• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

1

BUPATI ROKAN HULU

PROVINSI RIAU

PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR TAHUN 2020

TENTANG

TATA CARA PENYELENGGARAAN TERA DAN TERA ULANG ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG DAN PERLENGKAPANNYA, KALIBRASI SERTA PENGUJIAN BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS DI LINGKUNGAN

PEMERINTAH KABUPATEN ROKAN HULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI ROKAN HULU,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 96 D ayat (3) Peraturan Daerah Kabupaten Rokan Hulu Nomor 7 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Rokan Hulu Nomor 3 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum, perlu menetapkan peraturan bupati tentang Tata cara Penyelenggaraan Pelayanan Tera Dan Tera Ulang Alat Ukur, Takar, Timbang Dan Perlengkapannya, Kalibrasi Serta Pengujian Barang Dalam Keadaan Terbungkus Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3193);

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821);

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 1999 Tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi dan Kota Batam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 481; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3902) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 34 tahun 2008 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 53 ·Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia

(2)

2

Tahun 2008 Nomor107; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4880);

5. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 183, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6398); 7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun

2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indoensia Nomor 5507) sebagaimana telah diubah beberapa kali dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 50, Tambahan Lemabaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan Pembebasan Untuk Ditera dan atau Ditera Ulang Serta Syarat-syarat Bagi Alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3283);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1987 tentang Satuan Turunan, Satuan Tambahan, dan Satuan Lain yang Berlaku (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1987 Nomor 17, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3351);

10. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 67 Tahun 2018 tentang Alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya yang wajib Ditera dan Ditera Ulang;

11. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 68 Tahun 2018 tentang Tera dan Tera Ulang Alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya; 12. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia

Nomor : 115 Tahun 2018 tentang Unit Metrologi Legal; 13. Peraturan Daerah Kabupaten Rokan Hulu Nomor 3

Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Rokan Hulu Nomor 3 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum;

(3)

3

14. Peraturan Daerah Kabupaten Rokan Hulu Nomor 7 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Rokan Hulu Nomor 3 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum;

15. Peraturan Bupati Rokan HuluNomor 65 Tahun 2019tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Rokan Hulu;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan: TATA CARA PENYELENGGARAAN TERA DAN TERA

ULANG ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG DAN

PERLENGKAPANNYA, KALIBRASI SERTA PENGUJIAN

BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS DI

LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN ROKAN HULU BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Rokan Hulu.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu. 3. Bupatiadalah Bupati Rokan Hulu.

4. Dinas adalah Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Rokan Hulu;

5. Unit Metrologi Legal yang selanjutnya disingkat UMLadalah Bidang Metrologi pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Rokan Hulu yang menyelenggarakan kegiatan tera dan tera ulang UTTP dan pengawasan dibidang Metrologi Legal.

6. Kepala Bidang adalah Kepala Bidang Metrologi pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Rokan Hulu;

7. Kepala Seksi adalah Kepala Seksi Pelayanan Tera/Tera Ulang pada Bidang Metrologi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Rokan Hulu;

8. Alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya yang selanjutnya disingkat UTTP adalah UTTP yang wajib ditera dan tera ulang.

9. Alat Ukur adalah alat yang diperuntukkan atau dipakai bagi pengukuran kuantitas dan atau kualitas.

10. Alat Takar adalah alat yang diperuntukkan atau dipakai bagi pengukuran kuantitas atau penakaran.

11. Alat Timbang adalah alat yang diperuntukkan atau dipakai bagi pengukuran massa atau penimbangan.

12. Alat Perlengkapan adalah alat yang diperuntukkan atau dipakai sebagai pelengkap atau tambahan pada alat-alat ukur, takar atau timbang yang menentukan hasilpengukuran, penakaran atau penimbangan.

13. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya,Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi lainnya, lembaga dan

(4)

4

bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

14. Tera adalah hal menandai dengan tanda tera sah atau tanda tera batal yang berlaku, atau memberikan keterangan-keterangan tertulis yang bertanda tera sahatau tanda tera batal yang berlaku, dilakukan oleh Penera berdasarkan pengujian yang dijalankan atas UTTP yang belum dipakai.

15. Tera Ulang adalah hal menandai berkala dengan tanda tera sah atau tanda tera batal yang berlaku atau memberikan keterangan-keterangan tertulis yang bertanda tera sah atau tanda tera batal yang berlaku, dilakukan oleh Penera berdasarkan pengujian yang dijalankan atas UTTP yang telah ditera.

16. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek retribusi, penentuan besarnya retribusi yang terutang sampai kegiatan penagihan retribusi kepada Wajib Retribusi serta pengawasan penyetorannya.

17. Retribusi adalah pungutan sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

18. Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

19. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang adalah retribusi atas jasa Pelayanan Tera/Tera Ulang dan pengujian Barang Dalam Keadaan Terbungkus yang diwajibkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah.

20. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

21. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari Pemerintah Daerah.

22. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan retribusi daerah.

23. Pengawasan adalah serangkaian kegiatan untuk memastikan UTTP, barang dalam keadaan terbungkus, dan satuan ukuran sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

24. Penera adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan peneraan.

25. Surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis adalah surat yang diterbitkan oleh Bupati untuk atau memperingatkan wajib retribusi untuk melunasi retribusi yang terutang.

26. Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disingkat UPT adalah unsur pelaksana tugas teknisdi bidang Metrologi Legal yang berada di bawah Direktorat Metrologi.

27. Kas Umum Daerah adalah Kas Umum Daerah Kabupaten Rokan Hulu. 28. Batas Kesalahan yang Diizinkan yang selanjutnya disingkat BKD adalah

(5)

5

29. Surat Keterangan Hasil Pengujian yang selanjutnya disingkat SKHP adalah surat menyatakan alat UTTP yang diuji sesuai dengan ketentuan syarat teknis.

30. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok retribusi yang terutang.

31. Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SSRD adalahsurat yang memuat jumlah setoran yang harus dibayar oleh wajib retribusi.

32. Barang Dalam Keadaan Terbungkus yang selanjutnya disingkat BDKT adalah barang atau komoditas tertentu yang dimasukkan dalam kemasan tertutup, dan untuk menggunakannya harus merusak kemasan atau segel kemasan.

33. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanjutnya disingkat APBN adalah rencana keuangan Pemerintah Negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.

34. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan Pemerintah Negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

35. Surat Keterangan Ketetapan Pelayanan Tera dan Tera Ulang yang selanjutnya disingkat SKKPTTU adalah adalah dokumen yang menerangkan kemampuan pelayanan tera dan tera ulang UTTP sesuai ruang lingkup.

36. Penjustiran adalah mencocokkan atau melakukan perbaikan ringan dengan tujuan agar alat yang di cocokkan atau diperbaiki itu memenuhi persyaratan Tera dan Tera Ulang

37. Uji sampel adalah pengujian terhadap sampel UTTP yang mewakili populasi UTTP dengan jumlah sesuai ketentuan uji sampel.

38. Metrologi Legal adalah metrologi yang mengelola satuan-satuan ukuran, metoda-metoda pengukuran, dan alat-alat ukur yang menyangkut persyaratan teknik dan peraturan berdasarkan undang-undang yang bertujuan melindungi kepentingan umum dalam hal kebenaran pengukuran.

39. Pengawas Kemetrologian adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan Metrologi Legal.

40. Segel Metrologi adalah tanda metrologi yang dibubuhkan pada timah plombir dengan kawat yang dikaitkan pada UTTP.

41. Metrologi Line adalah pita berwarna kuning yang dipasang melingkari barang dan/atau tempat kejadian yang diduga terjadi pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Metrologi Legal.

Pasal 2

Maksud ditetapkannya Peraturan Bupati ini adalah sebagai pedoman dalam pelaksanaan tera, tera ulang alat ukur, takar, timbangan dan perlengkapannya.

Pasal 3 Ruang lingkup peraturan bupati ini adalah : a. Objek Tera dan Tera ulang

b. Pelaksanaan Tera dan Tera ulang; c. Pengawasan Metrologi Legal; d. Tindak lanjut Hasil Pengawasan; e. Pelaksanaan Penyidikan;

(6)

6 f. Koordinasi dan Peran Serta Masyarakat; g. Pelaporan.

h. Retribusi Pelayanan Tera dan Tera ulang;

i. Tata Cara Pendaftaran dan Pemungutan Retribusi; j. Tata Cara Pembayaran;.

k. Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif

BAB II

OBJEK TERA DAN TERA ULANG Pasal 4

UTTP digolongkan ke dalam:

a. UTTP Wajib Ditera dan Ditera Ulang; dan b. UTTP Bebas dari Tera dan Tera Ulang.

Pasal 5

(1) UTTP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a merupakan UTTP yang secara langsung atau tidak langsung digunakan atau disimpan dalam keadaan siap pakai untuk keperluan menentukan hasil pengukuran, penakaran, atau penimbangan untuk:

a. kepentingan umum; b. usaha;

c. menyerahkan atau menerima barang; d. menentukan pungutan atau upah;

e. menentukan produk akhir dalam perusahaan; dan f. melaksanakan peraturan perundang-undangan.

(2) UTTP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

(3) UTTP sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 yang digunakan dalam kegiatan usaha eksploitasi, pengolahan, dan pengangkutan minyak dan gas bumi, serta pembangkitan dan transmisi tenaga listrik sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan merupakan UTTP penanganan khusus.

Pasal 6

(1) UTTP sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 huruf a ditangani oleh UML. (2) UTTP sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 huruf a yang merupakan

UTTP penanganan khusus ditangani oleh UPT. Pasal 7

(1) UTTP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a harus memenuhi syarat teknis Alat Ukur, Alat Takar, atau Alat Timbang yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Kementerian Perdagangan.

(2) Syarat teknis Alat Ukur, Alat Takar, atau Alat Timbang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. persyaratan administrasi; b. persyaratan teknis;

c. persyaratan kemetrologian;

d. pemeriksaan dan pengujian; dan e. pembubuhan tanda tera.

(7)

7 Pasal 8

(1) Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf a memuat penjelasan mengenai ruang lingkup, penerapan di lapangan, identitas, dan persyaratan yang harus dipenuhi UTTP sebelum dilakukan tera dan tera ulang.

(2) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf b memuat ketentuan karakteristik desain UTTP tanpa membatasi pengembangan teknologi dengan harus memastikan:

a. persyaratan kemetrologian yang terpenuhi; b. hasil pengukuran yang jelas sederhana; dan c. tidak mudah dilakukan kecurangan.

(3) Persyaratan kemetrologian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf c memuat ketentuan batas kesalahan yang diizinkan dari UTTP, kondisi yang harus dipenuhi serta rentang dan penunjukan hasil pengukuran.

(4) Pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf d memuat ketentuan pemeriksaan dan pengujian UTTP pada kegiatan tera dan tera ulang.

(5) Pembubuhan Tanda Tera sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf e memuat ketentuan penandaan UTTP dengan Tanda Tera yang berlaku,setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian.

Pasal 9

(1) Alat Perlengkapan yang Sifat Kemetrologiannya menentukan hasil pengukuran, penakaran atau penimbangan Wajib Ditera dan Wajib Ditera Ulang.

(2) Alat Perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam syarat teknis Alat Ukur, Alat Takar, atau Alat Timbang.

Pasal 10

UTTP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b, dapat dimintakan pembebasan dari tera ulang dengan ketentuan UTTP hanya digunakan:

a. di laboratorium, ruangan kantor, ruangan bengkel, gudang penimbunan, lingkungan perusahaan yang tidak terbuka untuk umum, dan ruangan tempat unit mesin produksi; dan

b. sebagai alat angkut meliputi tangki ukur mobil bahan bakar minyak, tangki ukur tongkang, atau tangki ukur kapal.

Pasal 11

(1) Untuk mendapatkan pembebasan daritera ulang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, pemilik atau pemakai UTTP harus mengajukan permohonan tertulis kepada Kepala Dinas.

(2) Permohonan pembebasan dari tera ulang UTTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diajukan bersamaan dengan permohonan tera ulang UTTP.

(3) Kepala Dinas menerbitkan surat keterangan Bebas Tera Ulang UTTP atau surat penolakan paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) secara lengkap dan benar.

(4) Syarat, tata cara memperoleh pembebasan dari tera ulang UTTP dan format surat keterangan Bebas Tera Ulang UTTP tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

(8)

8 Pasal 12

(1) UTTP yang dapat dibebaskan dari tera ulang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, dilarang secara langsung atau tidak langsung digunakan atau disimpan dalam keadaan siap pakai untuk kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1).

(2) UTTP yang dapat dibebaskan dari tera ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diberi tulisan "HANYA UNTUK KONTROL PERUSAHAAN".

BAB III

PELAKSANAAN TERA DAN TERA ULANG Pasal 13

(1) Kegiatan Tera dan Tera Ulang meliputi : a. Pemeriksaan;

b. Pengujian; dan

c. pembubuhan Tanda Tera.

(2) Pemeriksaandan Pengujian dilakukan terhadap UTTP sebelum dibubuhi Tanda Tera.

(3) Pengujian terhadap UTTP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan menggunakan standar ukuran yang telah tertelusur. (4) Pemeriksaan, Pengujian dan pembubuhan Tanda Tera dilakukan

berdasarkan syarat teknis Alat Ukur, Alat Takar, atau Alat Timbang. (5) Pemeriksaan dan Pengujian yang dilakukan terhadap UTTP sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b, hasilnya dituangkan ke dalam Format Cerapan Tera dan Tera Ulang.

Pasal 14

(1) Tera dilakukan terhadap UTTP yang belum dipakai, baik yang berasal dari produksi dalam negeri maupun impor.

(2) Tera Ulang wajib dilakukan terhadap UTTP yang: a. habis masa berlaku tanda sahnya;

b. tanda Tera rusak dan/atau kawat segelnya putus;

c. dilakukan perbaikan atau perubahan yang dapat mempengaruhi penunjukan; dan/atau

d. penunjukannya menyimpang dari syarat teknis Alat Ukur, Alat Takar, atau Alat Timbang.

(3) Jangka waktu Tera Ulang 1 (satu) tahun, kecuali untuk UTTP yang tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Pasal 15

(1) Pelaksanaan Tera dan Tera Ulang dapat dilakukan di : a. Dinas ;

b. tempat UTTP Terpasang Tetap ; c. tempat UTTP terpakai ;

d. tempat pelaksanaan sidang pasar;atau e. Laboratorium lain.

(2) Pelaksanaan Tera dan Tera Ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf c dilakukan dengan ketentuan pemilik atau pengguna UTTP menyediakan peralatan pendukung, tenaga bantuan dan ruang kerja.

(9)

9

(3) Pelaksanaan sidang pasar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf d dilaksanakan oleh Tim Sidang Pasar yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Dinas.

(4) Pelaksanaan Tera dan Tera Ulang di Laboratorium lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dilakukan terhadap UTTP yang belum dapat dilayani Bidang Metrologi karena keterbatasan sarana dan prasarananya.

(5) Laboratorium lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e harus memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan serta telah memiliki standar ukuran yang tertelusur dan peralatan pendukung.

Pasal 16

Tera dan Tera Ulang dilakukan oleh Penera yang bertugas pada Bidang Metrologi sesuai dengan kompetensi dan wilayah kerjanya.

Pasal 17

(1) Tera dilaksanakan atas dasar permintaan pemilik atau pengguna UTTP. (2) Pelaksanaan Tera dapat dilakukan oleh Bidang Metrologi dan atau

bekerjasama dengan Pihak Ketiga .

(3) Tera Ulang dilaksanakan atas dasar permintaan pemilik atau pengguna UTTP, kecuali pada pelaksanaan Sidang Tera Ulang di pasar.

(4) Pelaksanaan Sidang Pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan oleh Bidang Metrologi tanpa menunggu permintaan.

Pasal 18

(1) Dalam hal Dinas belum mampu melaksanakan kegiatan Metrologi Legal secara mandiri atau belum memiliki Ruang Lingkup tertentu, maka kegiatan Tera dan Tera Ulang dapat dilaksanakan melalui kerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten lain yang terdekat yang sudah memperoleh SKKPTTU UTTP berdasarkan prinsip efisiensi dan efektifitas. (2) Kerjasama pelaksanaan Tera dan Tera Ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Nota Kesepakatan Kerjasama antar Dinas terkait.

Pasal 19

Pelaksanaan Tera dan Tera Ulang sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 diuraikan lebih lanjut dalam Petunjuk Teknis dan SOP yang ditetapkan oleh Kepala Dinas.

Pasal 20

(1) Pemeriksaan dan Pengujian dilakukan terhadap setiap UTTP.

(2) Dalam hal Tera ulang dilakukan terhadap Meter Air, Meter kWh, atau Meter Gas Diafragma yang telah habis masa berlaku tanda tera sahnya, pengujian dapat dilakukan dengan Uji Sampel.

(3) Uji Sampel sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan terhadap Populasi UTTP yang memenuhi persyaratan ketentuan Uji Sampel tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

(10)

10

(4) Uji sampel sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hanya dapat dilakukan terhadap Meter Air, Meter KWh, atau Meter Gas Diafragma yang usia pakainya paling lama 30 (tiga puluh) tahun.

Pasal 21

(1) UTTP yang telah diuji dan penunjukannya menyimpang dari BKD dapat dilakukan Penjustiran.

(2) Penjustiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh Penera.

(3) UTTP yang tidak dapat dijustir atau UTTP yang telah dijustir tetapi penunjukannya masih menyimpang dari BKD dapat dilakukan perbaikan oleh Reparatir UTTP.

Pasal 22

(1) UTTP yang sudah diperbaiki sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (3) tetapi berdasarkan hasil pengujian, penunjukannya masih tetap menyimpang dari BKD, harus dirusak sehingga tidak dapat dipergunakan lagi.

(2) Perusakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan persetujuan pemilik UTTP.

(3) Persetujuan perusakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) oleh pemilik UTTP harus dinyatakan dalam surat pernyataan persetujuan perusakan UTTP dengan format tercantum dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

(4) Perusakan UTTP dilakukan oleh Penera dandituangkan dalam Berita Acara Perusakan UTTP dengan format tercantum dalam Lampiran VI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. (5) Dalam hal pemilik UTTP tidak memberikan persetujuan perusakan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Penera membubuhkan tanda tera batal.

(6) UTTP yang telah dirusak atau dibubuhi tanda tera batal sebagaimana dimaksud pada ayat (4) atau ayat (5) diserahkan kembali kepada pemilik UTTP.

BAB IV

PENGAWASAN METROLOGI LEGAL Bagian Kesatu

Ruang Lingkup Pengawasan Pasal 23

(1) Ruang lingkup Pengawasan Metrologi Legal dilaksanakan terhadap UTTP, BDKT dan Satuan Ukuran.

(2) UTTP, BDKT dan Satuan Ukuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. UTTP produksi dalam negeri dan UTTP asal impor; b. BDKT produksi dalam negeri dan BDKT asal impor; dan

c. Satuan Ukuran, berupa penulisan satuan dan lambang satuan Standar Internasional atau penulisan satuan dan lambang satuan lain yang berlaku sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(11)

11 Pasal 24

(1) Pengawasan terhadap UTTP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) huruf a dilakukan untuk memastikan:

a. penggunaan UTTP sesuai dengan ketentuan;

b. kebenaran hasil pengukuran, penakaran dan penimbangan; dan

c. adanya Tanda Tera atau Surat Keterangan tertulis pengganti Tanda Sah dan Tanda Batal.

(2) Pengawasan BDKT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) huruf b dilakukan untuk memastikan kesesuaian pelabelan dan kebenaran kuantitas.

(3) Pengawasan Satuan Ukuran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) huruf c dilakukan untuk memastikan penggunaan, penulisan satuan dan awal kata serta lambang satuan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua Pengawasan UTTP

Pasal 25

(1) Pengawasan terhadap penggunaan UTTP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf a, dilakukan untuk memastikan kebenaran:

a. peruntukan UTTP; dan b. cara penggunaan UTTP.

(2) Pengawasan terhadap peruntukan UTTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dilakukan untuk memastikan UTTP yang ditempatkan atau digunakan sesuai dengan peruntukannya sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Pengawasan terhadap cara penggunaan UTTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dilakukan untuk memastikan penggunaan UTTP: a. yang setelah dilakukan perbaikan atau perubahan dapat

mempengaruhi panjang, isi, berat, atau penunjukkannya, dan sebelum dipakai kembali telah disahkan oleh pegawai yang berhak; b. tidak mempunyai tanda khusus yang memungkinkan orang

menentukan ukuran, takaran, atau timbangan menurut dasar dan sebutan selain yang dimaksud dalam ketentuan Peraturan Perundang-Undangan;

c. tidak dipasang alat ukur, alat penunjuk, atau alat lainnya sebagai tambahan pada UTTP yang sudah ditera atau yang sudah ditera ulang; d. dengan cara atau dalam kedudukan yang sesuai dengan seharusnya; e. untuk mengukur, menakar, atau menimbang tidak melebihi kapasitas

maksimum; dan/ atau

f. untuk mengukur, menakar, menimbang, atau menentukan ukuran tidak kurang daripada batas terendah yang ditentukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 26

(1) Pengawasan terhadap kebenaran ukuran, takaran, atau timbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf b dilakukan melalui pengujian terhadap:

a. kebenaran penunjukan UTTP sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan; atau

(12)

12

(2) Pengawasan terhadap kebenaran penunjukan UTTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan melalui pengujian yang berpedoman pada syarat teknis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Pengawasan terhadap kebenaran hasil pengukuran, penakaran, atau penimbangan UTTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dilakukan melalui kegiatan ukur ulang menggunakan alat ukur yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Pasal 27

Pengawasan terhadap Tanda Tera sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf c dilakukan untuk menemukan adanya penggunaan UTTP yang:

a. bertanda tera batal;

b. tidak bertanda tera sah yang berlaku, atau tidak disertai surat keterangan tertulis pengganti tanda sah dan tanda batal; dan /atau c. tanda teranya rusak.

Pasal 28

(1) Pengawasan terhadap UTTP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 dan Pasal 26 dilakukan dengan melaksanakan proses:

a. pemeriksaan terhadap penggunaan UTTP dan tanda tera; dan/atau b. pengujian terhadap kebenaran ukuran, takaran, atau timbangan. (2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan

berpedoman pada syarat teknis UTTP. Pasal 29

(1) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, dilakukan terhadap UTTP yang ditempatkan di:

a. Tempat Usaha;

b. tempat untuk menentukan ukuran, atau timbangan untuk kepentingan umum;

c. tempat melakukan penyerahan barang; atau

d. tempat menentukan pungutan atau upah yang didasarkan pada ukuran atau timbangan.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan terhadap UTTP yang digunakan untuk:

a. kepentingan umum; b. usaha;

c. menyerahkan atau menerima barang; d. menentukan pungutan atau upah;

e. menentukan produk akhir dalam perusahaan; dan/atau f. melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Ketiga Pengawasan BDKT

Pasa1 30

(1) Pengawasan BDKT dalam memenuhi kesesuaian pelabelan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) dilakukan untuk memeriksa kebenaran:

a. pencantuman kata dan nilai isi bersih, berat bersih atau netto untuk BDKT yang kuantitasnya dinyatakan dalam berat atau volume;

(13)

13

b. pencantuman kata dan nilai panjang, jumlah, isi, ukuran, atau luas untuk BDKT yang kuantitasnya dinyatakan dalam panjang, luas, atau jumlah hitungan;

c. pencantuman kata dan nilai bobot tuntas atau berat tuntas atau drained weight untuk BDKT yang bersifat padat dalam suatu media cair, selain pencantuman sebagaimana dimaksud dalam huruf a;

d. pencantuman kata dan nilai berat tabung kosong atau berat kosong untuk BDKT gas cair, selain pencantuman sebagaimana dimaksud dalam huruf a; dan

e. keterangan pada label yang meliputi warna barang, kuantitas barang dalam satuan dan lambang satuan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan serta warna dan alamat produsen, importir dan/atau pengemas BDKT.

(2) Dalam memeriksa kebenaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai dengan huruf d harus memperhatikan ukuran atau tinggi huruf, angka Kuantitas Nominal dan penulisan lambang satuan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan.

Pasal 31

(1) Pengawasan BDKT dalam memenuhi kebenaran kuantitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2), dilakukan untuk memeriksa Kuantitas Nominal BDKT sesuai dengan Kuantitas Sebenarnya atau masih dalam Batas Kesalahan yang Diizinkan.

(2) Pengawasan BDKT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan tanpa Merusak Kemasan atau Segel Kemasan.

(3) Pemeriksaan kuantitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan melalui pengujian sesuai petunjuk teknis pengujian yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Kementerian Perdagangan.

Pasal 32

Pengawasan terhadap BDKT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) dilakukan dengan melaksanakan proses:

a. pengamatan kasat mata dan pemeriksaan untuk kesesuaian pelabelan; dan/ atau

b. pengujian terhadap BDKT untuk kebenaran kuantitas. Bagian Keempat

Pengawasan Satuan Ukuran Pasal 33

Pengawasan Satuan Ukuran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3) dilakukan dengan melaksanakan pengamatan kasat mata terhadap penggunaan dan penulisan satuan, awal kata dan lambang satuan pada: a. UTTP;

b. kemasan BDKT;

c. pengumuman mengenai barang yang dijual dengan cara diukur, ditakar, dan ditimbang yang dilakukan melalui media cetak, media elektronik, atau surat tempelan; dan/atau

(14)

14

Bagian Kelima Tata Cara Pengawasan

Pasal 34

(1) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 ayat (1) dalam wilayah Kabupaten Rokan Hulu dikoordinasikan oleh Kepala Dinas melalui Kepala Bidang Metrologi.

(2) Pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pengawas Kemetrologian.

(3) Pengawas Kemetrologian sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) adalah Kepala Seksi Pengawasan dan Penyuluhan Kemetrologian yang dapat dibantu oleh Pejabat Fungsional Tertentu.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pejabat Fungsional Tertentu sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri Perdagangan.

Pasal 35

(1) Pengawasan Metrologi Legal dilaksanakan dengan ketentuan: a. mengenakan tanda pengenal pegawai;

b. mengenakan pakaian seragam dinas atau seragam pengawasan; c. membawa surat perintah tugas;

d. membawa formulir cerapan sesuai dengan objek yang diawasi; e. membawa peralatan yang diperlukan;

f. membuat Berita Acara Hasil Pengawasan; dan g. membuat Laporan Hasil Pengawasan.

(2) Surat Perintah Tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, untuk pengawasan yang dilakukan oleh:

a. Kepala Dinas ditandatangani oleh Bupati; dan

b. Unit Metrologi Legal ditandatangani oleh Kepala Dinas atau Sekretaris. (3) Bentuk seragam pengawasan, format surat perintah tugas, format formulir cerapan, daftar jenis peralatan, format berita acara hasil pengawasan dan format laporan hasil pengawasan diatur lebih lanjut dalam Petunjuk Teknis yang ditetapkan Kepala Dinas.

Pasal 36

(1) Dalam hal berdasarkan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 diduga terjadi pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Metrologi Legal, Pengawas Kemetrologian dapat melakukan pengamanan terhadap barang yang dianggap sebagai bukti awal dan/atau lokasi atau tempat barang dimaksud.

(2) Pengamanan terhadap barang yang dianggap sebagai bukti awal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara penutupan sementara menggunakan Metrology Line agar tidak terjadi perubahan terhadap barang dan/atau lokasi atau tempat barang dimaksud.

(3) Pengamanan terhadap UTTP yang dianggap sebagai bukti awal, selain menggunakan Metrology Line dapat dilakukan penyegelan dengan membubuhkan Segel Metrologi.

(4) Dalam hal barang yang diamankan merupakan barang bergerak atau dapat dipindahkan, terhadap barang tersebut diberikan Label Barang dalam Pengamanan.

(5) Pengamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) harus dibuatkan berita acara dengan format tercantum dalam Lampiran VII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

(15)

15

(6) Pengawas Kemetrologian yang melakukan pengamanan terhadap barang sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) dalam waktu paling lama 2 x 24 (dua kali duapuluh empat) jam harus melaporkan tindakan pengamanan kepada Atasan Pengawas Kemetrologian.

Pasal 37

(1) Setiap orang dilarang memutus, membuang atau merusak Metrology

Line, Segel Metrologi dan/atau label barang dalam pengamanan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (3) dan ayat (4).

(2) Pemutusan, pembuangan atau perusakan Metrology Line, Segel Metrologi dan/atau label barang dalam pengamanan hanya dapat dilakukan oleh Pengawas Kemetrologian.

(3) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan memutus, membuang atau merusak penyegelan suatu benda oleh atau atas nama penguasa umum yang berwenang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB V

TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN Pasal 38

(1) Pengawas Kemetrologian membuat berita acara hasil pengawasan dan laporan hasil pengawasan UTTP, BDKT atau Satuan Ukuran.

(2) Pengawas Kemetrologian menyampaikan laporan hasil pengawasan UTTP, BDKT atau Satuan Ukuran dengan melampirkan berita acara hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Atasan Pengawas Kemetrologian.

(3) Atasan Pengawas Kemetrologian melakukan evaluasi laporan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

BAB VI

PELAKSANAAN PENYIDIKAN Pasal 39

(1) Dalam hal berdasarkan hasil pengawasan yang dilaksanakan oleh Pengawas Kemetrologian ditemukan adanya dugaan tindak pidana dengan didukung oleh bukti permulaan yang cukup, Atasan Pengawas Kemetrologian dalam jangka waktu 2 x 24 (dua kali dua puluh empat) jam menerbitkan Surat Perintah Penyidikan.

(2) Penyidikan berdasarkan surat perintah penyidikan yang diterbitkan oleh Atasan Pengawas Kemetrologian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pengawas Kemetrologian.

(3) Pengawas Kemetrologian dalam melaksanakan penyidikan terhadap tindak pidana di bidang Metrologi Legal berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

(16)

16 Pasal 40

(1) Apabila Pengawas Kemetrologian pada Unit Metrologi Legal belum mampu melaksanakan penyidikan, maka Kepala Dinas dapat meminta bantuan kepada Kepala Kepolisian Resort Rokan Hulu

(2) Permintaan bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan Kepala Dinas dalam surat permohonan dengan melampirkan laporan hasil pengawasan dan bukti permulaan yang cukup adanya dugaan tindak pidana.

BAB VII

KOORDINASI DAN PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal 41

(1) Dalam upaya meningkatkan penyelenggaraan bidang Metrologi Legal, masyarakat dapat berperan serta dalam memberikan informasi/laporan apabila terdapat pelanggaran di bidang Metrologi Legal.

(2) lnformasi/laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Kepala Dinas.

(3) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus menindaklanjuti laporan masyarakat paling lambat 7 (tujuh) kerja setelah laporan diterima.

BAB VIII PELAPORAN

Pasal 42

(1) Kepala Dinas wajib menyampaikan laporan kegiatan pengawasan Metrologi Legal kepada Bupati baik secara lisan maupun tertulis secara berkala.

(2) Laporan bulanan kegiatan pengawasan Metrologi Legal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat data dan informasi mengenai data pelaksanaan pengawasan Metrologi Legal, penyuluhan Metrologi Legal, penyidikan tindak pidana di Bidang Metrologi Legal, serta evaluasi penyelengaraan pengawasan Metrologi Legal.

BAB IX

RETRIBUSI PELAYANAN TERA DAN TERA ULANG Pasal 43

(1) Bupati berwenang menetapkan pemungutan retribusi atas pelayanan Tera dan Tera Ulang UTTP kepada setiap orang atau badan.

(2) Pelaksanaan pemungutan retribusi pelayanan Tera dan Tera Ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Kepala Dinas.

(17)

17 BAB X

TATA CARA PENDAFTARAN DAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI Pasal 44

(1) Retribusi pelayanan Tera dan Tera Ulang alat UTTP dipungut dengan menggunakan SKRD yang disampaikan kepada pemilik alat UTTP.

(2) SKRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatangani oleh Petugas Penerima dan diketahui oleh Kasi Pelayanan Tera dan Tera Ulang.

BAB XI

TATA CARA PEMBAYARAN RETRIBUSI Pasal 45

(1) Pemungutan Retribusi Pelayanan Tera dan Tera Ulang dilakukan dengan menggunakan SSRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(2) Bentuk dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Kwitansi atau bukti setoran Bank.

(3) Pembayaran Retribusi Pelayanan Tera dan Tera Ulang harus dilakukan sekaligus.

(4) Pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan di Kas Umum Daerah melalui Bank yang ditunjuk atau di Bendahara Penerimaan/ Bendahara penerimaan pembantu yang telah ditetapkan oleh Bupati, paling lambat 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya masa retribusi.

(5) Apabila pembayaran masa Retribusi belum dilakukan setelah jatuh tempo pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (4), maka SKHP Tera dan Tera Ulang alat UTTP tidak diterbitkan dan tanda teranya dicabut kembali.

(6) Retribusi Pelayanan Tera dan Tera Ulang oleh Bendahara Penerimaan/ Bendahara penerimaan pembantu sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus disetor ke Kas Umum Daerah paling lambat 3 (tiga) hari kerja.

BAB XII

TATA CARA PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF Pasal 46

(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan Retribusi Pelayanan Tera dan Tera Ulang dapat diberi insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu. (2) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) berpedoman pada ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

BAB XIII PEMBIAYAAN

Pasal 47

Biaya yang dikeluarkan dalam pelaksanaan pengawasan dan penyidikan yang dilakukan oleh Pengawas Kemetrologian di Kabupaten Rokan Hulu dibebankan pada APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah menurut ketentuan peraturan perundang-undangan.

(18)

18 BAB XIV

KETENTUAN PENUTUP Pasal 48

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Rokan Hulu.

Ditetapkan di Pasir Pengaraian Pada tanggal Agustus 2020

BUPATI ROKAN HULU,

S U K I M A N Diundangkan di Pasir Pengaraian

Pada tanggal Agustus 2020 SEKRETARIS DAERAH, KABUPATEN ROKAN HULU

ABDUL HARIS

(19)

19

LAMPIRAN I

PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR TAHUN 2020

TENTANG

TATA CARA PENYELENGGARAAN TERA DAN TERA ULANG ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG DAN

PERLENGKAPANNYA, KALIBRASI SERTA PENGUJIAN BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS

DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN ROKAN HULU

ALAT-ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG,DAN PERLENGKAPANNYA YANG WAJIB DITERA DAN DITERA ULANG

No Alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya 1 Meter Kayu

2 Ban Ukur

3 Non Automatic Level Gauge: Depth tape

Ullaqe TemperatureInterface {UTI} 4 Automatic Level Gauge:

Capacitance Level Gauge Radar Level Gauge

Ultrasonic Level Gauge Float Level Gauge Servo Level Gauge

Electromagnetic Level Gauge 5 Meter Taksi

6 Meter Parkir 7 Takaran:

a. Takaran Kering b. Takaran Basah

8 Tangki Ukur Mobil Bahan Bakar Minyak

9 Tangki Ukur Tetap Silinder Tegak Bahan Bakar Minyak 10 Tangki Ukur Tongkang

11 Tangki Ukur Kapal 12 Timbangan Otomatis:

Timbangan Ban Berjalan

Weighing in Motion (Timbangan Kendaraan Bergerak) Railweight Bridge(Timbangan Kereta Api Bergerak) Timbangan Pengecekdan Penyortir

13 Timbangan Bukan Otomatis:

Timbangan Bukan Otomatis yang Penunjukannya Otomatis: 1) Timbangan Elektronik Kelas II, Kelas III, dan Kelas IIII 2) Timbangan Pegas

(20)

20

No Alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya Timbangan Otomatis yang penunjukannya Semi Otomatis (Timbangan Cepat Meja)

Timbangan Bukan Otomatis yang Penunjukannya bukan Otomatis 1)Neraca

2) Dacin

3) Timbangan Milisimal 4) Timbangan Sentisimal 5) Timbangan Desimal 6) Timbangan Bobot Ingsut 7) Timbangan Meja Beranger 14 Meter Kadar Air

15 Pompa Ukur Bahan Bakar Minyak

16 Pompa Ukur Elpiji (Liquified Petroleum Gas) 17 Pompa Ukur Bahan Bakar Gas

18 Meter Arus Bahan Bakar Minyak dan Produk Terkait: Positive Displacement Meter

Turbine Flow Meter

Mass Flow Meter (Meter Arus Pengukur Massa) 19 Meter Gas:

Meter Gas Rotary Piston Meter Gas Turbin

Meter Gas Diafragma Meter Gas Orifice

Ultrasonic Gas Flow Meter

20 Meter Air dengan Diameter Nominal (DN) 254 mm 21 Alat Ukur Energi Listrik (Meter kWh):

Meter kWh kelas 2 atau (A) dan kelas 1 atau (B) Meter kWh kelas 0,5 atau (C) dan kelas 0,2 atau (D)

BUPATI ROKAN HULU,

(21)

21

LAMPIRAN II

PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR TAHUN 2020

TENTANG

TATA CARA PENYELENGGARAAN TERA DAN TERA ULANG ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG DAN PERLENGKAPANNYA, KALIBRASI SERTA PENGUJIAN BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS

DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN ROKAN HULU SYARATDAN TATA CARA MEMPEROLEH PEMBEBASAN

DARI TERA ULANG UTTP

I. Syarat UTTP dapat Diberikan Pembebasan dari Tera Ulang

UTTP yang dapat memperoleh pembebasan dari tera ulang harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1. UTTP bertanda tera sah yang berlaku, kecuali bagi UTTP baru yang pembebasan tera ulangnya diajukan bersamaan dengan permohonan tera UTTP.

2. Setiap UTTP yang dibebaskan dari tera ulang hanya digunakan untuk kontroldi dalam perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9. 3. Permohonan pembebasan dari tera ulang UTTP diajukan kepada Kepala

Dinas, untuk UTTP yang berada di wilayah Kabupaten Rokan Hulu II. Tata Cara Memperoleh Pembebasan Tera Ulang UTTP

Tata cara untuk memperoleh pembebasan tera ulang UTTP adalah sebagai berikut:

1. Pemilik atau Pemakai UTTP mengajukan permohonan pembebasan tera ulang UTTP kepada Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Rokan Hulu dengan melampirkan:

a. data mengenai jenis, kapasitas, jumlah, nomor seri, kegunaan/fungsi, dan gambar denah lokasi UTTP terpasang di perusahaan dimaksud; dan

b. surat pernyataan bermeterai cukup yang menyatakan alasan UTTP tersebut diajukan pembebasan daritera ulang UTTP.

2. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Rokan Hulu meneliti kebenaran data yang disampaikan oleh pemohon yang bersangkutan.

3. Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada angka 2, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Rokan Hulu: a. menerbitkan Surat Keterangan Bebas Tera Ulang dengan

menggunakan format surat sebagaimana terlampir, dalam hal syarat dipenuhi; atau

b. menerbitkan surat penolakan, dalam hal syarat tidak dipenuhi Format Surat Keterangan Bebas Tera Ulang UTTP

(22)

22

PEMERINTAH KABUPATEN ROKAN HULU DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

Jln. Tuanku Tambusai Komplek Perkantoran PEMDA Rokan Hulu Telp (0762) 91975 Fax. (0762) 91475 Pasir Pengaraian

SURAT KETERANGAN BEBAS TERA ULANG UTTP Nomor:

Yang bertandatangan dibawah ini Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Rokan Hulu, memperhatikan:

1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan Pembebasan Untuk Ditera dan/ atau Ditera Ulang Serta Syarat-syarat Bagi Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya;

3. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor... Tahun 2018 tentang Alat-alat Ukur, Takar, Tirnbang, dan Perlengkapannya yang Wajib Ditera dan Ditera Ulang;

4. Surat Permohonan Nomor tanggal perihal Permohonan Pembebasan dari Tera Ulang UTTP;

Dengan ini menerangkan bahwa Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (UTTP) sebagaimana tercantum dalam Lampiran Surat Keterangan ini termasuk dalam UTTP yang dipakai atau digunakan untuk pengawasan/control didalam perusahaan dan oleh karena itu dibebaskan daritera ulang.

Terhadap UTTP yang tercantum dalam Lampiran Surat Keterangan ini harus: 1. Diberikan tulisan "HANYA UNTUK KONTROL PERUSAHAAN";

2. Selalu berada dilaboratorium, ruangan kantor, ruangan bengkel, gudang penimbunan, lingkungan perusahaan yang tidak terbuka untuk umum, dan ruangan tempat unit mesin produksi, kecuali tangki ukur kapal, tangki ukur tongkang atau tangki ukur mobil yang digunakan hanya sebagai alat angkut; dan

3. Segera dilaporkan kepada Kepala Dinas Perindustrian dan Perdangangan Kabupaten Rokan Hulu, apabila terjadi perubahan tempat atau fungsi.

Demikian Surat Keterangan ini dibuat dan apabila dalam pemeriksaan terdapat keadaan yang tidak sesuai dengan Surat Keterangan ini, maka Surat Keterangan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Kepala Dinas Perindustrian Dan Perdagangan

Ttd. ………..

(23)

23

Lampiran Surat Keterangan Bebas Tera Ulang UTTP Nomor Tanggal

I. Identitas Perusahaan

1. Nama Perusahaan : 2. Alamat Perusahaan : 3. Nomor Telp/Fax :

II. Identitas Pemilik/Pihak yang Bertanggung Jawab

1. Nama :

2. Alamat :

3. Nomor Telp/Fax : 4. Nomor ldentitas :

III. Perincian UTTP yang Dipakai atau Digunakan untuk Pengawasan/Kontrol di dalam Perusahaan

Nomor Jenis UTTP Kapasitas Jumlah UTTP Nomor Seri Kegunaan 1

dst.

Lampiran Surat Keterangan Bebas Tera Ulang UTTP Nomor :

Tanggal :

Gambar Denah Lokasi UTTP Terpasang di Perusahaan

Dibuat dengan sebenarnya,

Kepala Dinas Perindustrian

Penera Dan Perdagangan

Ttd. Ttd.

……….. ………..

BUPATI ROKAN HULU,

(24)

24

LAMPIRAN III

PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR TAHUN 2020

TENTANG

TATA CARA PENYELENGGARAAN TERA DAN TERA ULANG ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG DAN

PERLENGKAPANNYA, KALIBRASI SERTA PENGUJIAN BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS

DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN ROKAN HULU

JANGKA WAKTU TERA ULANG UTTP

No. Jenis UTTP Jangka Waktu Tera Ulang

(Tahun)

1. Automatic Level Gauge 2

2. Tangki Ukur Mobil Bahan Bakar Minyak 2 3. Tangki Ukur Tetap Silinder Tegak Bahan Bakar Minyak 10 4. Tangki Ukur Tongkang dan Tangki Ukur Kapal 6

5. Meter Gas Diafragma 10

6. Ultrasonic Gas Flow Meter 7

7. Meter Air - Diameter Nominal (DN) 5 50 mm;

- 50 mm < Diamater Nominal (DN) 5254 mm 5 3

8. Meter kWh Elektromekanik/Dinamis 15

9. Meter kWh Elektronik/Statis 10

10. Custody Transfer Measuring System (CTMS)/Sistem Tangki Ukur Terapung 3

11. Alat Perlengkapan UTTP

Mengikuti Jangka Waktu

Tera Ulang UTTP terkait

BUPATI ROKAN HULU,

(25)

25

LAMPIRAN IV

PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR TAHUN 2020

TENTANG

TATA CARA PENYELENGGARAAN TERA DAN TERA ULANG ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG DAN

PERLENGKAPANNYA, KALIBRASI SERTA PENGUJIAN BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS

DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN ROKAN HULU PERSYARATAN KETENTUAN UJI SAMPEL UTTP I. Penentuan Populasi UTTP

UTTP yang dapat dikategorikan menjadi populasi, yaitu: a. UTTP yang memiliki kesamaan:

1) pabrikan;

2) tipe atau model UTTP yang dibuktikan dengan Izin Tipe UTTP atau Izin Tanda Pabrik UTTP; dan

3) kelas keakurasian.

b. Selain harus memiliki kesamaan sesuai huruf a, UTTP hams memiliki kesamaan spesifikasi teknis:

1) Meter kWh yaitu:

(a) Tegangan nominal (Unom). (b) Arus maksimum (Imax). (c) Arus dasar (Id)

2) Meter air yaitu:

Untuk meter air kelas keakurasian 2 dengan laju alir sampai Q≤100 m3/jam.

(a) Laju alir permanen atau nominal (Q3).

(b) Ratio laju alir nominal/laju alir minimum (Q3/Q1). (c) Diameter nominal.

3) Meter gas diafragma yaitu: (a) Debit maksimum (Qmaks). (b) Kompensasi suhu.

(c) Sistem pengukuran (mekanik atau elektronik).

c. UTTP yang memiliki perbedaan tahun pelaksanaan tera atau tera ulang tidak lebih dan 12 (dua belas) bulan.

d. Populasi dapat dimungkinkan memiliki merek dan/atau tipe serta nama pabrikan yang berbeda dengan ketentuan:

1) Telah memiliki Izin Tipe UTTP atau Izin Tanda Pabrik UTTP 2) Memiliki kesamaan spesifikasi teknis sebagaimana dimaksud

pada huruf b.

3) UTTP milik perusahaan yang sama. II. Pengambilan Sampel UTTP

a. Acuan pengambilan sampel dan cadangan yang akan digunakan tercantum pada Tabel 1 dan Tabel 2;

b. Tidak diperbolehkan mengganti sampel awal yang dipilih ke sampel lainnya setelah proses pengambilan sampel UTTP

berlangsung, kecuali mendapat persetujuan dari UPT atau Bidang Metrologi.

(26)

26

Tabel 1 Pengujian Sampel Tunggal Untuk Meter kWh, Meter Air, dan Meter Gas Diafragma

No Jumlah Populasi Jumlah Sampel UTTP

Kriteria Jumlah Sampel

UTTP yang Tidak Sesuai Jumlah Sampel UTTP Cadangan Populasi yang Diterima Populasi yang Ditolak 1 s.d 1.200 50 1 2 10 2 1.201 s.d 3.200 80 3 4 16 3 3.201 s.d 10.000 125 5 6 25 4 10.001 s.d 35.000 200 10 11 40

(27)

27

Tabel 2 Pengujian Sampel Ganda Untuk Meter kWh, Meter Air, dan Meter Gas Diafragma

No Jumlah Populasi Sampel Jumlah Sampel UTTP

Jumlah Sampel Kumulatif

Kriteria Jumlah Sampel UTTP yang Tidak

Sesuai Jumlah Sampel UTTP Cadangan Populasi yang Diterima Populasi yang Ditolak Untuk Mengambil Sampel kedua*) 1 s.d 1.200 Pertama 32 32 0 2 1 6 Kedua 32 64 1 2 6 2 1.201 s.d 3.200 Pertama Kedua 50 50 100 50 1 4 4 5 2 s.d 3 10 10 3 3.201 s.d 10.000 Pertama Kedua 80 80 2 5 3 s.d 4 16 80 160 6 7 16 4 10.001 s.d 35.000 Pertama Kedua 125 125 5 9 6 s.d 8 25 125 250 12 13 25 Penjelasan

1. Siapkan sampel pertama dan kedua dengan jumlah sesuai tabel 2

2. Uji sampel pertama, apabila hasil pengujian memenuhi kriteria maka seluruh populasi diterima.

3. Apabila hasil pengujian sampel pertama tidak memenuhi kriteria, pengujian sampel kedua dilakukan dengan jumlah sampel

4. pertama yang tidak memenuhi kriteria harus sesuai kolom *)

(28)

28

III. Pemilihan dan Pengkondisian Sampel UTTP

Pemilihan dan pengkondisian sampel UTTP harus memperhatikan hal-hal berikut:

a. Pemilihan sampel UTTP dilakukan oleh UPT atau Bidang Metrologi berdasarkan usulan dari pemilik UTTP atau Pihak ketiga (pihak yang dikuasakan);

b. Pemilik UTTP atau Pihak ketiga membuat surat pernyataan yang menerangkan bahwa sampel UTTP yang akan diuji diambil dari pelanggan atau konsumennya;

c. Metode dan waktu pengambilan, baik untuk sampel tunggal maupun ganda, serta waktu dan cara pengiriman ke tempat pengujian ditentukan berdasarkan kesepakatan antara UPT atau Bidang Metrologi dan pemilik UTTP atau Pihak ketiga;

d. Selama dalam pengangkutan UTTP tidak boleh mendapat benturan atau gangguan yang keras;

e. Selama proses pengambilan, penyimpanan, dan pengangkutan tidak boleh dilakukan perbaikan, penjustiran, penggantian komponen, atau sejenisnya terhadap sampel UTTP;

f. UPT atau Bidang Metrologi menetapkan batas waktu penyimpanan sampel UTTP dengan pertimbangan UTTP tidak mengalami perubahan spesifikasi teknis. Khusus Meter Air, batas waktu penyimpanan tidak melebihi 1(satu) bulan dari tanggal pengambilan sampai dengan tanggal pengujian sampel UTTP untuk mencegah dan pengeringan;

g. Khusus Meter Air bagian inlet dan outlet socket harus dalam keadaan tertutup setelah dilepas dan instalasi. Dalam sampel Meter Air harus terdapat air sebanyak mungkin agar tetap basah dan untuk menghilangkan kotoran dapat dilakukan pembilasan. IV. Pengujian Sampel UTTP

Pengujian sampel dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Sampel UTTP harus sesuai dengan spesifikasi yang terdapat dalam surat Izin Tipe UTTP atau Izin Tanda Pabrik UTTP;

b. Penunjukan UTTP harus berfungsi, jelas, dan mudah dibaca; c. Sampel UTTP Cadangan

1)Sebelum pengujian dimulai, diperbolehkan untuk menggantisampel UTTP dengan sampel UTTP cadangan, apabila sampel UTTPyang dipilih:

a) mempunyai kerusakan pada bagian luar; b) mempunyai tanda pelindung yang rusak; atau

c) mengalami kerusakan yang tidak memungkinkan untuk dioperasikan.

2)Jumlah aktual sampel UTTP yang dapat digantikan oleh sampel UTTP cadangan tergantung dari ukuran populasi, sesuai dengan Tabel 1 dan Tabel 2;

3)Penggantian hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali setelah pemeriksaan secara visual. Sampel UTTP cadangan yang digunakan sebagai pengganti dipilih dari populasi sampel UTTP cadangan secara acak;

4)Pada kasus angka 1) huruf a dan huruf b, jumlah sampel UTTP yang dapat diganti dengan sampel UTTP cadangan hanya 6% dari keseluruhan sampel.

(29)

29

d. Metode pengujian harus sesuai dengan Syarat Teknis UTTP yang terkait.

V. Hasil Pengujian Sampel UTTP

a. Hasil pengujian harus dicatat, disimpan dan dievaluasi oleh UPT atau Bidang Metrologi;

b. Persyaratan populasi UTTP diterima atau ditolak tercantum dalam Tabel 1 dan Tabel 2;

c. Populasi UTTP diterima jika sampel UTTP yang diuji memenuhi persyaratan. Apabila populasi UTTP ditolak, semua UTTP dalam populasi tersebut harus ditera ulang atau diganti dengan UTTP yang bertanda tera sah;

d. Jika populasi UTTP diterima setelah uji sampel dilakukan, maka UPT atau Bidang Metrologi membuat surat keterangan yang menyatakan bahwa rincian populasi UTTP tersebut telah memenuhi syarat pengujian sampel dan selanjutnya dibubuhi tanda tera sah.

BUPATI ROKAN HULU,

(30)

30

LAMPIRAN V

PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR TAHUN 2020

TENTANG

TATA CARA PENYELENGGARAAN TERA DAN TERA ULANG ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG DAN

PERLENGKAPANNYA, KALIBRASI SERTA PENGUJIAN BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS

DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN ROKAN HULU

FORMAT SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PERUSAKAN UTTP SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PERUSAKAN UTTP Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Jabatan :

Nama Perusahaan : Alamat Usaha :

Berdasarkan hasil pemeriksaan dan pengujian UTTP yang menyatakan bahwa UTTP tidak memenuhi persyaratan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau tidak mungkin diperbaiki lagi, dengan ini menyatakan bersedia untuk dilakukan perusakan atas UTTP tersebut, agar tidak dapat difungsikan kembali, dengan perincian UTTP sebagai berikut:

No Jenis UTTP Merek Tipe Jumlah

1 2 dst

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan segala kesadaran.

………..,……… Pemilik UTTP/Pihak Ketiga (Kuasa),

Meterai cukup (Nama Jelas)

BUPATI ROKAN HULU,

(31)

31

LAMPIRAN VI

PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR TAHUN 2020

TENTANG

TATA CARA PENYELENGGARAAN TERA DAN TERA ULANG ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG DAN

PERLENGKAPANNYA, KALIBRASI SERTA PENGUJIAN BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS

DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN ROKAN HULU FORMAT BERITA ACARA PERUSAKAN UTTP

PEMERINTAH KABUPATEN ROKAN HULU DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

Jln. Tuanku Tambusai Komplek Perkantoran PEMDA Rokan Hulu Telp (0762) 91975 Fax. (0762) 91475 Pasir Pengaraian

BERITA ACARA

PERUSAKAN ALAT-ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG DAN PERLENGKAPANNYA

Pada hari …………. Tanggal ………… bulan ……….. tahun ……… pukul………..

Saya bernama : ………,selaku Penera berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Nomor ………., tanggal……...

NIP : ………

Jabatan : ………

Kantor : ………

Alamat Kantor : ……… Telah memeriksa dan menguji

Jenis UTTP : ……… Merek/ tipe : ……… Kapasitas : ……… Tempat : ……… Pemilik : ……… Alamat : ………

Berdasarkan hasil pemeriksaan dan pengujian, ternyata alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya (UTTP) tersebut tidak memenuhi persyaratan/ketentuan peraturan perundangan-undangan dan tidak dapat diperbaiki lagi, karena:

1. ………. 2. ……….

3. ……….; (dst.)

Berdasarkan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal dan pertimbangan sebagaimana tersebut di atas, Alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya (UTTP) telah dilakukan perusakan.

(32)

32 1. Nama Pemilik/Pihak Ketiga (kuasa) :

2. Alamat :

3. Pekerjaan :

Demikian berita acara perusakan UTTP ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Saksi-saksi: Pemilik UTTP/Pihak Yang Membuat Ketiga (kuasa), Berita Acara

Penera, 1 ………..

2 ……….. ………. ……….

BUPATI ROKAN HULU,

(33)

33

LAMPIRAN VII

PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR TAHUN 2020

TENTANG

TATA CARA PENYELENGGARAAN TERA DAN TERA ULANG ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG DAN

PERLENGKAPANNYA, KALIBRASI SERTA PENGUJIAN BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS

DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN ROKAN HULU FORMAT BERITA ACARA PEMASANGAN METROLOGY LINE, PEMBUBUHAN SEGEL METROLOGI DAN/ATAU PEMASANGAN LABEL

BARANG DALAM PENGAMANAN

PEMERINTAH KABUPATEN ROKAN HULU DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

Jln. Tuanku Tambusai Komplek Perkantoran PEMDA Rokan Hulu Telp (0762) 91975 Fax. (0762) 91475 Pasir Pengaraian

BERITA ACARA PEMASANGAN METROLOGY LINE, PEMBUBUHAN SEGEL METROLOGI DAN/ATAU PEMASANGAN LABEL BARANG DALAM PENGAMANAN

Nomor :___________

Pada hari ini……….tanggal……… bulan ………… tahun………, Pukul……….Saya :………..NIP………, Pangkat………., Jabatan………….. selaku………., dari kantor tersebut di atas bersama-sama dengan :

1. Nama :

NIP :

Pangkat/ Gol/ Ruang :

Jabatan :

Unit/Instansi :

2. Nama :

NIP :

Pangkat/ Gol/ Ruang :

Jabatan :

Unit/Instansi : Berdasarkan :

1. Surat Perintah Tugas Nomor:………tanggal……… 2.

Telah melakukan pemasangan Metrology Line, Pembubuhan Segel Metrologi dan/atau Pemasangan Label Barang dalam Pengamanan terhadap:______________Dari ________________________ Nama Pemilik/Pengguna : Tempat/Tgl.Lahir : Jenis Kelamin : Kewarganegaraan : Agama : Pekerjaan :

(34)

34 Alamat/Tempat tinggal :

Dengan disaksikan oleh

1. Nama : Alamat : Jabatan : 2. Nama : Alamat : Jabatan :

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal. Demikianlah Berita Acara Pemasangan Metrology Line, Pembubuhan Segel Metrologi dan/atau Pemasangan Label Barang dalam Pengamanan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat ditindaklanjuti.

(Tempat dan Tanggal)

Pelaku Usaha, Petugas,

_________ __________

NIP……….. Saksi-saksi:

_________ __________

BUPATI ROKAN HULU,

Gambar

Gambar Denah Lokasi UTTP Terpasang di Perusahaan
Tabel 1 Pengujian Sampel Tunggal Untuk Meter kWh, Meter Air, dan  Meter Gas Diafragma
Tabel 2  Pengujian Sampel Ganda Untuk Meter kWh, Meter Air, dan Meter Gas Diafragma

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (2) Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 7 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 Ayat (2) Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 7 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten

(7) Pendauran ulang sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan pemanfaatan kembali sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (5) yang mengandung B3 dan/atau limbah B3

Beberapa Ketentuan dalam Peraturan Bupati Rokan Hulu Nomor 28 Tahun 2019 tentang Standar Biaya Kegiatan Pemerintah Desa di Kabupaten Rokan Hulu Sebagaimana telah di ubah dengan

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 ayat (5) Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Nomor 4 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Nomor 10

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (2) Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 7 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten

APBD Kabupaten Rokan Hulu Tahun Anggaran 2020 yang sebelumnya telah dituangkan didalam Peraturan Daerah Kabupaten Rokan Hulu Nomor 7 Tahun 2019 tentang Anggaran

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 11 ayat (3) Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pajak Bumi dan Bangunan