• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. (SMA) sekarang ini semakin ketat. Hal ini menjadi sinyal positif dalam hal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. (SMA) sekarang ini semakin ketat. Hal ini menjadi sinyal positif dalam hal"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Persaingan industri jasa pendidikan pada tingkat sekolah menengah atas (SMA) sekarang ini semakin ketat. Hal ini menjadi sinyal positif dalam hal peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan di setiap sekolah. Berbagai upaya kreatif dan inovatif para pengelola sekolah untuk terus menggali ”keunikan dan keunggulan” agar semakin diminati oleh masyarakat pemakai jasa pendidikan, semakin gencar dilakukan. Beragam program baru dan excellence di beberapa sekolah menengah atas seperti: International Class, National Class, National Plus Class, English Medium Class dan lain-lain menjadi bukti nyata ”perang” kompetisi jasa pendidikan di level tersebut sebenarnya sudah di depan mata.

Fenomena di atas mengakibatkan eksistensi sekolah-sekolah menengah atas, kini telah mengubah mindset-nya dengan mulai merevisi dan me-reborn beberapa program terbaiknya terkhusus dalam hal strategi komunikasi pemasaran sekolah. Konsep input, proses, dan output menjadi objek kajian yang telah dimantapkan dan ditegaskan kembali secara lebih konkrit. Tidak mengherankan jika inovasi-inovasi tersebut, kini menjadi sebuah kajian dan telaah marketing school yang menarik. Dunia pendidikan, akhirnya telah memasuki era baru yang disebut era kompetisi. Kegiatan marketing school atau pemasaran sekolah yang dulu dipandang ”tabu” karena berbau bisnis oriented, sekarang sudah dilaksanakan dengan terbuka dan terang-terangan. Konsep marketing school ternyata bukan hanya lagi monopoli perusahaan-perusahaan manufaktur yang

(2)

profit oriented, tetapi trennya telah diadopsi pula oleh institusi-institusi pendidikan terkhusus di jasa pendidikan sekolah-sekolah swasta. Upaya-upaya menggaet input yang lebih capable dan matang untuk calon siswa baru yang potensial telah menjadi tuntutan wajib yang harus dipenuhi oleh setiap sekolah dalam rangka mendukung proses pembelajaran di ajang kompetisi antarsekolah. Dengan input yang qualified tersebut, diharapkan setiap sekolah nantinya akan lebih mampu untuk melakukan akselerasi dalam proses belajar mengajar. Dalam tataran ini, konsep strategi komunikasi pemasaran pendidikan telah berevolusi menjadi sebuah kajian yang lebih signifikan dan ”serius.” Kondisi ini bisa dipahami karena dunia marketing school selalu berubah secara dinamis sehingga pemasar perlu berada dalam jarak yang dekat dengan konsumen yang dilayaninya. Sebagai contoh, dalam masa-masa penerimaan siswa baru (PSB) di setiap sekolah, tim promosi PSB tidak hanya difungsikan sekadar mengurusi hal-hal administrasi dan seleksi semata. Namun, mereka lebih diefektifkan jauh-jauh hari sebelum tahun ajaran baru dimulai untuk mengedukasi dan melakukan bentuk-bentuk kampanye strategi komunikasi pemasaran sekolah terhadap calon siswa potensial secara lebih jitu. Dalam hal ini biasanya mereka mengawalinya dengan melakukan riset terlebih dahulu. Pada tahap selanjutnya, mereka berinovasi untuk mengedukasi ”pasar” dan menghasilkan input yang sesuai standar target dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Tak heran jika pilihan berinovasi terkadang ditempuh dengan cara ”mencuri start” sebelum hari-H pelaksanaan penerimaan siswa baru. Di sisi yang berbeda, beberapa sekolah pun telah melakukan bentuk strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan dengan intens dan profesional dengan memasang artikel satu atau setengah halaman full colour

(3)

di harian lokal yang menjadi target sasarannya. Tentu saja ini sebuah terobosan kreatif untuk mengedukasi calon konsumennya. Meski diakui strategi ini memerlukan budget yang tidak sedikit. Namun, untuk sebuah kemenangan kompetisi, akselerasi peningkatan kualitas, dan profesionalisme manajemen sekolah yang diperhitungkan oleh kompetitor lain, kegiatan ini akan menjadi sebuah bentuk kekuatan dan diferensiasi tersendiri. Hal ini mengingat karena parameter kualitas jasa pendidikan saat ini masih mengacu pada faktor-faktor seperti: kredibilitas sekolah, layanan utama, fasilitas penunjang, dan proses layanan yang representatif. Pendeknya, perkembangan perubahan industri jasa pendidikan saat ini harus segera diantisipasi dengan ide dan kesiapan baru dalam menghadapi era perubahan strategi komunikasi pemasaran sekolah yang semakin ketat dan kompetitif.

Melihat fakta-fakta tersebut disadari atau tidak, akhirnya menjadi bukan perkara mudah bagi orangtua untuk menyekolahkan putra-putrinya selepas lulus dari sekolah menengah pertama (SMP). Orangtua semakin sulit untuk menentukan pilihan lembaga pendidikan formal yang akan dipilih bagi masa depan anak-anaknya. Orangtua semakin memiliki banyak pilihan dan memiliki banyak akses ke berbagai jasa layanan pendidikan pada tingkat sekolah menengah atas. Orangtua juga dapat dengan leluasa memilih sekolah-sekolah baru yang menawarkan kelebihan atau nilai-nilai yang dianggap sesuai dengan keinginannya. Akhirnya, tuntutan orangtua terhadap jasa layanan pendidikan tersebut semakin kompleks sehingga jasa yang tidak sesuai dengan harapan akan ditinggalkannya.

(4)

Persaingan yang kian ketat di bidang layanan jasa pendidikan ini seperti yang terdapat dalam paparan data dibawah ini:

”Jumlah sekolah menengah atas (SMA) di Surabaya saat ini terdapat 172 sekolah. Dengan perbandingan SMA swasta terdapat 147 sekolah. SMA negeri terdapat 25 sekolah. Jumlah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) terdapat 110 sekolah. Dengan komposisi jumlah SMK swasta 99 sekolah. Jumlah SMK negeri 11 sekolah”. (Warta Dinas Pendidikan kota Surabaya, 20 Desember 2011).

”Pelaksanaan Unas SMP/MTs kota Surabaya tahun ajaran 2010/2011 diikuti sebanyak 38.450 peserta ujian. Dengan perincian 35.716 siswa SMP dan 2.734 siswa MTs.” (Surabaya Post, 24 April 2011).

Bila dikaji lebih dalam dengan jumlah SMA/SMK yang ada dan dikaitkan dengan jumlah peserta Unas di atas, bisa diperkirakan jumlah rata-rata para lulusan SMP untuk masuk ke jenjang SMA/SMK hanya sekitar 100-an siswa per sekolah. Fenomena inilah yang menjadikan persaingan di tiap sekolah semakin kian ketat dan menimbulkan persaingan tajam dalam memperebutkan ”ceruk” siswa yang jumlahnya makin terbatas.

Persaingan yang kian menguat ini sebenarnya tidak akan menjadi masalah besar bagi sekolah-sekolah menengah atas yang notabene milik pemerintah atau sekolah negeri. Sekolah-sekolah negeri tidak dipusingkan oleh kewajiban berpromosi untuk menjaring siswa. Siswa akan datang sendiri pada tanggal yang sudah ditentukan di setiap awal tahun ajaran. Panitia PSB di sekolah-sekolah negeri tidak perlu pusing mengenai berapa jumlah bangku yang kosong atau terisi karena pembiayaan sekolah-sekolah menengah atas negeri berasal dari pemerintah, bukan dari berapa banyak siswa yang masuk mendaftar. Tanpa berusaha keras menjaring siswa pun, beberapa sekolah negeri terkadang bahkan sampai menolak siswa karena bangku sudah penuh terisi atau telah memenuhi

(5)

kuota PSB yang telah ditentukan. Hal ini tentunya berbalikan dengan sekolah-sekolah menengah atas swasta. Sepanjang tahun, sekolah-sekolah-sekolah-sekolah menengah atas swasta berupaya keras untuk terus menjaring dan mempertahankan jumlah siswa. Hal ini dikarenakan sumber pembiayaan sekolah-sekolah menengah atas swasta berasal dari kantung sendiri alias tanpa subsidi dari pihak manapun. Banyak sedikitnya jumlah siswa di sekolah-sekolah menengah atas swasta tersebut akan sangat mempengaruhi kemampuan operasional keuangan sekolah. Keadaan ini masih diperparah lagi dengan kebijakan pemerintah yang meng-gratiskan biaya pendidikan, terkhusus bagi para siswa yang bersekolah di sekolah-sekolah negeri. Misalnya, di tahun ajaran 2012/2013 nanti pemerintah juga telah menetapkan kebijakan baru bahwa setiap siswa yang bersekolah di level sekolah menengah atas tidak akan dipungut biaya alias sekolah gratis.

“Pemerintah berkomitmen meningkatkan pendidikan hingga SMA sederajat lewat kebijakan pendidikan menengah universal. Tahun ajaran 2012/2013, pendidikan menengah universal dicanangkan dengan biaya operasional sekolah 100 persen ditanggung pemerintah pusat dan daerah.” (Kompas, 5 Maret 2012).

Fakta di atas semakin menegaskan bahwa kebijakan ini merupakan pil pahit yang harus ditelan untuk keberlangsungan eksistensi di sekolah-sekolah menengah atas swasta. Pembedaan kebijakan antara sekolah-sekolah menengah atas negeri dan sekolah-sekolah menengah atas swasta tersebut sangat memberatkan dan bisa jadi lambat laun akan berdampak “mematikan” daur hidup sekolah-sekolah menegah atas swasta yang notabene mitra pemerintah dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa secara bersama-sama.

Sementara, fenomena tren pendidikan akhir-akhir ini ternyata juga semakin menguatkan bahwa telah terjadi pergeseran orientasi untuk para lulusan sekolah

(6)

menengah pertama (SMP). Para siswa lulusan SMP terdapat kecenderungan untuk lebih memilih sekolah menengah kejuruan (SMK).

“Faktor yang melatarbelakangi perubahan orientasi lulusan SMP memilih SMK karena daya tarik ”siap kerja” dari para lulusan SMK. Pembelajaran di SMK dipersepsi mampu meluluskan siswanya untuk siap pakai sesuai dengan kebutuhan di bidang infrastruktur pembangunan, baik sebagai pekerja industri maupun sebagai pekerja administrator di lingkungan pemerintah.” (Jawa Pos, 27 Juli 2010).

Di sisi lain adanya peraturan dan kebijakan pemerintah yang menguatkan lewat surat edaran Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah melalui Direktorat Pendidikan SMK yang menetapkan arah dan kebijakan (blue print) dalam rangka peningkatan jumlah siswa SMK. Direktorat Pendidikan SMK menargetkan bahwa perbandingan jumlah siswa SMA dengan siswa SMK adalah 60:40. Fakta ini menjadi “primadona” baru bagi para siswa lulusan SMP.

Melihat realitas tersebut, sekolah-sekolah menengah khususnya swasta yang memposisikan dirinya sebagai sekolah unggulan, leadership, ataupun favorit yang diregulasi oleh pemerintah dan para perilaku konsumen pendidikan yakni orang tua murid dan anaknya, perlu mengambil sikap yang jelas dan memiliki bargaining position yang tegas. Fenomena ini harus segera disikapi dengan bijak oleh tim promosi atau marketing komunikasi (Markom) di masing-masing sekolah. Sekolah-sekolah yang berkualitas, disiplin, berprestasi, tetapi tetap gaul cenderung menjadi idealisme para siswa saat ini. Sekolah-sekolah tersebut seharusnya wajib memiliki infrastruktur yang mendukung, ruangan ber-AC, sarana prasarana yang representatif, dan fasilitas teknologi yang memadai. Sebab, kesemuanya itu telah menjadi tuntutan pasar dan menjadi kewajiban untuk

(7)

dieksekusi oleh setiap sekolah dalam rangka memasarkan lembaganya agar diminati oleh target market.

Sekolah menengah atas Santa Maria (SMA) Santa Maria Surabaya sebagai salah satu sekolah menengah swasta nasional tidak terlepas dari pengaruh persaingan ketat, ini baik dari aspek lembaga maupun sumber daya manusia (guru dan staf). Hal ini dikarenakan SMA Santa Maria merupakan sebuah lembaga jasa layanan pendidikan formal yang masih terus berkembang. Sebuah lembaga pendidikan formal swasta agar dapat berkembang dan disegani sekaligus dicintai oleh civitas akademika dan masyarakat konsumen pendidikannya, maka lembaga beserta perangkatnya tersebut selalu menyesuaikan diri agar mampu berkompetisi dan dimungkinkan menjadi pemimpin pasar pada bidangnya. Persaingan di tingkat lokal, regional, dan global tentunya akan membawa dampak perubahan yang cepat dan sulit diprediksikan (unpredictable). Perubahan ini harus segera diantisipasi agar sekolah tetap eksis dan berada pada garda depan para pesaingnya dengan menciptakan sustainable competitive advantage.

SMA Santa Maria yang berlokasi di tengah pusat kota Jalan Raya Darmo 49 Surabaya merupakan salah satu sekolah menengah atas swasta terakreditasi “A” yang mengutamakan mutu pendidikan dan pelayanan. Sebagai sekolah swasta yang telah berkiprah lebih dari 60 tahun (berdiri pada tanggal 14 Juli 1951) SMA Santa Maria berfokus pada pengembangan akademik dan pendidikan karakter siswa. Pembelajaran yang dijalankan menekankan pada students care oriented dan inovasi teaching learning serta pada pelayanan terbaik untuk customer focus. Salah satu bukti nyata bentuk komitmen terbaik pada pelayanan ini adalah ditandainya perolehan penghargaan internasional pada sistem manajemen mutu

(8)

ISO 9001: 2008. Bersama ISO 9001: 2008 SMA Santa Maria melakukan terobosan mutu (Go beyond the borders) untuk memberikan pelayanan terbaik pada customer focus berstandar internasional dari United Registrar of Systems Ltd (URS) dan United Kingdom Accreditation Service (UKAS) yang berkantor di Inggris.

“Manajemen mutu pendidikan di sekolah menengah atas Santa Maria telah diakui oleh lembaga internasional. Pengakuan itu didasarkan pada bukti penghargaan standar mutu pelayanan ISO 9001: 2000. Dengan penghargaan ini SMA Santa Maria adalah sekolah pertama untuk level sekolah menengah atas (SMA) di Surabaya yang mutu pendidikannya diakui oleh lembaga asing.” (Seputar Indonesia, 28 Januari 2009).

Berdasarkan paparan di atas, meskipun kualitas/mutu, pelayanan, fasilitas, dan prestasi pendidikan di SMA Santa Maria setiap tahunnya mengalami perkembangan yang menggembirakan, akan tetapi pada kenyataannya penerimaan siswa baru (PSB) di SMA Santa Maria setiap tahunnya selalu mengalami proses fluktuatif (naik dan turun) secara signifikan dan bahkan dapat dikatakan cenderung mengalami penurunan dalam mendapatkan siswa baru setiap tahunnya. Kecenderungan mengalami penurunan dalam mendapatkan siswa baru ini terlihat saat calon siswa baru yang tidak diterima saat tes awal masuk karena nilainya tidak mencukupi dari standar yang telah ditentukan, akhirnya oleh panitia PSB diberi kesempatan kembali untuk menjalani tes ulang hingga anak tersebut dapat diterima menjadi siswa baru SMA Santa Maria. Kebijakan ini dijalankan oleh Markom SMA Santa Maria karena untuk mendapatkan calon siswa baru saat ini persaingannya semakin kian ketat dan tidak mudah.

Adapun bila digambarkan lewat kajian data-data beberapa tren kegiatan yang berkaitan dengan penerimaan siswa baru (PSB) SMA Santa Maria dapat dilihat pada beberapa tampilan Tabel berikut ini:

(9)

Pada Tabel I. 1 di bawah ini dapat ditunjukkan data tren jumlah penjualan

formulir pendaftaran di SMA Santa Maria untuk lima tahun terakhir periode tahun ajaran, yakni dimulai pada tahun ajaran 2007/2008 s.d. 2011/2012. Berdasarkan Tabel 1. di bawah ini menunjukkan bahwa tren penjualan jumlah formulir pendaftaran selalu mengalami fluktuasi. Pada tahun ajaran 2007/2008 terjual 480 formulir. Tahun ajaran 2008/2009 terjual 410 formulir. Tahun ajaran 2009/2010 terjual 434 formulir. Tahun ajaran 2010/2011 terjual 311 formulir. Tahun ajaran 2011/2012 terjual 355 formulir.

Tabel I. 1

Tren Jumlah Penjualan Formulir Pendaftaran 0 100 200 300 400 500 600 2007/2008 2008/2009 2009/2010 2010/2011 2011/2012 P enjualan F li

Sumber : PSB SMA Santa Maria, 2011 (Data Diolah)

(10)

Pada Tabel I. 2 di bawah ini dapat ditunjukkan data tren jumlah

pengembalian formulir pendaftaran di SMA Santa Maria untuk lima tahun terakhir periode tahun ajaran, yakni dimulai pada tahun ajaran 2007/2008 s.d. 2011/2012. Berdasarkan Tabel 2. di bawah ini menunjukkan bahwa tren pengembalian jumlah formulir pendaftaran selalu mengalami fluktuasi. Pada tahun ajaran 2007/2008 dikembalikan 465 formulir. Tahun ajaran 2008/2009 dikembalikan 388 formulir. Tahun ajaran 2009/2010 dikembalikan 425 formulir. Tahun ajaran 2010/2011 dikembalikan 300 formulir. Tahun ajaran 2011/2012 dikembalikan 333 formulir.

Tabel I. 2

Tren Jumlah Pengembalian Formulir Pendaftaran 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 2007/20082008/20092009/20102010/20112011/2012 P engembalian F li

(11)

Pada Tabel I. 3 di bawah ini dapat ditunjukkan data tren jumlah siswa

diterima di SMA Santa Maria untuk lima tahun terakhir periode tahun ajaran, yakni dimulai pada tahun ajaran 2007/2008 s.d. 2011/2012. Berdasarkan Tabel 3. di bawah ini menunjukkan bahwa tren jumlah siswa diterima selalu mengalami fluktuasi. Pada tahun ajaran 2007/2008 diterima 306 siswa. Tahun ajaran 2008/2009 diterima 314 siswa. Tahun ajaran 2009/2010 diterima 362 siswa. Tahun ajaran 2010/2011 diterima 276 siswa. Tahun ajaran 2011/2012 diterima 270 siswa. Tabel I. 3 T ren J umlah  S is wa D iterima  0 50 100 150 200 250 300 350 400 2007/2008 2008/2009 2009/2010 2010/2011 2011/2012 S is wa di terima

(12)

Pada Tabel I. 4 di bawah ini dapat ditunjukkan data tren jumlah pendaftar

ulang di SMA Santa Maria untuk lima tahun terakhir periode tahun ajaran, yakni dimulai pada tahun ajaran 2007/2008 s.d. 2011/2012. Berdasarkan Tabel 4. di bawah ini menunjukkan bahwa tren pendaftar ulang selalu mengalami fluktuasi. Pada tahun ajaran 2007/2008 jumlah pendaftar ulang 169 siswa. Tahun ajaran 2008/2009 jumlah pendaftar ulang 204 siswa. Tahun ajaran 2009/2010 jumlah pendaftar ulang 231 siswa. Tahun ajaran 2010/2011 jumlah pendaftar ulang 179 siswa. Tahun ajaran 2011/2012 jumlah pendaftar ulang 195 siswa.

Tabel I. 4 T ren J umlah  P endaftar Ulang   0 50 100 150 200 250 2007/ 2008 2008/ 2009 2009/ 201 0 2010 /2011 2011/ 2012 P endaftar Ulang

(13)

Berdasarkan realitas data tersebut di atas, kesadaran akan pentingnya school value proposition dalam strategi komunikasi pemasaran terpadu (integrated marketing communication/IMC) adalah aspek penting yang harus dijalankan oleh marketing komunikasi (Markom) dalam penerimaan siswa baru (PSB) di SMA Santa Maria. Komunikasi pemasaran terpadu adalah proses pengembangan dan implementasi dari beberapa bentuk program komunikasi yang persuasif terhadap konsumen dan calon konsumen. Pada tahap ini alat-alat komunikasi yang biasa digunakan atau yang biasa disebut dengan bauran komunikasi pemasaran (marketing communication mix) antara lain advertising, personal selling, sales promotion, public relation/publicity, direct marketing, sponsorship marketing, exhibitions, corporate identity, packaging, point of sale and merchandising, dan word of mouth menjadi sarana jitu aktivasi program communication tools-nya (Nikels, 1994: 19).

Komunikasi pemasaran terpadu disini dapat pula dipahami dengan menguraikan dua unsur, yaitu komunikasi dan pemasaran. Komunikasi (communication) adalah proses saat pemikiran dan pemahaman disampaikan antarindividu atau antarorganisasi dengan individu. Pemasaran (marketing) adalah suatu proses sosial yang di dalamnya, baik individu dan kelompok mendapatkan apa saja yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk/jasa yang bernilai dengan pihak lain. Sehingga jika digabungkan, komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang tujuan utamanya untuk menyebarkan informasi, menarik konsumen sehingga melakukan pembelian, dan untuk mengingatkan konsumen agar melakukan pembelian ulang (Koetler, 2009: 9).

(14)

Pada tataran ini untuk mengimplementasikan strategi komunikasi pemasaran sekolah dalam penerimaan siswa baru (PSB) pada dasarnya erat kaitannya dengan teori komunikasi pemasaran terpadu (Integrated Marketing Communication/IMC) yakni model komunikasi pemasaran terpadu hasil kajian dari George E. Belch & Michael A. Belch. Strategi komunikasi pemasaran terpadu ini adalah wujud rencana terarah di bidang komunikasi pemasaran yang relevan, dapat diterima pelanggan, serta sesuai target market yang diharapakan. Analisa evaluasinya, menjadi bagian yang penting untuk mengukur sejauhmana implementasi bauran komunikasi pemasaran yang telah dijalankan secara terpadu tersebut dapat berjalan secara efektif.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengangkat topik studi evaluasi strategi komunikasi pemasaran sekolah dalam penerimaan siswa baru pada SMA Santa Maria karena peneliti ingin mengetahui model strategi komunikasi pemasaran apakah yang telah diimplementasikan oleh marketing komunikasi (Markom) SMA Santa Maria dalam penerimaan siswa baru selama ini dan bagaimana kelebihan dan kelemahan model strategi komunikasi pemasaran tersebut serta latar belakang apa yang mendasarinya.

(15)

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Dalam penelitian ini penulis merumuskan masalah yang akan dikaji sebagai berikut:

1. Apakah model strategi komunikasi pemasaran sekolah yang digunakan SMA Santa Maria dalam penerimaan siswa baru?

2. Apa yang melatarbelakangi pemilihan model strategi komunikasi pemasaran sekolah yang dijalankan SMA Santa Maria tersebut?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Berpijak pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini:

1. Mengetahui model strategi komunikasi pemasaran sekolah dalam penerimaan siswa baru di SMA Santa Maria.

2. Mengetahui latar belakang pemilihan model strategi komunikasi pemasaran sekolah dalam penerimaan siswa baru di SMA Santa Maria.

(16)

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Suatu penelitian ilmiah harus mampu memberikan manfaat secara teoretis maupun praktis. Adapun manfaat yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoretis, meliputi:

a. Memperkaya hasil penelitian ilmu komunikasi bahwa suatu penelitian tentang studi evaluasi strategi komunikasi pemasaran sekolah memiliki signifikansi dalam hal teori dan metodologi sebagai fenomena komunikasi pemasaran.

b. Memperluas pengetahuan dan perkembangan ilmu komunikasi, khususnya tentang marketing communication school dalam industri jasa layanan pendidikan pada tingkat sekolah menengah atas.

2. Manfaat praktis, meliputi:

a. Memberikan manfaat bagi SMA Santa Maria, terkhusus bagi marketing komunikasi (Markom) tentang pentingnya evaluasi strategi komunikasi pemasaran sekolah dalam penerimaan siswa baru.

b. Memberikan sumbangan wawasan kepada masyarakat pembaca yang tertarik pada kajian marketing communication school dalam penerimaan siswa baru, terkhusus pada tingkat sekolah menengah atas.

Gambar

Tabel I. 4   T ren J umlah  P endaftar Ulang   50 0100150200250 20 07/ 2008 20 08/ 2009 20 09/ 201 0 20 10 /2 011 20 11/ 2012 P endaftar Ulang

Referensi

Dokumen terkait

i) Sekiranya baki pembayaran tidak di jelaskan dalam tempoh 30 hari sebelum tarikh penerbangan, pihak syarikat berhak membatalkan pakej yang di tempah dan caj RM400 seorang akan

Mengkaji banyaknya perpindahan penumpang Terminal 1 Bandar Udara Soekarno-Hatta yang menggunakan moda transportasi jalan berpindah ke moda transportasi kereta api

Tujuan penelitian ini adatujuan penelitian ini adalah untuk menyusun laporan arus kas pada perusahaan Cv Mitra Usahabersama dan akan dibandingkan kedua metode

pada penelitian ini data yang digunakan ialah tuturan guru terhadap peserta didik dalam hal menasihati.. Bentuk dan strategi menasihati yang dikaji pada penelitian

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah beban yang dialami dan dirasakan keluarga dalam merawat penderita dengan skizofrenia memiliki korelasi yang positif terhadap

Penelitian ini bertujuan mengetahui tentang Implementasi Aplikasi Akramiy (يمركأ) Sebagai Media Pembelajaran Bahasa Arab Dimasa Pandemi Covid 19 Ma Sabilul Muttaqin

Tabel Hubungan Teknik Gerak, Kelenturan dan Peniruan Gerak Teknik Gerak Kelenturan Peniruan Gerak TEKNIK GERAK : KELENTURAN : PENIRUAN merupakan cara merupakan ekspresi GERAK : dan

dan lemak bagi tubuh maka dari itu peneliti ingin melakukan penelitian tentang uji kandungan protein dan lemak pada ikan Bada (Spesies: Rasbora spp.) di Sungai