• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Ilmiah Manajemen Muhammadiyah Aceh (JIMMA) Vol. 8 No. 2 KONTRIBUSI PAJAK PARKIR TERHADAP PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BANDA ACEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Ilmiah Manajemen Muhammadiyah Aceh (JIMMA) Vol. 8 No. 2 KONTRIBUSI PAJAK PARKIR TERHADAP PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BANDA ACEH"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KONTRIBUSI PAJAK PARKIR TERHADAP PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BANDA ACEH

Yuslaidar Yusuf

(Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Aceh) Maidar

(Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Aceh)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kontribusin pajak parkir terhadap pendapatan asli daerah Kota Banda Aceh kontribusi tersebut terdiri dari pemakaian pajak tempa parkir, Wajib pajak parkir Data yang digunakan data sekunder yaitu dari tahun 2010-2014. Data bersumber dari Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset daerah (DPKAD). Dalam menganalisis masalah melalui pendekatan Kuantitatif, Alat analisis yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda.

Kata Kunci : Pendapatan Asli Daerah, Tempat Pajak Parkir,Wajib Pajak Parkir

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Penelitian

Berdasarkan UUD 1945 yang menempatkan perpajakan sebagai salah satu perwujudan kenegaraan, ditugaskan bahwa penempatan beban kepada rakyat seperti pajak dan lain-lainnya harus ditempatkan dangan undang-undang yang berlaku sesuai dengan UU No 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah.PAD diantara lain berupa pajak daerah dan retribusi daerah diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan

pembangunan daerah untuk meningkatkan dan meratakan kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi Dalam penyelenggaraan pemerintah di daerah dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat serta melaksanakan pembangunan daerah, maka daerah membutuhkan sumber-sumber penerimaan yang cukup memadai.

Sumber-sumber penerimaan daerah ini dapat berasal dari bantuan dan sumbangan pemerintah pusat maupun penerimaan yang berasal dari daerah itu sendiri. Disini dapat kita ketahui bahwa tidak semua daerah memiliki kekayaan alam hal ini tentu akan membuat daerah yang kaya akan potensi daerah yang dimiliki akan semakin maju yang mana tujuannya

(2)

bertolak belakang bagi daerah yang memiliki potensi yang kurang.

Hal ini merupakan wujud nyata dari langkah-langkah pengalokasian kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk melakukan serangkaian proses, mekanisme dan tahapan perencanaan yang dapat menjamin keselarasan pembangunan antar daerah tanpa mengurangi kewenangan yang diberikan. Pemberlakuan pembiayaan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas pemerintah dan pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang dapat diandalkan, kebutuhan ini semakin dirasakan oleh daerah terutama sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia, yaitu mulai tanggal 1 Januari 2002. Dengan adanya otonomi, daerah dipacu untuk dapat berkreasi mencari sumber penerimaaan daerah yang dapat mendukung pembiayaan pengeluaran daerah.

Otonomi daerah juga memberi harapan bagi masyarakat untuk dapat menikmati pelayanan publik yang lebih baik dan terciptanya alam demokrasi di daerah serta memunculkan harapan yang lebih baik bagi masyarakat untuk memperoleh kebijakan daerah yang sangat penting. Otonomi daerah dengan berbagai harapan yang terdapat didalamnya bukan lagi merupakan layanan belaka akan tetapi ini sudah menjadi nyata dan harus ditangani dengan semangat untuk semakin memajukan kehidupan masing-masing daerah dalam suatu ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kebijakan otonomi daerah diharapkan dapat disikapi dengan kerja keras agar semua harapan dapat terwujud.

Dalam hal ini upaya pemerintah untuk meningkatkan pajak secara optimal maka pihak pemerintah harus berusaha meningkatkatkan penerimaan pajak melalui reformasi tata cara dan administrasi perpajakan yang pada prinsispnya bertujuan sebagai berikut : pertama meningkatkan kepastian hukum bagi wajib pajak. kedua, meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Ketiga. menciptakan iklim usaha yang sehat dan berkeadilan agar antara wajib pajak satu dengan yang lainnya tidak merasa dirugikan. keempat, meningkatkan pelayanan perpajakan melalui peningkatan kualitas aparatur atau SDM (sumber daya manusia) perpajakan dan melalui pemanfaatan tehnologi informasi. Kelima meningkatkan pendapatan Negara melalui peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Banda Aceh.

Dalam perkembangan tehnologi dan kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat pada kenderaan bermotor setiap tahunnya dikota Banda Aceh tidak tertutup kemungkinan untuk meningkatkan penerimaan dari sektor parkir dapat dikatakan cukup berpotensi dan dapat memberikan kontribusi yang cukup berarti dalam menunjang penerimaan pendapatan daerah Kota Banda Aceh.

Penerimaan pajak parkir merupakan salah satu penerimaan atau Pendapatan Asli Daerah Kota Banda aceh disamping pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan,pajak sarang burung walet, pajak pengambilan bahan galian golongan c, pajak kenderaan bermotor dan kenderaan di atas air, pajak pengambilan dan pemanfaatan air

(3)

bawah tanah dan air permukaan, dan retribusi lainnya.

Selama ini kita melihat pendapatan yang diperoleh dari sektor parkir ini cukup besar dan pengaturan

pendapatan yang diperoleh dari pajak parkir ini cenderung kurang jelas maka peneliti mencoba melakukan penelitian untuk mendapat informasi

bagaimana pengaturan dan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah Kota Banda Aceh tentang pemungutan pajak parkir yang dilaksanakan beberapa tahun ini. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang akan dikaji yaitu : Seberapa besar kontribusi pajak parkir dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di Kota Banda Aceh?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian untuk mengetahui seberapa besar kontribusi pajak parkir dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di Kota Banda Aceh?

BAB II

STUDI KEPUSTAKAAN Sumber-Sumber Pendapatan Daerah

Faktor keuangan merupakan faktor yang essential dalam mengukur tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonominya. Keadaan keuangan daerahlah yang menentukan bentuk dan ragam kegiatan yang akan dilakukan oleh pemerintah daerah. sumber pendapatan daerah menurut undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD),

yaitu Pendapatan yang diperoleh

daerah dan dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

a. Hasil Pajak Daerah Yaitu: Pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah kepada semua objek pajak, seperti orang/badan, benda bergerak/atau tidak bergerak.

b. Hasil Retribusi Daerah yaitu: Pungutan yang dilakukan sehubungan dengan suatu jasa/fasilitas yang berlaku oleh pemerintah daerah secara langsung dan nyata.

c. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; antara lain laba deviden, penjualan saham milik daerah.

d. Lain-lain PAD yang sah antara lain: hasil penjualan asset tetap dan jasa giro. Dari sejumlah pendapatan daerah tersebut diatas, upaya penghimpun yang paling diutamakan adalah pada pendapatan asli daerah, mengingat PAD adalah sumber yang sering dijadikan ukuran sebagai kemampuan daerah dalam menyelenggarakan otonomi daerah dan salah satu sumber PAD yang dominan setelah pajak daerah. Tingkat PAD standar adalah dana perimbangan

(4)

antara total PAD kabupaten/kota, total PDRB kabupaten/kota dangan total kabupaten dan kota. Setelah itu barulah dilakukan perhitungan Indek Kinerja PAD ( Tax Performance Index) yaitu dengan membagi upaya pengumpulan PAD dengan tingkat PAD standar, (Reksohardiprodjo,2001;156)

Secara teoritis terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pendapatan asli daerah (PAD). Faktor-faktor yang dimaksud tentunya tidak hanya terkait dengan sumber-sumber penerimaan yang berasal dari dalam daerah. Akan tetapi juga terkait dengan masyarakat atau penduduk suatu daerah sebagai subjek pajak dan retribusi daerah. Selain itu kemampuan masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi juga dapat menjadi penentu potensi PAD. Kemampuan dalam membayar pajak dan retribusi daerah sebagai sumber PAD biasanya didekati dengan pendapatan masyarakat.

Faktor lain yang mempengaruhi pendapatan asli daerah juga terkait dengan pengeluaran pemerintah untuk membeli barang dan jasa. Semakin besar pengeluaran pemerintah untuk membeli barang dan jasa tidak hanya berdampak pada peningkatan-peningkatan masyarakat, akan tetapi juga dapat mendorong peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) keterkaitan antara PAD dengan pengeluaran pemerintah, jumlah penduduk dan PDRB sebagai tolak ukur pendapatan penduduk

Pengertian Pajak

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Beserta

Penjelasannya Pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

Jenis Pajak

(1) Jenis Pajak Provinsi terdiri dari:

(a) Pajak kenderaan bermotor (b) Bea balik nama kenderaan bermotor (c) Pajak bahan bakar kenderaan bermotor (d) Pajak air permukaan dan (e) pajak rokok.

(2) Jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri :

(a)Pajak hotel (b) Pajak restoran (c) Pajak hiburan (d) Pajak reklame (e)Pajak penerangan jalan (f) Pajak mineral bukan logam dan batuan (g)Pajak parkir (h) Pajak air tanah (i) Pajak sarang burung walet (j)Pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan (k) Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan.

Fungsi Pajak

fungsi budgetair adalah Fungsi yang letaknya disektor publik yaitu fungsi untuk mengumpulkan uang pajak sebanyak-banyaknya sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku yang pada waktunya akan digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara.

Fungsi regulerend adalah Suatu fungsi pajak yang digunakan sebagai

(5)

suatu alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang letaknya diluar bidang keuangan ini dapat dilihat dalam sektor swasta.

Pengertian parkir

Pengertian Parkir dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah menjelaskan yaitu :Penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kenderaan bermotor.

Menurut ( Siahaan ) Pajak Parkir adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kenderaan bermotordan garasi kenderaan bermotor yang memungut bayaran. Pengenaan pajak parkir tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten atau kotayang ada di indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepaada pemerintah kabupaten atau kota untuk mengenakan atau tidak mengenakan sesuatu jenis pajak kabupaten/kota, pemerintah daerah harus terlebih dahulu menerbitkan Peraturan Daerah tentang Pajak Parkir yang akan menjadi landasan hukum operasional dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan Pajak Parkir di daerah kabupaten atau kota yang bersangkutan.

Pengertian Pajak Parkir

Pajak parkir adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kenderaan bermotor dan garasi kenderaan bermotor yang memungut bayaran. Pengenaan Pajak Parkir tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten atau kota yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah kabupaten atau kota untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupaten/kota untuk dapat dipungut pada suatu daerah kabupaten atau kota, pemerintah daerah harus terlebih dahulu menerbitkan peraturan daerah tentang Pajak Parkir yang akan menjadi landasan hukum operasional dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan Pajak Parkir di daerah kabupaten atau kota yang bersangkutan.

Dasar Hukum Pemungutan Pajak Parkir

Pemungutan Pajak Parkir di Indonesia saat ini didasarkan pada dasar hukum yang jelas dan kuat sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak yang terkait. Dasar hukum pemungutan Pajak Parkir pada suatu kabupaten atau kota adalah sebagaimana dibawah ini.

1. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

(6)

2. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah

3. Peraturan daerah

kabupaten/kota yang mengatur tentang pajak parkir

4. Keputusan bupati/walikotayang mengatur tentang Pajak Pakir sebagai aturan pelaksanaan peraturan daerah tentang pajak parkir pada kabupaten/kota dimaksud.

Objek Pajak Parkir

Objek Pajak Parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kenderaan bermotor dan garasi kenderaan bermotor yang memungut bayaran. Klasifikasi tempat parkir di Luar badan jalan yang dikenakan Pajak Parkir adalah:

a. Gedung parkir b. Pelataran parkir

c. Garasi kenderaan bermotor yang memungut bayaran, dan d. Tempat penitipan kenderaan

bermotor.

Subjek Pajak dan Wajib Pajak Parkir

Pada Pajak Parkir, subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas tempat parkir. Pajak parkir dibayar oleh pengusaha yang menyediakan tempat parkir dengan dipungut bayaran. Pengusaha tersebut secara otomatis ditetapkan sebagai wajib pajak yang harus membayar Pajak Parkir yang terutang. Dengan demikian, pada Pajak

Parkir subjek pajak dan wajib pajak tidak sama. Konsumen yang menggunakan tempat parkir merupakan subjek pajak yang membayar ( menanggung) pajak sedangkan pengusaha yang menyediakan tempat parkir dengan dipungut bayaran bertindak sebagai wajib pajak yang diberi kewenangan untuk memungut pajak dari konsumen ( subjek pajak). Penelitian Sebelumnya

Clareta,Babtisa Nindya(2013) menganalisis penerimaan pajak parkir terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lanten 2002-2012 latar belakang dari permasalahan ini adalah semakin berkembangnya tempat usaha, maka keberadaan tempat parkir menjadi suatu yang penting guna mendukung kegiatan ekonomi tersebut. Dengan semakin banyaknya tempat usaha maka penerimaan pajak parkir tersebut selain untuk melihat seberapanbesar pengaruh pajak parkir, juga sebagai masukan untuk meningkatkan pajak parkir pada tahun sebelumnya.

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Banda Aceh, Variabel yang difokuskan dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli daerah, Pemakaian Tempat Parkir.wajib pajak tempat parkir

Sumber dan jenis data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data skunder. yang di olah secara bulanan. Data skunder yang digunakan adalah data tahunan mulai dari tahun 2012

(7)

sampai 2014. Sumber data penelitian ini diperoleh dari Dinas Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah (DPKAD) Kota Banda Aceh.

Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan pada tujuan penelitian ini, maka dalam menganalisis permasalahan yang ada dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif. Alat analisis yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda .

Regresi Linier berganda digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian ini Yaitu : Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pemakaian Tempat Parkir, Wajib Pajak Parkir,di Kota Banda Aceh

Hubungan variable ini dijelaskan sebagai berikut:

Berdasarkan model di atas maka untuk melihat bagaimana Kompetensi pemakaian Tempat Parkir,Wajib Pajak Parkir terhadap PAD Kota Banda Aceh digunakan formula analisis regresi linier berganda(Multiple Regresion) model analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan fungsional antara variabel tersebut adalah regresi linier berganda secara matematis regresi linier berganda dapat dirumuskan sebagai berikut (Gujarati,1988)

Yi=a0+a1x1+a2x2+anxn+U……( 1 ) Sesuai dengan kepentingan peneliti dan kebutuhan analisis guna menunjukkan hubungan fungsional variabel peneliti seperti yang dijelaskan sebelumnya, Maka persamaan regresi dalam penelitian ini dimodifikasi dalam bentuk

Yi = a0+b1X1+b2X2+b3D+e

Dimana :

Yi= Realisasi Pendapatan Asli Daerah

X1= Pemakaian Tempat Pajak Parkir

X2 = Wajib Pajak Parkir a0 = Intercep

b1,b2,b3= Koefisien Regresi D = Variabel Dummy Bagi Lokasi Parkir

- Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kenderaan bermotor.

- Dasar pengenaan pajak parkir adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar untuk pemakaian tempat parkir (PTP) - Tempat parkir adalah tempat

parkir diluar badan jalan yang disediakan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kenderaan bermotor dan garasi kenderaan bermotor.

- Wajib Pajak Parkir adalah: Subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas tempat parkir.

(8)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

Pemerintah daerah dituntut untuk terus menggali sumber-sumber pendapatan di daerahnya dalam rangka mendapatkan dana untuk melaksanakan pembangunan. Pajak daerah

merupakan sumber pendapatan yang dapat dikembangkan berdasarkan peraturan-peraturan pajak yang ditetapkan daerah untuk pembiayaan rumah tangga pemerintah daerah itu sendiri pada dasarnya pajak mempunyai ketertarikan yang erat dengan jasa pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat sehingga peningkatan perekonomian ikut mendorong penerimaan pajak daerah .

Surat ketetapan Pajak Daerah pajak Parkir 2010-2014

No Perusahaan Pajak parkir 2010 Pajak Parkir 2011 Pajak Parkir 2012 Pajak Parkir 2013 Pajak Parkir 2014 1 BTPN Rp 10.000.000 12.000.000 12.000.000 15.600.000 15.600.000 2 Pizza Hut Rp 15.000.000 18.000.000 18.000.000 24.000.000 24.000.000 3 RSU zainal Abidin Rp 13.500.000 36.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 4 PT Fast Foot Indonesia (KFC) Rp 12.000.000 14.400.000 18.000.000 6.000.000 24.000.000 5 Bank Bukopin Rp 11.000.000 12.000.000 12.000.000 15.600.000 15.600.000 6 RSU Fakinah Rp 9.000.000 12.000.000 12.000.000 15.600.000 15.600.000 7 Bank Mandiri Indonesia Rp 12.000.000 12.000.000 12.000.000 6.000.000 6.000.000 8 Bank Aceh Rp 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 9 Bank BRI Rp 12.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 10 Bank BNI 46 Rp 12.000.000 12.000.000 14.000.000 14.400.000 14.400.000 11 Hotel 61 Rp 9.182.000 11.965.000 12.709.834 35.348.534 29.802.232 12 Rumah sakit kesdam 2.400.000 3.600.000 6 .000.000 6.000.000 6.000.000

(9)

13

Bank syariah

mandiri 7.500.000 9.000.000 9 .000.000 9.000.000 9.000.000 14 RSU meraxa 6.000.000 9.000.000 9 .000.000 12.000.000 12.000.000 15

Kantor Pos dan

giro K.alam 6.000.000 6 .000.000 6.000.000 6.000.000 16 PLN cabang 15.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 17 Telkom 2.800.000 4.200.000 4 .200.000 6.000.000 6.000.000 18 RSU Harapan Bunda 6.600.000 9.400.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 19

RSU Ibu dan

anak 4.000.000 7.800.000 7 .800.000 7.800.000 7.800.000 20

RSU Permata

Hati 5.500.000 6.000.000 6 .000.000 6.000.000 3.000.000 21 RSU Malahayati 1.100.000 1.200.000 1 .200.000 600000 12.000.000 22 RSU bulan sabit 3.000.000 3.600.000 2 .400.000 2.400.000 2.400.000 23 BNI syariah 7.500.000 6.000.000 6 .000.000 6.000.000 6.000.000 24 RSU Cempaka Azzahra 2.100.000 3.600.000 3 .600.000 3.600.000 3.600.000 25 PT Bank Mandiri 6.000.000 6.000.000 6 .000.000 6.000.000 6.000.000 26 Wong solo 2.100.000 8.400.000 8 .400.000 6.000.000 6.000.000 27 tower cafe 2.100.000 4.200.000 2 .100.000 28 yello cafe 2.000.000 4.800.000 4 .800.000 4.800.000 4.200.000 29 Harmes Palace mall 3.627.200 47.252.000 127.311.600 140.744.672 122.808.111 30 PT .Fast foot indonesia 2.500.000 6 .000.000 18.000.000 6.000.000 31 Ayam lepas T.nyak arif 6 .000.000 6.000.000 3.000.000 32

Ayam lepas SMA

III 3 .000.000 3.000.000 3.000.000

33

Ayam lepas Jl.

Cut nyakdin 3 .000.000 3.000.000 4.200.000

34

Ayam Penyet Pak

Ulis 3 .600.000 3.600.000 3.600.000 35 Pante pirak 800000 400000 36 Borneo cafe 300000 300000 37 RS Gigi mulut unsyiah 4.600.000 7.200.000 38 Mesium Tsunami Aceh 703500 2.400.000

(10)

39 PT. Suriatama mahkota kencana / suzuki 54.000.000 40 Keude de Helsenki 4.800.000 7.800.000 41 Coffee Break Rp 450.000 42 ex RSU Zainal Abidin 4.400.000 4.2 Hasil Penelitian

Dengan menggunakan alat bantu program computer SPSS, dengan memasukkan data Pemakaian Pajak Tempat Parkir (X1) dan Jumlah Wajib Pajak (X2) serta PendapatanAsli Daerah (Y) di Kota Banda Aceh selama lima tahun terakhir, yaitu dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Dengan memasukkan nilai b sebagaimana terdapat pada table di atas pada persamaan regresi berganda, maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 2.230.419.359,798 + 2,023X1-79.950.455,202X2

Berdasarkan persamaan regresi di atas, dapat dijelaskan bahwa apabila tidak terjadi perubahan pada Pajak Tempat Parkir dan Jumlah Wajib Pajak, maka realisasi perolehan Pendapatan Asli Daerah sebesar 2.230.419.359,798. Selanjutnya dari koefesien regresi yang diperoleh dari Pajak Tempat Parkir (X1) sebesar 2,023, hal ini berarti apa bila terdapat perubahan pada Pajak Tempat Parkir maka akan mengakibatkan kenaikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (Y) sebesar 2,023. Koefesien regresi yang diperoleh dari Jumlah Wajib Pajak (X2) sebesr -79.950.455, maka akan mengakibatkan penurunan terhadap Pendapatan Asli Daerah (Y) sebesar 79.950.455.

Tabel IV.1

Tabel Perhitungan Koefesien Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 2230419359.798 601628212.241 3.707 .066 LahanPajakParkir 2.023 .426 2.522 4.750 .042 JumlahWajibPajak -79950455.202 22435362.859 -1.892 -3.564 .071

(11)

4.3 Pengujian Hipotesis

Dari uji F diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,062 < 0,10, yang berarti bahwa secara simultan seluruh variable independen: Pajak Tempat Pakir dan Jumlah Wajib Pajak secara bersama-sama berpengaruh terhadap variable Pendapatan Asli Daerah. Dengan angka tersebut dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan fit. Dari uji R2 menghasilkan

nilai sebesar 0,938. Hal ini menunjukkan bahwa sekitar 93,8% variasi dari Pendapatan Asli Daerah dapat dijelaskan oleh variable Pajak Tempat Parkir dan Jumlah Wajib Pajak, sedangkan sisanya 6,2% dapat dijelaskan oleh variabel lain di luar model.

4.4 Pengaruh Pajak Tempat Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Pajak Lahan Parkir berpengaruh signifikan terhadap PendapatanAsli Daerah Kota Banda Aceh di Provinsi Aceh. Hal ini terbukti dari hasil uji t memperoleh nilai signifikan sebesar 0,042 < α = 0,10. Penelitian ini konsisten daengan penelitian sebelumnya. Hal ini berarti semakin tinggi Pajak Tempat Parkir, maka semakin meningkat nilai Pendapatan Asli Daerah daerah tersebut. Hal ini disebabkan karena peran Pajak Lahan Parkir sangatsignifikan, karena Pendapatan Asli Daerah lebih di dominasi dari Pajak Tempat Parkir. Setiap Pajak Tempat Parkir yang diterima pemerintah daerah untuk berbelanja pemerintah daerah, salah satunya adalah untuk belanja modal. Hal ini tidak jauh dari peran PAD yaitu

dengan pembangunan infrastruktur dan sarana prasarana oleh pemerintah daerah berdampak pada pertumbuhan ekonomi.

4.5 Pengaruh Jumlah Wajib Pajak Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Jumlah Wajib Pajak berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Banda Aceh di Provinsi Aceh. Hal ini terbukti dari hasil uji t memperoleh nilaisignifikan sebesar 0,071 < α = 0,10. Penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya. Hal ini berarti semakin tinggi Jumlah Wajib Pajak, maka semakin meningkat nilai Pendapatan Asli Daerah daerah tersebut. Hal ini disebabkan karena peran Jumlah Wajib Pajak sangat signifikan, karena setiap Jumlah Wajib Pajak yang diterima pemerintah daerah untuk berbelanja pemerintah daerah, salah satunya adalah untuk belanja modal. Hal ini tidak jauh dari peran Pajak Tempat Parkir yaitu dengan pembangunan infrastruktur dan sarana prasarana oleh pemerinh daerah berdampak pada pertumbuhan ekonomi.

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOOMENDASI 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelian tentang Pajak Tempat Parkir dan Jumlah Wajib Pajak terhadap Pendapatan Asli Daerah dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

a. Pajak Lahan Parkir (secara statistik) signifikan terhadap

(12)

Pendapatan Asli Daerah Kota Banda Aceh Provinsi Aceh. b. JumlahWajibPajak (secara

statistik) signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Banda Aceh Provinsi Aceh. c. Pajak Lahan Pakir dan Jumlah

Wajib Pajak secara bersama-sama berpengaruh terhadap variable Pendapatan Asli DaerahKota Banda Aceh Provinsi Aceh.

5.2 Saran-Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dan kesimpulan yang telah diambil, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut:

a. Bagi peneliti mendatang hendaknya sampel dan daerah penelitian lebih diperluas lagi, yaitu tidak terbatas pada Kabupaten\Kota di Provinsi Aceh, sehingga akan memberikan hasil yang lebih mendekati kenyataan yang sebenarnya.

b. Bagi peneliti di penelitian ini lebih diperpanjang lagi, yaitu tidak hanya 5 tahun, sehingga tingkat generalisasinya lebih baik.

c. Bagi peneliti mendatang hendaknya melibatakan variablel lainnya, karena pada dasarnya masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daaerah. DAFTAR PUSTAKA

Claresta, Babtista Nindya (2013) Analisis Penerimaan Pajak Parkir Terhadap Peningkatan

Pendapatan Asli Daerah

Kabupaten Klaten

(Tesis)Universitas Sebelas Maret

Hasanuddin, (2010) Analisis Posisi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Gayo Lues

( Tesis) Tidak Dipublikasi

Ichsan,Hadi,R.T (2009) Analisis Posisi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Aceh Besar .(Tesis) Tidak dipublikasikan

Muclis (2011) Potensi Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan Sektor Pedesaan Dan Perkotaan Kabupaten Aceh Besar (Tesis) tidak dipublikasi

Marihot P.Siahaan (2005) Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Penerbit : PT.Raja Grafindo Persada Jakarta

Naihasy, Syahrin (2006) Kebijakan Publik (Publik Policy) Menggapai Masyarakat Madani, Penerbit Mida Pustaka Jogjakarta.

Qanun Kota Banda Aceh Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame

Republik Indonesia Undang-Undang Pajak Lengkap Tahun (2008) Penerbit . Mitra Wacana Media.

Setiawan, Ferry (2009) Posisi Pendapatan Asli Daerah (PAD)

(13)

Kota Banda Aceh,(Tesis) (tidak dipublikasi) Program pasca Sarjana Universitas Syiah Kuala.

---Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun (2009) Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Beserta Penjelasan, Jakarta : Visimedia.

--- Undang-Undang Pajak Lengkap Tahun (2011). Penerbit

Mitra Wacana Media

Uray Perima Maharani (2014)Analisi kontribusi Pajak Parkir Pada Pendapatan Asli Daerah (PAD)Kota Pontianak (skripsi) Universitas Tanjungpura.

Gambar

Tabel IV.1

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil simulasi, didapatkan antrian REM memberikan nilai throughput tertinggi untuk skenario pengaruh jumlah node dan skenario pengaruh besar ukuran paket, sedangkan FIFO

1. Bubur kertas Teknik coil dan cetak.. Dari tabel diatas yang bukan merupakan teknik pembuatan karya kerajinan dari bahan lunak adalah... Beragamnya jenis kayu yang ada di

Untuk itu semangat kebangsaan harus dikembangkan ke arah nasionalisme demokratis, konstruktif yang tidak mempertentangan kepentingan nasional dengan kepentingan

Menghimbau kepada seluruh warga Jemaat di lingkup MUPEL GPIB Jakarta Barat, untuk dapat menahan diri dengan beribadah di rumah, bekerja di rumah, belajar di rumah dan tidak keluar

Berdasarkan ketujuh tahapan diatas peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dikarenakan adanya tahap dimana peserta didik wajib untuk bertanya

Dari hasil percobaan dalam variasi data training, tingkat akurasi yang dihasilkan oleh 91 ekspresi matematika hasil tulisan tangan seseorang menghasilkan tingkat

Telah dilakukan uji efek penghambatan enzim xantin oksidase oleh infus daun jambu mede (Anacardium occidentale) berdasarkan parameter farmakokinetik kofein dengan tujuan

Bapak seorang pria yang bertanggung jawab pada keluarga, meski Bapak memiliki kebiasaan buruk yang kami benci, yaitu mabuk-mabukan; yang juga tidak disukai masyarakat di