• Tidak ada hasil yang ditemukan

BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN(BALAI LITBANGKES) - BANJARNEGARAJl. Selamanik No. 16 A Banjarnegara 53415balaba_banjarnegara@yahoo.com BALABA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN(BALAI LITBANGKES) - BANJARNEGARAJl. Selamanik No. 16 A Banjarnegara 53415balaba_banjarnegara@yahoo.com BALABA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BALABA

ARTIKEL

Faktor-Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Taeniasis dan Sistiserkosis di Papua Barat/Semuel Sandy, Iman HS Sasto, Eva Fitriana, Evi Iriani Natalia

Potensi Minyak Atsiri Bunga Lawang (Illicium verum) sebagai Repelen Nyamuk Aedes aegypti/Eva Lestari, Bondan Fajar Wahyudi, Adil Ustiawan, Dian Indra Dewi

Analisis Spasial Tikus Positif Leptospira Patogenik dan Jenis Habitatnya di Provinsi Papua Barat/Arief Nugroho, Ika Martiningsih, Nur Hidayati, Muhidin, Ristiyanto

Mosquito Larvacidal Activity of Zingiber montanum Rhizome Extract against Aedes aegypti Larvae/Dwi Sulistia Ningrum, Siwi Pramatama Mars Wijayanti, Kuswanto

Survei Entomologis dan Status Kerentanan Larva Aedes aegypti terhadap Organofosfat di Desa Banguntapan Yogyakarta/Novyan Lusiyana

Dampak Potensial Perubahan Iklim Terhadap Dinamika Penularan Penyakit DBD di Kota Mataram/Nur Alvira Pascawati, Tri Baskoro Tunggul Satoto, Tri Wibawa, Roger Frutos, Sylvie Maguin

Studi Laboratorium Siklus Hidup Anopheles vagus Pradewasa sebagai Vektor Filariasis dan Malaria di Provinsi Nusa Tenggara Timur/Varry Lobo, Hanani Melangwala Laumalay

Daya Saing Kawin Jantan Mandul Aedes albopictus: Uji Semi Lapang untuk Pengendalian Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD)/Retno Hestiningsih, Muhammad Iqbal Kurniawan, Martini Martini, Nissa Kusariana, Bagoes Widjanarko, Ali Rahayu

Knowledge Level of Community Participant on Dengue Fever Symptoms and Early Treatment in Bandung City/Lia Faridah, Nisa Fauziah, Savira Ekawardhani

Faktor Risiko Penularan Penyakit Skabies Pada Santri di Pondok Pesantren An Nawawi Berjan Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo Jawa Tengah/Suci Ihtiaringtyas, Budi Mulyaningsih, Sitti Rahmah Umniyati

JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG BANJARNEGARA

VOLUME 15 NOMOR 1 JUNI 2019

ISSN 1858-0882 E-ISSN 2338-9982

BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN (BALAI LITBANGKES) - BANJARNEGARA

Jl. Selamanik No. 16 A Banjarnegara 53415 balaba_banjarnegara@yahoo.com

E-ISSN 2338-9982

BALABA, VOLUME 15 NO. 1 JUNI 2019

BALABA berasal dari kata Anopheles balabacensis. Nyamuk tersebut merupakan salah satu vektor malaria yang telah terkonfirmasi di Jawa Tengah, termasuk Kabupaten Banjarnegara.

Anopheles balabacensis hampir selalu ditemukan keberadaannya di wilayah dengan kasus malaria di Kabupaten Banjarnegara. Salah satu ciri khas An. balabacensis yaitu pada persambungan tibia dan tarsus kaki belakang terdapat gelang pucat yang lebar.

Terakreditasi Peringkat 2 Kemenristek Dikti Nomor 30/E/KPT/2018

(2)

PETUNJUK PENULISAN ARTIKEL

BALABA memuat artikel hasil penelitian, telaah pustaka dan tinjauan hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan pengendalian penyakit bersumber binatang, seperti malaria, DBD, filariasis, chikungunya, leptospirosis, dll.

Petunjuk Umum

1. Data yang ditulis maksimal 5 tahun, kecuali penelitian time series.

2. Artikel dapat ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris dan dikirim ke website OJS Jurnal BALABA:

http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/blb/about/submissions#onlineSubmissions 3. Artikel diketik pada kertas A4 dengan batas margin atas, bawah, kiri dan kanan 25 mm.

4. Judul, abstrak dan kata kunci ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

- Judul tidak lebih dari 18 kata, cetak tebal, Times New Roman 12, spasi 1.

- Abstrak tidak lebih dari 200 kata, kata kunci terdiri dari 3-5 kata, Times New Roman 10, spasi 1.

5. Isi artikel ditulis dalam bentuk 2 kolom, Times New Roman 11, spasi 1,15

6. Gambar dan tabel dituliskan judul dan sumbernya. Foto dipilih dengan tekstur dan kontras yang jelas (paling rendah 72 dpi).

7. Daftar pustaka disusun menurut sistem Vancouver (International Commitee of Medical Journal

Editors), diberi nomor urut dengan format superscript, diketik 1 spasi. Wikipedia, blog, dan website

tidak ilmiah tidak boleh dijadikan rujukan. Sumber acuan 80% terbitan 5 tahun terakhir dan rujukan primer minimal 80%. Penulisan daftar pustaka menggunakan aplikasi referensi End Note,

Mendeley, dll. Contoh penulisan daftar pustaka tercantum dalam Sample References.

Sistematika Artikel Hasil Penelitian

Judul, nama penulis dan instansi, abstrak (masalah, tujuan, metode, hasil, kesimpulan), pendahuluan (latar belakang, teori/hasil penelitian terdahulu, pernyataan kebaruan penelitian, tujuan penelitian), metode (lokasi dan waktu penelitian, jenis/desain penelitian, prosedur pengumpulan data, dan analisis data), hasil (termasuk gambar, tabel, grafik, dll), pembahasan (tidak mengulang hasil, dibandingkan dengan hasil penelitian lain dan teori), kesimpulan (naratif), saran, ucapan terima kasih, dan daftar pustaka (minimal 15).

Sistematika Artikel Telaah Pustaka dan Tinjauan Hasil-Hasil Penelitian

Judul, nama penulis dan instansi, abstrak (ringkasan masalah yang mau dikaji), pendahuluan (pernyataan kebaruan dan masalah utama, deskripsi singkat latar belakang topik yang dibahas), metode, pembahasan (sub judul-sub judul sesuai keperluan), kesimpulan (naratif), daftar pustaka (minimal 25).

Pemimpin Redaksi (Editor In Chief):

Dwi Priyanto, S.Si, M.Sc

Anggota Dewan Redaksi (Editors):

Sunaryo, SKM, M.Sc (Geografi Kesehatan, Balai Litbang Kesehatan Banjarnegara, Indonesia)

Asyhar Tunissea, SKM, M.Kes (Kesehatan Lingkungan, Balai Litbang Kesehatan Banjarnegara, Indonesia) Bina Ikawati, SKM, M.Kes (Kesehatan Lingkungan, Balai Litbang Kesehatan Banjarnegara, Indonesia) Tri Isnani, S.Sos (Perilaku Kesehatan, Balai Litbang Kesehatan Banjarnegara, Indonesia)

Dyah Widiastuti, S.Si, M.Sc (Biologi Molekuler, Balai Litbang Kesehatan Banjarnegara, Indonesia) Dewi Marbawati, S.Si, M.Sc (Biologi Molekuler, Balai Litbang Kesehatan Banjarnegara, Indonesia) Zumrotus Sholichah, SKM, M.Sc (Epidemiologi, Balai Litbang Kesehatan Banjarnegara, Indonesia) Santoso, SKM, M.Sc (Epidemiologi dan Biostatistik Balai Litbang Kesehatan Baturaja, Indonesia)

Endang Pujiastuti, SKM, M.Si (Epidemiologi dan Biostatistik, Loka Litbang Kesehatan Pangandaran, Indonesia) Hayani Anastasia, SKM, MPH (Epidemiologi dan Biostatistik, Balai Litbang Kesehatan Donggala, Indonesia) Tri Wijayanti, SKM, M.Sc (Parasitologi, Balai Litbang Kesehatan Banjarnegara, Indonesia)

Redaksi Pelaksana (Management Board):

Nova Pramestuti, SKM, M.Sc Puji Astuti, A.Md

Somsiah, A.Md Novia Tri Astuti, SKM

Mitra Bestari (Scientific Editorial Board):

Prof (Riset) dr. Emiliana Tjitra, DTM&H, M.Sc, Ph.D (Biomedik, Badan Litbang Kesehatan, Indonesia) Prof. Dr. Rosichon Ubaidillah, M.Phill (Entomologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)

Prof. drh. Setyawan Budiharta, MPH, Ph.D (Epizoologi)

Dr. dr. Bagoes Widjanarko, MPH, MA (Promosi Kesehatan, Universitas Diponegoro, Indonesia)

Dr. M. Sakundarno Adi, M.Sc, Ph.D (Epidemiologi Penyakit Menular, Universitas Diponegoro, Indonesia) Prof. Upik Kesumawati Hadi, MS., Ph.D (Epidemiologi Kesehatan, Institut Pertanian Bogor, Indonesia) dr. Tri Baskoro Tunggul Satoto, M.Sc., Ph.D (Epidemiologi Kesehatan, Universitas Gadjah Mada, Indonesia) Siwi Pramatama Mars Wijayanti, S.Si., M.Kes., Ph.D (Epidemiologi Molekuler, Unsoed, Indonesia)

Dr. Tri Ramadhani, M.Sc (Entomologi, Balai Litbang Kesehatan Banjarnegara, Indonesia)

Perwajahan (Layout):

Nur Sholihatin, S.Sos Ratih Sulistiyanti, A.Md

Sekretariat (Secretariat):

Bondan Fajar Wahyudi, SKM Endang Setiyani, SKM Rahmawati, S.Si, MPH Vina Yuliana, A.Md, KL

Diterbitkan oleh (Published by):

Balai Litbang Kesehatan Banjarnegara

Alamat Redaksi:

Jl. Selamanik No 16 A Banjarnegara 53415, Telp/Fax (0286) 594972

Jurnal BALABA memuat artikel hasil penelitian, telaah pustaka dan tinjauan hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan pengendalian penyakit bersumber binatang, diterbitkan dua kali dalam setahun (Juni dan Desember). Jurnal ini terbit sejak Juni 2005 SK No. KH.00.04.196 Tanggal 19 April 2005.

Jurnal ini telah Terakreditasi Peringkat 2 Kemenristek Dikti Nomor 30/E/KPT/2018

BALABA

JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG BANJARNEGARA

VOLUME 15 NOMOR 1 JUNI 2019

ISSN 1858-0882 E-ISSN 2338-9982

(3)

JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBERBINATANGBANJARNEGARA VOLUME 15 NOMOR 1 JUNI 2019

DAFTAR ISI

Faktor-Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Taeniasis dan Sistiserkosis di Papua Barat

Semuel Sandy, Iman HS Sasto, Eva Fitriana, Evi Iriani Natalia………... 1-12 Potensi Minyak Atsiri Bunga Lawang (Illicium verum) sebagai Repelen Nyamuk Aedes aegypti

Eva Lestari, Bondan Fajar Wahyudi, Adil Ustiawan, Dian Indra Dewi……...………... 13-22 Analisis Spasial Tikus Positif Leptospira Patogenik dan Jenis Habitatnya di Provinsi Papua

Barat

Arief Nugroho, Ika Martiningsih, Nur Hidayati, Muhidin, Ristiyanto... 23-32 Mosquito Larvacidal Activity of Zingiber montanum Rhizome Extract against Aedes aegypti

Larvae

Dwi Sulistia Ningrum, Siwi Pramatama Mars Wijayanti, Kuswanto... 33-40 Survei Entomologis dan Status Kerentanan Larva Aedes aegypti terhadap Insektisida

Organofosfat di Desa Banguntapan Yogyakarta

Novyan Lusiyana... 41-48 Dampak Potensial Perubahan Iklim Terhadap Dinamika Penularan Penyakit DBD di Kota

Mataram

Nur Alvira Pascawati, Tri Baskoro Tunggul Satoto, Tri Wibawa, Roger Frutos, Sylvie

Maguin... 49-60 Studi Laboratorium Siklus Hidup Anopheles vagus Pradewasa sebagai Vektor Filariasis dan

Malaria di Provinsi Nusa Tenggara Timur

Varry Lobo, Hanani Melangwala Laumalay... 61-68 Daya Saing Kawin Jantan Mandul Aedes albopictus: Uji Semi Lapang untuk Pengendalian

Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD)

Retno Hestiningsih, Muhammad Iqbal Kurniawan, Martini Martini, Nissa Kusariana, Bagoes Widjanarko, Ali Rahayu...

Knowledge Level of Community Participant on Dengue Fever Symptoms and Early Treatment in Bandung City

69-74

Lia Faridah, Nisa Fauziah, Savira Ekawardhani…... 75-82 Faktor Risiko Penularan Penyakit Skabies pada Santri di Pondok Pesantren An Nawawi Berjan

Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo Jawa Tengah

Suci Ihtiaringtyas, Budi Mulyaningsih, Sitti Rahmah Umniyati ... 83-90

(4)

PENGANTAR REDAKSI

BALABA Volume 15 Nomor 1, Juni 2019 memuat 10 artikel. Edisi ini mengulas beberapa topik yaitu kejadian taeniasis dan sistiserkosis, potensi repelen dan larvasida untuk Aedes aegypti dari ekstrak tanaman, Leptospira pada tikus, kerentanan vektor terhadap insektisida, dampak potensial perubahan iklim terhadap DBD, siklus hidup nyamuk di laboratorium, pengetahuan masyarakat tentang demam dengue, teknik serangga mandul Aedes albopictus, dan faktor risiko skabies di pondok pesantren. Artikel pertama yang berjudul “Faktor-Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Taeniasis dan Sistiserkosis di Papua Barat” membahas faktor determinan taeniasis dan sistiserkosis.

Artikel kedua dengan judul “Potensi Minyak Atsiri Bunga Lawang (Illicium verum) sebagai Repelen Nyamuk Aedes aegypti” melaporkan potensi minyak atsiri bunga lawang sebagai repelen nyamuk Ae. aegypti. Artikel ketiga berjudul “Analisis Spasial Tikus Positif Leptospira Patogenik dan Jenis Habitatnya di Provinsi Papua Barat” membahas tentang pola pengelompokkan dari tikus positif Leptospira dan melihat jenis habitat dari tikus yang positif Leptospira.

Artikel keempat berjudul “Aktivitas Larvasida Ekstrak Rimpang Bangle (Zingiber montanum) terhadap Larva Aedes aegypti” melaporkan tentang daya bunuh larvasida ekstrak rimpang bangle terhadap larva Ae. aegypti. Artikel kelima dengan judul “Survei Entomologis dan Status Kerentanan Larva Aedes aegypti terhadap Insektisida Organofosfat di Desa Banguntapan Yogyakarta” membahas tempat perkembangbiakan Ae. aegypti dan status kerentanan vektor tersebut terhadap insektisida organofosfat.

Artikel keenam dengan judul “Dampak Potensial Perubahan Iklim Terhadap Dinamika Penularan Penyakit DBD di Kota Mataram” menganalisis tentang dampak dari perubahan suhu, kelembaban, curah hujan dan kecepatan angin terhadap dinamika penularan DBD di Kota Mataram.

Artikel ketujuh dengan judul “Studi Laboratorium Siklus Hidup Anopheles vagus Pradewasa sebagai Vektor Filariasis dan Malaria di Provinsi Nusa Tenggara Timur” mengulas siklus kehidupan pradewasa An. Vagus di laboratorium.

Artikel kedelapan yang berjudul “Daya Saing Kawin Jantan Mandul Aedes albopictus: Uji Semi Lapang untuk Pengendalian Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD).” mengulas kemampuan daya saing kawin jantan mandul Ae. albopictus dengan uji semi lapang. Artikel kesembilan berjudul

“Tingkat Pengetahuan Masyarakat Terhadap Gejala Demam Dengue dan Pengobatan Dini di Kota Bandung” mengukur pengetahuan masyarakat Kota Bandung mengenai gejala demam dengue dan menentukan prediktor utama dalam mendapatkan skor pengetahuan dengue yang tinggi. Artikel terakhir yang menutup edisi ini berjudul “Faktor Risiko Penularan Penyakit Skabies pada Santri di Pondok Pesantren An Nawawi Berjan Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo Jawa Tengah”

mengidentifikasi faktor risiko penularan skabies pada santri di Pondok Pesantren An Nawawi Berjan.

Semoga tulisan-tulisan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Akhir kata, redaksi Jurnal BALABA mengucapkan terima kasih kepada seluruh tim, penulis, reviewer dan mitra bestari, serta seluruh pihak yang mendukung dan membantu penerbitan BALABA Volume 15 No. 1 Juni 2019.

Salam,

Redaksi

(5)

LEMBAR ABSTRAK

Lembar abstrak ini boleh diperbanyak/dicopy tanpa izin

Semuel Sandy, Iman HS Sasto, Eva Fitriana, Evi Iriani Natalia

(Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Papua)

Faktor-Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Taeniasis dan Sistiserkosis di Papua Barat

BALABA

Vol. 15 No. 1, Juni 2019, Hal. 1-12

Taeniasis dan sistiserkosis adalah penyakit zoonosis hewan babi dan merupakan permasalahan kesehatan di Papua Barat. Tahun 2003-2004 prevalensi taeniasis sebesar 4,1%

dan sistiserkosis 2,3%. Tujuan penelitian mengetahui prevalensi dan faktor-faktor determinan penularan penyakit tersebut.

Penelitian disain potong lintang dilaksanakan bulan Maret-Desember 2016 dengan jumlah responden 1.489 orang. Pengumpulan data melalui pengambilan darah ujung jari dan wawancara untuk faktor determinan penularan taeniasis dan sistiserkosis. Pemeriksaan sampel darah menggunakan immunoassay magnetic microparticle. Hasil penelitian proporsi taeniasis sebesar 3,0 % (n=1.489) dan faktor- faktor determinan taeniasis yaitu pendidikan [RR=1,3; CI 95% (0,695-2,418); p=0,047], kebiasaan mencuci tangan sebelum makan [RR=12,3; CI 95% (5,857-25,853); p=0,0001], kebiasaan mencuci tangan setelah BAB (p=0,0001), konsumsi sayur lalapan (p=0,0001), sayuran dicuci di sungai [RR=0,3;

CI 95% (0,153-0,674); p=0,002] dan konsumsi daging panggang [RR=0,3; CI 95% (0,166- 0,570) ; p=0,0001]. Proporsi sistiserkosis 3,2

% (n = 1.489) dan faktor-faktor determinan sistiserkosis yaitu pendidikan [RR = 0,3; CI 95% (0,162-0,819); p=0,011], kebiasaan mencuci tangan sebelum makan [RR=2,4; CI 95% (1,344-4,351); p=0,002], kebiasaan mencuci tangan setelah BAB [RR=3,2; CI 95%

(1,787-5,809); p=0,0001], kebersihan kuku [RR=2,8 CI 95% (1,415-5,546); p=0,002], konsumsi sayur lalapan [RR= 0,3; CI 95%

(0,179-0,577) ; p=0,0001], sayuran dicuci di sungai [RR=0,4; CI 95% (0,222-0,837);

p=0,012]. Faktor-faktor determinan taeniasis dan sistiserkosis yaitu tingkat pendidikan,

mencuci tangan, kebersihan kuku, konsumsi lalapan, mencuci sayuran di sungai dan konsumsi daging panggang, diperlukan edukasi perilaku hidup bersih dan sehat, dan konsumsi daging yang matang.

Kata kunci: taeniasis, sistiserkosis, Papua Barat

--- Eva Lestari, Bondan Fajar Wahyudi, Adil Ustiawan, Dian Indra Dewi

(Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Banjarnegara)

Potensi Minyak Atsiri Bunga Lawang (Illicium verum) sebagai Repelen Nyamuk Aedes aegypti

BALABA

Vol. 15 No. 1, Juni 2019, Hal. 13-22

Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Kasus DBD di Indonesia tahun 2017 terdapat 68.407 kasus dengan kematian sebanyak 493 orang. Angka kesakitan DBD tahun 2017 adalah 26,10 per 100.000 penduduk. DBD disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan Aedes aegypti.

Beberapa jenis tanaman baik batang, daun maupun bunganya dapat digunakan sebagai bahan alami pengusir nyamuk Ae. aegypti.

Bunga lawang (Illicium verum) mempunyai kandungan senyawa kimia yang dapat digunakan sebagai penolak nyamuk. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui potensi minyak atsiri bunga lawang sebagai repelen nyamuk Ae. aegypti. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan rancangan penelitian post test only with control group design. Pengujian daya tolak minyak atsiri bunga lawang dengan konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40% dan 50% diujikan terhadap nyamuk Ae. aegypti betina dengan umur 3-5 hari. Hasil penelitian menunjukkan persentase daya tolak minyak atsiri bunga lawang konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40% dan 50%

selama 6 jam pengamatan adalah 58,1%;

63,51%; 59,95%; 49,45%; dan 65,32%.

Minyak atsiri bunga lawang pada konsentrasi

(6)

10%, 20%, 30%, 40% dan 50% mampu memberikan perlindungan terhadap gigitan nyamuk Ae. aegypti selama 1 sampai 2 jam.

Kata kunci: repelen, bunga lawang (Illicium verum), Aedes aegypti, minyak atsiri, Demam Berdarah Dengue

--- Arief Nugroho, Ika Martiningsih, Nur Hidayati, Muhidin, Ristiyanto

(Balai Besar Penelitian Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Salatiga)

Analisis Spasial Tikus Positif Leptospira Patogenik dan Jenis Habitatnya di Provinsi Papua Barat

BALABA

Vol. 15 No. 1, Juni 2019, Hal. 23-32

Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira patogenik dan menjadi masalah kesehatan di masyarakat.

Provinsi Papua Barat hingga kini belum pernah dilaporkan adanya kejadian kasus leptospirosis. Penelitian ini bertujuan menguji apakah ada pola pengelompokkan dari tikus positif Leptospira serta melihat jenis habitat dari tikus yang positif Leptospira. Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan menggunakan pendekatan potong lintang. Lokasi penelitian di Kabupaten Manokwari, Kabupaten Fakfak, dan Kabupaten Raja Ampat di Provinsi Papua Barat.

Penangkapan tikus dilakukan di lokasi meliputi: ekosistem hutan jauh pemukiman, hutan dekat pemukiman, nonhutan jauh pemukiman, nonhutan dekat pemukiman, pantai jauh pemukiman, dan pantai dekat pemukiman. Leptospira pada tikus dideteksi dengan pemeriksaan Polimerase Chain Reaction (PCR) dan Microscopic Aglutination Test (MAT). Hasil penelitian menunjukkan jumlah tikus tertangkap sebanyak 278 ekor.

Jumlah tikus yang positif Leptospira di tiga kabupaten secara PCR sebanyak 34 ekor (12,2%) dan MAT sebanyak 13 ekor (4,7%).

Jenis habitat positif Leptospira adalah pemukiman, pekarangan, dan hutan sekunder.

Hasil SaTScan diperoleh 6 klaster tikus positif Leptospira. Secara statistik tidak menunjukkan hasil signifikan yang berarti penyebaran Leptospira tidak dalam klaster tersebut.

Adanya tikus positif Leptospira perlu diwaspadai adanya penularan leptospirosis di lokasi penelitian.

Kata kunci: leptospirosis, Leptospira, habitat, analisis spasial

--- Dwi Sulistia Ningrum, Siwi Pramatama Mars Wijayanti, Kuswanto

(Departemen Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman)

Aktivitas Larvasida Ekstrak Rimpang Bangle (Zingiber montanum) terhadap Larva Aedes aegypti

BALABA

Vol. 15 No. 1, Juni 2019, Hal. 33-40

Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor utama pembawa virus Dengue penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

Pengendalian kimiawi terhadap nyamuk Ae.

aegypti menimbulkan dampak terhadap lingkungan dan manusia, serta membutuhkan biaya yang cukup tinggi. Upaya untuk mengurangi dampak negatif tersebut dapat digunakan insektisida nabati sebagai larvasida alternatif, salah satunya adalah ekstrak rimpang bangle (Zingiber montanum). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui daya bunuh larvasida ekstrak rimpang bangle terhadap larva Ae. aegypti. Jenis penelitian ini merupakan quasi experimental dengan menggunakan rancangan penelitian post test only control group design. Konsentrasi ekstrak rimpang bangle yang digunakan sebesar 0%;

0,125%; 0,25%; 0,5%; 0,75% dan 1%. Sampel berupa larva Ae. aegypti instar III berjumlah 600 larva. Analisis data secara univariat dan bivariat (uji probit dan uji kruskal wallis).

Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh konsentrasi ekstrak rimpang bangle terhadap kematian larva Ae. aegypti p = 0,002 (p<0,05). Ekstrak rimpang bangle mampu membunuh larva Ae. aegypti dengan LC50

sebesar 0,148% dan LC90 sebesar 0,338%, dan konsentrasi paling efektif pada 1%. Ekstrak

(7)

rimpang bangle memiliki daya bunuh terhadap larva Ae. aegypti, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pengganti larvasida kimia yang mudah diaplikasikan oleh masyarakat.

Kata kunci: dengue, Aedes aegypti, Zingiber, biolarvasida

--- Novyan Lusiyana

(Departemen Parasitologi, Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia) Survei Entomologis dan Status Kerentanan Larva Aedes aegypti terhadap Insektisida Organofosfat di Desa Banguntapan Yogyakarta

BALABA

Vol. 15 No. 1, Juni 2019, Hal. 41-48

Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor dari banyak arbovirus. Informasi mengenai tempat perkembangbiakan vektor adalah penting untuk mencegah berbagai penyakit dan untuk merencanakan program intervensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tempat perkembangbiakan Ae. aegypti, jenis kontainer, survei entomologis dan status kerentanan terhadap insektisida Organofosfat di Desa Banguntapan. Desain penelitian ini adalah cross sectional yang dilaksanakan di Desa Banguntapan mulai Bulan November 2016 sampai Januari 2017 pada 400 rumah.

Semua jenis kontainer baik di dalam maupun luar rumah yang berisi air dan dapat dijadikan tempat perkembangbiakan nyamuk dilakukan pemeriksaan dengan metode single larvae. Uji kerentanan menggunakan metode hayati dan biokemis terhadap larva F1. Indikator risiko dari status entomologis dianalisis menggunakan angka bebas jentik: house index, container index dan Breteau index. Sebanyak 696 kontainer yang diinspeksi terdapat 149 kontainer positif Ae. aegypti, dengan ABJ 73%, HI 27%, BI 33% dan CI 18,14% dan PI 17,5%. Tempat perkembangbiakan yang paling banyak ditemukan larva adalah bak mandi, ember, pot tanaman dan tempat minum burung.

Status kerentanan larva Ae. aegypti terhadap temefos adalah rentan, sedangkan secara biokemis insektisida organofosfat bersifat resisten sedang. Desa Banguntapan masuk dalam kategori potensial untuk transmisi virus dengue dari vektor ke manusia dan tempat

perkembangbiakan Aedes aegypti yang paling potensial adalah bak mandi.

Kata kunci: status entomologis, kerentanan, temefos, Aedes aegypti

--- Nur Alvira Pascawati, Tri Baskoro Tunggul Satoto, Tri Wibawa, Roger Frutos, Sylvie Maguin

(Epidemiologi, FIKES, Universitas Respati Yogyakarta)

Dampak Potensial Perubahan Iklim Terhadap Dinamika Penularan Penyakit DBD di Kota Mataram

BALABA

Vol. 15 No. 1, Juni 2019, Hal. 49-60

Kota Mataram merupakan daerah endemis DBD karena selalu ditemukan kasus dalam 3 tahun berturut-turut dengan jumlah kasus yang berfluktuasi dan cenderung meningkat.

Penyakit DBD berkaitan dengan faktor iklim karena kehidupan vektor, patogen, perilaku dan fisiologi tubuh manusia dipengaruhi oleh iklim. Dampak dari perubahan iklim terhadap dinamika penularan DBD di Kota Mataram sangat penting untuk diteliti karena dapat digunakan sebagai dasar untuk mengetahui pola terjadinya kasus DBD yang berhubungan dengan suhu, kelembaban, curah hujan dan kecepatan angin. Penelitian ini menggunakan desain kohor retrospektif dari data sekunder iklim BMKG Kota Mataram dan kasus DBD di Dinas Kesehatan Kota Mataram pada 5 tahun terakhir (2013-2017). Data dianalisis berdasarkan pola bulanan dan tahunan dengan asumsi distribusi data normal untuk dilakukan uji korelasi dan regresi dengan α=0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa unsur iklim seperti: kelembaban, curah hujan, dan suhu berpengaruh cukup kuat terhadap kejadian DBD, namun kecepatan angin tidak berhubungan dengan kejadian DBD di Kota Mataram. Model persamaan regresi linier yang

ditemukan adalah kasus DBD = -39,403+5,809*kelembaban (R2 = 18,9%)

dengan asumsi semua regresi linier terpenuhi.

Model ini dapat digunakan untuk membantu upaya mitigasi penularan DBD melalui penentuan waktu pelaksanaan pencegahan dan penyediaan sarana prasarana untuk pengobatan penyakit DBD.

(8)

Kata kunci: DBD, perubahan iklim, kelembaban, Kota Mataram

--- Varry Lobo, Hanani Melangwala Laumalay (Loka Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Waikabubak)

Studi Laboratorium Siklus Hidup Anopheles vagus Pradewasa sebagai Vektor Filariasis dan Malaria di Provinsi Nusa Tenggara Timur

BALABA

Vol. 15 No. 1, Juni 2019, Hal. 61-68

Anopheles vagus merupakan vektor penting dalam penularan malaria dan filariasis di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tingginya kepadatan nyamuk selain oleh pengaruh lingkungan juga adanya dinamika populasi.

Kelimpahan populasi nyamuk berfluktuasi mengikuti laju kelahiran dan kematian dalam siklus hidupnya. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi siklus kehidupan pradewasa An. vagus. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional.

Sampel penelitian adalah An. vagus dari Kabupaten Manggarai Barat dan Kabupaten Kupang. Nyamuk ditangkap pada pukul 18.00- 24.00 di sekitar kandang ternak (sapi dan kerbau) yang telah menghisap darah. Nyamuk dibawa ke Laboratorium Loka Litbangkes Waikabubak untuk diidentifikasi dan dikolonisasi. Data dikumpulkan melalui pengamatan perkembangan kehidupan nyamuk setiap jam menggunakan formulir pengamatan dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa An. vagus mampu menghasilkan telur 42-184 butir sekali bertelur dengan angka penetasan 79%. Hasil pengamatan rentang waktu siklus hidup di laboratorium, telur 1-4 hari, larva 9-19 hari, dan pupa 1-8 hari. Anopheles vagus membutuhkan waktu rata-rata 57,2 menit untuk kawin dan rata-rata 13 jam untuk menghisap darah setelah proses perkawinan.

Presentase kematian tertinggi pada tahap larva instar IV yaitu 28,05%. Perkembangan siklus hidup An. vagus pradewasa membutuhkan waktu 11-31 hari pada suhu 21,1°C dan kelembaban 74,3%. Larva instar IV paling banyak mengalami kematian.

Kata kunci: siklus hidup, Anopheles vagus, vektor

--- Retno Hestiningsih, Muhammad Iqbal Kurniawan, Martini Martini, Nissa Kusariana, Bagoes Widjanarko, Ali Rahayu

(Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro)

Daya Saing Kawin Jantan Mandul Aedes albopictus: Uji Semi Lapang untuk Pengendalian Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD)

BALABA

Vol. 15 No. 1, Juni 2019, Hal. 69-74

Aedes albopictus merupakan vektor kedua penular Demam Berdarah Dengue. Diperlukan metode pengendalian vektor yang tepat seperti Teknik Serangga Mandul (TSM). Penelitian sebelumnya mengkaji dosis radiasi dalam menghasilkan jantan mandul Ae. albopictus, yaitu dosis 60 Gy. Sebelum diaplikasi di lapangan diperlukan tahap uji coba semi lapang. Penelitian ini bertujuan mengetahui kemampuan daya saing kawin jantan mandul Ae. albopictus dengan uji semi lapang.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semi lapang dengan menggunakan subyek jantan yang diradiasi sehingga bersifat steril atau mandul. Subyek dikawinkan dengan betina fertil, dalam 3 kelompok, masing masing kelompok kontrol (10 jantan normal dan 10 betina normal), kelompok uji (10 jantan steril dan 10 betina normal) dan kelompok kombinasi (10 jantan normal, 30 jantan steril dan 10 betina normal). Perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Nyamuk uji ditempatkan dalam tenda khusus serangga (bugdoom) dengan memberikan kondisi yang disukai nyamuk Ae. albopictus. Hasil penelitian menggambarkan bahwa persentase sterilitas telur pada ketiga kombinasi perkawinan berbeda antar kelompok (p<0,0001).

Kelompok serangga uji menghasilkan telur yang steril tertinggi sebesar 100% dibanding kelompok lainnya. Nilai Daya Saing Kawin (C indeks) Nyamuk Jantan Mandul Ae. albopictus sebesar 0,34. Hal ini menunjukkan pengaplikasi TSM membutuhkan populasi 3 kali lipat jantan mandul dari populasi jantan normal di lapangan.

(9)

Kata kunci: daya saing kawin, teknik serangga mandul, Aedes albopictus, demam berdarah dengue

--- Lia Faridah, Nisa Fauziah, Savira Ekawardhani (Divisi Parasitologi, Departemen Ilmu Kedokteran Dasar, Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran)

Tingkat Pengetahuan Masyarakat Terhadap Gejala Demam Dengue dan Pengobatan Dini di Kota Bandung

BALABA

Vol. 15 No. 1, Juni 2019, Hal. 75-82

Di negara tropis, gejala demam dengue sangat mirip dengan gejala infeksi tropis umum lainnya. Tidak ada terapi khusus untuk infeksi dengue, kunci keberhasilan manajemen infeksi dengue ialah perawatan suportif yang tepat waktu dan bijaksana. Pengetahuan masyarakat mengenai demam dengue dan penanganan pertama demam di rumah, terutama untuk anak-anak, sangat penting guna mengurangi beban infeksi demam dengue. Studi tentang pengetahuan masyarakat mengenai demam dengue masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengetahuan masyarakat Kota Bandung mengenai gejala demam dengue dan menentukan prediktor utama dalam mendapatkan skor pengetahuan dengue yang tinggi di kota Bandung.

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara pada responden dari tiap-tiap rumah tangga. Analisis multivariat dengan regresi logistik digunakan untuk menentukan odds-ratio faktor-faktor demografis yang mencapai indeks tinggi. Sebagian besar responden (lebih dari 70%) memiliki tingkat pengetahuan menengah sampai tinggi mengenai gejala demam dengue dan pertolongan pertama. Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi antara tingkat pengetahuan dengan skor tinggi wanita, tingkat pendidikan sarjana, dan pengusaha.

Kata kunci: komunitas, demam dengue, pengetahuan, tata laksana

---

Suci Ihtiaringtyas, Budi Mulyaningsih, Sitti Rahmah Umniyati

(Fakultas Kesehatan, Universitas Jenderal Achmad Yani)

Faktor Risiko Penularan Penyakit Skabies pada Santri di Pondok Pesantren An Nawawi Berjan Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo Jawa Tengah

BALABA

Vol. 15 No. 1, Juni 2019, Hal. 83-90

Jumlah penghuni yang padat dan kebersihan lingkungan yang kurang terjaga di Pondok Pesantren An Nawawi Purworejo berpengaruh terhadap kesehatan para santri. Skabies merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi pada pondok pesantren. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor risiko penularan skabies pada santri di Pondok Pesantren An Nawawi Berjan Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo Jawa Tengah.

Jenis penelitian observasional analitik dengan rancangan kasus kontrol. Variabel yang diteliti meliputi kebersihan lingkungan, kepadatan hunian, perilaku kebersihan diri, ada kontak dengan penderita, pengetahuan, jenis kelamin, umur dan ada tidaknya tungau debu rumah (TDR). Jumlah sampel penelitian sebanyak 104 orang. Data diperoleh dari observasi kebersihan lingkungan, kuesioner, diagnosis dokter, pengambilan sampel swab kulit dan pengambilan sampel debu rumah. Data dianalisis dengan uji Chi-Square (α = 0,05).

Hasil diagnosis dokter menunjukkan sebanyak 115 santri dari 116 santri yang diperiksa terkena skabies, 34 orang diantaranya positif Sarcoptes scabiei. Faktor kebersihan lingkungan (p=0,000; OR= 9,490), kontak dengan penderita (p=0,040; OR=2,912), jenis kelamin (p=0,000; OR=5,083), dan umur santri berhubungan dengan penularan skabies (p=0,000). Tungau debu rumah Dermatophagoides sp. ditemukan di Pondok Pesantren An Nawawi. Kebersihan lingkungan adalah faktor paling dominan yang berpengaruh terhadap penularan penyakit skabies di Pondok Pesantren An Nawawi. Kata kunci: faktor risiko, skabies, santri, pondok pesantren

---

(10)

ABSTRACT SHEET

This abstract sheet may reproduced/copied without permission

Semuel Sandy, Iman HS Sasto, Eva Fitriana, Evi Iriani Natalia

(Health Research and Development Unit of Papua)

Risk Factors Associated with Taeniasis and Cysticercosis in West Papua

BALABA

Vol. 15 No. 1, 2019 June, p. 1-12

Taeniasis and cysticercosis are zoonotic diseases pigs and still become a health problem in West Papua. In 2003-2004, the prevalence of taeniasis was 4.1% and cysticercosis 2.3%. The aim of the study was to determine the prevalence and determinants of transmission of the disease. A cross-sectional design was carried out in March-December 2016, with 1,489 of respondents. Data was collected through fingertip blood collection and interviews for determinant factors of taeniasis transmission and cysticercosis.

Examination of blood samples was carried out using magnetic microparticle immunoassay.

The results of the study on taeniasis proportion were 3.0% (n=1.489) and taeniasis determinant factors were education [RR=1.3;

CI 95% (0.695-2.418); p=0.047], hand washing habits before eating [RR=12.3; CI 95% (5.857-25.853); p=0.0001], habit of washing hands after defecate (p=0.0001), consuming vegetables (p=0.0001), vegetables being washed in the river [RR=0.3; CI 95%

(0.153-0.674); p=0.002] and consumption of roast meat [RR=0.3; CI 95% (0.166-0.570);

p=0.0001]. The proportion of cysticercosis is 3.2% (n=1,489). and cysticercosis determinant factors are education [RR=0.3; CI 95%

(0.162-0.819); p=0.011], hand washing habits before eating [RR=2.4; CI 95% (1.344-4.351);

p=0.002], the habit of washing hands after defecate [RR=3.2; 95% CI (1.787-5.809);

p=0.0001], nail hygiene [RR=2.8 CI 95%

(1.415-5.546); p=0.002], consumption of vegetables [RR=0.3; CI 95% (0.179-0.577);

p=0,0001], vegetables are washed in the river [RR=0.4; CI 95% (0.222-0.837); p=0.012].

Determinant factors of Taeniasis and cysticercosis were education level, hand washing, nail hygiene, consumption of

vegetables, washing vegetables in the river and consumption of roasted meat. It is crucial to provide education to community about clean,healthy behavior, and consumption of cooked meat.

Keywords: taeniasis, cysticercosis, West Papua

--- Eva Lestari, Bondan Fajar Wahyudi, Adil Ustiawan, Dian Indra Dewi

(Health Research and Development Unit of Banjarnegara)

Potency of Star Anise (Illicium verum) Essential Oil as Aedes aegypti Mosquito Repellent

BALABA

Vol. 15 No. 1, 2019 June, p. 13-22

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is still a become public health problem in the world. In 2017, there were 68,407 cases with 493 deaths DHF cases in Indonesia . The incidence rate of DHF in 2017 was 26,10/100,000 population.

DHF was caused by dengue virus which was transmitted through the bites of Aedes aegypti.

Several types of plants such as stems, leaves, and flowers can be used as natural ingredients for repelling Ae. aegypti, Star anise (Illicium verum) has a chemical compound that can be used as a mosquito repellent. The purpose of this study was to know the potential of star anise essential oil as repellents of Ae. aegypti.

This study was an experimental study with post test only with control group design. The experiment to test the repellency of star anise essential oil was carried out using concentrations of 10%, 20%, 30%, 40%, and 50% on 3-5 days old female Ae. aegypti. The result of this study showed that repellency index of star anise essential oil at concentration 10%, 20%, 30%, 40% and 50%

during 6 hours were 58.1%; 63.51%; 59.95%;

49.45% and 65.32%. Star anise essential oil at concentration 10%, 20%, 30%, 40%, and 50%

can provide protection against the bites of Ae.

aegypti for 1 until 2 hours.

(11)

Keywords: repellent, star anise (Illicium verum), Aedes aegypti, essential oil, Dengue Hemorrhagic Fever

--- Arief Nugroho, Ika Martiningsih, Nur Hidayati, Muhidin, Ristiyanto

(Center for Research and Development of Disease Vectors and Reservoir Salatiga) Spatial Analysis of Positive Pathogenic Leptospira Rats and their Habitat Types in West Papua Province

BALABA

Vol. 15 No. 1, 2019 June, p. 23-32

Indonesia was reported as endemic area of Leptospirosis is a disease caused by pathogenic Leptospira and is still a health problem in the community. Until now, West Papua Province has not reported any cases of leptospirosis. This study aims to examine whether there is a grouping pattern of Leptospira harboring rats and identify the habitat types of positive rat Leptospira. This research was descriptive observational research using a cross-sectional approach.

Research locations are in Manokwari, Fakfak, and Raja Ampat districts in West Papua Province. The catching of rats was carried out in locations of forest ecosystem settlements, near forest settlements, non-forested far from settlements, non-forests near settlements, coastal remote settlements, and beaches near settlements. Leptospira in rats was detected by examination of Polymerase Chain Reaction (PCR) and Microscopic Agglutination Test (MAT). The results showed 278 rats were caught. The number of Leptospira positive rats in three districts by PCR was 34 (12.2%) and MAT were 13 (4.7%). Leptospira positive habitat types were settlements, yards, and secondary forests. The SaTScan results were obtained by six positive Leptospira rat clusters.

There were no significant results which showed that no spread of Leptospira in the clusters. The presence of Leptospira in rats should be a warning for leptospirosis transmission risk at the study site.

Keywords: leptospirosis, Leptospira, habitat, spatial analysis

---

Dwi Sulistia Ningrum, Siwi Pramatama Mars Wijayanti, Kuswanto

(Department of Public Health, Faculty of Health Sciences, Jenderal Soedirman University)

Mosquito Larvacidal Activity of Zingiber montanum Rhizome Extract against Aedes aegypti Larvae

BALABA

Vol. 15 No. 1, 2019 June, p. 33-40

Aedes aegypti is the main vector which transmits Dengue virus as causing agent of Dengue Haemmorhagic Fever (DHF).

Chemical control of Ae. aegypti have an impact on the environment and humans, also burden a high cost. One of the efforts to reduce the negative impact of synthetic insecticide, which is to find out alternative natural insecticide from plant-based insecticides. The purpose of this research is to determine the killing power of the rhizome bangle extract to Ae. aegypti larvae. This research was a quasi- experimental design with post test only control group design. The concentration of extract rhizome bangle used were 0%; 0.125%;

0.25%; 0.5%; 0.75% and 1%. The mosquito sample used in this study were instar III of Ae.

aegypti larvae as many as 600 larvae. Data analysis used univariate and bivariate (probit and Kruskal Wallis test). The results showed that there was an effect of the concentration of extract rhizome bangle against the mortality of Ae. aegypti larvae with p=0,002 (p<0,05).

Extract rhizome bangle effectively killed Ae.

aegypti larvae with LC50 and LC90 were 0.148

% and 0.338 %, with the most effective concentration is 1%. Based on this research, extract rhizome bangle has a larvicidal effect on Ae. aegypti, so it can be used as an alternative method to minimize the usage of chemical larvicides that easily applied by the community.

Keywords: Dengue, Aedes aegypti, Zingiber, biolarvacide

--- Novyan Lusiyana

(Department of Parasitology, Faculty of Medicine, Islamic University of Indonesia)

(12)

Entomological Survey and Susceptibility Status of Aedes aegypti Larvae to Organophospate Insecticide in Banguntapan Village Yogyakarta

BALABA

Vol. 15 No. 1, 2019 June, p. 41-48

Aedes aegypti is a vector of many arboviruses.

Information of the breeding site of this vector is important for preventing many diseases and for design intervention programs. This study was to determine the breeding place of Ae.

aegypti, type of water-holding container, entomological survey and susceptibility status for organophosphate insecticide in Banguntapan village. Design of this research was cross-sectional study that located in Banguntapan village from November 2016 until January 2017 on 400 houses. All water holding container that present in and around houses were inspected for the presence of Ae.

aegypti with single larvae method.

Susceptibility test using bioassay and biochemist test was applied on F1 generation larvae. Risk indicator of the entomological survey was the free larvae index (FLI), house index, container index and breteau index. A total 696 container were inspected, of which 149 containers were positive Ae. aegypti, with FLI 73%, HI 27%, BI of 33%, CI 18.14% and PI of 17.5%. The most common breeding habitats for larvae were bathtub, bucket, plant’s pot, birds drinking pot. Susceptibility status to temephos was susceptible, whiles for organophosphate insecticide was medium resistance. Banguntapan village was a high potential for arbovirus transmission and bathtub is the most potential breeding place for Ae. aegypti mosquitoes.

Keywords: entomological status, susceptibility, temephos, Aedes aegypti

--- Nur Alvira Pascawati, Tri Baskoro Tunggul Satoto, Tri Wibawa, Roger Frutos, Sylvie Maguin

(Epidemiology, Faculty of Health Sciences, Respati University of Yogyakarta)

Potential Impact of Climate Change on DHF Dynamics Transmission in Mataram City

BALABA

Vol. 15 No. 1, 2019 June, p. 49-60

Mataram City is an endemic area of DHF because cases are always found in 3 consecutive years with the number of cases that fluctuated and tended to increase. DHF is related to climate factors because of vector life, pathogen, behavior and the physiology of the human body is influenced by climate. The impact of climate change on the dynamics of dengue transmission in the city of Mataram is very important to study because it can be used as a basis for knowing the pattern of the occurrence of dengue cases related to temperature, humidity, rainfall and wind speed. This study used a retrospective cohort design from BMKG secondary climate data and dengue cases at the Mataram City Health Office in the last 5 years (2013-2017). Data were analyzed based on monthly and annual patterns assuming normal data distribution to be carried out correlation and regression tests with α = 0.05. The results showed that climatic elements such as: humidity, rainfall, and temperature had a strong enough influence on the incidence of DHF, but the wind speed was not related to the incidence of DHF in the city of Mataram. The linear regression equation model found was DBD Case = -439.403 + 5.809 * humidity (R2 = 18.9%) assuming all linear regression was fulfilled.This model can be used to assist in efforts to mitigate dengue transmission through the determination of the timing of implementation of prevention and the provision of infrastructure facilities for the DHF treatment.

Keywords: DHF, climate change, humidity, Mataram City

--- Varry Lobo, Hanani Melangwala Laumalay (Health Research and Development Unit of Waikabubak)

A laboratory Study of the Pre-Adult Filaria and Malaria Vector, Anopheles vagus in East Nusa Tenggara Province BALABA

Vol. 15 No. 1, 2019 June, p. 61-68

(13)

Anopheles vagus is one of the vectors that plays an essential role in malaria infection in East Nusa Tenggara, Indonesia. This vector’s density is related to population dynamics and the environment. The high population density is fluctuated according to the birth and death rate of the mosquitos on their life cycle. This is an observational study that employed a cross- sectional design aimed to identify the life cycle of pre-adult An. vagus mosquitoes. The sample was collected from Manggarai Barat and Kupang regions. Sample was taken from around cattle’s cages between 6.00pm- 12.00am and were the ones that have sucked cattle’s blood. Identification and colonization were conducted in Loka Litbangkes Waikabubak Laboratory. Data was collected through an hourly observation form and then analyzed descriptively. The results indicated that an adult An.vagus could produce 42-184 eggs each time it laid eggs with 79% hatching rate succeed. The life cycle of an An.vagus under a controlled environment in the laboratory was as following phases: egg (1-4 days), larvae (9-19 days), pupa (1-8 days).

Anopheles vagus needed an average of 57.2 minutes to mate and 13 hours to suck blood after the mating process. The highest death rate (28.05%) occurred in instar IVof larvae stage. Pre-adult of An. vagus needed 11-31 days in with the environment that conditioned at 21.1°C and 74.3% humidity for their development,while the highest death rate observed at instar IV.

Keywords: life cycle, Anopheles vagus, vector --- Retno Hestiningsih, Muhammad Iqbal

Kurniawan, Martini Martini, Nissa Kusariana, Bagoes Widjanarko, Ali Rahayu

(Faculty of Public Health, Diponegoro University)

Mating Competitiveness on Steril Insect Technique Aedes albopictus: Semi-Field Trial for Vector Control Method of Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)

BALABA

Vol. 15 No. 1, 2019 June, p. 69-74

Aedes albopictus is the secondary vector that played an important role in the transmission of Dengue Haemorrhagic Fever (DHF). Previous

research has examined the exact radiation dose in producing Ae. albopictus sterile males, which is a dose of 60 Gy. Before being applied in the field, a semi-field trial phase is actually needed. This study aims to determine the competitiveness of Ae. albopictus sterile male mating with a semi-field test. This study is a field experiment and used males radiated until becoming a sterile mosquito. Subject mated to fertile female and divided into 3 groups of samples, the control group (10 normal males and 10 normal females), the test group (10 sterile males and 10 normal females) and the combination group (10 normal males, 30 sterile males, and 10 normal females).

Treatment was performed with 3 replications.

Tested mosquitoes were placed into the special tent of bugs (bugdoom) with condusive environmental conditions of Ae. albopictus mosquitoes. The results of study showed that there was significant differences (p ≤ 0.0001) the level of sterility of eggs. The test insect group produced the highest sterile eggs 100%

compared to the other groups. Value of Mating Competitiveness (C index) Male Sterile Mosquito Ae. albopictus of 0.34. This showed that for TSM applications in actual conditions, it is required 3 times of the population size of sterile males from the normal male population in the field.

Keywords: mating competitiveness, sterile insect technique, Aedes albopictus, dengue haemorrhagic fever

--- Lia Faridah, Nisa Fauziah, Savira Ekawardhani (Division of Parasitology, Department of Biomedical Science, Faculty of Medicine Universitas Padjajaran)

Knowledge Level of Community Participant on Dengue Fever Symptoms and Early Treatment in Bandung City

BALABA

Vol. 15 No. 1, 2019 June, p. 75-82

In tropical countries, dengue fever is often confused with other common tropical infections. There are no specific therapeutic treatment for dengue infections, and the key of successful dengue case management are a timely and judicious supportive care.

Community knowledge about dengue fever and

(14)

treatment at home, particularly for children is crucial to reduce the burden of dengue infection. Unfortunately, studies on community's knowledge of dengue fever are still very limited. The aims of this study are to measure people's knowledge about dengue fever and to determine the main predictors of a high index on dengue knowledge, in Bandung City. Data collection was carried out by interviewing respondents from each household.

Multivariate analysis with logistic regression was used to determine the odds-ratio demographic factors that reached a high index. Study participants generally showed medium-to-high level of knowledge regarding Dengue fever symptoms and its first aid. This group accounts for more than 70% of all respondents. This study also showed that the likeliness of having high-score of knowledge was correlated with being a female, having at least an undergraduate level of education, and being an entrepreneur.

Keywords: community, dengue fever, knowledge, treatment

--- Suci Ihtiaringtyas, Budi Mulyaningsih, Sitti Rahmah Umniyati

(Faculty of Health Science, Jenderal Achmad Yani University)

Risk Factor of Scabies on Students of An Nawawi Islamic Boarding School in Berjan Gebang Subdistrict Purworejo District of Central Java

BALABA

Vol. 15 No. 1, 2019 June, p. 83-90

The high density of occupancy and poor environmental hygiene in An Nawawi Islamic Boarding School, Purworejo could effect on the health status of students. Scabies is one of health problem that often occurs in Islamic boarding schools. The aims of this study was to determine risk factors of scabies transmission on students at An Nawawi Boarding School Berjan Gebang subdistrict, Purworejo District of Central Java. This study used observational analytic methods using case-control design.

The measured variables were environmental hygiene, residential density, personal hygiene, contact with patient, knowledge, sex, age and the presence or absence of house dust mites

(TDR). The population in this study were students at Boarding School An Nawawi with the sample size is 104 students. Data obtained from environmental hygiene observational, questionnaires, physician diagnosis, skin swab sampling and sampling of house dust. Data were analyzed with Chi-Square (α=0.05). The result of this study showed that 115 of 161 students were diagnosed with scabies and S.

scabiei was founded from 34 slide of skin swab. Environmental hygiene factors (p=0.000; OR=9.490), contact with patients (p=0.040; OR=2.912), sex (p=0.000;

OR=5.083), and age of santri related to scabies transmission (p=0.000). House dust mites Dermatophagoides sp. found at An Nawawi Islamic Boarding School.

Environmental cleanliness is the most dominant factor that influences the transmission of scabies at An Nawawi Islamic Boarding School.

Keywords: risk factor, scabies, students, Islamic boarding school

---

Referensi

Dokumen terkait

Konseling adalah percakapan tatap muka dua arah antara peserta KB dengan petugas konseling (konselor) yang bertujuan untuk memberikan bantuan kepada peserta KB

Uji Repelen (Daya Tolak) Beberapa Ekstrak Tumbuhan terhadap Gigitan Nyamuk Aedes aegypti Vektor Demam Berdarah Dengue.. Physiological and Morphological Aspects of Aedes

Pada penelitian pendahuluan telah diisolasi protein dengan berat molekul (BM) 100 kDa dari membran kepala spermatozoa kambing yang sudah diejakulasikan.. Antigen adalah

Deskripsi Sistem ini memungkinkan aktor untuk masuk ke halaman data anggota yang nantinya bisa melihat dan menambah data anggota baik data anggota lama maupun data

Puji syukur atas rahmad dan hidayah Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS BENZALKONIUM KLORIDA KONSENTRASI 0,001% DALAM

Terdapat empat buah tiang berukir Naga yang terletak di serambi Kelenteng empat pilar Naga tersebut adalah melambangkan empat mata angin yaitu timur, barat, utara, selatan

Siklus Renkine nyata yang  pembangkit daya yang menggunakan uap (steam ). Siklus Renkine nyata yang digunakan dalam instalasi pembangkit daya jauh lebih rumit dari pada siklus

Game bertipe fighting ini merupakan salah satu tipe game yang cukup digandrungi di kalangan remaja, dalam game ini pemain akan memainkan satu karakter atau lebih yang