• Tidak ada hasil yang ditemukan

FILM SEBAGAI SARANA PENDEKATAN INTERKULTURAL DALAM PENGAJARAN BAHASA ARAB (Kajian Sosiolinguistik)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FILM SEBAGAI SARANA PENDEKATAN INTERKULTURAL DALAM PENGAJARAN BAHASA ARAB (Kajian Sosiolinguistik)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 FILM SEBAGAI SARANA PENDEKATAN INTERKULTURAL DALAM

PENGAJARAN BAHASA ARAB (Kajian Sosiolinguistik)

Oleh: Anisatu Thoyyibah Universitas Muhammadiyah Malang e-mail: anisatu_thoyyibah@umm.ac.id

Abstract

Film is a work of art that has a flow in its delivery. Film is used as a means of conveying the meaning and purpose to the audience. This film was also used by researcher in Arabic teaching and learning as its medium. The effectively of using film as medium of Arabic learning and teaching in this research is studied through a sociolinguistic scalpel from the code switching and code mixing point of view using an intercultural approach entering the industrial era 4.0 in Indonesia. This study uses observation and conversation methods using total participation observation techniques and elicit techniques in data collection. While the pragmatic equivalent method with pragmatic power techniques is used in data analysis. From the observation and analysis result, it is known that film is effective and representative means to understand a culture at the time of the event in a story. This is proven by the answers of the students who can interpret the setting, culture, and events of the film presented. By using a mixture of several languages (Arabic, English and Indonesia) in their discussions, students are more enthusiastic in learning Arabic and can describe clearly, exactly, and correctly the content, historical and cultural aspects of the film they watch.

Keywords: Film, Code Switching, Code Mixing, Intercultural Approach, Sociolinguistics, Arabic Teaching.

Abstrak

Film adalah sebuah karya seni yang memiliki alur dalam penyampaiannya. Film digunakan sebagai salah satu sarana dalam menyampaikan maksud dan tujuan kepada penontonnya. Film ini juga digunakan oleh peneliti dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab sebagai sarananya. Efektifitas penggunaan film sebagai media pembelajaran bahasa Arab dikaji melalui pisau bedah sosiolinguistik dilihat dari sudut pandang alih kode dan campur kode dengan menggunakan pendekatan interkultural memasuki era industri 4.0 di Indonesia. Penelitian ini menerapkan metode observasi dan percakapan menggunakan teknik pengamatan peran serta total dan teknik pancing dalam pengumpulan data. Sedangkan metode padan pragmatis dengan teknik daya pilah pragmatis digunakan dalam analisis data. Dari hasil pengamatan dan analisis diketahui bahwa film merupakan sarana yang efektif dan representatif dalam memahami sebuah budaya pada masa kejadian dalam sebuah cerita. Hal ini dibuktikan dengan hasil jawaban para mahasiswa

(2)

2 yang dapat menginterpretasikan latar, budaya, dan kejadian dari film yang disuguhkan. Dengan menggunakan percampuran beberapa bahasa (Arab, Inggris, dan Indonesia) dalam pembahasannya, mahasiswa lebih antusias dalam belajar bahasa Arab serta dapat menyebutkan dengan jelas, tepat dan benar baik konten, historis dan budaya dalam alur film yang disaksikan.

Kata kunci: Film, Alih Kode, Campur Kode, Pendekatan Interkultural, Sosiolinguistik, Pengajaran Bahasa Arab.

PENDAHULUAN

Bahasa Arab merupakan bagian dari bahasa asing di luar bahasa Indonesia, bahkan ia menjadi salah satu dari bahasa resmi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yaitu Bahasa Inggris, Spanyol, Perancis, Rusia, Mandarin, dan Arab. Bahkan United Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) menetapkan tanggal 18 Desember sebagai hari bahasa Arab internasional atau hari bahasa Arab dunia.

Bahasa Arab merupakan rumpun dari bahasa Semit yang digunakan oleh 400an juta manusia dari penduduk Arab sebagai bahasa komunikasinya, bahasa Arab juga digunakan milyaran muslim baik dalam beribadah maupun sebagai sumber rujukan ajaran Islam yaitu al-Qur’an dan al-Hadist. Selain hal tersebut bahasa Arab juga banyak diminati oleh para pembelajar yang ingin belajar bahasa Arab baik dalam ragam lisan maupun tulisan.

Pembelajar bahasa Arab tidak hanya berasal dari negara-negara Timur Tengah saja melainkan sudah mendunia, salah satunya negara Indonesia. Peminat bahasa Arab tidaklah sedikit baik yang belajar versi formal seperti di sekolah dan universitas, maupun non formal seperti kursus atau belajar mandiri. Kesemuanya dalam rangka mempelajari bahasa Arab.

Mahasiswa yang menginginkan konsen dalam bahasa Arab dapat mengambil jurusan atau program studi Pendidikan Bahasa Arab maupun Bahasa dan Sastra Arab. Mata kuliah yang disajikan tentunya mengarah kepada hal-hal yang berbau bahasa Arab. Media pengajaran yang digunakan juga beraneka ragam, ada yang menggunakan kartu, papan, audio (suara), visual (gambar/ penglihatan), audio visual (suara serta gambar), dan sebagainya.

Contoh audio visual seperti video, televisi, film bersuara, dan sebagainya. Film menurut Palapah dan Syamsuddin sebagaimana tertuang dalam situs website (Pengarang, 2017) bahwa film termasuk dalam sebuah media komunikasi yang

(3)

3 menghubungkan antara perkataan dan gambar-gambar yang bergerak. Pendapat lain juga diungkapkan Wibowo, film sebagai salah satu sarana menyampaikan maksud, ide, dan gagasan kepada masyarakat luas melalui media cerita. Dengan kata lain bahwa film merupakan salah satu bagian dari media pengajaran yang digunakan oleh dosen untuk menyampaikan maksud atau latar belakang dari cerita tersebut baik secara tatap muka, offline maupun online. Hal ini dilakukan untuk mengusir kebosanan dan menambah angin segar dalam pengajaran bahasa Arab.

Di era milenial sekarang ini yang dikenal dengan sebutan industri 4.0, di mana dosen dituntut untuk menyesuaikan dan mengikuti perkembangan zaman terkini dengan memanfaatkan teknologi informasi. Pemanfaatan tersebut digunakan dalam pengajaran bahasa Arab di Program Studi Pendidikan Bahasa Arab – Fakultas Agama Islam - Universitas Muhammadiyah Malang yang berbasis film berbahasa Arab dengan menggunakan pendekatan interkultural yang dikaji dari sudut pandang sosiolinguistik (alih kode dan campur kode).

Melalui kajian penelitian tersebut, terdapat beberapa objek penelitian yang serumpun. Baik yang serumpun dalam hal pendekatan maupun dalam hal kajian. Akan tetapi sejauh pencarian peneliti baik melalui laman website maupun konvensional belum ada penelitian yang mengarah pada pendekatan interkultural berbasis film dengan kajian sosiolinguistik.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yakni memaparkan, menggambarkan, mendeskripsikan variabel dari penelitian. Pada penelitian ini pengumpulan data menggunakan metode observasi dan percakapan. Observasi yaitu penggalian informasi melalui pengamatan langsung pada kegiatan atau peristiwa dari sebuah penelitian (Musthafa dan Hermawan Acep, 2018: 191), dengan menggunakan teknik pengamatan peran serta total (seorang peneliti masuk menjadi bagian dalam kegiatan yang diamati). Sedangkan metode percakapan menggunakan teknik pancing (peneliti memancing para informan untuk mendapatkan informasi dan kebutuhan dari penelitian yang dilakukan), (Kesuma, 2007: 41).

Adapun analisis data menggunakan metode padan pragmatis yaitu metode yang alat penentunya merupakan reaksi lawan mitra dari satuan kebahasaan yang timbul

(4)

4 akibat satuan kebahasaan lain dituturkan oleh penutur. Pada tahap ini menggunakan teknik daya pilah pragmatis (teknik yang menggunakan mitra wicara sebagai penentu sikap atau reaksi), (Kesuma, 2007: 49 dan 52).

PEMBAHASAN

Pendekatan Interkultural

Pendekatan interkultural atau pendekatan antar budaya yakni mengarah pada pertemuan antar budaya dengan menempatkan seseorang sebagai individu yang unik, menghilangkan pandangan terhadap etnosentris dengan melihat asal-usul ras atau suku individu tersebut (Unepetitechose, 2012). Terdapat kompetensi interkultural dan komunikasi interkultural. Kompetensi interkultural yaitu kemampuan seseorang dari sikap etnosentrik mengarah pada menghargai budaya lain hingga memunculkan kemampuan berperilaku tepat dalam menghadapi budaya yang berbeda (Wastono, 2017: 4).

Sedangkan komunikasi interkultural yaitu pemahaman sebuah hubungan manusia yang mana beberapa orang yang memiliki latar belakang budaya beranekaragam mengambil bagian berkelanjutan dalam jangka waktu tertentu (Hilman, 2003: 109). Secara garis besar pendekatan interkultural merupakan sebuah pendekatan antar budaya yang tidak merendahkan satu budaya dengan budaya lainnya, menjadikan pelaku pendekatan interkultural menjadi pribadi yang melihat budaya lain sebagai budaya yang unik dan tidak marginal.

Alih Kode dan Campur Kode

Alih kode dan campur kode merupakan sub bagian dari kajian sosiolinguistik yang mengkaji tentang bahasa dan masyarakat pengguna bahasa. Menurut Abdul Chaer (2004: 3) bahwa bahasa sebagai objek dalam sosiolinguistik tidak didekati sebagai bahasa seperti halnya linguistik umum, melainkan sebagai sarana komunikasi atau interaksi dalam sebuah masyarakat bahasa.

Pembicaraan tentang masyarakat tidak melulu identik diperkampungan atau diperkotaan saja, akan tetapi bisa merambah kepada masyarakat kampus. Gejala bahasa bisa beraneka ragam, beberapanya adalah alih kode dan campur kode. Alih kode menurut Appel sebagaimana dikutip Abdul Chaer yaitu peralihan penggunaan bahasa

(5)

5 disebabkan berubahnya keadaan (Chaer dan Agustina Leonie, 2004: 107). Hymes menambahkan bahwa alih kode tidak hanya peralihan antar bahasa, melainkan antar ragam atau gaya dalam sebuah bahasa. Hal senada diungkapkan Kunjana (2001: 106) bahwa alih kode bisa berupa perpindahan antar kode bahasa, antar ragam, antar dialek, dan antar tingkatan tutur. Dapat dikatakan bahwa alih kode merupakan gejala yang terjadi dari berpindahnya kode bahasa satu ke bahasa lain, ragam bahasa satu ke yang lain, dialek bahasa satu dengan dialek lain, dan sebagainya dalam sebuah situasi percakapan.

Sedangkan campur kode yaitu kode utama yang memiliki fungsi dan otonomi sedang dipergunakannya kode lain hanyalah sebagai serpihan dalam sebuah peristiwa tutur (Rahardi, 2001: 114). Suwito sebagaimana dikutip Novi Siti (1997: 2) campur kode terbagi menjadi dua yaitu campur kode ke dalam (penyisipan unsur dari sumber bahasa asli dengan variasinya) dan campur kode ke luar (penyisipan unsur dari bahasa asing). Dengan kata lain campur kode memasukkan atau bercampurnya unsur lain baik berupa variasi bahasa asli maupun dari bahasa asing berupa serpihan.

Pengajaran Bahasa Arab Memasuki Era Industri 4.0 di Indonesia

Industri 4.0 atau yang akrab disebut era milenial ditandai dengan munculnya beranekaragam teknologi yang cepat dan canggih seperti robot pintar, super komputer, kendaraan tanpa pengemudi, ojek online, smart phone, dan sebagainya (Solihin, 2018: 2). Hal ini terjadi tidak hanya pada ranah ekonomi semata, melainkan sudah mengarah pada ilmu pengetahuan dan pendidikan tinggi (Maemunah, 2018: 1).

Pendidikan tinggi mengacu pada sebuah pembelajaran maupun pengajaran yang mana menggunakan media online maupun teknologi dalam penyampaian materi-materinya. Terlebih terjadi pada bahasa asing yang notebene di luar bahasa asli para pembelajar yang ada kalanya sulit memahami apa yang diajarkan, seperti halnya dalam bahasa Arab. Oleh sebab itu pengajaran dituntut tidak monoton dan melek teknologi, dengan kata lain menggunakan sarana-sarana yang dapat menunjang pengajaran baik berbasis IT secara offline maupun online. Begitu juga tidak bergantung pada pengajaran ekabahasa, melainkan bisa dwibahasa bahkan multi bahasa sebagai sarana komunikasi dalam pembelajaran.

(6)

6 Titik Temu Film, Interkultural, Alih Kode–Campur Kode, dan Dosenan Bahasa Arab Memasuki Era Industri 4.0 di Prodi Pendidikan Bahasa Arab UMM

Sebagaimana dikemukakan di muka bahwa belajar bahasa Arab tidak hanya mentransfer ilmu kebahasaaraban semata, melainkan nilai budaya juga turut diajarkan kepada para pembelajar bahasa Arab. Salah satunya melalui sarana film, dengan film seorang dosen dapat terbantu dalam mengilustrasikan tema maupun kejadian yang terjadi pada kurun waktu tertentu atau kejadian yang terjadi pada masa silam.

Jenis film ada beberapa macam, diantaranya film petualangan, komedi, dokumenter, kartun, action, drama, horor, fiksi, dan sebagainya. Beberapa jenis film tersebut berdurasi panjang dan ada yang berdurasi pendek. Beberapa jenis film tersebut juga digunakan dalam proses pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab di program studi Pendidikan Bahasa Arab, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang, khususnya pada mahasiswa yang duduk di semester 3 pada mata kuliah Istima’III (menyimak).

Melalui film, mahasiswa seakan-akan diajak masuk pada dunia ataupun kejadian demi kejadian yang terjadi pada masa lampau karena mendengar percakapan-percakapan yang diperankan oleh para tokoh dan menyaksikan reka kejadian yang terjadi pada zaman terdahulu. Adapun pengajaran yang diterapkan adalah sebagai berikut:

1. Pembagian Kelompok dan Peran

Langkah pertama adalah dosen membagi mahasiswa menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari tiga mahasiswa. Mahasiswa yang bertugas menyiapkan satu film sesuai tema yang telah ditentukan dan khula>s}ah pada hari yang sudah tetapkan. Tema film yang diambil berisi tentang kisah para sahabat, khulafa ar-rasyidin, nabi, dan rasul.

Tema-tema tersebut diambil karena ingin mengingatkan dan memperkuat kembali wawasan serta khazanah keilmuan para mahasiswa dalam bidang sejarah Islam dengan menggunakan bahasa Arab sebagai sarana komunikasi. Hal ini tentu membantu mahasiswa dalam mencapai pemahaman yang memadai tentang kisah-kisah yang ditampilkan.

(7)

7 2. Pemutaran Film

Film yang disuguhkan ada yang berjenis kartun dan ada yang dokumenter, ada yang diputar secara online bahkan diunggah di youtube dan ada yang diputar secara offline. Pada saat pemutaran film, para mahasiswa yang tidak bertugas pada hari tersebut mencatat beberapa poin-poin, seperti jumlah atau kalimat, mufroda>t, dan intisari dari film yang telah disaksikan serta didengar.

Selain hal-hal tersebut, para mahasiswa juga diminta untuk mengamati aspek budaya yang disuguhkan dalam film yang sedang diputar. Pada langkah ini, dosen menerapkan pendekatan interkultural di mana pembelajaran yang berlangsung melibatkan unsur budaya luar maupun budaya lokal. Pembelajaran ini mensinergikan norma atau nilai, tingkah laku, adat istiadat, sikap, dan kebiasaan dari budaya yang berbeda (Lestiono, Riski, 2018: 1).

(8)

Thalib-8 *Pemutaran film via offline –Kisah Nabi

Yunus-3. Tanya Jawab

Setelah pemutaran film berakhir, para mahasiswa diberikan sedikit waktu sekitar 5 menit untuk menuntaskan catatan yang sudah diperdengarkan dan dilihat. Setelah catatan selesai ditulis, dosen bertanya tentang hal-hal yang terkait dengan jalan cerita, isi cerita, mufroda>t, jumlah atau kalimat yang telah terkumpul dengan menggunakan bahasa Arab.

Pada saat dosen bertanya tentang suatu mufroda>t kepada para mahasiswa, belum ada mahasiswa yang bisa menjawab kemudian sang dosen mengartikannya dalam bahasa Inggris. Namun para mahasiswa masih belum bisa menjawab mufroda>t tersebut, selanjutnya dosen mengartikannya dalam bahasa Indonesia.

Berikut adalah contoh percakapan yang terjadi antara dosen dan mahasiswa di kelas;

D : Ayyuha> al-t}ullab, ma> ma’na yaskhoru?

M : (terdiam saling menatap satu sama lain, dan beberapa menjawab dengan jawaban yang beraneka ragam)

D : Yaskhoru bima’na ridicule fi> al-Lughah al-Injili>ziyyah M : Apa itu al-ma’na bu!

D : Artinya mencemooh atau mengejek D : Any questions?

M : No (sambil menggelengkan kepala) D : Fahimtum?

(9)

9 Dari penggalan contoh percakapan di atas, telah terjadi alih kode dan campur kode antara dosen dan mahasiswa. Alih kode (peralihan dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia, beralih ke bahasa Inggris, dan dilanjutkan dengan bahasa Arab). Sedangkan pertanyaan “Apa itu al-ma’na bu!” dan pernyataan “yaskhoru bima’na ridicule fi> al-Lughah al-Injili>ziyyah” termasuk dalam kategori campur kode, karena menyisipkan bahasa Arab dalam kalimat bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dalam kalimat bahasa Arab.

Setelah dosen selesai bertanya, mahasiswa yang bertugas membacakan salinan naskah bahasa Arab, sisanya menterjemahkan naskah cerita dalam bahasa Indonesia, dan selebihnya membahas tentang mufroda>t yang sukar.

4. Rangkuman (Talkhis})

Langkah terakhir adalah menanyakan tentang aspek budaya yang telah disaksikan dalam film tersebut. Beberapa yang tercatat oleh mahasiswa bahwa dalam film tersebut khususnya pada kisah Ali bin Abi Thalib memperlihatkan situasi perang pada zaman tersebut menggunakan pedang, perisai, panah, menunggang kuda (yang terkahir termasuk dalam anjuran Rasulullah yang berbunyi ‘allimu> aula>dakum al-rima>yah wa al-siba>h}ah wa ruku>b al-khail yang artinya ajarilah anak-anakmu memanah, berenang, dan menunggang kuda). Dari segi pakaian menggunakan jubah tebal untuk laki-laki dan menggunakan penutup kepala yang terlilit di kepala, hal ini mengingat karena negara jazirah Arab sangat panas dan banyak dari daerahnya terdiri dari gurun pasir.

(10)

10 KESIMPULAN

Berdasarkan ulasan yang sudah dipaparkan di muka, didapatkan bahwa dengan adanya sarana film dapat menambah pemahaman mahasiswa dalam memahami apa yang ada di dalam teks maupun di luar teks. Baik dari segi naskah dalam bahasa Arab maupun budaya yang terdapat dalam sebuah teks ketika di peragakan dalam sebuah film. Karena tidak semua bahasa lisan dapat diterjemahkan dalam bahasa tulisan. Oleh sebab itu film sangat membantu dalam pengajaran bahasa Arab.

Selain dari segi film yang berbau offline maupun online, penggunaan bahasa lain baik bahasa asing (bahasa Inggris) maupun bahasa nasional dapat menambah pemahaman mahasiswa dalam memahami sebuah teks yang diperdengarkan. Hal tersebut juga didukung bahwa bahasa Inggris merupakan bahasa Internasional, sehingga sebagai mahasiswa Bahasa Arab yang mendalami bahasa Arab khususnya juga tidak menutup kemungkinan dan berupaya untuk mendalami bahasa Inggris dalam menghadapi era industri 4.0 yang terjadi di dunia ini.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer dan Agustina Leonie, A. (2004). Sosiolinguistik Perkenalan Awal (Kedua). Jakarta: PT Rineka Cipta.

(11)

11 Hilman, A. L. (2003). Pendekatan Interkultural dalam Pengajaran Sastra Asing dDi Indonesia (pp. 108–118). The 4th International Conference on Indonesian Studies: Unity, Diversity and Future.

Indrastuti, N. S. K. (1997). Alih Kode dan Campur Kode dalam Siaran Radio : Analisis Sosiolinguistik. Humaniora, V, 2.

Kesuma, T. M. J. (2007). Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Carasvatibooks.

Lestiono, Riski, D. (2018). Pedoman Pembelajaran Interkultural Berbasis Pendidikan Karakter. Malang: UMM Press.

Maemunah. (2018). Kebijakan Pendidikan Pada Era Revolusi Industri 4.0 (pp. 1–9). Mataram: Universitas Muhammadiyah Mataram.

Mulyana, Deddy. (2016). Komunikasi Lintas Budaya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Musthafa dan Hermawan Acep, I. (2018). Metodologi Penelitian Bahasa Arab : Konsep Dasar, Strategi, Metode, Teknik (Pertama). Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Pengarang, T. (2017). Definisi Menurut Para ahli 9 Definisi Film Menurut Para Ahli.

Retrieved November 25, 2018, from

https://definisimenurutparaahli.blogspot.com/2017/09/9-definisi-film-menurut-para-ahli.html

Rahardi, R. K. (2001). Sosiolinguistik Kode dan Alih Kode (Pertama). Yogya: Pustaka Pelajar.

Solihin, D. (2018). Peluang dan Tantangan Pendidikan Tinggi Indonesia di Era Revolusi Industri 4.0. Orasi Ilmiah Saat Wisuda Di Universitas Sangga Buana YPKP, 1–8.

Unepetitechose. (2012). Pendekatan Multikultural dan Interkultural dalam Komunikasi

Antarbudaya unepetitechose. Retrieved from

https://unepetitechose.wordpress.com/2012/01/28/pendekatan-multikultural-dan-interkultural-dalam-komunikasi-antarbudaya/

Wastono, A. T. (2017). Aspek Interkultural Dalam Pengajaran Bahasa Arab Sebagai Bahasa Asing Di Indonesia (pp. 1–14). Seminar Nasional Pengajaran Bahasa 2017.

Referensi

Dokumen terkait

Nilai objek pertanggungan telah berubah dan tertanggung ingin Nilai objek pertanggungan telah berubah dan tertanggung ingin mendapatkan penggantian yang sesuai jika terjadi klaim.

Berdasarkan pantauan citra satelit MTSAT menunjukkan sebaran jenis awan Cumulunimbus (Cb) sudah terjadi pada tanggal 12 Januari 2014 mulai siang menjelang sore hari menyebabkan

Pengaruh Partisipasi Terhadap Kepuasan Pemakai Dalam Pengembangan Sistem Informasi Dengan Kompleksitas Tugas, Kompleksitas Sistem dan Pengaruh Pemakai Sebagai

hidr drog ogena enasi si ber berta taha hap p da dala lam m pe pemb mben entu tukan kan HM HMD. Pr Pros oses es kom komer ersi sial al de deng ngan an bah bahan an

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dalam teologi Paulus, salib memiliki signifikansi yang besar bagi kehidupan manusia, karena salib adalah kekuatan Allah yang

Panti Sosial Sina Daksa Wirajaya (PSBDW) Makassar adalah sebuah panti sosial yang berdiri dari naungan kementrian sosial Ripublik Indonesia adalah sebagai bentuk kebijakan

Hal ini diduga pada selang waktu tersebut konsentrasi enzim-enzim yang dihasilkan oleh kapang atau khamir yang digunakan sebagai starter dalam proses fermentasi belum