biaya perjalanan, dokumentasi, pajak, asuransi, biaya pengujian atau pengetesan, dan biaya lain yang diperlukan selama pekerjaan berlangsung.

2.2.1. Penyusunan Anggaran Biaya

Menurut hajek 1994 bahwa banyak perusahaan dalam suasana ekonomi yang dinamis dewasa ini mengalami persingan yang sangat ketat. Kelangsungan hidup suatu organisasi managemen tergantung pada keberhasilannya dalam manaksir biaya proyek untuk dapat berprestasi dalam berbagai kontrak . pembuatan rencana anggaran biaya sangat tergantung pada pengalaman estimator di lapangan. Dalam taksiran biaya harus memperhitungkan biaya

(5)

9 cadangan yang cukup guna untuk menutup kekurangan kekurangan yang terjadi akibat kondisi lapangan yang sering berubah. Beberapa metode estimasi biaya menurut soeharto (1997) adalah sebagai berikut :

1. Metode parameter, merupakan metode yang mengaitkan biaya dengan karateristik fisik tertentu dari obyek, misalnya :luas , panjang , berat, volume dan lain -lain

2. Memakai daftar indeks harga dan informasi proyek terdahulu, adalah dengan ,mencari perbandingan antara harga pada suatu waktu (tahun tertentu) terhadap harga pada waktu yang di gunakan sebagai dasar. Juga pemakaian data dari data manual., hand book, catalog, dan penerbitan berkala, amat membantu dalam memperkirakan biaya proyek.

3. Metode menganalisis unsur-unsur (Element Cost Analysis),dengan cara menguraikan lingkup proyek menjadi unsur-unsur tertentu menurut fungsinya

4. Metode faktor, adalah dengan memakai asumsi bahwa terdapat angka angka korelasi diantaranya harga peralatan utama dengan komponen terkait.

5. Quantity take-off, dengan cara membuat perkiraan biaya dengan mengukur kuantitas komponen-komponen proyek dari gambar, spesifikasi, dan perencanaanya.

6. Memakai data dan informasi proyek yang bersangktan, ialah metode yang memakai masukan dari proyek yang sedang dita ngani saat ini, sehingga angka-angka yang diperoleh mencerminkan keadaan yang mendekati sesungguhnya.

2.2.2. Hambatan - hambatan Dalam Praktek Estimasi biaya

Di dalam praktrek estimasi biaya tidak jarang kita menemui beberapa kendala ataupun hambatan dengan si ngkatan waktu yang dimiliki oleh para quantity surveyor di dalam melaksankan perhitungan estimasi,maka tidak dapat dihindari munculnya hambatan-hambatan di dalam estimasi tersebut, Victor G. hajek (1994) menyebutkan beberapa hambatan-hambatan yang mungkin akan muncul dalan pelaksanaan estimasi, antara lain :

1. Adanya hal hal yang terlewatkan misalnya apakah telah di rencanakan adanya pemeriksaan dan apakah taksirsan perhitungan telah memeperhitungkan segala aspek perekayasaan, bahan, dan lain-lain untuk upaya demekian.

2. Rincian pekerjaanh yang tidak memadai. Apakah struktur rincian semua pekerjaan yang sedang digunakan telah memperhatikan segala sub system serta upaya yang diperlukan untuk proyek tersebut.

(6)

10 3. Setelah tafsir tentang fungsi atau data proyek. Tetapkah penafsiran kerumitan desain tersebut, salah tafsir akan mengakibatkan tafsiran biaya yang meleset dari harga aslinya.

4. Penggunaan teknik penaksiran yang kurang tepat. Untuk desain yang dipermasalahkan harus diterapkan teknik penaksiran yang tepat, misalkan penggunaan statistic biaya yang diperolah melalui produksi suatu sub system yang serupa bagi suatu alat prototype melalui yang memerlukan pekerjaan perekayasaan dan pengembangan pasti akan menghasilkan taksiran biaya yang sangat berbeda

5. Kegagalan mengenditifikasi dan berkonsentrasi pada unsure-unsur biaya utama. Telah ditetapkan secara statistic bahwa setiap proyek, 20 persen dari sub system akan men yebabkan 80 persen biaya total. Dengan demikian para quantity surveyor seyogyanya memusatkan waktu serta golongan – golongan upaya biaya tinggi guna meningkatkan peluang mereka memperoleh taksiran biaya yang tepat.

2.2.3. Rencana Kerja (time schedule)

Time schedule adalah rencana alokasi waktu untuk untuk menyelesaikan masing – masing item pekerjaan proyek yangb secara keseluruhan adalah rentang waktu yang ditetapkan untuk melaksanakan sebuah proyek. Time schedule suatu proyek dapat di buat dalam beberapa bentuk antara lain :

1. Kurva S 2. Bar Chart 3. Network Planing

Gambar 2.1 Time Schedule TIME SCHEDULE GLOBAL TIME SCHEDULE Detail Time Schedule SUPPORT TIME SCHEDULE AKTIVITY TIME SCHEDULE AKTIVITAS WAKTU

(7)

11 Fungsi time schedule dari time schedule adalah sebagai suatu pengendalian dan batasan waktu proyek. Tujuan dari pengendalian ini adalah untuk usaha meminimalkan penyimpangan yang dapat terjadi agar sesuai dengan perencanaan, keterlambatan pada lintasan kritis sering sekali terjadi.

Sedangkan untuk membuat time schedule yang baik maka diperlukan data -data sebagai berikut :

1. Gambar kerja proyek

2. Rencana anggaran biaya pelaksanaan proyek 3. Volume pekerjaan

4. Data lokasi proyek

5. Tenaga kerja yang tersedia 6. Cuaca

7. transpotasi

8. Kapasitas produksi peraatan yang digunakan 9. Metode yang digunakan dalam bekerja 10. Data keuangan proyek

2.2.4. Analisa Biaya Konstruksi

Analisa biaya konstruksi merupakan suatu cara perhitungan harga satuan pekerjaan konstruksi, perhitungan ini dijabarkan dalam perkalian indeks bahan bangunan dan upah kerja dengan harga bangunan dan standart pengupahan pekerjaan. Analisa harga satuan ini berfungsi sebagai pedoman untuk dapat menentukan harga satuan pekerjaan untuk item item pekerjaan dan juga dapat digunakan sebagai pedoman awal perhitungan rencana anggaran biaya konstruksi yang ddlamnya terdapat angka yang menunjukan jumlah matetial, tenaga kerja dan biaya pwersatuan pekerjaan, misalkan :

1. Pekerjaan plesteran – satuan pekerjaan dalam m2 2. Pekerjaan pemasangan batu batu – dalam satuan m2 3. Pekerjaan pasangan pondasi batu kali – dalam satuan m3 4. Pekerjaan pengecatan – dalam satuan m2

(8)

12 6. Pekerjaan pemasangan atap – dalam satuan m2

7. Pekerjaan plafon – dalam satuan m2 8. Pekerjaan lantai kramik – dalam satuan m2 9. Pekerjaan beto struktur – dalam satuan m2 10. Pekerjaan kusen – dalam satuan m2 2.2.5. Harga Satuan Pekerjaan

Harga satuan pekerjaan merupakan penjumlahan dari harga satuan bahan dan tenaga kerta atau harga yang harus di bayar untuk menyelesaikan suatu pekerjaan konstruksi berdasarkan perhitungan analisis. Penentuan harga satuan ini dapat diambil dari standar yang telah berlaku sesuai tempat proyek yang dikerjakan dengan spesifikasi dari dinas pekern umum yang dinamakan harga satuan. Secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut:

Harga Satuan Pekerjaan = H.S. Bahan + H.S. Upah + H.S. Alat

2.2.6. Persentase Bobot Pekerjaan

Persentase bobot pekerjaan adalah besarnya nilai persentase tiap item pekerjaan yang berdasarkan pada perbandingan antara anggaran biaya pekerjaan dengan harga bangunan. Secara umum dapat di rumuskan sebagai berikut:

Persentase Bobot Pekerjaan(PBP) = x 100%

2.2.7. Perhitungan Volume Pekerjaan

Sebelum dilakukan perhitungan volume pekerjaan terlebih dahulu mencermati dan lebih teliti terhadap gambar kerja yang akan dihitung. Perhitungan volume ini merupakan langkah awal dalam penyusunan rencana anggaran biaya. Rumus perhitungan volume pekerjaan tidak mungkin sama hal ini tergantung item pekerjaan tersebut.

 Volume untuk luasan item pekerjaan (m2) = Panjang x Lebar

 Volume untuk kubikasi item pekerjaan (m2) = Panjang x Lebar x Tinggi

(9)

13  Volume untuk panjang item pekerjaan

(m) = Panjang

 Volume untuk borongan

Sesuai kesepakatan antara kedua belah pihak

2.3. Tahap Pengadaan/Pelelangan

Setelah tahap pelelangan desain di selesaikan oleh perencana, maka selanjutnya adalah tahap pengadaan pelaksanaan kontruksi. Pada tahap ini bertujuan untuk mendapatkan kontraktor yang akan mengerjakan proyek konstruksi tersebut, atau bahkan mencari sub kontraktornya. Kegiatan yang dilaksanakan :

 Prakualifikasi  Dokumen kontrak

Pihak yang terlibat adalah pemilik, pelaksanaq jasa konstruksi (kontraktor), konsultan. Proses pengadaan perusahaan jasa konstruksi ini di atur oleh keputusan presiden terutama digunakan di lingkungan proyek pemerintah.

Berdasarkan kepres no 18 tahun 2000, pelelangan didefinisikan sebagai berikut : serangkaian kegiatan untuk menyediakan barang/jasa yang setara dan menciptakan persaingan yang sehat diantaranya penyedia barang dan jasa yang setara dan memenuhi syarat, berdasarkan metode dan tata cara tertentuyang telah menciptakan dan diikuti oleh pihak pihak yang terkait secara taat asas sehingga terpilih sebgai penyedia terbaik.

2.3.1. M acam Pelelangan

Macam macam pelelangan, proses pengadaan barang dan jasa dalam proyek konstruksi yang menggunakan pelelangan dapat membedakan menjadi 2 macam, yauitu pelelangan langsung dan pelelangan terbatas. Pada prinsipnya, kedua macam pelelangan tersebut sama, hanya ada sedikit perbedaan dalam hal peserta lelang.dalam pelelangan unum, semuan penyedia jasa yang memenuhi syarat dapat dalam pelelangan umum, semua penyedia jasa yang memenuhi syarat dapat ikut dalam pelelangan, sedangkan dalam pelelangan terbatas yang diizinkan ikut adalah penyedia barang dan jasa yang diundang oleh pengguna jasa.

Pemilihan macam pelelamgam pada umumnya tergantung pada besar kecilnya bangnan, tingkat kerumitan bangunan. Besar kecilnya biaya bangunan, jangka waktu pelaksanaan pekerjaan. ( wolfram I. Ervianto, managemen proyek kontruksi hal 51 ) .

(10)

14

DESKRIPSI PELELANGAN UMUM PELELANGAN TERBATAS

Jumlah peserta Jumlah peserta lelang relatif lebih banyak

Relatif lebih sedikit pesertanya yang boleh ikut adalah mereka yang diundang oleh pengguna jasa

Kemampuan peserta lelang Tidak semua lelang diketahui kemampuannya

Setiap peserta lelang diketahui dengan pasti kemampuannya

Penetapan pemenang lelang

Relatif lebih sulit karena jumlah pesertanya banyak

Relatif lebih mudah karenan telah diketahui kemampuan seluruh peserta lelang

Kekurangannya Tidak diketahui dengan pasti kemampuan setiap peserta lelang

Adanya kecenderungan terjadinya praktek

kecurangan dalam

pelelangan, misalnya terjadi bid shopping.

Kelebihannya Pengguna jasa lebih leluasa dalam memilih penyedia jasa dikarenakan jumlah yang cukp untuk menetapkan pemenang yang kompetitif

Kemampuan peserta telah diketahui dengan pasti

Gambar 2.2 komparasi pelelangan umum dengan pelelangan terbatas

2.3.2. Prinsip Dasar Pelelangan

Proses pengadaan perusahaan jasa konstruksi ini diatur oleh keputusan presiden terutama digunakan dilingkungan proyek pemerintah. Prinsip dasar pelelangan adalah efisieansi, brarti pengadaan barang dan jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah di tetapkan dan dapat membrikan manfaat yang sebesar besarnya sesuai sasaran yang ditetapkan.

(11)

15 Terbuka dan bersaing, berarti pengadaan barang dan jasa ha rus terbuka bagi penyedia jasa yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang bsehat di antara penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas dan transparan.

Transparan, berarti semua ketentua dan informasi mengenai pengadaan barang dan jasa termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi,hasil evaluasi, penetapan calon penyedia jasa, sifatnya terbuka bagi peserta penyedia jasa yang berminat serta bagi masyarakat luas dan umumnya.

Adil dan tidak diskriminatif, berarti harus mencapai sasaran baik fisik, kekurangan maupun manfaat bagi kelancaran tugas umum pemerintah dan pelayanan masyarakat sesuai prinsip – prinsip serta ketentuan yang beraku dalam pengadaan barang dan jasa

Pengadaan barang dan jasa dalam proyek konstruksi dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :

1. Pelelangan umum, adalah metode pemilihan peyedia barang dan jasa yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media massa dan papan pengumuman resmi untuk penerangan umum sehingga masyarakat luas dunia usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya.

2. Pelelangan terbatas, dapat dilaksankan apabila dalam hal jumlah penyedia barang dan jasa yang mampu melaksanakan diyakini terbatas, yaitu untuk pekerjaan yang komplek, dengan cara mengumumkan secara luas melalui media masa dan papan pengumuman resmi dengan mencantumkan penyedia barang dan jasa yang telah diyakini mampu, guna member kesempatan kepada penyedia barang dan jas a lainnya yang memenuhu kualifikasi.

3. Pemilihan langsung, yaitu pemilihan penyedia barang dan jasa yang dilakukan dengan membandingkan sebanyak – banyaknya penawaran sekurang – kurangnya 3 penawaran dari penyedia barang dan jasa yang telah lulus prakualifik asi serta dilakukan negosiasi baik teknis maupun biaya serta harus diumumkan minimal melalui papan pengumuman resmi untuk penerangan umum dan bila memungkinkan melalui internet. Pemilihan langsung dapat dilaksankan manakala metode pelelangan umum atau pelelangan terbatas dinilai tidak efisien dari segi biaya pelelangan.

(12)

16 4. Penunjukan langsung, metode ini dapat dilaksankan dalam keadaan tertentu dan keadaan kushus terdapat 1 penyedia barang dan jasa. Pemilihan penyedia barang dan jasa dapat dilangsungkan dengan cara negosiasi, baik secara teknis maupun biaya, sehingga diperoleh harga yang wajar dan serta teknis dapat dipertanggung jawabkan. 5. Swakelola, adalah pelaksanaan pekerjaan yang terencanakan, dikerjakan dan awasi

sendiri menggunakan tenaga sendiri, alat sendiri atau upah borong tenaga. Swakelola dapat dilaksankan oleh pengguna barang dan jasa, instansi pemerintah, kelompok masyarakat atau lembaga swadaya masyarakat penerima hibah. Jenis pekerjaan yang memungkinkan dilaksankan secara swakelola diantaranya adalah :

a. Pekerjaan yang bertujuan meningkatkan kemampuan teknis sumber daya mansia instansi pemerintah yang bersangk utan.

b. Pekerjaan yang bersifat rahasia bagi instansi pengguna barang dan jasa yang bersangkutan.

c. Pekerjaan untuk proyek percontohan yang bersifat kusus untuk pengembangan teknologi dan metode kerja yang dapat dilaksanakan oleh penyedia b arang dan jasa.

2.3.3. Penetapan Pemenang Lelang

Selesai membuat berita acara hasil pelelangan (BAHP), kemudian panitia lelang mengadakan rapat untuk menentukan pemenang lelang, panitia akan menetapkan calon pemenang lelang yang dianggap akan memberikan keuntungan bagi Negara , maksutnya calon pemenang lelang dianggap dapat memberika keuntungan secara finansial pada Negara karena menawarkan harga pekerjaan yang berbeda di bawah pagu dana yang telah di tentukan. Calon pemenang lelang dianggap sebagai pengusaha jasa konstruksi yang telah memiliki pengalaman memadai untuk mengerjakan proyek yang dimaksut, memiliki reputas baik (tidak termasuk daftar hitam perusahaan), memiliki kemampuan keuangan yang memadai, memiliki peralatan yang lengkap dan sebagainya. (suparyakir, pelelangan jasa konstruksi, hal 20)

2.3.4. Sumber Hukum Pelelangan

Pelaksanaan pelelangan di Indonesia di atur oleh keputusan presiden republik Indonesia tentang pelaksanaan anggara pendapatan dan belanja Negara ( Keppres tentang pelaksanaan APBN ). Keppres yang mengatur pengadaan barang dan jasa telah beberapa kali mengalami penyemprnaan, contohnya Keppres No. 14 A Tahun 1980, tanggal 14 April 1980

(13)

17 di sempurnakan menjadi Keppres No. 18 Tahun 1981, Tanggal 5 mei 1981. Tahun anggaran 1984/1985 telah dokeluarkan Keppres No.14 A tahun 1980 dan Kepres No. 18 tahun 1981. Kemudian di sempurnakan kembali dengan dikeluarkan Keppres No 1 6 tahun 1994 dilanjutkan Keppres No. 6 tahun 1999, Keppres No.18 Tahun 2000 di lanjutkan Keppres No. 80 tahun 2003 dan yang tebaru Perpres No. 4 tahun 2015. Jika dilihat dari isi dan jiwanya, Kepres 18 Tahun 2000 telah menunjukan sikap revormis yang sejak lama didambakan oleh kalangan industri konstruksi. Salah satunya adalah masalah “kesetaraan” antara pengguna barang dan jasa dan penyedia jasa. Istilah “pemberi tugas” yang bernuansa diskriminatif sudah tidak digunakan lagi dan selanjutnya di sebut pengguna jasa, sedangkan untuk konsultan/kontraktor di gunakan istilah “penyedia jasa”. Dalam salah satu ketentuannya, baik pengguna jasa maupun penyedia jasa dapat terkena sanksi jika menyalahi ketentuan sehingga tidak ada lagi istilah warga Negara kelas 1,2 dan 3. Sikap reformis yang kedua adalah adanya peran yang besar bagi asosiasi (perusahaan dan profesi) untuk melakukan sertifikasi perusahaan ata tenaga ahli yang bergerak di bidangnya.(Wulfan I. Ervianto, managemen Proyek Konstruksi, hal 52-53)

2.3.5. Dokumen dan Jaminan

Dari setiap kegiatan pelelangan di butuhkan dokumen tertentu sebgai dasar untuk proses selanjutnya serta berbagai jenis jaminan yang diperlukan sebagai syarat pelelangan pekrjaan.

1. DOKUMEN DESAIN Dokumen desain berupa hasil dari perencanaan yang telah diselelsaikan oleh konsultan perencana secara lengkap, yang menantinya akan berfungsi sebagai dokumen lelang. Isi dari dokumen desai antara lain memuat : gambar rencana, anggaran biaya, spesifikas i, BOQ, persyaratan pelelangan.

2. DOKUMEN LELANG Dokumen lelang berupa gambar rencana dari bangunan secara lengkap, spesifikasi dan Bill of Quantity (BOQ) yang digunakan oleh calon peserta lelang yang sebagai dasar perhitungan harga penawaran. Dokumen ini di berikan kepada calon peserta lelang beberapa hari sebelumnya dengan cara mengganti biaya penggandaan.

(14)

18 3. DOKUMEN KONTRAK

Dokumen kontrak dalam proyek konstruksi terdiri dari :  Gambar kontrak ( contrak drawing )

 Spesifikasi ( Spesifikation)

 Syarat – syarat umum kontrak ( general condition of contrak )  Risalah penjelasan pekerjaan (letter of examplenation)

 Penawaran ( bidding proposal )

 Perjanjian pemborongan ( formal agreement) 4. JAMINAN DALAM PROYEK KONSTRUKSI

menurut pasal 1820 dan 1316 KUH perdata definisi jaminan adalah suatu perjanjian dimana pihak ketiga, gina kepentingan si penghutang, meningkatkan diri untuk mememihi perutangan ataupun mengganti kerugian si penghutang, manakal si penghutang melakukan wanprestasi. Yang dimaksud wanprestasi, yaitu salah satu pihak dalam perjanjian tidak memenuhi prestasi kesalahannya atau kelalaiannya.

tujuan dan iisi dari jaminan ialah member jaminan untuk dipenuhinya peruntungan atau penggantian kerugian di dalam perjanjian pokok (perjanjian antara si penghutang dan pihak lain ) . Macam-macam jaminan dalam proyek konstruksi :

a. Jaminan penawaran ( bid bond )

b. Jaminan uang muka ( advabce Payment job ) c. Jaminan pelaksanaan ( performance Bond ) d. Jaminan pembayaran ( Payment Bond ) e. Jaminan pemeliharaan ( Maintenance Bond ) f. Restensi ( restention )

Gambar

Gambar 2.1 Time Schedule TIME SCHEDULE GLOBAL TIME SCHEDULE Detail Time Schedule  SUPPORT TIME SCHEDULE  AKTIVITY TIME SCHEDULE  AKTIVITAS WAKTU
Gambar 2.2 komparasi pelelangan umum dengan pelelangan terbatas

Referensi

Dokumen terkait

Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, ( Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2013 ) hal 233.. Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran

Sebagai kesimpulan dalam penelitian ini didapatkan bahwa pada proses pemboran dengan berbagai macam lapisan mata bor, lapisan mata bor TiN baik sebagai lapisan tunggal ataupun

VB 6 menyediakan beberapa kontrol untuk kebutuhan tsb yaitu : - File Listbox, untuk menampilkan semua file pada direktori yang..

Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi perkembangan anak, yaitu melatih kemampuan motorik halus anak karena jari-jari anak akan bergerak dan bergesekan dengan cat

Wajib Pajak Orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan/atau bangunan. Tarif Maksimum 5% dari nilai perolehan objek pajak

Untuk interior lantai 2 (Gambar 12), konsep yang ditampilkan adalah orang dapat merasakan makan dikawasan pedesaan dengan unsur tradisional yang kental baik dari material

 Rekam medik kondisi awal ibu dan bayi, asuhan yang diberikan, perubahan kondisi dan upaya koreksi kondisi ibu, kondisi bayi, kemajuan proses persalinan, bahan

(1) Aktivitas guru selama proses pembelajaran dengan menggunakan media blok pecahan pada siklus II diperoleh presentase 92,5% ini menunjukkan bahwa aktivitas guru