• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Kasus Mengenai Gambaran Makna Hidup pada Mahasiswa Ateis di Universitas 'X' Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Kasus Mengenai Gambaran Makna Hidup pada Mahasiswa Ateis di Universitas 'X' Bandung."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak

Penelitian dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui mengenai makna hidup mahasiswa ateis di Universitas ‘X’ Bandung. Bentuk studi dalam penelitian ini addalah berupa studi kasus. Subjek dalam penelitian ini berjumlah dua orang dengan inisial AK dan AW.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dengan alat ukur utama berupa wawancara yang menggunakan kerangka wawancara semi terstruktur dan dengan alat bantu tape rekorder.

Alat ukur yang digunakan berupa kerangka wawancara yang dibuat oleh peneliti berdasarkan teori makna hidup dari Viktor Frankl. Makna hidup adalah hal-hal yang dipandang penting, dirasakan berharga, dan diyakini sebagai sesuatu yang besar serta dapat dijadikan tujuan hidup bagi seseorang.

(2)

iii

Universitas Kristen Maranatha Abstract

This research was conducted aim to find out about meaning of life in atheist student in ‘X’ University Bandung. Type of this research study is a case study. Subjects in this study is two people and their initial are AK and AW.

The study was conducted using qualitative methods using main tool of interviews using semi-structured guide interview with help by tape recorder.

The guide interview is made by researcher based on meaning of life theory by Viktor Frankl. The meaning of life is any kind of things that are considered important, valuable, believed to be something great, and can be used for one’s life purpose.

(3)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...i

ABSTRAK...ii

ABSTRACT...iii

KATA PENGANTAR…...iv

DAFTAR ISI……...v

DAFTAR SKEMA……...ix

DAFTAR TABEL...x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah………...………...1

1.2 Identifikasi masalah………...………...10

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian………...…………..10

1.3.1 Maksud Penelitian………...10

1.3.2 Tujuan Penelitian……….…..10

1.4 Kegunaan Penelitian ...………...…10

1.4.1 Kegunaan Teoritis……….………....10

1.4.2 Kegunaan Praktis………...……11

1.5 Kerangka Pemikiran………..…...11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Makna Hidup………....………16

2.1.1 Logoterapi...16

2.1.2 Landasan Filosofis Logoterapi... 18

(4)

vi

Universitas Kristen Maranatha

2.1.4 Tema-tema Makna Hidup...21

2.1.5 Komponen-komponen yang Menentukan Berhasilnya Perubahan Penghayatan Hidup Menjadi Lebih Bermakna...23

2.1.6 Karakteristik Makna Hidup...24

2.1.7 Penghayatan Hidup Bermakna...25

2.2 Ateis………...…………26

2.2.1 Pengertian Ateisme……..……….26

2.2.2 Jenis-jenis Ateisme ………..…..28

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Individu Hingga Menjadi Ateis ………..28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian……….30

3.2 Skema Rancangan Penelitian………...31

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional………....31

3.3.1 Variabel Penelitian……….31

3.3.2 Definisi Operasional………...31

3.4 Teknik Pengumpulan Data……….33

3.4.1 Wawancara……….33

3.4.2 Observasi………..……….……….34

3.5 Subjek Penelitian………..…..35

3.6 Teknik Analisis Data………..…....36

3.7 Validitas dan Reliabilitas………..…...37

(5)

4.2 Hasil dan Pembahasan Kasus AK...39

4.2.1 Hasil Pengambilan Data – Observasi dan Wawancara ...39

4.2.2 Pembahasan Makna Hidup AK...43

4.2.3 Kesimpulan Kasus AK...50

4.3 Hasil dan Pembahasan Kasus AW...50

4.3.1 Hasil Pengambilan Data - Observasi dan Wawancara...50

4.3.2 Gambaran Makna Hidup AW...54

4.3.3 Kesimpulan Kasus AW...60

4.4 Perbandingan Kasus AK dan AW...61

4.4.1 Persamaan...61

4.4.2 Perbedaan...62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan...63

5.2 Saran...63

5.2.1 Saran Teoritis...63

5.2.2 Saran Praktis...64

DAFTAR PUSTAKA………65

(6)

viii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR SKEMA

(7)

DAFTAR TABEL

(8)

1

Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam menjalani kehidupan, manusia juga senantiasa di ikuti oleh takdir bernama kematian. Semua manusia pada akhirnya akan mati, dan seringkali tidak dapat terprediksi kapan atau dengan cara seperti apa kematian itu akan datang. Keniscayaan tersebut menimbulkan pertanyaan yang mendasar : apa makna dibalik keberadaan manusia? Mengenai hal ini, Arief Budiman (1973) mengatakan : “Barangkali, satu-satunya alasan untuk terus hidup adalah karena

kita sedang mencari maknanya”

Menurut Bastaman (2007), setiap orang menginginkan hidupnya bermakna. Apabila manusia mengalami hidup yang bermakna (meaningfull life) maka ia akan merasakan kebahagiaan (happiness). Dalam proses pencapaian makna hidup, manusia dituntut memiliki kemampuan pemahaman diri dan menentukan tujuan hidupnya. Makna hidup bukanlah sesuatu yang bersifat genetis, bukan juga suatu hadiah yang dapat diterima dari orang lain. Makna hidup bersifat unik dan personal, artinya apa yang dianggap bermakna bagi seseorang belum tentu bermakna bagi orang lain. Oleh karena itu, setiap orang harus memperjuangkan makna hidupnya masing-masing.

(9)

2

kecenderungan untuk memaksakan kehendak dan kepentingannya sendiri, tertutup akan saran atau kritik dari orang lain. Tipe orang dengan karakter ini biasanya akan menunjukkan reaksi menyerang kembali secara emosional orang yang mengkritiknya. Karakter konformis adalah gambaran pribadi dengan kecenderungan untuk selalu berusaha mengikuti serta menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan dan bersedia mengabaikan kepentingan, kehendak dan pemikiran sendiri. Pribadi konformis teralienasi, merasa asing dari dirinya sendiri dan tidak memiliki jati diri, sehingga mudah terpengaruh oleh situasi dan kondisi sosial mulai dari pemikiran, sikap, pendirian, gaya hidup, dan cara berpenampilan. Tipe orang dengan karakter konformis merasa tidak nyaman apabila berbeda dengan kebanyakan orang. Karakter totaliter dan konformis merupakan ciri dari ketidakbermaknaan hidup seseorang.

Selain mengembangkan karakter totaliter dan konformis, Frankl (dalam Bastaman 2007) juga mengatakan bahwa ketidakbermaknaan hidup juga dapat mengakibatkan timbulnya gangguan kejiwaan berupa neurosis noogenik. Gangguan ini biasanya tampil dalam keluhan-keluhan, kehilangan minat dan gairah hidup, perasaan hampa, keputusasaan, dan merasa hidup tidak ada artinya. Pada titik tertentu, gangguan ini dapat menimbulkan dorongan bagi seseorang untuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang melakukan tindakan bunuh diri merasa bahwa tidak ada lagi suatu tujuan yang bisa dicapai dalam hidup dan menganggap hidup sudah tidak ada maknanya.

(10)

3

Universitas Kristen Maranatha

2007) mengatakan bahwa makna hidup dapat ditemukan dalam setiap keadaan, tidak saja dalam keadaan normal ataupun menyenangkan, tetapi juga dalam penderitaan, seperti dalam keadaan sakit, bersalah, bahkan kematian. Misalnya pahlawan kemerdekaan yang rela mempertaruhkan nyawa demi memperjuangkan kemerdekaan Bangsa Indonesia. Dalam kasus ini, kebermaknaan hidup para pejuang kemerdekaan yang ditemukan melalui penghayatan cinta tanah air lebih tinggi dari nyawanya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa makna dapat ditemukan dalam kematian sekalipun. Status sosial-ekonomi dan tingkat pendidikan yang tinggi juga tidak menjamin seseorang akan mengalami kebermaknaan hidup. Dari hasil penelitian Crumbaugh dan Maholick (dalam Koeswara, 1992) dengan menggunakan PIL Test (Purpose in Life), yaitu alat test untuk mengukur kebermaknaan hidup, disimpulkan bahwa tidak ada korelasi antara status sosial dan tingkat pendidikan dengan kebermaknaan hidup.

(11)

4

Diantara sebagian besar manusia yang agamis, sejumlah orang memilih tidak mengakui keberadaan Tuhan, atau lebih dikenal dengan istilah ateis. Kaum ateis sering dianggap kontroversial oleh kebanyakan orang, karena tidak mengakui keberadaan Tuhan. Misalnya saja Karl Marx, Friedrich Nietzsche, Richard Dawkins dan Sigmund Freud yang secara terang-terangan tidak mengakui keberadaan Tuhan melalui karya tulis mereka. Di Indonesia, kaum ateis mendapat perlakuan diskriminasi oleh pemerintah. Hal ini dapat terlihat dari UUD 1945 pasal 29 ayat 1 yang menetapkan bahwa Indonesia adalah Negara yang berlandaskan Ketuhanan, dimana setiap warga negara Indonesia diharuskan memeluk salah satu agama yang diakui oleh pemerintah. Dalam Tap MPRS Nomor XXV Tahun 1966 berisikan larangan terhadap penyebaran ajaran komunisme dan Marxisme/Leninisme di Indonesia karena dianggap dapat mempengaruhi masyarakat Indonesia menjadi ateis.

Sila pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan yang Maha Esa, menunjukkan bahwa nilai-nilai Ketuhanan menjadi salah satu dasar bagi Indonesia dalam menjalankan kehidupan bernegara. Wacana mengenai keagamaan menjadi salah satu topik yang selalu diminati di Indonesia. Dunia entertaintment, media, bahkan bidang pendidikan tidak lepas akan wacana Ketuhanan. Fakta ini semakin mengukuhkan bahwa Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya beragama. Agama, sebagai wujud pengakuan akan adanya Tuhan, adalah bagian dari identitas rakyat Indonesia.

(12)

5

Universitas Kristen Maranatha

kedua belah pihak. Di Indonesia penganut ateis mendapat stigma (cap buruk) dari masyarakat Indonesia pada umumnya. Penganut ateis sering disamakan dengan komunis dan tidak bermoral. Hal ini dapat berdampak pada dihindarinya penganut ateis dalam relasi interpersonal atau bahkan mendapat cemooh dari orang-orang di lingkungannya. Ditolak di lingkungan dapat menjadi hambatan bagi penganut ateis dalam mencapai kebermaknaan hidup, seperti yang diungkapkan oleh Bastaman (1996) bahwa salah satu komponen yang menentukan untuk mengalami penghayatan hidup bermakna adalah dimensi sosial. Mengenai keberadaan manusia dalam lingkungan serta kaitannya dengan kebermaknaan hidup Fuad Hasan (1974) mengatakan bahwa : “Manusia yang tunggal dan tersendiri adalah

tak lengkap, bahkan tak ditemui dalam kenyataannya: ia selalu bertaut dengan

sesuatu kekeluargaan, kekerabatan,, kemasyarakatan. Dengan kata lain hakikat

manusia adalah keberadaannya dalam suatu kebersamaan (being in

communion)…. Hanya dengan kehadiran pribadi-pribadi lain, kehadiran sendiri

dihayati sebagai kehadiran yang bermakna.”

(13)

6

KMK (Keluarga Mahasiswa Khatolik), atau PMM (Perkumpulan Mahasiswa Muslim). Namun bagaimanapun menjadi ateis adalah sebuah pilihan. Pilihan menjadi ateis pada mahasiswa di Universitas ‘X’ tentunya dianggap penting karena hal tersebut secara langsung melekat pada identitas individu sepanjang hidupnya.

Identitas sebagai seorang ateis merupakan persoalan imago diri (self

image). Menurut Allport (dalam Hasan,1974) imago diri mempunyai dua segi :

pertama adalah bagaimana cara individu memandang dirinya pada saat sekarang (present). Kedua, adalah apa yang dikehendaki individu kelak mengenai dirinya sendiri (future), termasuk aspirasi-aspirasinya. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam pilihan menjadi ateis oleh mahasiswa di Universitas ‘X’ terkandung pemahaman akan diri (present), harapan dan perencanaan akan masa depan (future). Hal ini selaras dengan proses pencapaian makna kehidupan sebagaimana dikatakan oleh Bastaman (2007) bahwa dalam mencapai kebermaknaan hidup seseorang dituntut memiliki pemahaman akan diri, perencanaan dan kegiatan yang terarah.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan dengan wawancara semi terstruktur dengan dua orang mahasiswa ateis di Universitas ‘X’ Bandung, diperoleh data-data sebagai berikut.

(14)

7

Universitas Kristen Maranatha

AK tetap teguh pada pilihannya menjadi ateis. Bagi AK, mengakui atau tidak mengakui keberadaan Tuhan adalah kebebasan setiap orang dalam menjalankan hak nya sebagai manusia. Harapan AK adalah bahwa persoalan mengenai ateis atau teis tidak menjadi tolok ukur dalam menilai manusia. AK sendiri memilih menjadi ateis karena merasa tidak menemukan jawaban atas permasalahan-permasalahan yang ia hadapi dalam hidup melalui ajaran agama.

AK mengaku bahwa pandangan Nietzsche sangat berpengaruh dalam hidupnya. Menurut AK, dalam memaknai hidup manusia tidak boleh bergantung kepada siapapun termasuk kepada Tuhan. Untuk memaknai hidup, setiap orang harus berjuang mengembangkan kreatifitas dan potensi serta meminimalisir kekurangan dalam diri. AK sendiri menghayati makna melalui apa yang ia capai di bidang akademik. Saat ini AK memiliki IPK di atas rata-rata dan terus berjuang agar lulus dengan IPK yang lebih tinggi lagi. AK memiliki keinginan yang tinggi agar di masa yang akan datang bisa menjadi penulis karya ilmiah dengan ilmu pengetahuan yang ia dalami saat ini. AK juga menambahkan bahwa makna kehidupan tidaklah bersifat statis dan dapat berubah. Menurutnya dalam kehidupan seringkali terjadi hal yang tidak dapat terprediksi yang dapat mengubah rencana atau penghayatan setiap orang. Saat ini AK berusaha agar segala yang ia rencanakan dapat terwujud mempersiapkan diri untuk segala kemungkinan yang tidak terprediksi.

(15)

8

keluarganya mendapat pandangan buruk karena memiliki anggota keluarga seorang ateis, meskipun menurut nya menjadi ateis bukanlah sesuatu yang salah. Sejak kecil AW mendapat pengajaran mengenai agama, namun merasa banyak ajaran yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan. AW memutuskan menjadi seorang ateis sejak kelas tiga SMA setelah membaca karya-karya sastra dari Albert Camus dan Fyoder Dostoyevsky serta literatur-literatur filsafat. Subjek lebih menghayati kebermaknaan hidup melalui karya-karya tersebut karena menurutnya lebih nyata dibanding ajaran agama.

Selain dari karya sastra, AW merasa menemukan makna dari kegiatan yang ia lakukan secara aktif di bidang musik dan teater. AW saat ini aktif mengikuti komunitas seni teater di kampus dan juga menjadi vokalis sebuah group band. Subjek telah dua kali meraih penghargaan sebagai vokalis terbaik di festival musik di kampus. AW merasa puas sekaligus bangga apabila banyak orang yang senang saat mendengarnya bernyanyi dan mementaskan drama. Musik dan teater sudah sangat melekat bagi kepribadian AW. AW tidak menghayati makna melalui agama karena menurutnya tidak sesuai dengan kepribadiannya. Baginya, makna dalam kehidupan hanya bisa diraih bila seseorang melakukan sesuatu sesuai dengan hati nurani dan sesuai dengan kepribadian masing-masing.

(16)

9

Universitas Kristen Maranatha

lingkungan. AW sendiri menghayati kebermaknaan hidup dengan menikmati karya sastra sekaligus memberikan kontribusi dalam usaha memajukan musik dengan karya-karya ciptaan band nya.

Pergulatan dalam proses pencarian makna kehidupan merupakan masalah yang relevan bagi manusia di setiap jaman. Pada sebagian besar kehidupan mahasiswa di Universitas ‘X’ yang notabene agamis, makna hidup dapat ditilik, dipelajari, dipahami, dihayati dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari melalui nilai-nilai moral agama yang menjadi dasar dari pedoman hidup. Berbeda dengan mahasiswa teis, mahasiswa ateis tidak memiliki pedoman berupa kitab suci dalam mencari makna hidupnya. Meskipun demikian, dari wawancara yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa mahasiswa ateis di Universitas ‘X’ juga memiliki penghayatan akan kebermaknaan hidup. Hal ini mendorong peneliti untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana gambaran makna hidup mahasiswa ateis di Universitas ‘X’.

Berdasarkan fakta-fakta, literatur dan survei awal yang telah dipaparkan di atas, maka akan dilakukan penelitian untuk mengetahui lebih lanjut mengenai gambaran makna hidup pada mahasiswa ateis di Universitas ‘X’ dengan judul “Studi Kasus mengenai Gambaran Makna Hidup pada Mahasiswa Ateis di Universitas ‘X’ Bandung” dan berharap penelitian ini dapat berguna dari segi akademis maupun segi praktisnya.

(17)

10

Dari penelitian ini ingin diketahui dinamika gambaran makna hidup mahasiswa ateis di Universitas ‘X’ Bandung.

1.3MAKSUD DAN TUJUAN

1.3.1 Maksud

Maksud dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan makna hidup pada mahasiswa ateis di Universitas ‘X’ Bandung

1.3.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dinamika makna hidup mahasiswa ateis di Universitas ‘X’ Bandung dari sudut pandang sumber dan tema-tema makna hidup.

1.4KEGUNAAN PENELITIAN

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi : a. Bidang Akademik

Memberikan informasi yang memperkaya pengetahuan Psikologi tentang Psikologi Eksistensial pada umumnya dan pemahaman tentang teori makna hidup pada khususnya.

b. Bidang Penelitian

(18)

11

Universitas Kristen Maranatha 1.4.2 Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak, antara lain : a. Memberikan informasi kepada orang-orang yang secara rutin melakukan

interaksi dengan mahasiswa ateis, misalnya keluarga atau teman. Informasi tersebut dapat digunakan untuk mengenal mahasiswa ateis lebih dalam dan dapat menjalin relasi yang lebih baik.

b. Memberikan informasi kepada subjek mengenai gambaran makna hidupnya. Informasi tersebut dapat berguna bagi subjek untuk melakukan evaluasi terhadap kehidupan dalam proses pencapaian makna hidup.

1.5KERANGKA PEMIKIRAN

Pada penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah mahasiswa ateis di Universitas ‘X’ Bandung yaitu AK dan AW. Di lingkungan kampus, mahasiswa ateis tergolong kaum minoritas diantara mahasiswa yang notabene agamis. Dalam keseharian di kampus, mahasiswa ateis beresiko mendapat stigma karena tidak mengakui keberadaan Tuhan. Stigma tersebut dapat berakibat pada ditolaknya subjek dalam lingkungan kampus sehingga menjadi hambatan bagi subjek dalam menjalin relasi interpersonal dan mengalami kebermaknaan hidup. Meskipun demikian, dari wawancara semi structure yang telah dilakukan, ternyata mahasiswa ateis juga memiliki penghayatan akan kebermaknaan hidup.

(19)

12

(meaningfull life) maka ia akan merasakan kebahagiaan (happiness). Pandangan Frankl ini tentunya berlaku juga terhada AK dan AW yang ingin hidupnya bermakna. Dalam kehidupan, terdapat tiga sumber yang secara potensial mengandung nilai-nilai yang memungkinkan AK dan AW menemukan makna hidup di dalamnya apabila diterapkan dan dipenuhi. Ketiga nilai (values) ini adalah creative values, experiental values, dan attitudinal values.

Creative Values (Nilai-nilai Kreatif) yaitu makna hidup yang ditemukan

melalui apa yang dapat diberikan kepada hidup dengan aktualisasi potensi-potensi yang dimiliki oleh AK dan AW. Aktualisasi potensi-potensi tersebut tercermin dari kegiatan AK dan AW dalam mengoptimalkan kemampuannya dalam berbagai bidang misalnya akademik, memperdalam dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Aktualisasi potensi juga dapat diwujudkan melalui kegiatan lain misalnya menciptakan karya sastra, prestasi dalam bidang olahraga, atau mungkin dalam bidang seni. Pada kasus AW, dari hasil wawancara awal terlihat bahwa aktualisasi potensi AW dalam bidang seni teater dan musik memberikan makna bagi kehidupan AW.

(20)

13

Universitas Kristen Maranatha

kasus AK, dari hasil wawancara ditemukan bahwa karya filsafat dan sastra dihayati memberikan makna hidup AK.

Sumber yang ketiga yaitu Attitudinal Values (Nilai-nilai Bersikap) ; mengalami kebermaknaan hidup melalui penghayatan dan sikap terhadap situasi kehidupan yang menderita sekalipun. Dalam menjalani hidup, semua orang termasuk mahasiswa ateis tentunya pernah atau akan mengalami penderitaan. Mahasiswa ateis dapat mengalami kebermaknaan hidup melalui sikap dalam menghadapi penderitaan hidup. Sikap tersebut dapat beranekaragam bentuknya seperti berani menghadapi masalah, tabah dalam menghadapi penderitaan seperti sakit atau ditinggal oleh orang yang disayangi, dan mampu mengambil hikmah dalam setiap keadaan yang paling menderita sekalipun.

Menurut James Crumbaugh dan Leonard Maholick (dalam Koeswara 1992), kebermaknaan hidup seseorang dapat diidentifikasi melalui berbagai tema makna hidup yaitu tujuan hidup, kepuasan hidup, kebebasan, sikap terhadap kematian, pikiran tentang bunuh diri dan kepantasan untuk hidup. Tujuan hidup adalah segala sesuatu yang dianggap penting dan berharga bagi kehidupan, memberi nilai yang spesifik, serta dapat dijadikan sebagai tujuan hidup bagi AK dan AW. Tema kepuasan hidup yaitu bagaimana penilaian AK dan AW terhadap hidup yang dijalaninya, sejauh mana mereka mampu menikmati dan merasakan kepuasan dalam hidup dan segala aktivitas yang telah dilakukannya.

(21)

14

kematian serta bagaimana kesiapan mereka dalam menyongsong kematian yang pasti akan dihadapi. Tema berikutnya adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi AK dan AW mengenai bunuh diri sebagai solusi pemecahan masalah. Tema terakhir yaitu kepantasan untuk hidup yaitu bagaimana evaluasi AK dan AW terhadap yang dijalaninya sekaligus menjadi tolok ukur mengapa hidupnya layak untuk diperjuangkan.

(22)

15

Universitas Kristen Maranatha

1.1 Skema kerangka pemikiran

Mahasiswa Ateis di Universitas X

Bandung

Makna Hidup Sumber

Makna Hidup

a. Creatives Values

b. Experiental

Vallues

c. Attitudinal

Values

Tema-tema Makna Hidup a. Tujuan hidup b. Kepuasan hidup c. Kebebasan d. Sikap terhadap

kematian

e. Pikiran tentang bunuh diri

(23)

63

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat ditarik suatu gambaran mengenai makna hidup pada mahasiswa ateis di Universitas ‘X’ Bandung dengan kesimpulan sebagai berikut :

Dalam proses penghayatan akan makna hidup, terdapat pola yang khas yang menyertai kedua kasus dimana sumber makna hidup attitudinal values terlihat begitu berperan bagi kedua subjek dalam memaknai kehidupan. Selain itu, mengingat kedua subjek memiliki experiental values yaitu membaca karya-karya filsafat, sehingga megarahkan kedua subjek dalam menentukan tujuan hidup yang sama yaitu menjadi seorang penulis.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoretis

(24)

64

Universitas Kristen Maranatha

ingin meneliti mengenai makna hidup pada mahasiswa ateis disarankan agar memiliki subjek dengan jumlah yang lebih banyak dan jenis kelamin yang bervariasi.

2. Subjek dalam penelitian ini berada pada usia yang sama yaitu 24 tahun. Untuk memperkaya pengetahuan mengenai makna hidup, maka disarankan agar peneliti selanjutnya menggunakan subjek dengan rentang usia yang bervariasi serta menyertakan teori dari psikologi perkembangan.

5.2.2 Saran Praktis

1. Agar informasi mengenai penghayatan subjek akan makna hidup dapat dipahami dan diterima oleh orang-orang yang berada di lingkungan subjek dan digunakan untuk menjalin relasi yang lebih baik.

(25)

65

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2007. Analisis Eksistensial, Sebuah Pendekatan Alternatif untuk

Psikologi dan Psikiatri, Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Altemeyer, B. & Hunsberger, B. 1997. Amazing Conversion : Why Some Turn to

Faith and Others Abandon Religion. New York : Prometheus Books.

Audifax, 2008. Research : Sebuah Pengantar untuk Mencari-Ulang Metode

Penelitian dalam Psikologi. Yogyakarta : Jalasutra.

Bagus. L. 2002. Kamus Besar Filsafat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Bastaman,H.D. 1996. Meraih Hidup Bermakna. Jakarta : Paramadina.

, 2007. Logoterapi : Psikologi untuk Menemukan Makna Hidup

dan Meraih Hidup Bermakna. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Budiman, A. 1976. Chairil Anwar : Sebuah Pertemuan. Jakarta : Dunia Pustaka Jaya.

Brouwer, M. A. W. 1984. Psikologi Fenomenologi. Jakarta : PT. Gramedia.

Fuad Hasan, 1974. Kita dan Kami : Suatu Analisis tentang Modus dasar

Kebersamaan. Jakarta : Bulan Bintang.

, 2005. Berkenalan Dengan Eksistensialisme. Jakarta : Dunia Pustaka Jaya.

Frankl, V.E. 1977. Man’s Search for Meaning : An Introduction to Logotherapy.

Third edition. London : Hodder and Stoughton.

Iriana, S. 2005. Derita Cinta Tak Terbalas : Proses Pencarian Makna Hidup. Yogyakarta : Jalasutra.

Koeswara, E. 1992. Logoterapi : Psikoterapi Viktor Frankl. Yogyakarta : Kanisius.

Leahy SJ, L. 2001. Aliran-aliran Besar Ateisme : Tinjauan Kritis. Yogyakarta : Kanisius.

Moloeng, L.J 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Pada pembahasan dikemukakan mengenai hasil penelitian yaitu Terdapat empat faktor yang terbentuk adalah faktor tampilan luar warung makan yang unik, keragaman menu, penyajian

Dalam hal ini, alat marketing yang diterapkan oleh Bank Jatim Syariah cabang Surabaya adalah dengan Marketing Mix. Berawal dari kegiatan perusahaan dalam melakukan

Studi sains diharapkan untuk memperkuat iman agama: "Pendidik Muslim dengan suara bulat setuju bahwa tujuan pendidikan bukan untuk menjejalkan pikiran murid dengan

Merupakan biaya yang pasti akan dikeluarkan ataupun biaya yang telah dikeluarkan secara langsung dan digunakan dalam.. rangka untuk menghasilkan suatu produk atau

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada tidak terdapat hubungan positif dan signifikan antara hubungan jenis kelamin terhadap kejadian kekerasan dalam pacaran

stigma ini dapat mendorong seseorang untuk mempunyai prasangka pemikiran, perilaku, dan atau tindakan oleh pihak pemerintah, masyarakat, pemberi kerja,

Gambaran mengenai pengetahuan dan peran serta responden berdasarkan jenis kelamin pada Desa Ohoililir terlihat pada tabel di bawah ini... Sebaran Partisipasi responden

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan persamaan empiris antar ukuran panjang pada ikan pedang berdasarkan jenis kelamin, estimasi parameter pertumbuhan, laju kematian,