• Tidak ada hasil yang ditemukan

Suplemen Rencana Strategis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Suplemen Rencana Strategis"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Suplemen

Rencana Strategis

Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat

2010-2014

Lampiran Keputusan Nomor KEP-2220/PW14/1/2012 Tanggal 28 Desember 2012

(2)

SASARAN STRATEGIS

PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Delapan sasaran strategis yaitu kondisi yang diharapkan di akhir periode Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2010-2014, yaitu:

1. Meningkatnya Kualitas 95% Laporan Keuangan Kementerian Lembaga (LKKL) dan 95% Laporan Keuangan Pemerintah Daerah;

2. Tercapainya Optimalisasi Penerimaan Negara sebesar 87,5%;

3. Terselenggaranya Standar Pelayanan Minimal (SPM) pada 60% Instansi Pemerintah Daerah (IPD) dan Terselenggaranya Good Governance (GG) pada 75% BUMN/BUMD;

4. Meningkatkan Kesadaran dan Keterlibatan Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, BUMN/BUMD dalam Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Menjadi 80%; 5. Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP di 70% Kementerian/Lembaga/Pemerintah

Daerah;

6. Meningkatnya Kapasitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang Profesional dan Kompeten pada 80% Pemerintah Daerah;

7. Meningkatnya Efektivitas Perencanaan Pengawasan Sebesar 90% dan Kualitas Pengelolaan Keuangan Sebesar 100%; dan

8. Terselenggaranya Satu Sistem Dukungan Pengambilan Keputusan Bagi Pimpinan.

Uraian lebih lanjut sasaran strategis tersebut adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya Kualitas 95% LKKL dan 95% LKPD

Salah satu tujuan Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat adalah “Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas Negara/Daerah”. Tujuan ini selanjutnya dituangkan melalui sasaran strategis “Meningkatnya Kualitas 95% LKKL dan 95% LKPD”. Upaya strategis ini dilakukan untuk mencapai persyaratan minimal untuk mencapai efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan negara. Untuk mendukung sasaran strategis ini Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat telah merancang beberapa kegiatan, antara lain memberikan pemahaman intensif kepada kementerian/lembaga dan pemda di Provinsi Kalimantan Barat tentang peran laporan keuangan yang berkualitas baik dalam forum pertemuan antar kementerian/lembaga/pemda maupun melalui penggalangan

(3)

langsung dengan penandatangan nota kesepahaman antara Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat dengan mitra kerja. Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat selanjutnya secara teknis melakukan reviu laporan keuangan sebelum diterbitkan oleh kementerian/lembaga/pemda sehingga diharapkan laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang ditunjukkan dengan diperolehnya opini laporan keuangan minimal WDP.

2. Tercapainya Optimalisasi Penerimaan Negara sebesar 87,5%

Sasaran strategis “Tercapainya Optimalisasi Penerimaan Negara” merupakan sasaran strategis pengawasan dari sisi penerimaan negara. Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat melihat masih banyak sumber penerimaan anggaran yang perlu dioptimalkan melalui strategi intensifikasi dan ekstensifikasi penerimaan. Sasaran strategis ini memiliki tiga Indikator Kinerja Utama (IKU), yaitu Persentase Peningkatan Penerimaan Penerimaan Negara dari Hasil Pengawasan, Persentase Hasil Pengawasan BUN yang Disampaikan ke Pusat, dan Persentase Penghematan Biaya (Cost Saving) Dibandingkan dengan Nilai yang Diaudit.

3. Terselenggaranya Standar Pelayanan Minimal pada 60% Instansi Pemerintah Daerah dan Terselenggaranya Good Governance pada 75% BUMN/BUMD

Sebagai auditor internal pemerintah, terkait dengan perannya dalam meningkatkan akuntabilitas Pemda dan pengelolaan BUMN/BUMD, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat perlu mendorong pemerintah daerah di Kalimantan Barat untuk menerapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang telah ditetapkan oleh Kementerian Teknis, dan mendorong BUMN/BUMD untuk menerapkan Good Corporate Governance (GCG). Indikator untuk mengukur sasaran ini adalah “Persentase Pemerintah Daerah (IPD) yang Melaksanakan Pelayanan Sesuai SPM/Pelayanan Prima, Persentase BUMN/BUMD/BLU/D yang Telah Menerapkan GCG atau KPI, dan Persentase BUMD yang Dilakukan Audit Kinerja.

4. Meningkatkan Kesadaran dan Keterlibatan Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, BUMN/BUMD dalam Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Menjadi 80%

Perpres Nomor 55 Tahun 2012 menyatakan bahwa strategi pencegahan dan pemberantasan korupsi memiliki visi jangka panjang dan menengah. Visi jangka panjang 2012-2025 adalah “Terwujudnya Kehidupan Bangsa yang Bersih dari Korupsi dengan Didukung Nilai Budaya yang Berintegritas”. Pemerintah merancang enam strategi

(4)

diantaranya adalah strategi pencegahan tindak pidana korupsi. Dalam strategi ini, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat perlu mengambil peran dalam mendukung enam strategi pencegahan dan pemberantasan korupsi tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan mendorong penerapan sistem pengendalian intern atau Fraud Control Plan (FCP).

Berkaitan dengan penegakan hukum atas tindak pidana korupsi, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat berperan membantu Aparat Penegak Hukum (APH) melalui kegiatan audit investigasi, perhitungan kerugian keuangan negara, serta menjadi saksi ahli kasus tindak pidana korupsi. Untuk mendukung sasaran ini, BPKP merancang beberapa kegiatan, antara lain sosialisasi Program Anti Korupsi kepada kelompok masyarakat, sosialisasi FCP kepada IPP/IPD/BUMN/D/BLU/D di Provinsi Kalimantan Barat serta melakukan kajian terhadap peraturan yang berpotensi terjadinya Tindak Pidana Korupsi (TPK).

5. Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP di 70% Kementerian/Lembaga/ dan

Pemerintah Daerah

Penyelenggaraan SPIP pada dasarnya merupakan tanggung jawab masing-masing menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota. BPKP sesuai pasal 59 PP Nomor 60 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah bertanggung jawab melakukan pembinaan. Pembinaan SPIP diarahkan agar instansi pemerintah dapat menyelenggarakan SPIP dalam rangka mencapai tujuannya melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Sasaran strategis “Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP di Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah” dilaksanakan melalui beberapa kegiatan, antara lain sosialisasi dan asistensi pelaksanaan SPIP kepada kementerian/lembaga/pemda serta monitoring sistem pengendalian intern.

6. Meningkatnya Kapasitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang Profesional dan Kompeten Pada 80% Pemerintah Daerah

Sebagai sebuah organisasi, salah satu faktor penentu keberhasilan APIP adalah kompetensi dan profesionalitas sumber daya manusia (SDM). Hal ini di karenakan faktor manusia yang mengatur dan menggerakkan jalannya organisasi. SDM yang kompeten adalah SDM yang memiliki penguasaan teoritis, didukung dengan pengalaman, dan mendapat pengakuan keahlian spesifik berdasarkan standar yang berlaku umum dalam

(5)

lingkungan keahlian tersebut. SDM yang profesional adalah SDM yang mampu melaksanakan tugas dengan baik, sesuai dengan bidang keahliannya. Keahlian tersebut perlu terus-menerus diperbarui dan ditingkatkan, baik melalui program pendidikan gelar maupun program pendidikan non-gelar dengan mengacu pada dokumen Human Capital

Development Plan (HCDP) yang merupakan dokumen perencanaan pengembangan

kompetensi pegawai yang terkait dengan proses pelatihan, pendidikan, dan kegiatan lainnya yang dapat meningkatkan pengetahuan, keahlian, kemampuan, nilai-nilai, dan aset sosial lainnya yang dimiliki pegawai.

7. Meningkatnya Efektivitas Perencanaan Pengawasan Sebesar 90% dan Kualitas Pengelolaan Keuangan Sebesar 100%

Sistem perencanaan pengawasan merupakan salah satu bagian dari sistem manajemen dukungan yang berperan penting dalam membantu keberhasilan pelaksanaan kegiatan teknis BPKP. Perencanaan pengawasan berfungsi mengarahkan kegiatan pengawasan agar sesuai dengan peran dan tujuan BPKP sekaligus media untuk mengukur tingkat keberhasilan kinerja teknis BPKP. Selain itu, perencanaan juga terkait langsung dengan pengelolaan SDM, penyediaan sarana prasarana, dan penganggaran. Seiring dengan gencarnya penyerapan anggaran berdasarkan disbursement plan, semakin dirasakan pentingnya arti perencanaan yang baik sehingga anggaran yang digunakan benar-benar menghasilkan kinerja yang terbaik pula.

8. Terselenggaranya Satu Sistem Dukungan Pengambilan Keputusan Bagi Pimpinan

Sejalan dengan perubahan lingkungan strategis pada BPKP terutama dengan terbitnya PP Nomor 60 Tahun 2008, menegaskan identitas BPKP sebagai Auditor Presiden. Sehubungan dengan itu, BPKP dituntut untuk memberikan informasi yang berharga bagi Presiden dan mampu memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi pemerintah. Selain itu, BPKP juga harus mampu memberikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan internal BPKP.

(6)

INDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGIS

PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Delapan sasaran strategis Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat tersebut didukung dengan 38 Indikator Kinerja Utama (IKU). Berikut uraian masing-masing IKU beserta target 2011-2014:

Sasaran Indikator Satuan Target Cara Pengukuran

2011 2012 2013 2014 Meningkatnya Kualitas 95%

LKKL dan 95% LKPD

Persentase IPP yang mendapat pendampingan penyusunan laporan keuangan

% 100 100 100 100 Jumlah instansi vertikal yang

mendapatkan pendampingan penyusunan laporan keuangan dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan dalam PKP2T

Persentase IPD yang laporan

keuangannya memperoleh opini minimal WDP

% 80 80 90 95 Jumlah Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah tahun 2011 yang opini minimal WDP dibandingkan dengan target Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang mendapat Opini minimal WDP

Persentase jumlah laporan keuangan proyek PHLN yang memperoleh opini dukungan wajar

% 80 82 85 95 Jumlah laporan keuangan proyek PHLN yang memperoleh opini

dukungan wajar dibandingkan dengan jumlah laporan keuangan proyek PHLN yang diaudit

Persentase hasil pengawasan lintas sektoral yang disampaikan ke Pusat

% 100 100 100 100 Jumlah laporan yang dikirim ke BPKP

Pusat dibandingkan dengan jumlah realisasi laporan yang diterbitkan

Persentase hasil pengawasan atas permintaan Presiden yang disampaikan ke Pusat

% 100 100 100 100 Jumlah laporan yang dikirim ke BPKP Pusat dibandingkan dengan jumlah realisasi laporan yang diterbitkan

(7)

Persentase hasil pengawasan atas permintaan stakeholders yang dijadikan bahan pengambilan keputusan oleh

stakeholders

% 100 100 100 100 Jumlah laporan yang dikirim ke BPKP

Pusat dibandingkan dengan jumlah realisasi laporan yang diterbitkan

BUMD di Provinsi Kalimantan Barat yang laporan keuangannya memperoleh opini minimal WDP

% 75 75 80 85 Jumlah BUMD yang memperoleh opini laporan keuangan minimal WDP dibandingkan dengan BUMD yang diaudit

Tercapainya Optimalisasi Penerimaan Negara/ Daerah

sebesar 87,5%

Persentase peningkatan penerimaan negara dari hasil pengawasan

% 3 3 4 5 Jumlah tindak lanjut hasil audit tahun 2011 dibandingkan dengan kenaikan jumlah tindak lanjut hasil audit tahun 2012 yang berupa penyetoran ke Kas Negara

Persentase hasil pengawasan BUN yang disampaikan ke Pusat

% 100 100 100 100 Jumlah laporan yang dikirim ke BPKP

Pusat dibandingkan dengan jumlah realisasi laporan yang diterbitkan

Persentase penghematan biaya (cost

saving) dibandingkan dengan nilai yang di

audit

% 2 2 2 2 Jumlah nilai temuan dan koreksi yang menambah laba/menurunkan rugi dibandingkan dengan nilai yang diaudit

Terselenggaranya Standar Pelayanan Minimal (SPM) pada 60% Instansi Pemerintah

Daerah (IPD) dan terselenggaranya Good

Governance (GG) pada 75%

BUMN/BUMD;

Persentase IPD yang melaksanakan pelayanan sesuai SPM

IPD 8 10 12 15 Jumlah IPD yang mencantumkan SPM dalam dokumen perencanaan

dibandingkan dengan jumlah IPD yang telah dilakukan audit kinerja atas pelayanannya

Persentase BUMN/D/BLU/D yang dilakukan sosialisasi/asistensi GCG/KPI

% 60 70 75 80 Jumlah BUMN/D/BLU/D yang telah menerapkan GCG/KPI dibandingkan dengan Jumlah BUMN/D/BLU/D yang dibina

(8)

Persentase BUMD yang dilakukan audit kinerja

% 100 100 100 100 Jumlah BUMD/BLUD yang telah

diaudit kinerjanya dibandingkan dengan target audit yang telah ditetapkan dalam PKP2T

Meningkatnya Kesadaran dan Keterlibatan K/L, Pemda, BUMN/BUMD Dalam Upaya

Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi

Menjadi 70%

Persentase pemahaman dan kepedulian atas permasalahan korupsi

% 73 75 78 80 Tingkat pemahaman dan kepedulian peserta (focus group) terhadap permasalahan korupsi diukur dari hasil pengisian kuesioner/daftar pertanyaan

IPP/IPD/BUMN/BUMD/BLU/BLUD berisiko fraud yang menyelenggarakan

Fraud Control Plan

Instansi 2 2 2 2 Jumlah instansi yang telah menerima sosialisasi/diagnostic

assessment/bimtek FCP IPP/IPD/BUMN/BUMD berisiko fraud

yang mengoreksi kebijakan

Instansi 1 1 1 1 Jumlah instansi yang telah mengoreksi kebijakan yang dihasilkannya sehingga potensi adanya penyimpangan bisa dihilangkan

Persentase penyelesaian penugasan HKP, klaim dan penyesuaian harga

% 83 85 87 90 jumlah kasus-kasus HKP, klaim, dan eskalasi yang selesai dan telah diterbitkan laporannya dibandingkan dengan kasus yang ditangani

Persentase penyerahan kasus kepada instansi penegak hukum

% 85 88 90 90 Jumlah kasus yang diserahkan kepada instansi penegak hukum dibandingkan dengan jumlah kasus yang ditangani

Persentase laporan penugasan investigasi yang memenuhi standar

% 93 93 95 95 Jumlah laporan yang memenuhi standar PPBI yang dikirimkan ke deputi rendal dibandingkan dengan target laporan

(9)

Persentase hasil telaahan kasus yang sedang ditangani oleh pihak penyidik

% 73 75 87 90 Jumlah kasus yang disepakati dibandingkan dengan jumlah kasus yang diekspose oleh pihak penyidik

Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP di K/L, Pemda

Sebesar 70%

Persentase pemda yang

menyelenggarakan SPIP sesuai PP 60 Tahun 2008

% 40 50 50 70 Jumlah pemda yang laporan keuangannya memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK RI dibandingkan dengan jumlah seluruh pemda

Jumlah pemda yang dilakukan asistensi penyelenggaraan SPIP sesuai PP 60 tahun 2008

IPD 15 15 15 15 Jumlah pemda yang dilakukan sosialisasi asistensi penyelenggaraan SPIP sesuai dengan PP Nomor 60 Tahun 2008 sampai dengan tahun berjalan

Jumlah pemda yang dilakukan monitoring sistem pengendalian intern

IPD 2 8 12 15 Jumlah pemda yang telah melakukan perbaikan penyelenggaraan SPIP dari DA yang telah dilakukan Perwakilan BPKP.

Meningkatnya Kapasitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang Profesional dan Kompeten

pada 80% Pemda

Tingkat penerapan jabatan fungsional auditor

% 61 62 75 80 Persentase jumlah pemda yang sudah menerapkan JFA dibagi jumlah pemda seluruhnya

Rasio SDM terdiklat sesuai kompetensi terhadap total jumlah yang dibutuhkan

% 31 32 33 34 Jumlah pegawai yang terdiklat dibandingkan dengan jumlah diklat sertifikasi JFA, diklat substantif dan diklat lainnya yang diusulkan.

Persentase jumlah pegawai BPKP yang kompeten dan profesional di setiap bidang kompetensi yang dibutuhkan

% 81 82 83 90 jumlah pegawai BPKP Kalimantan Barat yang kompeten dan profesional di setiap bidang kompetensi yang dibutuhkan (kompeten dan

profesional = yang tidak kena sanksi) dibandingkan dengan jumlah pegawai

(10)

Meningkatnya Efektivitas Perencanaan Pengawasan

Sebesar 90% dan Kualitas Pengelolaan Keuangan Sebesar

100%

Persentase jumlah rencana penugasan pengawasan yang terealisasi

% 71 72 85 90 jumlah penugasan dalam PKP2T yang terealisasi dibandingkan dengan rencana penugasan dalam PKP2T

Tingkat dukungan opini BPK RI terhadap laporan keuangan BPKP

% 100 100 100 100 Jumlah laporan keuangan Perwakilan

BPKP Provinsi Kalimantan Barat yang akurat dan tepat waktu dibandingkan dengan jumlah seluruh laporan keuangan yang dikirim

Persepsi kepuasan pegawai perwakilan terhadap layanan kepegawaian

Skala Likert

1-10

7,2 7,40 7,5 8,0 Diukur dengan menyebarkan

kuesioner kepada pegawai mengenai tingkat kepuasan layanan internal

Persentase pagu dana yang tidak diblokir dalam DIPA

% 86 87 88 100 Jumlah anggaran yang tidak diblokir dibandingkan dengan pagu anggaran yang tersedia

Persepsi kepuasan pegawai perwakilan atas pencairan anggaran yang diajukan sesuai prosedur

Skala Likert

1-10

7,6 7,7 7,8 8,5 Diukur dengan menyebarkan

kuesioner kepada pegawai mengenai tingkat kepuasan layanan internal

Persepsi publik yang positif terhadap Perwakilan BPKP

% 76 77 78 83 Diukur dengan membandingkan antara persentase berita dengan kategori baik dibagi dengan seluruh jumlah berita dalam tahun

bersangkutan

Indeks efektifitas pengelolaan aset % 91 92 93 100 Aset yang siap dimanfaatkan

dibandingkan dengan jumlah aset yang ada

Persepsi kepuasan pegawai perwakilan terhadap layanan sarpras

Skala Likert

1-10

7,6 7,7 7,8 8,3 Diukur dengan menyebarkan

kuesioner kepada pegawai mengenai tingkat kepuasan layanan internal

(11)

Persentase tindak lanjut rekomendasi hasil audit inspektorat

% 91 92 93 94 Jumlah tindak lanjut hasil audit inspektorat dibandingkan dengan jumlah rekomendasi

Pencapaian Tata Kelola APIP yang Baik % 30 40 50 60 Jumlah pemda yang telah disosialisasi

atau dilakukan assessment tata kelola APIP

Terselenggaranya 100% Sistem Dukungan Pengambilan Keputusan bagi Pimpinan

Terimplementasinya Sistem Informasi untuk Mendukung Pengambilan Keputusan Internal (Manajemen BPKP)

% 54 61 66 70 Jumlah SIM yang diterapkan di BPKP dibandingkan dengan jumlah SIM yang ada yang dapat diterapkan di BPKP

Dukungan Terimplementasikannya Sistem Kendali Akuntabilitas Presiden (PASs)

% 72 90 90 100 Jumlah profil pemda dan BUMD yang

ada dibandingkan dengan jumlah PEMDA dan BUMD.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan pada penentuan albumin urine terhadap 34 sampel pasien di RS Fatmawati, Jakarta, dengan pembanding kit metoda ELISA, didapatkan 6 sampel di atas

Fungsi : Untuk menampung kondensat keluaran kondensor detilasi Bentuk : Tangki silinder vertikal dengan alas datar dan tutup ellipsoidal Bahan : Carbon steel , SA – 285

Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengilustrasikan anatomi, fisiologi dan histologi sistem rangka dan otot.. Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengilustrasikan struktur makroskopis

Tujuan laporan posisi keuangan (neraca) adalah menyediakan informasi mengenai aktiva, kewajiban, aset neto dan informasi mengenai hubungan antar unsur-unsur tersebut pada

1) Proses. Sebuah konflik lahir dari adanya proses yang unik hal ini menyebabkan sebuah konflik akan berbeda dengan konflik lainnya. Sebagai contoh, perusahaan rokok

Jumlah masing-masing Kolom (6) s.d (8) di Rineian e halarnan terakhir harus lebih keeil atau sama dengan nomor urut rumah tangga terakhir di Kolorn (4) halaman terakhir.

Analisis secara fisiologi dilakukan dengan menghitung konsumsi energi yang dikeluarkan untuk melakukan pekerjaan pengangkatan.. Hasil perhitungan diperoleh hasil bahwa

Dalam rangka untuk mendukung pengembangan pemanfaatan kayu jabon dan untuk meningkatkan informasi mengenai karakteristik kayu jabon penelitian sifat makroskopis dan