• Tidak ada hasil yang ditemukan

MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG DI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA JAWA TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG DI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA JAWA TENGAH"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG

DI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

JAWA TENGAH

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

ARIEF DURACHMAN NPM.230210160018

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

JATINANGOR

(2)

MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG

DI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

JAWA TENGAH

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN Diajukan Sebagai Hasil Akhir Kegiatan PKL

ARIEF DURACHMAN NPM. 230210160018

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

JATINANGOR

(3)

JUDUL : MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG DI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA, JAWA TENGAH

PENULIS : ARIEF DURACHMAN

NPM : 230210160070

Jatinangor, Agustus 2019

Menyetujui,

Dosen Wali / Pembimbing

Dra. Sri Astuty, M. Sc. NIP. 19590316 199203 2 001

(4)

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan ke kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan nikmat dan rahmat-Nya, sehingga penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dapat terselesaikan dengan baik. Laporan ini merupakan hasil akhir kegiatan PKL yang telah penulis laksanakan di Balai Taman Nasional Karimunjawa, Jawa Tengah. Kegiatan PKL yang dilakukan adalah monitoring kesehatan terumbu karang pada berbagai titik pengamatan di dalam kawasan perairan Taman Nasional Karimunjawa.

Pelaksanaan PKL dan penulisan laporan PKL ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Dr. Sc. Agr. Yudi Nurul Ihsan. S.Pi.. M.Si beserta jajarannya.

2. Ketua Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Mega Laksmini Syamsudin. S.Pi., MT., Ph.D..

3. Dra. Sri Astuty. M. Sc. sebagai Dosen Wali penulis atas pengarahan dan bimbingan yang diberikan pada saat pra dan pasca PKL.

4. Tim PKL Program Studi Ilmu Kelautan. yang telah memberikan pengarahan dan pembekalan materi sebelum pelaksanaan PKL

5. Kepala Balai Taman Nasional Karimunjawa, Agus Prabowo, S.H., M.Si. yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan PKL di TN. Karimunjawa.

6. Kepala SPTN Wilayah II TN. Karimunjawa, Sutris Haryanta, S.H. selaku yang telah membimbing dan memberi fasilitas tempat tinggal selama PKL. 7. Kepala SPTN Wilayah I TN. Kemujan, Iwan Setiawan, S.H. yang selalu

berbaik hati dalam segi apapun.

8. Pak Zainul, Pak Kristiawan sebagai pembimbing lapangan yang selalu dengan sabar mengarahkan, membimbing, memfasilitasi dan memberikan dukungan loyalitasnya selama PKL dan proses pembuatan laporan.

(5)

iii

9. Papah dan Mamah tercinta yang telah banyak memberikan dorongan, semangat, kasih sayang dan bantuan baik secara moril maupun materil selama PKL dan penulisan laporan.

10. Teman-teman tim HAPPY PKL TN. Karimunjawa(Abdul, Andi, Daniel, Ruslan dan Tutor) atas kebersamaan dan kerjasamanya selama PKL berlangsung.

11. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan kegiatan PKL dan pembuatan laporan ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak dan Semoga Laporan PKL ini dapat memberikan informasi dan data yang bermanfaat bagi para pembaca. Kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan senang hati. Terimakasih atas perhatian dan masukannya.

Jatinangor, Agustus 2019

(6)

iv DAFTAR ISI

BAB Halaman

DAFTAR GAMBAR... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

ABSTRAK ... ix

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Ruang Lingkup ... 3

1.4 Tempat dan Waktu Kegiatan ... 3

II. PROFIL TAMAN NASIONAL KARIMUN JAWA 2.1 Lokasi ... 4

2.2 Sejarah ... 5

2.3 Visi dan Misi ... 7

2.4 Tugas Pokok dan Fungsi ... 8

2.5 Struktur Organisasi... 9

2.6 Bidang Kegiatan ... 11

III. MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG 3.1 Tempat dan Waktu ... 13

3.2 Alat dan Bahan ... 13

3.3 Metode Monitoring ... 13

3.4 Tahap Pelaksanaan Kegiatan ... 13

3.4.1 Persiapan ... 14

3.4.2 Lokasi Pengambilan Data ... 15

3.4.3 Prosedur Kerja Monitoring …...15

3.5 Analisis Data... 16

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Stasiun Pengamatan ...17

4.2 Kondisi Perairan ...19

4.3 Kondisi Terumbu Karang ...20

4.3.1 Pulau Nyamuk ...20

4.3.2 Pantai Sunset ...21

4.3.3 Pantai Pelabuhan...21

4.4 Biomassa Ikan Karang...22

4.5 Gangguan dan Ancaman Terumbu Karang ...24

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ...26

(7)

v

DAFTAR PUSTAKA ... 28 KESAN DAN PESAN... 30 LAMPIRAN ... 32

(8)

vi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Peta Zonasi Taman Nasional Karimunjawa ... 5

2. Teknik Visual Sensus ... 14

3. Tahapan Kerja Monitoring... 15

4. Pulau Nyamuk ... 17

5. Pantai Sunset ... 18

6. Pantai Pelabuhan ………... 18

7. Terumbu Karang dan Bulu Babi ………... 20

8. Terumbu Karang di Perairan P. Nyamuk ……….. 20

9. Kondisi Terumbu Karang di Pantai Sunset ………... 21

10. Kondisi Terumbu Karang Pantai Pelabuhan ………. 21

11. Biomassa Ikan Karang di lima plot TN. Karimunjawa ……… 23

(9)

vii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 1. Daftar Nama Pejabat TN Karimunjawa ... 11 2. Hasil Pengamatan... 22

(10)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Surat Keterangan Telah Menyelesaikan PKL ... 33

2. Logbook ... ... 34

3. Dokumentasi Kegiatan PKL ... 36

(11)
(12)

ABSTRAK

Praktik Kerja Lapangan (PKL) telah dilaksanakan di Taman Nasional Karimunjawa, dari 16 Juli sampai 14 Agustus 2018. Kegiatan yang dilakukan adalah monitoring atau pemantauan kesehatan terumbu karang di Taman Nasional Karimunjawa, yaitu di Pulau Nyamuk dan Pulau Karimun (Pantai Sunset dan Pantai Pelabuhan). Tujuan kegiatan untuk mengetahui kondisi kesehatan terumbu karang dan hubungan antara kondisi terumbu karang dengan keanekaragaman ikan karang. Selain sebagai habitat berbagai ikan karang dan biota asosiasi lainnya. Terumbu karang di kawasan ini juga merupakan sumber perikanan tangkap untuk memenuhi kebutuhan protin hewani bagi masyarakat karimunjawa dan sekitarnya. Monitoring terumbu karang menggunakan metode penelusuran pulau, dengan lima stasiun untuk setiap lokasi, yang ditetapkan secara purposive sampling, sedangkan metode yang digunakan untuk mengetahui biomassa ikan adalah belt transect. Teknik pencatatan menggunakan teknik visual sensus. Hasil monitoring, secara garis besar kondisi ekosistem terumbu karang di kawasan Taman Nasional Karimunjawa masih tergolong cukup baik. Ekosistem terumbu karang di kawasan Taman Nasional Karimunjawa, memiliki tiga tipe yaitu terumbu karang pantai (fringing reef), penghalang (barrier reef) dan beberapa taka (patch reef). Potensi biomassa ikan karang tertinggi pada Pulau Nyamuk yaitu sebesar 20,32kg/ha-102,87 kg/ha; Pada Pantai Sunset dan Pantai Pelabuhan rata-rata potensi biomassa ikan karang 10,30 kg/ha-70,67 kg/ha.

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan sarana bagi mahasiswa untuk menambah wawasan yang lebih luas selain dari bangku perkuliahan serta untuk menambah kemampuan dalam mengkaji serta menilai antara teori dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Sehingga dapat meningkatkan kualitas managerial mahasiswa dalam mengamati permasalahan dan persoalan, baik dalam bentuk aplikasi teori maupun kenyataan yang sebenarnya.

Kegiatan konservasi ekosistem terumbu karang merupakan hal yang penting dipelajari oleh mahasiswa Ilmu Kelautan, sesuai dengan kurikulum program studi. Mahasiswa harus turut berperan aktif dalam menjaga kelestarian ekosistem terumbu karang, untuk itu mahasiswa perlu mempelajari bagaimana cara mengetahui atau mengidentifikasi kondisi ekosistem terumbu karang yang termasuk dalam kategori sangat baik, baik, dan rusak, juga mempelajari cara-cara konservasi dan rehabilitasi terumbu karang dan kegiatan konservatif lainnya.

Penulis tertarik untuk mempelajari kegiatan konservasi ekosistem terumbu karang secara langsung di lapangan yaitu di Taman Nasional Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah sebagai kegiatan PKL Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutan dan Perkebunan Nomor: 78/Kpts-II/1999 tanggal 22 Februari 1999 dengan salah satu pertimbangan masih mempunyai ekosistem yang masih utuh dan utama. Luas Karimunjawa sebagai kepuluan Karimunjawa dan menjadi Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) 111.625 ha. Pembagian zonasi Taman Nasioanal Karimunjawa berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor: 28/IV-SET/2013 tanggal 6 Maret 2013 tentang Zonasi Taman Nasional Karimunjawa meliputi 9 zona, yaitu zona inti, zona rimba, zona perlindungan, zona perlindungan, zona pemanfaatan, zona darat, zona pemanfaatan wisata bahari, zona budidaya bahari, zona religi, dan sejarah, zona rehabilitasi dan zona tradisional perikanan.

(14)

2

Ekosistem terumbu karang Taman Nasional Karimunjawa, memiliki tiga tipe terumbu karang, yaitu terumbu karang pantai (fringing reef), penghalang (barrier reef) dan beberapa taka (patch reef). Manfaat ekosistem terumbu karang di TNJK adalah sumber perikanan tangkap untuk memenuhi kebutuhan hidup akan protein hewani bagi masyarakat Karimunjawa dan sekitarnya. Keindahan ekosistem terumbu karang yang ada pulau Karimunjawa, saat ini mengalami tekanan dari aktivitas manusia di sekitarnya seperti penangkapan ikan menggunakan jaring (cantrang), bahan peledak (bom ikan), racun ikan (sianida) dan lain lain. Selain itu, tidak hanya kegiatan di lautan saja, tetapi kegiatan yang ada di daratan atau pulau, juga bisa memberikan dampak merusak seperti pencemaran limbah rumah tangga, penambangan pasir laut yang illegal, juga yang bersifal global, yaitu pemanasan global. Pemanansan global (global warming) juga dapat mempengaruhi suhu air laut yang ekstrim terhadap terumbu karang yang dapat menyebabkan pemutihan (bleaching) karang, dikareakan kematian polip karang. Oleh karena itu monitoring terhadap ekosistem terumbu karang di Taman Nasinal Karimunjawa perlu dilakukan, untuk mengetahui kondisi kesehatan terumbu karang di Taman Nasional Karimunjawa dan ikan karang yang hidup di dalamnya.

1.2 Tujuan

Pratik kerja lapangan yang dilakukan di Taman Nasional Karimunjawa, bertujuan untuk:

a. Mempelajari Profil Balai Taman Nasional Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah

b. Mempelajari cara pemantauan atau monitoring kondisi terumbu karang dan potensi ikan karang yang ada di Taman Nasional Karimunjawa. c. Mendapatkan pengalaman, dan keterampilan kerja di bidang monitoring

(15)

3

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan Praktik Kerja Lapangan yang penulis lakukan di Taman Nasional Karimunjawa ini, meliputi pengenalan terhadap Profil dan kegiatan-kegiatan yang ada dilakukan oleh Balai Taman Nasional Karimunjawa serta mempelajari secara langsung teknik monitoring kondisi kesehatan terumbu karang dan ikan karang yang dilakukan oleh pihak Balai di beberapa lokasi di kawasan Taman Nasional Karimunjawa, Jepara-Jawa Tengah.

1.4 Tempat dan Waktu Kegiatan

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan selama 22 (dua puluh dua) hari kerja, terhitung sejak 16 Juli sampai 14 Agustus 2018. Di

Balai Taman Nasional Karimunjawa, Kota Semarang dan di kawasan Taman Nasional Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Lokasi kegiatan monitoring ekosistem Terumbu Karang yang dilakukan di kawasan Taman Nasional Karimunjawa, tepatnya di Pelabuhan Pulau Karimun, Pulau Nyamuk dan Pantai Sunset.

(16)

4 BAB II

PROFIL TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

2.1 Lokasi

Taman Nasional Karimunjawa secara geografis terletak pada koordinat 5°40’39”- 5°55’00” LS dan 110°05’ 57”-110°31’ 15” BT. Dalam Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 78/Kpts-II/1999 tanggal 22 Februari 1999 dinyatakan bahwa kawasan Cagar Alam Karimunjawa dan sekitarnya yang terletak di Kabupaten Dati II Jepara Propinsi Dati I Jawa Tengah ditetapkan menjadi Taman Nasional dengan nama Taman Nasional Karimunjawa dengan luasan kawasan adalah111.625 hektar. Undang-Undang No.5 tahun 1990 tentang Konservasi sumber Daya Alam dan Ekosistemnya mendefinisikan Taman Nasional sebagai Kawasan Pelestarian Alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal PHKA No.SK 28/IV-SET/2012 tentang Zonasi Taman Nasional Karimunjawa, saat ini terdapat 9 (sembilan) zona dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa (Gambar 1).

Secara administratif kawasan Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) termasuk wilayah Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah yang mempunyai 3 (tiga) pulau utama yaitu Pulau Karimunjawa, Kemujan dan Parang serta beberapa pualu kecil lainnya, yaitu Pulau Menjangan Besar, Menjangan Kecil, Geleang, Burung, Menyawakan, Cemara Besar, Cemara Kecil, Nyamuk, Krakal Besar, Krakal Kecil, Batu, Kumbang, Kembar, Katang, Bengkoang, Cilik, Tengah dan Sintok.

(17)

5

Gambar 1. Peta Zonasi Taman Nasional Karimunjawa (Sumber: http://tnkarimunjawa.id/v2/profil)

2.2 Sejarah

Menurut ceritanya, sang penemu pulau Karimunjawa adalah Sunan Muria. Sunan Muria merupakan seorang wali dari Walisongo yang namanya sangat popular di telinga masyarakat Indonesia. Pada waktu itu, Sunan Muria merasaprihatin terhadap kenalan putranya yang bernama Amir Hasan. Dengan maksud mendidik putranya, beliau menyuruh Amir Hasan untuk pergi ke pulau

(18)

6

yang terlihat“kremun-kremun” (kabur) jika dilihat dari atas gunung Muria. Berasal dari sebutan“kremun-kremun” itulah, pulau ini sekarang bernama Karimun.

Walaupun Lokasi Karimunjawa terletak jauh dari pusat kota Jepara, penduduk pulau tersebut cukup banyak. Penduduk pulau Karimunjawa berjumlah 8000 jiwa tersebar pada lima pulau. Pulau-pulau di Kepulauan Karimunjawa berjumlah 27 pulau, tetapi hanya lima pulau sajalah yang baru bisa dihuni manusia. Kelima pulau itu adalah: Karimunjawa, Kemujan, Nyamuk, Parang, dan Genting, sedangkan pulau lainnya tidak berpenghuni.

Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) merupakan salah satu kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Status kawasan Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) bermula sebagai cagar alam berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 100/Kpts-II/1989. Kemudian ditunjuk menjadi Taman Nasional berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 280/KPTS-II/1992, tanggal 26 Februari 1992 dan ditetapkan dengan SK Menteri Kehutanan No. 92/KPTS-II/2001, tanggal 15 Maret 2001 dengan luas kawasan 530.765 ha.

Berdasarkan tahun 1997, Unit Pelaksana Teknis (UPT) dibentuk Untuk melakukan pengelolaan kawasan Taman Nasional, dengan SK Menteri Kehutanan Nomor: 185/Kpts-II/1997 tanggal 31 Maret 1997. Sejak tanggal 10 Juni 2002 berubah menjadi Balai Taman Nasional Tipe C setingkat Eselon III, sesuai dengan SK Menhut No. 6186/Kpts-II/2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Taman Nasional. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.03/Menhut-II/2007 tanggal 1 Februari 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional berubah menjadi Balai Taman Nasional Tipe B yang terdiri dari Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I dan II serta Kelompok Jabatan Fungsional dengan tugas pokok melakukan penyelenggaraan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya dan pengelolaan kawasan taman nasional berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(19)

7

Pengelolaan kawasan TNKJ dilaksanakan dengan sistem zonasi. Penetapan zonasi dalam kawasan TNKJ didasarkan pada Keputusan Direktorat Jenderal PHKA Nomor: SK. 150/IV-SET/2012 tanggal 17 September 2012 tentang Zonasi Taman Nasional Karimunjawa. Zonasi dalam kawasan TNKJ terdiri dari 4 zona yaitu Zona Inti (8.341 Ha), Zona Perlindungan Bahari (21.188 Ha), Zona Pemanfaatan (500.879) yang terbagi atas 4 peruntukan yaitu zona yang diperuntukkan bagi masyarakat dalam kawasan, zona yang diperuntukkan bagi masyarakat sekitar kawasan, zona yang diperuntukkan bagi masyarakat umum dari zona yang diperntukkan bagi aktivitas wisata dan Zona Khusus (357 Ha).

2.3 Visi dan Misi

Visi :

Visi yang diterapkan di Taman Nasional Karimunjawa yaitu “Taman Nasional Karimunjawa sebagai keterwakilan ekosistem pantai utara Pulau Jawa yang lestari untuk kesejahteraan masyarakat”.

Misi :

Misi dari Taman Nasional Karimunjawa yaitu Balai Taman Nasional Karimunjawa dalam melaksanakan tugas sebgai pengelola kawasan Taman Nasional Karimunjawa dihadapkan pada berbagai tantangan yang menyangkut lingkungan, kelembagaan dan masyarakat. Untuk mencapai tujuan sebagaimana ditetapkan dalam tugas pokok dan fungsi telah disusun visi dan misi Balai Taman Nasional Karimunjawa sebagai berikut:

a. Meningkatkan efektifitas pengamanan kawasan sebagai upaya perlindungan sistem penyangga kehidupan.

b. Meningkatkan upaya pengawetan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya.

c. Mewujudkan pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang lestari untuk kesejahteraan masyarakat.

d. Memperkuat kapasitas kelembagaan yang didukung secara luas oleh para pihak.

(20)

8

2.4 Tugas Pokok dan Fungsi

Taman Nasional Karimunjawa pertama kali ditetapkan sebagai Unit Pelaksana Teknis Balai Taman Nasional Karimunjawa berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 185/Kpts-II/1997 tanggal 31 Maret 1997 bersama dengan 22 Taman Nasional dan 12 Unit Taman Nasional di seluruh Indonesia. Tugas pokok dan fungsi dijabarkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.P.07/MenLHK/Setjen/OTL.1/1/2016 tanggal 10 Februari 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional melakukan penyelenggaraan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dan pengelolaan kawasan taman nasional berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional menyelenggarakan fungsi:

 Penataan zonasi, penyusunan rencana kegiatan, pemantauan dan evaluasi pengelolaan kawasan taman nasional;

 Pengelolaan kawasan taman nasional;

 Penyidikan, perlindungan, dan pengamanan kawasan taman nasional;

 Pengendalian kebakaran hutan;

 Promosi, informasi konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya;

 Pengembangan bina cinta alam serta penyuluhan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya;

 Kerja sama pengembangan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya serta pengembangan kemitraan;

 Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan taman nasional;

 Pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan dan pariwisata alam;

 Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Taman Nasional adalah Kawasan Pelestarian Alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam bertujuan untuk mengawetkan keanekaragaman tumbuhan dan satwa dalam

(21)

9

rangka mencegah kepunahan spesies, melindungi sistem penyangga kehidupan, dan pemanfaatan keanakeragaman hayati secara lestari.

Taman nasional dapat dimanfaatkan untuk kegiatan: a. Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;

b. Pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi alam;

c. Penyimpanan dan/atau penyerapan karbon, pemanfaatan air serta energi air, panas, dan angina serta wisata alam;

 Pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar;

 Pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang budidaya;

 Pemanfaatan tradisional.

2.5 Struktur Organisasi

Tahun 1997, Unit Pelaksana Teknis (UPT) dibentuk Untuk melakukan pengelolaan kawasan Taman Nasional, dengan SK Menteri Kehutanan Nomor: 185/Kpts-II/1997 tanggal 31 Maret 1997. Sejak tanggal 10 Juni 2002 berubah menjadi Balai Taman Nasional Tipe C setingkat Eselon III, sesuai dengan SK Menhut No. 6186/Kpts-II/2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Taman Nasional. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.03/Menhut-II/2007 tanggal 1 Februari 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional berubah menjadi Balai Taman Nasional Tipe B yang terdiri dari

1. Kepala Balai

2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha,

3. Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah (SPTN) a. Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Kemujan b. Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Karimunjawa 4. Kelompok Jabatan Fungsional

a. Polisi Kehutanan

b. Pengendali Ekosistem Hutan c. Penyuluh Kehutanan

(22)

10

Balai Taman Nasional Karimunjawa dipimpin oleh seorang Kepala Balai Taman Nasional (Eselon III.A), sebagaimana terlihat pada struktur organisasi, dibantu oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha (Eselon IV.A) dan Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional I dan II (Eselon IV.A) serta kelompok fungsional dengan uraian tugas sebagai berikut:

1. Kepala Balai Taman Nasional

Melakukan penyelenggaraan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dan pengelolaan kawasan taman nasional berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha

Melakukan urusan tata persuratan, ketatalaksanaan, kepegawaian, keuangan, perlengkapan, kearsipan, rumah tangga, perencanaan, kerjasama, data, pemantauan dan evaluasi, pelaporan serta kehumasan.

3. Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional I dan II

Melaksanakan penyusunan rencana dan anggaran, evaluasi dan pelaporan, bimbingan teknis, pelayanan dan pemberdayaan masyarakat, pengelolaan kawasan, perlindungan, pengawetan, pemanfaatan lestari, pemberantasan penebangan dan peredaran kayu, tumbuhan, dan satwa liar secara illegal serta pengelolaan sarana prasarana, promosi,bina wisata alam dan bina cinta alam, penyuluhan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya serta kerjasama di bidang pengelolaan kawasan taman nasional.

4. Kelompok Jabatan Fungsional

Mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Pengelolaan kawasan TN Karimunjawa terbagi atas 2 (dua) seksi pengelolaan yaitu Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I di Desa Karimunjawa dan SPTN Wilayah II di Desa Kemujan.Masing-masing SPTN Wilayah memiliki staf yang membidangi urusan tata usaha umum dan urusan teknis KSDAHE.

(23)

11

SPTN Wilayah I membawahi 5 resort yaitu Resort Cemara Besar, Resort Cemara Kecil, Resort Geleang, Resort Genting dan Resort Legon Lele. SPTN Wilayah II membawahi 3 resort yaitu ResortSintok, Resort Cilik dan

Resort Nyamuk. Setiap resort terdapat 2 – 3 orang tenaga fungsional Polisi Kehutanan,1 orang tenaga fungsional Pengendali Ekosistem Hutan.

Sementara tenaga fungsional penyuluh kehutanan saat ini di masing-masing SPTN Wilayah hanya terdapat 1 orang. Terdapat pula tenaga TPHL, juru kemudi dan ABK serta tenaga honorer di masing-masing SPTN Wilayah yang sangat membantu dalam setiap pelaksanaan tugas kerja di dalam kawasan TN Karimunjawa.

Tabel 1. Daftar Nama Pejabat TN Karimunjawa

Kepala Balai Taman Nasional Karimunjawa : Agus Prabowo, S.H., M.Si Kepala Sub Bagian Tata Usaha : Drs. Himawan Gunadi

Seksi Pengelolaan Taman Nasional (Sptn) Wilayah I Karimunjawa Kepala SPTN. Wilayah I Karimunjawa : Sutris Haryanta, S.H

Seksi Pengelolaan Taman Nasional (Sptn) Wilayah II Kemujan Kepala SPTN Wilayah II Kemujan : Iwan Setiawan, S.H

Koordinator Kelompok Fungsional

Koordinator Polisi Kehutanan : Nandang Koordinator Pengendali Ekosistem Hutan :

(PEH)

Kristiawan Wicaksono , S.Bio

Koordinator Penyuluh Kehutanan : Zainul Abidin, S.Bio

2.6 Bidang Kegiatan

Kawasan Taman Nasional Karimunjawa terdapat beberapa pulau yang

berpenghuni seperti Pulau Karimunjawa, Pulau Kemujan, Pulau Geleang, Pulau Nyamuk, Pulau Parang, dan Pulau Genting. Sebagian besar penduduk

adalah suku Jawa, suku Bugis dan suku Madura. Pendidikan masyarakat di daerah kawasan taman nasional masih cukup rendah sehingga masih cukup sulit bagi mereka untuk mengembangkan daerahnya dan menaikan taraf hidupnya. Oleh

(24)

12

karena itu, masyarakat dibimbing oleh pihak Taman Nasional untuk mengembangkan daerahnya (BTKNJ, 2004).

Pengendalian Ekosistem yang dilakukan yaitu dengan cara melakukan kegiatan pendataan dan inventarisasi biota laut yang ada di kawasan Taman Nasional, serta melakukan usaha-usaha konservasi seperti transplantasi terumbu karang, penanaman mangrove dan pohon-pohon (BTKNJ, 2004). Usaha lainnya yaitu dengan cara penyuluhan kepada masayarakat yang tinggal di kawasan Taman Nasional, dengan cara membimbing masyarakat sekitar untuk membuat wirausaha dari hasil alam yang dimiliki oleh daerah tersebut. Contohnya adalah dengan mengajarkan para ibu-ibu untuk memproduksi kacang mete, abon ikan dan ikan asin. Saat ini, pihak Taman Nasional membantu masyarakat untuk memasarkan hasil karyanya ke daerah Jepara dan sekitarnya (BTKNJ, 2004).

Selain pembuatan kacang mete, abon dan ikan asin, terdapat bidang usaha lain seperti kerajinan tangan yaitu tasbih, tongkat komando, gelang dan kalung yang berbahan dasar pohon stigi, pohon kalimaso, dan pohon dewandaru yang khas asli dari Pulau Karimunjawa. Komunitas pembuat kerajinan tangan ini memasarkan produknuya kepada tamu-tamu atau turis-turis yang datang ke taman nasional tersebut. Penyuluhan yang dilakukan juga menekankan masyarakat lokal untuk bersama membantu fungsi taman nasional sebagai penjaga ekosistem kawasan, dengan cara memberikan pelatihan-pelatihan seperti bagaimana cara menangkap ikan yang benar di sekitar kawasan, bagaimana perlakukan yang benar jika menemukan sarang penyu, biota-biota apa saja yang tidak boleh ditangkap dan lain-lain. Usaha-usaha ini diharapkan dapat membuat ekosistem pesisir di Taman Nasional Karimunjawa tetap asri dan lestari sebagaimana visi dari BTNKJ tersebut

(25)

13

BAB III

MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG

3.1 Tempat dan Waktu

Kegiatan monitoring kesehatan terumbu karang dilaksanakan pada tanggal 19 Juli 2018. Lokasi pelaksanaan kegiatan monitoring dilakukan di berbagai titik di pulau Karimun Jawa dan Pulau Nyamuk, Kawasan Taman Nasioal Karimunjawa.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan perlengkapan yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan Monitoring Kesehatann Terumbu Karanng meliputi:

a. Roll meter 50M b. Pulpen c. GPS d. Alat tulis e. Papan dada f. Camera underwater g. Kertas sabak

h. ADS (alat dasar selam)

3.3 Metode Monitoring

Metode yang digunakan dalam monitoring ikan adalah Belt Transect. Metode

Belt Transect yaitu sesuai metode untuk mengetahui bimassa ikan (Michael, 1984).

Tahapan metode belt transect sebagai berikut:

 Tahapan survei ikan bersamaan dengan survei terumbu karang

 Transek untuk survei ikan menggunakan transek seperti pada survei terumbu karang. Panjang transek pada kedalaman (dangkal: 3m) sepanjang 50m.

 Teknik pencatatan yang digunakan adalah teknik visual sensus, yaitu mencatat jenis dan jumlah ikan yang ditemukan (Gambar 2).

(26)

14

Gambar 2. Teknik Visual Sensus

Pencatatan ikan dilakukan pada;

 Ikan ukuran > 10 cm (ikan besar) dengan lebar transek 2,5 m ke kiri dan ke kanan garis transek

 Ikan ukuran < 10 cm (ikan kecil) dengan lebar transek 1 m ke kanan dan ke kiri dari garis transek

3.4 Tahap Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan monitoring kesehatan terumbu karang yang dilaksanakan di kawasan Taman Nasional terdiri dari beberapa tahap, sebagai berikut:

3.4.1 Persiapan

Tahap persiapan ini meliputi pembentukan tim pelaksana kegiatan yang terdiri atas tim pelaksana, penyusunan jadwal kerja (time schedule) dan pembagian tugas kerja (job description) serta mempersiapan alat dan bahan yang akan digunakan di lapangan. Setelah tim terbentuk, maka masing-masing tim langsung melaksanakan tugasnya.

3.4.2 Lokasi Pengambilan Data

Pengambilan data terumbu karang dan ikan karang, dilakukan pada 5 (lima) plot pengambilan data, dari tiga stasiun pengamatan yang ditetapkan secara Belt Transect. Pembagian stasiun pengamatan di setiap lokasi berdasarkan arah

(27)

15

mata angin dengan menggunakan GPS pada smartphone. Pembagian stasiun tergantung pada lokasi pengamatan, meliputi bagian Timur laut sampai Barat daya. Kriteria yang diamati antara lain: terumbu karang dan ikan yang ada di sekitaran terumbu karang.

3.4.3 Prosedur Kerja Monitoring

Pada kegiatan monitoring kesehatan karang ini dilakukan beberapa tahap, diawali dengan rapat tim dengan bahasan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh individu masing masing hingga pengambilan data di lapangannya (Gambar 3).

Rapat tim sebelum turun ke lapangan Perjalanan menuju lokasi pengambilan data kesehatan terumbu karang

Monitoring Terumbu Karang Monitoring Terumbu Karang Gambar 3. Kerja Monitoring Kesehatan Terumbu Karang

(28)

16

3.5 Analisis Data

Analisis data dalam pelaksanaan monitoring ini bersifat kuantitatif yaitu membandingkan data-data hasil pengamatan di lima plot pengamatan, yaitu 3 plot di Pulau Nyamuk, 1 plot di Pantai Sunset dan 1 plot di Pantai Pelabuhan. kemudian dibandingkan antar stasiun dengan stasiun lainnya, lalu dibahas dengan menggunakan hasil-hasil pemantau atau riset sebelumnya yang didapat saat studi literature.

(29)

17 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Stasiun Pengamatan

Monitoring dilakukan di perairan Taman Nasional Karimunjawa, pada dua pulau yaitu: i) Pulau Karimun dan ii) Pulau Nyamuk. Kedua pulau tersebut merupakan lokasi yang sering dikunjungi oleh wisatawan serta pemberhentian kapal besar.

Pada Pulau Nyamuk (Gambar 4) dilakukan pengamatan di tiga lokasi yang menurut laporan monitoring Balai Taman Nasional Karimunjawa, kesehatan terumbu karangnya masih terjaga dan tidak rusak oleh tangan manusia, akan tetapi rusak oleh tindakan tumpuan untuk mengikat jangkar yang dilempar oleh para nelayan di sekeliling pulau tersebut.

(30)

18

Monitoring yang dilakukan di Pulau Karimun yaitu di Pantai Sunset dan Pantai Pelabuhan (Gambar 5 dan Gambar 6).

Gambar 5. Pantai Sunset

(31)

19

4.2 Kondisi Perairan

Berdasarkan Laporan Monitoring Kesehatan Terumbu Karang Pengunjung Balai Taman Nasional Karimunjawa (2017), didapatkan nilai parameter kualitas air untuk masing-masing plot.

a. Suhu hasil pengukuran di seluruh titik pengamatan berkisar antara 28oC sampai dengan 31oC. Kedua nilai tersebut masih berada dalam kisaran optimum pertumbuhan biota karang. Menurut Sukarno et al., (1983) suhu yang paling baik untuk pertumbuhan karang berkisar antara 25 oC – 30 oC. b. Hasil pengukuran salinitas perairan didapatkan rata-rata salinitas perairan

harian adalah 33%.

c. Derajat keasaman (pH) untuk semua titik pengamatan memiliki rata-rata sebesar 6,9. Kandungan pH yang terukur berada pada kisaran batas normal yang layak untuk pertumbuhan komunitas karang. Seluruh kondisi perairan terukur masih dalam batas normal untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan karang di perairan Kepulauan Karimunjawa.

d. Kecerahan perairan sangat terkait dengan kekeruhan. Kecerahan perairan dengan nilai rata-rata 6,14 meter dimana menunjukkan tingkat kecerahan 100% artinya cahaya matahari mampu menembus perairan hingga ke karang dan besar pengaruhnya terhadap proses fotosintesis alga simbiotik zooxanthellae. Kecepatan arus yang terukur pada saat pengambilan sampel rata-rata 0,05 m/detik yang berkisar antara 0,030-0,072 m/detik terhitung lemah. Kondisi ini berkaitan erat dengan musim peralihan dari musim Barat menuju musim Timur sehingga perairan relatif tenang.

Selain pendataan parameter kualitas air, juga dilakukan pendataan biota asosiasi yang ditemukan pada saat sampling. Hasil pemantauan dijumpai pula biota bulu babi pada seluruh stasiun (Gambar 6), yang secara tidak langsung menunjukkan bahwa terumbu karang di wilayah tersebut dalam kondisi yang tidak sehat. Hal ini diisebabkan karena bulu babi merupakan salah satu bioindikator kesehatan karang dimana kehadirannya dalam jumlah besar mengindikasikan karang yang tidak sehat (Vimono, 2007)

(32)

20

Gambar 7. Terumbu Karang dan Bulu Babi

4.3 Kondisi Terumbu Karang

4.3.1 Pulau Nyamuk

Tambahkan penjelasan mengenai kondisi terumbu karang nya

(33)

21

4.3.2 Pantai Sunset

Pantai Sunset merupakan salah satu objek wisata dari turis sehingga banyak kunjungan dari wisatawan baik lokal maupun internasional sehingga kondisi terumbu karang di sini mengalami kerusakan dikarenakan terlalu banyak aktivitas manusia yang belum mengetahui akan pentingnya terumbu karang sehingga masih banyak wisatawan yang memegang dan menginjak terumbu karang yang ada di Pantai Sunset ini.

Gambar 9. Kondisi Terumbu Karang di Pantai Sunset

4.3.3 Pantai Pelabuhan

Pantai ini berlokaiskan di dekat dermaga sehingga masih banyak aktivitas kapal yang berlalu lalang. Kondisi terumbu karang disinipun banyak dikelilingi oleh bulu babi (Gambar 10).

(34)

22

4.4 Biomassa Ikan Karang

Berikut hasil pengambilan data mengenai kesehatan terumbu karang yang dilihat dari jumlah ikan yang ditemukan sepanjang transek 500m pada tiga lokasi pengambilan data

Tabel 2. Hasil Pengamatan

Lokasi Plot Jumlah Ikan Karang

Ikan Kecil Ikan Besar

Pulau Nyamuk 1 81 26 120 40 2 66 24 96 28 3 23 58 29 30 Pantai Sunset 1 49 25 60 21 Pantai Pelabuhan 1 43 20

Pada tabel 2, dapat dilihat perbandingan aktivitas antara ikan kecil dengan ikan besar yang mencari makan dan/atau berlindung di sekitaran terumbu karang bila terdapat ancaman dari predator. Berdasarkan hasil survey pada perairan Taman Nasional Karimunjawa, potensi biomassa ikan karang tertinggi pada Pulau Nyamuk stasiun 1 di mana ditemukan rata-rata ikan kecil sejumlah 100, sedangkan ikan karang besar ditemukan pada stasiun 3 di mana jumlah rata-rata ikan yang ditemukan adalah 44. Pada Pantai Sunset dan Pantai Pelabuhan rata-rata jumlah ikan karang yang ditemukan yaitu berjumlah 79 dan 43. Informasi tentang kelimpahan ikan ini penting bagi kestabilan populasinya (Murdoch 1994), dimana kepadatan spasial ini tergantung pada tingkat kematian pada fase juvenil (Schmitt and Holbrook 1999). Pertumbuhan memiliki karakteristik tertentu pada masing-masing kelompok ikan. Pertumbuhan ikan dan organisme lainnya menurut Pauly (1998) didefinisikan sebagai waktu yang dihabiskan pada daerah pemangsaan yang berbeda hubungan dengan ukuran tubuh. Perhitungan panjang berat berdasarkan jumlah sampel ikan yang diperoleh mengacu pada Rousefeell dan Everhart (1960).

(35)

23

Gambar 11. Biomassa Ikan Karang di lima plot TN. Karimunjawa

Gambar 11 menunjukkan bahwa ikan karang kecil lebih dominan dibanding ikan karang besar hal ini dimungkinkan karena daerah pemangsaan juga. Menurut Fujaya (1999), pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dalam antara lain : (1) faktor keturunan, dimana faktor ini mungkin dapat dikontrol dalam suatu kultur, salah satunya dengan mengadakan seleksi yang baik bagi pertumbuhannya sebagai induk, (2) faktor jenis kelamin, kemungkinan tercapainya kematangan gonad untuk pertama kali cenderung mempengaruhi pertumbuhan, yang menjadi lambat karena sebagian makanan tertuju pada perkembangan gonad tersebut, dan (3) faktor umur, pertumbuhan cepat terjadi pada ikan yang masih muda, sedangkan ikan yang sudah tua umumnya kekurangan makanan berlebih untuk pertumbuhan, karena sebagian besar digunakan untuk pemeliharaan tubuh dan pergerakan. Faktor luar yaitu disebabkan oleh jumlah individu dalam ekosistem terumbu karang yang tidak sebanding dengan jumlah makanan sehingga terjadi kompetisi dalam mendapatkan makanan.

Pada saat pemantauan, diambil kedalaman perairan disetiap plot yaitu kedalaman tiga meter. hal ini seharusnya dilakukan pada dua perbandingan yaitu pada kedalaman 3meter dan ± 10meter, karena pada kedalaman ± 10meter biasanya terdapat banyak ikan besar yang hidup berkelompok.

(36)

24

4.5 Gangguan dan Ancaman Terumbu Karang

Secara umum ada dua faktor yang berpengaruh terhadap kerusakan terumbu karang di wilayah ini, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah penyebab terjadinya kerusakan yang berasal dari masyarakat lokal itu sendiri dan faktor eksternal adalah kerusakan yang penyebabnya berasal dari luar masyarakat. Faktor internal yang berpengaruh terhadap rusaknya terumbu karang di wilayah ini terutama terkait dengan praktik penggunaan peralatan tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti bom, trawll, penggunaan karang hidup untuk menindih bubu dan pemasangan konstruksi bagan tancap pada kawasan terumbu karang, degradasi habitat dalam bentuk sedimentasi. Selain itu, tidak adanya aturan pengelolaan yang bersifat lokal ikut andil bagi terjadinya kerusakan terumbu karang di wilayah ini. Faktor eksternal juga berpengaruh terhadap kerusakan terumbu karang di kawasan ini, walaupun pengaruhnya itu sebetulnya secara tidak langsung. Faktor eksternalnya antara lain adalah adanya tuntutan pasar, perkembangan sarana dan kebijakan Pemerintah Daerah.

Terumbu karang yang rusak dalam bentuk patahan-patahan karang dengan ukuran kecil yang berserakan di dasar perairan dengan luasan yang cukup. Kondisi karang demikian ini merupakan ciri-ciri bahwa terumbu karang di wilayah tersebut telah mendapatkan tekanan dari eksploitasi yang menggunakan bahan peledak. Sedangkan untuk penangkapan ikan dengan dengan menggunakan racun yang bentuk kerusakan karang nya dalam bentuk terjadinya bleaching tidak dijumpai di kawasan ini.

Lebih dari 60% terumbu karang dunia menerima ancaman langsung dari sumber penyebab setempat seperti penangkapan berlebihan, penangkapan yang merusak, pembangunan pesisir, pencemaran yang berasal dari daerah aliran sungai, atu pencemaran dan kerusakan yang berasal dari laut. Kira-kira 75% terumbu karang dunia dinilai terancam apabila ancaman setempat digabungkan dengan tekanan akibat kenaikan suhu (global warming). Dampak kenaikan suhu laut sekarang ini menyebabkan pemutihan terumbu karang (bleaching) secara luas, karena tidak adany zooxanthella dan menyebabkan melemahnya dan matinya biota karang di perairan yang luas. Suhu merupakan faktor penting yang

(37)

25

menentukan kehidupan karang. Kelangsungan hidup karang diluar batas toleransi suhu biasanya berkaitan dengan faktor lain, seperti faktor makanan. Suhu air juga diketahui dapat mempengaruhi tingkah laku makan binatang karang.

(38)

26 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Monitoring kondisi kesehatan terumbu karang yang dilakukan di Pulau Nyamuk dan Pulau Karimun (Pantai Sunset dan Pantai Pelabuhan) Taman Nasional Karimunjawa, menggunakan metode penelusuran pulau. Setiap lokasi dibagi atas lima stasiun yang ditetapkan secara purposive sampling. Untuk mengetahui biomassa ikan digunakan metode belt transect.

b. Potensi biomassa ikan karang di P.Nyamuk sebesar 10% - 40%, sedangkan di Pantai Sunset dan Pantai Pelabuhan rata-rata 8% – 22% dan Pantai Pelabuhan 4%-9%. Di mana ikan berukuran kecil lebih dominan dibanding ikan berukuran besar, karena habitat ikan kecil di perairan dangkal sedangkan ikan besar perairan yang lebih dalam.

c. Berdasarkan hasil monitoring, kondisi ekosistem terumbu karang di Pulau Nyamuk masih tergolong cukup baik, meskipun di beberapa stasiun ada yang mengalami peningkatan kerusakan terutama banyak ditemukan sampah-sampah. Sedangkan kondisi kondisi Pantai Sutet dan Pantai Pelabuhan tergolong kurang baik dikarenakan pengaruh aktivitas manusia yang masih banyak pada kedua pantai tersebut.

d. Faktor utama kerusakan terumbu karang di kawasan Taman Nasional Karimunjawa terutama akibat aktivitas manusia (antropogenik), diantaranya kegiatan penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan yaitu menggunakan bom, trawll, penggunaan karang hidup untuk menindih bubu dan pemasangan konstruksi bagan tancap pada kawasan terumbu karang, serta sedimentasi.

(39)

27

5.2 Saran

a. Monitoring kesehatan terumbu karang sebaiknya dilakukan secara periodik sehingga apabila terjadi kerusakan terumbu karang dapat diketahui dengan cepat dan segera dilakukan tindakan rehabilitasi. Juga, pada saat musim peralihan dan saat banyaknya wisatawan menyelam di lokasi tersebut. b. Pengawasan terhadap aktivitas wisatawan dan kegiatan penangkapan ikan,

perlu diperketat terutama pada lokasi terumbu karang yang mengalami kerusakan. Pengawasan dapat dilakukan oleh pihak Balai TN. Karimunjawa bekerjasama dengan masyarakat dan pemandu wisata (guide) Sektor Karimunjawa dann pulau-pulau lainnya dalam Kawasan Balai Taman Nasional Karimunjawa.

c. Kegiatan sosialisasi dan edukasi perlu dilakukan secara kontinyu, untuk mengingatkan kepada masyarakat dan wisatawan betapa pentingnya menjaga kesehatan terumbu karang untuk kehidupan ekosistem laut

(40)

28

DAFTAR PUSTAKA

Andono G. 2004. Kajian Kesesuaian dan Pengelolaan Kawasan Konservasi Terumbu Karang di Pulau Pramuka, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta [Tesis]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Azizy A. 2009. Analisis Keterkaitan Daya Dukung Ekosistem Terumbu Karang Dengan Tingkat Kesejahteraan Nelayan Tradisional (Studi Kasus Kelurahan Pulau Panggang, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Propinsi DKI Jakarta) [Tesis].Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Bachtiar I, Prayogo W. 2008. Rekruitmen Karang Batu Pada Reef Ball Setelah Tiga Tahun, di Teluk Benete, Kabupaten Sumbawa Barat. dalam: Prosiding Munas terumbu karang I 2007. Coremap II Departemen kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Bachtiar, 2001. Pengelolaan Terumbu Karang. Pusat Kajian Kelauan, Universitas Mataram, NTB.

BTNKJ. 2004. Data Base Taman Nasional Karimunjawa. Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konvservasi Alam, Balai Taman Nasional Karimunjawa, Semarang.

Bunce L, Townsley P, Pomeroy R, Pollnac R. 2000. Socioeconomic Manual for Coral Reef Management. Australian Institute of Marine Science, Townsville.

Burkepile DE, Hay ME. 2008. Coral Reefs. Impression in Ecosystem 2008: 784- 796 pp. Elsevier Science.

Dahuri Rokhim. 2004. Pedoman Sumber daya Wilayah Pesisir dan Laut Secara Terpadu. PT Pradnya paramita, Jakarta

Departemen Kehutanan. 2007. Peraturan Menteri Kehutanan No.P.03/Menhut-II/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional. Departemen Kehutanan, Jakarta.

Gayatri Liley. 1998. Pengelolaan Terumbu Karang Berbasis Masyarakat. Makalah Konservasi Nasional I: Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Lautan Indonesia, IPB Bogor.

Jumadi. 2004. Analisa Kerentanan Kerusakan Terumbu Karang di Perairan Kepulauan Karimun Jawa dengan Bantuan Sistem Informasi Geografi. (Skripsi). Fakultas Geografi UGM, Surakarta.

Mapstone GM. 1990. Reef Corals and Sponges of Indonesia: A Video-based Learning Modulee. Netherland: Division of Marine Science, United Nations Educational Scientific and Cultural Organization.

(41)

29

Michael, P. 1984. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium. UI Press, Jakarta.

Republik Indonesia. 1990. Undang-Undang No.5 tahun 1990 tentang Konservasi sumber Daya Alam dan Ekosistemnya.

Republik Indonesia. 1999. Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 78/Kpts-II/1999 tanggal 22 Februari 1999 tentang kawasan Cagar Alam Karimunjawa. Menteri Kehutanan, Jakarta.

Republik Indonesia. 2013. Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor: 28/IV-SET/2013 tanggal 6 Maret 2013 tentang Zonasi Taman Nasional Karimunjawa, Menteri Negara Lingkungan Hidup, Jakarta.

Republik Indonesia.2016. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.P.07/MenLHK/Setjen/OTL.1/1/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional. Menteri Negara Lingkungan Hidup, Jakarta.

Retraubun ASW, Atmini S, editor. 2004. Profil Pulau-pulau Kecil di Indonesia. Jilid 1. Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Rudi E. 2006. Rekrutmen Karang (Skleraktinia) di Ekosistem Terumbu Karang Kepulauan Seribu DKI Jakarta [Disertasi]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sukarno, Hutomo M, Moosa MK, Darsono P. 1983. Terumbu Karang di Indonesia, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 34-45

Supriharyono. 2000. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang. Penerbit Djambatan. Jakarta. 108 hlm.

www.Dephut.Go.Id/Informasi/Tamnas/Karim_1.Html; Kawasan Taman Nasional Laut Karimun Jawa. Diakses pada 11 Desember 2018

(42)

30

KESAN DAN PESAN

Kesan

Orang-orang berkata, bahwa saya akan menikmati masa-masa PKL yang selalu menyenangkan, berada di tempat yang cocok untuk liburan, merupakan salah satu destinasi wisata Taman Nasional Laut di Indonesia, akan selalu disuguhkan dengan pemandangan laut yang indah dan lainnya. Akan tetapi semua itu tidak sepenuhnya benar karena realita tidak seperti ekspektasi. Walaupun jujur baru pertama kalinya singgah di tempat yang lebih indah ketimbang destinasi yang sebelumnya sudah di singgahi seperti Pantai Pangandaran, Pantai Anyer dan Pantai Pandawa.

Kepulauan Karimunjawa itu merupakan nama salah satu Kabupaten yang ada di Jepara Jawa Tengah. Orang-orangnya ramah tamah serta terkenal baik hati, walaupun saya tidak mengerti bahasanya mereka sangat sopan dan mudah diajak bercanda. Jarang sekali ada tindak kriminal, bahkan dapat dikatakan tidak ada. Hidup di Karimunjawa serba sederhana dan apa adanya, jangan harap menemukan mall, apalagi bioskop. Tetapi untungnya masih ada tempat untuk sekedar minum secangkir kopi panas dan ditemani lagu chill layaknya di Bandung walaupun dengan suasana yang berbeda, selain itu yang membuat berbeda dan tak membuat saya bosan yaitu dengan kehadiranya wisatawan dari berbagai manca negara. Hidup di Karimunjawa tidak perlu takut tersesat karena pulau yang tak terlalu luas dan rata-rata semua orang tahu dan kekeluargaan disana sangat erat dengan contoh kecil saling mengenal antar tetangga dari ujung pulau Karimunjawa hingga ujung pulau Kemujan.

Saya tidak akan lupa dengan kata-kata WALUYO yang artinya kebahagiaan, bukan kesengajaan ketika kami dihadapkan dengan lokasi Balai Taman Nasional Karimunjawa yang berada di jalan Sinar Waluyo, Grab yang mengantarkan kami dari terminal bus ke Balai Taman Nasional Karimunjawa di Semarang sampai dengan orang yang punya rumah kontrakan yang menjamu dan menyewakan rumahnya untuk kami tinggali satu bulan penuh untuk menimba ilmu dan pengalaman sebagai saksi bagaimana perjuangan untuk mendapatkan

(43)

31

suatu kebahagiaan, merekalah Pak Waluyo saya tidak akan lupa dengan mereka berdua, sangat bahagia rasanya mengingat mereka dan orang-orang yang lainnya.

Karimunjawa, Kemujan, Semarang, Jepara, dan Jawa Tengah memberikan Saya banyak pengalaman baru dan berharga. Pelajaran yang mungkin tidak akan didaptkan di tempat lain. PKL membuat Saya tahu, sifat asli seseorang akan keluar ketika ditempa berbagai rintangan. PKL membuat Saya tahu, bagaimana rasanya merindu, bagaimana rasanya selalu bersyukur, bagaimana rasanya terpisah jauh dari orang-orang tersayang terutama kedua orang tua karena selama PKL saya baru merasakan jauhnya selama satu bulan penuh yang biasanya di bangunkan hanya untuk sekedar solat subuh, saya disini belajar bahwa hidup mengajarkan untuk mandiri, dewasa dan selalu ingat kepada Allah SWT dimanapun dan kapanpun.

Pesan

Semoga kedepannya UNPAD, terutama Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, dapat menjalin kerjasama resmi dengan Balai Taman Nasional Karimunjawa, mengingat Balai Taman Nasional Karimunjawa (BTNKJ) sudah dijadikan tempat PKL sejak tahun 2010. BTNKJ merupakan tempat PKL yang cukup recommended dan wajib untuk dikunjungi khususnya adik-adik ilmu kelautan mendatang.

Saran untuk adik-adik yang berencana PKL di BTNKJ harap menyiapkan diri, dari segi materi, mental, fisik dan pengetahuan. Tunjukkan bagaimana sikap anak lapangan yang tangguh, someah dan sopan karena membawa nama baik Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran.

(44)

32

(45)

33

(46)

34 Lampiran 2. Logbook Kegiatan PKL

(47)
(48)

36 Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan PKL

Perjalanan menuju Pulau Nyamuk Pengambilan Data Terumbu Karang

(49)

37 Kondisi Terumbu Karang di Pantai Sunset

(50)

38

Gambar

Gambar 2. Teknik Visual Sensus
Gambar 4. Pulau Nyamuk
Gambar 5. Pantai Sunset
Gambar 7.    Terumbu Karang dan Bulu Babi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Kampung Singkep, Kecamatan Muara Sabak Barat dapat disimpulkan bahwa: 1) Program pencetakan lahan sawah dari aspek

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi pupuk hayati Biofresh dan bahan organik Bokashi mampu meningkatkan ketahanan tanaman terhadap pengakit karat daun Puccinia pada

Dengan latar belakang diatas, maka penulis merasa perlu untuk meneliti apakah ada hubungan antar jarak kandang ternak babi dan pengolahan limbah atau kotoran

Setelah Anda mengetahui cara mempersiapkan surat lamaran, mempersiapkan pada psikotes, selanjutnya mempersiapkan menghadapi wawancara kerja. Anda harus mengetahui dan

bahwa peningkatan pemahaman dan keterampilan guru tentang penerapan PAKEM dalam kegiatan belajar mengajar berimplikasi pada peningkatan partisipasi atau keaktifan

Dengan berlalunya tahun 2012 sebagai sebuah tahun dalam rangkaian perjalanan panjang usaha Tempo Scan, maka tahun tersebut menambah pula kumpulan dari pengalaman-pengalaman

Gambar 1 Beberapa skema untuk menggambarkan perubahan struktur beda pita yang mungkin pada TiO terdoping nitrogen tipe anatase dengan beberapa non logam (a) beda

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Kepala Biro Kepegawaian selaku. Ketua