1 BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Indonesia mulai menerapkan kebijakan otonomi daerah pada 1 Januari 2001 sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan diubah kembali hingga revisi terakhir Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Adanya penerapan otonomi daerah, Pemerintah memberikan kebebasan kepada masing-masing daerah untuk mengatur sendiri urusan pemerintahan termasuk adanya pemerataan dana pembangunan dengan tujuan menjaga kelangsungan pemerintahan dan meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat. Dalam konteks pengelolaan keuangan daerah, pengalokasian belanja modal sangat berkaitan dengan perencanaan keuangan jangka panjang, terutama pembiayaan untuk pemeliharaan aset tetap yang di hasilkan dari belanja modal tersebut. (Arman, 2021).
Pengalokasian belanja modal berhubungan dengan belanja pemeliharaan yang memadai sangat penting untuk menjaga keadaan aset pemerintah agar tetap dapat berfungsi dengan baik. Setiap tahunnya, berbagai satuan kerja pemerintah telah menganggarkan pengalokasiannya. Namun, anggaran yang dialokasikan terkadang terlalu besar sehingga mengakibatkan kelebihan dana dan tidak dapat dimaksimalkan untuk belanja prioritas lainnya. Proses pengalokasian didasarkan pada laporan realisasi anggaran di tahun sebelumnya. Pemerintah daerah dinilai telah melakukan efisiensi anggaran belanja jika rasio efisiensi anggaran kurang dari 100, begitu sebaliknya (Mahmudi, 2015). Berikut tabel 1.1 yang menunjukkan Analisis Varians Belanja.
Tabel 1.1
Analisis Varians Belanja
Persentase Belanja Kriteria
Kurang dari 100% Efesien
Lebih dari 100% Tidak Efisien
Sumber : Mahmudi (2015)
Berikut grafik 1.1 yang menunjukkan tingkat realisasi belanja pemeliharaan di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan.
Grafik 1.1
Belanja Pemeliharaan di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan Sumber : Data yang diolah, 2022
Berdasarkan grafik 1.1 menunjukkan bahwa terjadi ketidakefisienan atau pemborosan anggaran Belanja Pemeliharaan pada Musi Banyuasin di tahun 2016 dan 2020 dengan tingkat persentase realisasinya masing-masing sebesar 138% dan 114%. Sementara di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan telah menggunakan anggarannya secara efisien. Hal ini berarti adanya perbedaan dalam pengelolaan anggaran terutama untuk Belanja Pemeliharaan. Selain itu, di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan menunjukkan realisasi tren yang fluktuatif. Banyak Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan yang mengalokasikan tinggi kemudian turun naik, seperti halnya pada Kabupaten Musi Banyuasin yang melesat naik dari tahun 2016 ke tahun 2017 sebesar Rp7.779.422.203 dengan masing-masing nilai realisasi Rp8.124.153.230 dan Rp15.903.575.433. Kemudian pada Musi Rawas yang meningkat secara signifikan dari tahun 2017 ke tahun 2018 sebesar Rp13.289.628.030 dengan masing-masing nilai realisasi Rp5.610.200.155 dan Rp18.899.828.185.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2010 PSAP No. 7 tentang Aset Tetap, Aset Tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa
0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 140,00 160,00
Persentase Relaisai
Kabupaten/ Kota Provinsi Sumatera Selatan Realisasi Belanja Pemeliharaan
Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2016 - 2020
2016 2017 2018 2019 2020
manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan, atau dimaksudkan untuk digunakan, dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
Pada satu aspek, kenaikan dan penurunan aset tetap tidak menyesuaikan pada anggaran belanja pemeliharaan agar aset tetap dapat terus layak digunakan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat dan penyelenggaraan pemerintahan, padahal seharusnya anggaran belanja pemeliharaan menjadi salah satu prioritas dalam menjaga terpeliharanya aset tetap.
Sumber pembiayaan untuk belanja pemerintah daerah dapat berasal dari Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan. Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan daerah yang diperoleh atau dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pemerintah daerah dinilai telah efektif/ baik dalam mengalokasikan sumber pendapatan jika rasio efisiensi anggaran lebih dari 100%. Sebaliknya, jika kurang 100% maka mengindikasikan bahwa kurang efektif / kurang baik (Mahmudi, 2015). Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.2 yang menunjukkan Analisis Varians Pendapatan.
Tabel 1.2
Analisis Varians Pendapatan
Persentase Pendapatan Kriteria
Kurang dari 100% Kurang Baik
Lebih dari 100% Baik
Sumber: Mahmudi (2015)
Sumber pendapatan yang digunakan untuk pengeluaran semua belanja tentunya sangat diharapkan secara maksimal. Pendapatan Asli Daerah yang diperoleh pada Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan menjadi salah satu aspek penting, dikarenakan realisasi Pendapatan Asli Daerah yang memiliki varians pendapatan kurang dari 100% artinya kurang efektif/kurang baik dalam memperoleh pendapatan yang bersumber dari daerah sendiri. Penelitian (Ramadani, 2019) dan (Widiansyah dkk, 2014), hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah berpengaruh dan signifikan terhadap Belanja Pemeliharaan. Hasil ini mengindikasikan bahwa peningkatan Pendapatan Asli Daerah dapat menyebabkan peningkatan Belanja Pemeliharaan. Hal ini tidak
sejalan dengan penelitian (Adnan, dkk., 2019), bahwa Pendapatan Asli Daerah tidak berpengaruh terhadap Belanja Pemeliharaan.
Selain penerimaan daerah adapula pengeluaran daerah yang dapat mempengaruhi Belanja Pemeliharaan salah satunya yaitu Belanja Modal.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019, belanja modal merupakan pengeluaran anggaran untuk memperoleh aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari 1 (satu) periode akuntansi. Hasil penelitian Widiansyah, dkk (2014) hasil penelitian menunjukkan bahwa Belanja Modal berpengaruh dan signifikan terhadap Belanja Pemeliharaan. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian dari Wahyuningrum, dkk (2019) dan Lumbanraja (2019) yang menunjukkan bahwa Belanja Modal tidak berpengaruh terhadap Belanja Pemeliharaan.
Penelitian yang dilakukan ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumya oleh Brilianto dkk (2019) dan pengembangan dari penelitian dari Widasa, Gede dkk dengan menambahkan variabel Pendapatan Asli Daerah karena Pendapatan Asli Daerah menunjukkan hasil penelitian berpengaruh positif dan signifikan terhadap Belanja Pemeliharaan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada objek penelitian. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Aset Tetap, Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal. Objek penelitiannya adalah kabupaten/kota provinsi Sumatera Selatan. Jadi dengan adanya penelitian ini diharapkan pemerintah daerah dapat mengalokasikan sumber pendapatan daerah pada belanja pemeliharaan guna untuk memelihara aset tetap pemerintah daerah agar tetap terkondisi dengan baik.
Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan diatas, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian tentang Belanja Pemeliharaan di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan, dengan alasan adanya: Pertama, fenomena terkait ketidakefisienan penggunaan anggaran pada belanja pemeliharaan di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan serta realisasi anggaran yang fluktuatif dari tahun ke tahun. Kedua, adanya hasil yang tidak konsisten dari variabel independen yang mempengaruhi Belanja Pemeliharaan dari penelitian sebelumnya. Ketiga, replikasi dari penelitian Brilianto dkk, 2019. Berdasarkan
uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Nilai Aset Tetap, Pendapatan Asli Daerah, dan Belanja Modal terhadap Belanja Pemeliharaan di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan.”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah:
1. Apakah Aset Tetap berpengaruh secara parsial terhadap Belanja Pemeliharaan di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan?
2. Apakah Pendapatan Asli Daerah berpengaruh secara parsial terhadap Belanja Pemeliharaan di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan?
3. Apakah Belanja Modal berpengaruh secara parsial terhadap Belanja Pemeliharaan di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan?
4. Apakah Aset Tetap, Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh secara simultan terhadap Belanja Pemeliharaan di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan?
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan agar penelitian menjadi lebih terarah maka peneliti membatasi ruang lingkupnya dengan mengangkat Aset Tetap pada Neraca Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah pada Laporan Realisasi Anggaran serta Belanja Pemeliharaan pada Catatan atas Laporan Keuangan di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan periode 2016 – 2020.
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh Aset Tetap berpengaruh secara parsial terhadap Belanja Pemeliharaan di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan.
2. Untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah berpengaruh secara parsial terhadap Belanja Pemeliharaan di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan.
3. Untuk mengetahui pengaruh Belanja modal berpengaruh secara parsial terhadap Belanja Pemeliharaan di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan.
4. Untuk mengetahui pengaruh Aset Tetap, Pendapatan Asli Daerah, dan Belanja Modal berpengaruh secara simultan terhadap Belanja Pemeliharaan di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan.
1.4.2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai masukan bagi Pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan dalam hal membiayai asset tetap guna menjaga agar asset tetap yang dimiliki tetap dalam kondisi baik.
2. Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun anggaran bagi Pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan agar tidak terjadi pemborosan dalam penggunaan anggaran terutama anggaran belanja.
3. Sebagai bahan pengayaan bagi perpustakaan Lembaga Politeknik Negeri Sriwijaya khususnya bagi mahasiswa Jurusan Akuntansi di Bidang Akuntansi Sektor Publik.
4. Sebagai masukan bagi akademis dalam mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang Akuntansi Keuangan Pemerintah khususnya mengenai Belanja Pemeliharaan bagi Pemerintah Daerah.