• Tidak ada hasil yang ditemukan

USAHA KECIL DI INDONESIA MASALAH DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN Disusun Oleh: Angga firmansyah NIM : Kelas : S1 TI 2G

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "USAHA KECIL DI INDONESIA MASALAH DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN Disusun Oleh: Angga firmansyah NIM : Kelas : S1 TI 2G"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER “AMIKOM” YOGYAKARTA

USAHA KECIL DI INDONESIA

MASALAH DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN

Disusun Oleh: Angga firmansyah

NIM : 10.11.4044

Kelas : S1 TI 2G

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peraturan perbankan dan reraturan lainnya, yang meiliki indikasi mengenai usaha kecil, dan memberikan rekomendasi yang berkaitan dengan masalah tersebut. Dengan pendekatan yuridis normatis, penelitian ini adalah lebih di fokuskan pada penyeledikikan Masalah dan Setrategi Pemberdayaaan, tujuan dan kesesuaian prisip pada setiap aturan pengelolaan sektor informal dari analisis hukum: sebagai primer, sekunder dan tersier perushaan yang terkait dengan disektor infirmal dan pendanaan sektor informal, dan di dukung oleh data lapngan.Penelitian ini membuktikan bahw dua jenis aturan memiliki indikasi / potensi menghalangi dana dan pengembangan perdagangan kecil.

Tidak dapat di pungkiri industrialisasi di indonesia sejak dulu hingga saat ini telah mencapai hasil yang diharapkan.Setidaknya industrialisasi telah mengakibatkan transformasi struktur di indonesia. Pola pertumbuhan ekonomi secara sektoral indonesia angkanya sejalan dengan kecenderungan proses transformsi struktural yang jadi di berbagai negara, di mana terjadi penurunan kontribusi sektor pertanian (sering di sebut sektor primer), sementara distribusi sektor sekunder dan tersier cenderung meningkat.

Pada tahun 1965, sektor pertanian merupakan sektor penyumbang terbesr terhadap Produk Demostik Bruto (56 persen); sementara sektor industri baru menyumbang 13 persen dari PDB. Dengan pertumbuhan rata-rata pertahun sebesar 11,9 persen selma 1965-1980 dan 6,1 persen selama 1980-1992, ternyat sektor idustri telah menggeser peranan sektor pertanian dalam pembangunan. Pada tahun 1992, sektor industri secara keseluruhan menyumbang 40 persen tehadap PDB, di mana peranan industri manufaktur cukup menonjol karena penyumbang 21 persen terhadap PDB. Pada tahun yang sama, sumbangan sektor pertanian merosot drastis hingga tinggal 19 persen dari PDB. Ini sejalan dengan

(2)

menurunannya laju pertumbuhan sektor pertanian, dari rata-rata 4,3 persen pertahun selama 1965-1980 menjadi 3,1 persen selama 1980-1992. Secar singkat, sektor industri manufakturmuncul menjadi penyumbang nilai tambah yang dominan dan telah tumbuh pesat melampaui laju petumbuhan sektor pertanian.

Tabel 1. Distribusi Produk Domestik Bruto (PDB) dan laju pertumbuhan sektoral (%)

Tabel 1. Distribusi Produk Domestik Bruto (PDB) dan laju pertumbuhan sektoral (%) Sektor

Pangsa dalam PDB

Rata-rata pertumbuhan per tahun

1965 1992 1965-80 1980-92 Pertanian Industri (industri manufaktur) Jasa, dll. 56.0 13.0 8.0 31.0 19.0 40.0 21.0 40.4 4.3 11.9 12.0 7.3 3.1 6.1 12.0 6.8

Kendati demikian, laporan Bank Dunia (1993), yang terjudul Industri Polocy-Shifting iInto Hgh Gear, menyimpilkan beberapa permasalahan struktur pada industri Indonesia. Pertama, tinginya tingkat kosentrasi dalam perekonomian dan banyaknya monopoli baik yang terselumbung maupun terang–terangan, pada dasar yang diproteksi. Kedua, dominasi kelompok bisnis pemburu rinte (rent-seeking) ternyata belum memenfaatkan keungan mereka dalam skala produksi dan kkuatan finensial untung bersaing di pasar global. Ketiga, lemahnya hubungan intra-industri, sebagai mana di tunjukkan oleh minimnya perusahaan yang bersifat spesialis yan mampu menghubungkan kelien bisnisnya yang berjumlah besarsecara efesien. Keempat, setruktur industri Indonesia terbukti masih dangka, dengan minimnya sektor industri menengah. Kelima, masih kakunya BUMN sebagai pemasok input maupun sebagai pendorong kemajuan teknologi. Keenam, investor asing masih cenderung pada orientasi pasar domestik (inward oriented), dan sasaran usahanya sebagai besar masih pada pasar yang diproteksi.

Dalam konstelasi semacam ini, bisa di pahami mengapa terjdi dualisme dan lemahnya keterkatan industri kecil dengan industri besar. Dualisme ini muncul karena orientasi industrialisasi bebasis pada modal besar dan teknologi tinggi, namun kurang berdasar atas kekuatan ekonomi rakyat. Semisal di Negara Taiwan sebagai perbanding, justru penunjukkan ekonominya dapat tumbuh dengan pesat karena di topang oleh sejumlah usaha kecil dan menengah yang di sebut comuniti based indust. Perkembangan industri moderen di Taiwan, yang sukses menembus pasar global, ternyata ditopang oleh kontribusi usaha kecil dan menengah yang dinamik.

(3)

MENGAPA USAHA KECIL PERLU DIKEMBNGKAN?

Pada tahun 1983, pmerintah secara konsisten telah melakukan berbagai upaya deregulasi sebagai upaya penyesuaian struktural dan restrukturisasi perekonomian. Kendati demikian, banyak yang mensinyalir deregulasi di bidang perdagangan dan investasi tidak memberi banyak keuntungan bagi perusahaan kecil dan menengah; bahkan justru perusahaan besar dan konglomeratlah yang mendapat keuntungan. Studi empiris membuktikan bahwa pertambahan nilai tambah ternyata tidak dinikmati oleh perusahaan skla kecil, sedang, dan besar, namun justru perusahaan skala konglomerat, dengan tenaga kerja lebih dari 1000 orang, yang menikmati kenaikan nilai tambah secara absolut maupun per rata-rata perusahaan.

Pertama, IKRT menyerap banyak tenaga kerja. Kecenderungan menerap banyak tenaga kerja umumnya membuat banyak IKRT juga intensif dalam menggunakan sumberdaya alam lokal. Apalagi karena lokasinya banyak di pedesaan, pertumbuhan IKRT akan menimbulkan dampak positif terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja, pengurangan jumlah kemiskinan, pemerataan dalam distribusi pendapatan, dan pembangunan ekonomi di pedesaan (Simatupang, et al., 1994; Kuncoro, 1996). Dari sisi kebijakan, IKRT jelas perlu mendapat perhatian karena tidak hanya memberikan penghasilan bagi sebagian besar angkatan kerja Indonesia, namun juga merupakan ujung tombak dalam upaya pengentasan kemiskinan. Di perdesaan, peran penting IKRT memberikan tambahan pendapatan (Sandee et al., 1994), merupakan seedbed bagai pengembangan industri dan sebagai pelengkap produksi pertanian bagi penduduk miskin (Weijland, 1999). Boleh dikata, ia juga berfungsi sebagai strategi mempertahankan hidup (survival strategy) di tengah krismon.

SEBARAN USAHA KECIL

Ada dua defenisi usaha kecil yang di kenal di Indonesia. Pertama menurut undang-undang No.9 tahun 1995 tentang Usaha kecil adalahkegiatan ekonomi rakyat yang memiliki hasil penjualan tahunan maksimal Rp 1milyar dan memiliki kekayaan bersih, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, paling banyak Rp 200 juta. Kedua, menurut kategori Biro Pusat statistik (BPS), usaha kecil identik dengan industri kecil. BPS mengklasifikasikan industri berdasarkan jumlah pekerjaannya, Kandidat beberapa difinisi mengenai usaha kecil namun angkanya usaha kecilmempunyai karakteristik yang hampir seragam.Pertama, tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara bidang administrasi dan operasi. Kebanyakan industri kecil dikelola oleh perorangan yang merangkap sebagai pemilik sekaligus pengelola perusahaan, serta memanfaatkan tenaga kerja dari

(4)

keluarga dan kerabat dekatnya. Data BPS (1994) menunjukkan hingga saat ini jumlah pengusaha kecil telah mencapai 34,316 juta orang yang meliputi 15, 635 juta pengusaha kecil mandiri (tanpa menggunakan tenaga kerja lain), 18,227 juta orang pengusaha kecil yang menggunakan tenaga kerja anggota keluarga sendiri serta 54 ribu orang pengusaha kecil yang memiliki tenaga kerja tetap.

Kedua, rendahnya akses industri kecil terhadap lembaga-lembaga kredit formal sehingga mereka cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari modal sendiri atau sumber-sumber lain seperti keluarga, kerabat, pedagang perantara, bahkan rentenir.

Ketiga, sebagian besar usaha kecil ditandai dengan belum dipunyainya status badan hukum. Menurut catatan BPS (1994), dari jumlah perusahaan kecil sebanyak sebanyak 124.990, ternyata 90,6 persen merupakan perusahaan perorangan yang tidak berakta notaris; 4,7 persen tergolong perusahaan perorangan berakta notaris; dan hanya 1,7 persen yang sudah mempunyai badan hukum (PT/NV, CV, Firma, atau Koperasi).

TANTANGAN DAN MASALAH

Memang cukup berat tantangan yang dihadapi untuk memperkuat struktur perekonomian nasional. Pembinaan pengusaha kecil harus lebih diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pengusaha kecil menjadi pengusaha menengah. Namun disadari pula bahwa pengembangan usaha kecil menghadapi beberapa kendala seperti tingkat kemampuan, ketrampilan, keahlian, manajemen sumber daya manusia, kewirausahaan, pemasaran dan keuangan. Lemahnya kemampuan manajerial dan sumberdaya manusia ini mengakibatkan pengusaha kecil tidak mampu menjalankan usahanya dengan baik. Secara lebih spesifik, masalah dasar yang dihadapi pengusaha kecil adalah: Pertama, kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar. Kedua, kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh jalur terhadap sumber-sumber permodalan. Ketiga, kelemahan di bidang organisasi dan manajemen sumber daya manusia. Keempat, keterbatasan jaringan usaha kerjasama antar pengusaha kecil (sistem informasi pemasaran). Kelima, iklim usaha yang kurang kondusif, karena persaingan yang saling mematikan. Keenam, pembinaan yang telah dilakukan masih kurang terpadu dan kurangnya kepercayaan serta kepedulian masyarakat terhadap usaha kecil.

Secara garis besar, tantangan yang dihadapi pengusaha kecil dapat dibagi dalam dua kategori: Pertama, bagi PK dengan omset kurang dari Rp 50 juta umumnya tantangan yang dihadapi adalah bagaimana menjaga kelangsungan hidup usahanya. Bagi mereka, umumnya asal dapat berjualan dengan “aman”

(5)

sudah cukup. Mereka umumnya tidak membutuhkan modal yang besar untuk ekspansi produksi; biasanya modal yang diperlukan sekedar membantu kelancaran cashflow saja. Bisa dipahami bila kredit dari BPR-BPR, BKK, TPSP (Tempat Pelayanan Simpan Pinjam-KUD) amat membantu modal kerja mereka. MENCARI STRATEGI PEMBERDAYAAN YANG TEPAT

Strategi pemberdayaan yang telah diupayakan selama ini dapat diklasifikasikan dalam:

 Aspek managerial, yang meliputi: peningkatan produktivitas/omset/tingkat utilisasi/tingkat hunian, meningkatkan kemampuan pemasaran, dan pengembangan sumberdaya manusia.

 Aspek permodalan, yang meliputi: bantuan modal (penyisihan 1-5% keuntungan BUMN dan kewajiban untuk menyalurkan kredit bagi usaha kecil minimum 20% dari portofolio kredit bank) dan kemudahan kredit (KUPEDES, KUK, KIK, KMKP, KCK, Kredit Mini/Midi, KKU).

 Mengembangkan program kemitraan dengan besar usaha baik lewat sistem Bapak-Anak Angkat, PIR, keterkaitan hulu-hilir (forward linkage), keterkaitan hilir-hulu (backward linkage), modal ventura, ataupun subkontrak.

 Pengembangan sentra industri kecil dalam suatu kawasan apakah berbentuk PIK (Pemukiman Industri Kecil), LIK (Lingkungan Industri Kecil), SUIK (Sarana Usaha Industri Kecil) yang didukung oleh UPT (Unit Pelayanan Teknis) dan TPI (Tenaga Penyuluh Industri).

 Pembinaan untuk bidang usaha dan daerah tertentu lewat KUB (Kelompok Usaha Bersama), KOPINKRA (Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan).

REFERENSI

Abimanyu, Anggito (1994), "Orientasi Usaha dan Kinerja Bisnis Konglomerat", makalah dalam Seminar Nasional "Mencari Keseimbangan Antara Konglomerat dan Pengusaha Kecil-Menengah di Indonesia: Permasalahan dan Strategi", Dies Natalis STIE Widya Wiwaha, Yogyakarta, 30 April.

Assauri, Sofjan (1993), "Interorganizational Process Dalam Pembinaan Pengusaha Ekonomi Lemah", Manajemen dan Usahawan indonesia, no.6, tahun XXII, Juni, h. 21-26.

Sudisman, U., & Sari, A. (1996). Undang-Undang Usaha kecil 1995 dan Peraturan Perkoperasian. Jakarta: Mitrainfo.

Gambar

Tabel 1. Distribusi Produk Domestik Bruto (PDB) dan laju pertumbuhan sektoral (%)  Tabel  1

Referensi

Dokumen terkait

Kekurangan asupan gizi pada makanan yang dikonsumsi dalam tubuh kurang dari normal akan membawa akibat buruk terhadap tubuh, salah satu yang paling utama adalah

Pelaksanaan ujicoba terbatas ini dilakukan untuk memperoleh data tentang pembelajaran tematik integratif untuk membentuk karakter anak terutama karakter yang menyangkut

Salah satu indikator kesejahteraan adalah kemiskinan maka penelitian ini akan menggunakan variabel-variabel dalam model dinamika Ibnu Khaldun sebagai varaibel-variabel yang

Undang-undang Perpajakan Nomor 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan dalam pasal 1 mendifinisikan pajak adalah kontribusi wajib kepada

Bukan hanya bagi admin yang mangatur proses pick up and return, form login sendiri digunakan bagi customer sebelum melakukan tran- saksi atau bagi kurir untuk

Penanggung akan membayar ganti rugi kepada Tertanggung sampai jumlah manfaat dengan resiko sendiri sebesar Rp 150.000 (seratus lima puluh ribu Rupiah) untuk setiap klaim dan

Pengelolaan zakat oleh panitia Amil Masjid Ar-Raudhah di komplek perumahan Lumba-lumba Km. 5,5 Cilik Riwut, kelurahan Palangka kecamatan Jekan Raya ini, setiap

Jenis produk dari limbah tekstil disebut juga dengan kriya tekstil,kriya tekstil ini adalah hasil ide, gagasan manusia yang memiliki nilai estetik yang diwujudkan dalam bentuk