• Tidak ada hasil yang ditemukan

f:l:rg*!, Ungkapan Bahasa Jawa Kuna dalam Lakon Wayang Kulir Bali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "f:l:rg*!, Ungkapan Bahasa Jawa Kuna dalam Lakon Wayang Kulir Bali"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DAFTAR

ISI

Ifuta Pengantar

BA6I,AN PERTAMA REFLEKSI DULU DAN KINI

-

1

Bahasa fawa Kuna dalam Diplomasi Kebudayaan pra_lndonesia

DwiWoro R.

Mastuti-3

Sastra fawa Kuna Sebagai Sumber Sastra

Nusantara: fawa Baru Llarsono

-

25

Food and Drinks in The Rimiyana in Ancient fava H.I.R

Hinzler

-

42

Transformasi Sungai Ganga Kahyangan dalam

Svargarohanaparva fawa Kuno ke dalam Susastra Bali Teniang'Eschatology

I Made Titib

-

Bz

f:l:rg*!,

Ungkapan Bahasa Jawa Kuna dalam

Lakon Wayang Kulir Bali

I Made Budiasa

-

1:OS

Bahasa Iawa Kuna (Bjk) daram Karya sastra Bali Klasik: Sekadar contoh

dalam Parikan B ubuksah Gag ang aking

Ni KetutRatna

Erawati

-

119

Srayakanti: Kearifan Lokar fawa Kuna yang Diemban Ki pasek Badak

I MadeWijana

-

130

Kakawin Wretantaka: Wahana Didaktis Etis Religius

I Made Sudiarga

-

t4O

Ka.kawin Ramayanai Sebuah Kajian pendahuruan dari Aspek Stilistika Ni Wayan

Aryani

-

tS6

Purantara: Kreativitas Rakawi Kakawin Nilacandra A.A. Gde

Alit

Geria

-

1165

Bahasa

fawa

Kuna

dan

Sanskerta daram wacana pembakaran

dan Penguburan Jenazah: Kajian Struktur

dan Makna I Gde Wayan Soken Bandana

-

177

Kontribusi Bahasa ]awa Kuna dalam Upacara Dewa yajnya di Bali Ni Nyoman Suastini

-

1gg

(3)

Penulisan Bentuk Genetif Bahasa

fawa Kuna (AIih Aksara)

AnakAgang(*defuwa

-196

Bentuk dan Makna unsur serapan Bahasa |awa Kuna ke daram Bahasa

lndonesia

Ni Wayan Sudiati

-

ZOg

Bahasa fawa Kuna dalam Beberapa Geguritan Karya I Made Suarsa

Ni Mode Suryati

-

Ztg

BAGIAN NXDUA TANTANGAN KE DEPAN

-

227

[t13n8-_aan Tantangan Alumni Sastra Jawa Kuna di pasar Kerja

IBGhtdhaTriguna

-ZZg

Kebijakan Pemerintah Daerah daram pengembangan Kebudayaan Daerah

(Sasn'a Jawa Kuna)

AnakAgung

GdGeria-Z4t

Sastra fawa Kuna Sebagai Sumber Nilai_Nilai Karaliter Bangsa

I Made Suastika

-

Z4S

Bahasa fawa Kuna dalam Seni pertunjukan Bali

I

Wayan Dibia

-

264

"Prestise" Bahasa fawa Kuna daram Adat

dan Agama Hindu di Bari

I Nengah Duija

-

ZTS

Tradisi Nyastra dan Nedun Lontar di Bali Merestarikan

Bahasa dan Sastra

Kawi

Ida Bagus Rai putra

-

ZgO

P-otensi Guru Agama Hindu daram pemertahanan Bahasa dan sastra

Jawa

Kuna

I KetutJirnaya

-

310

Wanita Dalam Kaca Mata NEti SEstra, Dulu, Kini dan Ke Depan

I Nlmman Sukartha

-

Zl7

Konservasi Lontar: suatu upaya pelestarian Bahasa

dan Sastra fawa ltuna

IWayan&*erca-SZg

BAGIAI

NH

(4)
(5)

ilDU

TTIASA

La

Dana

nh

dan makna yang

hl

t<"ta sastra tentu

lang

tidak lauil aari

C

atau yang

sehari-nrakat modern yang Eya

"

sering

dibicarakan

;etiap

buku tentang

Ets-a mendefinisikan

lasan mana pun jua

I

diserang, ditentang, h sastra tertentu saja hupakan refleksi dari

;lak

diwarnai dengan rmakin membaurkan

lulatif

di antara yang

rarti:

1. Bahasa

(kata-n

bahasa sehari-hari; Engetahuan; 4. Kitab;

r5. tulisan, huruf [Tim

hnal luas dan mereka

ldi.

Pengertian sastra

f

sesungguhnya tidak lrbedaan makna Yang

I

Refleksi Dulu, Kini, dan Tantangan ke Depan

Kesusasteraan merupakan bentukan kata yang berasal dari kata

'sastra' yang

berarti

pengetahuan, informasi, kesepakatan, nasihat, peringatan, rembugan, peraturan, agama dan sejenisnya yang terlahir dari batin budinya manusia. Mendapat awalan su- yang mengandung

arti mempunyai niali rasa utama, baik atau anugerah; serta konfiks ke-an yke-ang menyiratkke-an

arti

banyak. Oleh sebab itu, kata kesusasteraan tersebut mungkin bisa diberi

arti,

berbagai macam susastra budaya,

segala pengetahuan yang utama yang terlahir dari budinya manusia. Dari sini sering terdengar ucapan dari para orang tua, sekadi kecap sastrane atau .rasfran e maosang 'seperti apa yang termuat dalam sastra atau

sastra mengatakan'. Maksud wacana tersebut adalah orang Bali sangat menghargai

dan

menempatkan sastra sebagai pedoman

hidup

dan pantang untuk dilanggar.

Dari penjelasan

arti

sastra di atas baik dari Kamus Besar Bahasa

Indonesia maupun

dari

Sugriwa sama-sama mengartikan sastra itu

juga ajaran agama. Pendapat senada juga dimuat dalam Kamus Bahasa

Bali-lndonesia Beraksara Latin dan Bali fAnom, dkk., 2008:626) dan Zoetmulder (200611052). Hal

ini

menandakan bahwa memang antara

sastra dan agama ada benang merah yang iustru akan dibicarakan nanti.

2.Tattwa, Satua dan

Sasfa

Agama Hindu memiliki kerangka dasar yang jumlahnya tiga yaitu:

l.

Tattwa [filsafat);

2.

Susila (etika); I]pacara

[rituil)

(Parisadha Hindu

Dharma, L99L:73-74). Tattwa berasal

dari

bahasa Sansekerta yang berarti keseiatian, yang membuat sesuatu ada, hakikat, jadinya, nyatanya

[Zoetmulde[, 2006:1,223). Filsafat sebagai nama lain dati Tattvva berarti: 1. pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya; 2. Teori yang mendasari

alam pikiran atau suatu kegiatan; 3. Ilmu yang berintikan logika, estetika,

metafisika, dan epistemologi; 4. Falsafah (Tim Penyusun Kamus Pusat

Bahasa, 2008:3L7).

Berfikir filsafati memiliki 3 karakteristikyakni: 1) sifat menyeluruh;

2)

Sifat mendasar;

3)

Sifat spekulatif [Suriasumantri, 798420'27)' Seseorang

tidak

akan puas dengan satu bidang yang dipelajari atau diketahui. Ia akan terus mencari dan mencari hubungan bidang ilmu

pengetahuan yang diketahui dengan "dunia"

lain

di

luar

bidangnya'

Secara mendasar ia berpikir tidak percaya lagi atas apa yang dipelajari benar. Kebenaran ini dicari dan dicari Iagi akhirnya percaya berawal dan

(6)
(7)

E

spekulasi I lmg mudah. ldan mudah btkan tattwa

gi,

komplit, laplikasikan

ma

simbol-bh

tentang lpercayaan

rrujud,

tak ilLZ3J. Bagi t&nghyang

pngtinggi.

li

bertugas

da

Hal ini

ts

bingung

bta).

f,an segala

ilak

boleh pudahkan rimbulkan yang telah funghyang lnciptakan pda dapat

lgi

contoh

:but

telah Dutsafua.

idi

dalam

lani

umat

da,

maka ;ana, dan I Iita-cerita }r,usmerti

Refleksi Dulu, Kini, dan Tantangan ke Depan

seperti epik Ramayana dan Mahabharata [idem). Kedua epik ini memberi inspirasi lahirnya

cerita-

atau satuq yang

Iain

namun masih daram

koridor

sebagai pembelajaran dan pemahaman ajaran agama Hindu.

Dalam satua-satua itu terselip nilai etika, religi, didaktik, dan sebagainya

yang merupakan implementasi dari tattwa. semua nilai-nilai yang suci tersebut telah terselipkan dalam karya sastra fpwa Kuna, seperti kakawin danparwa.

Dari uraian

ini

terlihat tattwa

itu

berubah wr.rjud menjadi safua untukmemudahkan pemahaman. Dengan kata lainsatua itu sesungguhnya

mengandung

isi

(tetuek) filsafat atau tattwa. Kini peranan para sang

Kawi mendominasi untuk melahirkan karya-karyanya. semakin terkenal

buah karyanya berupa cerita fsatual yang disenangi masyarakat berarti

semakin berhasil dalam misi pengimplementasian fafwa. semakin banyak

karya sastra lahir semakin banyak pula ada pedoman dan tuntunan hidup sesuai dengan ajaran agama Hindu.

3.

Sastra fawa Kuna dan pengajaranAgama Hindu

sastra diciptakan

untuk

menghibur

dan

mendidik

bagi para

pembacanya. Dahulu sebelum sekolah sebagai lembaga pendidikan formal

ada, sastra yang diawali dengan sastra lisan sudah ada. orang belajar hidup

yang baik dan benar melalui pemahaman sastra. Setelah membaca atau mendengarkan, batin merasa puas dan yang lebih penting ada sesuatu

yang diingat yang nantinya dapat dipakai pedoman hidup dan tuntunan dalam menjalani kehidupan. Demikian pula dalam perkembangannya

dari sastra Iisan ke sastra tulis, sastra tetap berfungsi sebagai pedoman hidup. Hal ini sesuai dengan ajaran agama Hindu menuju ke kehidupan

yang lebih baik melalui jalan yang benar. Agama Hindu mengajarkan dan

menuntun agar manusia tahu untuk apa ia hidup, tahu tujuan hidupnya,

dan tahu caranya hidup (Cudamani, 1990:11J.

Karya sastra Jawa Kuna seperti kakawin dan parwa akibat dari

berbaurnya terutama dalam fungsinya di masyarakat Bali, karya sastra |awa Kuna itu pun telah masuk di ranah sastra Bali tradisional. Di samping

itu,

sastra ]awa Kuna telah mengilhami para pengawi Bali

di

dalam berkarya. Dari karya sastra kakawin dan parwa, digubah lagi menjadi

sastra gegurifan. Aneka satuaBaliyang sumbernya dari cerita Tantri, dan

sebagainya.

Cerita-cerita

ini

sangat

kembali oleh para guru agama

layak diketahui dan dapat diceritakan Hindu ketika mereka memberi pelajaran

(8)
(9)

-agama yang konsep-konsep,

Ibarat sebuah

snya atau dalil bentuk narasi dalil tertentu. agama Hindu memilih dan

di

ajar. Untuk memakai selipan Tantri. Kehidupan lainnya memang karena dioana kenakalan. Baru dengan materi Iagimengambil satu tingkat di AngklungGadang, dan Laksamana. Adan Perguruan tingkatan daya

untuk

mereka Mengingat cerita dan paniang-episode yang hukumnya untuk Para guru pengajar

di

ajar. Contoh [pencerahanJ

memudahkan

Refleksi Dulu, Kini, dan Tantangan ke Depan

pemahaman tentang tattwa yang dibawakan sebagai materi, maka ia

akan membosankan, kaku, dan misinya sebagai pencerah umat terancam gagal. Dalam konteks

ini

antara Pendharma Wacana dan Gur6 agama Hindu memiliki posisi yang samayakni sebagai pengajar dan pencerahan

umat. Hanya saia audiens dan tempatnya berbeda'

Satu hal lagi yang cukup penting juga bagi guru agama Hindu terkait

dengan pengajaran agama Hindu

di

sekolah. Di atas telah disinggung genre sastra Bali tradisional ada yang beftembang seperti kakawin dan

geguritan yang masuk dalam genre puisi naratif atau prosa berirama atau prosa lirik. Ketika seorang guru mengambil contoh dalam kakawin

atau geguritan, syairnya wajib dibaca dengan menembangkan' Untuk itu seorang guru agama perlu juga tahu 'membacd (ngwacen) kakawin

atau geguritan walaupun hanya beberapawirama atau pupuh saja' fika

tidak demikian, maka ketika mencontohkan bait kakawin atau geguritan,

dibaca dengan bacaan datar seperti membaca teks biasa, substansi retoris

estetis sebagai karya sastra tidak akan dapat. Hal ini akan meredupkan suasana kelas yang berimplikasi pada melemahnya fokus anak-anak untuk mendengarkan apa yang diajarkan.

Disadari atau tidak seorang guru agama bukan saja sebagai guru

di

sekolah, tetapi iuga berperan sebagai 'guru'

di

masyarakat. Image

masyarakat memandang guru agama pasti

tahu

segala yang terkait

dengan budaya Bali. Masyarakat sering bertanya pada guru agama Hindu ketika ada masalah terkait dengan masalah aksara, bahasa, dan sastra

Bali; masyarakat sering bertanya tentang bahasa dan sastra fawa Kuna;

masyarakat sering mengundang

untuk

mawirama (menembangkan) kakawin dalam rangka mengiringi upacara yadnyai dan masyarakat

terkadang memohon pada seorang

guru

agama

untuk

mengajarkan

mawirama.

Kondisidanindikasisepertiyangdiuraikandiatasmerupakan

tantangan bagi setiap guru agama Hindu. Untuk itu, seorang guru agama

Hindu

sesungguhnya sangat potensial dalam iangka pemertahanan

bahasa dan Sastra fawa Kuna.

4. Penutup

1)SastrabagiumatHindusudahdipandangsebagaiagama.Artinya

mendalami sastra dan memakai pedoman dalam kehidupan sama

halnya dengan tujuan dari agama Hindu itu sendiri'

(10)
(11)

:.::i:.i€ji-:

r\ary1a sastva

Iayo

r{wna

(Xawi)

beykevnbang

di

Jawa

ltada

abad

k'p

fiingga ktlrs

di

yawa

Tiwwv.

rta[

im

dapat

dibufuikor.,

oiign,

*irr"t

i,

ir:*bogoi

koryo

sastra

v)ana

sebagiai

darj

konoo';rrir^

ir,

vnasifi

d i

ken

a[;

^,,'4!

I,

;

rt{;'

o'"i,

ko,

ew

a

d i s

a[i,t

s e c ao

a

twy

wn

_ t

evnwvwn

a[eh

*oryoiokm

;rri:r"f<,r';;;;,

B

ohko,

sastya

Jawa

l\una

tidak

ftorgo

vnevnend,o^

,ih

;;";:;

bervnwtw tiuggi,

,,r:;tri;i;;;

penwfi vnjsteri

koorri

sasLya

reysebwt

rc[ah

vnenai[hy

b*t ;;:,;i';rri

dengan

vnengauuoko,

baflasa

yaiir{wna

dau-wnswr

(isi)

teks

sebagai surnbeo

Tcenceritaawt4ya.

rnengebar

da[avn

b

erb

a g

ai

s a

sty

a

N

ws

ant

ay

a.

erof

.Dr.

I

\rrabe swasfika

Cwrw

Besay

llwiweysitas

llbayana

t*-'-"--- -j* . Teh.r n-

-,

,.o])_.,

i

d_E0I_tlE0_1,0_7

I

,lllrJillJll|llllltllq|ll|ril

Referensi

Dokumen terkait

Latar belakang dipilihnya topik analisis kelayakan pembuatan pabrik pengolahan sampah ini karena sampah yang terus diproduksi oleh penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta

Akan tetapi sebagai tontonan yang mengedukasi dan dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yang dapat memberikan ilmu pengetahuan kepada penonton terutama

Metodologi penelitian yang dilakukan dengan melakukan penentuan spesifikasi hardware dan software yang akan digunakan dalam pembuatan perencanaan proyek, pembuatan

Sedangkan pada gambar 3 pantai dikelompokkan pada zona berbahaya, karena pada zona tersebut terdapat 7 pola rip current, dan di lapangan dibuktikan dengan adanya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi terbaik hidrolisis enzim yaitu pada konsentrasi enzim selulase 5% v/v selama 12 jam pada hidrolisat asam sulfat 1%

Manfaat dari kerja sama yang saling ketergantungan antarsiswa di dalam pembelajaran kooperatif berasal dari empat faktor diungkapkan oleh Slavin (dalam Eggen dan Kauchak, 2012:

Apabila hingga akhir jangka waktu yang ditetapkan pasal 7, PIHAK KEDUA belum mampu menyelasikan pekerjaan seperti yang ditetapkan dalam dokumen Perjanjian Kerjasama

Berdasarkan uji anova, pengujian hipotesis dengan menggunakan uji f nilai f hitung diperoleh sebesar 6.297 dengan signifikansi sebesar 0.001, maka dapat diketahui