• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hingga Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2010), h. 267.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hingga Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2010), h. 267."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Berbicara mengenai gerakan Muhammadiyah pasti tidak akan dilepaskan dari gerakan pembaharun yang muncul di sepanjang sejarah Umat Islam Indonesia yang mengalami pasang surut dalam memperjuangkan kemenangannya baik

dalam masalah sosial, politik dan sebagainya.1 Islam pada awal abad ke-20

merupakan Islam sebagai kekuatan pembebas, suatu penilaian yang pantas diberikan terhadap kegiatan politik Islam sebagai langkah baru untuk Indonesia

dalam berhadapan dengan politik Kolonial Belanda.2 Orang-orang Islam

Indonesia mulai menyadari bahwa mereka tidak akan mungkin dapat berkompetensi dengan kekuatan-kekuatan dari pihak Kolonial Belanda yang menerapkan sistem penjajahan yang sangat menghina dan menyakitkan, kerajaan-kerajaan Islam satu per satu dibabat dan dikuasai, kekayaan alam diangkut ke negaranya, sementara penduduk Indonesia dibiarkan bodoh, miskin, dan

terbelakang.3 Apabila umat Islam Indonesia hanya terus melanjutkan kegiatan

dengan cara-cara tradisional dalam menegakkan Islam. Maka keberhasilan yang dicapainya akan berjalan lambat, maka mereka kemudian mulai menyadari bahwa perlu adanya perubahan.

Akibat kondisi di atas menyebabkan Islam terbelah menjadi dua kelompok, yakni umat Islam modernis dan Islam tradisional, kelompok tradisional diwakili oleh Nahdatul Ulama, sedangkan kelompok modernis diwakili oleh gerakan Muhammadiyah.

1

Muhammad Iqbal dan Amin Husein Nasution, Pemikiran Pilitik Islam Dari Masa Klasik

Hingga Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2010), h. 267.

2 Ahmad Syafii Maarif, Islam dan Masalah Kenegaraan (Studi tentang Percaturan dalam

Konstituante), (Jakarta: Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial,

1985), h. 52.

3 Ahmad Syafii Maarif, Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2009), h. 38.

(2)

Muhammadiyah tampil sebagai salah satu dari beberapa pembaharuan yang lahir di peralihan abad ke-19 menuju abad ke-20. Titik sentral yang mewarnai Umat Islam dalam melakukan pembaharuan yakni pemurnian ajaran Islam. Muhammadiyah memiliki daerah operasi yang lebih luas dibandingkan dengan organisasi manapun di Indonesia yakni meliputi daerah-daerah di sekitar Jawa maupun luar Jawa, seperti Surabaya, Jawa Barat, Jakarta, Minangkabau, Bengkulu, Banjarmasin, Aceh, dan daerah-daerah lainnya. Organisasi ini

menyatakan diri sebagai organisasi modernis4, yang tidak terikat dengan aliran

atau mazhab tertentu sebagaimana halnya kelompok tradisional,5 seperti halnya

Madzab Syafi’i yang telah mulai berkembang di Indonesia sejak awal penyebaran Islam sampai ke pelosok-pelosok dibawa oleh para wali yang dalam pengajaraannya berpedoman pada Mazhab Syafi’i, dengan gaya khasnya

Pesantren ala Syafi’i.6

Sebagai salah satu organisasi sosial Islam yang terpenting di Indonesia, Muhammadiyah tampil sebagai jawaban atas keruntuhan nilai-nilai kemanusiaan, diantaranya adalah akibat adannya Tanam Paksa yang berkisar pada tahun 1830-1870, yang telah melahirkan kemiskinan, kebodohan, rendahnya nilai kesehatan, rusaknya aqidah, serta membengkaknya jumlah yatim piatu, juga kesengsaraan umat dan tentu saja akibat adanya penjajahan yang sudah menggerogoti manusia dan sumber daya alam Indonesia.

Masyarakat yang bekerja sebagai petani dipaksa bekerja bukan hanya di sawah, tetapi di ladang tebu dan juga di hutan yang jauh dari tempat tinggalnya,

4 Organisasi modernis dalam teorinya mengemukakan bahwa organisasi bukanlah suatu sistem tertutup yang berkaitan dengan lingkungan yang stabil, akan tetapi organisasi modern adalah organisasi yang bersifat terbuka dengan perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya. Lihat, Anis Reflianis, Organisasi Tradisional dan Organisasi Team (Modern),

http://replianisb.blogspot.co.id/2012/11/organisasi-tradisional-vs-modern.html, diposting pada Selasa, 06 November 2012, dan diunduh pada Kamis, 29 Maret 2017, pukul 05.54 WIB.

5

Kelompok Tradisional sering dikategorikan sebagai kelompok Islam yang masih memeraktekkan beberapa praktek seperti TBC (tahayyul, bid’ah, khurafat), dan beberapa budaya animisme, yang kemudian diidentikkan dengan Islam lokal. Lihat, Bibit Suprapto, Ensiklopedi

Ulama Nusantara, (Jakarta: Gelegar Media Indonesia, 2010), h. 179.

6 Dida Ahmad Maulana, Perkembangan Madzhab di Indonesia,

https://didaachmadmaulana.wordpress.com/2011/06/06/perkembangan-mazhab-di-indonesia/, diposting pada 06 Juni 2011, dan diunduh pada Kamis, 29 Maret 2017, pukul 05.49 WIB.

(3)

selain itu tanah dan ladang mereka disita dan dimiliki oleh penjajah dengan bantuan penguasa pribumi. Kondisi petani muslim demikian sangat memprihatinkan karena tidak mendapat perlindungan baik dari penguasa pribuminya sendiri. Rakyat sudah tidak dipedulikan oleh para bangsawan, dan juga sudah tidak lagi mendapat bimbingan agama Islam yang benar dari ulama

karena para ulama dibuang sampai pesantren merekapun dirusak oleh penjajah.7

Melihat kondisi di atas, Muhammadiyah tampil sebagai gerakan reformasi untuk memperbaiki kondisi masyarakat Indonesia melalui sistem dakwah agama, pendidikan dan sosial, dengan usahanya membangun sekolah, panti asuhan, dan

penolong kesengsaraan umat.8 Selain itu, organisasi ini mencurahkan kegiatannya

pada usaha-usaha pendidikan serta kesejahteraan dan pada program dakwah sebagai perlawanan terhadap agama kristen agama yang dibawa oleh para

penjajah Barat ke Indonesia, takhayul-takhayul9 lokal, dengan tujuan menegakkan

dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat yang utama,

adil dan makmur.10

KH. Ahmad Dahlan merupakan perintis organisasi ini, ia telah dikenal sebagai seorang pendakwah juga pembaharu sosial budaya umat Islam di Indonesia, yang telah memberikan nilai-nilai berharga pada pendidikan Islam

7 Ahmad Mansyur Suryanegara, Api Sejarah, (Bandung: PT Grafindo Media Pratama, 2009), h 427.

8Ibid., h. 424. 9

Takhayul merupakan suatu kepercayaan terhadap sesuatu yang dianggap ada padahal tidak ada. Misalnya prilaku menyembah pohon, batu, keris atau benda yang dianggap keramat lainnya, dengan alasan untuk mendekatkan diri kepada Allah atau karena benda-benda yang dikeramatkan oleh mereka dianggap memiliki kesaktian yang mampu menolak bencana atau dapat mendatangkan kemaslahatan. Lihat, Pasca UNU, Takhayul, http://misnanci.blogspot.co.id/2012/10/takhayul-adalah-kepercayaan-terhadap.html, diposting pada Selasa, 16 Oktober 2012, dan diunduh pada Kamis, 29 Maret 2017, pukul 05.43 WIB.

10 Peni Hapsari, “Peran Muhammadiyah dalam Pembaharuan Islam Di

Sukoharjo,”file:///D:/muhamdiyah%20sukaharjo.pdf, Diunduh pada Minggu 15 Mei 2016, pukul 13.13 WIB.

(4)

dengan tujuan agar masyarakat Indonesia dapat berdiri setara bahkan lebih maju

satu langkah dari para bangsa asing.11

Hal ini dibuktikan oleh KH. Ahmad Dahlan dengan usahanya membangun sebuah lembaga pendidikan yang bahkan sampai sekarang masih terus dikembangkan dan eksis oleh para penerusnya, dengan harapan agar umat Islam dan bangsa Indonesia dapat memiliki jiwa kebangsaan dan kecintaan terhadap tanah air. Melalui organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, KH. Ahmad Dahlan berhasil mengembangkan dan menyebarkan gagasannya mengenai

pendidikan modern ke seluruh pelosok di Indonesia.12

Pada tahun-tahun pertama berdirinya organisasi Muhammadiyah ini, yang berdiri pada 1912, kegiatan-kegiatannya belum menunjukkan kemajuan yang signifikan akibat ruang gerak yang masih terbatas, yaitu hanya tersebar di sekitar daerah Kauman, Yogyakarta saja sebagai pusatnya. KH. Ahmad Dahlan sendiri aktif bertabligh dalam memberikan bimbingan kepada masyarakat untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti shalat terutama dalam masalah membenarkan arah kiblat yang sebelumnya di daerah tersebut menghadap ke

Barat padahal sebenarnya 240 mengarah ke Barat Laut, dan memberikan bantuan

kepada fakir miskin, dan kegiatan lainnya khususnya dalam masalah keagamaan.

Pada tahun 1917, daerah operasi Muhammadiyah mulai diperluas13. Bahkan

sekitar tahun 1920, Muhammadiyah memperluas gerakannya ke luar

11 Suwito dan Fauzan, Sejarah Para Tokoh Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 2003), h. 324.

12Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), h. 98.

13

Setelah tahun 1917 gerak Muhammadiyah diperluas hingga dapat tersebar bukan hanya di sekitar Yogyakarta saja akan tetapi sudah mencapai beberapa tempat, seperti di Minagkabau, sekitar tahun 1925 dan merupakan cabang pertama Muhammadiyah di luar Jawa, yang di bawaoleh Haji Rasul. Pada 1927 Muhammadiyah telah berhasil pula tersebar ke daerah Banjarmasin dan Amuntai, sedang pada 1929 pengaruhnya mulai tersebar pula ke Aceh dan Makassar. Proses penyebarannya tersebut dilakukan oleh para mubaligh-mubaligh yang berasal dari Jawa maupun dari Minangkabau, yang dikirim ke daerah-daerah tersebut untuk menyebarkan cita-cita Muhammadiyah. Sehingga seiring perkembangannya Muhammdiyah dapat tersebar keberbagai daerah-daerah pedalaman yang tersebar di Indonesia. Lihat, Delian Noer, Gerakan

Moderen Islam di Indonesia 1900-1942, (Jakarta: PT. Pusataka LP3ES Indonesia, anggota IKAPI,

(5)

Yogyakarta.14 Di beberapa tempat, seperti di Minangkabau, Surabaya, Bengkulu, Banjarmasin, Amuntai, Aceh dan Makasar, Jawa Barat serta daerah-daerah

pedalaman lainnya,15 seperti Kuningan yang berada dipedalaman Jawa Barat.

Kabupaten Kuningan yang jauh berada di pedalaman wilayah Jawa Barat, sampai saat ini masih dapat disaksikan bahwa pengaruh yang diluncurkan oleh gerakan Muhammadiyah masih sangat kuat keberadaannya, padahal berada di tengah-tengah masyarakat yang memiliki banyak faham kepercayaan, keagamaan lainnya. Seperti yang tercatat di Kejaksaan Negri Kuningan yang bertempat di Jalan Aruji Kartawinata, Kuningan, Kecamatan Kuningan, Kabupaten Kuningan, telah mencatat bahwa Kuningan sudah di masuki oleh 24 faham/aliran kepercayaan, yang diperkirakan faham/aliran tersebut sudah ada sejak akhir abad-19, diantaranya Sunda Wiwitan (Agama DjawaSunda) muncul pada tahun 1832, PACKU (Paguyuban Adat Cara Karuhun Urang)berdiri pada tahun 1980, Ahmadiyah berdiri pada tahun 1956, Agama Islam Putih, Persatuan Pembela

Trekat Islam dan sebagainya yang dianggap menyimpang dari ajaran Islam,16

akan tetapi Muhammadiyah masih tetap dapat berkembang pesat di Kuningansampai dengan sekarang berikut dengan berbagai jenis amal usaha yang dikembangkannya baik dalam bidang pendidikan, sosial-kesehatan, maupun bidang keagamaan. Faham Muhammadiyah tumbuh dipahami oleh masyarakat Kuningan.

Keterangan mengenai perkembangan Muhammadiyah Kuningan ini sendiri dapat terlihat dari awal masuknya Muhammadiyah ke Kuningan sampai masih berdirinya sekolah-sekolah Muhammadiyah hingga sekarang. Hal ini sesuai dengan beberapa keterangan dari sumber lisan yang dinyatakan oleh salah satu sumber primer, yakni Bapak A. Syarif Alimilah, sebagai salah satu tokoh yang terlibat dalam memperjuangkan gerak Muhammadiyah di Kuningan, ia mengungkapkan bahwa Gerakan Muhammadiyah telah berhasil masuk ke daerah

14 Abuddin Nata, Op. Cit., h. 87. 15

Ibid., h. 88.

16 Wawan Kustiawan, Laporan Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat, Kejaksaan Negeri Kuningan, 24Maret 2017.

(6)

Kabupaten Kuningan, tepatnya di Kuningan, Kecamatan Kuningan, Kabupaten Kuningan sekitar tahun 1930, yang diawali karena adanya ketertarikan masyarakat Kuningan terhadap Muhammadiyah diawali karena mereka banyak membaca

surat kabar, majalah, atau dari Suara Muhammadiyah, sekitar tahun 1930.17

Meskipun dalam perjalanannya Muhammadiyah di Kuningan sempat mengalami kevakuman beberapa tahun setelah dapat masuk ke daerah ini, salah satu faktornya adalah karena tercabangnya kepengurusan dalam berorganisasi dari para

tokohnya sendiri.18

Beberapa tokoh yang merasa prihatin dengan keberadaan Muhammadiyah

di Kuningan merupakan tokoh penggerak bagi bangkitnya gerakan

Muhammadiyah.

Hingga pada tahun 1960, gerakan ini berhasil mulai dibangkitkan kembali oleh para tokoh Muhammadiyah di Kuningan yakni di antaranya Bapak Rahman Ismail, Bapak Pepen Arifin dan tokoh-tokoh Muhammadiyah Kuningan lainnya, dengan menghidupkan kembali lembaga dakwahnya dan membangun beberapa lembaga pendidikan formal di Kabupaten Kuningan, sekaligus membuat

Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kuningan.19 Adapun salah satu bentuk

amaliyah Muhammadiyah adalah agama mengembangkan amal usahanya.

17 Wawancara penulis dengan Bapak A. Syarif Alimilah (Sebagai salah satu tokoh Muhammadiyah yang ikut dalam membangun Muhammadiyah Kuningan, pernah menjabat sebagai Sekretaris dari tahun 1979-1995, kemudian naik jabatan dari tahun 1995-2001 menjadi Ketua Dua. Serta ikut aktif dalam memperjuangkan pendirian Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kuningan). Pada hari Sabtu 04 Februari 2017, bertempat di rumahnya, di Perumahan depan RS. Wijaya Kusuma Ciporang Kuningan.

18 Faktor terjadinya kevakuman yang dialami oleh gerakan Muhammadiyah di Kuningan yakni karena tercabangnya kepengurusan Muhammadiyah dengan organisasi Masyumi yang saat itu sempat berkembang juga di Kuningan, terlebih dapat dikatakan cukup eratnya pula hubungan antara Muhammadiyah dengan Masyumi, yang sebagian besar orang-orang Masyumi itu merupakan orang-orang Muhammadiyah. Oleh karena situasi dan kondisi politis tersebut organisasi Muhammadiyah tidak benar-benar fokus terurus. Lihat, hasil wawancara penulis dengan Bapak Pepen Arifin (Salah satu tokoh Muhammadiyah yang berusaha dalam membangkitkan kembali Muhammadiyah Kuningan pada tahun 1960). Pada hari Sabtu 14 Mei 2016, bertempat dirumahnya, di Jalan Pramuka Kuningan.

19 Wawancara penulis dengan Bapak Pepen Arifin (Salah satu tokoh Muhammadiyah yang berusaha dalam membangkitkan kembali Muhammadiyah Kuningan pada tahun 1960). Pada hari Sabtu 14 Mei 2016, bertempat dirumahnya, di Jalan Pramuka Kuningan.

(7)

Untuk itu, setelah mencoba mengamati dari apa yang telah dipaparkan di atas, adanya gerakan Muhammadiyah yang telah berhasil berkembang dengan pesat hingga masuk ke daerah pedalaman seperti ke Kabupaten Kuningan. Maka dari itu, penulis bermaksud ingin membahas lebih lanjut mengenai bagaimana sejarah Muhammadiyah masuk ke Kuningan dan proses perkembangannya melalui Amal Usaha Muhammadiyah, serta penerimaan masyarakat terhadap

perkembangannya20.

Oleh karenanya, berdasarkan dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis merasa tertarik untuk mencoba mengangkat kajian tersebut dengan mengangkat judul “Sejarah danPerkembangan Amal Usaha Muhammadiyah Di Kuningan Tahun 1960-2015”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas kajian ini akan mencoba membahas mengenai sebuah proses pergerakan dari salah satu organisasi masyarakat di Indonesia, yakni Muhammadiyah, yang berhasil sampai ke daerah-daerah pedalaman seperti Kabupaten Kuningan, dan meninggalkan perkembangan yang cukup pesat melalui amal usahanya, sehingga tetap dapat eksis sampai saat ini dan menarik untuk dikaji.

Adapun yang menjadi pokok permasalahan dari pembahasan yang harus diteliti pada kajian ini, adalah:

1. Bagaimana sejarah Muhammadiyah di Kuningan?

2. Bagaimana perkembangana amal usaha Muhammadiyah di Kuningan?

3. Bagaimana penerimaan masyarakat terhadap keberadaan organisasi Muhammadiyah dan amal usahanya?

20

Amal Usaha Muhammadiyah. atau singkatnya dikenal dengan AUM merupakan salah satu usaha dari usaha-usaha dan media dakwah Perserikatan untuk mencapai maksud dan tujuan perserikatan yakni menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Oleh karena itu semua bentuk kegiatan amal usaha Muhammadiyah harus mengarah kepada terlaksananya maksud dan tujuan Persyarikatan dan seluruh pimpinan serta pengelola AUM berkewajiban untuk melaksanakan misi utama Muhammadiyah itu dengan sebaik-baiknya. Lihat, Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Pedoman

(8)

C. Ruang Lingkup Penelitian

Pembahasan dalam kajian ini akan dibatasi pada seputar proses gerakan Muhammadiyah Pusat dapat berkembang sampai masuk ke beberapa daerah termasuk ke Kabupaten Kuningan, dan perkembangannya amal usahanya di Kuningan, dari kisaran tahun 1960-2015, serta respon dari masyarakat terhadap Muhammadiyah di Kuningan. Tahun 1960 adalah tahun dimana gerakan Muhammadiyah mulai mencoba dibangkitkan kembali oleh para tokoh Muhammadiyah yang bergerak dimasa itu, setelah sebelumnya mengalami kevakuman akibat terpecahnya para tokoh Muhammadiyah yang terjadi sebelum tahun 1960. Adapun penelitian ini dibatasi sampai tahun 2015, karena pada tahun 2015 merupakan tahun berakhirnya masa jabatan dari ketua PDM (Pimpinan Daerah Muhammadiyah) Kabupaten Kuningan yang diketuai oleh Bapak Arief Yani, MM. Penelitian yang dilakukan dari sekitar tahun 1960-2015 ini akan mempermudah untuk melihat sejauhmana Muhammadiyah berkembang di Kabupaten Kuningan sampai saat ini.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses masuknya pengaruh dari gerak Perserikatan Muhammadiyah di Kabupaten Kuningan beserta pola perkembangnnya. Sedangkan kegunaan dari dilakukannya penelitian ini diharapkan agar dapat merekonstruksi sejarah proses masuk dan berkembangnya Muhammadiyah di Kabupaten Kuningan yang telah terjadi pada sekitar tahun 1960.

Penelitian ini juga diharapkan dapat dipergunakan dan dimanfaatkan untuk memperkaya khazanah lokal, mengingat belum ditemukannya hasil karya yang berbicara mengenai kajian keorganisaian Muhammadiyah Kuningan khususnya di Kabupaten Kuningan sendiri sebelumnya. Kemudian dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber rujukan dan masukan bagi para peneliti dimasa yang akan datang meskipun dalam kajian yang berbeda.

(9)

Sejauh dalam melakukan penelitian ini penulis banyak membutuhkan referensi sebagai tambahan memperluas kajian mengenai gerakan organisasi Muhammadiyah yang terdapat dalam sumber-sumber pustaka, baik sumber kepustakaan itu yang bersifat primer, skunder, maupun tersier, dengan harapan mampu memberikan berbagai informasi yang relevan terhadap hasil penelitian.

Untuk mengetahui sejauhmana pembahasan-pembahasan yang berkaitan dengan persoalan disini, dibawah ini akan dipaparkan beberapa buku yang berkenaan dengan kajian sejarah Muhammadiyah, sebagai berikut:

1. Pembaharuan Pendidikan Muhammadiyah Cirebon Tahun 1935-2000, merupakan skripsi yang ditulis oleh Evah Faizah, Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam, Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Skripsi ini juga memiliki kepentingan dalam penyusunan bab II dan bab III, karena di dalamnya memiliki kesamaan pembahasan mengenai perkembangan Muhammadiyah di Jawa Barat, selain itu terdapat keterkaitan antara Muhammadiyah Cirebon dan Muhammadiyah Kuningan yang sangat signifikan, sehingga dapat membantu memudahkan penulis dalam melakukan tahapan verifikasi terhadap sumber-sumber yang terkumpul.

2. Pernyataan Pemikiran Muhammadiah Abad Kedua, buku ini merupakan hasil dari Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah (Muktamar Ke-46 di Yogyakarta) oleh para Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2015, yang dicetak oleh percetakan Muhammadiyah Gramasurya. Sumber ini dapat membantu dalam penulisan bab II sebagai bahan gambaran dari perkembangan Muhammadiyah dari awal sampai saat ini.

3. Peran Muhammadiyah dalam Pembaharuan Islam Di Sukoharjo, merupakan sebuah jurnal yang ditulis oleh guru SMA 1 Muhammadiyah Sukoharjo bernama Peni Hapsari, dalam buku kumpulan jurnal berjudul Tajdida, Vol. 10

No. 2, Desember 2012. Jurnal ini membahas mengenai sejarah

Muhammadiyah serta pengaruh pembaharuannya di Sukoharjo. Sumber ini dapat membantu sebagai contoh gambaran dalam penyusunan bab III dan IV.

(10)

4. Sejarah dan Perkembangan Muhammadiyah Cabang Blimbing Daerah

Sukoharjo, merupakan skripsi yang ditulis oleh Ninin Karlina, Program Studi

Ushuluddin Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sumber ini dapat digunakan sebagai perbandingan dalam penyusunan bab IV. 5. Pedoman Hidup Islam Warga Muhammadiyah, merupakan buku yang ditulis oleh para pengurus Pimpinan Pusat Muhammadiyah, dan diterbitkan oleh Suara Muhammadiyah. Sumber ini dapat membantu dalam penyusunan bab III dan IV, sebagai gambaran dari kondisi keorganisasian Muhammadiyah.

Adapun perbedaan mendasar dari penelitian-penelitian yang telah dipaparkan di atas dengan hasil penelitian yang dikaji di sini, diantaranya berkaitan dengan isinya. Penelitian yang dilakukan di sini tidak hanya terpusat pada masalah keorganisasiannya saja, akan tetapi mengkaji pula perkembangan dari AUM Kuningan hingga dapat berkembang pesat sampai sekarang khususnya di daerah Kuningan.

F. Landasan Teoritik/Kerangka Konseptual

Gerakan pembaharuan, jika dilihat secara realitasnya, gerakan pembaharuan dalam Islam merupakan respon umat Islam terhadap keadaan sebelumnya, yakni masa kemunduran dalam Islam yang telah dimulai sejak zaman pertengahan, kebanyakan dari negara-negara Islam berada dalam cengkraman kolonialisme Barat. Kondisi ini berhadapan dengan situasi yang terjadi pada umat Islam masa itu, yang pada umumnya mengalami berbagai kekalahan dan kemunduran yang terjadi diberbagai bidang. Oleh karena itu kemudian muncul gagasan-gagasan pembaharuan dalam Islam, yang berusaha merekonstruksi dan merevitalisasi ajaran Islam yang dinilai sudah jauh dari semangat Islam seperti dahulu. Ide-ide tersebut terus berkembang baik dalam

bidang politik, teologi, ekonomi, militer, maupun pendidikan, dan sebagainya.21

Definisi dari pembaharuan sendiri merupakan usaha untuk memperbaiki atau merekonstruksi kembali ajaran Islam agar tetap bersatu dan respontif

21 Amir Arief, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam

(11)

terhadap perkembangan zaman. Adapun maksud dan tujuannya yakni untuk lebih mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan. Istilah dari pembaharuan sendiri sering diidentikkan dengan usaha modernisasi dalam Islam. Seperti yang dikemukakan oleh Harun Nasution, memberikan pernyataannya bahwa pembaharuan dalam Islam pada hakekatnya adalah suatu proses atau upaya

memakna ajaran Islam secara benar agar sesuai dengan perkembangan masa.22

Deliar Noer, dalam bukunya yang berasal dari hasil Desertasinya untuk program doktor di Universitas Cornell di Ithaca, N.Y., Amerika Serikat, menyatakan bahwa mengenai kegiatan perubahan, pada umumnya perubahan dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yakni gerakan pendidikan dan sosial di satu pihak, dan gerakan politik di pihak lain. Dalam pergerakan ini dapat dilihat dengan munculnya gerakan-gerakan seperti gerakan di Minangkabau dan di kalangan masyarakat Arab, serta gerakan yang dilancarkan oleh Persyarikatan Ulama, Muhammadiyah, dan Persatuan Islam, sebagai gerakan yang berupa

organisasi masyarakat.23

Adapun berbicara mengenai Islam kontemporer, yang memandang Islam di Indonesia terbagi dalam dua paradigma, yakni tradisional dan modernis. Deliar Noer, membedakan Islam Tradisional dan Modernis ke dalam tiga aspek, yakni:

Pertama, Semangat pemurnian ajaran. Semangat inilah yang telah

menumbuhkan upaya-upaya yang tak kenal lelah dari Islam modernis untuk membersihkan ajaran Islam dari apa yang mereka sebut sebagai bid’ah, takhayul, dan khurafat, yang menurut mereka masih dianut oleh kebanyakan masyarakat Islam di Indonesia.

Kedua, sikap terhadap tradisi bermazhab, khususnya pada bidang fiqh,

yang kemudian menimbulkan perselisihan di sekitar masalah khilafiyah dan masalah taqlid. Pembicaraan masalah khilafiyah seringkali meruncing karena bercampur dengan kepentingan politik sesudah kedua pihak menemukan saluran masing-masing dalam dunia politik.

22 Ibid., h. 216.

(12)

Ketiga, sikap terhadap perubahan dan rasionalitas. Secara umum Islam

tradisional digambarkan sebagai kurang menyukai perubahan dan lebih cenderung mempertahankan kebiasaan yang dianut, sementara Islam modernis sebaliknya, menghendaki perubahan-perubahan.

Dengan memperhatikan ketiga aspek di atas, maka paradigma dikotomis tradisional-modernis akan sampai pada identifikasi mengenai gerakan-gerakannya. Seperti dalam bidang sosial, Nahdlatul Ulama (NU) merupak gerakan Islam Tradisional yang paling menonjol, sementara Muhammadiyah paling menonjol dari kalangan Islam Modernis, di samping Al-Irsyad, Persis, dan

sebagainya.24

G. Metode dan Sumber Penelitian

Suatu penelitian akan lebih terarah dan sistematis, tentunya diperlukan suatu metode yang jelas. Metode ini merupakan cara ilmiah untuk dapat mengumpulkan data dan informasi yang sesuai dengan sumber sejarah yang diteliti. Maka dalam studi ini penulisannya akan mencoba menggunakan metode yang terdapat dalam ilmu sejarah, yakni memakai metode penelitian sejarah. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan, yakni sebagai berikut:

1. Heuristik

Dalam tahapan pelaksanaan penelitian suatu kajian, heuristik memiliki peranan penting, karena heuristik merupakan suatu proses atau kegiatan dalam usaha mencari dan mengumpulkan sumber sejarah yang akan diteliti, baik dari yang berupa lisan, tulisan (data), maupun berupa benda.

Adapun dalam tahapan ini, yang pertama dilakukan yakni peneliti berusaha mencari dan mengumpulkan sumber-sumber yang dianggap penting dan sesuai dengan topik yang akan dikaji, baik yang berupa penelusuran pustaka, maupun dengan melakukan penelitian langsung terjun kelapangan. Yang dimaksud dengan penelusuran pustaka disini, yakni mencari data dari yang berupa buku maupun karya tulis ilmiah yang mungkin relevan dengan

24 Abdul Aziz, dkk, Gerakan Islam Kontemporer di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996), h. 3-5.

(13)

kajian yang akan dibuat. Sedangkan yang dimaksud dengan melakukan penelitian langsung kelapangan, yakni melakukan interview atau wawancara, ini merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan yang berupa lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan dengan orang yang dapat memberikan keterangan-keterangan sebagai sumber primer maupun sekunder.

Dalam mencari data yang berupa kajian pustaka, perpustakaan yang menjadi rujukan, yakni Perpustakaan kampus dan Perpustakaan Fakultas IAIN Syekh Nurjati Cirebon, perpustakaan yang terdapat di kota Cirebon, Perpusatakaan Daerah/Perpusatakaan Umum kabupaten Kuningan, Arsip dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Kuningan, baik yang berupa Surat Keterangan, ADART, laporan Pimpinan Daerah Muhammadiyah, maupun rancangan program PDM Kab. Kuningan, serta data dari Kejaksaan Negeri Kabupaten Kuningan. Sedangkan sumber lisannya dengan melakukan wawancara langsung pada selaku sumber primer dan skunder, yakni Bapak Pepen Arifin, dan Bapak H. Wasra Sudasco, BA, sebagai Ketua DIKDASMEN 2010-2015 Kab. Kuningan, Bapak Wahid TBK. MA. Sebagai Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kuningan Periode 2015-2020, Bapak Drs. Ojo Utarjo, M.Hum. sebagai Sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kuningan Periode 2015-2020, Bapak A. Syarif Alimilah pernah menjabat sebagai Sekretaris Pimpinan daerah Muhammadiyah Kuningan dari tahun 1979-1995, kemudian dari tahun 1995-2001 menjadi Ketua Dua.

2. Verifikasi atau Kritik

Setelah sumber sejarah terkumpul, tahapan berikutnya yakni kritik sumber untuk mengetahui keabsahan sumber. Dalam hal ini yang di uji adalah keaslian yang dilakukan melalui kritik ekstern dan keabsahan tentang kebenaran sumber kredibilitas melalui kritik intern. Pada tahapan ini, peneliti mencoba memilah dan memilih sumber data yang telah terkumpul baik dari hasil pustaka dari buku-buku atau laporan dari PDM dan lapangan yakni hasil wawancara dengan para sumber primer. Kemudian dari data yang terkumpul

(14)

peneliti kritik dengan maksud mendapatkan data yang benar-benar dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya. Melalui kritik sumber ini, dapat ditemukan data-data yang aktual mengenai kebenaran pembahasan yang dikaji dan kemudian dikelompokkan sesuai dengan permasalahan.

3. Interpretasi

Tahapan interpretasi merupakan tahapan kegiatan menafsirkan fakta sejarah dan merangkai fakta tersebut menjadi satu kesatuan yang kemudian dapat menjelaskan hasil dari masalah yang telah diteliti. Dalam tahapan ini peneliti akan menganalisis dan menafsirkan sumber-sumber sejarah yang telah diperoleh setelah dikritik sebelumnya.

Sumber yang dianalisis di sini yakni sumber yang berasal baik dari data tertulis yang relevan dengan pembahasan, maupun dari hasil penelitian yang berupa data lisan yang didapat dari hasil wawancara dengan beberpa tokoh Muhammadiyah Kuningan yang ternyata setelah dikritik, sumber-sumber tersebut memiliki keterkaitan dengan kepustakaan.

Sehingga dari data-data yang telah terkumpul dan telah dikritik sebelumnya kemudian peneliti analisis sehingga didapatlah sumber-sumber sejarah yang berkesinambungan antara data yang satu dengan yang lainnya, dan ketika data sudah dapat dirangkai kemudian tinggal dituliskan pada proses historiografi.

4. Historiografi

Adapun tahapan terakhir dalam penulisan ini, yakni tahapan historiografi yang merupakan suatu cara penulisan, pemaparan atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. Dalam tahapan ini peneliti mulai mencoba menuliskan hasil dari tiga tahapan di atas, yang menghasilkan data yang sudah relevan dan bisa mulai dituliskan.

Dalam hal ini peneliti menyajikan hasil laporan penelitian dalam bentuk tulisan yang sesuai secara sistematis, dengan harapan mampu menguraikan suatu masalah dengan data yang telah diperoleh.

(15)

Untuk mengungkapkan kajian ini, perlu diadakannya sistematka penulisan, dengan tujuan agar mempermudah memahami substansi serta gambaran secara garis besar hasil penelitian, penulis membaginya menjadi beberapa Bab, diantaranya:

Pada bab I akan dijelaskan mengenai latar belakang pengambilan tema sejarah awal gerakan Muhammadiyah dan perkembangannya sehingga dapat dikaji lebih lanjut. Bab ini juga merupakan pendahuluan dari keseluruhan studi yang memperlihatkan rancangan-rancangan bagaimana studi ini akan dikerjakan dan diselesaikan.

Bab II memberikan penjelasan mengenai sejarah dan perkembangan gerakan Muhammadiyah secara Umum di Indonesia hingga sampai dapat masuk kebeberapa daerah pedalaman seperti ke Kuningan. Bab ini juga menjelaskan sekilas kondisi Masyarakat Kuningan sebagai gambaran dari kondisi Kuningannya sendiri. Hal ini sangat penting sebagai pondasi awal untuk bisa merekonstruksi sejarah awal perkembangan hingga Muhammadiyah dapat masuk ke Kuningan. Bab ini merupakan jawaban mengenai kesuksesan proses perjalanan dan perkembangan dari pergerakan Muhammadiyah sampai dapat masuk ke Kuningan.

Bab III berbicara mengenai perkembangan dari Amal Usaha Muhammadiyah, baik dalam bidang pendidikan, keagamaan, kesehatan dan sosial, sebagai bentuk keberhasilan Muhammadiyah Kuningan.

Bab IV berbicara mengenai penerimaan masyrakat Kuningan terhadap

adanya gerakan Muhammadiyah Kuningan serta Amal Usaha yang

dikembangkannya.

Bab V Kesimpulan. Pada bab ini akan disajikan hasil-hasil secara ringkas dan jawaban atas permasalahan pokok yang telah diajukan dalam rancangan penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Contoh implementasi data mining seperti Analisa Pasar dan Manajemen (contoh: menembak target pasar, identifikasi kebutuhan customer), Analisa Perusahaan dan Manajemen Resiko

Anak merupakan suatu anugerah dari sang pencipta yang harus dijaga dengan baik, anak adalah harapan dan investasi bangsa karena anak merupakan penerus bangsa

Secara umum partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pemimpin

Perangkat emulator KTP elektronik ini akan dirancang dan diimplementasi dengan menggunakan kartu cerdas nirkontak (contactless smart card) yang berbasis kode yaitu Java Card

Berbeda dengan aplikasi yang telah ada sebelumnya, aplikasi Sistem Pakar Bimbingan Konseling (SiPak_BK) dibuat untuk membantu para guru bimbingan konseling menganalisa

Surat undangan adalah surat yang memuat undangan kepada  pejabat/pegawai pada alamat tujuan untuk menghadiri suatu acara.. tertentu, misalnya rapat, pertemuan,

dan gemblengan untuk cepat-cepat menyelesaikan skripsi. Sahabat dan teman-temanku yang selalu memberikan dukungan dan bantuan hingga skripsi berakhir. Keluarga besar

Bimbingan, bantuan, dan dorongan Bapak/ Ibu Dosen, Teman-Teman serta ketulusan hati dan keramahan dari banyak pihak, sangat membantu dalam menyusun skripsi ini dengan harapan