• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL MANTAN PENERIMA BEASISWA YKAI-CHIKI (PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL MANTAN PENERIMA BEASISWA YKAI-CHIKI (PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL MANTAN PENERIMA BEASISWA YKAI-CHIKI (PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk)

Saya adalah pelajar yang pernah mendapat beasiswa dari Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI)-Chiki tahun 1988-2000. Sekarang saya kuliah di jurusan Antropologi, FISIP Universitas Indonesia.

Saat pertama kali mendapat beasiswa yaitu beasiswa YKAI-Chiki, saya sangat senang sekali. Saat itu saya kelas 2 SLTPN 1 Mojoagung, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Sebelumnya guru BP sudah tahu kalau saya berprestasi mulai kelas 1 dan juga tergolong siswa yang tidak mampu. Saya mengisi formulir beasiswa YKAI-Chiki saat akhir kelas 1. 

Ketika selesai pelajaran fisika saya dipanggil guru BP dan diberitahu kalau saya mendapat beasiswa, kemudian keesokan harinya   saya beserta orang tua bertemu kepala sekolah untuk menerima beasiswa. Kemudian uangnya saya gunakan untuk membayar SPP 3 bulan, buku

tugas dan sepasang sepatu baru.  Saat upacara

bendera hari senin nama saya diumumkan dan disanjung oleh kepala sekolah dan

teman-teman semua memberi selamat. Saat itu saya sangat bersemangat sekali belajar dan ke sekolah karena maklum baru mendapat beasiswa.

 

Sebenarnya biaya sekolah saya ditanggung oleh kedua kakak saya yang bekerja, karena bapak saya tidak mampu. Penghasilan bapak dari mengayuh becak hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Naik ke kelas 3 Alhamdulillah masih mendapat rangking 1 sehingga masih mendapat beasiswa YKAI-Chiki sampai lulus SLTP. 

Setelah lulus SLTP saya termasuk 10 besar Danem terbaik SLTPN 1 Mojoagung yang merupakan SLTP Favorit di Kecamatan Mojoagung. Saya menjadi lebih mudah untuk masuk SMUN 2 Jombang yang merupakan SMU elit dan favorit  di Kabupaten Jombang. Saya sempat tidak jadi daftar karena SMUN 2 Jombang anaknya kaya-kaya, jadi saya minder dan pindah daftar ke SMKN 1 Jombang. Apalagi yang daftar di SMUN 2 Jombang tidak ada yang berasal dari teman kelas.

(2)

Saat-saat itu sangat membingungkan, akhirnya hari terakhir pendaftaran saya mencoba daftar di SMUN 2 Jombang dan akhirnya diterima. Di SMUN 2 Jombang saya sering mendapat keringanan baik iuran maupun SPP. Saya sering menjadi langganan dipanggil BP untuk masalah ini, karena teman-teman mayoritas kaya-kaya dan golongan keturunan cina. Jarak rumah dengan sekolah kira-kira 22 KM.

Tiap hari saya harus bangun pagi-pagi dan langsung mengayun sepeda kira-kira 1.5 KM untuk sampai jalan raya dilanjutkan perjalanan menuju sekolah.

Awal-awal masuk SMU saya sempat tertekan dengan semua itu termasuk pergaulan teman-teman yang cenderung memisah. Saya kelihatan kurus, namun Alhamdulillah tiap minggu sering bertandang ke rumah teman SLTP dulu untuk sekedar ngobrol, menceritakan teman barunya di SMU masing-masing. Biaya kegiatan dan belajar di SMUN 2 Jombang saya anggap mahal sehingga saya siasati untuk ikut ekstrakurikuler koperasi siswa.

Hampir tiap hari saya ikut berjualan di koperasi siswa. Kalau ada rapat OSIS atau rapat guru saya sering mendapat makanan gratis. Hingga kelas 3 saya masih ikut berjualan di koperasi SMU. Kelas 3 saya memilih jurusan IPS karena sudah bertekad bulat untuk tidak melanjutkan kuliah. Namun di kelas 3 saya malah mendapat rangking 3 sehingga saya diperhatikan oleh BP untuk mendapat formulir PMDK. 

Diakhir kelas 3 hubungan saya dengan teman-teman mulai renggang karena teman-teman mulai ikut bimbingan belajar untuk persiapan SPMB. Namun kadang-kadang mereka mengajak saya ikut try-out gratis untuk persiapan SPMB maupun STAN. Orang tua sudah wanti-wanti dan memberi nasehat untuk tidak melanjutkan sekolah lagi. Sehabis SMU saya harus kerja,

membantu orang tua dan membiayai sekolah adik-adik saya.

Di sekolah saya mulai memisahkan diri dari teman-teman terdekat saya. Saya menganggap mereka beruntung dan mempunyai jalan dan kemudahan untuk melanjutkan kuliah sedangkan saya tidak. Saat itu mereka sedang sibuk bimbingan belajar try-out di sana-sini. Ketika ada formulir PMDK Universitas Indonesia teman-teman baik dari jurusan IPA maupun IPS berebut untuk mendapatkannya, padahal hanya tersedia 8 formulir.

(3)

dimana. Banyak dari teman-teman yang gugur untuk mendapatkan formulir PMDK UI karena nilai raport tidak mencukupi dan jurusan yang diambil passing gradenya terlalu tinggi. Akhirnya formulirnya sisa 1 dan saya dipanggil BP diharap untuk mengambilnya.

Saya bilang tidak melanjutkan kuliah namun besoknya masih dipanggil. Atas saran dan pengaruh dari guru Bahasa Inggris dan teman-teman dekat akhirnya formulir saya ambil dan saya memilih jurusan Antropologi. Nilai raport saya dianggap mencukupi sehingga pihak BP menyetujuinya. Orang tua tidak saya beritahu dan bahkan tanda tangan orang tua saya

palsukan.Setelah ujian akhir nasional pun tiba saya menghadapinya dengan belajar buku-buku di rumah.

Saya tidak sibuk ikut bimbingan belajar tetapi sibuk memberi les tambahan di SDN Tejo 01 kelas VI, yaitu SD saya dulu. Kalau malam seminggu sekali mengajari anak-anak kampung mengaji dan membaca Sholawat Nabi. Saat itu organisasi yang saya bentuk bersama teman-teman SLTP dulu serta instansi pemerintah, GARDEN (Gerakan Anti Rokok dan

Narkoba) sempat tidak aktif dan terhenti. Setelah ujian akhir nasional sayapun bekerja di toko paman saya di Sidoarjo.

Teman-teman sudah tersebar di Malang, Surabaya dan kota-kota lainnya untuk ikutan bimbingan belajar. Saya merasa hidup saya tidak seberuntung mereka. Kalau malam saya sering menangis, di Sidoarjo saya merasa ilmu yang saya dapat semasa sekolah tidak berguna. Saya menjaga toko ban mobil bekas dan aneka peralatan tambal ban.

Seandainya ketika bekerja saya bertemu dengan teman SMU mungkin saya merasa iri dan malu karena ketika bekerja baju dan muka saya kelihatan kotor. Sehabis Sholat saya selalu berdoa agar jalan hidupku ini cerah. Sore sehabis mengaji saya sering menangis karena tidak bisa mengamalkan ilmu yang saya peroleh serta menyesal karena telah menolak bantuan BP untuk formulir gratis SPMB dan kalau di terima di Universitas akan dibantu pemerintah. Tapi kemudian saya mendapat kegiatan yaitu memberi bimbingan kepada anaknya paman yang akan menghadapi ujian akhir nasional SLTP.  

Saya minta izin pulang karena ada pengumuman kelulusan. Di SMU jiwa saya kembali hidup, saya bertemu dengan teman-teman lagi. Setelah cap 3 jari saya tidak langsung pulang tetapi nongkrong di koperasi siswa. Tiba-tiba sejumlah teman-teman berlarian kearah saya dan memberi selamat, saya kaget ketika diberitahu teman-teman kalau saya diterima PMDK UI dan reaksi saya biasa saja. Sedangkan 3 teman perempuan yang juga diterima di UI

(4)

berlonjak-lonjak hingga jilbab yang mereka kenakan tidak beraturan. Kemudian saya konfirmasikan ke BP tentang berita itu.

Di ruang BP saya diberi selamat oleh banyak guru. Pulang dari sekolah dalam perjalanan kepalaku pusing sekali saya telah membohongi dan durhaka terhadap orang tua karena tidak mematuhi perintahnya. Dirumah, orang tua tidak saya beritahu. Ke esokan harinya saya datang lagi ke SMU dan diberitahu prosedur daftar ulangnya.

Ternyata saat daftar ulang saya harus membayar 2 juta rupiah. Saya pusing apalagi saat itu saya tidak punya uang sama sekali. Saya belum berani memberitahu kedua orang tua apalagi di rumah ada kakak perempuan yang sudah menikah. Kalau memberitahu orang tua mereka pasti marah buktinya saat saya beritahu ada penawaran dari BP tentang formulir gratis dan bantuan pemerintah, mereka menolak mentah-mentah.

Apalagi kakak perempuanku yang dulu membiayai di SLTP dan SLTA, sekarang sudah menikah. Tinggal kakak laki-laki yang bekerja ikut paman di tambal ban. Saya tahu mereka terpaksa setelah lulus SLTP harus bekerja padahal keinginan mereka untuk melanjutkan ke SMU juga sangat tinggi, maka tidak heran jika mereka iri jika melihat saya memakai seragam abu-abu terutama kakak perempuan matanya berkaca-kaca jika saya berangkat sekolah. Pihak sekolah juga ikut turun tangan mencari bantuan agar saya bisa berangkat dan daftar ulang di UI.

Sepuluh hari menjelang keberangkatan saya baru memberitahu orang tua dengan diperkuat asumsi saya akan dibantu pihak SMU dan Pemda Jombang. Tak terbayang reaksi mereka, mereka malah marah bercampur sedih. Marah karena tidak mematuhi perintahnya, sedih karena anak punya kemauan kuliah yang besar tapi terpaksa dihambat karena orang tua tidak bisa membiayai. Kakak perempuan makin kelihatan iri hatinya.

Bapak saya jatuh sakit sehingga tidak bisa bekerja sedang ibu saya malah sering uring-uringan. Sehingga 7 hari sebelum berangkat saya bersama bapak pergi ke rumah guru saya untuk memutuskan mundur dari UI. Keputusan itu sangat berat sekali diucapkan. Guru saya marah-marah dengan alasan ini merupakan kesempatan buat saya untuk merubah nasib keluarga saya. Apalagi saat itu guru saya saat itu sudah membelikan tiket kereta api jadi agak sulit untuk memutuskan mundur.

(5)

Pihak guru langsung menelpon kepala sekolah sehingga mereka “mengancam” kalau saya mundur STTB dan ijasah saya terpaksa akan ditahan. Ke esokan harinya saya datang ke sekolah untuk menanyakan informasi seputar bantuan dari pihak SMU. Sepulang dari SMU saya dianjurkan bertemu dengan wartawan untuk diwawancarai.

Setelah itu saya pulang dan langsung ke rumah paman saya di Sidoarjo untuk minta maaf. Orang tua maasih tidak rela saya melanjutkan kuliah apalagi ini merupakan pertama kali saya pisah dengan mereka, pertama kali ke Jakarta dan pertama kali juga naik kereta. Saya agak lega karena nantinya di Jakarta saya tinggal sementara di kontrakan anak guru SMU 2 Jombang yang juga kuliah di UI. 

Berita di koran Jawa Pos muncul 2 hari lagi sebelum keberangkatan, karena rumah saya tidak punya telepon sehingga baru sore harinya saya tahu. Pagi harinya saya ke SMU 2 Jombang untuk menerima bantuan dari seorang pengusaha apotik kemudian setelah sholat Jum’at saya ke redaksi Jawa Pos untuk menerima bantuan dari seorang dokter dan pemilik rumah makan.

Baru sore hari saya sampai di rumah dan ternyata di rumah juga banyak tamu dari pagi mulai dari dokter, perorangan hingga pengusaha dari Surabaya. Orang tua mulai bangga dan setuju dengan tindakan saya. Demikian juga kakak perempuan saya mulai bangga dengan hasil perjuangan dan usaha saya.

Besoknya pagi hari sebelum berangkat ke Jakarta saya ke SMU untuk bertemu dengan para guru dan kepala sekolah. Di SMU saya juga mendapat selamat dari orang tua wali kelas 1 dan 2 yang kebetulan saat itu sedang ada pembagian raport. Banyak juga yang memberi bantuan baik berupa baju maupun yang lain. Sebelum pulang saya di wawancarai sebuah radio di Jombang.  

Siang harinya saya sudah bersiap untuk berangkat, di stasiun saya menangis tersedu-sedu semua keluarga saya menangis sampai kereta berangkat saya masih menangis. Tak peduli saya laki-laki tetapi saya tetap menangis. Setelah di Jakarta, saat daftar ulang saya dibantu alumni SMU 2 Jombang dan Alhamdulillah saya mendapat keringanan. Setelah itu saya juga dibantu mahasiswa BEM UI untuk mencari tempat kost.

(6)

saya. Mereka juga bersikap mambantu kalau ada apa-apa. Sekarang saya menjadi ketua angkatan Antropologi ’03 dan ikut andil dalam media “Antropus” dan Himpunan Mahasiswa Antorpologi (He-man).

Sekarang saya juga mendapat beasiswa dari UI dan keringanan biaya SPP. Untuk biaya hidup sehari-hari saya membantu seorang kenalan dari Surabaya untuk membersihkan mobil dan rumahnya. Saya masih terus berjuang agar bisa lulus dan menjadi sarjana nantinya.

aya berfikir dimana ada kemauan disitu Allah SWT pasti memberi jalan. Allah SWT menyukai hambanya yang berusaha dan bekerja keras. Dunia ini tidak akan berubah jika kita sendiri tidak berubah. 

Buat teman-teman dan adik-adik penerima beasiswa YKAI teruslah belajar karena perjuangan kalian masih panjang. Kemiskinan jangan kamu anggap sebagai halangan dalam menempuh pendidikan lebih tinggi, gunakan kesempatan yang ada demi tercapai cita-cita. Jangan lupa berdo’a pada Allah SWT. Semoga cerita nyata dari saya bisa membangkitkan semangat belajar adik-adik. SELAMAT BERJUANG!!!!!

Referensi

Dokumen terkait

Setelah melewati tahapan demi tahapan sampai pada penentuan parameter SVM dan Forward Selection serta Backward Elimination membandingkan BPNN dan Forward Selection serta

Kegiatan yang diteliti dalam penelitian ini adalah pada implementasi teknik wait time di SMA Nu Hasyim Asy’ari Mlati Kidul Mejobo Kudus yang meliputi kegiatan

Setelah proses skrining, setiap pasien, termasuk pasien STEMI, dipilah menjadi “Covid-19 positif/sangat mungkin ( positive/probable Covid-19) ” dan “Covid-19 kecil kemungkinan

Dalam periode pengamatan bahwa investasi sumber daya manusiatidak signifikan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka pendek.dilihat dari hasil

(1) bagi Kepala Sekolah diharapkan agar pengawasan terhadap guru lebih ditingkatkan, karena tanpa pengawasan secara rutinitas tidak menutup kemungkinan peran guru

Dalam rangka mendukung pencapaian prioritas nasional sebagaimana telah ditetapkan dalam visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden terpilih yang dijabarkan dalam RPJMN periode

Delta Dieselindo Utama, generasi senior berencana tidak akan menguji perubahan yang dibawa oleh suksesor agar suksesor dapat dengan bebas mencoba hal-hal baru dan

Tuhan semesta alam yang berkat rahmat-Nya, penulis mampu menyelesaikan laporan akhir yang berjudul “Perhitungan Drop Tegangan Pada Jaringan Distribusi Primer 20 kV