KONTRIBUSI PAJAK PARKIR TERHADAP PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BANDA ACEH
Yuslaidar Yusuf
(Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Aceh) Maidar
(Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Aceh)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kontribusin pajak parkir terhadap pendapatan asli daerah Kota Banda Aceh kontribusi tersebut terdiri dari pemakaian pajak tempa parkir, Wajib pajak parkir Data yang digunakan data sekunder yaitu dari tahun 2010-2014. Data bersumber dari Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset daerah (DPKAD). Dalam menganalisis masalah melalui pendekatan Kuantitatif, Alat analisis yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda.
Kata Kunci : Pendapatan Asli Daerah, Tempat Pajak Parkir,Wajib Pajak Parkir
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Berdasarkan UUD 1945 yang menempatkan perpajakan sebagai salah satu perwujudan kenegaraan, ditugaskan bahwa penempatan beban kepada rakyat seperti pajak dan lain-lainnya harus ditempatkan dangan undang-undang yang berlaku sesuai dengan UU No 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah.PAD diantara lain berupa pajak daerah dan retribusi daerah diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan
pembangunan daerah untuk meningkatkan dan meratakan kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi Dalam penyelenggaraan pemerintah di daerah dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat serta melaksanakan pembangunan daerah, maka daerah membutuhkan sumber-sumber penerimaan yang cukup memadai.
Sumber-sumber penerimaan daerah ini dapat berasal dari bantuan dan sumbangan pemerintah pusat maupun penerimaan yang berasal dari daerah itu sendiri. Disini dapat kita ketahui bahwa tidak semua daerah memiliki kekayaan alam hal ini tentu akan membuat daerah yang kaya akan potensi daerah yang dimiliki akan semakin maju yang mana tujuannya
bertolak belakang bagi daerah yang memiliki potensi yang kurang.
Hal ini merupakan wujud nyata dari langkah-langkah pengalokasian kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk melakukan serangkaian proses, mekanisme dan tahapan perencanaan yang dapat menjamin keselarasan pembangunan antar daerah tanpa mengurangi kewenangan yang diberikan. Pemberlakuan pembiayaan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas pemerintah dan pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang dapat diandalkan, kebutuhan ini semakin dirasakan oleh daerah terutama sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia, yaitu mulai tanggal 1 Januari 2002. Dengan adanya otonomi, daerah dipacu untuk dapat berkreasi mencari sumber penerimaaan daerah yang dapat mendukung pembiayaan pengeluaran daerah.
Otonomi daerah juga memberi harapan bagi masyarakat untuk dapat menikmati pelayanan publik yang lebih baik dan terciptanya alam demokrasi di daerah serta memunculkan harapan yang lebih baik bagi masyarakat untuk memperoleh kebijakan daerah yang sangat penting. Otonomi daerah dengan berbagai harapan yang terdapat didalamnya bukan lagi merupakan layanan belaka akan tetapi ini sudah menjadi nyata dan harus ditangani dengan semangat untuk semakin memajukan kehidupan masing-masing daerah dalam suatu ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kebijakan otonomi daerah diharapkan dapat disikapi dengan kerja keras agar semua harapan dapat terwujud.
Dalam hal ini upaya pemerintah untuk meningkatkan pajak secara optimal maka pihak pemerintah harus berusaha meningkatkatkan penerimaan pajak melalui reformasi tata cara dan administrasi perpajakan yang pada prinsispnya bertujuan sebagai berikut : pertama meningkatkan kepastian hukum bagi wajib pajak. kedua, meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Ketiga. menciptakan iklim usaha yang sehat dan berkeadilan agar antara wajib pajak satu dengan yang lainnya tidak merasa dirugikan. keempat, meningkatkan pelayanan perpajakan melalui peningkatan kualitas aparatur atau SDM (sumber daya manusia) perpajakan dan melalui pemanfaatan tehnologi informasi. Kelima meningkatkan pendapatan Negara melalui peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Banda Aceh.
Dalam perkembangan tehnologi dan kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat pada kenderaan bermotor setiap tahunnya dikota Banda Aceh tidak tertutup kemungkinan untuk meningkatkan penerimaan dari sektor parkir dapat dikatakan cukup berpotensi dan dapat memberikan kontribusi yang cukup berarti dalam menunjang penerimaan pendapatan daerah Kota Banda Aceh.
Penerimaan pajak parkir merupakan salah satu penerimaan atau Pendapatan Asli Daerah Kota Banda aceh disamping pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan,pajak sarang burung walet, pajak pengambilan bahan galian golongan c, pajak kenderaan bermotor dan kenderaan di atas air, pajak pengambilan dan pemanfaatan air
bawah tanah dan air permukaan, dan retribusi lainnya.
Selama ini kita melihat pendapatan yang diperoleh dari sektor parkir ini cukup besar dan pengaturan
pendapatan yang diperoleh dari pajak parkir ini cenderung kurang jelas maka peneliti mencoba melakukan penelitian untuk mendapat informasi
bagaimana pengaturan dan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah Kota Banda Aceh tentang pemungutan pajak parkir yang dilaksanakan beberapa tahun ini. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang akan dikaji yaitu : Seberapa besar kontribusi pajak parkir dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di Kota Banda Aceh?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian untuk mengetahui seberapa besar kontribusi pajak parkir dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di Kota Banda Aceh?
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN Sumber-Sumber Pendapatan Daerah
Faktor keuangan merupakan faktor yang essential dalam mengukur tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonominya. Keadaan keuangan daerahlah yang menentukan bentuk dan ragam kegiatan yang akan dilakukan oleh pemerintah daerah. sumber pendapatan daerah menurut undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD),
yaitu Pendapatan yang diperoleh
daerah dan dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
a. Hasil Pajak Daerah Yaitu: Pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah kepada semua objek pajak, seperti orang/badan, benda bergerak/atau tidak bergerak.
b. Hasil Retribusi Daerah yaitu: Pungutan yang dilakukan sehubungan dengan suatu jasa/fasilitas yang berlaku oleh pemerintah daerah secara langsung dan nyata.
c. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; antara lain laba deviden, penjualan saham milik daerah.
d. Lain-lain PAD yang sah antara lain: hasil penjualan asset tetap dan jasa giro. Dari sejumlah pendapatan daerah tersebut diatas, upaya penghimpun yang paling diutamakan adalah pada pendapatan asli daerah, mengingat PAD adalah sumber yang sering dijadikan ukuran sebagai kemampuan daerah dalam menyelenggarakan otonomi daerah dan salah satu sumber PAD yang dominan setelah pajak daerah. Tingkat PAD standar adalah dana perimbangan
antara total PAD kabupaten/kota, total PDRB kabupaten/kota dangan total kabupaten dan kota. Setelah itu barulah dilakukan perhitungan Indek Kinerja PAD ( Tax Performance Index) yaitu dengan membagi upaya pengumpulan PAD dengan tingkat PAD standar, (Reksohardiprodjo,2001;156)
Secara teoritis terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pendapatan asli daerah (PAD). Faktor-faktor yang dimaksud tentunya tidak hanya terkait dengan sumber-sumber penerimaan yang berasal dari dalam daerah. Akan tetapi juga terkait dengan masyarakat atau penduduk suatu daerah sebagai subjek pajak dan retribusi daerah. Selain itu kemampuan masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi juga dapat menjadi penentu potensi PAD. Kemampuan dalam membayar pajak dan retribusi daerah sebagai sumber PAD biasanya didekati dengan pendapatan masyarakat.
Faktor lain yang mempengaruhi pendapatan asli daerah juga terkait dengan pengeluaran pemerintah untuk membeli barang dan jasa. Semakin besar pengeluaran pemerintah untuk membeli barang dan jasa tidak hanya berdampak pada peningkatan-peningkatan masyarakat, akan tetapi juga dapat mendorong peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) keterkaitan antara PAD dengan pengeluaran pemerintah, jumlah penduduk dan PDRB sebagai tolak ukur pendapatan penduduk
Pengertian Pajak
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Beserta
Penjelasannya Pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
Jenis Pajak
(1) Jenis Pajak Provinsi terdiri dari:
(a) Pajak kenderaan bermotor (b) Bea balik nama kenderaan bermotor (c) Pajak bahan bakar kenderaan bermotor (d) Pajak air permukaan dan (e) pajak rokok.
(2) Jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri :
(a)Pajak hotel (b) Pajak restoran (c) Pajak hiburan (d) Pajak reklame (e)Pajak penerangan jalan (f) Pajak mineral bukan logam dan batuan (g)Pajak parkir (h) Pajak air tanah (i) Pajak sarang burung walet (j)Pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan (k) Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan.
Fungsi Pajak
fungsi budgetair adalah Fungsi yang letaknya disektor publik yaitu fungsi untuk mengumpulkan uang pajak sebanyak-banyaknya sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku yang pada waktunya akan digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara.
Fungsi regulerend adalah Suatu fungsi pajak yang digunakan sebagai
suatu alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang letaknya diluar bidang keuangan ini dapat dilihat dalam sektor swasta.
Pengertian parkir
Pengertian Parkir dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah menjelaskan yaitu :Penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kenderaan bermotor.
Menurut ( Siahaan ) Pajak Parkir adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kenderaan bermotordan garasi kenderaan bermotor yang memungut bayaran. Pengenaan pajak parkir tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten atau kotayang ada di indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepaada pemerintah kabupaten atau kota untuk mengenakan atau tidak mengenakan sesuatu jenis pajak kabupaten/kota, pemerintah daerah harus terlebih dahulu menerbitkan Peraturan Daerah tentang Pajak Parkir yang akan menjadi landasan hukum operasional dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan Pajak Parkir di daerah kabupaten atau kota yang bersangkutan.
Pengertian Pajak Parkir
Pajak parkir adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kenderaan bermotor dan garasi kenderaan bermotor yang memungut bayaran. Pengenaan Pajak Parkir tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten atau kota yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah kabupaten atau kota untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupaten/kota untuk dapat dipungut pada suatu daerah kabupaten atau kota, pemerintah daerah harus terlebih dahulu menerbitkan peraturan daerah tentang Pajak Parkir yang akan menjadi landasan hukum operasional dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan Pajak Parkir di daerah kabupaten atau kota yang bersangkutan.
Dasar Hukum Pemungutan Pajak Parkir
Pemungutan Pajak Parkir di Indonesia saat ini didasarkan pada dasar hukum yang jelas dan kuat sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak yang terkait. Dasar hukum pemungutan Pajak Parkir pada suatu kabupaten atau kota adalah sebagaimana dibawah ini.
1. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
2. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah
3. Peraturan daerah
kabupaten/kota yang mengatur tentang pajak parkir
4. Keputusan bupati/walikotayang mengatur tentang Pajak Pakir sebagai aturan pelaksanaan peraturan daerah tentang pajak parkir pada kabupaten/kota dimaksud.
Objek Pajak Parkir
Objek Pajak Parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kenderaan bermotor dan garasi kenderaan bermotor yang memungut bayaran. Klasifikasi tempat parkir di Luar badan jalan yang dikenakan Pajak Parkir adalah:
a. Gedung parkir b. Pelataran parkir
c. Garasi kenderaan bermotor yang memungut bayaran, dan d. Tempat penitipan kenderaan
bermotor.
Subjek Pajak dan Wajib Pajak Parkir
Pada Pajak Parkir, subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas tempat parkir. Pajak parkir dibayar oleh pengusaha yang menyediakan tempat parkir dengan dipungut bayaran. Pengusaha tersebut secara otomatis ditetapkan sebagai wajib pajak yang harus membayar Pajak Parkir yang terutang. Dengan demikian, pada Pajak
Parkir subjek pajak dan wajib pajak tidak sama. Konsumen yang menggunakan tempat parkir merupakan subjek pajak yang membayar ( menanggung) pajak sedangkan pengusaha yang menyediakan tempat parkir dengan dipungut bayaran bertindak sebagai wajib pajak yang diberi kewenangan untuk memungut pajak dari konsumen ( subjek pajak). Penelitian Sebelumnya
Clareta,Babtisa Nindya(2013) menganalisis penerimaan pajak parkir terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lanten 2002-2012 latar belakang dari permasalahan ini adalah semakin berkembangnya tempat usaha, maka keberadaan tempat parkir menjadi suatu yang penting guna mendukung kegiatan ekonomi tersebut. Dengan semakin banyaknya tempat usaha maka penerimaan pajak parkir tersebut selain untuk melihat seberapanbesar pengaruh pajak parkir, juga sebagai masukan untuk meningkatkan pajak parkir pada tahun sebelumnya.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Banda Aceh, Variabel yang difokuskan dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli daerah, Pemakaian Tempat Parkir.wajib pajak tempat parkir
Sumber dan jenis data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data skunder. yang di olah secara bulanan. Data skunder yang digunakan adalah data tahunan mulai dari tahun 2012
sampai 2014. Sumber data penelitian ini diperoleh dari Dinas Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah (DPKAD) Kota Banda Aceh.
Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan pada tujuan penelitian ini, maka dalam menganalisis permasalahan yang ada dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif. Alat analisis yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda .
Regresi Linier berganda digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian ini Yaitu : Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pemakaian Tempat Parkir, Wajib Pajak Parkir,di Kota Banda Aceh
Hubungan variable ini dijelaskan sebagai berikut:
Berdasarkan model di atas maka untuk melihat bagaimana Kompetensi pemakaian Tempat Parkir,Wajib Pajak Parkir terhadap PAD Kota Banda Aceh digunakan formula analisis regresi linier berganda(Multiple Regresion) model analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan fungsional antara variabel tersebut adalah regresi linier berganda secara matematis regresi linier berganda dapat dirumuskan sebagai berikut (Gujarati,1988)
Yi=a0+a1x1+a2x2+anxn+U……( 1 ) Sesuai dengan kepentingan peneliti dan kebutuhan analisis guna menunjukkan hubungan fungsional variabel peneliti seperti yang dijelaskan sebelumnya, Maka persamaan regresi dalam penelitian ini dimodifikasi dalam bentuk
Yi = a0+b1X1+b2X2+b3D+e
Dimana :
Yi= Realisasi Pendapatan Asli Daerah
X1= Pemakaian Tempat Pajak Parkir
X2 = Wajib Pajak Parkir a0 = Intercep
b1,b2,b3= Koefisien Regresi D = Variabel Dummy Bagi Lokasi Parkir
- Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kenderaan bermotor.
- Dasar pengenaan pajak parkir adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar untuk pemakaian tempat parkir (PTP) - Tempat parkir adalah tempat
parkir diluar badan jalan yang disediakan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kenderaan bermotor dan garasi kenderaan bermotor.
- Wajib Pajak Parkir adalah: Subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas tempat parkir.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian
Pemerintah daerah dituntut untuk terus menggali sumber-sumber pendapatan di daerahnya dalam rangka mendapatkan dana untuk melaksanakan pembangunan. Pajak daerah
merupakan sumber pendapatan yang dapat dikembangkan berdasarkan peraturan-peraturan pajak yang ditetapkan daerah untuk pembiayaan rumah tangga pemerintah daerah itu sendiri pada dasarnya pajak mempunyai ketertarikan yang erat dengan jasa pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat sehingga peningkatan perekonomian ikut mendorong penerimaan pajak daerah .
Surat ketetapan Pajak Daerah pajak Parkir 2010-2014
No Perusahaan Pajak parkir 2010 Pajak Parkir 2011 Pajak Parkir 2012 Pajak Parkir 2013 Pajak Parkir 2014 1 BTPN Rp 10.000.000 12.000.000 12.000.000 15.600.000 15.600.000 2 Pizza Hut Rp 15.000.000 18.000.000 18.000.000 24.000.000 24.000.000 3 RSU zainal Abidin Rp 13.500.000 36.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 4 PT Fast Foot Indonesia (KFC) Rp 12.000.000 14.400.000 18.000.000 6.000.000 24.000.000 5 Bank Bukopin Rp 11.000.000 12.000.000 12.000.000 15.600.000 15.600.000 6 RSU Fakinah Rp 9.000.000 12.000.000 12.000.000 15.600.000 15.600.000 7 Bank Mandiri Indonesia Rp 12.000.000 12.000.000 12.000.000 6.000.000 6.000.000 8 Bank Aceh Rp 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 9 Bank BRI Rp 12.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 10 Bank BNI 46 Rp 12.000.000 12.000.000 14.000.000 14.400.000 14.400.000 11 Hotel 61 Rp 9.182.000 11.965.000 12.709.834 35.348.534 29.802.232 12 Rumah sakit kesdam 2.400.000 3.600.000 6 .000.000 6.000.000 6.000.000
13
Bank syariah
mandiri 7.500.000 9.000.000 9 .000.000 9.000.000 9.000.000 14 RSU meraxa 6.000.000 9.000.000 9 .000.000 12.000.000 12.000.000 15
Kantor Pos dan
giro K.alam 6.000.000 6 .000.000 6.000.000 6.000.000 16 PLN cabang 15.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 17 Telkom 2.800.000 4.200.000 4 .200.000 6.000.000 6.000.000 18 RSU Harapan Bunda 6.600.000 9.400.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 19
RSU Ibu dan
anak 4.000.000 7.800.000 7 .800.000 7.800.000 7.800.000 20
RSU Permata
Hati 5.500.000 6.000.000 6 .000.000 6.000.000 3.000.000 21 RSU Malahayati 1.100.000 1.200.000 1 .200.000 600000 12.000.000 22 RSU bulan sabit 3.000.000 3.600.000 2 .400.000 2.400.000 2.400.000 23 BNI syariah 7.500.000 6.000.000 6 .000.000 6.000.000 6.000.000 24 RSU Cempaka Azzahra 2.100.000 3.600.000 3 .600.000 3.600.000 3.600.000 25 PT Bank Mandiri 6.000.000 6.000.000 6 .000.000 6.000.000 6.000.000 26 Wong solo 2.100.000 8.400.000 8 .400.000 6.000.000 6.000.000 27 tower cafe 2.100.000 4.200.000 2 .100.000 28 yello cafe 2.000.000 4.800.000 4 .800.000 4.800.000 4.200.000 29 Harmes Palace mall 3.627.200 47.252.000 127.311.600 140.744.672 122.808.111 30 PT .Fast foot indonesia 2.500.000 6 .000.000 18.000.000 6.000.000 31 Ayam lepas T.nyak arif 6 .000.000 6.000.000 3.000.000 32
Ayam lepas SMA
III 3 .000.000 3.000.000 3.000.000
33
Ayam lepas Jl.
Cut nyakdin 3 .000.000 3.000.000 4.200.000
34
Ayam Penyet Pak
Ulis 3 .600.000 3.600.000 3.600.000 35 Pante pirak 800000 400000 36 Borneo cafe 300000 300000 37 RS Gigi mulut unsyiah 4.600.000 7.200.000 38 Mesium Tsunami Aceh 703500 2.400.000
39 PT. Suriatama mahkota kencana / suzuki 54.000.000 40 Keude de Helsenki 4.800.000 7.800.000 41 Coffee Break Rp 450.000 42 ex RSU Zainal Abidin 4.400.000 4.2 Hasil Penelitian
Dengan menggunakan alat bantu program computer SPSS, dengan memasukkan data Pemakaian Pajak Tempat Parkir (X1) dan Jumlah Wajib Pajak (X2) serta PendapatanAsli Daerah (Y) di Kota Banda Aceh selama lima tahun terakhir, yaitu dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Dengan memasukkan nilai b sebagaimana terdapat pada table di atas pada persamaan regresi berganda, maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 2.230.419.359,798 + 2,023X1-79.950.455,202X2
Berdasarkan persamaan regresi di atas, dapat dijelaskan bahwa apabila tidak terjadi perubahan pada Pajak Tempat Parkir dan Jumlah Wajib Pajak, maka realisasi perolehan Pendapatan Asli Daerah sebesar 2.230.419.359,798. Selanjutnya dari koefesien regresi yang diperoleh dari Pajak Tempat Parkir (X1) sebesar 2,023, hal ini berarti apa bila terdapat perubahan pada Pajak Tempat Parkir maka akan mengakibatkan kenaikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (Y) sebesar 2,023. Koefesien regresi yang diperoleh dari Jumlah Wajib Pajak (X2) sebesr -79.950.455, maka akan mengakibatkan penurunan terhadap Pendapatan Asli Daerah (Y) sebesar 79.950.455.
Tabel IV.1
Tabel Perhitungan Koefesien Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 2230419359.798 601628212.241 3.707 .066 LahanPajakParkir 2.023 .426 2.522 4.750 .042 JumlahWajibPajak -79950455.202 22435362.859 -1.892 -3.564 .071
4.3 Pengujian Hipotesis
Dari uji F diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,062 < 0,10, yang berarti bahwa secara simultan seluruh variable independen: Pajak Tempat Pakir dan Jumlah Wajib Pajak secara bersama-sama berpengaruh terhadap variable Pendapatan Asli Daerah. Dengan angka tersebut dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan fit. Dari uji R2 menghasilkan
nilai sebesar 0,938. Hal ini menunjukkan bahwa sekitar 93,8% variasi dari Pendapatan Asli Daerah dapat dijelaskan oleh variable Pajak Tempat Parkir dan Jumlah Wajib Pajak, sedangkan sisanya 6,2% dapat dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
4.4 Pengaruh Pajak Tempat Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah
Pajak Lahan Parkir berpengaruh signifikan terhadap PendapatanAsli Daerah Kota Banda Aceh di Provinsi Aceh. Hal ini terbukti dari hasil uji t memperoleh nilai signifikan sebesar 0,042 < α = 0,10. Penelitian ini konsisten daengan penelitian sebelumnya. Hal ini berarti semakin tinggi Pajak Tempat Parkir, maka semakin meningkat nilai Pendapatan Asli Daerah daerah tersebut. Hal ini disebabkan karena peran Pajak Lahan Parkir sangatsignifikan, karena Pendapatan Asli Daerah lebih di dominasi dari Pajak Tempat Parkir. Setiap Pajak Tempat Parkir yang diterima pemerintah daerah untuk berbelanja pemerintah daerah, salah satunya adalah untuk belanja modal. Hal ini tidak jauh dari peran PAD yaitu
dengan pembangunan infrastruktur dan sarana prasarana oleh pemerintah daerah berdampak pada pertumbuhan ekonomi.
4.5 Pengaruh Jumlah Wajib Pajak Terhadap Pendapatan Asli Daerah
Jumlah Wajib Pajak berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Banda Aceh di Provinsi Aceh. Hal ini terbukti dari hasil uji t memperoleh nilaisignifikan sebesar 0,071 < α = 0,10. Penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya. Hal ini berarti semakin tinggi Jumlah Wajib Pajak, maka semakin meningkat nilai Pendapatan Asli Daerah daerah tersebut. Hal ini disebabkan karena peran Jumlah Wajib Pajak sangat signifikan, karena setiap Jumlah Wajib Pajak yang diterima pemerintah daerah untuk berbelanja pemerintah daerah, salah satunya adalah untuk belanja modal. Hal ini tidak jauh dari peran Pajak Tempat Parkir yaitu dengan pembangunan infrastruktur dan sarana prasarana oleh pemerinh daerah berdampak pada pertumbuhan ekonomi.
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOOMENDASI 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelian tentang Pajak Tempat Parkir dan Jumlah Wajib Pajak terhadap Pendapatan Asli Daerah dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Pajak Lahan Parkir (secara statistik) signifikan terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kota Banda Aceh Provinsi Aceh. b. JumlahWajibPajak (secara
statistik) signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Banda Aceh Provinsi Aceh. c. Pajak Lahan Pakir dan Jumlah
Wajib Pajak secara bersama-sama berpengaruh terhadap variable Pendapatan Asli DaerahKota Banda Aceh Provinsi Aceh.
5.2 Saran-Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dan kesimpulan yang telah diambil, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut:
a. Bagi peneliti mendatang hendaknya sampel dan daerah penelitian lebih diperluas lagi, yaitu tidak terbatas pada Kabupaten\Kota di Provinsi Aceh, sehingga akan memberikan hasil yang lebih mendekati kenyataan yang sebenarnya.
b. Bagi peneliti di penelitian ini lebih diperpanjang lagi, yaitu tidak hanya 5 tahun, sehingga tingkat generalisasinya lebih baik.
c. Bagi peneliti mendatang hendaknya melibatakan variablel lainnya, karena pada dasarnya masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daaerah. DAFTAR PUSTAKA
Claresta, Babtista Nindya (2013) Analisis Penerimaan Pajak Parkir Terhadap Peningkatan
Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Klaten
(Tesis)Universitas Sebelas Maret
Hasanuddin, (2010) Analisis Posisi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Gayo Lues
( Tesis) Tidak Dipublikasi
Ichsan,Hadi,R.T (2009) Analisis Posisi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Aceh Besar .(Tesis) Tidak dipublikasikan
Muclis (2011) Potensi Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan Sektor Pedesaan Dan Perkotaan Kabupaten Aceh Besar (Tesis) tidak dipublikasi
Marihot P.Siahaan (2005) Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Penerbit : PT.Raja Grafindo Persada Jakarta
Naihasy, Syahrin (2006) Kebijakan Publik (Publik Policy) Menggapai Masyarakat Madani, Penerbit Mida Pustaka Jogjakarta.
Qanun Kota Banda Aceh Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame
Republik Indonesia Undang-Undang Pajak Lengkap Tahun (2008) Penerbit . Mitra Wacana Media.
Setiawan, Ferry (2009) Posisi Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kota Banda Aceh,(Tesis) (tidak dipublikasi) Program pasca Sarjana Universitas Syiah Kuala.
---Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun (2009) Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Beserta Penjelasan, Jakarta : Visimedia.
--- Undang-Undang Pajak Lengkap Tahun (2011). Penerbit
Mitra Wacana Media
Uray Perima Maharani (2014)Analisi kontribusi Pajak Parkir Pada Pendapatan Asli Daerah (PAD)Kota Pontianak (skripsi) Universitas Tanjungpura.