1. Mahasiswa Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Riau 2. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Riau
Jom Faperta Vol 2 No2 Oktober 2015
ANALISIS PEMASARAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum) DI DESA SUNGAI GERINGGING
KECAMATAN KAMPAR KIRI KABUPATEN KAMPAR ANALYSIS MARKETING OF ONION (Allium Ascalonicum)
AT SUNGAI GERINGGING VILLAGE
KAMPAR KIRI DISTRICK IN KAMPAR REGENCY Rista Hardi Priyana1, Ermi Tety2, Eliza2
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Riau Jln. HR. Soebrantas KM 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru 28294
Email: ristahardi13@yahoo.co.id HP : 085275516203
ABSTRACT
The objectives of this research were to 1). Know the function, channel and marketing agencies onion. 2). Analyze costs, margins, profibality, efficiency and the share of the farmer. 3). Knowing the marketing problems of onion at Sungai Geringging Kampar Kiri districk in Kampar regency. This study usues survey, sampling was done by purposive sampling of 30 samples onion farmers at Sungai Geringging Kampar Kiri districk in Kampar regency. Taking sample of trader used snowball sampling by following marketing channel. The outcome of this research indicated the function-function of onion marketing at Sungai Geringging such as buy function, sale function, clean function, storage function, transportation function, standardization function, risk tackling function, market information function, financial capital function.There are 2 marketing channel 1). Farmer–trader of collector–trade of retailer–consumen. 2). Farmer–trader of collector–bigtrader–trader of retailer–consumen. The total cost of marketing collector is Rp 416,67/kg, retailers channel I is Rp 153,02/kg. Marketing costs of bigtrader channel II is Rp 275/kg and retailers channel II is Rp 176,03/kg. Marketing margins of channel I is Rp 3.166,67/kg and channel II is Rp 4.100/kg. Total profit of channel I is Rp 2.596,98/kg and channel II is Rp 3.232,30/kg. The efficiency of channel I is 2,46% and channel II is 3,60%. Problems faced by farmer is the weather and the price, while the problems faced by traders is the price.
Keywords: Marketing, Function, Channel, Margins, Eficiency. PENDAHULUAN
Bawang merah merupakan salah satu tanaman hortikultura komoditas sayuran yang tumbuh secara baik di dataran rendah.Di Indonesia tanaman bawang merah sudah sejak lama diusahakan oleh petani sebagai usahatani komersial terutama di Jawa.Tingkat permintaan
dan kebutuhan konsumsi bawang
merah yang tinggi menjadikan
komoditas ini menguntungkan jika
diusahakan. Konsumsi bawang
merah di Indonesia per kapita per tahun mencapai 4,56 kilogram atau 0,38 kilogram per kapita per bulan. Tingginya permintaan bawang merah yang terus meningkat tidak hanya
1. Mahasiswa Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Riau 2. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Riau
Jom Faperta Vol 2 No2 Oktober 2015
terjadi di pasar dalam negeri, tetapi berpeluang juga untuk ekspor. Di Indonesia sendiri pasokan bawang merah terpusat di pulau Jawa, terutama Provinsi Jawa Tengah. Luas lahan bawang merah di Provinsi
Jawa Tengah terluas di
Indonesiadengan luas pada tahun 2012 mencapai 35.828 hektar dengan hasil produksi sebanyak 381.814 ton (Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura, 2012).
Sampai tahun 2012 Provinsi Riau tidak ada memproduksi bawang
merah. Sementara permintaan
bawang merah di Provinsi Riau terus
mengalami peningkatan. Untuk
mengatasi permintaan bawang merah
di Riau hanya mengandalkan
pasokan bawang merah dari Jawa, Sumatera Barat, Sumatera Utara. Di Provinsi Riau areal tanaman bawang merah baru mulai dibuka oleh pemerintah Kabupaten Kampar pada Oktober tahun 2013.Dengan semakin
meningkatnya permintaan dan
konsumsi bawang merah maka
pemerintah Kabupaten Kampar
terutama Bupati Kampar menggagas akan menjadikan Kabupaten Kampar menjadi sentra bawang merah di Riau dan bahkan di Sumatera. Ide ini muncul karena permintaan bawang merah terutama di Provinsi Riau terus mengalami peningkatan.Untuk pilot project ini berlokasi di Desa
Sungai Geringging Kecamatan
Kampar Kiri dengan luas lahan yang
telah ditanami bawang merah
mencapai 8,5 ha yang terbagi dalam beberapa tahap penanaman. Untuk lahan pengembangan bawang merah selanjutnya pemerintah Kabupaten Kampar telah menyiapkan lahan dengan luas 110 Ha yang tersebar di beberapa Kecamatan di Kabupaten
Kampar (Dinas Pertanian dan
Peternakan Kabupaten Kampar,
2014). Dari sisi petani harga yang terbentuk dalam pasar menentukan pendapatan dan dari sisi konsumen mencerminkan kepuasan. Harga jual bawang merah di Desa Sungai Geringging selalu berfluktuasi, yang mana dari waktu kewaktu perubahan harga bawang merah sering terjadi dari pedagang ke petani. Harga yang diterima petani bawang merah pada bulan Januari 2014 mulai dari Rp 13.000/kg sampai Rp 20.000/kg untuk kualitas yang baik. Harga yang
sering diterima petani adalah
dibawah Rp 20.000/kg. Namun harga selalu dapat berubah mengikuti harga yang berlaku. Selain itu saluran pemasaran yang harus dilalui para petani panjang yaitu dari petani
kepada pedagang pengumpul,
pedagang pengumpul kepada
pedagang pengecer dan konsumen. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui fungsi, saluran
pemasaran bawang merah dan lembaga-lembaga yang terlibat dalam proses pemasaran bawang merah di Desa Sungai Geringging Kecamatan Kampar Kiri;
2. Menganalisis biaya, margin,
keuntungan dan efisiensi
pemasaran bawang merah serta
bagian yang diterima petani
bawang merah di Desa Sungai Geringging Kecamatan Kampar Kiri;
3. Mengetahui apa saja
permasalahan pemasaran bawang merah di Desa Sungai Geringging Kecamatan Kampar Kiri.
1. Mahasiswa Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Riau 2. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Riau
Jom Faperta Vol 2 No2 Oktober 2015
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sungai Geringging Kecamatan Kampar Kiri Kabupaten Kampar Provinsi Riau selama 4 bulan terhitung Bulan Juli 2014 sampai dengan Bulan Oktober 2014 yang
meliputi penyusunan proposal,
pengumpulan data dan pengolahan
data serta penulisan hasil
penelitian.Lokasi penelitian ini
ditentukan secara sengaja
(purposive) dengan pertimbangan bahwa di Desa Sungai Geringging Kecamatan Kampar Kiri Kabupaten Kampar merupakan pilot project
pengembangan tanaman bawang
merah oleh Pemerintah Kabupaten Kampar.
Metode Pengambilan Sampel
Penelitian ini menggunakan metode survei. Jumlah sampel petani
yang menanam bawang merah
sebanyak 30 petani. Untuk lembaga pemasaran yang mendukung proses
pemasaran bawang merah
menggunakan metode snow ball.
Metode Pengambilan Data
Data diambil terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara
langsung kepada petani dan
pedagang dengan menggunakan
daftar pertanyaan atau kuesioner serta dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan. Data sekunder yang perlu diperoleh dari instansi terkait yaitu Dinas Pertanian dan
Peternakan Kabupaten Kampar,
Badan Pusat Statistik, Kampar Kiri Dalam Angka dan literatur-literatur
lainnya yang terkait dengan
penelitian.
Analisis Data
Fungsi-fungsi pemasaran
dianalisis secara deskriptif yang meliputi 3 fungsi, yaitu fungsi
pertukaran (fungsi pembelian dan fungsi penjualan), fungsi fisik (fungsi penyimpanan dan fungsi pengangkutan) dan fungsi fasilitas
(fungsi standarisasi, fungsi
pembiayaan, fungsi penangguhan resiko dan fungsi informasi pasar), Gumbira (2001).Saluran pemasaran bawang merah di Desa Sungai
Geringging dianalisis secara
deskriptif.Analisis lembaga
pemasaran digunakan untuk
mengetahui distribusi barang atau jasa dari tangan produsen ke tangan
konsumen. Analisis ini
menggunakan analisis deskriptif. Margin pemasaran dihitung dengan formulasi (Sudiyono, 2001):
M = Pr − Pf atau = π + B Keterangan:
M =Margin Pemasaran (Rp/kg) Pr =Harga ditingkat konsumen
(Rp/kg)
Pf =Harga ditingkat petani (Rp/kg) π =Keuntungan pemasaran (Rp/kg)
B =Biaya pemasaran (Rp/kg) Bagian yang diterima petani digunakan rumus (Hanafiah, 1996):
LP = HP
HK× 100%
Keterangan:
LP =Bagian atau persentase yang diterima petani (%)
HP =Harga yang diterima petani (Rp/kg)
HK =Harga yang dibayarkan konsumen (Rp/kg)
Keuntungan pemasaran dapat dirumuskan (Soekartawi (2002):
π = M − B Keterangan:
π =Keuntungan pemasaran(Rp/kg) M =Margin pemasaran(Rp/kg)
1. Mahasiswa Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Riau 2. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Riau
Jom Faperta Vol 2 No2 Oktober 2015
B =Biaya pemasaran(Rp/kg) Efisiensi pemasaran dapat dirumuskan (Soekartawi, 2002): EP = TB TNPX 100% Dimana: EP =Efisiensi Pemasaran (%) TB =Total Biaya (Rp/kg) TNP =Total Nilai Produk (Rp/kg)
HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Petani
Umur Petani
Menurut Sudiyono (2001) bahwa penduduk yang berada pada kisaran umur 15-54 tahun tergolong
pada tenaga kerja produktif
sedangkan pada umur 0-14 tahun dan >54 tahun tergolong pada tenaga kerja tidak produktif.Pada umumnya seseorang yang memiliki umur yang lebih muda memiliki kemampuan
fisik yang lebih kuat dalam
mengelola usahatani serta mudah dalam mengadopsi inovasi baru bila di bandingkan dengan orang yang memiliki umur yang lebih tua.
Tabel 1. Umur Petani Sampel
No Umur Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. 30-36 10 33,33
2. 37-43 10 33,33
3. 44-50 6 20,00
4. 51-56 4 13,33
Berdasarkan pada Tabel 1 umur petani sampel bearada pada umur produktif semua yakni sebesar 100%. Kemudian tingkat umur yang paling banyak berada pada umur 30-36 tahun dan 37-43 tahun yakni sebanyak masing-masing 10 jiwa (33,33%) dan tingkat umur yang paling sedikit berada pada umur 51-56 tahun yakni sebanyak 4 jiwa (13,33%), sedangkan rata-rata umur petani sampel adalah 40,6 tahun.
Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan yang
dimiliki petani sangat berpengaruh terhadap daya nalar dan pola pikir serta sikap dan prilaku petani. Menurut Gumbira (2001), bahwa pendidikan yang dimiliki petani menentukan petani dalam mengambil
keputusan untuk memanfaatkan
sumberdaya alam dan modal secara optimal, hal ini di karenakan pendidikan merupakan faktor yang
memperlancar bagi keberhasilan
petani.
Tabel 2. Tingkat Pendidikan Petani Sampel
Berdasarkan pada Tabel 2 dapat dilihat dari 30 orang petani tingkat pendidikan petani sudah mulai baik, walaupun masih di dominasi oleh tamatan SD sebanyak 16 jiwa (53,33%), tamat SLTP
sebanyak 8 jiwa (26.67%) dan yang tamat tamatan SLTA berjumlah 6 jiwa (20,00%). Hal ini menunjukkan sebagian petani sampel telah berada pada pendidikan yang sesuai dengan program Pemerintah wajib belajar selama 12 tahun.
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase(%)
1. SD 16 55,33
2. SLTP 8 26,67
1. Mahasiswa Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Riau 2. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Riau
Jom Faperta Vol 2 No2 Oktober 2015 Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga merupakan jumlah seluruh anggota
keluarga yang berada dalam
tanggungan keluarga. Banyak sedikit
tanggungan keluarga akan
berpengaruh terhadap pendapatan dan pengeluaran keluarga untuk
memenuhi kebutuhan
hidupnya.Adapun yang dikatakan dengan keluarga adalah suami dan istri.Selain itu ada juga yang terdiri dari anak, keponakan, kakek, nenek, mertua dan lainnya dimana mereka tinggal dalam satu rumah.
Tabel 3. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Sampel
No Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah (Jiwa) Persentase(%)
1. 1-3 18 60,00
2. 4-6 12 40,00
Berdasarkan pada Tabel 3 dapat dilihat jumlah tanggungan keluarga petani sampel yang terbesar pada 1-3 yakni sebanyak 18 jiwa dan yang terendah pada 4-6 jiwa yakni sebanyak 12 jiwa. Rata-rata jumlah tanggungan keluarga petani sampel sebanyak 3 jiwa. Hal ini dapat diartikan bahwa petani sampel tidak
memiliki jumlah tanggungan
keluarga yang banyak yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap pendapatan dan pengeluaran biaya hidup petani sampel.
Pengalaman Berusahatani
Semakin lama pengalaman usahatani petani maka akan semakin baik proses pengalokasian faktor-faktor produksi sehingga usahatani akan semakin baik. Pengalaman usahatani
juga berpengaruh terhadap
pengetahuan dan keterampilan petani
dalam mengalokasikan faktor
produksi dalam penerapan suatu teknologi baru.Apabila pengalaman yang dimiliki petani semakin banyak, makaakan dapat mendorong petani untuk menerapkan teknologi baru yang berguna untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
Tabel 4. Pengalaman Berusahatani Petani Sampel
No Pengalaman Usahatani Jumlah (Jiwa) Persentase(%)
1. 1-7 25 83,33
2. 8-15 1 3,33
3. 16-23 1 3,33
4. 24-31 3 10,00
Berdasarkan pada Tabel 4
dapat dilihat lama pengalaman
usahatani petani bawang merah sampel berkisar 1-30 tahun. Lama
pengalaman usahatani yang
terbanyak yaitu pada kisaran 1-7 tahun sebanyak 25 petani sampel (83,33%) dan petani sampel yang memiliki pengalaman berusahatani terlama yakni pada kisaran 24-31 tahun sebanyak 3 jiwa (10,00%).
Namun dilihat dari rata-rata
pengalaman berusahatani selama 4,9
tahun menunjukkan pengalaman
berusahatani bawang merah di Desa Sungai Geringging sudah cukup lama mengingat usahatani bawang merah di Desa Sungai Geringging baru dimulai Oktober 2013.
Identitas Pedagang Umur
1. Mahasiswa Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Riau 2. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Riau
Jom Faperta Vol 2 No2 Oktober 2015 Tabel 5. Umur Pedagang
No Umur Jumlah (Jiwa) Persentase(%)
1. 37-41 9 56,25
2. 42-46 5 31,25
3. 47-52 2 12,50
Tabel 5 terlihat umur
pedagang yang dominan berada pada usia produktif yang berjumlah 16 orang pedagang sehingga diharapkan dengan usia yang masih produktif
dapat memberikan kontribusi
pemikiran dan kemampuan fisik
yang baik dalam menjalankan
usahanya. Pedagang yang terbanyak berada pada kisaran usia 37-41 tahun sebanyak 9 jiwa (56,25%) dan yang paling sedikit pada kisaran usia 47-52 tahun sebanyak 2 jiwa (12,50%).
Rata-rata usia pedagang sampel adalah 42 tahun.
Tingat Pendidikan
Tingkat pendidikan yang
dimiliki pedagang sangat
berpengaruh terhadap daya nalar dan pola pikir serta sikap dan prilaku seseorang.Tingkat pendidikan dapat memberikan variasi tersendiri dalam berpikir, bersikap dan bertindak untuk mengambil keputusan guna
kelancaran usaha yang sedang
dilakukan.
Tabel 6. Tingkat Pendidikan Pedagang
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase(%)
1. SD 2 12,50
2. SLTP 3 18,75
3. SLTA 11 68,75
Berdasarkan Tabel 6
pendidikan pedagang berada pada tingkat pendidikan formal yang baik,
dimana pedagang yang tingkat
pendidikannya SLTA terbanyak
yakni sebanyak 11 jiwa (68,75%).
Hal ini menunjukkan bahwa
pendidikan pedagang berada pada tingkatan yang baik dan sesuai
program Pemerintah yang wajib belajar 12 tahun.
Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga merupakan jumlah seluruh anggota keluarga yang belum bekerja dan
masih sekolah yang kebutuhan
hidupnya ditanggung oleh kepala keluarga.
Tabel 7. Jumlah Tanggungan Keluarga Pedagang
No Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah (Jiwa) Persentase(%)
1. 1-3 7 43,45
2. 4-6 9 56,25
Berdasarkan Tabel 7
besarnya jumlah tanggungan
keluarga pedagang yang terbanyak pada kisaran 4-6 yakni sebanyak 9 jiwa (56,25%) dan memiliki rata-rata
sebanyak 4 jiwa. Sehingga besarnya
jumlah tanggungan keluarga
pedagang akan mempengaruhi
terhadap pengeluaran keluarga.
Pengalaman Berdagang Tabel 8. Pengalaman Berdagang Pedagang
No Pengalaman Berdagang Jumlah (Jiwa) Persentase(%)
1. 4-9 5 31,25
1. Mahasiswa Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Riau 2. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Riau
Jom Faperta Vol 2 No2 Oktober 2015
Berdasarkan Tabel 8 para
pedagang sudah mempunyai
pengalaman berdagang yakni
sebanyak 11 orang mempunyai pengalaman berdagang selama 10-15 tahun (68,75%) dan sebanyak 5
orang mempunyai pengalaman
berdagang selama 4-9 tahun
(31,25%).
Fungsi-Fungsi Pemasaran Fungsi Pertukaran
1. Fungsi Penjualan
Petani bawang merah yang ada di Desa Sungai Geringging tidak
melakukan penjualan secara
langsung kepada konsumen tetapi melalui pedagang pengumpul yang datang ke Desa Sungai Geringging. Bawang merah yang telah dibeli dari Desa Sungai Geringging kemudian dipasarkan di Pekanbaru dengan melalui lembaga pemasaran lainnya yaitu pedagang besar dan pedagang
pengecer.Para petani menjual
bawang merahnya tiap kali penjualan sebesar 3000 kg.
2. Fungsi Pembelian
Hasil penelitian bawang
merah di Desa Sungai Geringging kegiatan transaksi jual beli antara petani dengan pedagang pengumpul
terjadi di tempat penyimpanan
bawang merah petani. Pedagang besar yang berasal dari Pekanbaru menjemput langsung ke gudang penyimpanan bawang merah yang
terletak di Marpoyan. Adapun
pembayaran yang dilakukan
pedagang pengumpul ke petani yaitu dibayar pada waktu tertentu yakni 1 minggu setelah pembelian.Penetapan harga ditingkat petani ditentukan oleh pedagang pengumpul yang
membeli.Harga yang ditetapkan
pedagang pengumpul pada waktu
penelitian yaitu pada bulan
September 2014 sebesar Rp
20.000/kg.
Fungsi Fisik
1. Pembersihan
Bawang merah yang telah dipanen dilakukan perlakuan yaitu dengan dibersihkan dari kotoran
yang menempel pada bawang
merah.Ini dilakukan agar bawang merah kelihatan kualitasnya dan tinggi harganya. Setelah bawang merah selesai dibersihkan barulah disimpan dengan cara digantung ditempat penyimpanan. Pembersihan
bawang merah meliputi
menghilangkan tanah yang
menempel pada bawang merah, membersihkan dari sisa rumput yang
menempel pada daun bawang
merah,membersihkan kulit bawang yang telah rusak.
2. Penyimpanan
Untuk penyimpanan bawang
merah dilakukan dengan cara
digantung.Bawang merah yang telah kering diletakkan di rak-rak dalam beberapa tingkat namun rak yang paling bawang tidak berada pada lantai, hal ini agar bawang merah tidak cepat membusuk dan terhindar dari serangan hama. Bawang merah semakin disimpan dengan waktu yang optimal (2-4 minggu) maka kualitas bawang yang dihasilkan
semakin baik dan juga akan
mempengaruhi harga dipasaran.
Bawang merah yang ada di Desa Sungai Geringging pada umumnya disimpan selama sekitar 1-2 minggu setelah panen.
Ditingkat pedagang
pengumpul bawang merah yang telah dibeli dari petani juga melakukan penyimpanan terutama di pedagang
1. Mahasiswa Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Riau 2. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Riau
Jom Faperta Vol 2 No2 Oktober 2015
pengecer.Di tingkat pedagang besar terjadi penyimpanan yakni sekitar 3 hari.Ditingkat pedagang pengecer penyimpanan bawang merah tidak dapat ditentukan berapa hari lama
penyimpanan, semua tergantung
bawang merah yang habis dijual dalam waktu yang berubah-ubah. 3.Pengangkutan
Pengangkutan di tingkat
petani dari lahan pertanian ketempat penyimpanan menggunakan gerobak
sorong (angkong). Ditingkat
pedagang pengumpul pengangkutan bawang merah dari Desa Sungai Geringging ke Marpoyan Pekanbaru
menggunakan mobil pribadi
truk.Pengangkutan bawang merah juga dilakukan pedagang besar dan pedagang pengecer.Tetapi lembaga
pemasaran ini membeli dari
pedagang pengumpul yang membeli langsung ke petani. Untuk pedagang besar menggunakan mobil pick up.
Sedangkan pengangkutan yang
dilakukan pedagang pengecer dengan menggunakan sepeda motor pribadi
dengan menggunakan keranjang
sebagai alat bantu.
Fungsi Fasilitas Pemasaran
1. Fungsi Standarisasi
Hasil penelitian bawang
merah di Desa Sungai Geringging menunjukkan bahwa sudah adanya kriteria-kriteria tertentu seperti besar kecilnya ukuran bawang merah dan basah atau keringnya bawang merah tersebut dan petani yang melakukan seleksi. Namun demikian harga di tingkat petani yang ditetapkan oleh
pedagang pengumpul tidak
berpengaruh terhadap
kriteria-kriteria tersebut, harga yang
ditetapkan pedagang pengumpul
sama yaitu Rp 20.000/kg. Hal ini disebabkan karena bawang merah
tersebut tidak begitu mencolok perbedaan antara yang besar dengan yang kecil, semua disama ratakan antara bawang merah yang satu dengan yang lainnya.Namun apabila bawang merah kualitasnya rendah seperti hampir busuk dan rusak pedagang pengumpul tidak mau membelinya dan dipisahkan dari yang kualitasnya baik.
2. Fungsi Penanggulangan Resiko Resiko yang dihadapi petani bawang merah dan para lembaga yang terlibat adalah harga.Harga bawang merah selalu berfluktuatif. Harga bawang merah akan turun jika
terdapat bawang impor yang
harganya lebih murah sehingga bawang lokal akan ikut turun juga menyesuaikan harga tersebut.
Sedangkan resiko yang
dihadapi pedagang pengecer yaitu apabila bawang merah yang mereka beli tidak habis terjual dalam 1 hari maka para pedagang pengecer akan membawa pulang kembali ke rumah dan atau ditinggal di kios untuk keesokan harinya.
3. Fungsi Informasi Pasar
Informasi tentang harga
bawang merah didapat petani
langsung dari pedagang pengumpul yang akan membeli bawang merah di Desa Sungai Geringging.
4. Fungsi Permodalan
Hasil penelitian modal yang digunakan oleh para petani untuk usahatani bawang merah berasal dari
pinjaman bank Sarimadu yang
disertai agunan milik petani.
Sedangkan modal yang digunakan oleh para lembaga pemasaran baik
pedagang pengumpul, pedagang
besar dan pedagang pengecer adalah modal sendiri.
1. Mahasiswa Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Riau 2. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Riau
Jom Faperta Vol 2 No2 Oktober 2015 Saluran Pemasaran
Saluran pemasaran yang juga disebut dengan saluran distribusi atau saluran pemasaran perdagangan dapat digambarkan sebagai suatu route atau jalur.Distribusi adalah suatu proses penyampaian barang atau jasa dari produsen ke konsumen dan para pemakai, sewaktu dan dimana barang atau jasa tersebut
diperlukan. Berdasarkan hasil
penelitian pemasaran bawang merah di Desa Sungai Geringging, saluran pemasaran bawang merah yang ada di Desa Sungai Geringging ada 2 bentuk saluran pemasaran.Saluran
pemasaran bawang merah I dimulai dari petani bawang merah menjual bawang merahnya kepada pedagang
pengumpul kemudian pedagang
pengumpul tersebut menjual bawang merahnya kepada pedagang pengecer
selanjutnya pedagang pengecer
menjual bawang merahnya langsung ke konsumen.Saluran pemasaran II mulai dari petani bawang merah
kepada pedagang pengumpul
selanjutnya dijual kepada pedagang
besar kemudian dijual kepada
pedagang pengecer dan kemudian pedagang pengecer menjual langsung ke konsumen.
Rp 20.000 Rp 21.300 Rp 23.166,67
66,67%
Rp 21.300 Rp 22.300 Rp 24.100
33,33%
Gambar 1.Saluran Pemasaran Bawang Merah di Desa Sungai Geringging Kecamatan Kampar Kiri Kabupaten Kampar
Keterangan:
: Saluran Pemasaran I : Saluran Pemasaran II Petani
Bawang
Merah Pengumpul Pedagang
Pedagang Pengecer Konsumen Pedagang Besar Pedagang Pengecer
1. Mahasiswa Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Riau 2. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Riau
Jom Faperta Vol 2 No2 Oktober 2015 Lembaga Pemasaran
Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang
menyelenggarakan pemasaran,
menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya (Soekartawi, 2002).
Didalam proses pemasaran bawang merah di Desa Sungai Geringging terdapat 3 lembaga
pemasaran yang terlibat yakni
pedagang pengumpul, pedagang
besar dan pedagang pengecer.
Pedagang pengumpul membeli
langsung ke petani bawang merah yang ada di Desa Sungai Geingging dan diangkut dengan menggunakan truk ke Pekanbaru.
Pedagang pengumpul pada saluran pemasaran I maupun II
terdapat hanya 1 pedagang
pengumpul, pedagang besar
berjumlah 1 orang dan pedagang pengecer berjumlah 14 orang.
Analisis Pemasaran
Soekartawi
(2004)menyatakan ciri produk
pertanian akan mempengaruhi
mekanisme pemasaran. Oleh karena itu sering terjadi harga produksi pertanian yang dipasarkan menjadi fluktuasi secara tajam, dan kalau saja
harga produksi pertanian
berfluktuasi, maka yang sering dirugikan adalah di pihak petani atau produsen. Karena kejadian semacam ini maka petani atau produsen
memerlukan kekuatan dari diri
sendiri atau berkelompok dengan
yang lain untuk melaksanakan
pemasaran.
Analisis Saluran Pemasaran I Margin Pemasaran
Margin adalah selisih harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir dengan harga yang diterima produsen.Adapun komponen dari margin pemasaran adalah seluruh biaya yang diperlukan oleh lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran dan keuntungan lembaga pemasaran.Dengan kata lain margin pemasaran digunakan untuk mengetahui tingkat kompetensi para pelaku pemasaran yang terlibat (Sudiyono, 2001).
Berdasarkan Tabel 9 terlihat total margin pemasaran pada saluran pemasaran I adalah Rp 3.166,67/kg yang didapat dari selisih harga yang diterima petani dengan harga yang dibayar pihak konsumen.
Keuntungan Pemasaran
Keuntungan pemasaran
didapat dari hasil pengurangan total margin pemasaran dengan total biaya yang dikeluarkan selama proses pemasaran. Penelitian pemasaran bawang merah di Desa Sungai
Geringging menunjukkan
keuntungan pemasaran bawang
merah yang dilakukan pedagang pada saluran I adalah sebesar Rp
2.596,98/kg sebagaimana yang
ditunjukkan pada Tabel 9. Dalam hal ini terdapat 2 lembaga pemasaran yaitu pedagang pengumpul yang menerima keuntungan pada proses pemasaran bawang merah sebesar Rp 883,33/kg dan pedagang pengecer mendapatkan keuntungan sebesar Rp 1.713,65/kg.
Efisiensi Pemasaran
Kata efisien berarti
bagaimana caranya dengan biaya
seminimal mungkin dan
1. Mahasiswa Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Riau 2. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Riau
Jom Faperta Vol 2 No2 Oktober 2015
semaksimal mungkin.(Sudiyono,
2001).
Hasil penelitian pemasaran bawang merah di Desa Sungai
Geringging efisiensi pemasaran
bawang merah di Desa Sungai Geringging pada saluran I yaitu
sebesar 2,46% yang artinya
persentase perbedaan biaya
pemasaran bawang merah dengan total nilai produk adalah sebesar 2,46%.
Bagian Yang Diterima Petani
Bagian yang diterima petani bawang merah di Desa Sungai
Geringging dapat dihitung dengan perbandingan harga antara harga petani dengan harga yang dibayarkan konsumen akhir. Penelitian ini menunjukkan besarnya bagian yang diterima petani yaitu sebesar 86.33% dengan penerimaan sebesar Rp 20.000/kg. Saluran pemasaran I terdapat lembaga pemasaran yang terlibat yaitu pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Analisis saluran pemasaran I di Desa Sungai Geringging secara rinci ditampilkan pada Tabel 9.
Tabel 9. Analisis Saluran I Pemasaran Bawang Merah di Desa Sungai Geringging No Uraian Harga Biaya (Rp/Kg) Persentase (%) Jual/Beli (Rp/Kg) 1. Petani a. Harga Jual 20.000,00 2. Pedagang Pengumpul a. Harga Beli 20.000,00 b. Biaya Pemasaran -Transportasi 100,00 24,00 -Minyak 66,67 16,00 -Bongkar Muat 100,00 24,00 -Karung 100,00 24,00 -Supir 50,00 12,00
Total Biaya Pemasaran 416,67 100,00
c. Harga Jual 21.300,00 d. Margin 1.300,00 e. Keuntungan 883,33 3. Pedagang Pengecer a. Harga Beli 21.300,00 b. Biaya Pemasaran -Transportasi 33,02 21,58 -Plastik 72,50 47,38 -Retribusi 47,50 31,04
Total Biaya Pemasaran 153,02 100,00
1. Mahasiswa Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Riau 2. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Riau
Jom Faperta Vol 2 No2 Oktober 2015
d. Margin 1.866,67
e. Keuntungan 1.713,65
4. Harga Pembelian Konsumen 23.166,67
5. Total Margin Pemasaran 3.166,67
6. Total Biaya Pemasaran 569,69
7. Keuntungan Pemasaran 2.596,98
8. Efisiensi Pemasaran 2,46
9. Bagian Yang Diterima Petani 86,33
Tabel 10. Analisis Saluran II Pemasaran Bawang Merah di Desa Sungai Geringging No Uraian Harga Jual/Beli (Rp/Kg) Biaya (Rp/Kg) Persentase (%) 1. Petani a. Harga Jual 20.000,00 2. Pedagang Pengumpul a. Harga Beli 20.000,00 b. Biaya Pemasaran -Transportasi 100,00 24,00 -Minyak 66,67 16,00 -Bongkar Muat 100,00 24,00 -Karung 100,00 24,00 -Supir 50,00 12,00
Total Biaya Pemasaran 416,67 100,00
c. Harga Jual 21.300,00 d. Margin 1.300,00 e. Keuntungan 883,33 3. Pedagang Besar a. Harga Beli 21.300,00 b. Biaya Pemasaran -Transportasi 70,00 25,45 -Minyak 30,00 10,91 -Bongkar Muat 75,00 27,27 -Karung 100,00 36,36
Total Biaya Pemasaran 275,00 100,00
c. Harga Jual 22.300,00 d. Margin 1.000,00 e. Keuntungan 725,00 4. Pedagang Pengecer a. Harga Beli 22.300,00 b. Biaya Pemasaran -Transportasi 33,28 18,91 -Kantong Plastik 60,00 34,09 -Retribusi 82,75 47,01
1. Mahasiswa Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Riau 2. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Riau
Jom Faperta Vol 2 No2 Oktober 2015
Total Biaya Pemasaran 176,03 100,00
c. Harga Jual 24.100,00
d. Margin 1.800,00
e. Keuntungan 1.623,97
5. Harga Pembelian Konsumen 24.100,00
6. Total Margin Pemasaran 4.100,00
7. Total Biaya Pemasaran 867,70
8. Keuntungan Pemasaran 3.232,30
9. Efisiensi Pemasaran 3,60
10. Bagian Yang Diterima Petani 82,99
Analisis Saluran Pemasaran II
Analisis pemasaran bawang merah di
Desa Sungai Geringging pada
saluran II secara rinci ditampilkan pada Tabel 10.
Margin Pemasaran
Margin adalah selisih harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir dengan harga yang diterima produsen, disini yang bertindak sebagai konsumen adalah pembeli dan produsennya adalah petani bawang merah yang ada di Desa Sungai Geringging.Hasil penelitian
menunjukkan total margin
pemasaran bawang merah pada saluran pemasaran II sebesar Rp 4.100/kg yang diperoleh dari selisih harga yang diterima petani dengan harga yang dikeluarkan oleh pihak
konsumen sehingga dapat
disimpulkan bahwa nilai margin pemasaran bawang merah pada saluran pemasaran II lebih besar daripada saluan pemasaran I.
Keuntungan Pemasaran
Total keuntungan pemasaran pada saluran pemassaran II adalah
sebesar Rp 3.232,30, dimana
keuntungan pedagang pengumpul sebesar Rp 833,33/kg, pedagang besar sebesar Rp 725/kg dan
pedagang pengecer sebesar Rp
1.623,97/kg. Besarnya keuntungan pemasaran pada saluran pemasaran II
ini disebabkan karena semakin
panjang saluran pemasaran
dibandingkan dengan saluran
pemasaran I yang hanya ada 2 lembaga pemasaran, sedangkan di saluran pemasaran II terdapat 3 lembaga pemasaran. Hal ini akan
menyebabkan harga yang
dikeluarkan pihak konsumen akan lebih mahal dibandingkan dengan saluran pemasaran I.
Efisiensi Pemasaran
Nilai efisiensi pemasaran bawang merah pada saluran II di Desa Sungai Geringging yaitu sebesar 3,60% yang artinya persentase perbedaan biaya pemasaran bawang merah dengan total nilai produk adalah sebesar
3,60%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa efisiensi
pemasaran pada saluran II lebih besar dari pada saluran pemasaran I karena lembaga pemasaran yang terlibat semakin banyak dan semakin besarnya biaya pemasaran yang dikeluarkan. Hal ini menunjukkan bahwa nilai efisiensi pemasaran pada saluran I lebih efisien daripada saluran pemasaran II.
Bagian Yang Diterima Petani
Bagian yang diterima petani bawang merah pada saluran II ini semakin kecil karena terdapat 3 lembaga pemasaran. Bagian yang diterima petani sebesar 82,99% dari harga yang diterima petani dengan
1. Mahasiswa Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Riau 2. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Riau
Jom Faperta Vol 2 No2 Oktober 2015
harga yang dibayarkan oleh
konsumen.
Kendala-Kendala yang Dihadapi
Kendala-kendala yang
dihadapi petani dan pedagang dalam pemasaran bawang merah adalah fluktuasi harga bawang merah yang
tidak menentu. Khusus petani
kendala yang dihadapi adalah cuaca.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1.a).Fungsi-fungsi pemasaran
bawang merah di Desa Sungai
Geringging meliputi fungsi
pertukaran yang meliputi fungsi pembelian dan fungsi penjualan,
fungsi fisik yang meliputi
pembersihan, fungsi penyimpanan, fungsi pengangkutan, fungsi fasilitas pemasaran yang meliputi
fungsi standarisasi, fungsi
penanggulangan resiko, dan fungsi
informasi pasar. b).Saluran
pemasaran bawang merah yang ada
di Desa Sungai Geringging
terdapat 2 saluran pemasaran yaitu saluran pertama dijual dari produsen langsung ke pedagang pengumpul kemudian ke pedagang pengecer dan langsung ke konsumen. Saluran kedua, dari produsen ke pedagang pengumpul kemudian dijual ke pedagang besar kemudian dijual ke pedagang pengecer lalu di jual ke
konsumen.c).Lembaga pemasaran
yang terlibat dalam proses
pemasaran bawang merah di Desa
Sungai Geringging terdapat 3
lembaga pemasaran yaitu pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang pengecer.
2.a).Total biaya pemasaran bawang
merah yang dikeluarkan oleh
pedagang pengumpul adalah Rp
416,67/kg, sedangkan pedagang
pengecer pada saluran pemasaran I
adalah Rp 153,02/kg. Biaya
pemasaran yang dikeluarkan oleh
pedagang besar pada saluran
pemasaran II sebesar Rp 275/kg dan pedagang pengecer pada saluran sebesar Rp 176,03/kg. b). Adapun margin pemasaran pada saluran I yaitu sebesar Rp 3.166,67/kg dan pada saluran pemasaran II yaitu sebesar Rp 4.100/kg dengan total keuntungan pemasaran pada saluran pemasaran I sebesar Rp 2.596,98/kg dan total keuntungan pemasaran pada saluran pemasaran II sebesar Rp 3.232,30/kg. Efisiensi pemasaran 2,46% untuk saluran I dan untuk saluran II yaitu sebesar 3,60%. 3.Permasalahan yang dihadapi petani adalah harga dan masalah cuaca yang ekstrim, sedagkan masalah yang dihadapi pedagang bawang merah
dalam memasarkan bawang
merahnya adalah masalah fluktuasi harga.
Saran
1).Sebaiknya petani dan pedagang menetapkan kriteria-kriteria seperti ukuran (besar dan kecil), basah dan keringnya bawang merah sehingga harga yang yang diterima semakin tinggi. 2).Petani bawang merah
sebaiknya mencari pedagang
pengumpul lain agar harga yang didapat petani semakin baik dan bersaing.3). Para petani diharapkan mampu membuat koperasi sehingga masalah modal mampu mengatasi masalah modal. 4). Untuk mengatasi masalah fluktuasi harga bawang
merah, sebaiknya Pemerintah
menetapkan harga dasar dan harga atas pada bawang merah.
1. Mahasiswa Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Riau 2. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Riau
Jom Faperta Vol 2 No2 Oktober 2015
Badan Pusat Statistik. 2014. Indonesia.
Dinas Pertanian dan Peternakan
Kabupaten Kampar. 2014.
Bangkinang.
Gumbira Sa'id, E. 2001. Manajemen
Agribinis. Ghalia Indonesia.
Jakarta.
Hanafiah. 1996. Tataniaga Hasil
Perikanan. Penerbit UI Press.
Jakarta.
Soekartawi. 2002. Agribisnis Teori
dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
. 2004. Prinsip Dasar
Ekonomi Pertanian: Teori dan Aplikasinya.PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sudiyono, A. 2001. Pemasaran
Pertanian. Universitas
Muhammadiyah Malang.