• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anthelmintic Potency Test of Volatile Oil of Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum Vall.) to Ascaridia galli Schrank Worm In Vitro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Anthelmintic Potency Test of Volatile Oil of Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum Vall.) to Ascaridia galli Schrank Worm In Vitro"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

Anthelmintic Potency Test of Volatile Oil of Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum Vall.) to Ascaridia galli Schrank Worm In Vitro

Suhardjono, Dian Oktianti, Arief Prasetyo Ardi ABSTRACT

Lempuyang wangi (Zingiber aromaticum Vall.) suspected to have anthelmintic potency research should be conducted to prove the anthelmintic potency of volatile oil of lempuyang wangi and the levels that can cause anthemintic effect.

This research was an experimental research with post test only control group design. The samples were 300 Ascaridia galli Schrank worms, which were divided into 6 groups. The first group (positive control) was piperazine citrate solutions 0,4% w/v. The second group (negative control) was NaCl 0,9% w/v. The third, forth, fifth, sixth group was volatile oil of lempuyang wangi with 0,5% (v/v), 0,75% (v/v), 1% (v/v), and 1,25% (v/v) concentration. Each group was five replicated. Then observed and recorded for the total dead and or paralyzed worms.

Data were analyzed by One Way-Anova test with a level of 95% and continued with Tuckey Test that showed treatment group with 0,75%, 1% and 1,25% concentration had no significant difference (p>0,05) to positive control groups.

(2)

16

Uji Daya Anthelmintik Minyak Atsiri Rimpang Lempuyang Wangi(Zingiber aromaticum Vall.) pada Cacing Gelang Ayam (Ascaridia galli Schrank)

secara In Vitro

Suhardjono, Dian Oktianti, Arief Prasetyo Ardi INTISARI

Lempuyang wangi (Zingiber aromaticum Vall.) diduga mempunyai daya anthelmintik maka perlu dilakukan penelitian untuk membuktikan daya anthelmintik minyak atsiri rimpang lempuyang wangi dan mengetahui kadar yang dapat menimbulkan daya anthelmintik.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain post test only control group. Sampelnya adalah 300 cacing Ascaridia galli, yang dibagi menjadi 6 kelompok. Kelompok I (kontrol positif) adalah larutan piperazine sitrat 0,4 % b/v. Kelompok II (kontrol negatif) adalah larutan NaCl 0,9% b/v. Kelompok III, IV, V dan VI masing-masing diberi perlakuan dengan minyak atsiri rimpang lempuyang wangi dengan konsentrasi 0,5% v/v, 0,75% v/v, 1% v/v dan 1,25% v/v. Masing-masing kelompok terdiri 5 kali replikasi. Kemudian diamati dan dicatat jumlah cacing yang mati dan atau paralisis.

Data dianalisis dengan uji statistik One-Way Anova dengan taraf kepercayaan 95% dan dilanjutkan Uji Tuckey Test menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dengan konsentrasi 0,75%, 1% dan 1,25% tidak berbeda bermakna (p>0,05) terhadap kelompok kontrol positif.

Kata kunci: Anthelmintik, Zingiber aromaticum, Ascaridia galli Schrank.

PENDAHULUAN

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan, dan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan (Depkes RI, 2000).

Obat cacing atau anthelmintik ialah obat yang digunakan untuk memberantas atau mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh. Kebanyakan obat cacing efektif terhadap satu macam cacing, sehingga diperlukan diagnosis tepat sebelum menggunakan obat tertentu. Kebanyakan obat cacing diberikan secara peroral, pada saat makan atau sesudah makan. Beberapa obat cacing perlu diberikan bersama pencahar (Syarif dan Elysabeth, 2007).

Salah satu tanaman obat di Indonesia yang digunakan sebagai obat tradisional adalah lempuyang wangi (Zingiber aromaticum Val.). Lempuyang wangi (Zingiber aromaticum Val.) digunakan untuk mengobati penyakit empedu, penyakit kuning, radang sendi, batuk rejan, kolera, anemia, malaria, penyakit saraf, nyeri perut, mengatasi cacingan, dan masuk angin. Pada pemakaian luar digunakan untuk mengurangi rasa nyeri. Rimpang Zingiber aromaticum mengandung saponin, flavonoida dan tanin, di samping minyak atsiri (AgroMedia, 2008).

Maka penting untuk dilakukan penelitian secara ilmiah untuk membuktikan efek antelmintik rimpang lempuyang wangi (Zingiber aromaticum Val.) terhadap cacing gelang yang murah dan mudah diperoleh di

(3)

17 sekitar kita.

BAHAN

Rimpang lempuyang wangi (minyak atsiri), Ascaridia galli, aqua destilata, Na2SO4 anhidrat, piperazine sitrat 0,4% b/v, larutan NaCl 0,9% b/v, air panas 50°C, Kertas saring, larutan NaCl pekat.

ALAT

Alat isolasi minyak atsiri , beaker glass, batang pengaduk kaca, gelas ukur, labu takar, pinset, waterbath, termometer, termos untuk menyimpan cacing, incubator.

METODE PENELITIAN Determinasi Tanaman

Determinasi dilakukan di Laboratorium Ekologi dan Biosistematik Jurusan Biologi UNDIP Fakultas MIPA untuk mengetahui kebenarannya dari rimpang lempuyang wangi (Zingiber aromaticumVal).

Determinasi Cacing

Dilakukan determinasi di Laboratorium Ekologi dan Biosistematik Jurusan Biologi Fakultas MIPA UNDIP. Uji Kelangsungan Hidup

Enam puluh ekor cacing masing-masing 10 ekor jantan dan 10 ekor betina dimasukkan dalam beaker glass yang telah berisi NaCl fisiologis, kemudian dimasukkan ke dalam inkubator dengan suhu 370C selama 3 jam. Cacing diperkirakan mati apabila lumpuh tidak bergerak di bagian dasar beaker glass ketika diusik dengan batang pengaduk dan berwarna pucat. Bila tidak

bergerak cacing dimasukkan dalam air panas 50°C, bila cacing tetap diam, cacing dianggap sudah mati, tetapi bila masih bergerak cacing masih hidup. Cacing yang masih hidup dicuci dengan NaCl fisiologis dan dikembalikan ke beaker glass semula. Hal ini dilakukan untuk mengetahui cacing mana yang dapat bertahan selama 3 jam dalam suhu 370C yang kemudian akan digunakan sebagai hewan uji dalam penelitian.

Isolasi Minyak Atsiri Rimpang Lempuyang Wangi

Minyak atsiri rimpang lempuyang wangi diperoleh dengan cara destilasi dengan pelarut aqua destilata. 50 g rimpang lempuyang wangi, dibersihkan kemudian dipotong setebal 1-2 mm. Dimasukkan ke dalam labu destilasi. ditambahkan 100 mL aqua destilata ke dalam labu destilasi. Destilasi selama ±6 jam pada suhu 800C. Destilat yang didapat dari hasil destilasi dimasukkan ke dalam corong pisah untuk memisahkan minyak atsiri dengan air. Minyak atsiri yang diperoleh dibebaskan dari air dengan menambahkan Na2SO4 anhidrat. Kemudian disimpan dalam botol gelap, ditutup rapat dengan aluminium foil, simpan pada suhu 50 C. Kemudian dilakukan identifikasi minyak atsiri menurut FI III. Uji Daya Anthelmintik Terhadap Cacing Ascaridia galli Shcrank

Digunakan 300 ekor cacing gelang ayam (Ascaridia galli Schrank) jantan atau betina yang dibagi 6 kelompok, dan setiap kelompok terdiri atas 5 beaker glass. Kelompok I: larutan piperazin sitrat 0,4% b/v (kontrol positif); Kelompok II: larutan NaCl 0,9% b/v (kontrol negatif); Kelompok III:

(4)

18

Tabel I. Hasil Identifikasi Minyak Atsiri Lempuyang Wangi

Tabel II. Hasil Uji Kelangsungan Hidup Cacing Ascaridia galli Schrank Jantan dan Betina Dalam Media NaCl 0,9 % b/v

minyak atsiri rimpang lempuyang wangi 0,5% v/v; Kelompok IV:minyak atsiri lempuyang wangi 0,75% v/v; Kelompok V:Beaker glass minyak atsiri rimpang lempuyang wangi 1% v/v; Kelompok VI: minyak atsiri rimpang lempuyang wangi 1,25% v/v.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Hasil determinasi tanaman lempuyang wangi sebagai berikut :

1b, 2b, 4b, 6b, 7b, 9b, 10b, 11a, 67b, 69b, 70b, 71b ….32. Farm. Zingiberaceae …. 1a, 2b, 6a …. Zingiber …… 1a, 2b, 3a, 4a, 5b ….. Zingiber aromaticum Vall.

Hasil identifikasi Cacing Ascaridia galli Schrank

Tubuh semitrasparan, berukuran besar, warna putih kekuning-kuningan, bulat, langsing, memanjang, dan umumnya

berbentuk pita. Tubuh dilapisi dengan cuticula ekstern selulair yang tebal, elastis serta bergaris halus, mempunyai empat garis membujur berwarna keputih-putihan yang memanjang sepanjang tubuh, yaitu satu di bagian dorsal, satu di bagian ventral dan dua di bagian lateral. Pada bagian ujung anterior terdapat mulut yang dilengkapi dengan tiga buah bibir bulat, satu bibir dorsal dengan papillae rangkap dan dua bibir lateroventral dengan dua papillae tunggal. Pada kedua sisi tubuh terdapat sayap pipih yang membentang sepanjang tubuh. Anus merupakan celah melintang pada ujung posterior di bagian permukaan ventral. Individu jantan mempunyai ujung posterior melengkung tajam ke arah ventral tubuh dengan dua spiculae yang menonjol dari lubang kelamin jantan dan tidak mempunyai penis pre-cloaca, cervical tidak dijumpai. Individu betina tubuhnya lurus dan lubang kelamin atau vulva terletak di bagian mid-ventral; kurang lebih sepertiga panjang tubuh dari ujung anterior.

Dari tabel I diatas maka terlihat bahwa hasil destilasi yang diperoleh dapat dibuktikan merupakan minyak atsiri.

No. Identifikasi Hasil

Ya Tidak

1. Permukaan air tidak keruh

2. Tidak terjadi noda transparan

3. Volume air tidak bertambah

No Media Jenis kelamin Rerata jumlah

kematian cacing

1 NaCl 0,9 % b/v Jantan 5

(5)

19

Tabel III. Jumlah Kumulatif Kematian Cacing dan Rerata Kematian Cacing Ujii Daya Anthelmintik Minyak Atsiri Rimpang Lempuyang Wangi Terhadap Ascaridia gallii Schrank

Tabel II menunjukkan hasil uji kelangsungan hidup cacing jantan dan betina pada media NaCl 0,9 % b/v, cacing betina lebih bertahan hidup selama 3 jam dalam suhu 370C dikarenakan cacing betina mempunyai ukuran tubuh lebih besar dan lebih panjang daripada cacing jantan.

Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa minyak atsiri lempuyang wangi konsentrasi 1,25% v/v mempunyai daya anthelmintik terbesar dan minyak atsiri lempuyang wangi 0,5 % v/v mempunyai daya anthelmintik terkecil. Hal ini dapat dilihat pada Tabel III.

Untuk mengetahui apakah kelompok perlakuan dan kontrol mempunyai efek yang berbeda bermakna maka dilanjutkan uji Tuckey Test.

Dari hasil Tuckey Test diproleh hasil minyak atsiri dengan kosentrasi 0,75% v/v dibandingkan dengan Piperazine Sitrat 0,4% b/v mempunyai harga signifikansi 0,082 dimana lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat diartikan bahwa pada konsentrasi 0,75% v/v aktivitas anthelmintikknya sebanding dengan Piperazine Sitrat 0,4% b/v.

KESIMPULAN

Minyak atsiri lempuyang wangi terbukti mempunyai daya anthelmintik terhadap Ascaridia galli Schrank. Dan minyak atsiri dengan konsentrasi 0,75 % v/v mempunyai daya anthelmintik yang tidak berbeda atau sebanding dengan piperazine sitrrat 0,4 % b/v dengan taraf kepercayaan 95%.

Perlakuan Jumlah kumulatif kematian

cacing Rerata jml kematian cacing A B C D E Piperazine Sitrat 0,4 % b/v 4 3 4 2 4 3,4 NaCl 0,9 % b/v (kontrol negatif) 0 0 0 0 0 0 Minyak atsiri lempuyang wangi 0,5 % v/v 1 2 2 1 3 1,8 Minyak atsiri lempuyang wangi 0,75 % v/v 4 5 5 6 4 4,8 Minyak atsiri lempuyang wangi 1 % v/v 6 5 7 7 6 6,2 Minyak atsiri lempuyang wangi 1,25 % v/v 6 7 6 8 7 6,8

(6)

20 DAFTAR PUSTAKA

1. Agromedia, 2008, Buku Pintar Tanaman Obat, PT Agromedia Pustaka, Jakarta.

2. Anief, Moh., 2000, Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik, Cetakan ke 9, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

3. Anonim, 2010, Saponin…Apaan Tuh??, http://www.farmasi.dikti.net, diakses tanggal 28 April 2010.

4. Arifin dan Soedarmono, 1982, Parasit Ternak dan Cara – cara Penanggulangannya, Penebar Swadaya, Jakarta.

5. Brown, H.W., 1982, Dasar Parasitologi Klinik, Edisi III, Penerbit PT Gramedia, Jakarta. 6. Depkes RI, 1986, Sediaan Galenik,

Departemen Kesehatan RI, Jakarta. 7. Depkes RI, 1979, Farmakope

Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

8. Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

9. Depkes RI, 2000, Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat Tradisional, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

10. Gunawan, D., dan Mulyani, S., 2004, Ilmu Obat Alam (Farmakolog), Penebar Swadaya, Jakarta.

11. Heyne, K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid I. Terj. Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan RI, Jakarta.

12. Hofstad. Ms, 1984, Disease Of Poultry, 50, Eighted, 624 Iowa State University press, Ames, Iowa, USA. 13. Katzung, B.G., 2004, Farmakologi

Dasar dan Klinik, Edisi VIII, Penerbit Salemba Medika, Jakarta. 14. Najib, A., 2010, Tanin, http://

www.nadjeeb.wordpress.com, diakses tanggal 18 Mei 2010.

15. Nopianti, N., 2002, Daya Anthelmintik Infusa Batang Bratawali (Tinospora crispa. L) Terhadap Cacing Ascaridia galli Schrank Betina Secara In Vitro Dan Skrining Fitokimianya, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.

16. Nugroho, 1983, Penyakit Ayam Di Indonesia, II, Eka offset Semarang. 17. Rosidah, 2003, Perbedaan Efektivitas

Perasan Rimpang Curcuma aeroginosa, Curcuma heyneana, Curcuma xanthorrhiza dan Zingiber aromatica dalam pengendalian cacing gelang (ascaridia galli) secara in vitro, skripsi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang.

18. Santoso, B. S dan Wattimena, J. R, 1991, Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik, Departemen Kesehatan RI Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta.

19. Soekardono dan Parbosoedjono, 1991, Parasit – parasit Ayam, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

(7)

21 20. Sumitra, O., 2003, Memproduksi

Minyak Atsiri Biji Pala. Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

21. Syarif, A., dan Elysabeth, 2007, Farmakologi dan Terapi, Edisi V, Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.

22. Tjay, H.T., dan Rahadja, K., 2007, Obat-Obat Penting (Khasiat, Penggunaannya Dan Efek-efek Sampingnya), PT Gramedia, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait