• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN Latar Belakang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 ANALISIS GEOSPASIAL TERHADAP KONVERSI LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN

METODE CELLULAR AUTOMATA Muhammad Irsul Kurniawan, Samsu Arif, Paharuddin

Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin

email:irsulkurniawan@gmail.com

ABSTRAK Manusia membutuhkan sumber daya sebagai sarana melanjutkan dan mempertahankan kehidupannya, salah satunya adalah sumber daya lahan. Perubahan tutupan lahan di suatu wilayah merupakan pencerminan upaya manusia memanfaatkan dan mengelola sumber daya lahan sehingga analisis Geospasial dibutuhkan untuk memprediksikan pola konversi tutupan lahan. Salah satu metode prediksi yang digunakan adalah permodelan dengan menggunakan metode Cellular Automata. Model Cellular Automata mensimulasikan pola perubahan tutupan lahan yang terjadi secara time-series. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan tutupan lahan di Kabupaten Gowa dari tahun 2019 sampai 2025. Penelitian dilakukan pada 12 kecamatan di kabupaten Gowa menggunakan data Citra Landsat dan data pendukung simulasi. Citra Landsat kemudian diolah sehingga diperoleh data tutupan lahan tahun 2010, 2013, dan 2016 ke dalam 5 kelas berupa tubuh air, hutan, lahan lainnya, pertanian, dan permukiman. Data tutupan lahan tahun 2010 dan 2013 kemudian diproses dengan analisis probabilitas transisi Markov Chain. Model yang diperoleh divalidasilan dengan Kappa Accuracy menggunakan tutupan lahan tahun 2016. Model yang telah tervalidasi diberikan faktor pendorong dan faktor pembatas yang digunakan dalam melakukan simulasi model Cellular Automata-Markov untuk 3, 6, dan 9 tahun ke depan. Hasil simulasi menghasilkan estimasi tutupan lahan untuk tahun 2019, 2022, dan 2025 di daerah penelitian. Model simulasi menunjukkan bahwa tutupan lahan kelas permukiman mengalami peningkatan luas area dari tahun 2019 ke 2022 sebesar 1.400,66 Ha dan dari tahun 2022 ke 2025 sebesar 1.350,38 Ha. Tutupan lahan kelas pertanian mengalami penururan luas area dari tahun 2019 ke 2022 sebesar 1.399,32Ha dan dari tahun 2022 ke 2025 sebesar 1.349,07 Ha. Untuk kelas tubuh air, hutan, dan tutupan lahan lainnya mengalami perubahan dengan nilai yang kecil

Kata kunci: Cellular Automata, Markov Chain, Kappa Accuracy, Perubahan tutupan lahan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manusia sebagai salah satu makhluk hidup membutuhkan sumber daya sebagai sarana melanjutkan dan mempertahankan kehidupannya, salah satunya adalah sumber daya lahan. Laju pertumbuhan penduduk yang pesat menyebabkan kebutuhan akan sumber daya lahan semakin meningkat, namun akibat terbatasnya persediaan sumber daya lahan maka terjadi alih fungsi lahan yang berbeda dari fungsi lahan sebelumnya (Arif, 2016).

Perubahan tutupan lahan di suatu wilayah merupakan pencerminan upaya manusia memanfaatkan dan mengelola sumber daya lahan. Tidak dapat dihindari bahwa tutupan lahan akan berubah selama pembangunan berlangsung. Perubahan tersebut terjadi karena dua faktor, pertama karena keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin meningkat dan kedua berkaitan dengan tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik (Paharuddin, 2012). Pengolahan dan pengembangan sumber daya lahan saat ini mengalami berbagai macam permasalahan.

Hal ini diakibatkan oleh berbagai konflik kepentingan seperti kepentingan sektor pertanian, perkebunan, pemukiman, perindustrian, perkotaan, dan lainnya. Selain itu, pengolahan lahan dengan kurangnya informasi terhadap potensi suatu lahan menjadikan lahan tersebut tidak tepat dalam penggunaannya (Peruge, 2013). Hasilnya, lahan yang optimal terhadap suatu fungsi dan kegunaan tertentu berubah menjadi lahan yang dengan fungsi lain yang hasilnya tidak maksimal.

Dalam pembangunan wilayah, perencanaan penggunaan lahan diperlukan untuk mengarahkan para pengambil keputusan dalam usaha untuk memilih jenis tutupan lahan yang sesuai, menentukan lokasi spasial yang optimal dari kegiatan yang direncanakan, mengidentifikasi dan merumuskan peluang untuk perubahan pemanfaatan lahan, dan mengantisipasi konsekuensi perubahan kebijakan penggunaan lahan (Baja, 2012).

Kabupaten Gowa adalah salah satu Daerah Tingkat II di Sulawesi Selatan yang memiliki luas wilayah ± 1.883,33 km2 (BKSPMM, 2011). Kabupaten Gowa merupakan daerah yang bersinggungan dengan Kota Makassar yang merupakan kawasan perkotaan. Dalam hal ini, Kabupaten Gowa juga

(2)

2 mengalami proses perubahan pengelolahan lahan

yang diakibatkan oleh pertumbuhan penduduk di daerah perkotaan dan sekitarnya yang semakin pesat. Dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk yang ada di Kabupaten Gowa, maka meningkat pula kebutuhan hidup masyarakatnya. Hal tersebut menyebabkan perubahan terhadap fungsi lahan.

Analisis Geospasial dibutuhkan untuk memprediksikan pola konversi penggunaan lahan. Salah satu metode prediksi yang digunakan adalah dengan permodelan yang menggunakan metode Cellular Automata. Cellular Automata (CA) pertama kali digagas oleh Ulam dan Von Neumann pada 1940-an untuk memberikan kerangka kerja formal dalam menyelidiki perilaku kompleks dari suatu sistem secara luas (Paharuddin, 2012). Dengan menggunakan metode Cellular Automata yang memiliki sistem dinamis terhadap waktu, dapat diperoleh model berbasil spasial untuk memprediksi kondisi lahan yang akan datang (Paharuddin, 2012). Model cellular Automata mensimulasikan pola perubahan tutupan lahan yang terjadi di Kabupaten Gowa secara time-series. Dengan memvalidasikan hasil model dengan keadaan yang sebenarnya, didapatkan hasil prediksi untuk tahun-tahun yang akan datang. Oleh karena itu penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam penentuan perencanan pembangunan dan pengelolaan lahan untuk Kabupaten Gowa.

Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari penelitian ini mencakup analisis Geospasial terhadap perubahan lahan di Kabupaten Gowa yang menghasilkan model perubahan lahan untuk 3, 6 dan 9 tahun yang akan datang. Dimana data tutupan lahan berasal dari data citra Landsat Kabupaten Gowa tahun 2010, 2013, dan 2016 yang diklasifikasikan menjadi 5 kelas tutupan lahan yaitu: tubuh air, lahan terbangun, lahan pertanian, hutan dan tutupan lahan lainnya. Dengan menentukan probabilitas alih fungsi lahan menggunakan Markov Chain Analysis, kemudian model perubahan tutupan lahan diproses dengan menggunakan metode Cellular Automata dimana diberikan parameter pendorong dan parameter pembatas dalam proses simulasi Cellular Automata-Markov.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis probabilitas perubahan tutupan lahan melalui peta tutupan lahan lokasi

penelitian tahun 2010 dan tahun 2013 dengan pendekatan markov chain.

2. Melakukan validasi terhadap hasil pendekatan markov chain menggunakan peta tutupan lahan tahun 2016 untuk mengetahui tingkat keakuratan model.

3. Memprediksi perubahan tutupan lahan di Kabupaten Gowa untuk 3, 6, dan 9 tahun kedepan.

TINJAUAN PUSTAKA

Pendekatan Konversi Tutupan Lahan dengan Pendekatan Cellular Automata.

Model Cellular Automata (CA) awalnya digagas oleh Ulam dan Von Neumann pada 1940-an untuk memberikan kerangka kerja formal dalam menyelidiki perilaku kompleks dari suatu sistem secara luas. Wolfram (1983) menjalaskan bahawa Cellular Automata adalah idealisasi matematika dari sistem fisika di mana ruang dan waktu memiliki nilai diskrit. Cellular Automata terdiri dari larik seragam (“array”), biasanya tak terbatas pada pelebarannya, dengan variabel diskrit disetiap daerahnya (“sel”). Keadaan Cellular Automata sepenuhnya ditentukan oleh nilai-nilai variabel yang dimiliki tiap sel. Sebuah Cellular Automata berkembang dalam tahapan waktu yang diskrit, dengan nilai variabel selnya dipengaruhi oleh nilai-nilai variabel “tetangga” pada tahapan waktu sebelumnya. Tetangga dari sebuah sel biasanya diambil untuk menjadi sel itu sendiri dan semua sel berbatasan langsung. Variabel di setiap sel diperbarui secara bersamaan (serentak), berdasarkan pada nilai variabel sel dan tetangga mereka pada tahapan waktu sebelumnya, dan harus sesuai dengan suatu “aturan lokal” yang definitif.

Gambar Ilustrasi Cellular Automata. Jensen (1996) dalam Peruge (2013) menjelaskan bahwa Ketetanggaan (neighborhood) artinya perubahan tutupan lahan pada satu piksel akan dipengaruhi oleh tutupan lahan pada piksel tetangganya. Dalam hal ini yang perlu didefinisikan adalah jumlah piksel yang dianggap sebagai tetangga. Konsep ketetanggaan ini, secara teknis diterjemahkan dengan filter/jendela, seperti diperlihatkan pada Gambar.

(3)

3 Gambar Ilustrasi dari ukuran filter, (a) Filter 3x3,

(b) Filter 5x5, (c) Filter 7x7, (d) Filter Oktogonal 5x5, (3)Filter Oktogonal 7x7, (f) Filter Cros 4 tetangga terdekat (Sumber:Jensen 1996 dalam

Peruge 2013).

Menurut Hedge (2009) Model Cellular Automata memiliki prinsip kerja sebagai berikut :

1. Melakukan simulasi keadaan pada saat ini dengan mengekstrapolasi keadaan masa lampau menggunakan gambar yang bersifat time-series.

2. Melakukan Validasi hasil simulasi dengan menggunakan penginderaan jauh bersifat time-series pada kondisi masa lampau dan juga kumpulan hasil observasi lapangan.

3. Memungkinkan model untuk diiterasikan ke tahun pilihan di masa depan.

4. Membandingkan model yang dihasilkan dalam pendekatan time-series yang autoregresif untuk kondisi tahunannya.

Pada tahun 1983, Stephen Wolfram pertama kali menerbitkan serangkaian makalah sistematis untuk mengkaji Cellular Automata satu dimensi paling sederhana, yang disebut elementary cellular automata (Wolfram 1983, 1994). Hasil kajian Stephen Wolfram secara sistematis menghasilkan jenis-jenis Cellular Automata dasar yang bekerja berdasarkan sekumpulan aturan (rule). Kemudian diperkenalkan sebuah metode baru yang bergantung pada aturan secara umum dan dapat diwujudkan melalui program komputer sederhana (Wolfram, 2002 dalam Paharuddin, 2012).

Selanjutnya Stephen Wolfram dalam Paharuddin (2012) menyatakan bahwa dalam program yang sederhana tersebut terdapat keuniversalan yang dapat menguraikan semua fenomena yang ada di alam dengan model Cellular Automata, misalnya mencari bentuk daun, bentuk kristal salju, pola kulit binatang, dan bentuk-bentuk artistik. Stephen Wolfram meyakini bahwa dengan mengembangkan metode ini maka dapat dibangun sebuah dasar dari semua teori fisika, dimana ruang, waktu, mekanika kuantum dan semua bentuk yang ada di dunia ini akan disatukan.

Suatu Cellular Automata tersusun dari sebuah larik (Array), dengan sel yang identik dan saling berinteraksi satu sama lain. Array tersebut dapat membentuk susunan sel 1 dimensi, 2 dimensi maupun 3 dimensi. Susunan sel-sel tersebut dapat membentuk grid segi empat sederhana maupun susunan lain seperti sarang lebah yang terdiri dari bagian-bagian berbentuk segi enam (heksagonal), sebagaimana digambarkan susunan sel-sel Cellular Automata berikut (Weisstein, Eric W. 2002 dalam Paharuddin 2012).

Gambar Susunan sel cellular automata (Sumber:Paharuddin, 2012).

Wolfram (1984) dalam Paharuddin (2012) menyatakan bahwa salah satu aturan yang sangat sederhana untuk perubahan waktu dari nilai-nilai suatu keadaan diformulasikan sebagai berikut :

𝒂𝒊(𝒕) = 𝑭 [𝒂𝒊−𝒓(𝒕−𝟏), 𝒂𝒊−𝒓+𝟏(𝒕−𝟏) , … , 𝒂𝒊(𝒕−𝟏) , … , 𝒂𝒊+𝒓(𝒕−𝟏)] Di mana :

 𝑭 adalah fungsi arbitrary yang menentukan aturan CA,

 𝒓 menyatakan serangkaian aturan,

 𝒂𝒊(𝒕) menunjukkan nilai dari keadaan ke i untuk CA satu dimensi pada langkah waktu t. Nilai-nilai suatu keadaan, berubah setelah proses iterasi pada periode berikutnya sesuai aturan yang diberikan.

Sipper, M and Tomassini, M (1999) dalam Paharuddin (2012) memberikan bentuk formal Cellular Automaton A, terdiri dari empat komponen yang dirumuskan sebagai berikut :

𝑨 = (𝑺, 𝑮, 𝒅, 𝒇)

Huruf 𝑆 adalah kumpulan keadaan berhingga yaitu banyaknya sel yang tersusun secara array (Torrens, Paul M., 2009 dalam Paharuddin 2010). Setiap sel mempunyai nilai tertentu yang dapat berupa biner, hexa, ataupun karakter yang selanjutnya disimbolkan dengan 𝐶, 𝐺 adalah kumpulan sel tetangga disimbolkan dengan 𝑛, 𝑑 adalah dimensi dari A, dan 𝑓 adalah aturan interaksi lokal juga disebut sebagai aturan transisi disimbolkan dengan 𝑟.

(4)

4 Karakteristik Cellular Automata dicirikan dengan 5

sifat (Karafyllidis, I and Thanailakis, A. 1997 dalam Paharuddin 2012), yaitu:

1. Banyaknya dimensi keruangan (𝒏);

2. Lebar masing-masing sisi dari array (𝒘), 𝒘𝒋 adalah lebar dari sisi ke-j dari array, dimana j = 1, 2, 3, ... n

3. Lebar dari tetangga terdekat suatu sel (𝒅). 𝒅𝒋 adalah jarak tetangga terdekat di sisi ke-j dari array.

4. Keadaan dari sel-sel Cellular Automata

5. Aturan lokal Cellular Automata, sebagai fungsi arbitrari 𝑭.

Keadaan dari sebuah sel pada langkah waktu (𝒕+1) dihitung menurut 𝑭. 𝑭 adalah fungsi dari keadaan sel ini dan keadaan sel disekitarnya pada waktu 𝒕. Kasus Cellular Automata dua-dimensi (𝒏=2), dengan lebar jarak tetangga terdekat 𝒅𝟏=3 dan 𝒅𝟐=3, ditunjukkan pada gambar 2. 5, dengan sel bagian kanan menyatakan keadaan sel pada langkah waktu (𝒕+1). Dalam hal ini tetangga terdekat dari sel 𝑿(𝒊, 𝒋) terbentuk dari sel 𝑿(𝒊, 𝒋) itu sendiri dan delapan sel di sekitarnya. Demikian seterusnya untuk mendapatkan sel berikutnya. Aturan satu sel ke sel yang lain dapat ditafsirkan seperti perubahan dari belum berkembang ke berkembang atau sebaliknya. Perubahan ini adalah suatu fungsi dari sesuatu yang sedang berlangsung di radius sel. Tetangga pada umumnya digambarkan sebagai sel yang bersebelahan, atau beberapa sel yang saling berdekatan.

Gambar Cellular Automata 2D (sumber: Paharuddin 2012).

Dengan menggunakan informasi ini setiap sel menerapkan aturan sederhana untuk menentukan apakah harus berubah dan pada keadaan apa harus berubah. Langkah dasar tersebut diulang terus pada seluruh susunan sel secara terus-menerus, hingga mendapatkan suatu keadaan tertentu. Rencana tata guna lahan berkaitan dengan parameter yang kompleks, namun tetap dapat dipresentasikan dalam bentuk satuan informasi dalam bentuk grid, sehingga pendekatan Cellular Automata dapat diterapkan. (Baja, 2012)

METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian ini mencakup 12 Kecamatan di wilayah Kabupaten Gowa, yaitu Kecamatan Somba Opu, Kecamatan Bontomarannu, Kecamatan Bungaya, Kecamatan Palangga, Kecamatan Bontonompo, Kecamatan Bontonompo Selatan, Kecamatan Bajeng, Kecamatan Bajeng Barat, Kecamatan Parangloe, Kecamatan Pattallassang, Kecamatan Barombong dan Kecamatan Manuju. Secara geografis terletak pada -5° 9' 9,72" LS sampai -5° 28' 9,372" LS dan 119° 21' 47,304" BT sampai 119° 48' 10,332" BT.

Gambar Peta Lokasi Penelitian. Alat

Adapun alat yang digunakan dalam penelititan

ini

adalah Personal Computer (PC) yang di

dalamnya telah terpasang program berupa:

 Software Pengolah Data Geospasial berupa ArcGIS 10.0 Lisensi Fakultas MIPA.

 Software Pengolah Data Raster berupa Idrisi Selva 17.0 Trial License 30 Hari.

 Software Pengolah Text berupa NotePad. Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam penelititan ini adalah sebagai berikut:

1. Data Citra Landsat 7 ETM+ (Enhanced Thematic Mapper Plus) Path 114 Row 64 bertipe raster untuk Tahun 2010 Cakupan Wilayah Kabupaten Gowa bersumber dari http://www.earthexplorer.usgs.gov/.

2. Data Citra Landsat 8 OLI (Operational Land Imager) and TIRS (Thermal Infrared Sensor) Path 114 Row 64 bertipe raster untuk tahun 2013 dan 2016 Cakupan Wilayah Kabupaten Gowa

bersumber dari

(5)

5 3. Data Citra Gabungan Bing Maps Satellite zoom

x18 bertipe raster Cakupan Wilayah Kabupaten

Gowa bersumber dari

http://www.bing.com/maps/.

4. Data DEM/SRTM 30 (1 Arcsecond) bertipe raster Cakupan Wilayah Kabupaten Gowa

bersumber dari

http://www.earthexplorer.usgs.gov/.

5. Peta Administrasi Kabupaten Gowa bertipe vektor bersumber dari RTRW Kabupaten Gowa. Tahapan Penelitian

1. Persiapan

2. Pembuatan Data Vektor Tutupan Lahan 3. Pembuatan Data Vektor Pendukung Penelitian 4. Pembuatan Data Raster Penelitian

5. Analisis Perubahan Tutupan Lahan 6. Analisis Cross-Classification

7. Probabilitas Markov dan Model Stokastik 8. Validasi Model Stokastik

9. Evaluasi Kriteria Parameter Cellular Automata – Markov

10. Standarisasi Kriteria Parameter Tutupan Lahan 11. Pembuatan Data Raster Potensi Perubahan

Tutupan Lahan

12. Pembuatan Model Simulasi Cellular Automata – Markov

Bagan Alir Penelitian

Gambar Bagan Alir Penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN

Model Simulasi Cellular Automata – Markov

Gambar Model tutupan lahan hasil CA-Markov untuk tahun 2019: (1) tubuh air, (2) hutan, (3)

tutupan lahan lainnya, (4) pertanian, (5) permukiman.

(6)

6 Gambar Model tutupan lahan hasil CA-Markov

untuk tahun 2022: (1) tubuh air, (2) hutan, (3) tutupan lahan lainnya, (4) pertanian, (5)

permukiman.

Gambar Model tutupan lahan hasil CA-Markov untuk tahun 2025: (1) tubuh air, (2) hutan, (3)

tutupan lahan lainnya, (4) pertanian, (5) permukiman.

Dalam prosesnya, CA-Markov mebutuhkan waktu yang cukup lama, karena setiap data raster potensi perubahan lahan dijalankan dengan multi objective land allocation (MOLA) dengan menetapkan setiap kelas transisi file dibagi dengan jumlah iterasi. File transisi ini akan menentukan berapa banyak lahan yang dialokasikan untuk setiap kelas tutupan lahan selama periode yang ditentukan. Perubahan tutupan lahan yang disimulasikan adalah peta tutupan lahan tahun 2013 sebagai peta dasar (masukan awal) pada modul CA-Markov untuk memprediksi model tutupan lahan pada tahun 2019, 2022, dan 2025 untuk daerah penelitian.

Tabel Tutupan lahan hasil simulasi CA-Markov tahun 2019, 2022, dan 2025.

Gambar Grafik perubahan kelas tutupan lahan hasil

simulasi Cellular Automata – Markov untuk tahun 2019, 2022, 2025.

Berdasarkan Tabel 4.5, dapat dilihat peningkatan tutupan lahan terjadi pada kelas permukiman dan tubuh air rentang tahun 2019 sampai dengan tahun 2025. Adapun tutupan lahan yang mengalami penurunan dan terkonversi menjadi tutupan lahan lain terjadi tutupan lahan kelas tubuh air, pertanian, hutan dan tutupan lahan lainnya. Pada simulasi tahun 2019-2022 peningkatan terjadi pada tutupan lahan kelas permukiman sebesar 1.400,663 Ha. Disisi lain, kelas tutupan lahan pertanian, tubuh air, hutan dan tutupan lahan lainnya mengalami penurunan masing-masing sebesar 1.399,320 Ha; 0,035 Ha; 1,342 Ha dan 0,200 Ha. Pada simulasi tahun 2022-2025 peningkatan terjadi pada tutupan lahan kelas permukiman sebesar 1.350,382 Ha. Disisi lain, kelas tutupan lahan pertanian, tubuh air, hutan dan tutupan lahan lainnya mengalami penurunan masing-masing sebesar 1.349,070 Ha; 0,032 Ha 1,313 Ha dan 0,198 Ha. Dalam simulasi ini, konversi lahan cenderung besar ke arah lahan terbangun, hal ini disesuaikan dengan banyaknya faktor pendukung untuk kelas permukiman pada simulasi model Cellular Automata.

(7)

7 KESIMPULAN

Berdasarkan pada hasil penelitian tentang

permodelan

perubahan

tutupan

lahan

menggunakan Cellular Automata - Markov di

lokasi penelitian dapat disimpulkan hal-hal

sebagai berikut:

1. Hasil analisis pada probabilitas markov

chain

pada

setiap

tutupan

lahan

menunjukkan bahwa selama periode 2010

sampai

2013,

tutupan

lahan

kelas

permukiman tidak terkonversi menjadi kelas

tutupan lahan lain sedangkan kelas pertanian

cenderung akan terkonversi ke kelas yang

lain. Probabilitas perubahan yang sangat

kecil terjadi pada tutupan lahan kelas tubuh

air, hutan dan tutupan lahan lainnya.

2. Hasil Validasi Kappa (kappa accuracy) yang

sangat

baik

yaitu

0.967

(96,7%)

menunjukkan

bahwa

produk

estimasi

tutupan lahan berbasis markov chain untuk

tahun 2016 yang dihasilkan dapat dikatakan

sangat baik, sehingga bisa dilanjutkan untuk

simulasi model pada CA-Markov.

3. Model tutupan lahan berbasis CA-Markov

mengalami peningkatan pada luas tutupan

lahan kelas permukiman yaitu bertambah

1.400,663 Ha pada tahun 2019-2022 dan

bertambah 1.350,382 Ha pada tahun

2022-2025. Luas tutupan lahan kelas pertanian

mengalami penurunan yaitu berkurang

1.399,32 Ha untuk tahun 2019-2022 dan

berkurang 1349,07 Ha untuk tahun

2022-2025. Tutupan lahan untuk kelas tubuh air,

hutan dan tutupan lahan lainnya terkonversi

menjadi tutupan lahan lain dengan luasan

yang kecil.

DAFTAR PUSTAKA

Arif, S. (2016). Model Geospasial Sistem Penunjang Keputusan (Geospatial Decision Support System) Manajemen Lahan Pangan [Disertasi]. Makassar: Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin.

Baja, S. (2012). Metode Analitik Evaluasi Sumber Daya Lahan Aplikasi GIS, Fuzzy Set, dan MCDM. Makassar: Identitas Universitas Hasanuddin.

Baja, S. (2012). Perencanaan Tata Guna Lahan dalam Pengembangan Wilayah. Yogyakarta: Penerbit Andi.

BKSPMM. (2011). Manual Pelaksanaan Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kawasan Perkotaan Mamminasata. Makassar: Badan Kerja Sama Pembangunan Metropolitan Mamminasata. Campbell, J. E., & Shin, M. (2012). Geographic Information System Basics. Los Angeles, California: Creative Commons.

Di Gregorio, A., & Jansen, L. J. (2009). Land Cover Classification System (LCCS): Classification Concepts and User Manual. Rome: Food and Agriculture Organization of the United Nations.

FAO. (1976). A Framework for Land Evaluation. Rome: Food and Agriculture Organization of The United Nations.

FAO and UNEP. (1997). Negotiating a Sustainable Future for Land. Rome: Land and Water Development Division of the Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) in collaboration with the United Nations Environment Programme (UNEP).

FAO and UNEP. (1999). The Future of Our Land Facing the Challenge. Rome: Land and Water Development Division of the Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) in collaboration with the United Nations Environment Programme (UNEP).

Graham, A., & Sheehan, D. (2013). From Topographic Maps to Digital Elevation Models. Massachusetts, United States: Massachusetts Institute of Technology Library.

Hegde, N. P. (2009). Study Of Cellular Automata Models For Urban Growth. Map World Forum. Hyperabad, India: GIS Development.

Huismann, O., & de By, R. A. (2009). Principles of Geographics Information Systems. Enschede, Netherland: The International Institute for Geo-Information Science and Earth Observation (ITC).

(8)

8 Jansen, L. J. (2005). Harmonisation of land-use

class sets to facilitate compatibility and comparability of data across space and time. 12th CEReS International Symposium. Chiba, Japan.

Maguire, D. (2005). An Overview and Definition of GIS. Journal of Geographical information systems: Principles and applications, 10-20.

Mahmudi. (2014). Analisis Ketelitian DEM Aster GDEM, SRTM, dan LIDAR untuk Identifikasi Area Pertanian Tebu Berdasarkan Parameter Kelerengan (Studi Kasus : Distrik Tubang, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua) [Skripsi]. Semarang, Jawa Tengah: Program Studi Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.

Mardiyanah. (2005). Evaluasi Kemampuan Lahan di Wilayah Kecamatan Karanganyar Kabupaten Pekalongan. Semarang: Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang.

Muiz, A. (2009). Analisis Perubahan Lahan di Kabupaten Sukabumi [Tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Paharuddin. (2012). Simulasi Geospasial Berbasis Cellular Automata Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Prediksi Sedimentasi [Disertasi]. Makassar: Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin.

Pawestri, D. (2013). Perbandingan Penggunaan Metode AHP dan Metode SAW untuk Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Paket Layanan Internet [Skripsi]. Surakarta: Jurusan Informatika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret.

Peruge, T. V. (2013). Model Perubahan Penggunaan Lahan Menggunakan Cellular Automata - Markov Chain di Kawasan Mamminasata [Skripsi]. Makassar: Program Studi Geofisika, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universtas Hasanuddin.

Poningsih. (2011). Penggunaan Fuzzy Query Database untuk Pengembangan Model Evaluasi Umpan Balik terhadap Kinerja Dosen [Tesis]. Medan, Sumatera Utara: Program Magister (S2) Teknik Informatika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Siswanto. (2006). Evaluasi Sumberdaya Lahan. Jawa Timur: UPN Press.

Wolfram, S. (1983). Statistical mechanics of cellular Automata. Princetown, New Jersey: The Institute for Advanced Study. Yaniar, N. S. (2011). Perbandingan Ukuran Jarak

pada Proses Pengenalan Wajah Berbasis Principal Component Analysis (PCA) [Skripsi]. Surabaya: Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sepuluh November.

Gambar

Gambar Ilustrasi Cellular Automata.
Gambar Susunan sel cellular automata  (Sumber:Paharuddin, 2012).
Gambar Cellular Automata 2D (sumber:
Gambar  Bagan Alir Penelitian.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan dengan metode tumpang susun peta, prediksi tutupan lahan dengan model Markov dan CA Markov, pendugaan erosi tanah dengan persamaan Universal Soil

Menurut Utomo dkk (Muh Risky, 2017:19) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazim disebut dengan konversi lahan sebagai perubahan penggunaan atau fungsi lahan

Pelaksanaan Administrasi Keuangan dan Umum merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar untuk mengolah data dan mengkoordinasi di

Instrumen HAM biasanya berupa peraturan perundang-undangan dan lembaga-lembaga penegak hak asasi manusia, seperti Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dan Pengadilan

Linear Spectral Mixture Analysis untuk Kajian Perubahan Tutupan Lahan di daerah perkotaan menggunakan data satelit Landsat Multitemporal: Studi kasus Kota Banjarbaru dan

Berdasarkan hasil pengujian model dengan Structural Equation Modeling (SEM) dapat disimpulkan loyalitas dipengaruhi langsung oleh kepuasan, kepuasan dan persepsi

Disisi lain diketahui bahwa Madden-Julian Oscillation (MJO) merupakan fenomena dominan di kawasan ekuator dengan waktu periode osilasi berkisar antara 30 hingga 70

(Verlaine, Bruxelles-Chevaux de Bois dalam antologi Romance Sans Paroles) Pada larik di atas ditemukan adanya pengulangan vokal untuk jenis sengau [ã] sebanyak tiga