• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI A.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI A."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

11 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori

1. Hakikat Latihan

Latihan adalah penerapan rangsangan fungsional secara sistematis dalam ukuran semakin tinggi dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi. Pada prinsipnya latihan menurut Sukadiyanto (2010: 1), menyatakan latihan merupakan suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik, yaitu untuk meningkatkan: kualitas fisik, kemampuan fungsional peralatan tubuh, dan kualitas psikis anak latih. Jadi untuk pencapaian suatu prestasi dibutuhkan suatu progam latihan yang sistematis, sehingga adanya adaptasi dalam tubuh

Irianto (2002: 11-12), menyatakan: Latihan adalah proses pelatihan dilaksanakan secara teratur, terencana, menggunakan pola dan sistem tertentu, metodis serta berulang seperti gerakan yang semula sukar dilakukan, kurang koordinatif menjadi semakin mudah, otomatis, dan reflektif sehingga gerak menjadi efisien dan itu harus dikerjakan berkali-kali.

Hariono (2006: 1), menyatakan bahwa latihan adalah suatu proses berlatih yang dilakukan dengan sistematis dan berulang-ulang dengan pembebanan yang diberikan secara progresif. Selain itu, latihan merupakan upaya yang dilakukan seseorang untuk mempersiapkan diri dalam upaya untuk mencapai tujuan tertentu.

(2)

Pengertian Latihan Bompa (1994: 3) latihan merupakan suatu kegiatan olahraga yang sistematis dalam waktu yang panjang, ditingkatkan secara bertahap dan perorangan, bertujuan membentuk manusia yang berfungsi fisiologis dan psikologisnya untuk memenuhi tuntutan tugas. Menurut pendapat Fox (1993: 693) bahwa latihan adalah suatu program latihan fisik untuk mengembangkan seorang atlet dalam menghadapi pertandingan penting.

Peningkatan kemampuan ketrampilan dan kapasitas energi diperhatikan sama.

Prinsip - prinsip dasar latihan Program latihan hendaknya menerapkan prinsip-prinsip dasar latihan guna mencapai kinerja fisik yang maksimal bagi seseorang. Prinsip-prinsip dasar latihan yangsecara umum harus diperhatikan adalah sebagai berikut: 1.) Prinsip beban berlebih (the overload principles).

Pendapat Fox (1993:687) dikemukakan bahwa intensitas kerja harus bertambah secara bertahap melebihi ketentuan program latihan merupakan kapasitas kebugaran yang bertambah baik. Bompa (1994: 29) bahwa pemberian beban latihan yang melebihi kebiasaan kegiatan sehari-hari secara teratur. Hal itu bertujuan agar sistem fisiologis dapat menyesuaikan dengan tuntutan fungsi yang dibutuhkan untuk tingkat kemampuan tinggi. 2.) Prinsip kekhususan (the principles of specificity). Latihan harus bersifat khusus sesuai 22 dengan kebutuhan olahraga dan pertandingan yang akan dilakukan. Perubahan anatomis dan fisiologis dikaitkan dengan kebutuhan olahraga dan pertandingan tersebut (Bompa, 1994: 32). 3.) Prinsip individual (the principles of individuality). Bompa (1994:35) menjelaskan bahwa latihan harus memperhatikan dan memperlakukan seseorang sesuai dengan tingkatan

(3)

kemampuan, potensi, karakteristik belajar dan kekhususan olahraga. Seluruh konsep latihan harus direncanakan sesuai dengan karakteristik fisiologis dan psikologis seseorang, sehingga tujuan latihan dapat ditingkatkan secara wajar.

4.) Prinsip beban latihan meningkat bertahap (the tprinciples of progressive increaseload). Seseorang yang melakukan latihan, pemberian beban harus ditingkatkan secara bertahap, teratur dan ajeg hingga mencapai beban maksimum (Bompa, 1994:44). 5.) Prinsip Kembali Asal (the principles of reversibility). Djoko P.I (2000: 11) bahwa kebugaran yang telah dicapai seseorang akan berangsur-angsur menurun bahkan bisa hilang sama sekali, jika latihan tidak dikerjakan secara teratur dengan takaran yang tepat. 6.) Prinsip mengenal sumber energi utama (the principles of predominant energi system).

Komponen - Komponen Kondisi Fisik Adapun komponen-komponen kondisi fisik tersebut meliputi: kekuatan (strenght), daya tahan (endurance), daya otot (muscular power), kecepatan (speed), daya lentur (flexibility), kelincahan (agility), koordinasi (coordination), keseimbangan (balance), ketepatan (accuracy), reaksi (reaction). (Sajoto,1995:08).

2. Hakikat latihan sirkuit

Circuit training merupakan suatu program latihan yang di kembangkan

oleh R.E. Morgan dan G.T. Anderson pada tahun 1953 di University of Leeds di Inggris. Di dalam program latihan circuit training terdapat serangkaian stasiun atau pos seperti push up, sit up, jumping jacks, burpes, plank, dll. Sebagian orang ada juga yang melakukan circuit training dengan menggunakan peralatan

(4)

hidraulik, mesin, dan beban tubuhnya sendiri dengan jarak tiap stasiun berkisar antara 15 detik hingga 3 menit agar menjaga kinerja maksimum otot.

Awal penelitian yang dilakukan oleh Morgan dan Anderson menunjukan bahwa adanya peningkatan intensitas konsumsi oksigen dari para koresponden yang awalnya 39% menjadi 51,5% VO?max. Penelitian ini sebelumnya telah mengikuti pedoman yang telah ditetapkan oleh American College of Sports Medicine (ACSM) untuk rekomendasi intensitas latihan yaitu 40% sampai 85%

VO2Max yang berguna untuk mengembangkan dan memelihara kesehatan jantung serta sistem pernafasan. Dengan begitu, circuit training tidak hanya mampu memberikan rangsangan pada kebugaran otot, namun juga mampu meningkatkan VO2Max seseorang dengan mengikuti pedoman dari ACSM tentang kardiovaskular dan pedoman diet terbaru yang diterbitkan di Amerika pada tahun 2005 untuk suatu aktivitas dan kegiatan fisik seseorang.

Circuit training adalah suatu sistem latihan yang dapat memperbaiki secara serempak fitnes keseluruhan dari tubuh, yaitu unsur- 25 unsur power, daya tahan, kekuatan, kelincahan, kecepatan, dan komponen fisik yang lain Harsono (2001:39). Circuit training dapat pula dilakukan untuk interval latihan. Latihannya diatur sedemikian rupa, sehingga memungkinkan seorang atlet melakukan 8-12 ulangan dalam waktu 10-15 detik atau tanpa pembatasan waktu M. Sajoto (1995:

82). Program circuit training berbeda dengan program latihan yang lainnya terutama didalam pelaksanaannya.

(5)

Menurut M. Sajoto (1995: 83) program latihan harus direncanakan sedemikian rupa, sehingga latihan yang dimaksudkan mengenai sasaran yang dituju. Latihan sirkuit dengan beban berat, sasaran utama dirancang untuk cabang cabang olahraga yang memerlukan kekuatan, sedangkan sasaran kedua untuk endurance. Latihan untuk endurance otot, maka rancangan program dibuat dengan repetisi tinggi tetapi beban ringan, sasaran adalah endurance untuk cardiovascular- repiratory, maka program latihan hendaknya memasukkan unsur-unsur lari di dalam program latihan. Suatu circuit terdiri dari jumlah stasiun latihan dimana latihan-latihan dilaksanakan M. Sajoto, (1988: 161). Lebih lanjut dalam buku M.

Sajoto (1988 : 161), satu sirkuit dinyatakan selesai apabila seseorang telah menyelesaikan latihan disemua stasiun sesuai dengan dosis serta waktu yang diterapkan. Menurut J.P O.shea dalam M.Sajoto (1995: 83) mengemukakan bahwa jumlah stasiun adalah delapan tempat. Satu stasiun diselesaikan dalam waktu 45 detik, dengan repetisi antara 15 20 kali. Waktu istirahat tiap stasiun adalah satu menit atau kurang. 26 Semakin tinggi tingkat kebugaran jasmani maka semakin tinggi pula kapasitas vital paru-paru Ratna, (2005:141) Diharapkan dari kebugaran jasmani yang baik akan meningkatkan produktivitas seseorang karena efisien kerja jantung dan paru-paru.

Untuk meningkat kebugaran jasmani Amat Komari (2008:75-78) perlu adanya latihan fisik menggunakan metode circuit training yang meliputi shuttle run, sit ups, push up, bench jump, dumble press, side jump, back ups, step ups, Latihan ini dapat memperbaiki secara serempak total fitness dari komponen kondisi tubuh, yaitu komponen power, daya tahan, kecepatan, fleksibilitas,

(6)

mobilitas dan komponen-komponen lainnya Sistem latihan diperkenalkan oleh Morgan dan Adamson pada tahun 1953 di University of Leeds di Inggris. Latihan ini semakin populer dan diakui oleh banyak pelatih, ahli-ahli pendidikan jasmani dan atlet sebagai salah satu sistem latihan yang dapat memperbaiki secara serempak fitnes keseluruhan dari tubuh, yaitu komponen kekuatan, daya tahan, kecepatan, fleksibilitas, mobilitas dan komponen-komponen lainnya. Menurut Sukadiyanto (2005: 28) circuit atau set adalah ukuran keberhasilan dalam menyelesaikan beberapa rangkaian butir latihan yang berbeda-beda. Artinya, dalam satu seri terdiri dari beberapa macam latihan yang semuanya harus diselesaikan dalam satu rangkain. Lebih lanjut Djoko Pekik Irianto dkk (2009 : 50) menyatakan circuit trainning adalah suatu metode fisik yang melibatkan latihan kebugaran jasmani dan latihan kekuatan. Latihan sirkuit adalah metode yang sudah teruji dapat 27 meningkatkan daya tahan otot dan kekuatan dengan efektif. Djoko Pekik Irianto dkk (2009 : 50) menyatakan ada banyak variasi latihan sirkuit, tetapi beberapa hal yang umum selalu ada pada latihan sirkuit adalah : a. Bentuk latihan yang dipakai adalah latihan kekuatan yang progresif. b.

Digunakan latihan-latihan untuk kebugaran jasmani tanpa atau dengan beban, latihan dengan peralatan latihan. c. Pengaturan kegiatan dilakukan dalam bentuk sirkuler, atlet boleh memulai latihan dari kegiatan yang mana saja, kemudian pindah ke latihan berikutnya sampai semua stasiun dikunjungi dan dikerjakan, yang keseluruhannya membentuk sirkular yang lengkap. d. Ada waktu yang menjadi batas waktu penyelesain satu sirkuit atau jumlah repetisi yang harus diselesaikan pada setiap stasiun. Pada contoh berikut ini diperlihatkan bahwa

(7)

latihan sirkuit dapat dilakukan dengan tindakan yang berbeda: Ringan, sedang dan berat, sehingga setiap atlet dapat melakukan sesuai dengan kemampuannya.

Berdasarakan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa circuit training adalah latihan yang di mana dalam pelaksanaanya terdiri dari beberapa stasiun latihan, setiap stasiun latihan didalamnya terdapat berbagai macam bentuk latihan dan atlet wajib menyelesaikan semua latihan di setiap stasiun dengan waktu yang sudah ditentukan dan program latihan sirkuit harus dirancang sesuai dengan sasaran yang akan dicapai misalnya ingin melatih kekuatan, kecepatan, kelincahan, daya tahan, power. Latihan yang diberikan terdiri dari beberapa stasion

Menurut M. Sajoto (1995: 83) Circuit traning adalah suatu program latihan terdiri dari beberapa stasiun dan di setiap stasiun seorang atlet melakukan jenis latihan yang telah ditentukan. Satu Circuit traning dikatakan selesai, bila seorang atlet telah menyelesaikan latihan di semua stasiun sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan.

Menurut Soekarman (1987: 70) Circuit traning adalah suatu program latihan yang dikombinasikan dari beberapa item-item latihan yang tujuannya dalam melakukan suatu latihan tidak akan membosankan dan lebih efisien.

Latihan sirkuit akan tercakup latihan untuk:1.) Kekuatan otot, 2.) Ketahanan otot, 3.) Kelentukan, 4.) Kelincahan, 5.)Keseimbangan, dan 6.) Ketahanan jantung paru. Berdasarkan beberapa pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa Circuit traning adalah jenis latihan dengan menggabungkan berbagai macam jenis latihan yang dibagi menjadi beberapa pos dalam satu jenis latihan. 2.1.3.2 Kelebihan

(8)

circuit traning Menurut Amat Komari (2008: 77-78) Circuit traning mempunyai beberapa keuntungan antara lain: 1.) Tiap latihan akan diketahui lamanya waktu latihan untuk menyelesaikan dosis yang telah ditentukan. Karena setiap latihan waktunya dicatat sedangkan dosisnya tetap, maka dapat dibandingkan dengan waktu latihan yang telah lalu makin cepat atau makin lambat. 2.) Setiap latihan dapat diketahui kondisi kebugaran peserta naik atau turun. Karena mengerjakan dosis latihan yang sama, kalau waktunya makin lambat berarti kondisinya lebih rendah dari latihan yang lalu. 3.) Latihan bisa secara klasikal karena alatnya mudah didapat (accessable) sehingga jika dibutuhkan dalam jumlah yang banyak tetap mudah mencukupinya. 4.) Dosis latihan sesuai dengan kemampuan individu, hal ini sesuai dengan prinsip latihan yang bersifat individual. 5.) Bobot intensitas latihan relative sama beratnya, karena masing-masing peserta mengerjakan dosis latihannya repetisinya lebih banyak begitu sebaliknya bagi yang lebih lemah repetisi dosisnya juga lebih rendah.

Menurut Sadoso Sumosardjono (1996:34) keuntungan berlatih dengan model Circuit traning adalah: 1.) Memungkinkan kelompok yang besar berlatih pada ruangan yang kecil dan hanya membutuhkan alat tertentu. 2.) Semua atlet berlatih pada waktu yang sama, berlatih dengan beban berat dalam waktu yang relatif singkat. 3.) Beban latihan serta penambahanya mudah ditentukan dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. 4.) Melatih semua anggota tubuh (total body workout). 5.) Melatih kekuatan jantung dan menurunkan tekanan darah sama baiknya dengan latihan aerobic

(9)

Circuit traning ialah suatu sistem latihan yangt dapat mengembangkan secara serempak fitness keseluruhan dari tubuh, yaitu unsur –unser daya 21 tahan,kelentukan, kekuatan, power, daya tahan otot, kelincahan, kecepatan dan lain –lain kondisi fisik. Karena itu bentuk –bentuk latihan dalam circuit training biasanya merupakan kombinasi dari unsur semua atau beberapa fisik tersebut. ( Harsono 2018).

3. Hakikat Kecepatan

1. Pengertian kecepatan

Pengertian kecepatan menurut Harsono (2001:36), adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu sesingkat-singkatnya atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang cepat. Abdul Kadir Ateng (1997:67), menyatakan bahwa kecepatan adalah kemampuan individu untuk melakukan gerakan yang sama berulang-ulang dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Mochamad Sajoto (1995: 9) Kecepatan itu sendiri mengacu kepada kecepatan gerakan di dalam melakukan suatu keterampilan tetapi tidak hanya dengan sekedar kecepatan berlari. Di dalam melakuakan pergerakan pada dengan cepat merupakan keterampilan fisik yang penting bagi para pemain yang harus di tingkatkan untuk kemampuan di dalam mengubah arah pada saat terkhir ini merupakan hal terpenting lainnya. Selain itu, kecepatan adalah suatu komponen kondisi fisik. Kecepatan sendiri merupakan suatu kemampuan dari seseorang di dalam menggerakkan kesinambungan dalam kurun waktu yang singkat.

(10)

Kecepatan adalah kemampuan bergerak dengan kemungkinan kecepatan tercepat, ditinjau dari sistem gerak, kecepatan adalah kemampuan dasar mobilitas sistem saraf pusat dan perangkat otot untuk menampilkan gerakan-gerakan pada kecepatan tertentu. Dari sudut pandang mekanika, kecepatan diekspresikan sebagai rasio antara jarak dan waktu dalam buku Ismaryati (Bompa, 1990:57) Menurut Sukadiyanto, (2010:174) kecepatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk menjawab rangsang dalam waktu secepat (sesingkat) mungkin.

Kecepatan sebagai hasil perpaduan dari panjang ayunan tungkai dan jumlah langkah. Dimana gerakan panjang ayunan dan jumlah langkah merupakan serangkaian gerak yang sinkron dan kompleks dari sistem neuromuscular. Dengan bertambahnya panjang ayunan dan jumlah langkah akan meningkatkan kecepatan bergerak. Untuk itu dalam membahas unsur kecepatan selalu berpijak pada konsep dasarnya yaitu : perbandingan antara waktu dan jarak, sehingga unsur kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (kecepatan gerak). Artinya, agar dapat bergerak cepat tergantung dari kecepatan reaksi saat awal gerak, kemampuan tubuh menempuh jarak dengan waktu tertentu, serta frekuensi langkah larinya

Secara umum kecepatan mengandung pengertian kemampuan seseorang untuk melakukan gerak atau serangkaian gerak secepat mungkin sebagai jawaban terhadap rangsang. Dalam menjawab rangsang dapat dalam bentuk gerak atau serangkaian gerak yang dilakukan secepat mungkin. Menurut sukadiyanto (2010:174), Untuk itu ada dua macam kecepatan, yaitu kecepatan reaksi dan

(11)

kecepatan gerak. Kecepatan reaksi adalah seseorang dalam menjawab suatu rangsang dalam waktu sesingat mungkin. Kecepatan reaksi dibedakan menjadi reaksi tunggal dan reaksi majemuk. Sedangkan kecepatan gerak adalah kemampuan seseorang melakukan gerak atau serangkaian gerak dalam waktu secepat mungkin. Kecepatan gerak dibedakan menjadi gerak siklus dan non siklus. Selain kedua macam kecepatan tersebut masih ada istilah yang menggunakan unsur kecepatan, yaitu ketahanan kecepatan atau stamina.

2. Faktor-faktor yang membatasi kemampuan kecepatan

Kecepatan (speed) merupakan salah satu elemen kondisi fisik yang tidak hanya sulit ditingkatkan, akan tetapi juga membutuhkan proses latihan yang lama dan selain dari itu sulit dipertahankan jika telah mencapai prestasi puncak. Hal ini disebabkan banyak faktor yang mempengaruhi prestasi kecepatan seseorang atau atlet.

Menurut Jonath/krempel (1981:48-49) dalam buku Syafruddin 2012, mengatakan bahwa kemampuan kecepatan dibatasi oleh factor-faktor sebagai berikut ini :

a. Kekuatan otot Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa kemampuan kecepatan tidak bisa berkembang tanpa kekuatan otot yang memadai karena kekuatan otot merupakan suatu persyaratan mutlak dari kecepatan gerakan. Oleh karena itu, untuk mendapatkan suatu kecepatan maksimal diperlukan pertama sekali otot yang kuat dan terlatih.

(12)

b. Viskositas otot Perkembangan/peningkatan kecepatan gerakan yang dapat dicapai secara maksimal berpengaruh negatif ketika otot dalam keadaan dingin dengan viskositas yang tinggi. Dengan kata lain, kecepatan tidak dapat berkembang ketika otot dalam keadaan tidak panas (dingin) dengan viskositas yang tinggi.

c. Kecepatan reaksi Kecepatan reaksi atau kemampuan reaksi merupakan kemampuan seseorang menjawab/merespon suatu sinyal (stimulus) dengan kecepatan tinggi.

d. Kecepatan kontraksi Kecepatan kontraksi berhubungan dengan struktur dan kemampuan otot secara fisiologis karena kecepatan kontraksi lebih ditentukan oleh jenis serabut otot putih/cepat (fast twitch) dibandingkan jenis serabut otot merah/lambat (slow twitch).Kecepatan gerakan dan power ditentukan terutama oleh serabut otot cepat dan daya tahan lebih ditentuka oleh serabut otot lambat (Syafruddin, 2012).

e. Koordinasi Koordinasi disini dimaksudkan adalah kerjasama atau saling pengaruh antara system persyarafan pusat atau central nervous system, di singkat CNS dan otot yang bekerja, yang sangat berpengaruh terhadap kecepatan gerak.

f. Ciri-ciri Anthropometri 14 Ciri-ciri bangunan tubuh manusia seperti perbandinagn panjang tungkai dan badan, dan panjang lengan memegang peran penting dalam meningkatkan kecepatan, akan tetapi tidak bisa dilatih. Hal ini disebabkan anthropometri

(13)

tubuh setiap orang tumbuh dan berkembang secara alami sesuai dengan faktor genetik bawaan yang dimiliki.

g. Daya Tahan Anaerobik atau daya tahan kecepatan Daya tahan kecepatan menentukan kesanggupan seseorang mengatasi kerja intensif selama 20-30 detik. Kemampuan ini tergantung dari kapasitas otot dan energy yang dihasilkan saat mengalami defisit (kekurangan).

4. Hakikat Kyorugi

Kyorugi adalah pertarungan antara dua orang Taekwondoin dimana mereka saling serang dan bertahan untuk menjatuhkan lawannya dengan menggunakan teknik-teknik tendangan maupun pukulan yang diajarkan di taekwondo. Dalam melakukan kyorugi makadiperlukan ketahanan fisik, kecepatan aksi-reaksi, fleksibilitas, variasi-variasi tendangan, serangan-pertahanan dan juga mental yang kuat. jadi singkatnya, kyorugi merupakan manifestasi dari fisik, mental dan juga semua gerakan dasar dari taekwondo. Pada pertandingan taekwondo kategori kyorugi, tidak semua tendangan yang mengenai anggota badan lawan dapat dinyatakan memperoleh point. Aftinya, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh takwondoin agar tendangan yang dilakukan dapat memperoleh point, di antaranya:

1. 2 point, untuk serangan ke "permitted area" badan;

2. 3 point, untuk serangan ke "permitted area" muka

3. 2 tambahan nilai akan diberikan, bila atlet "knock down" dan refree menghitung, nilai ini bisa disebut "nilai bonus".

(14)

Point dalam taekwondo dapat dibatalkan apabila atlet melakukan

"permitted technique" ke arah "permitted area" dengan cara pelanggaran, maka point yang diambil harus dibatalkan permitted technique (teknik yang boleh digunakan), diantaranya: (a) Teknik tangan, pukulan menggunakan kepalan tangan yaitu bagian dasar jari telunjuk dan jari tengah; dan (b) Teknik kaki, tendangan menggunakan bagian dibawah tulang mata kaki. Permitted area adalah daerah sasaran yang diperbolehkan dalam peftandingan taekwondo, yang meliputi bagian badan dan muka (kepala). Serangan menggunakan teknik tangan dan kaki di daerah badan yang dilindungi body protector diperbolehkan. Akan tetapi tidak diperbolehkan bagi daerah sepanjang tulang belakang (mulai dari bawah/tulang ekor sampai dengan tulang ekor sampai dengan atas tulang perbatasan punggung dan leher belakang). Adapun untuk bagian muka (wajah) yaitu seluruh bagian muka (termasuk telinga), kecuali bagian belakang kepala (The world taekwondo federation, zoo4). Bagian muka hanya boleh diserang dengan menggunakan teknik kaki.

5. Hakikat Dollyo Chagi

Dollyo chagi merupakan salah satu dari beberapa tendangan dasar dalam

beladiri taekwondo, karena dollyo chagi merupakan ibu dari segala tendangan yang mana tendangan yang kompleks terbentuk dari tendangan dollyo chagi.

Dollyo chagi juga merupakan tendangan yang mudah untuk menghasilkan point saat bertanding dari power tendangan yang dihasilkan. Taekwondoin sering mengeluarkan atau melakukan tendangan dollyo chagi pada saat pertandingan kyourugi. Tendangan dollyo chagi menghasilkan power yang besar yang berasal

(15)

dari putaran pinggang, putaran tumpuan kaki, dan tungkai sebelum melakukan tendangan.

Tendangan ini merupakan tendangan yang paling sering digunakan oleh para atlet Taekwondo ketika bertanding. Kemudahan melakukan gerakan, power yang dihasilkan, serta kecepatan dari tendangan ini merupakan alasan mengapa tendangan ini sering digunakan. Suryadi (2003:34) menyebutkan: “Power tendangan ini dihasilkan selain dari lecutan lutut juga sangat didukung oleh putaran pinggang yang sebenarnya merupakan penyaluran tenaga dari massa badan”. Dalam melakukan teknik tendangan ini dibutuhkan tingkat fleksibilitas sendi panggul yang cukup tinggi dikarenakan putaran pinggang menentukan seberapa besar kekuatan tendangan yang dihasilkan.

Pada saat melakukan teknik tendangan dollyo chagi jika persendian pada tungkai terutama sendi panggul bisa dimanfaatkan penuh, maka tingkat kebebasan geraknya akan sangat besar dan tendangannya akan lebih mudah dilakukan sehingga lawan akan sulit untuk mengantisipasi sebuah serangan menggunakan teknik ini. Mengenai fleksibilitas Hidayat (2003:71) mempertegas bahwa: 1.

Tingkat kebebasan gerak itu makin tinggi kalau pada setiap persendian ruang geraknya makin besar. Ini berarti bahwa latihan fleksibilitas (peregangan/stretching, pelemasan/souplesse dan pelepasan/relaxation) dalam aktivitas olahraga sangat penting.

2. Tingkat kebebasan gerak itu makin tinggi kalau semua persendian pada rantai kinematis yang bersangkutan dimanfaatkan sebesar-besarnya. Teknik tendangan

(16)

dollyo chagi menghasilkan power yang cukup besar jika dilakukan dengan teknik menendang yang benar. Pada saat melakukan tendangan dollyo chagi, posisi tungkai yang akan menendang memiliki tumpuan yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan tendangan.

Dengan tumpuan yang kuat maka akan menghasilkan power yang besar, Menurut Hidayat (2001: 180) dikatakan bahwa: 1. Untuk menghasilkan reaksi yang besar, perlu tumpuan yang kuat. 2. Tumpuan yang kuat terjadi bila gaya geseknya cukup besar. 3. Setiap aktivitas olahraga yang memerlukan gaya propulsive yang besar harus mempunyai tumpuan atau tahanan yang besar. Dalam melakukan teknik tendangan dollyo chagi, Taekwondoin harus dapat memanfaatkan putaran pinggang sehingga tenaga yang dihasilkan bisa lebih besar.

Menurut Suryadi (2003:33) mengatakan: “Koordinasikan seluruh gerak tubuh terutama dengan pinggang, agar menghasilkan tenaga yang maksimal”. Selain itu juga gerakan teknik tendangan ini yang seketika dan bersifat eksplosif mengakibatkan teknik tendangan dollyo chagi ini akan sulit untuk diantisipasi oleh lawan. Ketika seseorang sudah mempunyai tingkat kemahiran yang tinggi tendangan ini dapat di variasikan menjadi gerakan lain. Suryadi (2003: 34) menyebutkan: “variasi tendangan ini antara lain, seperti: Idan Dollyo Chagi (tendangan serong dengan meluncur) dan Dolke Chagi (tendangan serong dengan putaran tubuh 360 )

Bagian yang digunakan untuk perkenaan dari tendangan dollyo chagi adalah bagian punggung kaki (baldeung) dollyo chagi dapat diaplikasikan dalam pertandingan kyourugi untuk menyerang dan membalas serangan lawan baik

(17)

dengan menggunakan step atau tidak mengguakan step tendangan. Dollyo chagi menurut tirta wirya (2005 : 24) adalah tendangan serong atau memutar dengan perkenaan ap chuk atau baldeung. Kekuatan tendangan ini selain dari lecutan lutut juga sangat didukung oleh putaran pinggang yang sebenarnya merupakan penyaluran tenaga dari masa badan. Tendangan ini pada dasarnya menggunakan pula 16 bantalan telapak kaki (Ap chuk) atau punggung kaki (Baldeung) terutama jika digunakan dalam pertandingan.

Langkah-langkah melakukan dolyo chagi :

1. Posisi awalan kaki kanan tarik ke belakang selebar bahu, kedua tangan berada di depan dada dalam posisi siap

2. Angkat lutut kanan setinggi perut , tangan berada di depan dada dan kaki kiri sebagai tumpuan tetap lurus. Putar kaki kiri sebagai tumpuan 90 derajat ke kiri.

4. Sentakan atau lecutkan kaki kanan menggunakan bantalan telapak kaki bagian depan (Ap chuk) atau Baldeung (punggung kaki) dengan sasaran arah kepala.

5. Tarik kembali kaki kanan dengan menekuk lutut setinggi perut. Kaki kanan dan kaki tumpuan kembali pada posisi semula dan tangan tetap pada posisi siap di depan dada

(18)

6. Hakikat Beladiri

Olahraga seni beladiri merupakan perpaduan aktifitas fisik dengan unsur seni, teknik membela diri, olahraga serta olah batin yang di dalamnya terdapat muatan seni budaya masyarakat dimana seni beladiri itu lahir dan berkembang (Maulana, 2010). Olahraga seni beladiri populer dengan berbagai macam ciri khas daerah tertentu tempat asal dan dikembangkan seni beladiri tersebut, sehingga menyebarkan seni beladiri tertentu ke daerah lainnya menjadi salah satu cara untuk melestarikan budaya daerah tertentu. Menurut Utomo (2002) menjelaskan bahwa seni beladiri adalah seni yang menyelamatkan diri. Artinya olahraga seni beladiri pada intinya merupakan alat untuk mencari persaudaraan dan perdamaian.

Fakta bahwa olahraga seni beladiri merupakan alat untuk mencari persaudaraan kini telah berkembang dan terjadinya perluasan tujuan, sehingga tujuan orang mempelajari seni beladiri antara lain untuk berprestasi sebagai atlet melalui cabang olahraga beladiri (Haryo, 2005) Mengkaji seni beladiri dalam bidang olahraga menjadi menarik untuk dikaji lebih dalam. Kajian literatur menjelaskan olahraga seni beladiri dalam bidang olahraga merupakan sebuah sistem yang mengacu pada berbagai sistem tempur yang berasal dari Asia (Winkle

(19)

& Ozmun, 2003), selain itu saat ini olahraga seni beladiri telah mengalami perkembangan yang pesat. Olahraga seni bela diri biasanya didefinisikan sebagai pertarungan tangan kosong, suatu bentuk perkelahian atau membela diri yang menggunakan pukulan, pemogokan, 13 tendangan, grappling, blok dan lemparan (Winkle & Ozmun, 2003). Pada zaman kuno, tepatnya sebelum adanya persenjataan modern, manusia tidak memiliki cara lain untuk mempertahankan dirinya selain dengan tangan kosong. Pada saat itu, kemampuan bertarung dengan tangan kosong dikembangkan sebagai cara untuk menyerang dan bertahan, kemudian digunakan untuk meningkatkan kemampuan fisik atau badan seseorang.

7. Hakikat Ekstrakurikuler

Pengertian ekstrakurikuler menurut kamus besar bahasa Indonesia (2002 : 291) yaitu:”suatu kegiatan yang berada di luar program yang tertulis di dalam kurikulum seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan siswa”. Kegiatan ekstrakurikuler sendiri dilaksanakan diluar jam pelajaran wajib. Kegiatan ini memberi keleluasaan waktu dan memberikan kebebasan pada siswa, terutama dalam menentukan jenis kegiatan yang sesuai dengan bakat serta minat mereka.

Menurut Rusli Lutan (1986:72) ekstrakurikuler adalah: Program ekstrakurikuler merupakan bagian internal dari proses belajar yang menekankan pada pemenuhan kebutuhan anak didik. Antara kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler sesungguhnya tidak dapat dipisahkan, bahkan kegiatan ekstrakurikuler perpanjangan pelengkap atau penguat 8 kegiatan intrakurikuler untuk menyalurkan bakat atau pendorong perkembangan potensi anak didik mencapai tarap maksimum.

(20)

Mengenai tujuan kegiatan dalam ekstrakurikuler dijelasken oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1995: 2) sebagai berikut: Kegiatan ekstrakurikuler bertujuan agar: 1. siswa dapat memperdalam dan memperluas pengetahuan keterampilan mengenai hubungan antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya yang: a). beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b).

berbudi pekerti luhur; c). memiliki pengetahuan dan keterampilan; d). sehat rohani dan jasmani; e). berkepribadian yang mentap dan mandiri; f). memilki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan; 2. siswa mampu memanfaatkan pendidikan kepribadian serta mengaitkan pengetahuan yang diperolehnya dalam program kurikulum dengan kebutuhan dan keadaan lingkungan.

B. Kerangka Berfikir

Menurut (Awaludin, 2014), Kyorugi adalah pertarungan antara dua orang taekwondoin dimana mereka akan saling serang dan melakukan pertahanan agar dapat menjatuhkan lawan dan menjaga diri dari serangan dengan menggunakan teknik-teknik tendangan maupun pukulan yang diajarkan di taekwondo.

Banyak sekali aplikasi dari bentuk atau tipe teknik tendangan di dalam taekwondo. Pada cabang olahraga taekwondo teknik yang sering digunakan dalam sebuah pertandingan adalah : dollyo chagi, ap hurigi, dwi chagi, dwi hurigi.

Tendangan dollyo chagi merupakan teknik dasar tendangan yang diperkenalkan pada pemula dalam beladiri ini dan sering digunakan oleh atlet karna lebih mudah untuk mendapatkan point dan lebih efektif pada saat

(21)

bertanding, pernyataan tersebut diketahui dari hasil penelitian Rachma Hani (2017;49-52)

Pengamatan yang saya lakukan di ekstrakurikuler SMAN I Pagaden siswa banyak melakukan kesalahan pada tendangan dollyo chagi, kebanyakan siswa melakukan tendangan dollyo chagi pada saat latihan sparring partner dan sparring target cenderung lebih lambat dan tidak konsisten. Berdasarkan permasalahan tersebut penulis bermaksud memberikan solusi dengan memberikan metode latihan sirkuit terhadap kecepatan tendangan dollyo chagi.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

“Ada pengaruh latihan sirkuit terhadap kecepatan tendangan dollyo chagi pada ekstrakurikuler Taekwondo di SMAN I Pagaden”.

(22)

Referensi

Dokumen terkait

Menyusun kubus menyerupai stupa, digunakan untuk , mengenalkan warna mengenalkan jumlah motorik halus konsentrasi Harga Rp.45.000,- Menara Balok Digunakan untuk :

sumber data adalah perannya dalam pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan sastra Jawa modern. Adapun alasan pemilihan cerkak DPBLL sebagai objek penelitian adalah

Perencanaan dan pendirian suatu pabrik atau industri merupakan suatu study yang kongkrit , karena harus mempertimbangkan banyak aspek , baik aspek teknik, aspek

dimulai dari nomor urut sampel rumah tangga usaha budidaya jenis ikan terpilih pertama. 2) Pada setiap rumah tangga yang dikunjungi, lakukan pencacahan rumah tangga usaha

Penelitian ini menekankan pada pengaruh penggunaan belimbing wuluh terhadap kualitas ekternal telur ayam (berat telur, berat kerabang telur, tebal kerabang telur

Status kamar adalah informasi yang sangat penting bagi Kantor Depan Hotel. Tanpa mengetahui status kamar-kamar yang ada di hotel, petugas akan mengalami kesulitan dalam

A. Watak khas yang dipancarkan oleh suatu kebudayaan atau komuniti B. Ciri khas yang terpendam dalam kebudayaan D. Difusi adalah penyebaran unsur unsur kebudayaan dari satu

Metode kuisioner dilaksanakan pada objek yang dituju, yakni para tamu hotel yang menjadi objek desain. Penentuan responden para tamu hotel ini didasari oleh