• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN, PERENCANAAN PAJAK DAN AKTIVA PAJAK TANGGUHAN TERHADAP MANAJEMEN LABA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN, PERENCANAAN PAJAK DAN AKTIVA PAJAK TANGGUHAN TERHADAP MANAJEMEN LABA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

RAJ, 3 (1) 2023 : 194-205, http://journal.yrpipku.com/index.php/raj |

Copyright © 2019 THE AUTHOR(S). This article is distributed under a a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International license.

THE EFFECT OF DETERMINED TAX LOAD, TAX PLANNING AND DETERMINED TAX ASSETS ON PROFIT MANAGEMENT

PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN, PERENCANAAN PAJAK DAN AKTIVA PAJAK TANGGUHAN TERHADAP MANAJEMEN LABA

Lisa Novita¹

Adriyanti Agustina Putri² Wira Ramashar³

Universitas Muhammadiyah Riau, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Indonesia

1

novitalisa58@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to analyze and provide empirical evidence of the effect of deferred tax expense, tax planning and deferred tax assets on earnings management. The population used in this study are manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX). This method uses porpusive sampling, with a sample of 120 data. Data analysis tool using multiple linear regression method and classical assumption test using SPSS application. The results of this study indicate that the Deferred Tax Expenses have no effect on Earnings Management. Meanwhile, Tax Planning and Deferred Tax Assets have an effect on Earnings Management.

Keywords: Deferred Tax Expense, Tax Planning, Deferred Tax Assets and Earnings Management

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memberikan bukti empiris pengaruh beban pajak tangguhan, perencanaan pajak dan aktiva pajak tangguhan terhadap manajemen laba. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan Manfaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Metode ini manggunakan porpusive sampling, dengan jumlah sampel 120 data. Alat analisis data menggunakan metode regresi linear berganda dan uji asumsi klasik dengan menggunakan aplikasi SPSS.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Beban Pajak Tangguhan tidak berpengaruh terhadap Manjemen Laba. Sedangkan Perencanaan Pajak dan Aktiva Pajak Tangguhan berpengaruh terhadap Manajemen Laba.

Kata Kunci: Beban Pajak Tangguha, Perencanaan Pajak, Aktiva Pajak Tangguhan dan Manajemen Laba 1. Pendahuluan

Dalam suatu perusahaan, laporan keuangan disusun oleh pihak manajemen untuk memberikan informasi mengenai kondisi ekonomi dan keuangan peerusahaan pada suatu periode tertentu. Informasi tentang laba mempunyai peran sangat penting bagi pihak yang berkepentingan terhadap suatu perusahaan. Pihak internal dan eksternal perusahaan menggunakan laba sebagai dasar pengambilan keputusan seperti pemberian kompensansi dan pembagian bonus kepada manajer, ukuran prestasi atau kinerja manajemen, dasar penentuan besarnya pengenaan pajak serta pengembalian keputusan investasi dan peminjaman dana kepadaperusahaan.

Manajer membutuhkan penilaian dan perkiraan yang berhubungan dengan nilai masa depan dalam penyusunan laporan keuangan. Penilaian dan perkiraan tersebut memberikan fleksibilitas pada manajer dalam menyusun laporan keuangan. Penilaian dan perkiraan tersebut memberikan fleksibilitas pada manajer dalam menyusun laoporan keuangan. Hal ini di aturdalam PSAK No. 1 tentang penyusunan laporan keuangan yang berbasis akrual.

Manajemen laba dilkukan perusahaan dapat dilakukan dengan memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi dan pemilihan metode akuntansi. SAK mengizinkan manajemen

(2)

195

untuk melakukan pertimbangan terhadap estimasi akuntansi, seperti estimasi piutang tak tertagih, masa manfaat asset tetap dan nilai sisa dari asset tetap tersebut serta kurun waktu amortisasi asset tak terwujud.

Selisih yang timbul atas perbedaan antara laba komersial dengan laba fiskal yang dinamakan koreksi fiskal dapat berupa koreksi fiskal postif dan koreksi fiskal negatif.

Perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal menimbulkan beban pajak tangguhan (Yulianti, 2005). Perbedaan laporan keuangan akuntansi dan perpajakan disebabkan karena dalam penyusunan laporan keuangan, standar dan estimasi akuntansi dibandingkan yang diperbolehkan menurut peraturan perpajakan

Manajer sebagai pihak internal selalu berupaya dengan meningkatkan laba perusahaan. Laba yang berkualitas adalah laba yang dapat mencerminkan kelanjutan laba di masa depan, yang ditentukan oleh komponen akrual dan kas sehingga dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Tujuan utama yang ingin dicapai manajemen yaitu memperoleh laba setinggi mungkin. Informasi laba dalam laporan keuangan perusahaan cukup penting khususnya bagi mereka yang menggunakan laporan keuangan untuk mengsetimasi kekuatan laba untuk menaksir risiko dalam berinvestasi dan kredit.

Perilaku investor yang menilai dari laba perusahaan tentunya membuat manajer melakukan manajemen laba. Fenomena manajemen laba dapat dilihat dari laba yang dikelola oleh perusahaan, karena laba mencerminkan kondisi suatu perusahaan untuk suatu periode.

Berikut ini dapat dilihat hasil perhitungan Manajemen Laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tabel 1.1 dibawah ini:

Tabel 1.1 Data Nilai Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2018 - 2020

NO Nama Perusahaan Kode Manajemen Laba

2018 2019 2020

1 H.M. Sampoerna Tbk HMSP 0.17029 0.08258 0.06497

2 Ultra Jaya Milk Industry &

Trading Company Tbk

ULTJ 0.01027 0.04477 0.04166

3 Alkindo Naratama Tbk ALDO 0.04013 0.16037 0.11618

4 Barito Pacific Tbk BRPT 0.08352 0.01425 0.11682

5 Indospring Tbk INDS 0.05419 0.06684 0.12414

Sumber: Laporam Keuangan Tahun 2018-2020

Berdasarkan tabel 1.1 diatas dapat dilihat beberapa perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI mengalami fluktuasi pada laba perusahaan atau adanya gejala naik turun aktifitas suatu perusahaan. Diketahui bahwa manajemen laba pada perusahaan H.M Sampoerna Tbk mengalami penurunan setiap tahunnya, ditahun 2018 ke tahun 2019 memliliki perbedaan sebesar 0.08771 dan ditahun 2019 ke tahun 2020 memiliki perbedaan sebesar 0.01761.

Berdasarkan tabel 1.1 diatas dapat dilihat bahwa manajemen laba pada perusahaan Indospring Tbk mengalami peningkatan setiap tahunnya, ditahun 2018 ke tahun 2019 memiliki perbedaan sebesar 0.01265 dan ditahun 2019 ke tahun 2020 memiliki perbedaan sebeasar 0.0573. Praktik manajemen laba tentunya akan menimbulkan kerugian paralel (Parallel Loss) yang berdampak pada keberlangsungan perusahaan itu sendiri dan beberapa aspek lainnya seperti beban pajak tangguhan, perencanaan pajak dan aktiva pajak tangguhan.

Kasus manajemen laba yang baru ini terjadi adalah kasus PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) yang diduga telah terjadi penggelembungan senilai Rp. 4 triliun oleh manajemen lama pada laporan keuangan perusahaan tahun 2017. Hasil Investigasi Berbasis Fakta yang dilakukan oleh PT Ernst & Young Indonesia (EY) kepada manajemen baru AISA yang tertanggal

(3)

196

12 Maret 2019, dugaan penggelembungan ditengarai terjadi pada akun piutang usaha, persediaan, dan aset tetap Grup AISA. Laporan keuangan Tiga Pilar periode 2017 yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) RSM International dipersoalkan oleh manajemen baru yang mengambil alih perseroan pada Oktober 2018. Hasil investigasi terhadap laporan keuangan tersebut menyatakan bahwa adanya temuan terhadap dugaan penggelembungan pada pos akuntansi senilai Rp. 4 triliun serta beberapa dugaan lain.

Laporan “keuangan PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk tahun buku 2017 disajikan ulang pada tahun 2020, termasuk laporan keuangan 2018 dan 2019 yang ketika itu belum dilaporkan. Perusahaan membukukan rugi bersih Rp 5,23 triliun sepanjang 2017, pada laporan keuangan yang telah di-restatement tersebut. Jumlah ini lebih besar Rp 4,68 triliun dari laporan keuangan versi sebelumnya yang hanya rugi Rp 551,9 miliar. Hal ini membenarkan dugaan PT Ernst & Young Indonesia dan membuktikan bahwa adanya praktik manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen lama perusahaan tersebut, yaitu dengan cara menaikkan laba (menurunkan rugi) yang dilaporkan dari laba (rugi) yang sesungguhnya sehingga rugi yang dialami oleh perusahaan terlihat lebih kecil. Manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan ini bertujuan untuk menjaga nilai perusahaan sehingga tidak jatuh di mata para stakeholders, tetapi yang justru terjadi dalam kasus ini adalah perusahaan mengalami penurunan nilai perusahaan yang signifikan. BEI men-suspend saham AISA di harga Rp. 168 pada tanggal 6 Juli 2018 untuk melindungi para investor dari kerugian” yang lebih besar (Indra Kusuma & Mertha, 2021).

Beban pajak tangguhan terjadi akibat perbedaan antara PPh Terutang dengan beban pajak penghasilan sepanjang menyangkut perbedaan temporer. Bila laba yang dihasilkan besar, maka pajaknya pun akan besar sehingga dapat mengurangi laba yang akan didapat oleh perusahaan (Sibarani et al., 2015).

Menurut (Suandy, 2011) perencanaan pajak adalah Langkah awal dalam manajemen pajak. Pada umumnya penekanan perencanaan pajak adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak. Untuk meminimumkan kewajiban pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik yang masih memenuhi kewajiban perpajakan maupun yang melanggar ketentuan pajak.

Menurut (Timuriana et al., 2015) aktiva pajak tangguhan adalah dampak akibat yang terjadi dikarenakan adanya PPh di masa yang akan dating namun dipengaruhi oleh adanya perbedaan waktu antara perlakuan akuntansi dan perpajakan secara kerugian fiskal yang masih dapat digandakan pada periode yang akan datang. Dampak dari PPh di masa yang akan dating itu sebaiknya diakui, dihitung, disajikan dan dapat diungkapkan dalam laporan keuangan, baik dalam neraca maupun laba rugi.

Menurut (Widiariani & Sukartha, 2015) menyatakan bahwa manajemen perusahaan berusaha untuk memberikan sinyal positif kepada pasar tentang perusahaan yang dikelolanya, oleh karena itu, manajer perusahaan kemudian berkeinginan untuk menaikkan laba yang dilaporkan kepada para pemegang saham dan pemakai eksternal lainnya.

2. Tinjauan Pustaka 1. Manajemen Laba

Manajemen laba merupakan ketika manajer menggunakan keputusan tertentu dalam pelaporan keuangan dan mengubah transaksi untuk mengubah laporan keuangan untuk menyesatkan stakeholder yang ingin mengetahui kinerja ekonomi yang diperoleh perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil kotrak yang menggunakan angka-angka akuntansi yang dilaporkan itu (Sulistyanto, 2008).

2. Beban Pajak Tangguhan

Beban pajak tangguhan diartikan sebagai beban yang timbul akibat perbedaan temporer antara laba akuntansi dengan laba fiskal. Sedangkan maksud dari perbedaan temporer adalah perbedaan yang disebabkan adanya perbedaan waktu dan metode

(4)

197

pengakuan penghasilan dan beban tertentu berdasarkan standar akuntansi dengan peraturan perpajakan yang berlaku (Suandy, 2011).

3. Perencanaan Pajak

Perencanaan pajak (tax planning) adalah proses mengorganisasi usaha wajib pajak atau sekelompok wajib pajak sedemikian rupa sehingga utang pajak, baik PPh maupun beban pajak yang lainnya berada pada posisi yang seminimal mungkin. Perencanaan pajak merupakan langkah untuk meminimalkan beban pajak sebuah perusahaan dan menambah laba seperti yang diungkapkan (Pohan, 2014) dimana selain meminimalkan beban pajak dan menambah laba, perencanaan pajak juga bisa digunakan untuk meminimalkan terjadinya kejutan pajak ketika pemeriksaan oleh fiskus dan untuk memenuhi kewajiban pajak yang benar untuk Wajib Pajak (WP). Dalam hal ini perencanaan pajak yang dimaksud tidak melanggar ketentuan Undang-Undang perpajakan yang berlaku. Perencanaan pajak dapat dilakukan karna wajib pajak memiliki kapasitas dalam membuat aktivitas keuangan agar mendapatkan pengeluaran beban pajak yang seminimal mungkin.

4. Aktiva Pajak Tangguhan

Menurut (Timuriana, 2015) Aktiva pajak tangguhan adalah dampak akibat yang terjadi dikarenakan adanya PPh di masa yang akan dating namun dipengaruhi oleh adanya perbedaan waktu antara perlakuan akuntansi dan perpajakan serta kerugian fiskal yang masih dapat digandakan pada periode yang akan datang.

Aktiva pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan yang dapat dipulihkan pada periode mendatang sebab adanya akibat perbedaan temporer dapat dikurangkan, akumulasi rugi pajak belum dikompensasi, dan akumulasi kredit pajak belum dimanfaatkan, dalam halperaturan perpajakan yang mengijinkan menurut PSAK No.46 (46, 2009). Dalam perbedaan temporer dalam aktiva pajak tangguhan perbedaan antara jumlah tercatat asset atau liabilitas dalam laporan posisi keuangan dan dasar pengenaan pajaknya menurut PSAK No. 46 (46, 2009).

Aktiva pajak tangguhan adalah saldo akun di neraca sebagai manfaat pajak yang jumlahnya merupakan jumlah perkiraan yang akan dipulihkan dalam periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan sementara antara standar akuntansi keuangan dengan peraturan perpajakan dan akibat adanya saldo kerugian yang dapat diganti rugi pada periode mendatang (IAI 2002). Besaran aktiva pajak tangguhan dicatat bila dimungkinkan adanya realisasi manfaat pajak di masa yang akan datang. Oleh karena itu dibutuhkan judgment untuk menaksir seberapa mungkin aktiva pajak tangguhan tersebut dapat direalisasikan.

Beberapa peneliti dan profesi akuntan berpendapat bahwa aktiva pajak tangguhan tersebut dapat direalisasikan pada periode mendatang dengan probabilitas lebih dari 50%

(Smith and Freeman 1992; Martin 1992; Kiswara 2002). Sebaliknya apabila probabilitas terealisasinya aktiva pajak tangguhan pada periode mendatang tersebut kurang dari 50%, maka diperlukan penilaian untuk mengurangi atau menurunkan saldoakun aktiva pajak tangguhan hingga sebesar yang dapat direalisasikan. Faktor-faktor yang mengindikasikan bahwa terdapat probabilitas kurang dari 50% atau kurang darirealisasi di masa yang akan datang atas aktiva pajak antara lain (Kiswara 2002).

3. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yakni jenis data yang berupa angka- angka yang berasal dari perhitungan masing-masing atribut pengukuran variabel. Penelitian ini berlokasi di Bursa Efek Indonesia Cabang Pekanbaru. Karena Bursa Efek Indonesia menyediakan data informasi dan sampel yang lebih lengkap dan telah terorganisasi dengan baik. Teknik pengumpulan data ini menggunakan metode dokumentasi yaitu mengumpulkan dan mempelajari dokumen-dokumen yang diperlukan berupa laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode tahun 2016-2020 yang termuat dalam

(5)

198

Bursa Efek Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga menerapkan studi kepustakaan, yaitu suatu cara memperoleh data dengan cara mempelajari buku-buku dan artikel penelitian terdahulu untuk literature.

4. Hasil dan Pembahasan

1. ANALISIS STATISTIK DESKRIPTIF

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau dekripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemecengan distribusi) (Ghozali, 2018). Analisis deskriptif data yang diambil untuk penelitian ini adalah menggunakan 120 data diambil dari 5 tahun periode dimulai dari tahun 2016-2020. Terdiri dari 24 perusahaan maka 5 x 24 = 120. Statistik penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. 1 Hasil Analisis Deskriptif Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Beban Pajak (X1) 120 -.02115 .00972 -.0004839 .00442547 Perencanaan Pajak (X2) 120 .03798 6.54389 .7616839 .54877130 Aktiva Pajak (X3) 120 -7.06902 .91647 -.0655613 .88683481 Manajemen Laba (Y) 120 -.30148 .65609 .0193221 .09748509 Valid N (listwise) 120

Sumber: Data sekunder diolah, 2021

Berdasarkan tabel 4.1, dapat dilihat bahwa jumlah observasi (N) yang diteliti sebanyak 120 data pengamatan.

2. UJI NORMALITAS

Uji statistik non-parametik Kolmogorov-Smirnov. Jika hasilnya mempunyai nilai P-value

≥ 0,05 maka dikatakan data normal. Hasil dari pengujian Kolmogorov-Smirnov yang terlihat pada tabel 4.2

Tabel 4. 2 Hasil Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan hasil pengujian normatif pada Tabel 4.2, dapat dilihat bahwa pengujian memberi nilai test statistic sebsar 0,081 dengan sign sebesar 0,054. Nilai sign dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nilai sign ≥ 0,05 yang menujukkan bahwa nilai residual tidak

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 120

Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std. Deviation .05292655 Most Extreme Differences Absolute .081

Positive .081 Negative -.052

Test Statistic .081

Asymp. Sig. (2-tailed) .054c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

(6)

199

mempunyai perbedaan dengan nilai standar baku. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa data terdistribusi secara normal atau asumsi normalitas sudah terpenuhi.

3. UJI NORMALITAS

Tujuan uji normalitas adalah ingin menguji apakah dalam model regresi distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid. Untuk mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan pendekatan Kolmogorv-Smirnov pada tabel 4 berikut ini:

Tabel 4 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 45

Normal Parametersa,b Mean 0,0000000 Std. Deviation 4,63722673 Most Extreme Differences Absolute 0,91

Positive 0,91 Negative -0,053

Test Statistic 0,91

Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

Sumber: Hasil Pengolahan Software SPSS Versi 23, 2022

Berdasarkan tabel 4 hasil perhitungan uji normalitas kolmogorov – smirnov didapatkan dengan nilai Asymp Sig. 0,200. Maka hasil uji normalitas penelitian ini dapat dikatakan residual berdistribusi normal karena nilai Asymp Sig. 0,200 > 0,05.

4. UJI HETEROSKEDASTISITAS

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan kepengamatan lain maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah Homoteroskedasitas atau tidak terjadi pada Heteroskedasitas (Ghozali, 2018).

Tabel 4. 3 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Model

Unstandardized Coefficients

Standardize d

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .049 .012 4.096 .000

Beban Pajak (X1) -2.423 1.577 -.142 -1.537 .127 Perencanaan Pajak

(X2) -.006 .013 -.044 -.474 .637

Aktiva Pajak (X3) .000 .008 .003 .036 .971

a. Dependent Variable: ABS

Sumber: Data sekunder diolah, 2021

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai sign beban pajak tangguhan, perencanaan pajak dan aktiva pajak tangguhan ≥ 0,05 yang menunjuukan tidak terjadi heteroskedastisitas dalam penelitian

(7)

200 5. UJI MULTIKOLINEARITAS

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling bekorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal.

Tabel 4. 4 Hasil Uji Multikolonieritas

Sumber: Data sekunder diolah, 2021

Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa:

1. Nilai VIF variabel Beban Pajak Tangguhan adalah 1,017 ≤ 10 dan nilai tolerance value 0,983 ≥ 0,1 maka data tersebut tidak terjadi multikolonieritas

2. Nilai VIF variabel Perencanaan Pajak adalah 1,023 ≤ 10 dan nilai tolerance value 0,977 ≥ 0.1 maka data tersebut tidak terjadi multikolonieritas

3. Nilai VIF variabel Aktiva Pajak Tangguhan adalah 1,041 ≤ 10 dan nilai tolerance value 0,961 ≥ 0,1 maka data tersebut tidak terjadi multikolonieritas.

6. UJI KOEFISIEN DETERMINAN

Uji koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen, nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2018).

Tabel 4. 5 Hasil Uji Koefisien Determinasi Berganda (R2) Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .840a .705 .698 .05360657

a. Predictors: (Constant), Aktiva Pajak (X3), Beban Pajak (X1), Perencanaan Pajak (X2)

Sumber: Data sekunder diolah, 2021

Nilai R menunjukkan korelasi berganda antara variabel independen dengan vaeriabel dependen. Dalam tabel di atas diketahui nilai R sebesar 0,840. Artinya adalah bahwa korelasi berganda antara variabel independen memiliki hubungan yang sangat kuat.

Berdasarkan hasil uji pada Tabel 4.4 diketahui bahwa nilai Koefisien Determinan berganda (R2) sebesar 0.705 atau 70,5% yang menunjukkan kontribusi dari variabel Beban Pajak Tangguhan, Perencanaan Pajak dan Aktiva Pajak Tangguhan terhadap Manajemen Laba. Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian sebesar 29,5%.

Model

Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant)

Beban Pajak (X1) .983 1.017

Perencanaan Pajak (X2) .977 1.023 Aktiva Pajak (X3) .961 1.041

(8)

201 7. UJI REGRESI LINEAR BERGANDA

Persamaan regresi dalam penelitian ini adalah mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independenya itu beban pajak tangguhan, perencanaan pajak, aktiva pajak tangguhan terhadap variabel dependen yaitu manajemen laba. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:

Tabel 4. 6 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .043 .009 5.086 .000

Beban Pajak (X1) -1.092 1.120 -.050 -.975 .332 Perencanaan Pajak

(X2) -.039 .009 -.222 -4.360 .000

Aktiva Pajak (X3) -.085 .006 -.770 -14.965 .000 a. Dependent Variable: Manajemen Laba (Y)

Sumber: Data sekunder diolah, 2021

Berdasarkan tabel 4.5, persamaan regresi linear berganda yang didapat adalah:

ML = 0,043 – 1,092 BP - 0,039 PP - 0,85 AP 8. Uji KOEFISIEN DETERMINAN

Uji statistik t pada dasarnya digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap dependen secara parisal. Dimana pada penelitian ini untuk melihat pengaruh beban pajak tangguhan, perencanaan pajak dan aktiva pajak tangguhan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016-2020 secara parsial atau individual.

Selanjutnya dapat dijelaskan hasil pengujian hipotesis dari masing-masing variabel bebas (beban pajak tangguhan, perencanaan pajak dan aktiva pajak tangguhan terhadap manajemen laba) sebagai berikut:

1. Pengujian ini dilakukan dengan menguji hipotesis pertama yaitu terdapat pengaruh Beban Pajak Tanggguhan terhadap Manajemen Laba. Pengujian ini dilakukan secara parsial dengan uji t. Untuk mengetahui apakah Beban Pajak Tangguhan berpengaruh terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI, hipotesis yang digunakan adalah:

H0: Beban Pajak Tangguhan tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba H1: Beban Pajak Tangguhan berpengaruh terhadap Manajemen Laba

Berdasarkan tabel 4.6 diperoleh nilai t hitung sebesar -0,975, sedangkan t tabelnya sebesar -1,6581 dengan signifikansi sebesar 0,332 berada lebih besar dari 0,05 menunjukkan bahwa t hitung ≤ t tabel (-0,975 ≤ -1,6581) dan nilai sig sebesar 0,332 ≥ 0,05, sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Maka beban pajak tangguhan secara parsial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016- 2020.

Adanya teori agensi akan memacu para manajemen untuk meningkatkan laba perusahaan. Ketika laba yang diperoleh membesar, maka jumlah pajak penghasilan akan meningkat sesuai dengan peningkatan laba perusahaan. Manajemen dalam teori agensi akan berusaha mengelola pajaknya agar tidak mengurangi kompensansi kenerja manajemen

(9)

202

sebagai akibat dari berkurangnya laba perusahaan oleh beban pajak. Beban pajak tangguhan dapat digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan aset yang dimiliki. Hal ini berarti perusahaan sudah membayar beban yang lebih besar di muka sehingga akan mengurangi kemungkinan untuk melakukan manajemen laba (Anggraini, 2018)

2. Pengujian ini dilakukan dengan menguji hipotesis kedua yaitu terdapat pengaruh Perencanaan Pajak terhadap Manajemen Laba yang terdaftar di BEI, hipotesis yang digunakan adalah:

H0: Perencanaan Pajak tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba H2: Perencanaan Pajak berpengaruh terhadap Manajemen Laba

Berdasarkan tabel 4.6 diperoleh nilai t hitung sebesar -4,360 sedangkan t tabelnya sebesar -1,6581 dengan signifikansi 0,000 berada lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa t hitung ≤ t tabel (-4,360 ≤ -1,6581) dan nilai sig 0,000 ≤ 0,05, sehingga H0 ditolak dan H2 diterima. Maka perencanaan pajak secara parsial berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016-2020.

Berdasarkan hasil uji hipotesis kedua diperoleh bahwa Perencanaan Pajak berpengaruh terhadap Manajemen Laba. Hal ini karena perusahaan tidak ingin membayar pajak yang terlalu besar sesuai laba yang diperoleh perusahaan sehinga perusahaan melakukan manajemen laba melalui perenacanaan pajak sehinga laba yang dihasilkan akan lebih kecil dan perusahaan akan membayar pajak yamg kecil juga, dengan adanya perencanaan pajak perusahaan dapat menunda pembayaran pajak. Hal ini yang menyebabkan perusahaan banyak menggunakan perenacanaan pajak untuk melakukan manajemen laba.

Dari hasil penelitian ini dapat dilihat semakin besar perencanaan pajak maka dapat mengisyaratkan bahwa semakin besar manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manejemen.

Titik fokus perusahaan diantaranya adalah pajak karena nilainya yang cukup besar sebanding dengan laba yang dihasilkan perusahaan. Maka, perusahaan menjalankan perencanaan perpajakan dengan maksud untuk membatasi tarif perpajakan guna memaksimalkan laba setelah pajak. Dengan cara ini, perseroan atau perusahaan dapat mempraktikkan manajemen laba sesuai motivasi atau tujuannya dengan melakukan perencanaan pajak secara efektif yang dapat memaksimalkan laba bersih, pelitian ini sejalan dengan (Faqih &

Sulistyowati, 2021) dan (Yunila et al., 2018).

3. Pengujian ini dilakukan dengan menguji hipotesis ketiga yaitu terdapat pengaruh Aktiva Pajak Tangguhan terhadap Manajemen Laba yang terdaftar di BEI, hipotesis yang digunakan adalah:

H0: Perencanaan Pajak tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba H3: Perencanaan Pajak berpengaruh terhadap Manajemen Laba

Berdasarkan tabel 4.6 diperoleh nilai t hitung sebesar -14,965 sedangkan t tabelnya sebesar -1,6581 dengan signifikansi 0,000 berada lebih besar dari 0,05 menunjukkan bahwa t hitung ≤ t tabel (-14,965 ≤ -1,6581) dan nilai sig 0,000 ≥ 0,05, sehingga H0 ditolak dan H3 diterima. Maka aktiva pajak tangguhan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016-2020.

Berdasarkan hasil uji hipotesis ketiga diperoleh bahwa Aktiva Pajak Tangguhan berpengaruh terhadap Manejemen Laba. Hal ini dikarenakan perbedaan temporer yang terjadi akibat adanya unsur subjektif dalam menetukan saldo cadangan aktiva pajak tangguhan sehingga dapat dijadikan sebagai isntrumen manajemen laba.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian dari (Septa et al., 2020) yang menyatakan bahwa aktiva pajak tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba. Dimana adanya tindakan praktik manajemen laba karena laba akuntansi lebih besar dari laba fiskal akibat

(10)

203

adanya perbedaan temporer positif dalam hal ini menjadi kesempatan bagi manajemen dalam melakukan praktik manajemen laba dalam menunda pembayaran pajak terutang di masa sekarang dan dialihkan di masa yang akan datang sehingga laba perusahaan stabil.

5.Penutup Kesimpulan

1. Beban pajak tangguhan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016-2020. Hal ini berarti semakin meningkatnya beban pajak tangguhan maka manajemen laba pada perusahaan juga semakin meningkat.

2. Perencanaan pajak berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016-2020. Hal ini berarti semakin besar perencanaan pajak maka dapat mengisyaratkan bahwa semakin besar manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manejemen.

3. Aktiva pajak tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016-2020. Hal ini berarti semakin tinggi aktiva pajak tangguhan dalam perusahaan maka semakin besar kemungkinan perusahaan melakukan tindakan manajemen laba.

Keterbatasan

1. Penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel independen yaitu variabel Beban Pajak Tangguhan, Perencanaan Pajak dan Aktiva Pajak Tangguhan.

2. Penelitian ini hanya meneliti lima periode penelitian yaitu 2016-2020 sehinggga dapat saja menimbulkan inkosisten atau tidak konsisten terhadap penelitian terdahulu.

3. Penelitian ini hanya mrnggunakan sampel pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Saran

1. Penelitian selanjutnya disarankan menambahkan variabel-variabel lain yang belum ada seperti beban pajak kini, kualitas audit, ukuran perusahaan dan kepemilikan manajerial yang dapat mempengaruhi manajemen laba pada perusahaan.

2. Penelitian sekanjutnya disarakan melakukan penelitian dengan menggunakan periode pengamatan yang lebih lama agar mendapatkan jumlah sampel yang besar dan kemungkinan akan mendapatkan kondisi yang lebih akurat.

3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti pada perusahaan sektor lainnya seperti sektor makanan dan minuman, sektor pertambangan, sektor perdagangan dan lain sebainya agar mengetahui hasil dari sektor yang lainnya.

Daftar Pustaka

Amanda, F., & Febrianti, M. (2015). Analisis Pengaruh Beban Pajak Kini, Beban Pajak Tangguhan, dan Basis Akrual Terhadap Manajemen Laba. Ultimaccounting: Jurnal Ilmu Akuntansi, 7(1), 70–86.

Aminah, S., & Zulaikha, Z. (2019). Pengaruh Aset Pajak Tangguhan, Konsentrasi Kepemilikan, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba. Diponegoro Journal of Accounting, 8(3).

Anggraini, D. A. (2018). Pengaruh Aktiva Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan dan Perencanaan Pajak Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Sub Sektor Properti yang Terdaftar di ISSI. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam UIN Raden Fatah Palembang, pengaruh aktiva pajak tangguhan, beban pajak tangguhan dan perencanaan pajak terhadap manajemen labas.

Astuti, R. T. (2018). PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN DAN ASET PAJAK TANGGUHAN TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI

(11)

204

BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2014-2016.

Universitas Mercu Buana Yogyakarta.

Baradja, M. L., Basri, Z. Y., & Sasmi, V. (2017). Pengaruh Beban Pajak Tangguhan, Perencanaan Pajak dan Aktiva Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi Trisakti, 4(2), 191–206.

Casanova, B., & Nindito, M. (2014). Pengaruh Aktiva Pajak Tangguhan Dan Rasio Pajak Terhadap Kinerja Laporan Keuangan Perusahaan Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi, 9(2), 80–108.

Chandrarin, G. (2017). Metode Riset Akuntansi Pendekatan Kuantitatif. In Jakarta: Salemba Empat.

Anggraini, D. A. (2018). Pengaruh Aktiva Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan dan Perencanaan Pajak Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Sub Sektor Properti yang Terdaftar di ISSI. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam UIN Raden Fatah Palembang, pengaruh aktiva pajak tangguhan, beban pajak tangguhan dan perencanaan pajak terhadap manajemen labas.

Astutik, R. E. P., & Mildawati, T. (2016). Pengaruh Perencanaan Pajak Dan Beban Pajak Tangguhan. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi, 5, 1–17.

Baradja, M. L., Basri, Z. Y., & Sasmi, V. (2017). Pengaruh Beban Pajak Tangguhan, Perencanaan Pajak dan Aktiva Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi Trisakti, 4(2), 191–206.

Chandrarin, G. (2017). Metode Riset Akuntansi Pendekatan Kuantitatif. In Jakarta: Salemba Empat.

Fahmi, I. (2014). Manajemen Keuangan Perusahaan Dan Pasar Modal (1st ed.). Mitra Wacana Media.

Faqih, A. I., & Sulistyowati, E. (2021). Perencanaan Pajak, Beban Pajak Tangguhan, dan Aset Pajak Tangguhan terhadap Manajemen Laba. Seminar Nasional Akuntansi Dan …, 1(1), 551–560. http://senapan.upnjatim.ac.id/index.php/senapan/article/view/130

Fitriany, L., Nasir, A., & Ilham, E. (2016). PENGARUH ASET PAJAK TANGGUHAN, BEBAN PAJAK TANGGUHAN DAN PERENCANAAN PAJAK TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI Tahun 2011-2013). Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Riau, 3(1), 1150–1163.

Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS. Yogyakarta. In Universitas Diponegoro Yogyakarta. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Indra Kusuma, I. G. B., & Mertha, I. M. (2021). Manajemen Laba dan Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indoensia). E-Jurnal Akuntansi, 31(1), 182. https://doi.org/10.24843/eja.2021.v31.i01.p14

Manik, T. (2013). Analisis pengaruh kemakmuran, ukuran pemerintah daerah, inflasi, intergovernmental revenue dan kemiskinan terhadap pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi. Jurnal Organisasi Dan Manajemen, 9(2), 107–124.

Pohan, C. A. (2014). Manajemen Perpajakan: Strategi Perencanaan Pajak & Bisnis. Edisi Revisi).

Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Putra, Y. M., & Kurnia, K. (2019). Pengaruh Aset Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan, dan Perencanaan Pajak terhadap Manajemen Laba. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi (JIRA), 8(7).

Septa, Y., Dwiyani, S., & Hariri. (2020). Analisis PENGARUH PERENCANAAN PAJAK, BEBAN PAJAK TANGGUHAN, ASET PAJAK TANGGUHAN DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2019). E-Jra, 09(02), 47–57.

Sibarani, T. J., Hidayat, N., & Surtikanti, S. (2015). Analisis Pengaruh Beban Pajak Tangguhan, Discretionary Accruals, dan Arus Kas Operasi terhadap Manajemen Laba. Jurnal Riset Akuntansi & Perpajakan (JRAP), 2(01), 19–31.

(12)

205

Suandy, E. (2011). Perencanaan pajak edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.

Sules Jayanti, M. Sodik, & Hartini P. P. (2020). Pengaruh Perencanaan Pajak Dan Beban Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba. Journal of Public and Business Accounting, 1(01), 1–24. https://doi.org/10.31328/jopba.v1i01.79

Sulistyanto, S. (2008). Manajemen Laba (Teori & Model Empiris). Grasindo.

Timuriana, T., & Muhamad, R. R. (2015). Pengaruh Aset Pajak Tangguhan Dan Beban Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba. JIAFE (Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas Ekonomi), 1(2), 12–20. https://doi.org/10.34204/jiafe.v1i2.512

Timuriana, T., Rezwan, D., & Muhamad, R. (2015). ) Describe the effect of deferred tax expense on earnings management in manufacturing companies in Indonesia Stock Exchange.

Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas Ekonomi, 1(2), 12–20.

Tundjung, G. M. M., & Haryanto, H. (2015). Pengaruh Beban Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia). Fakultas Ekonomika dan Bisnis.

Widiariani, N. M. A., & Sukartha, I. M. (2015). Pengaruh Aktiva Pajak Tangguhan dan Beban Pajak Kini Dalam Mendeteksi Income Maximization. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 10(3), 738–752.

www.idx.co.id

Yulianti, Y. (2005). Kemampuan beban pajak tangguhan dalam mendeteksi manajemen laba.

Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Indonesia, 2(1), 107–129.

Yunila, F., Aryati, T., Tangguhan, P., & Audit, K. (2018). Pengaruh Perencanaan Pajak dan Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba dengan Kualitas Audit sebagai variabel moderasi TRR it = Error ! Reference source not found . 1981, 1021–1027.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan tindakan kemoterapi dinilai sebagai tindakan yang paling efektif dan akan sangat membantu kenyamanan pasien bila diberikan dengan tepat (tepat indikasi,

Selain pendapatan, untuk meningkatkan akses pangan rumah tangga dipengaruhi oleh harga pangan apalagi masyarakat miskin paling rentan dengan perubahan harga pangan,

Berdasarkan pembahasan mengenai pembentukan model jaringan syaraf tiruan dengan cascade forward backpropagation pada kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat,

Berdasarkan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah produksi perikanan tangkap dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya jumlah nelayan, jumlah kapal, jumlah

Survey ini menginventarisasi jenis–jenis ikan air tawar di sistem sungai di daerah selatan Papua, yang termasuk dalam Sistem Sungai Siret dan Sistem

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 11 Yogyakarta

Setelah aturan dibentuk, maka dilakukan aplikasi fungsi implikasi. Fungsi implikasi yang digunakan fungsi MIN, yang berati tingkat keanggotaan yang didapat sebagai