• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Pembelajaran Blended Learning Pada Materi Larutan Penyangga di SMA Negeri 1 Unggul Darul Imarah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penerapan Pembelajaran Blended Learning Pada Materi Larutan Penyangga di SMA Negeri 1 Unggul Darul Imarah"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK) Vol 2 No 3 (165-172)

Penerapan Pembelajaran Blended Learning Pada Materi Larutan

Penyangga di SMA Negeri 1 Unggul Darul Imarah

Rizqa Afdhila, Muhammad Nazar, Latifah Hanum

Prodi Kimia FKIP Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh 23111 *Corresponding Author: kkika.ra71@gmail.com

Abstrak

Telah dilakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Blended Learning Pada Materi Larutan Penyangga Di SMA Negeri I Unggul Darul Imarah”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan ketuntasan belajar, aktivitas dan tanggapan peserta didik serta guru terhadap penerapan pembelajaran blended learning pada materi larutan penyangga. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak empat kali pertemuan di SMA Negeri I Unggul Darul Imarah dengan subjek penelitian peserta didik XI IPA 2 yang berjumlah 21 orang, terdiri dari 13 perempuan dan 8 laki-laki. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data penelitian diperoleh dari hasil evaluasi akhir, lembar observasi aktivitas, dan angket tanggapan peserta didik serta guru. Berdasarkan analisis data diperoleh persentase rata-rata aktivitas belajar peserta didik pertemuan I, II, dan III masing-masing sebesar 71,48%, 82,24%, dan 93,75. Persentase ketuntasan belajar diperoleh sebesar 80,95% dengan kategori sangat baik. Guru dan peserta didik memberikan tanggapan positif terhadap penerapan pembelajaran blended learning dengan persentase masing-masing yaitu 89,58% dan 83,31%. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa ketuntasan belajar peserta didik telah tuntas secara klasikall dengan kategori sangat baik. Aktivitas juga meningkat selama penerapan pembelajaran blended learning, serta guru dan peserta didik memberikan tanggapan yang positif terhadap pembelajaran blended learning. Untuk peneliti lain yang akan melaksanakan pembelajaran blended learning diharapkan dapat menyusun jadwal lebih rinci untuk kegiatan di course e-learning.

Kata kunci : Blended learning, ketuntasan belajar, larutan penyangga, e-learning

Abstract

The research had been conducted entitled "Application of Blended Learning on Surface Buffing

Material in SMA Negeri I Unggul Darul Imarah". The aim of this study is to describe learning

completeness, activities and responses of students and teachers to the application of blended

learning on buffer material. This research was conducted four times meeting in SMA Negeri I

Unggul Darul Imarah, the subject of this research is 21 students of class XI IPA 2 consisting of

13 female and 8 male students. This is descriptive research with qualitative approach. The

Research data obtained from the final evaluation, activity observation sheet, and questionnaire

responses of students and teachers. Based on the data analysis, the percentage of students

learning activity’s average of the meetings I, II, and III was 71.48%, 82.24% and 93.75,

respectively. Percentage of learning completeness was obtained by 80.95% with very good

category. Teachers and students responded positively to the application of blended learning with

percentage of 89.58% and 83.31%. Based on the result of the research, it can be concluded that

the students' learning completeness has been completed classicallly with very good category.

Activities also increase during the application of blended learning, as well as teachers and

students also give a positive response to blended learning. For other researchers who will

conduct research in blended learning is expected to arrange a more detailed schedule for

activities in the e-learning course.

(2)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK) Vol 2 No 3 (165-172)

Pendahuluan

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa perubahan yang sangat besar bagi kemajuan dunia pendidikan. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, proses pembelajaran juga banyak mengalami perkembangan, baik model, strategi, pendekatan, metode dan media pembelajaran yang digunakan. Salah satu bentuk dari perkembangan teknologi informasi yang diterapkan dalam pembelajaran adalah e-learning. E-learning merupakan sebuah inovasi yang mempunyai kontribusi terhadap perubahan proses pembelajaran, yang mengkondisikan pembelajaran secara online.

E-learning adalah pembelajaran dengan menggunakan perangkat elektronik sebagai media penunjang. Guru dapat menerapkan pembelajaran menggunakan e-learning yang dipadukan dengan pembelajaran tatap muka yang disebut blended learning. Blended learning memberikan kemudahan dalam berkomunikasi, keleluasaan peserta didik dalam mengakses bahan ajar serta interaksi antar peserta didik dan guru tidak terbatas waktu. Menurut Sandi (2012) pembelajaran blended learning mendorong peserta didik untuk lebih aktif dan meningkatkan kemandirian dalam belajar. Peserta didik diwajibakan untuk mempelajari dan mengakses materi secara mandiri, dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru baik secara individu maupun kelompok. Guru memberikan batasan waktu untuk meng-upload tugas-tugas sehingga peserta didik merasa bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas tepat waktu tanpa menunda-nunda.

Penerapan pembelajaran blended learning diharapkan dapat meningkatkan minat, aktivitas dan ketuntasan belajar peserta didik. Hasil observasi awal dan wawancara dengan salah satu guru kimia di SMA Negeri 1 Unggul Darul Imarah diperoleh informasi bahwa keaktivan peserta didik dalam proses pembelajaran kimia sangat kurang. Hal ini dapat diketahui dari respon peserta didik terhadap permasalahan atau pertanyaan yang diajukan guru saat proses pembelajaran, salah satunya pada materi larutan penyangga.

Materi larutan penyangga merupakan salah satu materi kimia di kelas XI. Materi larutan penyangga dianggap sulit oleh peserta didik karena membutuhkan pemahaman konsep, analisis, serta penyelesaian soal dengan rumus perhitungan. Ketuntasan peserta didik pada materi larutan penyangga masih rendah yaitu sebesar 60%. Hal ini disebabkan karena banyak peserta didik yang memperoleh nilai di bawah Ketuntasan Belajar Minimal (KBM) yang ditetapkan di SMA Negeri 1 Unggul Darul Imarah yaitu ≥ 70. Oleh sebab itu diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan keaktivan dan ketuntasan peserta didik, salah satunya dengan menerapkan pembelajaran blended learning. Pelaksanaan pembelajaran blended learning di SMA Negeri 1 Unggul Darul Imarah didukung dengan adanya fasilitas laboratorium komputer terkoneksi internet yang selama ini masih jarang digunakan dalam proses pembelajaran terutama kimia.

Penelitian relevan menunjukkan bahwa penerapan blended learning dapat meningkatkan ketuntasan belajar peserta didik, seperti penelitian yang dilakukan oleh Sandi (2012) dilaporkan bahwa ketuntasan belajar kimia peserta didik yang mengikuti blended learning lebih tinggi dari pada peserta didik yang mengikuti pembelajaran langsung. Penelitian lain dilakukan oleh Sutisna (2016) tentang pengembangan pembelajaran blended learning pada pendidikan program paket C diperoleh hasil bahwa terjadi kenaikan rata-rata nilai peserta didik sebesar 48,2%. Selanjutnya penelitian yang dilakukan Bibi dan Jati (2015) tentang efektivitas blended learning pada mata kuliah algoritma dan pemrograman terjadi peningkatan motivasi belajar mahasiswa rata-rata 11,70% dan peningkatan pemahaman materi sebesar 30,28%.

Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “ Penerapan Pembelajaran Blended Learning Pada Materi Larutan Penyangga di SMA Negeri 1 Unggul Darul Imarah”.

P

enelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, bermanfaat

(3)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK) Vol 2 No 3 (165-172)

unruk memperkaya alternatif pembelajaran yang dapat menciptakan suasana belajar yang aktif.

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Menurut Sukardi (2010), penelitian deskripstif merupakan penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek yang diteliti secara tepat. Penelitian ini mendeskripsikan penerapan pembelajaran blended learning terhadap ketuntasan hasil belajar peserta didik pada materi larutan penyangga.Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Sugiyono (2012) menyatakan bahwa pendekatan kualitatif dilakukan berdasarkan data dan fakta yang ditemukan di lapangan dan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, tugas peneliti sebagai instrumen kunci.

Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri 1 Unggul Darul Imarah , yang terletak di Jalan Soekarno-Hatta Km 3 desa Lampeneurut Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar. Pemilihan sekolah ini karena sudah memiliki fasilitas belajar yang lengkap dengan fasilitas jaringan internet yang lancar dan cepat sehingga memudahkan proses belajar mengajar dengan menggunakan blended learning. Sekolah tersebut juga belum pernah menerapkan proses pembelajaran dengan menggunakan blended learning.

Penelitian ini dilaksankan di kelas XI-IPA 2 tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 21 orang terdiri dari 8 laki-laki dan 13 perempuan. Teknik pemilihan subjek penelitian dilakukan dengan menggunakan tipe purposive sampling yaitu subjek dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitian (Usman dan Purnomo, 2011). Selain itu, teknik pemilihan subjek penelitian juga berdasarkan beberapa pertimbangan, seperti keterbatasan waktu, dan tenaga sehingga tidak memungkinkan mengambil subjek dalam jumlah yang besar. Teknik Pengumpulan Data

Proses pembelajaran yang dilakukan terdiri dari empat kali pertemuan. Tiga kali pertemuan untuk proses belajar-mengajar dan satu kali pertemuan untuk evaluasi akhir dan pembagian angket. Teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk melihat aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran menggunakan blended learning dilakukan dengan lembar observasi. Observasi dilakukan oleh 4 orang yaitu seorang guru kimia dan 3 orang mahasiswa kimia selama proses pembelajaran berlangsung. Setiap observer mengamati aktivitas siswa mulai dari awal hingga akhir pembelajaran dengan cara mengisi lembar observasi yang telah disediakan.

Data ketuntasan siswa diperoleh dari penilaian kuis dan evalausi akhir. Kuis diberikan sebanyak tiga kali dan dikerjakan secara online. Sedangkan evaluasi akhir dilaksanakan dipertemuan keempat. Soal evaluasi akhir terdiri dari 10 butir soal yang sesuai dengan indikator materi larutan penyangga. Nilai akhir siswa diperoleh dari 30% nilai kuis dan 70% nilai evaluasi akhir.

Data tanggapan siswa dan guru tentang penerapan pembelajaran blended learning pada materi larutan penyangga diberikan setelah evaluasi akhir pada pertemuan keempat. Angket tanggapan siswa dan guru terdiri dari 6 pernyataan.

TeknikAnalisis Data

Data ketuntasan belajar yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara membandingkan nilai yang diperoleh siswa setelah pembelajaran dengan nilai kriteria ketuntasan belajar minimum untuk materi larutan penyangga di SMA Negeri 1 Unggul Darul Imarah yaitu ≥ 70. Peserta didik dikatakan tuntas apabila memperoleh nilai ≥ 70. Menurut Sudijono (2009, perhitungan persentase ketuntasan siswa sebagai berikut:

P =𝑓

𝑁 𝑥 100% Keterangan:

(4)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK) Vol 2 No 3 (165-172)

P = Angka persentase

F= Jumlah frekuensi (jumlah peserta didik yang tuntas belajar) N = Jumlah peserta didik yang diteliti

Interpretasi hasil belajar peserta didik ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1 Interpretasi Ketuntasan Belajar

Nilai Persentase (%) Interpretasi

1 80-100 Sangat baik 2 66-79 Baik 3 56-65 Cukup 4 46-55 kurang 5 0-45 Sangat kurang (Sumber : Sudijono ,2009)

Data aktivitas dan angket tanggapan siswa tentang pembelajaran blended learning dianalisis dengan rumus persentase. Untuk penilaian afektif dan aktivitas peserta didik digunakan persamaan berikut :

Skor perolehan nilai = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑥 100%

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan data hasil penelitian tentang penerapan pembelajaran blended learning pada materi larutan penyangga diperoleh hasil penelitian ini terdiri dari aktivitas, ketuntasan hasil belajar dan tanggapan peserta didik serta tanggapan guru.

1. Ketuntasan Belajar

Data yang diperoleh menunjukan bahwa terdapat 17 orang yang tuntas dan 4 orang yang tidak tuntas. Nilai tertinggi hasil belajar yang diperoleh dari 21 orang peserta didik adalah 100 dan nilai terendah adalah 48. Peserta didik yang tidak tuntas dikarenakan nilai kuis yang rendah dan saat evaluasi akhir masih banyak jawaban yang salah. Berdasarkan soal tes yang telah diberikan kepada peserta didik terdapat beberapa sub materi yang kurang dipahami, hal ini ditunjukan dari banyaknya peserta didik yang menjawab salah pada soal tersebut, seperti soal penentuan komponen penyusun, perhitungan pH dan pOH dan peran larutan penyangga. Persentase ketuntasan hasil belajar peserta didik dapat dlihat pada Gambar 1.

(5)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK) Vol 2 No 3 (165-172)

Gambar 1 Grafik Persentase Ketuntasan Hasil Belajar

Berdasarkan persentase ketuntasan hasil belajar sebesar 80,95% maka dapat dikatakan bahwa penerapan pembelajaran blended learning pada materi larutan penyangga telah mencapai ketuntasan klasikal sesuai dengan Djamarah dan Zaini (2010), jika peserta didik memperoleh hasil belajar dapat ≥75% maka dikatakan telah tuntas secara klasikal. Ketuntasan hasil belajar tergolong kategori sangat baik, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sudijono (2009), ketuntasan antara 80%-100% tergolong dalam kategori sangat baik dan 66%-79% tergolong kategori baik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sjukur (2012) menunjukkan bahwa terdapat perningkatan hasil belajar siswa yang diajarkan menggunakan blended learning dengan siswa yang belajar secara konvensional sebesar 9,98%.

Peserta didik yang memiliki ketuntasan dibawah nilai Ketuntasan Belajar Minimal (KBM) disebabkan karena nilai evalasi akhir yang rendah, rata-rata peserta didik yang tidak tuntas menjawab salah pada soal perhitungan pH dan pOH, peranan larutan penyangga dan 3 dari 4 peserta didik yang tidak tuntas menjawab salah soal tentang komponen dan cara membedakan larutan penyangga dengan larutan lain. Hal ini disebabkan karena peserta didik belum menguasi materi tersebut, karena pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung peserta didik tidak bersikap proaktif, bahkan ada beberapa peserta didik saat kegiatan mencari bahan di internet cenderung bermain-main dan bahkan ada yang main game serta menonton di youtube. Hal ini sesuai dengan kelemahan pembelajaran blended learning yang dipaparkan oleh Tafiardi (2005), bahwa interaksi yang kurang selama proses pembelajaran memperlambat keberhasilan proses belajar dan peserta didik yang tidak memiliki motivasi serta kemandirian dalam mengikuti pembelajaran blended learning cenderung gagal.

Pembelajaran blended learning menuntut peserta didik lebih mandiri dalam mengikuti proses pembelajaran, karena peserta didik memiliki keleluasaan untuk memperoleh informasi dan berkonsultasi antar sesama peserta didik dan guru di luar kelas. Menurut Sandi (2012), peserta didik yang mengikuti blended learning dengan kemandirian rendah akan merasa terbebani dengan tugas-tugas yang diberikan secara online. Sehingga keunggulan blended learning seperti fleksibelitas belajar, otonomi diri, dan belajar kolaboratif dengan teman sebaya maupun guru lewat vidio tidak terjadi pada peserta didik dengan kemandirian rendah. Hal ini mengakibatkan ketuntasan belajar peserta didik menjadi rendah dan tidak optimal.

2. Aktivitas Siswa

Aktivitas selama kegiatan belajar diukur dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa. Lembar observasi yang telah disiapkan diisi oleh 4 orang observer yaitu satu orang guru bidang studi kimia SMA Negeri 1 Unggul Darul Imarah dan tiga orang mahasiswa kimia FKIP Unsyiah. Masing-masing observer mengamati 5 orang siswa. Hasil pengamatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil pengamatan Aktivitas Peserta Didik

Persentase yang didapat pada pertemuan pertama adalah 72,27% tergolong ke dalam katagori baik, hal ini sesuai dengan skor pendeskripsian aktivitas peserta didik oleh Arikunto (2011), persentase skor antara 66-75 tergolong dalam kategori baik. Hasil pengamatan

No Pertemuan Persentase (%)

1 I 71,48

2 II 82,24

(6)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK) Vol 2 No 3 (165-172)

pertemuan pertama terdapat beberapa aspek yang kurang baik seperti Kurangnya respon pada saat guru memberikan motivasi dan apersepsi dikarenakan siswa tidak tahu jawaban dari pertanyaan guru dan sudah terbiasa dengan kegiatan pembelajaran yang pasif. Namun siswa terlihat begitu tertarik pada saat guru menjelaskan tentang sistem pembelajaran blended learning dan cara belajar menggunakan e-learning. Siswa terlihat begitu bersemangat karena pembelajaran dengan blended learning baru pertama kali diterapkan dalam pembelajaran kimia di SMA Negeri I Unggul Darul Imarah.

3. Tanggapan Peserta Didik

Tanggapan siswa dijadikan sebagai umpan balik terhadap proses pembelajaran blended learning. Tanggapan siswa diukur dengan perhitungan hasil angket yang telah diberikan terdiri dari 6 butir pernyataan dan skor jawaban mulai dari 4 (sangat setuju), 3 (setuju), 3 (kurang setuju), dan 1 (tidak setuju). Diperoleh persentase tanggapan siswa terhadap pembelajaran blended learning pada materi larutan penyangga sebesar 83,31% tergolong kategori sangat baik. Sesuai dengan pendapat Sudijono (2009), jika nilai persentase 50- 75 tergolong baik dan jika 75-100 tergolong sangat baik.

Berdasarkan angket yang telah dibagikan kepada siswa terhadap pembelajaran blended learning pada materi larutan penyangga maka diperoleh persentase tanggapan siswa pada pernyataan pertama yaitu 71,42% yang sangat setuju dan 28,58% menyatakan setuju. Hal ini dikarenakan pembelajaran blended learning pertama diterapkan pada materi larutan penyangga, sehingga pembelajaran blended learning merupakan hal yang baru bagi siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Unggul Darul Imarah.

Pernyataan dua, tanggapan siswa tentang pembelajaran dengan blended learning lebih menyenangkan karena materi dapat diakses menggunakan smartphone persentase siswa yang memilih sangat setuju adalah 47,61% dan 52,39% setuju. Pernyataan tiga kegiatan pembelajaran blended learning lebih luwes karena jadwal belajar di course e-leraning dapat disepakati dengan guru persentase tanggapan peserta didik 28,57% sangat setuju dan 71,42% setuju.

Pernyataan empat tanggapan peserta didik terhadap penggunaan waktu dalam penyelesaian tugas atau pembahasan materi dalam pembelajaran blended learning lebih fleksibel karena dapat dilanjutkan saat diskusi di course e-learning kegiatan alami 23,80% sangat setuju dan 71,42% setuju serta 4.78% memilih tidak setuju. Penyataan lima tanggapan terhadap materi larutan penyangga yang terdapat di course e-learning menarik untuk dipelajari siswa, sebanyak 33,33% sangat setuju dan 66,67% setuju Pernyataan enam tanggapan siswa lebih berani mengeluarkan pendapat atau bertanya pada saat diskusi online di course e-learning dalam pembelajaran menggunakan blended learning, sebanyak 52,38% memilih sangat setuju dan 47,62% memilih setuju.

4. Tanggapan Guru

Hasil perhitungan persentase tanggapan guru dari 6 pernyataan angket diperoleh nilai 89,58% sehingga penerapan pembelajaran blended learning pada materi larutan penyangga di kelas XI IPA 2 dapat dikategorikan sangat baik untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar. Guru setuju dengan penyataan bahwa blended learning membuat peserta didik lebih semangat dan tertarik untuk mengikuti pembelajaran, karena peserta didik sangat senang dan antusias saat diajak belajar di labarotarium komputer. Pada pernyataan ketiga, kedua guru memilih sangat setuju dengan penggunaan course e-learning, karena guru dapat memberikan bimbingan tambahan kepada peserta didik melalui course e-learning di luar jam pelajaran sehingga waktu bimbingan lebih fleksibel melalui course e-learning. Seluruh pernyataan ditanggapi dengan positif oleh guru. Hal ini menunjukkan bahwa guru menganggap blended learning sebagai sebuah inovasi yang positif untuk diterapkan dalam proses pembelajaran. Setelah guru mengetahui kelebihan-kelebihan yang terdapat pada pembelajaran blended learning serta melihat pelaksanaan pembelajaran blended learning,

(7)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK) Vol 2 No 3 (165-172)

kedua guru sangat setuju apabila pembelajaran blended learning diterapkan pada materi kimia yang lain. Guru yang memiliki dedikasi dan tanggung jawab yang tinggi terhadap peningkatan hasil belajar siswa akan menjadikan blended learning sebagai salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan dan melakukan inovasi dalam proses pembelajaran. Penerapan blended learning akan mempermudah proses pembelajaran dan meningkatkan intensitas komunikasi antara peserta didik dan guru.

Course e-learning juga memudahkan peserta didik dalam mengakses materi larutan penyangga pada saat dibutuhkan, hal ini dapat dilihat dari tanggapan kedua guru yang memilih setuju pada penyataan keempat. Peserta didik juga dapat mengulang bahan ajar setiap saat diperlukan dan bisa mengajukan pertanyaan kepada guru ketika mengalami kesulitan atau kendala dalam belajar ketika di luar sekolah dengan lebih mudah karena dapat dilakukan melalui smartphone. Hasil persentase tanggapan guru menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran blended learning sangat baik dan menambah semangat serta kemandirian peserta didik dalam belajar. Kedua guru sangat setuju dengan pernyataan diskusi online memberi peluang kepada peserta didik yang kurang berani bertanya di kelas untuk menyampaikan pertanyaan atau permasalahan melalui course e-learning, hal ini menunjukkan bahwa guru sangat memahami karakter dari peserta didik.

Kesimpulan

Kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu:Ketuntasan belajar peserta didik dengan menerapkan pembelajaran blended learning pada materi larutan penyangga sebesar 80,95% dengan kategori sangat baik. Ada peningkatan aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran blended learning pada materi larutan penyangga dengan persentase rata-rata pada pertemuan pertama sebesar 72,48% dengan kategori baik, pertemuan kedua dan ketiga masing-masing yaitu 82,24% dan 93,75% dengan kategori sangat baik. Tanggapan peserta didik dan guru terhadap penerapan pembelajaran blended learning pada materi larutan penyangga dengan persentase masing-masing adalah 83,31% dan 89,95%.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang Penerapan Pembelajaran Blended Learning Pada Materi Larutan Penyangga di SMA Negeri 1 Unggul Darul Imarah, maka penulis menyarankan: 1) Untuk penelitian lanjutan yang menerapkan blended learning agar dapat menyusun

jadwal lebih rinci untuk kegiatan di course e-learning.

2) Untuk penelitian lanjutan yang sejenis, diharapkan peneliti dapat mengembangkan lagi media e-learning dan pembelajaran blended learning pada pokok bahasan yang berbeda dengan lebih pengggunaan waktu yang lebih efektif dan terkontrol.

Referensi

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Bibi, S dan Jati, H. 2015. Efektivitas Model Blended Learning Terhadap Motivasi Dan Tingkat Pemahaman Mahasiswa Mata Kuliah Algoritma Dan Pemrograman. Jurnal Pendidikan Vokasi, 1(5): 74-87.

Djamarah, S. B dan Zain, A. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Sandi, G. 2012. Pengaruh Blended Learning Terhadap Hasil Belajar Kimia Ditinjau Dari Kemandirian Siswa. Jurnal Pendidikan Dan Pengajaran, 45 (3): 241-251.

Sjukur, S. B. 2012. Pengaruh Blended Learning Terhadap Motivasi Belajar Dan Hasil Belajar Siswa Tingkat SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi, 2 (3): 368-378.

(8)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK) Vol 2 No 3 (165-172)

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktinya. Jakarta: Bumi Aksara.

Sutisna, A. 2016. Pengembangan Model Pembelajaran Blended Learning pada Pendidikan Kesetaraan Program Paket C dalam Meningkatkan Kemandirian Belajar. Jurnal Teknologi Pendidikan, 3(18): 156-168.

Usman, H dan Purnomo, S. A. 2011. Pengantar Statistika Edisi Kedua. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Gambar

Tabel 1 Interpretasi Ketuntasan Belajar

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan yang diperoleh adalah (1) Metode Naïve Bayes bisa digunakan untuk menentukan emosi dari kalimat berbahasa Indonesia dengan melihat hasil yang

Panen merupakan kegiatan memotong buah yang layak potong atau telah memenuhi kriteria matang panen, mengutip semua brondolan, mengumpulkan buah dan brondolan ke

Seperti halnya dengan gereja-gereja main stream di atas, Gereja Reformed juga menyatakan diri sebagai gereja Calvinis, bahkan mereka mengklaim bahwa Gereja Reformed adalah

Beberapa faktor penting yang sangat perlu diperhatikan agar supaya berhasil dalam budi- daya udang vanamei pola tradisional plus, di antaranya adalah persiapan tambak

Tematik Madrasah Ibtidaiyah dalam pembelajaran Blended Learning, yaitu; sebayak 98% peserta merasa senang dengan penerapan Blended Learning, sebanyak 75% peserta

Penggunaan tindakan atau treatment berupa pendekatan pembelajaran kontekstual ternyata menunjukkan peningkatan aktivitas belajar siswa yang cukup signifikan dalam

Dari evaluasi kinerja metode manajemen buffer yang diusulkan atau dikembangkan oleh peneliti (APDrop) dibandingkan dengan metode EDrop, yang dilakukan dengan menggunakan

Prinsip kerja cara pengupasan sentrifugal (Tabel 11) adalah bahwa mete gelondong mendapat tekanan berupa tenaga hempasan yang bersal dari gaya sentrifugal yang diberikan