• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KECERDASAN SOSIAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 KOTA GORONTALO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL KECERDASAN SOSIAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 KOTA GORONTALO"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL KECERDASAN SOSIAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 KOTA GORONTALO

Murhima A. Kau Dwi Wahyu Indah Musodig

Rena Madina

Universitas Negeri Gorontalo Email. murhimakau@ymail.com

Abstrak

Penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yaitu untuk menganalisis kecerdasan sosial siswa kelas VIII di SMP Negeri 7 Kota Gorontalo. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII yang berjumlah 135 orang siswa. Teknik untuk pengumpulan data yang di gunakan adalah instrumen angket. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan analisis data persentase bahwa kecerdasan sosial siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Kota Gorontalo dengan indikator memiliki kemampuan berempati hasil persentase 90,27%. Indikator ketrampilan berkomunikasi dengan orang lain memperoleh data persentase 80,78%. Indikator pandai menjalin persahabatan memperoleh data persentase 82,02%. Indikator kemampuan dalam bergabung dan berperan serta dalam kelompok sebaya memperoleh data persentase 80,55%. Sedangkan indikator kemampuan dalam bergaul dengan orang dewasa, maksudnya anak mampu bersikap sopan, hormat kepada orang lain dan berbicara dengan baik memperoleh data presentase 89,75%. Hal ini menenjukan bahwa kecerdasan sosial siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Kota Gorontalo didominasi oleh kemampuan berempati. Penelitian ini disarankan untuk lebih memperhatikan kecerdasan sosial pada siswa dan diberikan pemahaman tentang kecerdasan sosial agar siswa mampu mengelolah kecerdasan sosial, sehingga penelitian ini menjadi pedoman atau acuan untuk lebih meningkatkan pemahaman tentang kecerdasan sosial.

Kata kunci : Kecerdasan Sosial, Siswa PENDAHULUAN

Individu adalah sebagai genaeasi yang akan tumbuh dan berkembang menjadi dewasa. Seiring pertumbuhannya individu akan selalu berinteraksi dan

bersosialisasi dengan sesamanya, baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan dimana individu tinggal. Melalui interaksi dan sosialisasi yang dilakukannya individu akan mendapatkan banyak pengaruh baik

(2)

secara positif maupun negative yang sangat berperan penting dalam pembentukan karakter individu, maka pendidikan adalah sebuah media sosial tempat dimana individu melakukan kegiatan interaksi sesama teman sebaya dan merupakan salah satu media pembelajaran serta pengembangan sikap. Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya terbatas pada masalah pengetahuan dan informasi saja, akan tetapi juga mencakup tanggung jawab pendidkan secara luas. Jika kecerdasan sosial individu dapat berkembang secara baik, maka individu mampu

membudayakan dan

mengembangkan kecerdasan sosial dalam kehidupan sehari-hari. Agar individu dapat mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan terhadap kecerdasan sosial tersebut.

Pendidikan merupakan lembanga atau institusi yang dihadirkan untuk mencerdaskan dan mencerahkan akal budi individu. Pendidikan menjadi media dan strategi kebudayaan untuk pencerahan, mula-mula pencerahan pada individu, kemudian masyrakat, dan pada akhirnya melahirkan peradaban yang mulia. Pendidikan hanya melahirkan individu-individu yang cerdas otak dan keahliannya, kecerdasan otak dan keahlian bahkan salah digunakan untuk melakukan sesuatu yang menyimpang, yang berlawanan dengan nilai moral, budaya, dan agama, maka guru dan orang tua sangat berperan penting untuk

mengembangkan sikap kecerdasan sosial pada diri individu.

Thorndike (Suyono, 2007:103) menyatakan bahwa ”Dengan memiliki kecerdasan sosial seseorang akan mampu memahami, mengelola, dan beradaptasi saat berinteraksi dengan orang lain”. Dari penjelasan Thorndike (Suyono, 2007: 103) peneliti mengasumsikan bahwa individu yang memiliki kecerdasan sosial mampu memahami orang lain dan bertindak bijaksanaan dalam berhubungan.

Moss dan Hunt (Suyono 2007: 103) mengatakan bahwa kecerdasan sosial adalah kemampuan dalam menjalin hubungan orang lain secara terus menerus dan bertindak bijaksana dalam menghadapi perbedaan latar belakang di dunia sosial. Peneliti mengemukakan bahwa kecerdasan sosial merupakan kemampuan yang dimiliki individu dalam hal mengelola, memahami dan beradaptasi dengan lingkungan. Tujuannya untuk mengetahui sejauhmana kemampuan individu dapat beradaptasi dengan lingkungan serta dapat memperhatikan, mengamati tempramen, dan suasana hati.

Namun kenyataan yang terjadi, berdasarkan hasil observasi selama PPL 2, didapatkan bahwa siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Kota Gorontalo memiliki masalah kecerdasan sosial antara lain, tidak mampu berinteraksi secara baik dengan orang lain contohnya seperti

(3)

siswa yang merasa kesulitan untuk memulai berbicara, terutama dengan orang orang yang baru dikenalnya mereka merasa canggung dan tidak dapat terlibat dalam pembicaraan yang menyenangkan bahkan tidak dapat mengemukakan pendapatnya kepada orang lain, tidak bisa meminimalisir atau mencegah konflik contohnya siswa yang memiliki masalah dengan temannya atau berkelahi, dan tidak bisa mengontrol emosinya dengan baik sehingga tidak mau mengalah atau minta maaf, siswa tidak memiliki sikap empati, contohnya ketika ada temanya yang lagi jatuh didepanya atau lagi sakit dia tidak menolong temanya yang lagi sakit maka siswa tersebut tidak memiliki sikap empati terhadap temanya yang lagi jatuh sakit, kurangnya kerja sama contohnya ketika mereka belajar kelompok salah satu siswa tidak bekerja sama dalam menyelasaikan tugas yang diberikan oleh guru. Jika melihat masalah yang terjadi pada siswa SMP Negeri 7 Kota Gorontalo, bisa disimpulkan bahwa siswa memiliki masalah tentang kecerdasan sosial (sosial-intelligence).

KAJIAN TEORETIS

Pengertian Kecerdasan Sosial Setiap individu memiliki kecerdasan sosial dalam rentang kehidupannya sejak masih anak-anak hingga dewasa bahkan sampai usia lanjut. Sudah tentu, individu yang tidak memiliki

kecerdasan sosial yang baik akan menjadi diri yang amat mengganggu bagi dirinya misalnya dalam bergaul atau berinteraksi dengan orang lain apalagi ketika berhadapan orang baru. Sebelum peneliti menjelaskan tentang kecerdasan sosial maka terlebih dahulu kita mengetahu apa itu kecerdasan dan sosial, menurut Gardner (2013:48) kecerdasan adalah kapasitas komputasi. Misalnya, seorang individu dengan kecerdasan musikal yang tinggi merasakan bahwa mudah untuk mengingat suatu melodi, mencipta ulang ridme, melacak perubahan yang terjasi dalam tema dalam suatu komposisi. Individu bisa secara bermanfaat dibandingkan satu sama lain menurut tingkat pelabelan sifat atau perpaduan sifat sifat. Sedangkan sosial menurut Azzet (2016:82) sosial lebih kepada bagaimana seseorang bisa memahami tentang dunia sosial. Pencapaian kematangan dalam hubungan atau interaksi sosial individu dapat menyesuaikan dirinya dengan kolompok teman sebaya maupun lingkungan masyarakatnya.

Kecerdasan sosial merupakan kesadaran atau suasana hati digunakan untuk memahami dinamika sosial, sebagai pengetahuan yang berisi gaya dalam berinteraksi dengan orang lain, strategi dalam membantu dan mendorong orang lain untuk berprestasi, menilai dengan obyektif saat berhubungan dengan orang lain, dan suatu kombinasi ketrampilan yang ditunjukan oleh

(4)

kesiapan dalam mempelajari perilaku dan menafsirkan akibat-akibat dari perilaku saat berhubungan dengan orang lain (dalam Suyono 2007:103).

Buzan (Sahara 2014: 2) mengatakan bahwa orang yang memiliki kecerdasan sosial baik akan mampu berkomunikasi dengan orang lain menggunakan otak dan juga tubuhnya. Mereka memiliki kemampuan membaca bahasa tubuh orang lain dan mendengarkan untuk dapat sukses secara luas. Kecerdasan sosial akan membuat seseorang nyaman berada dimanapun dengan orang lain yang berbeda latar belakang, umur, budaya, serta latar belakang sosial. Mereka mudah memahami temperamen, sifat, dan kepribadian orang lain, serta mampu memahami suasana hati, motif dan niat orang lain. Manurung, (2013:52) berpendapat bahwa kecerdasan sosial diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang dalam menciptakan relasi, membangun relasi dan mempertahankan relasi sosialnya, sehingga kedua belah pihak berada dalam situasi menang-menang atau menguntungkan.

Menurut Thorndike (dalam Suyono 2007:103) menyatakan bahwa kecerdasan sosial adalah kemampuan seseorang untuk memahami, mengelola, dan beradaptasi saat berinteraksi dengan orang lain.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, maka peneliti menyimpulkan bahwa kecerdasan

sosial adalah kemampuan yang dimiliki individu dalam hal mengelolah, memahami dan beradaptasi dengan lingkungan. Tujuannya untuk mengetahui sejauhmana kemampuan individu dapat beradaptasi dengan lingkungan serta dapat memperhatikan, mengamati tempramen, dan suasana hati. Jika individu dapat mengelolah kemampuan yang dimiliki tentang

“social intelligence”, maka individu

mampu memecahkan segala permasalahan yang dihadapi.

Karakteristik Kecerdasan Sosial Menurut Lawrence E Sapiro (Islamika 2010:33) menjelaskan bahwa individu yang memiliki kecerdasan sosial yang tinggi memiliki karakteristik yaitu:

a. Memiliki kemampuan berempati artinya anak memiliki kemampuan menempatkan diri dalam posisi orang lain.

b. Ketrampilan berkomunikasi dengan orang lain.

c. Pandai menjalin persahabatan.

d. Kemampuan dalam bergabung dan berperan serta dalam kelompok sebaya.

e. Kemampuan dalam bergaul dengan orang dewasa, maksudnya anak mampu bersikap sopan, hormat kepada orang lain dan berbicara dengan baik.

(5)

Menurut Adi M Gunawan (dalam Handini 2013: 28) ciri ciri individu yang memiliki inteligensi kecerdasan sosial yang baik adalah sebagai berikut :

a. Membentuk dan mempertahankan suatu hubungan sosial

b. Mampu berinteraksi dengan orang lain

c. Mengenali dan menggunakan berbagai cara untuk berhubungan d. Mampu mempengaruhi

pendapat dan tindakan orang lain

e. Turut serta dalam upaya bersama dan mengambil berbagai peran yang sesuai, mulai menjadi pengikut hingga menjadi pemimpin

f. Mengamati perasaan, pikiran, motivasi, perilaku dan gaya hidup orang lain g. Mengerti dan

berkomunikasi dengan efektif baik dalam bentuk verbal maupun non verbal h. Mengembangkan keahlian

untuk menjadi penengah dalam suatu konflik, mampu bekerja sama dengan orang yang mempunyai latar belakang yang beragam i. Tertarik menekuni bidang

yang berorientasi interpersonal, menajemen atau politik

j. Peka terhadap perasaan, motivasi, dan keadaan mental seseorang.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik kecerdasan sosial adalah suatu kemampuan seseorang yang dapat memahami, mengelola, serta dapat berinterkasi dengan orang lain. Selain itu individu dapat mengembangkan hubungannya dengan orang lain demi membangun silaturahmi antar sesama, agar dapat menjalin hubungan yang harmonis. Dengan begitu individu tidak mudah dijauhkan oleh teman atau kerabat-kerabatnya. Hal inilah sangat penting dikembangkan oleh individu demi melihat tingkat perkembangan karakternya dengan orang lain.

Faktot-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Sosial

Perkembangan sosial berarti seseorang memiliki kemampuan untuk memahami dan bergaul dengan orang lain. Perkembangan sosial siswa juga berarti proses perkembangan sosial siswa dalam berhubungan dengan orang lain dimasyarakat. Perkembangan sosial ini menurut Gerungan dan Septiyarsih (dalam Delwis, 2013:14-16) dipengaruhi oleh keluarga, sekolah dan lingkungan yaitu sebagai berikut:

a. Keluarga

Keluarga merupakan tempat pertama dalam belajar untuk

(6)

kehidupan sosial. Dari keluarga seseorang belajar bagaimana norma-norma lingkungan, internalisasi norma-norma, perilaku dan lain-lain. Pengalaman berinteraksi dalam keluarga menjadi awal dan pedoman untuk berinteraksi dengan masyarakat luas.

Pola asuh, status sosio-ekonomi, keutuhan keluarga, sikap orang tua dapat mempengaruhi perkembangan sosial seorang individu. Faktor sosioekonomi bukan suatu faktor mutlak yang mempengaruhi perkembangan sosial individu, hal itu semua tergantung kepada sikap orang tua dan interaksinya di dalam keluarga. Namun, kesempatan bagi individu yang memiliki latar belakang keluarga sosio-ekonominya tinggi, akan lebih memiliki kesempatan untuk mengembangkan potensi-potensi di dalam dirinya. Keutuhan keluarga baik dari struktur keluarga seperti perceraian maupun hubungan orang tua yang tidak harmonis, itu sangat penting perannya dalam perkembangan sosial seorang individu. Siswa yang memiliki keluarga yang tidak utuh seperti salah satu orang tua tidak ada, atau bercerai maupun orang tua yang sering bertengkar itu akan memberikan dampak negatif terhadap perkembangan sosial individu.

b. Sekolah

Pendidikan selain untuk memiliki ilmu pengetahuan, juga

efektif untuk keterampilan negosiasi, konseling, pidato, atau berbicara di muka umum, mengajar, mewawancarai, dan keterampilan-keterampilan lain yang termasuk dalam kategori inteligensi interpersonal atau inteligensi sosial. Sekolah bukan hanya sebagai tempat untuk menambah ilmu pengetahuan saja tetapi juga perkembangan sosial individu. Individu yang berinteraksi dengan teman sebaya, guru, staf yang lebih tua dari dirinya akan dapat mengajarkan sesuatu yang tidak hanya sekedar pengembangan intelektualitas saja. Di sekolah individu dapat bekerja sama dalam kelompok, aturan-aturan yang harus dipatuhi, yang semuanya termasuk dalam meningkatkan perkembangan kecerdasan sosial individu . Selain itu, empati sebagai aspek dari kecerdasan sosial juga dipengaruhi oleh teman sebaya seorang individu.

c. Lingkungan

Banyak faktor lingkungan yang ikut mempengaruhi tingkat kecerdasan seseorang individu, mulai dari proses kehamilan hingga proses melahirkan. Namun setelah kelahiran, pengaruh faktor ligkungan individu semankin penting dan besar. Seperti proses yang paling berpengaruh adalah belajar (learning) yang menyebabkan perbedaan perilaku individu satu dengan yang lainnya. Melalui proeses belajar, pengaruh budaya secara tidak langsung juga

(7)

mempengaruhi individu. Standar norma sosial yang berlaku pada suatu kelompok budaya tempat individu berada akan menentukan apa yang benar dan apa yang salah, dan apa yang dianggap baik dan juga yang dianggab buruk.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan sosial diartikan sama dengan faktor yang mempengaruhi kecerdasan secara umum termasuk dalam hal ini kecerdasan kinestetis, kecerdasan verbal, dan kecerdasan logis matematis dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor bawaan (genetically determined) dan faktor lingkungan (learned) terus berlangsung. Menurut Septiyarsih (2012:20-22) yaitu sebagai berikut :

1) Faktor bawaan (genetically

determined) Secara biologis

individu berkembang dari sel telur (ovum) dan sperma. Sel telur dan sperma masing-masing berisi kromosom. Didalam kromosom tersebut berisi gen yang menjadi penentu sifat-sifat yang akan diturunkan. Individu akan menerima rangkaian gen yang berbeda karena mereka menerima kombinasi kromosom yang tidak sama. Suatu gen disebut dominan jika individu memiliki kekuatan untuk menekan efek gen yang lain. Dan disebut resesif bila pengaruhnya dikalahkan oleh gen yang lain. Gen kedua orang tua akan berkolaborasi

pada diri individu, dan memberi kontribusi besar terhadap pembentukan kepribadian individu. Kemampuan sosialisasi dan interaksi orangtua dengan lingkungannya adalah satu dari sekian sifat yang dibawa oleh gen tersebut.

2) Faktor lingkungan Banyak faktor lingkungan yang ikut mempengaruhi tingkat kecerdasan seorang individu. Mulai dari proses kehamilan hingga proses melahirkan. Namun setelah kelahiran, pengaruh faktor lingkungan terhadap individu semakin penting dan besar. Proses yang paling berpengaruh adalah proses belajar (learning) yang menyebabkan perbedaan perilaku individu satu dengan yang lainnya. Melalui proses belajar, pengaruh budaya secara tidak langsung juga mempengaruhi individu. Standar dan norma sosial yang berlaku pada suatu kelompok budaya tempat individu berada akan menentukan apa yang benar dan apa yang salah, apa yang dianggap salah dan apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk.

Berdasar pada pengertian kecerdasan sosial yang menitik beratkan pada kemampuan berhubungan atau berinteraksi

(8)

dengan sesama dapat disimpulkan bahwa faktor keluarga dan sekolah dapat memberikan pengaruh terhadap kecerdasan sosial anak.Kedua faktor di atas jika dapat diolah dengan baik akan melahirkan individu yang berkecerdasan sosial dan intelektual yang bagus dan seimbang.

Komponen komponen Kecerdasan Sosial

Goleman (Erlina 2016: 27) mengemukakan bahwa kecerdasan sosial merupakan sekumpulan keterampilan yang membantu seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain lebih baik. Kecerdasan sosial disusun oleh dua komponen yaitu kesadaran sosial dan fasilitas sosial. Kesadaran sosial merupakan keterampilan seseorang dalam memahami pikiran dan perasaan orang lain yang terbagi antara empati dasar, penyelarasan, ketepatan empatik dan kognisi sosial. Fasilitas sosial yaitu bagaimana berinteraksi dengan orang lain yang terdiri dari sinkronisasi, presentasi diri, pengaruh dan kepedulian Goleman, (Erlina 2016: 27). Komponen kecerdasan sosial yaitu:

1. Kesadaran sosial

a) Empati dasar yaitu kemampuan membaca isyarat non verbal yang diberikan orang lain. Walaupun seseorang dapat berhenti berbicara, namun dia tidak akan

dapat menghentikan sinyal-sinyal mengenai apa yang dia rasakan melalui nada suara, ekspresi wajah dan sinyal-sinyal emosi lainnya. b) Penyelarasan yaitu kemampuan mendengarkan dan memperhatikan secara penuh apa yang disampaikan oleh orang lain dan hanya fokus pada lawan bicara sehingga kita dapat berbicara satu sama lain dan memberikan respon yang sesuai bukan hanya pembicaraan sepihak saja.

c) Ketepatan empatik yaitu kemampuan untuk memahami pikiran dan perasaan orang lain melalui bahasa non verbal yang diberikannya. Dengan memiliki kemampuan membaca bahasa non verbal seseorang, maka akan membuat kita semakin akurat dalam merasakan dan memahami pikiran serta perasaan orang lain.

d) Kognisi sosial yaitu kemampuan individu memahami dan memilih hal apa yang tepat untuk dilakukan dalam situasi yang berbeda-beda

(9)

walaupun tidak ada aturan yang tertulis mengenai hal itu (unspoken rules). Kognisi sosial akan membantu individu dalam memecahkan dilema sosial seperti bagaimana mendapatkan teman baru dalam lingkungan baru.

2. Fasilitas sosial a) Sinkronisasi yaitu kemampuan individu berinteraksi menggunakan bahasa non-verbal. Individu mampu dalam menggunakan bahasa non-verbal akan dapat berinteraksi dengan orang lain dengan lancar. b) Presentasi diri yaitu bagaimana individu menampilkan diri dengan efektif saat berinteraksi dengan orang lain. Salah satu aspek dari presentasi diri ini adalah karisma.

c) Pengaruh yaitu kemampuan

mempengaruhi orang lain untuk berbuat sesuatu menggunakan perkataan dengan hati-hati dan mampu mengendalikan diri.

d) Kepedulian yaitu kepedulian kita terhadap orang lain. Semakin kita peduli terhadap orang

lain, maka semakin besar pula keinginan kita untuk mengorbankan waktu dan tenaga kita untuk membantu orang tersebut.

Hatch dan Gardner (Septiyarsih 2012: 16-17) mengidentifikasi empat kemampuan sosial sebagai komponen-komponen kecerdasan sosial :

a. Mengorganisir kelompok, ketrampilan esensial seorang pemimpin, ini menyangkut memprakarsai dan mengkoordinasi upaya menggerakkan orang. Di tempat bermain, bakat ini dimiliki anak yang mengambil keputusan apa yang akan dimainkan oleh setiap orang, atau yang menjadi ketua regu.

b. Merundingkan pemecahan, bakat seorang mediator, yang mencegah konflik atau menyelesaikan konflik-konflik yang meletup. Mereka ini adalah anak-anak yang mendamaikan perbantahan di tempat bermain.

c. Hubungan pribadi, bakat ini memudahkan untuk masuk ke dalam lingkup pergaulan atau untuk mengenali dan merespon dengan tepat akan perasaan dan keprihatinan orang lain. Anak-anak ini cenderung paling pintar membaca emosi dari ungkapan wajah dan paling

(10)

disukai oleh teman-teman sekelasnya.

d. Analisis sosial, mampu mendeteksi dan mempunyai pemahaman tentang perasaan, motif dan keprihatinan orang lain.

Pemahaman akan

bagaimana perasaan orang lain ini dapat membawa ke suatu keintiman yang menyenangkan atau perasaan kebersamaan.

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa untuk membangun kecerdasan sosial yang baik beberapa komponen diatas sangat diperlukan dan saling berhubungan. Komponen-komponen diatas merujuk pada sejauh mana individu bisa berempati pada orang lain, dan sejauh mana individu memiliki keterampilan untuk bisa mendengarkan dan memahami maksud orang lain. Dengan demikian individu akan bisa menjalin relasi yang baik.

Upaya-upaya Mengembangkan Kecerdasan Sosial

Mengembangkan

kecerdasan sosial bagi individu sangat penting, berikut beberapa upaya yang mesti dikembangkan kecerdasan sosial individu menurut Goleman (Azzet, 2016: 48-56) yaitu sebagai berikut:

a. Mengorganisasi kelompok, seperti melatih individu dalam keterampilan mengorganisasi kelompok bisa dilakukan

dalam bentuk permainan dengan teman-temanya. Keterampilan ini bisa diterapkan pada anak agar bisa membagi tugas dengan teman-temannya.

b. Merundingkan pemecahan masalah, seperti individu belajar dari permainannya bersama teman-temannya, dalam permainan pasti akan timbul permasalahan. Disini individu akan melatih untuk merundingkan cara penyelesaian masalah mereka agar tidak akan timbul rasa benci antar pertemanan individu.

c. Menjalin hubungan, individu yang memiliki kecerdasan sosial yang baik dapat menjalin hubungan dengan orang lain, tanpa memperlihatkan wajah yang cuek terhadap orang lain ketika akan berjumpa. Dengan demikian individu bisa belajar bagaimana membangun suasana keakraban dalam sebuah hubungan sosial.

d. Mengenali sosial, dalam hal ini individu belajar bagaimana bisa memahami masalah, suasana hati, dan ekspresi orang lain. Kemampuan untuk memahami perasaan atau suasana hati orang lain, inilah yang disebut sebagai kemampuan menganalisis sosial. Pemahaman akan bagaimana perasaan orang

(11)

lain bisa membawa sebuah hubungan terjalin dengan akrab dan menyenangkan. Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwaa Apabila upaya ini diterapkan, tentu individu mampu mengembangkan kecredasan sosial, dan kecerdasan sosial menjadi solusi untuk memecahkan permasalahan sosial yang dihadapi.

Pentingnya Mengembangkan Kecerdasan Sosial

Setiap individu sangat penting untuk mengembangkan kecerdasan sosial, menurut Azzet (2016: 44-45) mengatakan bahwa kecerdasan sosial itu sangat penting agar seseorang bisa sukses dalam meniti karir, baik itu usaha secara mandiri maupun bekerja disebuah lembaga atau perusahaan. Kesadaran ini berangkat dari sebuah kenyataan bahwa banyak orang yang sukses dalam karirnya kenyataan diamati seseorang itu memiliki kecerdasan sosial yang bagus. Misalnya mampu menjalin kerja sama, mempunyai rasa empati atau piawai dalam menjalin komunikasih.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan sosial dapat membuat individu mampu untuk menjalin kerja sama antar setiap individu lain baik itu orang yang lebih dewasa dari dirinya, selain itu individu akan memiliki sikap empati antar sesama, maka dari itu individu sangat

dituntut untuk dapat mengembangkan kecerdasan sosialnya dengan baik. Dalam mengembangkan kecerdasan sosial individu sangat dibutuhkan dorongan dari orang tua, keluarga, guru dan teman sebaya baik disekolah maupun diluar sekolah.

Manfaat Kecerdasan Sosial Bagi kehidupan

Banyak sekali manfaat-manfaat yang dapat diambil dari upaya mengembangkan kecerdasan sosial individu dalam kehidupan atau berinteraksi dengan orang lain, menurut Azzet (2016:91-98) mengemukakan bahwa manfaat kecerdasan sosial bagi individu adalah sebagai berikut:

a) Menyehatkan jiwa dan raga Pola hubungan sosial seseorang dipercaya mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kesehatannya. Hal ini bisa kita ketahui dari banyak kenyataan orang-orang yang mempunyai jalinan hubungan yang baik dengan orang lain bisa mampu menjalin hari hari dengan baik, menyenagkan, ketika mempunyai masalah akan ada orang lain yang akan mencari jalan keluarnya. Menurut Goleman (Azzet 2016:92) mengatakan bahwa hubungan antar pribadi dan interaksi sosial kita sangat terkait dengan rancangan sosiabilitas. Manusia sesungguhnya sudah dirancang dalam sosiabilitas, yakni terus menerus terlibat dalam suatu tarian saraf yang menghubungkan

(12)

otak manusia yang lain di sekitarnya.

b) Membuat suasana nyaman individu yang mempunyai kecerdasan sosial yang baik akan bisa membuat suasana menjadi nyaman. Suasana yang nyaman akan menjadiakan hubungan seseorang dengan yang lain terjalin dengan baik.

c) Meredakan perkelahian Disetiap hubungan seseorang pasti akan terjadi suatu kesalah pahaman yang akan menimbulkan perkelahian antar satu sama lain, ketika individu yang tidak memiliki kecerdasan sosial yang baik akan susah untuk mencari penyelesaian masalah atau meredakan perkelahian yang terjadi, tetapi sebaliknya individu yang memiliki kecerdasan sosialnya yang baik akan mudah untuk meredakan perkelahian.

d) Membangkitkan semangat Dalam pertumbuhan dan perkembangan individu, tidak jarang kita menemukan individu yang gagal dalam melakukan sesuatu. Hal ini wajar karena kehiduapan adalah sebuah proses yang terus berjalan, yang kadang gagal dan kadang pula berhasil. individu yang mempunyai kecerdasan sosial yang baik, sudah tentu akan merespon secara positif kegagalan yang dialami sehingga tetap bersemangat dalam meraih keberhasilan.

Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa manfaat kecerdasan sosial sangatlah penting untuk dikembangkan, karena memang pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial dan tidak dapat hidup sendiri.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilakasanakan di SMP Negeri 7 Kota Gorontalo, yakni pada kelas VIII. Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2016. Pada penelitian ini, yang menjadi anggota populasi adalah seluruh siswa kelas VIII yang terdiri dari lima kelas yaitu VIII a, VIIIb, VIIIc, VIIId, dan VIIIe SMP Negeri 7 Kota Gorontalo berjumlah 135 orang siswa. Kemudian peneliti mengambil 27% dari total populasi kelas VIII tersebut yang dijabarkan menjadi: (135 x 27% = 36,4 dan hasilnya tidak berubah tetap menjadi 36 siswa). Anggota sampel dalam penelitian ini dapat ditetapkan sebanyak 36 orang atau 27% dari emapat keleas yang diambil secara random sampling (sampel acak) maka jumlah yang diampil adalah 36 siswa.

Teknik utama yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah angket sedangkan observasi sebagai pelengkap.

Data yang diperoleh dari responden kemudian dianalisis

(13)

dengan menggunakan teknik analisis presentase, analisis ini dilakukan dengan mengetahui seberan angket. Angket yang telah disebarkan kemudian di presentase hasilnya menggunakan table frekuensi (presentase) dengan formulasi sebagai berikut:

𝑃 =𝑓 𝑛 𝑥 100% Keterangan : P : Presentase n : Jumlah Responden f : Frekuensi masing-masing jawaban 100% : Bilangan tetap

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Rekapitulasi Profil Kecerdasan Sosial Pada Siswa Kelas VIII

Pengolahan data profil kecerdasan sosial pada siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Kota Gorontalo pada profil kecerdasaan sosial yang terdiri dari 5 indikator yang tertera dalam grafik yaitu:

Grafik 4.1.6 Rekapitulasi Profil Kecerdasan Sosial Berdasarkan data yang

diperoleh pada grafik dapat digambarkan kecerdasan sosial pada siswa SMP Negeri 7 Kota Gorontalo. Adapun indikator yang diukur adalah memiliki kemampuan berempati, kemampuan dalam bergaul dengan orang dewasa, maksudnya anak mampu bersikap

sopan, hormat kepada orang lain dan berbicara dengan baik dan pandai menjalin persahabatan. Dengan masing-masing nilai persentase yang berbeda-beda yakni untuk indikator memiliki kemampuan berempati dengan persentase 90.27%, kemampuan dalam bergaul dengan orang 90,27 80,78 82,02 80,55 89,75 74 76 78 80 82 84 86 88 90 92 Ke cerdasan So si al Kecerdasan Sosial

Profil Kecerdasan Sosial Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 7 Kota Gorontalo

(14)

dewasa, maksudnya anak mampu bersikap sopan, hormat kepada orang lain dan berbicara dengan baik 89.75% dan pandai menjalin persahabatan 82.02%.

Pembahasan

Dari hasil analisis data yang diperoleh menggambarkan mengenai profil kecerdasan sosial siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Kota Gorontalo dengan indikator sebagai berikut:

a. Data dari hasil penelitian pada indikator memiliki kemampuan berempati merupakan persentase tertinggi dengan jumlah persentase 90,27% yang terdiri dari 18 item pernyataan. Hal ini menjelaskan bahwa siswa yang memiliki kemampuan berempati dalam kehidupan sangat penting, karena empati merupakan rasa kepedulian terhadap orang lain, rasa ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain, baik suka dan duka, senang maupun susah. Sebagai makhluk sosial manusia tidak akan terlepas dari orang lain, manusia pasti membutuhkan bantuan orang lain, tak peduli betapa kaya maupun betapa hebatnya orang tersebut. Ketika individu telah mampu berempati kepada orang lain, maka individu akan merasakan manfaat empati tersebut. Hal ini menunjukan

bahwa siswa SMP Negeri 7 Kota Gorontalo memiliki sikap empati terhadap orang lain sehingga siswa mampu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. b. Data dari hasil penelitian

pada indikator kemampuan dalam bergaul dengan orang dewasa (mampu bersikap sopan, hormat kepada orang lain dan berbicara dengan baik) merupakan persentase tertinggi kedua dengan jumlah persentase 89,75% yang terdiri dari 16 item pernyataan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa SMP Negeri 7 Kota Gorontalo mampu bergaul dengan baik terhadap orang lain atau dengan orang dewasa. Kemampuan atau keterampilan individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain, baik melalui tutur kata atau komunikasi timbal balik, maupun sikap perilaku sehari-hari yang paling menyenangkan. Tujuannya agar anak-anak remaja dapat menyesuaikan diri dalam kelompok.

c. Data dari hasil penelitian pada indikator pandai menjalin persahabatan merupakan persentase tertinggi ketiga dengan memiliki persentase 82,02% yang terdiri dari 16 item pernyataan. Hal ini menjelaskan bahwa menjalin

(15)

persahabatan itu sangat penting karena persahabatan merupakan suatu kebutuhan yang berharga. Oleh karena itu individu harus berusaha untuk membina suatu hubungan yang baik dengan orang lain, sehingga kebutuhan individu untuk mengasihi dan dikasihi dalam persahabatan akan dapat terpenuhi. Hal ini menunjukkan bahwa siswa SMP Negeri 7 Kota Gorontalo sebagian besar pandai dalam menjalin hubungan persahabatan yang baik dengan teman-teman dilingkungan sekolah maupun diluar lingkungan sekolah. Didalam menjalin hubungan persahabatan, Sahabat adalah seseorang yang selalu mendukung kita apapun kondisinya baik itu suka atau duka, miskin atau kaya, sehat atau sakit serta selalu ada disaat kita membutuhkannya. Mungkin kelihatan mudah untuk menjalin sebuah persahabatan tapi tak semudah yang dibayangkan. d. Data dari hasil penelitian

pada indikator keterampilan berkomunikasi dengan orang lain merupakan persentase tertinggi keempaat dengan jumlah persentase 80,78% yang terdiri dari 12 item. Hal ini menjelaskan bahwa memiliki keterampilan

berkomunikasi sangat penting bagi kehidupan kita, selain untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar, keterampilan berkomunikasi dapat berguna untuk mengetahui kehidupan yang lebih luas. Hal ini menunjukan bahwa siswa SMP Negeri 7 Kota Gorontalo memiliki keterampilan dalam berkomunikasi dengan orang lain atau dengan lingkungan sekitar yang cukup baik. e. Data dari hasil penelitian

pada indikator kemampuan dalam bergabung dan berperan serta dalam kelompok sebaya merupakan persentase terendah denagn jumlah persentase 80,55% yang terdiri dari 12 item. Hal ini menjelaskan bahwa hubungan yang baik dengan teman sebaya perlu agar perkembangan sosialnya berjalan normal. Hubungan dengan teman sebaya dapat bersifat negatif atau positif. Hal ini menunjukan bahwa siswa SMP Negeri 7 Kota Gorontalo perlu lebih lanjut diberikan informasi atau bimbingan mengenai kemampuan dalam bergabung dan berperan serta dengan teman sebaya agar tidak hanya sekedar berkumpul dan membahas hal yang sia-sia tetapi lebih membahas tentang tugas

(16)

kelompok atau ha positif lainnya.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa diantara lima indikator kecerdasan sosial yaitu memiliki kemampuan berempati, keterampilan berkomunikasi dengan orang lain, pandai menjalin persahabatan, kemampuan dalam bergabung dan berperan serta dalam kelompok sebaya, dan kemampuan dalam bergaul dengan orang dewasa siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Kota Gorontalo, indikator kemampuan berempati memperoleh persentase tertinggi yakni 90,27%. Hal ini menunjukkan bahwa kecerdasan sosial siswa SMP Negeri 7 Kota Gorontalo dipengaruhi oleh kemampuan berempati yang dimana siswa mampu memahami perasaan orang lain. Indikator kemampuan dalam bergaul dengan orang dewasa memperoleh persentase dengan jumlah 89,75%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan atau keterampilan individu dalam menjalin hubungan dengan orang dewasa, baik melalui tutur kata atau komunikasi timbal balik, maupun sikap perilaku sehari-hari menujukan sikap yang baik dan sopan. Indikator pandai menjalin persahabatan memperoleh persentase dengan jumlah 82,02%. Hal ini menunjukkan bahwa inividu pandai dalam menjalin hubungan persahabatan yang baik dengan teman-teman dilingkungan sekolah

maupun diluar lingkungan sekolah. indikator keterampilan berkomunikasi dengan orang lain memperoleh persentase dengan jumlah 80,78%. Hal ini menunjukkan bahwa individu memiliki keterampilan dalam berkomunikasi dengan orang lain atau dengan lingkungan sekitar yang cukup baik. Sedangkan indikator kemampuan dalam bergabung dan berperan serta dalam kelompok sebaya memiliki persentase denagn jumlah 80,55%. Hal ini menunjukkan bahwa individu perlu lebih lanjut diberikan informasi atau bimbingan mengenai kemampuan dalam bergabung dan berperan serta dengan teman sebaya, agar tidak hanya sekedar berkumpul dan membahas hal yang sia-sia. Tetapi lebih membahas tentang tugas kelompok atau hal positif lainnya.

Dari hasil penelitian yang sudah dijabarkan, maka dapat disimpulkan bahwa dari keliama indikator antara memiliki kemampuan berempati, ketrampilan berkomunikasi dengan orang lain, pandai menjalin persahabatan, kemampuan dalam bergabung dan berperan serta dalam kelompok sebaya, kemampuan dalam bergaul dengan orang dewasa. Dan yang memperoleh data persentase tertinggi adalah memiliki kemampuan berempati, kedua kemampuan dalam bergaul dengan orang dewasa, ketiga Pandai menjalin persahabatan, keempat Ketrampilan berkomunikasi dengan orang lain, dan yang terakhir adalah

(17)

kemampuan dalam bergabung dan berperan serta dalam kelompok sebaya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Teori dan Praktek. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Azzet, Akhmad. 2016.

Mengembangkan

Kecerdasan Sosial Bagi Anak. Jogjakarta:Kata Hati.

Erlina. 2016. Pengaruh Metode

Pembelajaran dan Kecerdasan Sosial Terhadap Hasil Belajar PKN Siswa Kelas V SDS Amaliah Ciawi Bogor. (Jurnal). Volume 7 Nomor 10 Januari 2016.

Gardner, Howard. 2013. Multiple

Intelligences

Memaksimalkan Potensi dan Kecerdasan Individu dari Masa Kanak-Kanak Hingga Dewasa. Jakarta: Daras Books.

Islamika, Dina. 2010. Pengaruh Full

Day School Terhadap Kecerdasan Sosial Anak Kelas IV Di SDIT Anak Soleh Yogyakarta. (Skripsi).

Fakultas Tarabiyah dan Keguruan. Universitas Negeri Sunan Kalijaga: Yogyakarta.

Handini, Risa. 2013. Kecerdasan

Interpersonal pada Siswa Kelas IV SD Negeri Kembaran Kulon.(Skripsi).

Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta.

Komalasari, Gantina dkk. 2011.

Asesmen Teknik Nontes dalam Perspektif BK Komprehensif. Jakarta: PT. Indeks. Manurung, Nurhasanah. 2013. Pemanfaatan Multiple Intellegence Proses Pembelajaran. Jurnal ISSN:

2337-6198. Volume 1 No. 1. Januari 2013. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2015 Rahmat, Abdul. 2011.

Perkembangan Peserta Didik. Gorontalo: Ideas Publishing.

Sahara, Masyitah. 2014. Pengaruh

Perilaku Belajar, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Spiritual, dan Kecerdasan Sosial Terhadap Pemahaman Akuntasi.

(Jurnal). Volume 3 No. 1 Maret 2014.

Santoso, Slamet. 2010. Penerapan

Psikologi Sosial.Bandung: PT. Refika Aditama

Septiyarsih. 2012. Studi Komparasi

Tingkat Kecerdasan Sosial Antara Kelas Kinetetik, Kelas, Verbal Linguistic, dan pada

(18)

Siswa Kelas III di Sdit nidaul hikma salatiga tahun ajaran 2011/2012. (Skripsi). Program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiah Jurusan Tabiah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Soewadji, Jusuf. 2012. Pengantar

Metodologi Penelitian. Jakarta: Mitra

Wacana Media.

Sutadipura, Balnadi. 2012.

Kopetensi Guru dan Kesehatan Mental. Bandung:

Angkasa.

Suyono, Hadi. 2007. Social Intelligence. Jogjakarta: PT.

AR-Ruzz Media Group

Sugiono. 2012. Metode Penelitian

Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Wahidin, Muhammad. 2010.

Mengembangkan

Kecerdasan Sosial Bagi Anak. Artikel. Jakarta.

Yusuf dan Nani. 2011.

Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT RajaGrafindoPersada.

Gambar

Grafik 4.1.6 Rekapitulasi Profil Kecerdasan Sosial

Referensi

Dokumen terkait

Yuyun

bisa menjaga tali silaturahmi sampai akhir hayat kita. Teman-teman semua yang menemani dari awal sampai akhir penyusunan skripsi ini , saya ucapkan banyak banyak terima

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan berdasarkan uji karateristik properties dan eksperiment yang dilakukan pada masing – masing bahan bakar maka komposisi bahan

Hubungan antara jumlah hotspot , visibility , temperatur dan curah hujan bulanan di Kalimantan Utara (Gambar 12 dan 13) menunjukkan hubungan yang kurang baik, yaitu

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sikap konsumen terhadap minyak goreng kemasan berada pada kategori sangat penting terhadap minyak goreng kemasan yang beredar

Adhie Suhartanto, selaku guru bahasa Indonesia SMK Bhinneka Karya Surakarta yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam penelitian untuk

Perolehan kesimpulan tidak secara mendetail ini disampaikan oleh guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas IX (A dan B) bahwa siswa baru diperkenalkan dengan