• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nasionalisme (dalam bahasa inggris: nation) artinya bangsa. Nasionalisme adalah paham atau cara pandang yang dimana seharusnya mencerminkan masyarakat bersama untuk memiliki rasa cinta tanah air, suku, budaya, bahasa, dan ras. Nasionalisme dapat di jelaskan antara rasa kebangsaan dan paham kebangsaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, nasionalisme adalah pencinta nusa dan bangsa sendiri; orang yang memperjuangkan kepentingan bangsanya. Hal ini, nasionalisme pada dasarnya untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama, karena nasionalisme menolak segala bentuk penindasan terhadap pihak baik itu orang per orang, kelompok dalam masyarakat, maupun suatu bangsa.

Dalam nasionalisme, suku, agama, ras, dan maupun budaya seharusnya mampu berhubungan agar terciptanya ketentraman. Hubungan nasionalisme dengan negara tentunya memiliki hubungan kekompakan yang pada akhirnya menimbulkan semangat yang membara. Menurut John Hutchinson (2000:34) Nasionalisme lebih merupakan sebuah fenomena budaya daripada fenomena politik karena dia berakar pada etnisitas dan budaya pro modern. Hal ini, sifat semangat tersebut bisa memperkuat dan meningkatkan kredibilitas bangsa ataupun negara. Sifat semangat harus pula dilandasi dengan motivasi. Motivasi tersebut agar berdampak positif yakni menumbuhkan rasa solidaritas yang sangat kuat.

Prinsip dari nasionalisme yakni kebersamaan dan kesatuan. Dalam hal ini, di jelaskan bahwa setiap warga Negara Indonesia diajak untuk meninggalkan sifat anarki atau memberontak antar kalangan agar menghindar dari konflik. Setiap warga Negara Indonesia yang harus layak di prioritaskan ialah rasa solidaritas yang kuat dan rasa keseimbangan antar sesama agar menciptakan interaksi damai dengan baik. Memahami ikatan nasionalisme yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat saat ini pola pikirnya mulai menurun. Hal ini diakibatkan saat manusia mulai hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu dan tak beranjak dari situ. Salah satunya ialah

(2)

2 perkembangan teknologi yang sudah canggih. Maka dari itu, bila negara kita aman dari serangan musuh dan musuh itu terusir dari negeri itu, musnahlah kekuatan musnuh tersebut.

Memahami nasionalisme di Indonesia saat ini sangat miris. Dalam artian, Indonesia saat ini sering terjadi konflik tentang antar agama, antar budaya dan etnik yang dimana Indonesia sangat berhubungan sekali di era globalisasi ini. Nasionalisme berawal dari sejarah. Tanpa adanya sejarah, proses cerita nasionalisme mungkin tidak pernah akan ada dan terjadi. Pancasila merupakan pedoman untuk selamanya dalam sejarah perjuangan Bangsa Indonesia dan juga landasan ideologi yang mencerminkan kehidupan bangsa.

Pancasila sangat mengandung arti pesan yang bermakna yakni untuk persatuan dan kesatuan dari segi modal perjuangan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pancasila sebagai satu kesatuan yang tidak akan pernah bisa dipisahkan satu dan lainnya. Bangsa Indonesia memiliki Pancasila untuk kepribadian bangsa yang akan selamanya hidup di tanah air kita dari sejak dahulu hingga sekarang. Oleh karena itu, Pancasila tidak boleh bertentangan dengan norma-norma hukum yang berlaku.

Semangat nasionalisme sangat penting sekali bagi Negara Indonesia untuk bisa menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang maju, aman, adil, dan sejahtera. Semangat nasionalismenya di buktikannya lewat melawan pada masa penjajahan Belanda, saat Indonesia bisa mencapai kejayaan rasa nasionalisme pada di masa itu. Pondasi semangat Nasionalisme Indonesia ialah Pancasila. Maksudnya, bahwa perilaku semangat Nasionalime berhubungan dengan keadilan sosial atau sering disebut oleh Soekarno Socio-Nasionalisme (Wawan Tunggul Alam, 2003: 84).

Menurut Ali Sastroamidjojo (1961:87) bahwa Socio-Nasionalisme adalah nasionalisme masyarakat yang mencari selamatnya seluruh masyarakat dan yang bertindak menurut undang-undang masyarakat itu Nasionalisme dapat diartikan bahwa kesadaran diri suatu bangsa. Negara Indonesia dapat di identikan dengan semangat nasionalisme yakni masyarakat yang bersama-sama membangun dan mengembangkan masa depan negara meskipun berbeda-beda suku, ras, budaya, agama, golongan. Negara Indonesia berasal Nasionalisme Pancasila yang dimana

(3)

3 Nasionalisme tidak hanya mencintai Bangsa dan Negara Indonesia, melainkan juga menghormati negara dan budaya lainnya. Oleh karena itu, Nasionalisme selalu berkaitan dengan peristiwa puncak kejayaan masa lampau.

Istilah ketahanan nasional untuk pertama kali ditemukan oleh Presiden Pertama Republik Indonesia, yaitu Soekarno. Menurut Kaelan dan Achmad Zubaidi (2010:145) bahwa ketahanan nasional sebagai istilah sebenarnya belum lama dikenal. Istilah ketahanan nasional mulai dikenal dan dipergunakan pada permulaan tahun 1960-an. Ketahanan nasional menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kekuatan, kemampuan, daya tahan, dan keuletan yang menjadi tujuan suatu bangsa untuk menghadapi tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan yang datang dari luar ataupun dari dalam, yang secara langsung atau tidak langsung membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Mengenai ketahanan nasional, bagi bangsa dan negara Indonesia bahaya yang mengancam dapat berupa penyusupan terhadap semua bidang kehidupan masyarakat dan adanya kelemahan yang berkaitan dengan masyarakat majemuk agar mampu mempertahankan kelangsungan hidup.

Strategi cara untuk mempertahankan kelangsungan hidup yakni ketahanan nasional. Seperti kita ketahui suatu bangsa yang besar tentunya ingin mewujudkan mengembangkan identitasnya secara dinamis membawa nama bangsa tersebut lebih baik dalam dunia ilmu pengetahuan dan dunia pergaulan antar bangsa. Perwujudan identitas tersebut dilihat dalam indeks ketahanan nasional. Laboratorium Lembaga Ketahanan Nasional (Labkurtannas) mengukur indeks ketahanan nasional tahun 2016 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2015. Menurut Agus Widjojo selaku Gubernur Lemhanas bahwa kondisi ketahanan nasional berada pada indeks kurang tangguh dengan skor 2,60 hingga bulan Oktober 2016 dan tahun 2015 justru pada indeks dengan skor 2,55. Alasan dalam indeks kurang tangguh karena adanya faktor yang mempengaruhi diantaranya keuletan dan ketangguhan bangsa dalam posisi lemah. Namun, negara masih bisa bertahan dalam berbagai tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan.

Dalam mengukur indeks ketahanan nasional, ada delapan gatra yang diukur, yakni gatra geografi, demografi, sumber kekayaan alam (SKA), ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya serta gatra pertahanan dan keamanan. Pada 2016, indeks gatra ekonomi sebesar 2,68, demografi 2,96, SKA sebesar 2,56,

(4)

4 ideologi sebesar 2,06, politik sebesar 2,43, ekonomi sebesar 2,73, sosial dan budaya sebesar 2,14 dan gatra pertahanan dan keamanan sebesar 3,08. Sejak rentang 2010 sampai 2016, indeks ketahanan nasional yakni pada 2010 sebesar 2,43, 2011 sebesar 2,44, 2012 sebesar 2,43, 2013 sebesar 2,52, 2014 2,56, 2015 sebesar 2,55 dan 2016 sebesar 2,60. Adapun komposit indeks satu sampe lima mengenai nama indeks tersebut yakni: indek satu menunjukan ketahanan nasional berada pada posisi rawan, indeks dua kurang tangguh, indeks tiga cukup tangguh, indeks empat tangguh, dan indeks lima sangat tangguh. Yang menarik dilihat dari hasil gatra diatas rata-rata indeks menghasilkan berada pada kisaran dua koma dan gatra pertahanan dan keamanan yang memiliki indeks tiga koma yang memiliki komposit indeks yang cukup tangguh

(sumber:https://m.tempo.co/read/news/2016/11/23/078822528/indeks-ketahanan-nasional-indonesia-kurang-tangguh).

Perihal tentang nasionalisme, nasionalisme salah satu urgensi sejarah yang berkesan dan mempunyai arti setiap memperjuangkan negaranya. Perihal sejarah, penelitian tentunya memiliki penelitian terdahulu yang sudah dilakukan oleh para peneliti sejak dulu. Tentang penelitian ini, penelitian sebelumnya pada film Soekarno membahas tentang makna denotasi dan konotasi perihal nasionalisme saja. Makna denotasi dan konotasi penelitian sebelumnya menjelaskan setiap awal adegan hingga akhir adegan dalam film secara rinci. Selain itu juga, penelitian sebelumnya dalam film Soekarno ada juga membahas tentang makna denotasi dan konotasi perihal pesan-pesan dakwah dalam film Soekarno saja. Dari kedua penelitian diatas, yang membedakan peneliti sebelumnya dan peneliti saat ini ialah meneliti dari sisi adegan yang mengandung perilaku nasionalis yang tetap menggunakan ideologi makna denotasi, konotasi, sampai mitos.

Nasionalisme yang ditampilkan oleh tanda dapat dilakukan untuk memahami nasionalisme. Salah satu realitas yang bisa menampilkan nasionalisme yaitu lewat film. Representasi urgensi tanda hal menarik yang ditampilkan oleh film Soekarno ialah tanda perilaku. Oleh karena itu, memahami film Soekarno lewat tanda nasionalismenya bisa digunakan oleh peneliti untuk memahami makna representasi nasionalisme.

(5)

5 Film merupakan komunikasi massa yang sangat penting untuk dikomunikasikan lewat kehidupan sehari-hari atau realitas masyarakat. Sifat audio dan visual yang sangat berpengaruh bagi penonton, karena sifat keduanya ini saling bekerja sama dengan baik, sehingga penonton yang menonton merasa menjiwai atau merasa dirinya diikutsertakan di dalam adegan film tersebut dan mudah di ingat dengan alur ceritanya yang menarik. Dunia perfilman yang paling dasar yakni cara bertutur kata. Ketika ada film yang menyampaikan nilai yang terkandung dan sikap yang disampaikan, berarti film tersebut berhasil mempengaruhi penonton lewat makna pesan yang positif. Oleh karena itu, film mempunyai kemampuan dan kekuatan yang bisa menjangkau banyak orang untuk mempengaruhi seseorang.

Film dapat dikatakan sebagai bentuk media komunikasi massa visual. Dengan gambar dan suara film yang mampu menciptakan cerita banyak dalam waktu yang singkat. Bioskop di seluruh dunia mampu dikunjungin oleh lebih jutaan orang setiap harinya. Hal ini tidak bisa dihindari lagi bahwa film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu (Effendy, 1986: 134).

Cara bertutur kata sebuah kenyataan dengan makna yang lebih luas. Artinya, pengaruh film sangat tidak jauh dari kehidupan sehari-hari kita. Jadi, film berkaitan erat dengan peristiwa kehidupan yang sangat nyata. Dalam hal ini, film dibuat sedemikian rupa agar penonton bisa mempengaruhi psikiolog orang lain yang sedang menonton dengan mempengaruhi perasaan, logika, jiwa, dan perilaku. Genre dunia perfilman sangatlah beragam, yakni seperti genre action, genre romantis, genre dokumenter, genre musikalisasi, genre komedi, dan sebagainya. Dari semua genre ini tentu adanya sistem pembelajaran bagi manusia yang bernilai positif dan negatif.

Memahami film, karena film memerlukan khalayak yang besar, pencapaian film tentunya bertujuan untuk pengembangan budaya tiap negara dan untuk meningkatnya persatuan dan kesatuan bangsa. Hal ini, dapat kita simpulkan bahwa film memang sangat menarik untuk dijadikan sebagai alat dalam hal mengajar khususnya para penerus bangsa (generasi muda). Pengajaran yang akan diberikan berupa materi tentang nasionalisme yang ditujukan kepada generasi muda, yang seperti kita ketahui semangat nasionalisme telah hilang. Pertumbuhan sikap

(6)

6 nasionalisme telah hilang dikalangan generasi muda dikarenakan adanya perkembangan teknologi yang sangat canggih.

Film yang sangat mengandung rasa nasionalisme adalah film Soekarno. Film Soekarno ini memiliki durasi waktu dua jam yang disutradarai oleh Hanung Brahmantyo dan dirilis pada tanggal 11 Desember 2013 yang memiliki genre film tentang perjalanan orasi politiknya dalam memperebutkan Hak Kemerdekaan Indonesia. Isi yang terkandung dalam film Soekarno ialah masa perjuangannya dalam memperebutkan Bangsa Indonesia dari para penjajah Belanda dan Jepang. Kemudian film ini pula juga terkenal dengan semangat Nasionalismenya. Nasionalisme yang terkandung dalam film Soekarno sebenarnya banyak, seperti sikap pantang menyerah yang dituduh ketika dimana menjadi provokator dalam pidatonya Soekarno.

Tokoh perfilman di Indonesia banyak yang mengangkat tema nasionalisme. Dari tema nasionalisme inilah pembuat film membuat cerita dan menggambarkannya kembali seorang pahlawan nasional dalam menyampaikan pesan apa saja yang terkandung lewat film tersebut. Mengenai pesan tersebut, pembuat film Indonesia tentunya menanamkan sebuah makna ideologi tentang kepahaman Bangsa Indonesia. Oleh karena itu, dari makna pesan inilah masyarakat yang menonton film yang bertemakan nasionalisme dapat memahami konsep tentang nasionalisme.

Pada dasarnya film diciptakan untuk media hiburan. Peneliti menganggap bahwa para sutradara tentunya membuat karya-karya film yang berkualitas, menarik, dan kualitas yang ingin sesuai dengan keinginan para konsumen. Kemudian, film yang paling menarik perhatian masa kini yaitu film yang dimana mengangkat kisah cerita tentang seorang tokoh sejarah. Film yang menceritakan kembali tentang seorang tokoh sejarah disebut film dokumenter. Film dokumenter yang berhasil menarik perhatian masyarakat yakni film biografi yang diangkat oleh sineas Indonesia, seperti film karya Hanung Bramantyo diantaranya Sang Pencerah tahun 2010, Soekarno: Indonesia Merdeka tahun 2013, Rudy Habibie tahun 2016, dan Kartini tahun 2016; karya Azhar Kinoi Lubis yaitu , Habibie & Ainun tahun 2012, dan Jokowi pada tahun 2013; karya Riri Riza yang berjudul Gie tahun 2005; juga karya Garin Nugroho yaitu Soegija 2012, dan Guru Bangsa: Tjokroaminoto tahun 2014, dll.

(7)

7 Aktor memiliki daya tarik yang tersendiri. Daya tarik tersendiri inilah yang dimana manusia menjadi ciri khas dan favorit dari berbagai pihak dan profesi. Hal ini menjadi pusat perhatian juga ketika pemain film menggunakan aktor sebagai model untuk ditampilkan dalam poster film tersebut. Aktor yang berperan dalam film Soekarno adalah (Ario Bayu), (Aji Santosa) berperan sebagai Soekarno kanak-kanak, lalu, Soekarno waktu muda yang diberi nama panggil Engkus (Emir Mahira), Istri pertama Soekarno yang bernama Inggit (Maudy Kusnaedi), istri kedua Soekarno yang bernama Fatmawati (Tika Bravani). Kemudian, tentara Jepang yang bernama Sakaguchi (Fery Salim), berperan sebagai Bung Hatta (Lukman Sardi), berperan sebagai Syahrir (Tanta Ginting), Sujiwo Tejo (Soekemi Sosrodihardjo) berperan sebagai Ayah Soekarno, (Ayu Laksmi) Ida Ayu Nyoman Rai berperan sebagai Ibu Soekarno. (Mathias Muchus) Hassan Din berperan sebagai Ayah Fatmawati, (Rully Kertaredjasa) berperan Ibu Fatmawati, (Agus Kuncoro) berperan sebagai Gatot Mangkuprojo, (Stefanus Wahyu) berperan sebagai Sayuti Melik, (Elang) berperan sebagai Kartosuwiryo, (Agus Mahesa) berperan sebagai Ki Hadjar Dewantara, (Hamid Salad) berperan sebagai Achmad Soebardjo, (Hengky Solaiman) berperan sebagai Koh Ah Tjun (pedagang China), (Ria Irawan) berperan sebagai Ceuceu (mucikari), dan yang terakhir (Michael Tju) berperan sebagai Hirohito.

Pada umumnya film memang dibangun dengan banyak tanda. Tanda-tanda itu termasuk berbagai macam sistem tanda yang saling berkesinambungan sehingga membentuk sebuah pesan yang memiliki efek atau dampak yang diharapkan (Sobur,2003:128). Tanda yang terkandung dalam sebuah film pada umumnya mengandung banyak makna dan pesan-pesan tersembunyi. Dalam matakuliah komunikasi ilmu yang mempelajari tanda yakni semiotika.

Peneliti ingin meneliti film Soekarno ini dengan menggunakan metode semiotika menurut Roland Barthes. Roland Barthes (1977) mengemukakan bahwa tanda yang diambil dari sistem nilai dominan dari masyarakat tertentu dan membuat nilai tanda ini menjadikan lebih natural atau alamiah. Barthes membagi tingkatan signifikasi menjadi makna dalam dua level. Tingkatan signifikasi yang pertama yakni denotasi (primary signification) dan tingkatan kedua yakni konotasi (secondary signification). Denotasi dapat dikatakan merupakan makna objektif yang tetap, sedangkan konotasi merupakan makna subjektif dan bervariasi (Nawiroh

(8)

8 Vera,2014:28). Namun, peneliti ingin memfokuskan nasionalisme yang mencerminkan tanda perilaku yang dilakukan Soekarno.

Film tentunya memunculkan tanda yang tersirat di dalamnya. Makna nasionalisme yang tersirat disampaikan melalui adegan perilaku nasionalis yang ditampilkan oleh film Soekarno. Perilaku sendiri memiliki makna denotasi dan konotasi yang mana hal tersebut sesuai dengan apa yang dipaparkan oleh Roland Barthes melalui teorinya. Kemudian, kerangka Roland Barthes juga diidentikan dengan ideologi yaitu mitos pada film Soekarno terdapat sebuah ideologi nasionalisme yang dicoba disampaikan oleh pembuat film kepada penonton. Tentunya ideologi tersebut terbentuk oleh petanda, penanda, dan tanda sehingga hal tersebut bisa mengungkapkan dan memberikan kebenaran nilai-nilai di dalam nasionalisme selama satu periode tertentu.

Pekerjaannya sebagai politik sangatlah ditekuninya dari sejak Soekarno remaja. Soekarno ingin bercita-cita menghapus kemiskinan dan kaum menderita dari Tanah Air Indonesia sehingga tidak ada lagi para penguasa yang sekehendak hati ingin menindas kaum yang miskin. Soekarno menganggap dirinya sebagai seorang nasionalis yang memilki jiwa nasionalisme. Sikap nasionalisme dari seorang Soekarno ialah Peri Kemanusiaan. Dalam pidato Soekarno, bahwa Soekarno mengatakan nasionalisme haruslah mengunggulkan persaudaraan antar sesama.

Sebagai bentuk pesan yang digunakan oleh manusia, bahasa verbal dan non verbal menggunakan sistem lambang atau simbol. Tanda dan simbol merupakan alat dan materi yang digunakan dalam interaksi. Oleh karena itu, cabang ilmu yang menginterpretasikan tanda dalam proses komunikasi yaitu semiologi. Unsur yang paling kuat dalam film Soekarno yakni tentang nasionalismenya. Seperti kita ketahui, terlihat sangat jelas bahwa setiap adegan film Soekarno memiliki tanda nasionalisme yang banyak. Tanda nasionalisme merupakan sesuatu tanda yang melekat tentang paham akan kepentingan bangsa dan negaranya. Memahami tanda nasionalisme menggunakan metode semiotika. Semiotika adalah metode yang dipakai untuk menganalisis tanda-tanda.

Dalam studi pesan, terdapat beberapa macam metode penelitian salah satunya adalah semiotika. Peneliti tertarik mengambil tema nasionalisme yang terkandung

(9)

9 dalam film Soekarno. Dari beberapa film tentang nasionalisme, menurut peneliti film ini tertarik untuk diteliti karena ada nasionalisme dalam membela Negara Republik Indonesia dan memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian, peneliti memutuskan untuk membahas perilaku nasionalis dalam adegan film tersebut dengan mengambil judul “NASIONALISME DALAM FILM SOEKARNO (Analisis Semiotik Roland Barthes Tentang Perilaku Nasionalis Dalam Film Soekarno)”. 1.2 Fokus Penelitian

Adapun yang menjadi fokus penelitian ialah semangat nasionalisme yang terkandung dalam film Soekarno ditinjau dari pendekatan semiotika. Berdasarkan latar belakang yang telah di jelaskan oleh penulis sebelumnya, maka fokus penelitian dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah nasionalisme yang direpresentasikan dalam film Soekarno?

2. Bagaimanakah perilaku nasionalis yang tertampilkan dalam film Soekarno?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nasionalisme yang direpresentasikan dalam film Soekarno.

2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku nasionalis yang tertampilkan dalam film Soekarno.

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas diharapkan penelitian ini memberikan manfaat.

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan peran serta yang dapat digunakan sebagai refrensi dalam perkembangan ilmu komunikasi khususnya bidang perfilman. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif didasarkan pada tujuan penelitian deskriptif. Hasil yang diinginkan

(10)

10 dalam penelitian ini yakni memberikan kajian tentang penggunaan metode semiotik.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini mengharapkan seluruh masyarakat tetap menjaga dan melestarikan semangat nasionalisme agar seluruh masyarakat terutama kalangan muda yang dimana nantinya akan menjadi penerus bangsa.

Referensi

Dokumen terkait

Judul : Perilaku Pencarian Informasi Mahasiswa Ilmu Perpustakaan dalam Memenuhi Kebutuhan Informasinya Di Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora. Skripsi ini

Dalam bangunan Showroom dan Workshop Mobil Bukit Semarang Baru Kota Semarang yang mengakomodasi tentang kebutuhan perdagangan dan pelayanan purna jual produk, dimana produk

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah , (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hlm.. meliputi aspek jasmani, akal, dan

Dalam upaya untuk mengatasi perdagangan anak ini, Pemerintah Republik Indonesia telah menerbitkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,

algoritma kompresi LZW akan membentuk dictionary selama proses kompresinya belangsung kemudian setelah selesai maka dictionary tersebut tidak ikut disimpan dalam file yang

Diagram rose merupakan diagram yang merepresentasikan nilai suatu fenomena alam/kebumian yang terdiri dari parameter vektor (arah dan besaran) fenomena itu dalam sudut/arah

Menurut Bansal dan Taylor (1999a, 1996b), faktor-faktor yang merupakan penggerak bertahan dan berpindahnya pelanggan ke penyedia jasa lain adalah kualitas atau kepuasan,

Sistem Pendukung Keputusan Penerimaan Siswa Baru dengan Menggunakan Metode Profile Matching. Membantu