• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) PADI SAWAH DI KECAMATAN PADANG JAYA KABUPATEN BENGKULU UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) PADI SAWAH DI KECAMATAN PADANG JAYA KABUPATEN BENGKULU UTARA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS

UNGGUL BARU (VUB) PADI SAWAH

DI KECAMATAN PADANG JAYA KABUPATEN BENGKULU UTARA

Yong Farmanta dan Yartiwi

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jalan Irian km 6,5 Bengkulu

Email: bptp_bengkulu@yahoo.com

ABSTRACT

The use of high yielding varieties provide technical and economic benefits for the development of many agricultural businesses, such as uniform plant growth, higher yield, higher quality results and in accordance with the tastes of consumers, high resilience against pests and diseases and adapt to its environment so as to minimize the use of inputs such as fertilizers and pesticides The purpose of the assessment is to get a variety of adaptive assessment based on variability in the location of the plant and the productivity achieved on some lowland rice VUB Inpari 14, 15, 18 and 20 through Inpari PTT technology. Assessment conducted on irrigated land in the village of Marga Jaya Sakti Padang District of North Bengkulu Bengkulu province from May to August 2012. Draft used in the study was a randomized block design (RAK) a single factor, namely rice varieties Inpari consisting of 4 levels ie Inpari 14, 15, 18 and 20, each of which was repeated 6 times. The technology applied is the PTT component lowland rice. The data is the data collected plant growth and yield components. Data were analyzed by analysis of variance (ANOVA) and further tested by DMRT to determine differences between treatments. Assessment results that are statistically from four varieties based on variability of growth and results showed significant differences between varieties. Inpari 14 and 15 is more adaptive than Inpari 18 and 20 based on plant height, number of productive tillers, panicle length, number of grain pithy and 1000 grain weight at an average of 101 and 100.17 cm, 17.33 and 15.33 tillers, 19.50 and 19.67 cm, 84 and 103.50 grains, 25 and 23:33 gr.

Keywords: VUB, paddy fields, technology ptt

ABSTRAK

Penggunaan varietas unggul memberikan manfaat teknis dan ekonomis yang banyak bagi perkembangan suatu usaha pertanian, diantaranya pertumbuhan tanaman menjadi seragam, rendemen lebih tinggi, mutu hasil lebih tinggi dan sesuai dengan selera konsumen, ketahana yang tinggi terhadap gangguan hama dan penyakit dan beradaptasi yang tinggi terhadap lingkungan sehingga dapat memperkecil penggunaan input seperti pupuk dan pestisida. Tujuan pengkajian adalah untuk mendapatkan varietas yang adaptif di lokasi pengkajian berdasarkan keragaan tanaman dan produktivitas yang dicapai pada beberapa Varietas Unggul Baru (VUB) padi sawah Inpari 14, 15, 18 dan Inpari 20 melalui teknologi PTT. Pengkajian dilakukan pada lahan sawah irigasi di Desa Marga Sakti, Kecamatan Padang Jaya, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu dari bulan Mei sampai dengan Agustus 2012. Rancangan yang digunakan dalam pengkajian adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktor tunggal yaitu varietas padi Inpari yang terdiri dari 4 taraf yaitu Inpari 14, 15, 18 dan 20 yang masing-masing diulang sebanyak 6 kali. Teknologi yang diterapkan adalah komponen PTT padi sawah. Data yang dikumpulkan yaitu data pertumbuhan tanaman dan komponen hasil. Data dianalisis dengan analisis sidik ragam (ANOVA) dan diuji lanjut dengan DMRT untuk mengetahui perbedaan

(2)

antar perlakuan. Hasil pengkajian bahwa secara statistik dari keempat varietas berdasarkan keragaan pertumbuhan dan hasil menunjukkan perbedaan yang nyata antar varietas. Varietas Inpari 14 dan 15 lebih adaptif dibandingkan varietas Inpari 18 dan 20 berdasarkan dari tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah bernas dan berat 1000 butir yaitu rata-rata 101 dan 100,17 cm, 17,33 dan 15,33 anakan, 19,50 dan 19,67 cm, 84 dan 103,50 butir, 25 dan 23.33 gr.

Kata kunci : VUB, padi sawah, teknologi ptt

PENDAHULUAN

Komoditas tanaman pangan memiliki peranan pokok sebagai pemenuh kebutuhan pangan. Padi merupakan tulang punggung pembangunan subsektor tanaman pangan dan berperan penting terhadap pencapaian ketahanan pangan. Padi juga memberikan kontribusi besar terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional (Damardjati, 2006; Dirjen Tanaman Pangan, 2008; Sembiring dan Abdulrahman, 2008). Untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional, pada tahun 2011 Kementerian Pertanian telah menetapkan target produksi sebesar 70,60 juta ton GKP. Sampai dengan tahun 2014 pertumbuhan produksi padi ditargetkan meningkat sebesar 5,22% per tahun (Kementerian Pertanian, 2011).

Berdasarkan agroekosistem dan kesesuaian lahannya, tanaman padi mempunyai potensi dan peluang yang besar untuk dikembangkan di Provinsi Bengkulu. Provinsi Bengkulu memiliki lahan sawah seluas 105.177 ha dengan produktivitas yang masih rendah (4,06 t/ha). Produktivitas padi di Bengkulu masih relatif rendah yaitu 4,06 t/ha (BPS Provinsi Bengkulu, 2011), sedangkan potensi hasilnya dapat mencapai 6,5 t/ha untuk padi. Penyebabnya antara lain adalah penggunaan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi dan benih bersertifikat di tingkat petani masih relatif rendah (sekitar 40-50%), penggunaan pupuk yang belum rasional dan efisien, penggunaan pupuk organik yang belum populer dan budidaya spesifik lokasi masih belum diadopsi dan terdifusi secara baik. Upaya dan strategi untuk meningkatkan produktifitas dan produksi mutlak diperlukan melalui implementasi inovasi teknologi (Kustiyanto, 2001). Turunnya produktivitas padi juga disebabkan penggunaan varietas yang sama pada suatu wilayah dalam kurun waktu yang lama sehingga tidak mampu lagi untuk berproduksi lebih tinggi karena penurunan kemampuan genetiknya (Makarim, et, al., 2004). Untuk dapat menunjukkan potensi hasilnya, varietas memerlukan kondisi lingkungan atau agroekosistem tertentu (Rubiyo dkk., 2005).

Menurut Baehaki (2001), penggunaan varietas unggul baru merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan hasil dan mengantisipasi kegagalan usaha tani padi sawah di tingkat petani, dimana varietas unggul yang beredar sekarang, suatu saat hasilnya akan menurun dan ketahanan terhadap hama penyakit tertentu juga berkurang. VUB adalah kelompok tanaman padi yang

(3)

memiliki karakteristik umur kisaran 100 – 135 HSS (hari setelah semai), anakan banyak (>20 batang/rumpun) dan bermalai lebat (150 butir/malai).

Disadari bahwa adopsi varietas unggul baru padi sawah di tingkat petani tidaklah mudah dan diperlukan informasi tentang kesesuaian varietas dengan kondisi spesifik lokasi. Tidak semua varietas mampu tumbuh dan berkembang pada berbagai agroekosistem. Dengan kata lain, tiap varietas akan memberikan hasil yang optimal jika ditanam pada lahan yang sesuai (Kustiyanto, 2001). Tujuan dilakukan pengkajian adalah untuk mendapatkan varietas yang adaptif di lokasi pengkajian berdasarkan keragaan tanaman dan produktivitas yang dicapai pada beberapa VUB padi sawah Inpari 14, 15, 18 dan Inpari 20 melalui teknologi PTT.

METODE PENGKAJIAN

Pengkajian dilakukan pada lahan sawah irigasi di Desa Marga Sakti, Kecamatan Padang Jaya, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu dari bulan Mei sampai dengan Agustus 2012 seluas 6 ha yang melibatkan 8 orang petani.Rancangan yang digunakan dalam pengkajian adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktor tunggal yaitu varietas padi Inpari yang terdiri dari 4 taraf yaitu Inpari 14, 15, 18 dan 20 yang masing-masing diulang sebanyak 6 kali.

Teknologi yang diterapkan adalah PTT yang terdiri atas komponen varietas padi Inpari kelas BP (Benih Pokok), jumlah benih 25 kg/ha, dengan petak persemaian 1/20 luas penanaman, pengolahan tanah sempurna, umur bibit muda <21 HSS dengan sistem tanam legowo 4:1 (jarak tanam 20 x 10 x 40 cm) dan pupuk NPK Phonska 350 kg/ha dan Urea 100 kg/ha, 3 kali pemupukan, I = 7 HST, II = 22 HST dan III = 35 HST, pengendalian gulma secara manual, pengendalian hama dan penyakit dengan prinsip PHT serta panen dan gabah segera dirontok menggunakan power threser.

Pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung dengan melakukan budidaya. Data yang dikumpulkan yaitu data pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman dan jumlah anakan), dan komponen hasil (panjang malai, gabah isi/malai, gabah hampa/malai, berat 1000 butir dan produktivitas). Data dianalisis dengan analisis sidik ragam (ANOVA) dan diuji lanjut dengan DMRT untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik wilayah pengkajian

Kecamatan Padang Jaya merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Bengkulu Utara dengan luas wilayah 178,35 km2 (4,03 %) yang terdiri dari 12 Desa. Jumlah penduduk di

(4)

Kecamatan Padang Jaya 28.270 jiwa (10,51%) terdiri dari 14.453 jiwa laki-laki dan 13.817 jiwa perempuan, dengan sex ratio 104,60.

Luas panen padi pada tahun 2013 di Kecamatan Padang Jaya tercatat 15,17 hektar terdiri atas padi sawah dan 13,63 ha dan padi ladang 154 ha padi ladang. Produksi padi sawah mencapai 4.770,5 t (produktvitas 3,5 t/ha) dan produksi padi ladang 324,4 t (produktivitas 2,0 t/ha) (BPS Provinsi Bengkulu, 2013).

Keadaan iklim di Kabupaten Bengkulu Utara yaitu 199 kali hari hujan dengan curah hujan 4.397 mm.

2. Pertumbuhan Tanaman

Hasil uji statistik terhadap parameter tinggi tanaman menunjukkan perbedaan yang nyata antara Inpari 14, 15 dan 18 terhadap varietas Inpari 20. Sedangkan jumlah anakan produktif Inpari 14 berbeda nyata dengan Inpari 15 dan 18, dan berbeda sangat nyata terhadap Inpari 20. Adapun rata-rata hasil pengukuran terhadap tinggi tanaman dan jumlah anakan produktif dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1. Rata-rata hasil pengukuran tinggi tanaman (cm) dan jumlah anakan produktif

(anakan) masing-masing perlakuan.

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Anakan (anakan)

Inpari 14 101,00a 17,33a

Inpari 15 100,17a 15,33b

Inpari 18 98,83ab 15,33b

Inpari 20 94,00b 13,00c

Keterangan : Angka-angka pada kolom yangsama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5 %

Pertumbuhan merupakan proses dalam kehidupan tanaman yang mengakibatkan perubahan ukuran, pertambahan bobot, volume dan diameter batang dari waktu ke waktu. Keberhasilan pertumbuhan suatu tanaman dikendalikan oleh faktor-faktor pertumbuhan. Ada dua faktor penting yang berpengaruh dalam pertumbuhan suatu tanaman, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik berkaitan dengan pewarisan sifat/perilaku tanaman itu sendiri, sedangkan faktor lingkungan berkaitan dengan kondisi lingkungan dimana tanaman itu tumbuh. Setiap varietas tanaman memiliki kemampuan yang berbeda dalam hal memanfaatkan sarana tumbuh dan kemampuan untuk melakukan adaptasi dengan lingkungan sekitar, sehingga mempengaruhi potensi hasil tanaman. Selain itu, jumlah anakan padi juga berkaitan dengan periode pembentukan phyllochron. Phyllochron adalah periode muncul satu sel batang, daun dan akar yang muncul dari dasar tanaman dan perkecambahan selanjutnya. Semakin tua bibit dipindah ke lapang, semakin sedikit jumlah phyllochron yang dihasilkan, sedangkan semakin muda bibit dipindahkan, semakin banyak

(5)

jumlah phyllochron yang dihasilkan sehingga anakan yang dapat dihasilkan juga semakin banyak (Sunadi, 2008).

Perbedaan tinggi tanaman dari empat varietas yang di uji ini diduga karena sifat genetis dari varietas dan pengaruh keadaan lingkungan. Tinggi tanaman juga merupakan salah satu kriteria seleksi pada tanaman padi, tetapi pertumbuhan yang tinggi belum menjamin tingkat produksinya (Suprapto dan Dradjat, 2005). Tanaman akan tumbuh lebih rendah bila ditanam pada lokasi yang lebih tinggi dari permukaan laut (Simanulang, 2001).

Anakan produktif merupakan anakan yang menghasilkan malai sebagai tempat kedudukan biji/ bulir padi. Varietas unggul baru biasanya mempunyai 20-25 anakan, namun hanya 14-15 anakan yang malainya dapat dipanen, dengan jumlah gabah per malai 100-130 butir. Hal ini disebabkan anakan yang tumbuh belakangan terlambat masak sehingga tidak dapat dipanen. Anakan utama juga cenderung menghasilkan gabah yang lebih tinggi dari anakan kedua, ketiga dan seterusnya

Jumlah anakan produktif per rumpun atau per satuan luas merupakan penentu terhadap jumlah malai yang merupakan salah satu komponen hasil yang berpengaruh langsung terhadap tinggi rendahnya hasil gabah (Simanulang, 2001). Makin banyak anakan produktif maka makin banyak jumlah malai yang terbentuk. Terdapat korelasi antara jumlah malai dengan hasil karena makin banyak jumlah malai makin tinggi juga hasil tanaman padi,sama halnya dengan hasil penelitian Muliadi dan Pratama (2008) menunjukkan bahwa jumlah malai berkorelasi positif nyata terhadap hasil tanaman.

4. Komponen Hasil

Hasil uji statistik semua parameter komponen hasil menunjukkan hanya pada parameter panjang malai yang tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan, sedangkan parameter yang lain menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan (Tabel 2).

Tabel 2. Data komponen hasil panjang malai (cm), jumlah anakan (batang), gabah hampa (butir), gabah isi (butir), berat 1000 butir (g) masing-masing perlakuan.

Perlakuan Panjang Malai (cm) Gabah Hampa (butir) Gabah Bernas (butir) Jumlah Gabah B-1000 butir (g) Provitas (t/h) Inpari 14 19,50a 21,33bc 84,00b 105,33b 25,00a 6,7 Inpari 15 19,67a 18,17c 103,50a 121,67a 23,33a 6,6 Inpari 18 16,33a 35,50a 68,67c 104,33b 19,17b 4,7 Inpari 20 16,33a 30,0a 70,33a 100,33b 20,17b 4,3

Keterangan : Angka-angka pada kolom yangsama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5 %

(6)

Potensi hasil suatu varietas padi ditentukan oleh empat komponen, yaitu panjang malai, jumlah gabah per malai, persentase gabah isi, gabah hampa dan berat 1000 butir gabah (Yoshida, 1981). Pada hasil kajian (Tabel 2) terlihat bahwa semakin panjang malai terbentuk maka jumlah gabah semakin banyak dan tingkat kebernasan gabah tinggi hal ini ditunjukkan bahwa varietas Inpari 14 dan 15 merupakan malai terpanjang, jumlah gabah yang dihasilkan dan tingkat kebernasan tertinggi. Sedangkan varietas Inpari 18 dan 20 merupakan malai terpendek, jumlah gabah yang dihasilkan dan tingkat kebernasan tertinggi.

Introduksi VUB diharapkan mampu meningkatkan produksi dibandingkan varietas yang ditanam pada musim sebelumnya. Hasil kajian Sirappa et, al., (2007), membuktikan bahwa intorduksi varietas unggul baru yang didukung teknologi lainnya mampu memberikan hasil 21-54% lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pencapaian hasil suatu varietas harus didukung oleh teknologi dan lingkungan tumbuh yang optimal. Dalam pelaksanaan PTT rakitan teknologi yang diterapkan adalah perpaduan antara teknologi PTT dengan teknologi petani sehingga varietas yang memberikan keragaan pertumbuhan dan hasil yang lebih baik akan dianggap sebagai varietas yang dapat diintroduksikan sebagai varietas unggul baru yang mampu beradaptasi dengan baik pada daerah tersebut.

Seiring dengan hasil penelitian Anggraini et, al., (2013) bahwa tanaman padi dengan perlakuan umur bibit 7 dan 14 hari mampu meningkatkan jumlah malai per rumpun, bobot gabah per rumpun, produksi GKG t/ha bila dibandingkan umur bibit 21 dan 28 hari. Penggunaan umur bibit tua yaitu 21 dan 28 hari masih dapat dilakukan namun menurunkan hasil tanaman padi bila dibandingkan umur bibit muda 7 dan 14 hari.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengkajian dapat disimpulkan bahwa varietas Inpari 14 dan 15 lebih adaptif dibandingkan varietas Inpari 18 dan 20 hal ini di tunjukkan dari panjang malai, jumlah gabah bernas dan berat 1000 butir melalui teknologi PTT. Produktivitas yang dicapai rata-rata Inpari 14 dan 15 yaitu 6,7 t GKP/ha dan 6,6 t GKP/ha.

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, F., A. Suryanto dan N. Aini. 2013. Sistem Tanam Dan Umur Bibit Pada Tanaman Padi Sawah (Oryza Sativa. L.) Varietas Inpari 13. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya . Malang. Jurnal Produksi Tanaman Vol. 1(2).

Baehaki, S.E. 2001. Skrining Lapangan Terhadap Hama Utama Tanaman Padi. Pelatihan dan Koordinasi Progam Pemuliaan Partisipatif (Shuttle Breeding) dan Uji Multi Lokasi. Balai Penelitian Tanaman Padi sukamandi, 9-14 April 2001.

BPS Provinsi Bengkulu. 2011. Berita Resmi Statistik Nomor 43/11/17/th.V, 1 November 2011. BPS. 2011.

BPS Provinsi Bengkulu. 2013. Provinsi Bengkulu Dalam Angka. Bappeda dan BPS Provinsi Bengkulu. Bengkulu 545 p.

Damardjati, J.S. 2006. Learning from Indonesian Experiences in Achieve Rice Self Sufficientcy. In Rice Industry, Culture, and Environment. ICCR, ICFORD, IAARD. Jakarta.

Ditjen Tanaman Pangan. 2008. Pedoman Umum: Peningkatan Produksi dan Produktivitas Padi, Jagung, dan Kedelai melalui pelaksanaan SL-PTT. Dirjen Tanaman Pangan. 72 p.

Kustiyanto. 2001. Kriteria seleksi untuk sifat toleran cekaman lingkungan biotik dan abiotik. Makalah Penelitian dan Koordinasi pemuliaan Partisipatif (Shuttle Breeding) dan Uji Multilokasi. Sukamandi.

Makarim, A.K., Irsal Las, A.M. Fagi, I.N. Widiarta dan D. Pasaribu. 2004. Padi Tipe Baru, Budidaya dengan Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu. Pedoman bagi Penyuluh Pertanian. Balitpa. Sukamandi.

Muliadi A., R. Heru Pratama. 2008. Korelasi Antara Komponen Hasil dan Hasil Galur Harapan Padi Sawah Tahan Tungro. Prosd. Seminar Nasional Padi; Inovasi teknologi padi mengantisipasi perubahan iklim global mendukung ketahanan pangan (1):165-171. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi.

Rubiyo, Suprapto, dan Aan Drajat. 2005. Evluasi beberapa galur harapan padi sawah di Bali. Buletin Plasma Nutfah. Vol 11. No 1:6-10.

Sembiring, H. dan Abdulrahman, H. 2008. Filosofi dan Dinamika Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah. BB Penelitian Padi sawah. Sukamandi.

Simanulang, Z.A. 2001. Kriteria Seleksi untuk Sifat Agonomis dan Mutu. Pelatihan dan Koordinasi Progam Pemuliaan Partisipatif (Shuttle Breeding) dan Uji Multilokasi. Sukamandi 9-14 April 2001. Balitpa. Sukamndi.

Sirappa M.P., A.J. Rieuwpassa dan E.D. Waas. 2007. Kajian Pemberian Pupuk NPK pada Beberapa Varietas Unggul Padi Sawah di Seram Utara. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 10 (1). Badan Litbang Pertanian. Jakarta. 48 -56.

Sunadi. 2008. Modifikasi paket teknologi SRI (The System or Rice Intensification) untuk meningkatkan hasil padi (Oryza sativa. L) sawah. ). Disertasi Doktor Ilmu Pertanian pada Program Pascasarjanan Unand. Padang.

Suprapto dan A. Dradjat. 2005 uletin Plasma Nutfah Vol. 11 No. 1 tahun 2005.

Suprihatno, B., Aan A. Daradjat., Satato., Erwin Lubis., Baehaki, SE., S. Dewi Indrasari., I Putu Wardana dan M.J. Mejaya. 2011. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi. 118 hal.

Yoshida, S. 1981. Fundamentals of Rice Crop Science. International Rice Research Institute. Los Banos. Laguna. Philippines.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah guru. Melalui tangan guru akan dihasilkan peserta didik yang berkualitas, baik secara akademis, keahlian,

Kekurangan yang diperoleh selama pembelajaran yaitu masih terdapat siswa yang tidak mau berkelompok secara heterogen karena dalam keseharian apabila berkelompok harus

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2015 ini adalah nilai tambah dan studi kelayakan usaha dengan judul Nilai Tambah dan

Panel menyoroti pentingnya kepemimpinan nasional yang berlandaskan moral dan keteladanan dalam menjawab krisis kepercayaan masyarakat Indonesia; meningkatkan peran

Seperti apa outcome terapi yang meliputi cara keluar dan kondisi keluar pada pasien pediatri dengan diagnosa gastroenteritis akut di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit PKU

Kegiatan pendistribusian pada perusahaan dapat dilakukan penjadwalan distribusi mengunakan metode Distribution Requirement Planning (DRP), yaitu perencanaan kebutuhan

Setelah mengetahui data hasil penelitian dan menganalisis data mengenai Daya Tahan Kardiovaskuler Atlet Walisongo Sport Club (WSC) UIN Walisongo Semarang peneliti

Dalam tulisan ini , kami akan mengajukan suatu metode yang dapat mengklasifikasian citra porno dengan algoritma C 4.5 dan shape descriptor berbasis model warna