• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA ANEMIA PADA IBU HAMIL DI BPM A CILEUNGSI KABUPATEN BOGOR TAHUN 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA ANEMIA PADA IBU HAMIL DI BPM A CILEUNGSI KABUPATEN BOGOR TAHUN 2018"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

56

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA ANEMIA

PADA IBU HAMIL DI BPM “A” CILEUNGSI

KABUPATEN BOGOR TAHUN 2018

1

Ike Yunita, S. SiT, M. Kes, 2Warini, S.ST,. M.Kes Akademi Kebidanan Annisa Jaya

Jl. Karanggan No. 30 Desa Puspasari Citeureup-Bogor

ABSTRAK

Anemia dalam Kehamilan merupakan masalah Nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumberdaya manusia, akibat yang ditimbulkan terhadap janin adalah akan terganggunya pertumbuhan dan pembentukan otak, hal tersebut akan berpengaruh dalam proses tumbuh kembang anak. Maka secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap menurunnya kecerdasan, produktivitas serta kualitas sumberdaya manusia. Mengingat masih tingginya angka kejadian anemia (40,4%) pada ibu hamil di Kabupaten Bogor maka perumusan masalahnya yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil di BPM “A” Cileungsi Tahun 2018.

Tujuan dalam penelitian ini adalah dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil di BPM “A” Cileungsi Tahun 2018, berdasarkan variabel tingkat pendidikan, paritas, jarak persalinan, pekerjaan. Jenis penelitian ini digunakan metode deskriptif analitik dengan data sekunder dan data primer, Populasi penelitian adalah ibu hamil di BPM “A” Cileungsi Tahun 2018 yang berjumlah 30 orang, sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi ibu hamil di BPM “A” Cileungsi Tahun 2018. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis bivariate.

Berdasarkan analisis bivariat didapatkan ada pengaruh pendidikan jarak persalinan dan pekerjaan terhadap Anemia dan tidak ada pengaruh paritas terhadap anemia.

Upaya tenaga kesehatan dalam mencegah terjadinya anemia dalam ibu hamil yaitu dengan memberikan tablet zat besi minimum 90 tablet selama kehamilan, tujuannya untuk mencegah ibu hamil kekurangan darah. Pemberian dimulai pada minggu ke 20, dimulai dengan memberikan 1 tablet/hari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Setiap ibu hamil minimal mendapatkan 90 tablet selama kehamilan serta memberikan penyuluhan tentang gizi seimbang untuk ibu hamil.

(2)

57

ABSTRACT

Anemia in pregnancy is a national problem because it reflects the value of the socio-economic well-being of the community and its influence is very large on the quality of human resources, as a result of the fetus is the disruption of growth and formation of the brain, it will affect the process of child development. So it can indirectly affect the decline in intelligence, productivity and the quality of human resources. Considering the high incidence of anemia (40.4%) in pregnant women in Sukabumi Regency, the formulation of the problem is the factors that influence the occurrence of anemia in pregnant women at BPM "A" Cileungsi in 2018.

The purpose of this study was to determine the factors that influence the occurrence of anemia in pregnant women in BPM "A" Cileungsi 2018, based on variables of education level, parity, distance of labor, employment. This type of research is used analytical descriptive method with secondary data and primary data, the study population is pregnant women in BPM "A" Cileungsi in 2018, amounting to 30 people, while the sample in this study is the entire population of pregnant women in BPM "A" Cileungsi in 2018 The analysis used in this study is bivariate analysis.

Based on the bivariate analysis, it was found that there was an effect of distance education on labor and work on anemia and there was no effect of parity on anemia.

The effort of health workers in preventing anemia in pregnant women is to provide iron tablets with a minimum of 90 tablets during pregnancy, the goal is to prevent pregnant women from lack of blood. Giving begins at week 20, starting with giving 1 tablet / day as soon as possible after the nausea disappears. Every pregnant woman gets at least 90 tablets during pregnancy and provides counseling about balanced nutrition for pregnant women.

Keywords : Influence, Education Level, Parity, Labor Distance, Occupation, Anemia

PENDAHULUAN

Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia banyak terjadi pada masyarakat terutama pada remaja dan ibu hamil. Anemia pada remaja putri sampai saat ini masih cukup tinggi, menurut World Health

Organization (WHO) tahun 2013, prevalensi

anemia dunia berkisar 40-88%. (Kemenkes RI, 2013).

Prevalensi anemia diperkirakan 9% di negara-negara maju, sedangkan di negara berkembang prevalensinya 43%. Anak-anak dan wanita usia subur (WUS) adalah kelompok yang paling berisiko, dengan perkiraan prevalensi anemia pada balita sebesar 47%, pada wanita hamil sebesar 42%, dan pada wanita yang tidak hamil usia 15-49 tahun sebesar 30%. (Jurnal Kesehatan Reproduksi vol 7, 2016).

Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012 menyatakan bahwa prevalensi anemia pada balita sebesar 40,5%, ibu hamil sebesar 50,5%, ibu nifas sebesar

45,1%. Wanita mempunyai risiko terkena anemia paling tinggi terutama pada ibu hamil (Kemenkes RI, 2013). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia sebesar 37, 1 %.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya anemia pada ibu hamil. Selain secara fisiologis, seorang ibu hamil akan mengalami anemia jika selama masa kehamilan tidak menjaga kesehatan dan akan menjadi lebih berat serta dapat memberikan dampak yang sangat buruk, baik bagi janin maupun bagi ibu hamil sendiri.

Faktor-faktor yang mengakibatkan semakin meningkatnya angka kejadian anemia pada ibu hamil, antara lain: usia ibu hamil, umur kehamilan, status sosial ekonomi, budaya, tingkat pendidikan yang juga mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu.

Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang menstimulasi atau merangsang terhadap terwujudnya sebuah perilaku kesehatan. Apabila ibu hamil mengetahui dan memahami

(3)

58

akibat anemia dan cara mencegah anemia maka akan mempunyai perilaku kesehatan yang baik dengan harapan dapat terhindar dari berbagai akibat atau risiko dari terjadinya anemia kehamilan. Perilaku kesehatan yang demikian berpengaruh terhadap penurunan kejadian anemia pada ibu hamil. Sejalan dengan penelitian Rahmawati (2015) Ibu hamil yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang tentang anemia berarti pemahaman tentang pengertian anemia, hal-hal yang menyebabkan anemia, tanda dan gejala anemia, hal-hal yang diakibatkan apabila terjadi anemia, maupun tentang perilaku kesehatan untuk mencegah terjadinya anemia menjadi kurang untuk dapat menghindari terjadinya anemia kehamilan, sehingga ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kejadian anemia pada ibu hamil (Rahmawati, 2015).

Menurut Apriyanti salah satu yang mempengaruhi anemia adalah jumlah anak (paritas) dan jarak antar kelahiran yang dekat. Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin mampu hidup diluar rahim. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas lebih dari 3 mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi atau paritas ≥3 merupakan faktor terjadinya anemia yang berhubungan erat dengan jarak kehamilan yang terlalu dekat <2 tahun. Hal ini disebabkan karena terlalu sering hamil sehingga dapat menguras cadangan zat gizi tubuh ibu (Apriyanti, 2015).

Tingkat ekonomi terbukti sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik dan psikologis ibu hamil. Pada ibu hamil dengan tingkat sosial ibu hamil yang baik otomatis akan mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologi yang baik pula. Status gizi pun akan meningkat karena nutrisi yang didapatkan berkualitas, selain itu ibu tidak akan terbebani secara psikologis mengenai biaya persalinan dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari setelah bayinya lahir (Manuaba, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh Kafiyanti pada tahun 2016 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Anemia Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Trimester III Di Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta Ada hubungan antara variabel

tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III (KAFIYANTI dan Muhartati, 2016).

Hasil penelitian Cahyani (2015) mengatakan bahwa makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi dan semakin menjadi anemia dan hasil statistik didapatkan bahwa ada hubungan paritas dengan kejadian anemia (Cahyani dan Widarsa, 2014).

Hasil penelitian Wahyuni (2017) menunjukkan bahwa Ibu yang mengalami perdarahan postpartum lebih berisiko terjadi pada ibu yang mengalami anemia dalam kehamilan dan jarak persalinan <2 tahun. Hasil analisis bivariat diperoleh ada hubungan antara anemia dalam kehamilan (p=0,000) dan jarak persalinan (p=0,000) dengan kejadian perdarah postpartum. Ibu yang anemia memiliki risiko 28 kali untuk mengalami perdarahan postpartum (OR=28,571) sedangkan ibu yang jarak persalinan <2 tahun memiliki risiko 19 kali untuk mengalami perdarahan postpartum (OR=19,3) (Wahyu dan Suharni, 2017).

Penelitian Madiah Tahun 2017 Hubungan Ekonomi dan Akses Pelayanan ANC dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Anemia di Jalan Kawat VI-Kawat VII Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli Terdapat hubungan antara pekerjaan dengan pengetahuan ibu

hamil tentang anemia, mayoritas ibu hamil yang bekerja yang berpengetahuan baik. Terdapat

hubungan antara pendapatan dengan pengetahuan ibu hamil tentang anemia, mayoritas ibu hamil yang memiliki pendapatan >2.034 memiliki pengetahuan baik. Terdapat hubungan antara kegiatan di masyarakat dengan pengetahuan ibu hamil tentang anemia, ibu hamil yang mempunyai kegiatan masyarakat yang memiliki pengetahuan baik. Terdapat hubungan yang signifikan antara akses pelayanan ANC dengan pengetahuan ibu hamil tentang anemia, yang berpengetahuan baik ibu hamil yang melakukan pelayanan ANC (LUBIS, 2017).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 03 Mei 2018 di BPM Bidan “A”, penulis berhasil mewawancarai 13 ibu hamil dengan hasil 4 ibu hamil

(4)

59

berpengetahuan baik dan 9 ibu hamil berpengetahuan kurang tentang anemia. Metode

Jenis penelitian ini digunakan metode deskriptif analitik dengan data sekunder dan data primer.

Populasi penelitian adalah ibu hamil di BPM “A” Cileungsi Tahun 2018 yang berjumlah 30 orang, sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi ibu hamil di BPM “A” Cileungsi Tahun 2018.

Teknik pengumpulan data menggunakan data primer.Data primer penelitian ini adalah data yang diperoleh dari

siswi yang masuk pada sampel penelitian melalui kuesioner. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis bivariate.

Hasil Dan Pembahasan

Tabel 1.

Pengaruh pendidikan terhadap anemia pada ibu hamil di BPM “A” Cileungsi Pendidikan Anemia Jumlah X2 P Anemia Tdk Anemia SD 13 0 13 0,001 0,05 SMP 3 7 10 SMA 6 1 7 Perguruan tinggi 0 0 0 Jumlah 22 8 30

Dari data tabel di atas pada kelompok pendidikan SD terdapat 13 orang dengan anemi,, pada kelompok pendidikan SMP terdapat 3 orang dengan anemia dan 7 orang tidak anemia, pada kelompok pendidikan SMA terdapat 6 orang dengan anemia dan 1 orang tidak anemia dan tidak ada responden yang berpendidikan perguruan tinggi.

Analisa bivariat pengaruh pendidikan terhadap anemia di BPM “A” Cileungsi, didapatkan angka analisa “pearson Chi-Square”, hitung sebesar 0,001 dengan tarap signifikan yaitu 0,05 sehingga Ho ditolak dan H1 diterima, artinya ada pengaruh pengetahuan terhadap anemia.

Tabel 2.

Pengaruh paritas terhadap anemia pada ibu hamil di BPM “A” Cileungsi No Paritas Anemia Jumlah X2 P Anemia Tdk Anemia 1 0/belum melahirkan 3 0 3 0,218 0,05 2 1-2 kali 9 6 15

(5)

60

3 3-4 kali 9 1 10

4 > 4 kali 1 1 2

Jumlah 22 8 30

Dari data tabel di atas pada kelompok paritas belum pernah melahirkan terdapat 3 orang dengan anemia dan tidak ada yang tidak anemia, pada kelompok paritas 1-2 kali terdapat 9 orang dengan anemia dan 6 orang tidak anemia, pada kelompok paritas 3-4 kali terdapat 9 orang dengan anemia dan 1 orang tidak anemia dan pada paritas > 4 kali terdapat 1 orang

dengan anemia dan 1 orang tidak anemia.

Analisa bivariat pengaruh paritas terhadap anemia di BPM “A” Cileungsi, didapatkan angka analisa “pearson Chi-Square”, hitung sebesar 0,218 dengan tarap signifikan yaitu 0,05 sehingga Ho diterima dan H1 ditolak, artinya tidak ada pengaruh paritas terhadap anemia.

Tabel 3.

Pengaruh jarak persalinan terhadap anemia pada ibu hamil di BPM “A” Cileungsi

No Jarak persalinan Anemia Jumlah X2 P

Anemia Tdk Anemia 1 < 2 tahun 16 1 17 0,009 0,05 2 > 2 tahun 4 6 10 3 0/belum pernah melahirkan 2 1 3 Jumlah 22 8 30

Dari data tabel di atas pada kelompok jarak persalinan < 2 tahun terdapat 16 orang dengan anemia dan 1 orang tidak anemia, pada kelompok > 2 tahun terdapat 4 orang dengan anemia dan 6 orang tidak anemia, dan pada kelompok belum pernah melahirkan terdapat 2 orang dengan anemia dan 1 orang tidak anemia.

Analisa bivariat pengaruh jarak persalinan terhadap anemia di BPM “A” Cileungsi, didapatkan angka

analisa “pearson Chi-Square”, hitung sebesar 0,009 dengan tarap signifikan yaitu 0,05 sehingga Ho ditolak dan H1 diterima, artinya ada pengaruh Jarak Persalinan terhadap anemia.

Tabel 4.

Pengaruh pekerjaan terhadap anemia pada ibu hamil di BPM “A” Cileungsi

Pekerjaan Anemia Jml X2 P Anemia Tdk Anemia Ringan 12 0 12 0,00 7 0,05 Berat 10 8 18 Jumlah 22 8 30

(6)

61

Dari data tabel di atas pada kelompok pekerjaan ringan terdapat 12 orang dengan anemia, pada kelompok pekerjaan berat terdapat 10 orang dengan anemia dan 8 orang tidak anemia.

Analisa bivariat pengaruh pekerjaan terhadap anemia di BPM “A” Cileungsi, didapatkan angka analisa “pearson Chi-Square”, hitung sebesar 0,007 dengan tarap signifikan yaitu 0,05 sehingga Ho ditolak dan H1 diterima, artinya ada pengaruh Pekerjaan terhadap anemia.

Pengaruh pendidikan terhadap anemia pada ibu hamil di BPM “A” Cileungsi

Berdasarkan hasil penelitian pada ibu hamil yang mengalami anemia sebagian besar pada ibu hamil dengan pendidikan SD yaitu sebanyak 13 orang (43,3%), sedangkan sebagian kecil ibu hamil dengan pendidikan SMA sebanyak 7 orang (23,3%).

Analisa bivariat pengaruh pendidikan terhadap anemia di BPM Bidan “A” Cileungsi, didapatkan angka analisa “pearson Chi-Square”, hitung sebesar 0,001 dengan tarap signifikan yaitu 0,05 sehingga Ho ditolak dan H1 diterima, artinya ada pengaruh pengetahuan terhadap anemia.

Menurut Depkes RI (2015). Tingkat pendidikan seseorang yang tinggi akan menimbulkan sikap dan perilaku positif dan dapat menerima informasi serta pengetahuan mengenai kesehatan dan gizi. Keadaan ini dapat mencegah timbulnya masalah anemia yang tidak diinginkan. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan mencari pelayanan kesehatan dan gizi yang lebih bermutu dan bervariasi.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari hasil penelitian sesuai dengan teori karena sebagian besar yang menderita anemia terjadi pada ibu yang berpendidikan SD atau berpendidikan rendah.

Pengaruh paritas terhadap anemia pada ibu hamil di BPM “A” Cileungsi

Berdasarkan hasil penelitian pada ibu hamil yang mengalami anemia menurut paritas sebagian besar terjadi pada ibu dengan paritas 1–2 kali sebanyak 15 orang (50%) sedangkan sebagian kecil pada > 4 kali sebanyak 2 orang (6,7%).

Analisa bivariat pengaruh paritas terhadap anemia di BPM Bidan “A” Cileungsi, didapatkan angka analisa “pearson Chi-Square”, hitung sebesar 0,218 dengan tarap signifikan yaitu 0,05 sehingga Ho diterima dan H1 ditolak, artinya tidak ada pengaruh paritas terhadap anemia.

Menurut manuaba (2015) pada ibu dengan kehamilan maupun paritas lebih dari 4 atau lebih dari 5 memiliki resiko lebih besar menderita anemia dari pada ibu dengan paritas < dari 4. Hal ini disebabkan karena cadangan zat besi (Peritin) dalam tubuh sudah digunakan dalam kehamilan dan persalinan yang terdahulu. Selain itu riwayat kehamilan terdahulu sangat berpengaruh terhadap potensi terjadinya anemia, makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan semakin banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis jika persediaan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan mengurus persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya.

Hal ini tidak sesuai dengan teori karena tingkat kejadiaan anemia sebagian besarnya terjadi pada ibu hamil dengan paritas 1–2 kali.

Pengaruh jarak persalinan

terhadap anemia pada ibu hamil di BPM “A” Cileungsi

Berdasarkan hasil penelitian pada ibu hamil yang mengalami anemia menurut jarak persalinan sebagian besar pada jarak persalinan kurang dari 2 tahun sebanyak 19 orang (63,3%), sedangkan sebagian kecil pada jarak persalinan lebih dari 2 tahun sebanyak 11 orang (36,6%).

(7)

62

Analisa bivariat pengaruh jarak persalinan terhadap anemia di BPM “A” Cileungsi, didapatkan angka analisa “pearson Chi-Square”, hitung sebesar 0,009 dengan tarap signifikan yaitu 0,05 sehingga Ho ditolak dan H1 diterima, artinya ada pengaruh jarak persalinan terhadap anemia.

Menurut Manuaba (2015). Setelah kejadian dengan lahirnya plasenta dan perdarahan, ibu akan mengalami kehilangan zat besi sekitar 900 mg, saat laktasi ibu masih memerlukan kesehatan jasmani yang optimal sehingga dapat menyiapkan ASI untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Apabila kehamilan berulang dalam waktu singkat akan menyebabkan cadangan zat besi ibu yang belum pulih akan terkuras untuk keperluan janin yang dikandung berikutnya. Jika persediaan cadangan Fe minimal maka setiap kehamilan akan terkuras persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya.

Menurut Darmanely, (2014). Sedangkan jarak persalinan yang aman sekurang-kurangnya 2 tahun atau lebih, hal ini disebabkan zat besi ibu dalam tubuh ibu akan pulih kembali dalam waktu 2 tahun.

Dapat disimpulkan bahwa dari hasil penelitian sesuai dengan teori karena sebagian besar yang menderita anemia terjadi pada ibu dengan jarak persalinan < dari 2 tahun.

Pengaruh pekerjaan terhadap anemia pada ibu hamil di BPM “A” Cileungsi

Berdasarkan hasil penelitian pada ibu hamil yang mengalami anemia menurut pekerjaan sebagian besar adalah ibu yang tingkat pekerjaan berat yaitu sebanyak 18 orang (60%) sedangkan sebagian kecil terjadi pada ibu hamil dengan tingkat pekerjaan ringan sebanyak 12 orang (40%).

Analisa bivariat pengaruh pekerjaan terhadap anemia di BPM “A” Cileungsi, didapatkan angka analisa “pearson Chi-Square”, hitung sebesar 0,007 dengan tarap signifikan yaitu 0,05 sehingga Ho ditolak dan H1

diterima, artinya ada pengaruh pekerjaan terhadap anemia.

Pada ibu yang pekerja berat cenderung waktu untuk istirahat dan kesempatan untuk memeriksakan kehamilan dan meminum tablet Fe cenderung lebih kecil karena pekerjaan yang harus dilaksanakan setiap harinya. Hal ini akan memperbesar tingkat kejadian anemia. Sedangkan ibu hamil yang tingkat pekerjaannya ringan akan lebih banyak memiliki akses dan waktu atau kesempatan yang lebih banyak terhadap berbagai informasi tentang kesehatan dapat memeriksakan kehamilannya secara berkesinambungan yang bisa dijadikan dasar dalam mendukung terciptanya suatu prilaku untuk pengetahuan ibu hamil mengenai tablet fe yang di konsumsi selama hamil.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh pekerjaan terhadap anemia.

Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil di BPM “A” Cileungsi Tahun 2018 dapat disimpulkan bahwa tingakat pendidikan, jarak persalinan serta pekerjaan mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil, namun paritas tidak mempengaruhi terjadinya anemia anemia pada ibu hamil.

Seiring dengan makin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi, diharapkan bagi tenaga kesehatan seperti Bidan, Dokter, dan Petugas Kesehatan lainnya hendaknya tetap selalu meningkatkan ilmu pengetahuan dan ketrampilannya sehingga berbagai komplikasi akibat anemia pada ibu hamil dapat di hindari seminimal mungkin. BPM “A” Cileungsi sebagai tempat penelitian agar dapat lebih meningkatkan kembali penyuluhan tentang anemia terhadap sasaran dengan melibatkan lintas program dan lintas sektoral.

(8)

63

Daftar Pustaka

Christine Henderson & Kathleen Jones, 2015. Buku ajar konsep

kebidanan, Jakarta, EGC. Hal

136 – 146.

Cunningham. 6, f, et dkk all. 2015, Obstetri Williams Edisi 21, Vol 1, Jakarta. Buku kedokteran, EGC

Cahyani, N. W. W. dan Widarsa, I. K. T. (2014). Penerapan analisis jalur dalam analisis faktor determinan eksklusivitas pemberian ASI di wilayah kerja Puskesmas Payangan

Gianyar. Community Health. Udayana University, 2(1), hal. 96–106. Henderson C., Jones K. 2015. Konsep

Kebidanan, Jakarta, EGC

Kemenkes RI, 2013 Kemenkes RI,2015

Kafiyanti, N. dan Muhartati, M. (2016).

Hubungan Tingkat

Pengetahuan Ibu Hamil

Tentang Anemia Dengan

Kejadian Anemia Pada Ibu

Hamil Trimester III di

Puskesmas Jetis Kota

Yogyakarta. Universitas’

Aisyiyah Yogyakarta

LUBIS, M. E. (2017). Hubungan

Sosio Ekonomi dan Akses Pelayanan Anc Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Anemia Di Jalan Kawat Vi-Kawat VII Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli,” Jurnal Ilmiah Simantek,

1(2).

Mansjoes, A, dkk. 2011. Kapita Selekta

Kedokteran, Jakarta. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal 253 – 254. Manuaba, I B G, 2015. Ilmu

Kebidanan, Jakarta, Penyakit

Kandungan dan KB, ECG. Mohtar Rustam, 2015. Sinopsis

Obstetri, Jakarta, EGC.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2013.

Pendidikan dan Perilaku

Kesehatan Edisi Revisi Cetakan ke 3. Jakarta.

Pusdiknakes-WHO-JHPIEGO, 2013.

Saifudin, B.A. 2012. Buku Acuan

Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta,

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Hal 89,7.

Sabarguna, BS. 2018. Karya Tulis Ilmiah Untuk Mahasiswa D3 Kebidanan, diterbitkan oleh Sagung Seto, Jakarta : 102 Wiknjosastro, H. 2015. Ilmu

Kebidanan, Jakarta, Yayasan

Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Hal : 180, 125.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi polimorfisme rs4820268 gen TMPRSS6 yang kemungkinan sebagai salah satu faktor risiko terjadinya anemia defisiensi besi pada ibu

hamil mengenai anemia, faktor status sosial ekonomi keluarga, faktor asupan nutrisi selama masa kehamilan dan faktor tingkat kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe dan

hamil mengenai anemia, faktor status sosial ekonomi keluarga, faktor asupan nutrisi selama masa kehamilan dan faktor tingkat kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe dan

Tujuan umum penelitian untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada Ibu Hamil di Posyandu Kelurahan Pranan dan tujuan khusus untuk untuk

Studi survei karakteristik ibu hamil dengan kejadian anemia yang dilakukan oleh Yuniarti (2008) didapatkan bahwa ibu hamil yang menderita anemia lebih banyak

hamil mengenai anemia, faktor status sosial ekonomi keluarga, faktor asupan nutrisi selama masa kehamilan dan faktor tingkat kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe dan

Studi survei karakteristik ibu hamil dengan kejadian anemia yang dilakukan oleh Yuniarti (2008) didapatkan bahwa ibu hamil yang menderita anemia lebih banyak

KESIMPULAN Kesimpulan yang didapatkan yaitu variabel-variabel yang mempengaruhi ibu hamil terkena anemia meliputi variabel X1 usia ibu ketika mengandung atau hamil, variabel X2 usia