• Tidak ada hasil yang ditemukan

et 2018 o. 30, Mar n an G an U ke as BILIT sta an JI ka RiNGKAsAN EKsEKuTif Bank IndonesIa XVIII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "et 2018 o. 30, Mar n an G an U ke as BILIT sta an JI ka RiNGKAsAN EKsEKuTif Bank IndonesIa XVIII"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

RiNGKAsAN EKsEKuTif

Bank IndonesIa ka JI an s Ta BILIT as ke U an G an n o. 30, Mar et 2018 XVIII

(2)

XIX

“Pada Semester II 2017, Stabilitas Sistem Keuangan Menunjukkan Perkembangan Yang

Lebih Baik Dibandingkan Dengan Periode Sebelumnya“

Pada semester II 2017, stabilitas sistem keuangan menunjukkan perkembangan yang lebih baik dibandingkan dengan periode sebelumnya meskipun intermediasi perbankan masih tumbuh secara terbatas. kondisi yang stabil tersebut ditunjukkan oleh pergerakan Indeks stabilitas sistem keuangan (Issk) yang terjaga di zona normal. Perkembangan positif dari ssk tidak terlepas dari pengaruh menurunnya risiko sistem keuangan global pada semester laporan. Hal ini sejalan dengan perekonomian dunia yang membaik dan ketidakpastian di pasar keuangan yang menurun. akselerasi pemulihan ekonomi global telah meningkatkan optimisme pasar dan menurunkan risiko terjadinya gangguan stabilitas pasar keuangan. Risiko sistem keuangan global yang menurun juga didukung oleh arah kebijakan moneter dari negara maju yang sesuai perkiraan pasar dan risiko geopolitik yang relatif mereda. Perkembangan positif dari global tersebut pada gilirannya memberikan momentum positif bagi perekonomian Indonesia.

sejalan dengan menurunnya risiko di sistem keuangan global, risiko perekonomian domestik juga menurun pada semester II 2017. Perbaikan ini didukung oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga sejalan dengan inflasi yang rendah dan pertumbuhan ekonomi yang meningkat. keseimbangan eksternal perekonomian Indonesia cenderung membaik. neraca pembayaran tercatat surplus dengan defisit transaksi berjalan yang menurun. Di sisi lain, nilai tukar rupiah cenderung stabil, meskipun sedikit tertekan di akhir tahun.

di tengah membaiknya ssk, masih terdapat beberapa sumber kerentanan yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan keuangan antara lain (i) pergerakan pertumbuhan kredit perbankan yang cenderung prosiklikal dengan pertumbuhan PdB sehingga siklus keuangan masih berada pada fase kontraksi; (ii) cukup tingginya posisi ULn korporasi nonbank; dan (iii) tingginya kepemilikan nonresiden di pasar keuangan domestik. Utang Luar negeri (ULn) Indonesia meningkat pada akhir semester II 2017 yang disebabkan oleh tingginya kebutuhan pembiayaan untuk pembangunan infrakstruktur dan kegiatan produktif lainnya, baik yang berasal dari pemerintah maupun swasta.

dari sisi risiko, rasio ULn terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dipandang cukup terjaga. Hal ini diindikasikan

dengan debt to GDP ratio yang relatif stabil di kisaran 34

– 35%. Porsi ULn korporasi nonbank di Indonesia tercatat cukup tinggi yaitu sebesar 37% dari total ULn. secara keseluruhan, risiko yang berasal dari porsi ULn korporasi nonbank yang cukup tinggi tersebut masih terjaga dengan didukung oleh struktur ULn yang mayoritas berjangka

panjang dan repayment capacity yang membaik. namun

demikian, potensi risiko ULn korporasi nonbank sebagai sumber kerentanan tetap harus diwaspadai mengingat pertumbuhan ULn korporasi nonbank selama 2017 sebagian besar disebabkan oleh peningkatan ULn jangka pendek.

sementara itu, porsi kepemilikan nonresiden baik di pasar sBn maupun di pasar saham masih tergolong tinggi pada semester II 2017. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan investor asing terhadap potensi dan prospek perekonomian Indonesia ke depan masih cukup tinggi. Terlepas dari sisi positifnya, potensi risiko pembalikan arus modal dan volatilitas transaksi juga menjadi cukup besar, apalagi di tengah kondisi sentimen negatif eskternal yang meningkat.

seiring dengan membaiknya stabilitas sistem keuangan Indonesia, stabilitas di pasar keuangan domestik pada semester II 2017 relatif terjaga. di tengah sentimen

positif yang antara lain didukung oleh kenaikan credit

rating Indonesia dan stabilnya kondisi makroekonomi, pemanfaatan pembiayaan dari pasar modal terutama

melalui initial public offering (IPo) dan right issue di pasar

saham serta penerbitan obligasi dan sukuk korporasi cenderung menurun jika dibandingkan dengan semester sebelumnya. namun demikian, berbagai indikator di pasar modal dan pasar uang secara umum menunjukkan penurunan risiko jika dibandingkan dengan semester sebelumnya.

Pemanfaatan pembiayaan nonperbankan cenderung menurun antara lain dipengaruhi oleh refinancing yang dilakukan di semester sebelumnya, persepsi risiko, dan pola seasonal. seiring penurunan pemanfaatan pembiayaan dari

(3)

Bank IndonesIa ka JI an s Ta BILIT as ke U an G an n o. 30, Mar et 2018 XX

pasar modal, hal yang sama juga terjadi dengan penerbitan Negotiable Certificate of Deposit (nCd) yang mengalami penurunan di semester II 2017. namun demikian, nCd masih menjadi alternatif instrumen keuangan bagi perbankan sebagai sumber pendanaan jangka pendek dibawah 1 (satu) tahun. sementara itu penerbitan instrumen Metdium Term Notes (MTn) justru mengalami peningkatan yang didominasi oleh emiten di sektor manufaktur, properti dan infrastruktur dalam rangka memenuhi kebutuhan modal kerja (pengembangan usaha) dan refinancing yang antara lain dipengaruhi persyaratan penerbitan instrumen yang lebih longgar dengan tidak mewajibkan pemenuhan rating.

secara umum, risiko di Pasar Uang antar Bank (PUaB), pasar repo antar bank, dan pasar valas menunjukkan penurunan dibandingkan dengan semester sebelumnya. PUaB rupiah dan valas menunjukkan volatilitas suku bunga yang menurun dan volume transaksi yang terjaga. sementara itu, pada pasar repo antar bank, rata-rata harian suku bunga menurun untuk semua tenor yang menunjukkan semakin efisiennya pasar. Terkait pasar valas, volatilitas spot dan derivatif di semester II 2017 tetap terjaga. Persepsi investor asing terhadap nilai tukar rupiah juga membaik yang

tercermin dari cenderung menurunnya spread dari

non-deliverable forward (ndF) terhadap forward domestik. di pasar surat Berharga negara (sBn), penurunan risiko

tercermin dari penurunan yield yang terjadi di semua tenor

dan terjaganya volatilitas suku bunga. demikian pula di pasar obligasi korporasi yang juga menunjukkan penurunan yield dibanding dengan semester sebelumnya. seiring dengan penurunan risiko di pasar obligasi, pasar saham juga mengalami hal yang sama tercermin dari menguatnya harga Indeks Harga saham Gabungan (IHsG) dan turunnya volatilitas di pasar saham. Hal ini diikuti dengan terus membaiknya kinerja reksadana sejalan dengan penguatan

harga underlying aset reksadana di pasar saham dan sBn

berupa pertumbuhan nilai aktiva Bersih (naB) yang lebih tinggi dan penurunan volatilitas naB dibandingkan dengan semester sebelumnya.

Persepsi positif yang ditunjang dari naiknya credit rating

Indonesia dari sejumlah lembaga pemeringkat, mendorong minat investor asing untuk berinvestasi di pasar obligasi sehingga kepemilikan obligasi oleh investor asing meningkat di semester II 2017. Hal yang berbeda terjadi di pasar saham

dengan adanya outflow dari investor asing. Meskipun demikian,

IHsG menunjukkan penguatan yang mengindikasikan meningkatnya peranan investor dalam negeri untuk meredam gejolak pasar saham.

Pada semester II 2017, pasar keuangan syariah menunjukkan risiko yang relatif terjaga meskipun dari segi volatilitas cenderung meningkat. Terjaganya risiko di pasar keuangan syariah ditopang oleh faktor-faktor seperti kondisi PUas dengan penurunan tingkat imbalan Sertifikat Investasi

Mudharabah antarbank (sIMa) overnight dan meningkatnya

volume transaksi PUas; meningkatnya minat investor untuk berinvestasi di sBsn; kinerja pasar modal yang membaik tercermin dari Indeks saham syariah Indonesia (IssI) dan Jakarta Islamic Indeks (JII) dari segi volatilitas maupun kapitalisasi; serta semakin meningkatnya kinerja reksadana syariah yang tercermin dari naB, peningkatan volume, dan terjaganya minat investor.

sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang membaik di semester II 2017, sektor rumah tangga juga menunjukkan pertumbuhan positif. konsumsi rumah tangga menunjukkan peningkatan, baik dilihat dari pertumbuhan nilai, proporsi terhadap PdB, maupun pertumbuhan kreditnya. di sisi lain, kredit konsumsi rumah tangga meningkat dengan risiko yang terjaga, sebagaimana tercermin dari penurunan angka nPL. sementara itu, sektor rumah tangga tetap menunjukkan optimisme terhadap kondisi ekonomi ke depan, dengan membaiknya angka Indeks keyakinan konsumen.

secara umum, sektor korporasi menunjukkan kinerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan semester sebelumnya, khususnya pada industri non migas. Peningkatan ekspor, investasi, volume perdagangan dan harga beberapa komoditas mendorong terjadinya peningkatan kinerja sektor korporasi. sejalan dengan itu, kinerja korporasi publik nonkeuangan juga menunjukkan perbaikan meskipun terbatas. Terdapat kenaikan profitabilitas dan produktivitas sebagaimana ditunjukkan dengan kenaikan

laba bersih, serta peningkatan inventory turnover dan asset

turnover. namun demikian, korporasi publik nonkeuangan

juga mencatat adanya kenaikan utang dan nilai debt service

ratio (dsR).

sejalan dengan peningkatan utang korporasi publik non keuangan, kredit perbankan kepada korporasi dan utang luar negeri sektor swasta menunjukkan pula adanya peningkatan dengan risiko yang terjaga. kredit perbankan

(4)

XXI kepada korporasi meningkat didorong oleh banyaknya

proyek infrastruktur pemerintah serta perbaikan ekonomi domestik. sementara itu, risiko kredit perbankan masih terjaga, tercermin dari membaiknya rasio nPL. Utang luar negeri sektor swasta juga meningkat dengan risiko yang terjaga sebagaimana tercermin dari penurunan utang luar negeri korporasi nonkeuangan yang direstrukturisasi. nilai ULn restru korporasi nonkeuangan menurun baik untuk tone positif maupun negatif. ULn restru korporasi

nonkeuangan tone positif didominasi oleh jenis refinancing

dengan adanya peningkatan ekspansi usaha, khususnya pada korporasi berorientasi ekspor. sementara itu, ULn restru korporasi nonkeuangan tone negatif didominasi oleh

jenis reconditioning dan rescheduling.

sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi, intermediasi perbankan pada semester II 2017 mengalami perbaikan walaupun masih terbatas. Hal tersebut ditandai oleh pertumbuhan kredit yang membaik, meskipun pertumbuhan dPk masih mengalami perlambatan yang

menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LdR) perbankan

mengalami kenaikan. Meningkatnya permintaan pembiayaan proyek infrastruktur pemerintah turut mendukung pertumbuhan kredit ditengah lemahnya permintaan kredit baru dari korporasi. Perbaikan pertumbuhan kredit juga terkonfirmasi dengan penurunan indeks lending standard, terutama pada aspek suku bunga kredit yang lebih rendah, jangka waktu kredit yang lebih panjang, dan biaya persetujuan kredit yang lebih murah. Untuk mendorong pertumbuhan kredit, perbankan mulai melakukan penurunan suku bunga kredit. Penurunan suku bunga kredit tersebut terjadi pada semua kelompok BUkU seiring dengan penurunan suku bunga dPk yang mencerminkan efektivitas transmisi suku bunga kebijakan Bank Indonesia. Penurunan suku bunga dPk lebih landai dibanding suku bunga kredit yang membuat intermediation spread menjadi berkurang. Namun demikian profitabilitas

perbankan tetap terjaga karena penurunan spread

diimbangi oleh peningkatan efisiensi.

Meskipun terdapat gejolak nilai tukar, risiko nilai tukar di sektor perbankan secara umum relatif terjaga. Hal ini tercermin dari Posisi devisa netto (Pdn) perbankan yang relatif masih rendah dan didukung oleh ketahanan permodalan. Risiko pasar pada perbankan yang bersumber dari penurunan harga sBn juga relatif masih terjaga. Hal

tersebut sejalan dengan yield sBn yang menurun serta IdMa index yang dalam tren peningkatan di sepanjang 2017.

Risiko kredit perbankan di semester II 2017 mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan konsolidasi kredit bermasalah oleh perbankan telah menunjukkan hasil. Berdasarkan sektor ekonomi, penyumbang terbesar penurunan nPL gross perbankan adalah sektor industri dan pertambangan, sejalan dengan peningkatan kinerja kedua sektor tersebut. sementara itu, tingkat kecukupan permodalan perbankan juga masih terjaga, tercermin dari

peningkatan Capital Adequacy Ratio (CaR) sehingga berada

pada level yang cukup tinggi di atas ketentuan minimum. Peningkatan tersebut sejalan dengan pertumbuhan kredit yang masih diimbangi dengan pertumbuhan modal karena terjaganya profitabilitas perbankan.

Pertumbuhan penyaluran kredit Usaha Mikro, kecil, dan Menengah (UMkM) di semester II 2017 meningkat cukup tinggi dibandingkan pertumbuhan pada semester sebelumnya. Peningkatan ini sejalan dengan peningkatan jumlah bank umum yang mencapai target rasio kredit UMkM. selain itu, peningkatan pertumbuhan penyaluran kredit UMkM juga berdampak pada peningkatan dari rasio kredit UMkM terhadap total kredit, dibandingkan semester sebelumnya. Penyaluran kUR mendominasi ekspansi kredit UMkM pada tahun 2017. Hal ini tercermin dari penurunan penyaluran kredit UMkM ke sektor perdagangan yang digantikan oleh penyaluran kredit UMkM ke sektor produksi, sebagaimana target kUR. sejalan dengan penurunan risiko kredit non UMkM, risiko kredit UMkM juga mengalami penurunan. Hal ini tercermin dari nPL gross yang lebih rendah dibandingkan kondisi pada semester sebelumnya maupun periode yang sama tahun sebelumnya.

Walaupun risiko pembiayaan masih membayangi, fungsi intermediasi perbankan syariah selama semester II 2017 berjalan dengan baik. kondisi permodalan yang cukup tinggi dinilai mampu menyerap risiko yang timbul. Pertumbuhan pembiayaan yang lebih lambat dari pertumbuhan dPk menyebabkan FdR perbankan syariah mengalami penurunan dibandingkan semester sebelumnya. Melambatnya pertumbuhan pembiayaan sejalan dengan risiko pembiayaan yang masih dalam proses pembaikan yang menyebabkan bank syariah masih berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaannya.

(5)

Bank IndonesIa ka JI an s Ta BILIT as ke U an G an n o. 30, Mar et 2018 XXII

Pada semester II 2017, Industri keuangan non Bank (IknB) terus menunjukkan kinerja yang meningkat. Meningkatnya kinerja perusahaan pembiayaan (PP) terlihat dari ekspansi pada sisi pembiayaan dan pendanaan. sementara itu, risiko pembiayaan PP relatif terjaga, tercermin dari nPF yang menurun. Untuk mendukung pertumbuhan pembiayaan, PP meningkatkan sumber pendanaannya, khususnya yang berasal dari pinjaman dalam negeri. Tingkat profitabilitas dan efisiensi PP relatif terjaga yang terlihat dari peningkatan Roa dan Roe serta penurunan BoPo dibandingkan semester sebelumnya.

kinerja industri asuransi secara umum meningkat tercermin dari pertumbuhan aset dan Investasi di seluruh jenis asuransi terutama asuransi jiwa dan asuransi sosial. Risiko likuiditas asuransi relatif terjaga, namun rasio kecukupan premi terhadap pembayaran klaim bruto cenderung menurun. Penurunan rasio kecukupan premi disebabkan oleh pertumbuhan klaim yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan premi di beberapa jenis asuransi. Hal ini berdampak pada profitabilitas asuransi yang tercermin dari Roa dan Roe yang sedikit menurun dibandingkan semester sebelumnya. keterkaitan antara perbankan dan IknB mengalami peningkatan. keterkaitan antara perusahaan pembiayaan dengan perbankan terutama berasal peningkatan kredit perbankan terhadap perusahaan pembiayaan. sementara meningkatnya keterkaitan perbankan dengan asuransi terutama disebabkan oleh naiknya penempatan dana asuransi pada surat-surat berharga bank.

Terpeliharanya stabilitas sistem keuangan pada semester II 2017 juga didukung oleh sistem pembayaran yang berjalan dengan aman, efisien, lancar, dan handal. Hal ini tercermin dari indikator sistem pembayaran yang secara umum menunjukkan kinerja positif. Risiko sistem pembayaran pun relatif terjaga dengan baik. Risiko setelmen dan likuiditas relatif rendah sebagaimana tercermin dari rendahnya

nilai dan volume unsettled transaction serta tidak adanya

penggunaan fasilitas likuiditas intra hari (FLI) atau FLI syariah. Risiko operasional dan sistemik terjaga dengan baik pula. dari sisi operasional, Bank Indonesia telah melakukan mitigasi

risiko dengan mempersiapkan Business Continuity Plan dan

infrastruktur sistem cadangan. sementara itu, dari sisi risiko sistemik, terpantau tiga bank yang menjadi top lender dalam pasar uang antar bank. operasional sistem pembayaran ketiga bank berjalan lancar. Terdapat gangguan di sistem internal salah satu bank, namun dapat diselesaikan pada hari yang sama.

sejalan dengan kinerja positif sistem pembayaran, akses masyarakat terhadap layanan keuangan pun menunjukkan peningkatan. Indeks komposit keuangan inklusif meningkat didorong oleh bertambahnya jumlah penyelenggara, agen dan nasabah layanan keuangan digital (Lkd), serta peningkatan transaksi uang elektronik yang dilakukan melalui agen Lkd. selain itu, peningkatkan akses masyarakat terhadap layanan keuangan didorong pula oleh adanya program gerakan nontunai yang dikembangkan oleh Bank Indonesia bersama dengan Pemerintah, antara lain elektronifikasi penyaluran bantuan dan perluasan eletronifikasi transaksi penerimaan dan pembayaran. dalam rangka mendukung terjaganya stabilitas sistem keuangan, pada semester II 2017 Bank Indonesia mempertahankan kebijakan makroprudensial yang bersifat akomodatif di tengah kondisi perekonomian dan perbankan yang masih dalam proses konsolidasi. Menunjang kebijakan tersebut, Bank Indonesia senantiasa melakukan evaluasi terhadap implementasi instrumen makroprudensial, melaksanakan kerja sama dan koordinasi dengan otoritas lain, serta melakukan penguatan protokol manajemen krisis. evaluasi yang secara rutin dilakukan terhadap instrumen makroprudensial dimaksudkan untuk memperoleh masukan bagi kebijakan Bank Indonesia khususnya di bidang makroprudensial, antara lain terkait kondisi terkini dari objek yang dievaluasi maupun dari sisi kepatuhan dari bank. Pelaksanaan evaluasi di semester II 2017 meliputi pemantauan kredit pemilikan rumah (kPR) sehubungan

dengan ketentuan mengenai Loan to Value (LTV)/Financing

to Value (FTV), pemantauan terkait implementasi giro wajib minimum (GWM) berdasarkan uspa ratio (LFR), pemantauan terhadap pencapaian rasio kredit UMkM, dan evaluasi

terhadap besaran Countercyclical Buffer (CCB). Hasil

pemantauan dan evaluasi yang telah dilakukan antara lain: 1. Pertumbuhan kPR di semester II 2017 menunjukkan

pertumbuhan tertinggi sejak diberlakukannya ketentuan LTV/FTV tahun 2016. dari segi risiko, terdapat penurunan risiko kPR yang tercermin dari penurunan nPL gross kPR di semester II 2017 meskipun masih lebih tinggi dibandingkan dengan nPL gross industri. 2. kebijakan GWM LFR yang berupaya mendorong

intermediasi perbankan dengan tetap menjaga kondisi likuiditas bank melalui penetapan rentang LFR sebesar 80% hingga 92% belum dapat sepenuhnya mendorong peningkatan LFR perbankan. kondisi tersebut disebabkan oleh belum optimalnya penyaluran

(6)

XXIII kredit perbankan di tengah pertumbuhan dPk dan

penerbitan surat berharga yang cukup tinggi.

3. sesuai dengan ketentuan yang mengatur mengenai rasio kredit UMkM, maka pada tahun 2017 terdapat kewajiban bank umum untuk memenuhi rasio kredit UMkM terhadap total kredit sebesar 15%. secara industri, rata-rata rasio kredit UMkM telah mencapai di atas threshold yang ditentukan namun secara individu masih terdapat bank yang belum mencapai target meskipun jumlahnya telah berkurang dibandingkan semester I 2017.

4. dalam rangka pelaksanaan ketentuan mengenai CCB, berdasarkan evaluasi terhadap indikator utama yang didukung dengan indikator pelengkap, secara umum belum terdapat adanya indikasi pertumbuhan kredit yang berlebihan yang dapat menyebabkan terjadinya risiko sistemik. sehubungan dengan hal tersebut, Bank Indonesia pada bulan november 2017 kembali menetapkan besaran tambahan modal bank berupa CCB sebesar 0% yang diharapkan dapat mendorong perbankan untuk meningkatkan penyaluran kredit. di bidang kerja sama dan koordinasi dengan otoritas lain, sepanjang semester II 2017, pelaksanaan kerja sama dan koordinasi antara Bank Indonesia dengan oJk maupun LPs telah berjalan secara baik dan lancar dengan mengacu pada kesepakatan yang telah dituangkan dalam Petunjuk Pelaksanaan Bersama antara Bak Indonesia dan oJk, maupun dalam nota kesepahaman antara Bank Indonesia dan LPs. kerja sama dan koordinasi dengan oJk yang telah dilaksanakan antara lain meliputi pelaksanaan tugas terkait penyusunan ketentuan, pertukaran informasi, pelaksanaan sosialisasi petunjuk pelaksanaan mekanisme koordinasi (Juklak Mekor), kerjasama pengawasan dan pemeriksaan serta pelaksanaan pertemuan Forum koordinasi Makroprudensial-Mikroprudensial (FkMM) di semua level. sementara itu, kerja sama dan koordinasi dengan LPs yang telah dilaksanakan antara lain meliputi pertukaran data/informasi baik sosialisasi dan edukasi mengenai pelaksanaan tugas baik Bank Indonesia maupun LPs. Terkait penguatan protokol manajemen krisis pada semester II 2017, komite stabilitas sistem keuangan (kssk) telah melaksanakan salah satu program rutin tahunan yaitu simulasi pencegahan dan penanganan krisis sistem keuangan yang melibatkan seluruh anggota kssk. Fokus utama dari simulasi adalah penanganan permasalahan solvabilitas atau resolusi perbankan. Hasil pelaksanaan

simulasi tersebut akan menjadi masukan yang berharga bagi masing-masing otoritas untuk secara kontinyu mengevaluasi dan menyempurnakan mekanisme yang terkait dengan ketentuan pelaksanaan UU PPksk. selain simulasi di level nasional yang diselenggarakan kssk, Bank Indonesia juga menyelenggarakan simulasi di internal Bank Indonesia untuk menguji penerapan fungsi Bank Indonesia sebagai Lender of the Last Resort, khususnya dalam pemberian Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek (PLJP). Memasuki tahun 2018, sistem keuangan Indonesia di tengah optimisme pertumbuhan ekonomi baik di tingkat global maupun nasional masih akan dihadapkan pada sejumlah tantangan baik dari sisi eksternal maupun internal. Perbaikan perekonomian domestik yang ditunjang oleh konsolidasi korporasi dan perbankan, berbagai kebijakan yang ditempuh otoritas, dan persepsi positif di mata investor menjadi modal untuk meningkatkan kinerja pasar keuangan dan perbankan di tahun 2018. oleh karena itu, stabilitas sistem keuangan Indonesia di tahun 2018 diperkirakan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. dari sisi peluang dan tantangan eksternal, IMF memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi global yang tercermin dari produk domestik bruto (PdB) untuk tahun 2018 mengalami perbaikan yaitu sebesar 3,9%. Revisi tersebut mencerminkan adanya peningkatan momentum pertumbuhan ekonomi global serta ekspektasi dampak positif dari perubahan kebijakan perpajakan as. namun demikian, perlu diwaspadai potensi kenaikan suku bunga dari as yang lebih agresif dari proyeksi dan kawasan eropa yang membuat peluang divergensi kebijakan suku bunga antara negara advanced economies (ae) dibandingkan negara emerging Market and developing economies (eM) menjadi semakin lebar. Hal ini dapat membuat pilihan investasi ke negara ae menjadi lebih menarik sehingga dapat menjadi pemicu perpindahan dana dari eM ke ae. dari sisi internal untuk peluang dan tantangan di tahun 2018, melanjutkan kinerja yang relatif baik di tahun 2017, prospek perekonomian nasional ke depan diperkirakan semakin membaik yang tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang cukup stabil, dan mulai menggeliatnya investasi yang didukung oleh meningkatnya pembiayaan baik dari kredit perbankan maupun pembiayaan nonbank dengan disertai stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang tetap terjaga. Meskipun demikian, terdapat sejumlah faktor

(7)

Bank IndonesIa ka JI an s Ta BILIT as ke U an G an n o. 30, Mar et 2018 XXIV

domestik yang perlu diwaspadai antara lain terkait dampak penyesuaian harga komoditas yang dibawah kewenangan

pemerintah (administered prices), pengaruh volatile

food terhadap inflasi, peningkatan suhu politik terkait pelaksanaan pilkada dan pilpres, volatilitas nilai rupiah, dan penanganan nonperforming loan.

Bank Indonesia memproyeksikan kredit akan tumbuh dalam kisaran 10%-12% yang didukung oleh kinerja korporasi dan pendapatan masyarakat yang membaik serta turunnya risiko kredit. sementara itu, peningkatan aktivitas perekonomian dan operasi keuangan yang lebih ekspansif akan mendukung pertumbuhan dana pihak ketiga (dPk) sehingga dPk diperkirakan akan tumbuh cukup kuat dalam kisaran 9%-11%. Bersamaan dengan meningkatnya intermediasi perbankan, Bank Indonesia memperkirakan ketahanan perbankan tetap terjaga. Hal ini ditunjang oleh risiko kredit yang stabil dan berpotensi turun sehingga akan berkontribusi pada terjaganya rentabilitas dan ketahanan permodalan. selain itu, ketahanan likuiditas perbankan diperkirakan cukup baik di tengah berbagai kebijakan dari otoritas untuk memperkuat likuiditas perbankan.

dalam menghadapi risiko dan tantangan yang berpotensi menimbulkan instabilitas sistem keuangan, Bank Indonesia telah mempersiapkan bauran kebijakan baik di bidang moneter, bidang makroprudensial, dan bidang sistem pembayaran dan pengelolaan uang rupiah. Terkait kebijakan makroprudensial, Bank Indonesia memfokuskan pada tiga aspek penting, yaitu penguatan likuiditas, penguatan fungsi intermediasi, dan peningkatan efektivitas instrumen. dari aspek penguatan likuiditas, Bank Indonesia akan mengimplementasikan Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) yang mewajibkan bank untuk memelihara instrumen likuid dengan besaran rasio sebesar 4% dari dPk dalam rupiah. Untuk aspek penguatan fungsi intermediasi, Bank Indonesia akan menerapkan

Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) sebagai bentuk

penguatan dari kebijakan terkait Loan to Funding Ratio

(LFR) dengan besaran RIM ditargetkan dalam kisaran 80-92%. selain itu, Bank Indonesia juga senantiasa berusaha untuk meningkatkan kapabilitas UMkM dengan menyiapkan kebijakan dan infrastruktur pada berbagai aspek dan memperkuat program pengembangan wirausaha yang telah dilakukan, serta memperkuat komitmen mendorong bank untuk memberikan kredit kepada UMkM.

Bank Indonesia juga akan mendorong pengembangan

ekonomi syariah melalui implementasi blueprint

pengembangan ekonomi dan keuangan syariah yang telah diluncurkan pada 2017. dalam implementasinya, Bank Indonesia memperkuat kerja sama dengan seluruh pemangku kebijakan terkait untuk secara konsisten mendorong tiga pilar strategi pengembangan ekonomi dan keuangan syariah yaitu (i) pemberdayaan ekonomi syariah; (ii) pendalaman pasar keuangan syariah dan penguatan keuangan syariah untuk pembangunan; dan (iii) penguatan riset, asesmen, dan edukasi untuk mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah.

Melengkapi penetapan kebijakan oleh Bank Indonesia dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan, Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan otoritas terkait, antara lain dengan oJk dan LPs. salah satu bentuk koordinasi dengan oJk adalah koordinasi informasi hasil pengawasan bank-bank yang ditetapkan

sebagai Bank sistemik (Domestic Systemically Important

Banks/DSIBs) yang telah dilaksanakan secara periodik. selanjutnya, kerjasama Bank Indonesia dengan LPs juga akan terus diperkuat, termasuk dalam hal pertukaran data dan informasi kepemilikan surat Berharga negara (sBn) oleh LPs sejalan dengan telah disepakatinya Perjanjian kerjasama Pembelian sBn LPs oleh Bank Indonesia.

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Kalimantan dengan menggunakan empat bobot lokasi yaitu bobot seragam, invers jarak, normalisasi korelasi silang dan normalisasi inferensia parsial korelasi silang menunjukkan bahwa

Hal ini diduga karena pada mulsa plastik hitam perak lebih terjaga kelembaban tanahnya, tertutup rapat sehingga tidak tumbuh gulma, jadi tidak ada persaingan dalam

Dari proses perancangan hingga implementasi sistem yang telah dilakukan pada Sistem Informasi Tracer Study Berbasis Web Pada Pascasarjana FISIP Universitas Riau dapat

Dalam pelaksanaan kegiatan Kerja Praktek ini, kami mengharapkan PT PERTAMINA untuk dapat menempatkan kami secara langsung di TERMINAL DEPO REWULU guna

Narasumber pria: ya bisa dari jamaah salah satunya, terus juga emang tantangan jaman sekarang, yang sekarang itu di Bandung ya yang tau khususnya itu kajian itu

Pada kondisi bergerak, prosedur tersebut dibutuhkan untuk mempertahankan connection baik dalam sesama sistem WCDMA pada frekuensi yang sama melalui intra frequency handover, atau

Oleh karenanya dilakukan analisa kandungan senyawa organik agar didapatkan informasi mengenai seberapa besar jumlah senyawa organik yang terkandung pada air