• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Laporan Keuangan

2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Hery (2018:3) “Laporan keuangan (financial statements) merupakan produk akhir dari serangkaian proses pencatatan dan pengikhtisaran data transaksi bisnis.” Laporan keuangan menurut Kasmir (2019:7) “Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.”

Berdasarkan dua pengertian di atas bahwa laporan keuangan adalah suatu bentuk laporan yang merupakan hasil akhir proses akuntansi yang menggambarkan keadaan keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu. Laporan keuangan tersebut berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan yang dapat digunakan sebagai alat pengambilan keputusan.

2.1.2 Jenis Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2019:29), secara umum ada lima jenis laporan keuangan yang biasa disusun, yaitu :

1. Laporan Neraca (Balance Sheet) merupakan laporan yang menunjukan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu. Arti dari posisi keuangan dimaksudkan adalah posisi jumlah dan jenis aset (harta) dan pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu perusahaan.

2. Laporan Laba Rugi (Income Statement) merupakan laporan keuangan yang menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam satu periode tertentu.

Dalam laporan laba rugi ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber- sumber pendapatan yang diperoleh. Kemudian juga tergambar jumlah biaya dan jenis jenis yang dikeluarkan selama periode tertentu.

3. Laporan Perubahan Modal merupakan laporan yang berisi jumlah dan jenis modal yang dimiliki pada saat ini. Kemudian, laporan ini juga menjelaskan perubahan modal dan sebab-sebab terjadinya perubahan modal di perusahaan.

4. Laporan Arus Kas merupakan laporan yang menunjukan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kas. Laporan arus kas harus disusun berdasarkan konsep kas selama periode laporan.

(2)

5. Laporan Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan laporan yang memberikan informasi apabila ada laporan keuangan yang memerlukan penjelasan tertentu. Artinya terkadang ada komponen atau nilai dalam laporan keuangan yang perlu diberi penjelasan terlebih dahulu sehingga jelas.

2.1.3 Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan menurut Hery (2018:132),” Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses untuk membedah laporan keuangan ke dalam unsur-unsurnya dan menelaah masing-masing dari unsur tersebut dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri.”

Menurut Harahap (2013:190), analisis laporan keuangan yaitu :

Uraian pos-pos laporan keuangan yang menjadi unit informasi yang lebih kecil, digunakan untuk melihat hubungan yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non- kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.

Berdasarkan pengertian-pengertian analisis laporan keuangan di atas analisis laporan keuangan merupakan sesuatu metode atau teknik yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap laporan keuangan. Umumnya, analisis ini digunakan oleh perusahaan atau organisasi dalam memeriksa seluruh jenis laporan keuangan secara berkala. Analisis penting dilakukan karena dapat melihat stabilitas laporan keuangan bahkan menghitung untung rugi sebuah perusahaan.

2.1.4 Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Menurut Hery (2018:133) secara umum, tujuan dan manfaat dari dilakukannya analisis laporan keuangan adalah:

1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu, baik aset, liabilitas, ekuitas, maupun hasil usaha yang telah dicapai selama beberapa periode.

2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang menjadi kekurangan perusahan.

3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang menjadi keunggulan perusahaan.

(3)

4. Untuk menentukan langkah-langkah perbaikan yang perlu dilakukan di masa mendatang, khususnya yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.

5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen.

6. Sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis, terutama mengenai hasil yang telah dicapai.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis menyatakan bahwa analisis laporan keuangan bertujuan untuk mengevaluasi keadaan perusahaan dari kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan, melihat keadaan laporan keuangan serta untuk menyiapkan rencana kinerja perusahaan di periode berikutnya.

2.1.5 Metode Analisis Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2019:69), dalam praktiknya terdapat dua macam metode analisis laporan keuangan yang biasa dipakai, yaitu:

1. Analisis Vertikal (Statis)

Analisis vertikal merupakan analisis yang dilakukan terhadap hanya satu periode laporan keuangan saja. Analisis dilakukan antara pos-pos yang ada dalam satu periode. Informasi yang diperoleh hanya untuk satu periode saja dan tidak diketahui perkembangan dari periode ke periode.

2. Analisis Horizontal (Dinamis)

Analisis horizontal merupakan analisis yang dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode. Dari hasil analisis ini akan terlihat perkembangan perusahaan dari periode satu ke periode yang lain.

2.1.6 Analisis Laporan Keuangan dengan Teknik Rasio

Menurut (Hery 2018), Analisis rasio adalah analisis yang dilakukan dengan menghubungkan berbagai perkiraan yang ada pada laporan keuangan dalam bentuk rasio keuangan. Analisis rasio ini dapat mengungkapkan hubungan yang penting antar perkiraan laporan keuangan dan dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan.

Menurut Hery (2018) “secara garis besar, saat ini dalam praktik setidaknya ada lima jenis rasio keuangan yang sering digunakan untuk menilai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan.” kelima jenis rasio keuangan tersebut adalah :

(4)

1. Rasio likuiditas, merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo. Rasio likuiditas juga dapat menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mengubah aset menjadi kas. Rasio likuiditas diperlukan untuk kepentingan analisis risiko keuangan.

2. Rasio Solvabilitas atau rasio struktur modal atau rasio leverage, merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya. Sama halnya dengan rasio likuiditas, rasio solvabilitas juga diperlukan untuk kepentingan analisis kredit atau analisis rasio keuangan.

3. Rasio Aktivitas, merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi atas pemanfaatan sumber daya yang dimiliki perusahaan, atau untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Rasio ini dikenal juga sebagai rasio pemanfaatan aset, yaitu rasio yang digunakan untuk menilai efektivitas dan intensitas aset perusahaan dalam menghasilkan penjualan.

4. Rasio Profitabilitas, merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Rasio ini dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu rasio tingkat pengembalian atas investasi dan rasio kinerja perusahaan. Rasio tingkat pengembalian atas investasi adalah rasio yang digunakan untuk menilai kompensasi finansial atas penggunaan aset atau ekuitas terhadap laba bersih (laba setelah bunga dan pajak).

5. Rasio kinerja operasi adalah rasio yang digunakan untuk mengevaluasi margin laba dari aktivitas operasi (penjualan).

2.2 Rasio Likuiditas

2.2.1 Pengertian Rasio Likuiditas

Menurut Munawir (2014:71), “Rasio likuiditas yang digunakan untuk menganalisa dan menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek, tetapi juga sangat membantu bagi manajemen untuk mengecek efisiensi modal kerja yang digunakan dalam perusahaan.”

Menurut Kasmir (2019:130), pengertian rasio likuiditas yaitu:

Rasio likuiditas atau sering juga disebut dengan nama rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan.

Caranya adalah dengan membandingkan komponen yang ada di neraca, yaitu total aset lancar

dengan total passiva lancar (utang jangka pendek). Penilaian dapat dilakukan untuk beberapa periode sehingga terlihat perkembangan likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu.

(5)

Berdasarkan pengertian rasio likuiditas di atas, dapat dikatakan bahwa rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar utang jangka pendeknya sesuai dengan tanggal jatuh tempo.

2.2.2 Tujuan dan Manfaat Rasio Likuiditas

Menurut Kasmir (2019:132), tujuan dan manfaat yang dapat dipetik dari hasil rasio likuditas adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan untuk membayar kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu).

2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aset lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban yang berumur dibawah satu tahun atau sama dengan satu tahun, dibandingkan dengan total aset lancar.

3. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aset lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau piutang. Dalam hal ini aset lanncar dikurangi sediaan dan utang yang dianggap likuiditasnya lebih rendah.

4. Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan.

5. Untuk mengukur seberapa uang kas yang tersedia untuk membayar utang.

6. Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan utang.

7. Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode.

8. Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan,, dari masing- masing komponen yang ada di aset lancar dan utang lancar.

9. Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya, dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.

2.2.3 Jenis Jenis Rasio Likuiditas

Jenis-jenis rasio yang digunakan dalam menghitung tingkat likuiditas suatu perusahaan menurut Kasmir (2017:134) adalah

1. Rasio Lancar (Current Ratio) 2. Rasio Cepat (Quick Ratio) 3. Rasio Kas (Cash Ratio)

4. Rasio Perputaran Kas (Cash Turn Over) 5. Inventory to Net Working Capital

(6)

Penjelasan dari masing-masing jenis rasio likuiditas di atas sebagai berikut:

1. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar (current ratio) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan atau untuk mengukur seberapa banyak aset lancar yang dimiliki perusahaan agar dapat segera melunasi kewajiban jangka pendek.

Rumus yang digunakan merujuk pada Kasmir (2019:134) yaitu : 𝑪𝒖𝒓𝒓𝒆𝒏𝒕 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 = 𝐀𝐤𝐭𝐢𝐯𝐚 𝐋𝐚𝐧𝐜𝐚𝐫 (𝑪𝒖𝒓𝒓𝒆𝒏𝒕 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕𝒔)

𝐔𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐋𝐚𝐧𝐜𝐚𝐫 (𝑪𝒖𝒓𝒓𝒆𝒏𝒕 𝑳𝒊𝒂𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒊𝒆𝒔) 2. Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test Ratio)

Rasio cepat (quick ratio atau acid test ratio) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aset lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan (inventory).

Rumus yang digunakan merujuk pada Kasmir (2019:136) yaitu : 𝑸𝒖𝒊𝒄𝒌 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 = 𝐀𝐤𝐭𝐢𝐯𝐚 𝐋𝐚𝐧𝐜𝐚𝐫 − 𝐏𝐞𝐫𝐬𝐞𝐝𝐢𝐚𝐚𝐧

𝐔𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐋𝐚𝐧𝐜𝐚𝐫 3. Rasio Kas (Cash Ratio)

Rasio kas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melakukan pembayaran kewajiban jangka pendek dengan kas yang dimiliki oleh perusahaan.

Rumus yang digunakan merujuk pada Kasmir (2019:138) yaitu : 𝑪𝒂𝒔𝒉 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 = 𝐊𝐚𝐬 + 𝐁𝐚𝐧𝐤

𝐔𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐋𝐚𝐧𝐜𝐚𝐫 4. Rasio Perputaran Kas (Cash Turn Over)

Rasio perputaran kas digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas yang dimiliki oleh perusahaan dalam melakukan pembayaran kewajiban jangka pendek serta biaya-biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan penjualan.

Rumus yang digunakan merujuk pada Kamir (2019:140) :

(7)

𝑪𝒂𝒔𝒉 𝑻𝒖𝒓𝒏 𝑶𝒗𝒆𝒓 = 𝐏𝐞𝐧𝐣𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐌𝐨𝐝𝐚𝐥 𝐊𝐞𝐫𝐣𝐚 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 5. Inventory to Net Working Capital

Rasio ini digunakan untuk membandingkan jumlah persediaan yang dimiliki perusahaan dengan jumlah modal kerja.

Rumus yang digunakan merujuk pada Kasmir (2019:141) : 𝑰𝒏𝒗𝒆𝒏𝒕𝒐𝒓𝒚 𝒕𝒐 𝑵𝒆𝒕

𝑾𝒐𝒓𝒌𝒊𝒏𝒈 𝑪𝒂𝒑𝒊𝒕𝒂𝒍 = 𝐏𝐞𝐫𝐬𝐞𝐝𝐢𝐚𝐚𝐧

𝐀𝐤𝐭𝐢𝐯𝐚 𝐋𝐚𝐧𝐜𝐚𝐫 − 𝐔𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐋𝐚𝐧𝐜𝐚𝐫

Dari jenis-jenis rasio likuiditas di atas, standar industri rasio likuiditas menurut Kasmir (2019:143), dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2. 1 Standar Industri Rasio Likuiditas

No. Jenis Rasio Standar Industri

1 Current Ratio 2 kali

2 Quick Ratio 1,5 kali

3 Cash Ratio 50%

4 Cash Turn Over 10 kali

5 Inventory to Net Working Capital 12%

Sumber : Kasmir (2019)

2.3 Rasio Profitabilitas

2.3.1 Pengertian Rasio Profitabilitas

Menurut Kasmir (2019:196) “rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan”.Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditujukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.

Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan.

Menurut Hery (2018:192) “rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang dimilikinya, yaitu yang berasal dari kegiatan penjualan, penggunaan aset, maupun penggunaan modal”.

(8)

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba pada tingkat penjualan, aset, dan modal.

2.3.2 Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas

Menurut Kasmir (2018:197) tujuan dan manfaat penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan , yaitu:

1. Untuk mngukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu

2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.

3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.

4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.

5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

6. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri.

2.3.3 Jenis –Jenis Rasio Profitabilitas

Menurut Kasmir (2018:199) jenis-jenis rasio profitabilitas yang lazim digunakan dalam praktek untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba:

1. Hasil pengembalian atas investasi (Return on Investments) 2. Hasil pengembalian atas ekuitas (Return on Equity)

3. Margin laba kotor (Gross Profit Margin) 4. Margin laba bersih (Net Profit Margin) 5. Laba per lembar saham

Penjelasan dari masing-masing jenis rasio likuiditas di atas adalah sebagai berikut:

a. Return on Investment atau ROI adalah besar persen profit yang bisa didapat dari total jumlah aset investasi. Rumus mencari Return on Investment merujuk pada Kasmir (2019:202) :

𝑹𝒆𝒕𝒖𝒓𝒏 𝒐𝒏 𝑰𝒏𝒗𝒆𝒔𝒕𝒎𝒆𝒏𝒕 = 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐬𝐞𝐭

b. Return on Equity merupakan perhitungan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan

(9)

menggunakan modal sendiri dan menghasilkan laba bersih yang tersedia bagi pemilik atau investor. Rumus mencari Return on Equity merujuk pada Kasmir (2019:202) :

𝑹𝒆𝒕𝒖𝒓𝒏 𝒐𝒏 𝑬𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚 = 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐄𝐤𝐮𝐢𝐭𝐚𝐬

c. Gross Profit Margin merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya persentase laba kotor atas penjualan bersih.

Rasio ini dihitung dengan membagi laba kotor terhadap penjualan bersih. Rumus mencari Gross Profit Margin merujuk pada Kasmir (2019:199) :

𝑮𝒓𝒐𝒔𝒔 𝑷𝒓𝒐𝒇𝒊𝒕 𝑴𝒂𝒓𝒈𝒊𝒏 = 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐏𝐞𝐧𝐣𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧

d. Net profit margin adalah sebuah rasio yang digunakan perusahaan untuk membandingkan keuntungan dengan total seluruh uang yang dihasilkan perusahaan. Selain itu, NPM ini juga digunakan utnuk menganalisa stabilitas keuangan perusahaan. Rumus mencari Net Profit Margin merujuk pada Kasmir (2019:199)

𝑵𝒆𝒕 𝑷𝒓𝒐𝒇𝒊𝒕 𝑴𝒂𝒓𝒈𝒊𝒏 = 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐏𝐞𝐧𝐣𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧

e. Rasio laba per saham biasa atau biasa disebut juga rasio nilai buku merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, kesejahteraan pemegang saham meningkat. Dengan pengertian lain, tingkat pengembalian yang tinggi.. Rumus mencari laba per lembar saham merujuk pada Kasmir (2019:207) :

𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐏𝐞𝐫 𝐋𝐞𝐦𝐛𝐚𝐫 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 = 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐁𝐢𝐚𝐬𝐚 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐁𝐢𝐚𝐬𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐞𝐝𝐚𝐫

(10)

Dari jenis-jenis rasio profitabilitas di atas, standar industri rasio profitabilitas menurut Kasmir (2019:209), dapat dilihat pada tabel 2.2

Tabel 2. 2

Standar Industri Rasio Profitabilitas

No. Jenis Rasio Standar Industri

1 Return on Investment 30%

2 Return on Equity 40%

3 Gross Profit Margin 30%

4 Net Profit Margin 20%

Sumber : Kasmir (2019)

Referensi

Dokumen terkait

mendapatkan nilai tertinggi dapat dilihat pada hasil ketersediaan tenaga pelaksana dengan nilai 230 kategori “A”, untuk urutan kedua pada hasil kerja dengan nilai 210 kategori

Adakah informasi tentang abu batubara dari public relations/pegawai PLTU Suralayaa. Tidak, lanjut

Struktur bangunan bawah harus direncanakan secara benar terhadap aspek kekuatan dukung dan stabilitas, sebagai akibat beban struktur atas dan tekanan tanah

Keadaan ini menunjukkan bahwa alat penukar kalor tipe shell and tube yang dianalisa wajib dibersihkan karena memiliki kualitas yang kurang baik, dimana nilai

Bahwa pada waktu dan tempat sebagaimana tersebut diatas, terdakwa melaporkan H.Pauzi Alias Pauzi Bin Gudang kepada pihak yang berwajib (Polres Pelalawan) dengan

Pengembangan tebal berbanding lurus dengan daya serap air karena setiap penambahan komposisi perekat akan terjadi penurunan nilai pengembangan tebal, seperti

Dari tabel diatas, diketahui bahwa 16 orang atau 16% dari total responden menjawab sangat selalu memberikan motivasi kepada masyarakat agar memahami islam dengan baik, dan

Universitas Udayana yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat dan fasilitas yang memadai dalam menempuh pendidikan tinggi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis