• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Legitimasi

Teori legitimasi adalah suatu kondisi atau status yang ada ketika suatu sistem nilai perusahaan sejalan dengan sistem nilai dari sistem social yang lebih besar dimana perusahaan merupakan bagiannya (Ghozali dan Cariri, 2007:411). Legitimasi merupakan faktor strategis bagi perusahaan dalam rangka mengembangkan perusahaan kedepan. Hal tersebut dapat dijadikan upaya untuk memposisikan diri ditengah lingkungan masyarakat yang semakin maju. Legitimasi mencerminkan sebagai sesuatu yang diinginkan perusahaan dari masyarakat. Dengan kata lain, legitimasi merupakan manfaat atau sumber daya potensial bagi perusahaan untuk bertahan hidup (going concern) (O’Donovan, dalam Nor Hadi. 2011:87).

Apabila dikaitkan dengan kepatuhan wajib pajak, teori legitimasi sangat berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. Teori legitimasi merupakan suatu kondisi nilai perusahaan sejalan dengan sistem nilai dari sistem sosial yang lebih besar dimana perusahaan merupakan bagiannya. Kepatuhan wajib pajak saat membayar pajak hotel, wajib pajak harus taat dan mengikuti sistem dan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah. Dengan dikeluarkannya kebijakan tersebut pemerintah berharap wajib pajak mengikuti dan mentaati kebijakan yang telah dikeluarkan dan juga diharapkan wajib pajak dapat menyadari kewajibannya sebagai warga negara yaitu secara sukarela dalam membayar pajak. Hal tersebut

(2)

dikarenakan secara tidak langsung, dampak daripada pajak tersebut akan dirasakan oleh wajib pajak itu sendiri dalam hal ini pembangunan nasional misalnya.

2.1.2 Pengertian Pajak

Menurut UU No. 28 tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak merupakan kontribusi wajib negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UU dengan tidak mendapat balas jasa secara langsung dan digunakan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat. Pajak adalah iuran yang dikeluarkan oleh masyarakat kepada pemerintah yang berdasarkan pada undang-undang penetapan pajak yang langsung dapat ditujukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran pemerintah (Mardiasmo 2011:1).

Berdasarkan pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dengan kata lain, pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional.

(3)

2.1.3 Fungsi Pajak

Fungsi pajak menurut Sambodo (2015:7): 1) Fungsi Budgeter

Fungsi budgeter yaitu sebagai sumber dana bagi negara. Dengan pajak digunakan sebagai alat untuk memasukan uang sebesar-besarnya kedalam dalam kas negara sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku untuk dapat membiayai pengeluaran negara.

2) Fungsi Reguler (mengatur)

Fungsi ini sebagai alat mengatur atau melaksanakan kegiatan pemerintah di bidang sosial dan ekonomi.

3) Fungsi Distribusi

Maksud dari fungsi ini pajak dapat digunakan sebagai alat pemerataan penghasilan. Pajak dipungut dari masyarakat yang mempunyai penghasilan lebih. Hasil dari pemungutan pajak tersebut kemudian digunakan untuk membangun fasilitas umum yang dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat.

4) Fungsi Stabilisasi

Dengan adanya pajak, pemerintah menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabisisasi harga sehingga inflasi dapat dekendalikan. Hal ini bisa dilakukan dengan mengatur peredaran uang di masyarakat. Selain itu pemerintah juga melakukan stabilisasi sebagai pencipta lapangan kerja.

(4)

5) Fungsi Demokrasi

Fungsi demokrasi merupakan wujud sistem gotong royong, termasuk kegiatan pemerintah dalam pembangunan nasional. Jika pajak telah berjalan dengan baik maka timbal balik yang dirasakan masyarak, pemerintah akan memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat.

2.1.4 Syarat Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo (2011:2), untuk menghindari hambatan atau perlawanan, pemungutan pajak wajib memenuhi beberapa syarat-syarat sebagai berikut:

1) Syarat Keadilan

Demi tercapainya keadilan, pelaksana dan undang-undang harus adil. Adil dalam pelaksanaan yaitu memberikan hak bagi wajib pajak apabila ingin mengajukan keberatan, mengajukan banding atau mengajukan penundaan dalam pembayaran kepada Majelis Pertimbangan Pajak. Sedangkan, adil dalam perundang-undangan diantaranya mengenakan pajak secara merata dan disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.

2) Syarat Yuridis

Memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan bagi bagi warga maupun negaranya sesuai UUD 1945 pasal 23 ayat 2.

3) Syarat Ekonomis

Agar tidak menimbulkan kelesuan perekonomian di masyarakat, pemungutan pajak tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan perdagangan maupun produksi.

(5)

4) Syarat Finansiil

Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.

5) Sistem pemungutan pajak harus sederhana

Sistem pemungutan yang sederhana yang dimaksud hal ini yaitu sistem pemungutan yang sederhana sehingga dapat mendorong dan memudahkan masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

2.1.5 Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak dibagi menjadi 4 yaitu (Wirawan B. Ilyas dan Richard Burton 2011:3):

1) Official Assessment System yakni sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemungut pajak (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar (pajak yang terutang) oleh seseorang.

2) Semi Self Assessment System yakni suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada fiskus dan wajib pajak untuk menentukan besarnya utang pajak.

3) Self Assessment System yakni sistem pemungutan pajak yang saat ini diterapkan di indonesia. Self Assessment System merupakan suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang penuh kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, menyetorkan, dan melaporkan sendiri besarnya utang pajak.

(6)

4) Witholding System yakni suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong/memungut besarnya pajak yang terutang.

2.1.6 Pajak Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah, pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi kemakmuran rakyat.

2.1.7 Jenis Pajak Daerah

Di Indonesia, pajak digolongkan berdasarkan tingkatan pemerintahan yaitu pajak daerah tingkat I (Provinsi) dan pajak daerah tingkat II (Kabupaten/ Kota). Selanjutnya, UU Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah mengklasifikasikan pajak daerah menurut wilayah pemungutan pajaknya diantaranya:

1) Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Provinsi: (1) Pajak Kendaraan Bermotor.

(2) Pajak Air Permukaan. (3) Pajak Rokok.

(4) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. (5) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

(7)

2) Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Kabupaten/ Kota: (1) Pajak Hotel.

(2) Pajak Restoran.

(3) Pajak Penerangan Jalan. (4) Pajak Reklame.

(5) Pajak Hiburan. (6) Pajak Parkir. (7) Pajak Air Tanah.

(8) Pajak Sarang Burung Walet.

(9) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan. (10)Pajak Bumi dan Bangunan.

(11)Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

2.1.8 Pajak Hotel

Menurut Undang-undang no. 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah, pajak hotel adalah pajak yang dikenakan kepada penyedia fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).

2.1.9 Obyek Pajak Hotel

Obyek pajak hotel merupakan pelayanan yang disediakan oleh Hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan Hotel yang

(8)

sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan.

2.1.10 Subyek dan Wajib Pajak Hotel

1) Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

2) Subyek pajak hotel adalah wajib pajak orang pribadi atau badan yang menyediakan jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).

2.1.11 Kesadaran Wajib Pajak

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, kesadaran adalah keadaan tahu, mengerti, dan merasa. Kesadaran untuk mematuhi ketentuan (hukum pajak) yang berlaku tentu menyangkut faktor–faktor apakah ketentuan tersebut telah diketahui, diakui, dihargai, dan ditaati. Bila seseorang hanya mengetahui berarti kesadaran wajib pajak tersebut masih rendah. Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana wajib pajak mengetahui, memahami dan melaksanakan ketentuan perpajakan dengan benar dan sukarela. Pengetahuan dan pemahaman tentang perpajakan sangat penting karena dapat membantu wajib pajak dalam mematuhi aturan perpajakan. wajib pajak harus melaksanakan aturan itu dengan benar dan

(9)

sukarela. Jadi berdasarkan pernyataan tersebut, dapat di simpulkan bahwa suatu kondisi dimana wajib pajak mengetahui, mengakui, menghargai dan menaati ketentuan perpajakan yang berlaku serta memiliki kesungguhan dan keinginan untuk memenuhi kewajiban pajaknya.

Menurut Manik Asri (2009) Wajib pajak dikatakan memiliki kesadaran apabila telah sesuai dengan hal-hal berikut:

1) Mengetahui adanya Undang-Undang dan ketentuan perpajakan. 2) Mengetahui fungsi pajak untuk pembiayaan negara.

3) Memahami bahwa kewajiban perpajakan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4) Memahami fungsi pajak untuk pembiayaan negara.

5) Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan sukarela. 6) Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan benar.

2.1.12 Kualitas Pelayanan

Pelayanan dapat dikatakan berkualitas apabila Jika jasa yang diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan baik dan memuaskan, jika jasa yang diterima melampaui harapan konsumen, maka kualitas pelayanan dipersepsikan sangat baik dan berkualitas. Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan buruk. Menurut Fuadi dan Yenni (2013), pelayanan dalam sektor pajak adalah pelayanan yang diberikan oleh pemungut pajak dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak kepada wajib pajak

(10)

dalam memenuhi kewajibannya. Pelayanan termasuk pelayanan publik karena dijalankan oleh pemerintah dan tidak berorientasi pada profit.

Menurut Prabawa dan Naniek (2012), kualitas pelayanan dapat diukur melalui indikator-indikator kualitas pelayanan diantaranya:

1) Tangibles (Bukti Langsung)

Pelanggan melihat langsung keadaan fisik fasilitas yang mendukung kinerja perpajakan seperti sarana komunikasi dan sistem.

2) Reliability (Keandalan)

Pelanggan dapat merasakan kemampuan dalam memberikan pelayanan yang sesuai dengan yang diharapkan.

3) Assurance (Jaminan Kepastian)

Perusahaan memberikan rasa percaya, keramahan, kesopanan terhadap janji yang dikemukakan kepada pelanggan sehingga hal tersebut berdampak pada kepercayaan para pelanggan terhadap perusahaan. Kepercayaan juga mencakup pengetahuan dan keahlian karyawan.

4) Responsivenees (Ketanggapan)

Pelanggan merasakan adanya kemampuan yang tanggap saat diberikan pelayanan seperti sikap simpatik dan dengan akurasi yang tinggi.

5) Emphaty (Empati)

Berupaya memahami keinginan pelanggan dengan cara memberikan perhatian yang tulus dan lebih peduli meliputi kesediaan karyawan dan pengusaha untuk memberikan perhatian secara pribadi.

(11)

2.1.13 Sanksi Pajak

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sanksi adalah tanggungan (tindakan, hukuman, dan sebagainya) untuk memaksa orang menepati perjanjian atau menaati ketentuan perundang-undangan. Sanksi perpajakan merupakan alat pencegah wajib pajak melanggar norma perpajakan (Suandy, 2011:165).

Dalam undang-undang perpajakan, ada dua jenis sanksi yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana. Sanksi administrasi dapat dijatuhkan apabila Wajib Pajak melakukan pelanggaran, terutama atas kewajiban yang ditentukan dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP). Sanksi yang dijatuhkan dapat berupa sanksi administrasi bunga, denda dan kenaikan. Sedangkan sanksi pidana dapat dijatuhkan berupa hukuman kurungan dan hukuman penjara (Rahayu, 2010:13). Menurut Resmi (2008:71), sanksi perpajakan terjadi karena adanya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan. Semakin besar kesalahan yang dilakukan maka semakin besar pula sanksi yang dijatuhkan. Contoh pelanggaran yang sering dilakukan adalah keterlambatan dalam membayar pajak, kurang bayar dan kesalahan dalam pengisian SPT. Melalui pemberian sanksi, wajib pajak akan memandang bahwa sanksi lebih banyak merugikannya sehingga wajib pajak lebih memilih memenuhi kewajiban perpajakannya (Nugroho, 2006).

2.1.14 Pemahaman Peraturan Perpajakan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengetahuan adalah perbuatan manusia untuk mengathui suatu objek tertentu yang dapat berwujud barang-barang baik lewat indera maupun lewat akal. Sedangkan menurut Mamang dan

(12)

Sopiah (2010), pengetahuan merupakan hasil dari proses melihat, mendengar, dan berpikir yang menjadi dasar seseorang dalam bersikap dan bertindak. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa wajib pajak lebih bersedia untuk mematuhi aturan dan ketentuan yang berlaku jika mereka memahami konsep dasar perpajakan. Apabila WP memiliki pengetahuan yang cukup mengenai tata cara pembayaran pajak, maka semua ketentuaan pemenuhan kewajiban perpajakan dapat dilakukan dengan baik oleh Wajib Pajak (Ekawati dan Endro, 2008). Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa wajib pajak lebih bersedia untuk mematuhi aturan dan ketentuan yang berlaku jika mereka memahami konsep dasar perpajakan.

2.1.15 Kepatuhan Perpajakan

Menurut Safri Nurmanto dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:138) mengatakan bahwa kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Pemenuhan kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh pembayar pajak dalam rangka memberikan kontribusi bagi pembangunan yang diharapkan di dalam pemenuhannya diberikan secara sukarela. Kepatuhan wajib pajak menjadi aspek penting mengingat sistem perpajakan Indonesia menganut sistem Self Asessment di mana dalam prosesnya secara mutlak memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk memperhitungkan, membayar dan melaporkan kewajiban pajaknya. Menurut Prabawa dan Naniek (2012), kepatuhan wajib pajak dapat dilihat dari beberapa ciri-ciri sebagai berikut:

(13)

1) Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami ketentuan Peraturan perundang-undangan perpajakan.

2) Mengisi formulir pajak dengan tepat.

3) Menghitung pajak dengan jumlah yang benar. 4) Melakukan pembayaran pada waktunya.

Menurut Puspitasari dan Supriyati (2015), terdapat dua macam kepatuhan wajib pajak yaitu:

1) Kepatuhan formal adalah suatu keadaan ketika wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakannya secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan.

2) Kepatuhan material adalah suatu keadaan ketika wajib pajak memenuhi semua ketentuan material perpajakan yaitu sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan. Kepatuhan material juga dapat meliputi kepatuhan formal.

2.2 Pembahasan Penelitian sebelumnya

Penelitian-penelitian sebelumnya menjadi suatu acuan bagi penelitian ini untuk dilakukan, antara lain penelitian yang dilakukan Muliari dan Ery (2011) dengan judul “Pengaruh Persepsi Tentang Sanksi Perpajakan Dan Kesadaran Wajib Pajak Pada Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur”. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sanksi perpajakan dan kesadaran wajib pajak sebagai variabel bebas dan kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi sebagai variabel terikatnya. Sampel yang digunakan dalam penelitian tersebut berjumlah 100

(14)

sampel wajib pajak orang pribadi efektif yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa Kesadaran wajib pajak dan sanksi pajak secara parsial berpengaruh positif dan signifikan pada kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi di kantor pelayanan pajak pratama denpasar timur. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel bebas yaitu penambahan dua variabel yaitu kualitas pelayanan dan pemahaman peraturan perpajakan serta lokasi dan tahun penelitiannya.

Thia Dwi Utami Dan Kardinal (2012) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang Seberang Ulu”. Variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu kesadaran wajib pajak dan sanksi pajak sebagai variabel bebas dan kepatuhan wajib pajak orang pribadi sebagai variabel terikatnya. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 orang wajib pajak orang pribadi yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang Seberang Ulu. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi berganda. Penelitian ini memberikan hasil bahwa kesadaran wajib pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi di kantor pelayanan pajak palembang seberang ulu. sedangkan sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Seberang Ulu Palembang Secara Parsial. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel

(15)

bebasnya yang sama-sama menggunakan variabel kesadaran dan sanksi pajak sedangkan perbedaanya terletak pada lokasi dan tahun penelitian.

Romandana Anggraini (2012) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pengetahuan Pajak, Persepsi Tentang Petugas Pajak Dan Sistem Administrasi Pajak Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi”. Variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu pengetahuan pajak sebagai variabel bebas dan tingkat kepatuhan wajib pajak sebagai variabel terikatnya. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 71 wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di di KPP Karang Pilang Surabaya. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi berganda. Penelitian ini memberikan hasil bahwa pengetahuan pajak memiliki pengaruh positif terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel pengetahuan pajak sebagai variabel bebas dan kepatuhan sebagai variabel terikatnya sedangkan perbedaanya terletak pada variabel bebas persepsi tentang petugas pajak serta lokasi dan tahun penelitian.

Tryana A.M. Tiraada (2013) melakukan penelitian yang berjudul “Kesadaran Perpajakan, Sanksi Pajak, Sikap Fiskus Terhadap Kepatuhan WPOP Di Kabupaten Minahasa Selatan”. Variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu kesadaran perpajakan, sanksi pajak dan sikap fiskus sebagai variabel bebas dan kepatuhan WPOP sebagai variabel terikatnya. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 wajib pajak orang pribadi Kabupaten Minahasa Selatan. Teknik analisis yang digunakan yaitu analisis regresi berganda. Penelitian ini memberikan hasil bahwa kesadaran perpajakan dan sanksi perpajakan berpengaruh signifikan

(16)

terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang berada di kabupaten minahasa selatan sedangkan sikap fiskus tidak berpengaruh signifikan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel bebasnya yaitu kesadaran, sanksi pajak dan sikap fiskus dan kepatuhan sebagai variabel terikatnya sedangkan perbedaannya terletak pada lokasi dan tahun penelitiannya.

Yulayca (2013) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan Dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak (Studi Empiris Pada Wajib Pajak Di Kpp Surakarta). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pengetahuan perpajakan sebagai variabel bebas dan kepatuhan sebagai variabel terikatnya. Sampel dalam penelitian ini adalah 100 wajib pajak. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik analisis regresi berganda. Penelitian ini memberikan hasil bahwa pengetahuan perpajakan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kepatuhan pengusaha kena pajak. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel bebas pengetahuan perpajakan dan kepatuhan wajib pajak sebagai variabel terikat sedangkan perbedaannya terletak pada lokasi dan tahun penelitian.

Arabella Oentari Fuadi Dan Yenni Mangoting (2013) melakukan penelitian yag berjudul “Pengaruh Kualitas Pelayanan Petugas Pajak, Sanksi Perpajakan Dan Biaya Kepatuhan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM”. Variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu kualitas pelayanan petugas pajak dan sanksi perpajakan sebagai variabel bebas dan kepatuhan wajib pajak sebagai variabel terikatnya. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini

(17)

adalah teknik analisis regresi berganda. Penelitian ini memberikan hasil bahwa kualitas pelayanan petugas pajak dan sanksi perpajakan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel bebas sanksi perpajakan dan kepatuhan wajib pajak sebagai variabel terikat sedangkan perbedaanya terletak pada variabel bebas biaya kepatuhan, lokasi dan tahun penelitian.

Untuk memudahkan pemahaman persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, maka hasil penelitian sebelumnya disajikan pada Tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1 Pembahasan Hasil Sebelumnya

No Peneliti Judul Penelitian Variabel YangDigunkan Hasil Penelitian 1 Ni Ketut Muliari Dan Putu Ery Setiawan (2011) Pengaruh Persepsi Tentang Sanksi Perpajakan Dan Kesadaran Wajib Pajak Pada Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi

Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur Variabel bebasnya adalah Sanksi Perpajakan Dan Kesadaran Wajib Pajak. Variabel terikatnya adalah Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

Di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur

Kesadaran wajib pajak dan sanksi pajak secara parsial berpengaruh positif dan signifikan pada kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi di kantor pelayanan

pajak pratama denpasar timur.

(18)

No Peneliti Judul Penelitian Variabel Yang

Digunkan Hasil Penelitian 2 Thia Dwi Utami Dan Kardinal (2012) Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang Seberang Ulu Variabel bebasnya adalah kesadaran wajib pajak dan sanksi pajak. Variabel terikatnya adalah kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada kantor pelayanan pajak pratama palembang seberang ulu

Kesadaran wajib pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi di kantor pelayanan pajak palembang seberang ulu. sedangkan sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di kantor pelayanan pajak seberang ulu palembang secara parsial. 3 Romandana Anggraini (2012) Pengaruh Pengetahuan Pajak, Persepsi Tentang Petugas Pajak Dan Sistem Administrasi Pajak Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Varibel bebasnya adalah pengetahuan pajak. Variabel terikatnya adalah tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

Pengetahuan pajak memiliki pengaruh positif terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi 4 Tryana A.M. Tiraada (2013) Kesadaran Perpajakan, Sanksi Pajak, Sikap Fiskus Terhadap Kepatuhan Wpop Di Kabupaten Minahasa Selatan Variabel bebasnya adalah kesadaran perpajakan, sanksi pajak, sikap fiskus. Varibel terikatnya adalah kepatuhan wpop di kabupaten minahasa selatan

Kesadaran perpajakan dan sanksi perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang berada di kabupaten minahasa selatan. Sedangkan sikap fiskus tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

(19)

No Peneliti Judul Penelitian Variabel YangDigunkan Hasil Penelitian 5 Yulayca (2013) Analisis Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan Dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak (Studi Empiris Pada Wajib Pajak Di Kpp Surakarta). Variabel bebasnya adalah Pengetahuan Perpajakan. Variabel teriktanya adalah kepatuhan pengusaha kena pajak (studi empiris pada wajib pajak di kpp surakarta).

Pengetahuan perpajakan

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kepatuhan pengusaha kena pajak.

6 Arabella Oentari Fuadi Dan Yenni Mangoting (2013) Pengaruh Kualitas Pelayanan Petugas Pajak, Sanksi Perpajakan Dan Biaya Kepatuhan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM Varibel bebasnya adalah kualitas pelayanan petugas pajak dan sanksi perpajakan.

Variabel terikatnya adalah kepatuhan wajib pajak umkm

Kualitas pelayanan petugas pajak dan sanksi perpajakan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak umkm. Sumber:http://scholar.google.co.id/

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (Sugiyono, 2013:93).

2.3.1 Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak pada Kepatuhan Wajib Pajak Kesadaran perpajakan adalah keadaan mengetahui atau mengerti perihal pajak. Kesadaran wajib pajak atas fungsi perpajakan sebagai pembiayaan negara sangat diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak (Nugroho, 2006). Masyarakat harus sadar akan keberadaannya sebagai warga negara yang selalu

(20)

menjunjung tinggi Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar hukum penyelenggaraan negara. Penelitian yang dilakukan oleh Manik Asri (2009) menemukan bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh positif pada kepatuhan pelaporan wajib pajak. Jika kesadaran wajib pajak meningkat, maka kepatuhan wajib pajak akan meningkat (Nugroho, 2006). Menurut Jatmiko (2006) kesadaran perpajakan juga berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Berdasarkan hal tersebut maka, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1 : Kesadaran wajib pajak berpengaruh positif pada kepatuhan wajib pajak hotel di Kabupaten Klungkung.

2.3.2 Pengaruh Kualitas Pelayanan pada Kepatuhan Wajib Pajak

Pelayanan dalam hal ini merupakan pelayanan yang diberikan Direktorat Jenderal pajak untuk membantu wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Pelayanan pajak termasuk dalam pelayanan publik karena Direktorat Jenderal pajak merupakan instansi yang dijalankan oleh pemerintah yang tujuannya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Direktorat Jendral Pajak perlu meningkatkan pelayanan pajak yang baik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku agar tercapainya tujuan pemerintah untuk melaksanakan pembangunan dan roda pemerintah berjalan dengan baik melalui Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak No. SE-84/PJ/2011 tentang Pelayanan Prima yang pada akhirnya akan menunjang kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya (Risnawati dan Suhayati, 2009).

(21)

Berdasarkan hal tersebut maka, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H2 : Kualitas pelayanan berpengaruh positif pada kepatuhan wajib pajak hotel di Kabupaten Klungkung.

2.3.3 Pengaruh Sanksi Pajak pada Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Mardiasmo (2011:59), sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan akan dipatuhi. Sanksi perpajakan terjadi karena adanya pelanggaran terhadap peraturan undang-undang perpajakan. Semakin besar kesalahan yang dilakukan oleh seorang wajib pajak, maka sanksi yang diberikan juga akan semakin berat. Sanksi pajak dibagi menjadi dua macam yaitu sanksi administrasi berupa pemberian bunga, denda atau kenaikan serta sanksi pidana berupa hukuman kurungan dan hukuman penjara (Rahayu, 2010:13). Penelitian yang dilakukan oleh Muliary dan Ery (2006) menyatakan persepsi tentang sanksi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan pelaporan Wajib Pajak orang pribadi. Berdasarkan hal tersebut maka, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H3: Sanksi pajak berpengaruh positif pada kepatuhan wajib pajak hotel di Kabupaten Klungkung.

(22)

2.3.4 Pengaruh Pemahaman Peraturan Perpajakan pada Kepatuhan Wajib Pajak

Pemahaman peraturan perpajakan merupakan kemampuan seorang wajib pajak dalam mengetahui peraturan perpajakan baik itu tentang tarif yang dikenakan maupun manfaat pajak yang akan mereka rasakan setelah membayar pajak. Dengan adanya pengetahuan tentang perpajakan akan membantu wajib pajak dalam membayar pajak sehingga tingkat kepatuhan akan meningkat. Penelitian yang dilakukan oleh Richardson (2006:89), menunjukkan bahwa pengetahuan pajak penting dalam rangka meningkatkan tingkat kepatuhan pajak. Artinya, wajib pajak lebih bersedia untuk mematuhi aturan dan ketentuan yang berlaku jika mereka memahami konsep dasar perpajakan. Berdasarkan hal tersebut maka, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H4: Pemahaman peraturan perpajakan berpengaruh positif pada kepatuhan wajib pajak hotel di Kabepaten Klungkung.

Gambar

Tabel 2.1 Pembahasan Hasil Sebelumnya

Referensi

Dokumen terkait

Akuntabiltas dalam tata kelola kota menyatakan pemerintah setempat dapat melakukan pertanggung jawaban dari setiap tindakan yang dilakukan melalui kebijakan, program

Menimbang : bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 9 ayat (2), Pasal 17 ayat (2), dan Pasal 20 ayat (1) Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 14 tahun 2017 tentang

Terhadap usulan pemberian fasilitas Pajak Penghasilan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2015 tentang Fasilitas dan Kemudahan di Kawasan Ekonomi Khusus

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan

Upah merupakan kompensasi yang diterima oleh satu unit tenaga kerja yang berupa jumlah uang yang dibayarkan kepadanya (Mankiw, 2000) .Sedangkan menurut (PP NO

Manajemen menurut Tim Penyusun Manajemen Konstruksi (MK) Perguruan Tinggi Swasta (PTS) (1998 : 1) yang merupakan “…kerangka kerja yang terdiri dari beberapa

1) Isi (Content), dimensi ini ditinjau melalui isi dari sistem berupa fungsi dan modul yang dapat digunakan oleh pengguna serta informasi yang diperoleh dari

Pada hasil penelitian tentang penerapan tindak tutur yang terdapat dalam proses jual beli di pasar tradisional Surakarta sesuai dengan teori tindak tutur yang dikemukakan