PE PAD
I G
PRO
PENANGANAN KREDIT BERMASALAH ADA PT. BPR SUKAWATI PANCAKANT
KANTOR PUSAT
Oleh:
I GUSTI AYU AGUNG GITA ISMAYANTI NIM : 1306013004
OGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR
2016
H NTI
TI
i PEN
PADA
I GU
Tugas Akhir Studi ini di studi pad Fakultas E
i
NANGANAN KREDIT BERMASALAH A PT. BPR SUKAWATI PANCAKANTI
KANTOR PUSAT
Oleh:
USTI AYU AGUNG GITA ISMAYANTI NIM : 1306013004
ditulis untuk memenuhi sebagian persyarata pada Program Studi Diploma III Akuntansi tas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
Denpasar 2016
i
I
atan menyelesaikan si
Tugas Akhir Studi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh dosen pembimbing, serta diuji pada tanggal……..
Tim Penguji Tanda tangan
1. Ketua :……… ………..
2. Sekretaris :……… ………..
Mengetahui,
Ketua Program Dosen Pembimbing
Drs. Komang Ardana, MM I Made Karya Utama, SE., M.Com., Ak
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Studi yang berjudul
“Prosudur Penanganan Kredit Bermasalah Pada PT. BPR Sukawati Pancakanti”. Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi Program
Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir Studi ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya tentu tidak terlepas dari bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak
yang telah meluangkan waktunya dalam penyusunan Tugas Akhir Studi ini. Dalam
kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Udayana.
2. Ibu Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S., selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
3. Bapak Drs. Komang Ardana, MM., selaku Ketua Program Diploma III Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
4. Bapak I Made Karya Utama, SE., M.Com., Ak., selaku Dosen Pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktu dan memberikan bimbingan serta pengarahan
sehingga penulis berhasil menyelesaikan Tugas Akhir Studi ini.
5. Bapak I Kadek Sumadi, SE., MSi., Ak, selaku Dosen Pembimbing Akademis (PA)
Program Studi Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Udayana.
6. Bapak Made Arya Amitaba, MM., selaku Direktur Utama PT. BPR Sukawati
Pancakanti Kantor Pusat yang telah memberi izin untuk melaksanakan penelitian.
7. Seluruh Pegawai PT. BPR Sukawati Pancakanti Kantor Pusat khususnya Bagian
Kredit yang telah banyak memberikan masukan dalam penyusunan tugas akhir ini.
8. Orang tua yang telah memberikan dukungan moral dan nasihat selama masa
perkuliahan.
9. Teman-teman Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Udayana angkatan 2013 yang telah memberikan semangat dan dukungan selama
penyusunan Tugas Akhir Studi ini.
Akhir kata, penulis berharap saran dan kritik membangun dari pembaca untuk
menyempurnakan laporan ini. Dan semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Denpasar, Mei 2016
v
Judul : Prosedur Penanganan Kredit Bermasalah pada PT BPR Sukawati Pancakanti Nama : I Gusti Ayu Agung Gita Ismayanti
Nim : 1306013004
ABSTRAK
Penanganan kredit bermasalah merupakan suatu langkah yang diambil oleh setiap Bank Prekreditan Rakyat (BPR) dalam hal menangani kredit yang mengalami masalah pembayaran yang disebabkan oleh debitur ingkar janji atau tidak memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian baik jumlah maupun waktu yang telah disepakati bersama. Semakin tinggi tingkat verifikasi bank perkreditan rakyat dalam penyaluran kredit sehingga dapat menekan terjadinya kredit bermasalah.
Dalam penelitian ini, jenis data yang dipakai adalah data kualitatif. Sumber data yang dipakai adalah data primer dana sekunder. Proses pengumpulan data melalui metode observasi dan wawancara. Tehnik analisis data yang dipakai data yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik deskripsi komparatif.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa apabila terjadi kredit bermasalah pada suatu bank dibutuhkan prosedur penganan kredit bermaslah tersebut guna menekan kerugian yang dialami oleh pihak bank. Dengan mempelajari teori dibangku kuliah dan melakukan suatu penelitian di PT. BPR Sukawati Pancakanti, penanganan kredit bermasalah yang diterapkan oleh PT. BPR Sukawati Pancakanti belum sesuai dengan teori yang ada.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL... i
LEMBAR PENGESAHAN... ii
KATA PENGANTAR... iii
ABSTRAK………... v
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR LAMPIRAN... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Tujuan Penelitian………... 4
1.3 Kegunaan Penelitian……... 4
1.4 Sistematika Penulisan... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori…... 7
2.1.1 Pengertian BPR………... 7
2.1.2 Pengertian Prosedur………... 8
vii
2.1.4 Unsur-Unsur Kredit…………... 10
2.1.5 Fungsi Kredit………... 12
2.1.6 Jenis Kredit……….. 15
2.1.7 Prinsip Dalam Pemberian Kredit………. 19
2.1.8 Definisi Kredit Bermasalah……….. 20
2.1.9 Penyebab Timbulnya Kredit Bermasalah………. 21
2.1.10 Upaya Penanganan Kredit Bermasalah……….. 22
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian... 24
3.2 ObyekPenelitian……….... 24
3.3 Identivikasi Variabel……….. 24
3.4 Definisi Operasional Variabel……… 24
3.5 Jenis dan Sumber Data……….. 25
3.6 Responden Penelitian……… 25
3.7 Metode Penentuan Sampel……… 25
3.8 Metode Pengumpulan Data……….. 26
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Daerah/Deskripsi Hasil Penelitian………… 27
4.1.1 Sejarah Perusahaan……… 27
4.1.2 Struktur Organisasi dan Uraian Jabatan……… 28
4.1.3 Jenis-jenis Produk yang Ditawarkan……… 35
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian………... 42
4.2.1 Prosedur Penanganan Kredit Bermasalah………. 42
4.2.2 Perbedaan antara Prosedur Penanganan Kredit Bermasalah di PT. BPR Sukawati Pancakanti dengan Teori……… 44
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan……… 46
5.2 Saran……….. 46
DAFTAR RUJUKAN
ix
DAFTAR GAMBAR
NO. Gambar Halaman
1.1 Jumlah Kredit Bermasalah Pada
PT. BPR Sukawati Pancakanti……… 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Di Bali saat ini banyak permasalahan yang terjadi di dalam dunia perbankan yaitu
salah satunya terjadinya kredit bermasalah. Keberadaan kredit bermasalah sering terdengar
di beberapa Bank Perkreditan Rakyat yang senantiasa karena kurang ketelitian dari pihak
bank dalam memberikan para dibiturnya untuk mendapatkan kredit yang tidak sesuai
dengan kemampuannya, sehingga menimbulkan fasilitas kredit menjadi macet.
Terjadinya kredit macet, selain akibat dari nakalnya para dibitur yang berindikasi
tidak mau membayar kewajibannya, juga diakibatkan karena prosudur pemberian kredit
yang tidak sesuai atau menyimpang dari standar peraturan bank tersebut. Sebenarnya ada
dua factor yang menimbulkan kredit macet diantaranya faktor intern bank dan factor
ekstern bank. Keadaan perekonomian di kalangan masyarakat yang semakin melemah
merupakan suatu factor ekstern terjadinya kemacetan kredit, namun disisi lain terjadinya
sistem pengawasan yang lemah, prosudur penyaluran kredit yang tidak jelas, pemisahan,
wewenang dari para pegawai yang tidak tegas, pegawai yang kurang kompeten merupakan
bagian dari factor intern yang menyebabkan terjadinnya kredit macet pada bank perkreditan
rakyat.
Salah satu bank perkreditan rakyat yang memberikan kredit terhadap dibitur yaitu
PT Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Sukawati Panca Kanti. Selain itu PT Bank Perkreditan
ii
masyarakat (nasabah) yaitu diantaranya: berupa produk tabungan, deposito, maupun produk
lain, seperti: western union, pembayaran listrik, pembayaran telepon, pembayaran PDAM,
dan Pick Up Service. Pada awalnya PT. BPR Sukawati Pancakanti yang lebih dikenal
dengan sebutan BPR Kanti, berdiri dengan akte notaris nomor 151 tanggal 27 September
1989 notaris I Putu Chandra, SH. Akte pendirian/anggaran dasar telah mendapat
pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya
Nomor : C2-10594.HT.01.01. TH 1989 tertanggal 18 Nopember 1989 berkedudukan di
Kecamatan Sukawati, Kabupaten Daerah Tingkat II Gianyar, Propinsi Bali. Dengan ijin
prinsip dari Departemen Keuangan Republik Indonesia Nomor : S-1029/MK.13/1989
tertanggal 25 Agustus 1989. Keberadaan BPR Kanti berupaya meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat, khususnya usaha mikro dan kecil, selain itu bertujuan dalam memenuhi
kebutuhan kredit yang tidak terjangkau dari Bank Umum.
Para nasabah yang telah memperoleh fasilitas kredit dari BPR Kanti akan tetapi
tidak seluruhnya mampu untuk membayar kewajiban hutangnya dengan lancar sesuai
perjanjian kredit atau perjanjian hutang piutang yang telah disepakati diawal permohonan
kredit. Didalam pemberian kredit oleh BPR Kanti sering menimbulkan resiko akan
kemungkinan adanya nasabah yang tidak membayar angsuran kredit baik pokok maupun
angsurannya, terkadang nasabah hanya membayar bunga tapi tidak dibarengi dengan
membayar angsuran pokoknya maupun sebaliknya, nasabah melakukan pembayaran tidak
tepat pada jatuh tempo pembayaran.
Tabel 1.1
Jumlah Kredit Bermasalah Pada PT. BPR Sukawati Pancakanti Bulan Januari s/d Maret Tahun 2016
(Dalam Rupiah)
Bulan
Jumlah kredit yang direalisasi
NPL (%)
Jumlah kredit yang bermasalah
Januari 211.303.903.587,03 4,87% 10.300.171.553,83
Pebruari 211.922.696.082,23 8,46% 17.936.923.518,42
Maret 211.231.706.268,77 5,75% 12.143.587.492,66
Sumber: PT. BPR Sukawati Pancakanti 2016
Melihat dari tabel 1.1 diatas dapat dijelaskan bahwa pada bulan Januari ke bulan Pebruari
jumlah kredit yang bermasalah mengalami peningkatan sebesar 3,59%, sedangkan dari
bulan Pebruari ke bulan Maret jumlah kredit bermasalah mengalami penurunan sebesar
2,71%. Hal ini dapat mengakibatkan tersendatnya perkreditan perusahaan dan dapat
mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian. Sehingga dengan semakin sedikitnya
terjadinya kredit bermasalah maka semakin sedikit jumlah kerugian perusahaan, begitu juga
iv
Berdasarkan dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat judul
penelitian yaitu “Prosudur Penanganan Kredit Bermasalah Pada PT. BPR Sukawati Pancakanti”.
1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengetahui bagaimanakah prosudur penanganan kredit bermasalah pada PT BPR Sukawati Panca Kanti ?
1.3 Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, penelitian ini diharapkan agar dapat
memberikan kegunaan sebagai berikut:
1. Kegunaan Bagi Mahasiswa
Bagi mahasiswa, penelitian ini dapat memeberikan informasi yang bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan tentang prosedur penanganan kredit bermasalah
pada perusahaan. Serta dapat membandingkan antara teori yang di dapat
diperkuliahan dan penerapannya di BPR Sukawati Pancakanti.
Bagi instansi, penanganan kredit bermasalah ini diharapkan dapat memberikan
tambahan informasi dan masukan dalam menentukan kebijakan untuk
menyelesaikan kredit bermasalah
1.4 Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini terdiri dari beberapa bab yang disusun secara berurutan,
sehingga antara sub bab dengan sub bab lainnya mempunyai hubungan yang sistematis,
sistematika penulisan penelitian ini akan diuraikan secara ringkas meliputi lima bab sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini akan menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan
permasalahan, tujuan penelitian manfaat penelitian, dan sistematika
penelitian.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisiskan uraian teori yang berhubungan dengan penenganan kredit
bermasalah pada umumnya, dan berisi penanganan kredit bermasalah pada
vi
BAB III METODELOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan metode penelitian yang dipakai dalam mendukung
proses penelitian yang meliputi metode penelitian, teknik penelitian, teknik
pengumpulan data, dan objek penelitian.
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisiskan tentang data-data yang diperoleh di PT. BPR Sukawati
Pancakanti, serta mengetai prosudur dalam penanganan kredit bermasalah.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan dari hasil penelitian
yang telah dilakukan dan saran-saran yang diperlukan maupun dianggap
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian BPR
Pada khususnya telah begitu banyak tersebarnya BPR yang perkembangannya
cukup pesat. Perkembanghan ini dapat terlihat dengan adanya BPR yang tersebar di daerah
kabupaten kota. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1993 Pasal 1
tentang perbankan, menyebutkan pengertian Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yaitu:
“Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk depositi berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu”
Selain itu menurut Kasmir (2014:33), menyebutkan BPR adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran. Artinya disini kegiatan
BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank pada umumnya. Akan
tetapi dengan adanya BPR masyarakat yang mempunyai uang sisa pemenuhan kebutuhan
sehari-hari akan melakukan investasi atau pun menyimpan dalam bentuk tabungan.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan salah satu jenis bank yang dikenal
umumnya dekat dengan masyarakat yang membutuhkan. Adapun jenis layanan yang
diberikan oleh BPR adalah menghimpun dana masyarakat dalam bentuk diposito
berjangka,memberikan kredit dalam bentuk kredit modal kerja, menyediakan pembiayaan
bagi nasabah, dan menempatkan dana dalam bentuk sertifikat Bank Indonesia .
2.1.2 Pengertian Prosedur
Prosedur merupakan suatu patokan dalam kegiatan yang terlaksana. Tanpa adanya
prosedur yang pasti maka segala kegiatan pada akhirnya tidak akan berjalan semaksimal
mungkin sesuai dengan perencanaan. Seperti yang diungkapkan oleh Ardiyos dalam Putri
(2010) arti dari “Prosedur adalah suatu bagian sistem yang merupakan rangkaian tindakan
yang menyangkut beberapa orang dalam satu atau beberapa bagian yang ditetapkan untuk
menjamin agar suatu kegiatan usaha untuk transaksi dapat terjadi berulangkali dan
dilaksanakan secara seragam.” Sedangkan menurut Nafarin dalam Putri (2010) definisi dari
“Prosedur merupakan suatu urutan-urutan seri tugas yang saling berhubungan yang
diadakan untuk menjamin pelaksanaan kerja yang seragam.”
Dari pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa prosedur merupakan
serangkaian tindakan atas transaksi dilakukan beberapa orang yang secara berulang-ulang
yang dilakukan secara seragam dengan tahapan-tahapan yang saling berhubungan.
2.1.3 Pengertian Kredit
Dana yang digunakan oleh bank dalam memberikan kredit kepada debitur berasal
dari simpanan masyarakat pada bank tersebut baik yang berupa tabungan maupun deposito.
besarnya rata-rata bunga simpanan masyarakat pada bank tersebut. Keuntungan bank
berasal dari spread yang didapat antara bunga kredit dan bunga simpanan, oleh karena itu
kredit dapat dikatakan sebagai kegiatan usaha perbankan yang paling utama karena bank
memperoleh pendapatannya sebagian besar berasal dari bunga kredit. Menurut Veithzal
Rivai dan Andria Permata Veithzal (2006: 4), menyebutkan kredit adalah penyerahan
barang, jasa, atau uang dari satu pihak (kreditor/atau pemberi pinjaman) atas dasar
kepercayaan kepada pihak lain (nasabah atau pengutang/borrower) dengan janji membayar
dari penerima kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati kedua belah
pihak. Selain pengertian kredit di atas, menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10
Tahun1998 dalam Kasmir (2014: 85), kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam melunasi hutangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Dari beberapa pemaparan di atas terlihat bahwa yang wajib dilakukan oleh debitur
atas kredit yang diperolehnya adalah selain harus melunasi utangnya juga harus membayar
bunga serta biaya-biaya lain yang timbul sehubungan dengan perjanjian kredit yang telah
disepakati di awal. Maka dari itu tidak benar pandangan orang awam yang mengatakan
bahwa kredit memiliki pengertian yang sama dengan utang karena diantara keduanya
terdapat perbedaan, seperti yang disebutkan oleh Sukatendel ( 2007: 132 ) sebagai berikut :
1. Pembayaran kredit dilakukan dengan cara mengangsur, sedangkan utang pembayarannya dapat dilakukan dengan cara mengangsur ataupun secara tunai; 2. Kredit ditentukan tujuan penggunaan uang yang akan dipinjam yang dimasukkan ke
dan tidak perlu dibuat perjanjianyang mengatur tentang penentuan tujuan penggunaan uang;
3. Pada kredit ditentukan bunga, imbalan atau bagi hasil atas pinjaman yang ditentukan, sedangkan pada utang bunga tidak ditentukan bila tidak; diperjanjikan, bahkan kadang kala utang piutang dapat terjadi tanpa bunga;
4. Di dalam kredit adanya jaminan yang menjadi ukuran seseorang dapat membayar utangnya di bank, jaminan ini dapat berbentuk materiil maupun immateriil, sedangkan dalam utang jaminan biasanya digunakan hanya untuk sebatas pengaman saja bila diperlukan, tetapi biasanya tidak diperlukan;
5. Pemberian kredit hanya dapat dilakukan oleh lembaga perbankan, koperasi, lembaga pembiayaan, dengan peraturan khusus yang mengatur tentangnya, sedangkan kredit yang dilaksanakan oleh rentenir tidak memiliki dasar hukum, bahkan kegiatan tersebut dilarang oleh hukum karena menghilangkan nilai-nilai kemanusiaan. Pemberian utang, setiap individu dapat melakukannya;
6. Di dalam kredit terdapat perjanjian campuran seperti perjanjian pemberian kuasa, sedangkan di dalam utang adalah murni perjanjian pinjam-meminjam.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipaparkan kembali bahwa kredit merupakan
proses peminjaman uang dari satu pihak ( kreditur/ pemberi pinjaman) atas dasar
kepercayaan terhadap pihak lain (nasabah) dengan mengadalkan kesepakatan pinjam
meminjam sertan melunasi hutangnya sesuai jangka waktu yang telah ditentukan dengan
pemberian bunga.
2.1.4 Unsur-Unsur Kredit
Seperti telah dipaparkan diatas bahwa kredit berarti sebuah kepercayaan, dimana
kepercayaan tersebut dari bank selaku kreditur untuk memberikan pinjaman kepada debitur
dimana debitur akan mengembalikan seluruh pinjaman serta bunga yang harus dibayar
kepada kreditur sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati sebelumnya.
kepercayaan tersebut timbul karena terpenuhinya seluruh persyaratan yang ditetapkan oleh
peruntukan kredit, adanya benda jaminan atau agunan dan lain-lain. Adapun suatu
unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian fasilitas kredit menurut Kasmir (2014: 87-88 ),
adalah sebagai berikut:
1. Kepercayaan
Yaitu suatu keyakinan pemberian kredit bahwa kredit yang diberikan berupa uang,
barang atau jasa akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu dimas datang.
Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan
penelitian, penyelidikan tentang nasabah baik secara interen maupun eksteren.
Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap
nasabah pemohon kredit.
2. Kesepakatan
Disamping unsur kepercayaan, didalam kredit juga mengandung unsure
kesepakatan antara si pembemberi kredit si penerima kredit. Kesepakatan ini
dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani
hak dan kewajibannya masing-masing.
3. Jangka Waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini
mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut
bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang.
Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak
tertagihnya pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar risikonya
demikin pula sebaliknya.
5. Balas Jasa
Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atas jasa tersebut yang kita
kenal dengan nama bunga. Balas jasa dengan bentuk bunga dan biaya administrasi
kredit ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan
prinsip syariah balas jasanya ditententukan dengan bagi hasil.
2.1.5 Fungsi Kredit
Suatu kredit dapat dikatakan baik apabila ia dapat bermanfaat bagi debitur secara
tepat guna sehingga dapat memajukan usaha debitur yang berdampak terhadap
meningkatnya kesejahteraan debitur tersebut. Tepat guna di sini dapat diartikan bahwa
jumlah nominal plafond kredit yang diterima oleh debitur adalah sesuai kebutuhannya,
karena apabila jumlahnominal plafond yang diterima tidak mencukupi kebutuhannya maka
debitur tidak dapat meningkatkan perputaran usaha sesuai tujuannya pada waktu
berlebihan, maka hal tersebut juga tidak baik karena dapat berdampak bagi kebutuhan
konsumtif debitur yang tadinya tidak direncanakan menjadi ada.
Menurut Malayu S.P. Hasibuan ( 2004: 88), menjelaskan fungsi kredit bagi
masyarakat adalah untuk :
1) Menjadi motivator dan dinamisator peningkatan kegiatan perdagangan dan perekonomian;
2) Memperluas lapangan kerja bagi masyarakat; 3) Memperlancar arus barang dan arus uang; 4) Meningkatkan hubungan internasional; 5) Meningkatkan produktivitas dana yang ada; 6) Mengingkatkan daya guna barang;
7) Meningkatkan kegairahan berusaha masyarakat; 8) Memperbesar modal kerja perusahaan;
9) Meningkatkan “income per capita” masyarakat; dan
10) Mengubah cara berpikir atau cara bertindak masyarakat untuk lebih ekonomis.
Selain itu Thomas Suyatno (2007: 16-17), berpendapat bahwa fungsi kredit
perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain sebagai berikut:
1. Kredit pada hakikatnya dapat meningkatkan daya guna uang; 2. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu-lintas uang; 3. Kredit dapat pula meningkatkan daya guna dan peredaran barang; 4. Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi;
5. Kredit dapat meningkatkan kegairahan usaha; 6. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan;
Begitu juga dengan yang dipaparkan oleh Kasmir (2014: 89-90), menyebutkan
kalau fungsi kredit terdiri dari:
1. Untuk meningkatkan daya guna uang
Dengan adayana kredit dapat meningkatkan daya guna uang maksudnya jika uang
hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikan
kredit tersebut menjadi guna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima
kredit.
2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke
wilayah lain sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit
maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.
3. Untuk meningkatkan daya guna barang
Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si debitur untuk mengelola
barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.
4. Meningkatkan peredaran barang
Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari satu wilayah ke
wilayah lainnya sehingga jumlah barang yang beredar dari satu wilayah ke wilayah
lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah barang yang beredar.
Dengan memberikan kredit dapat dikatan sebagai stabilitas ekonomi karena dengan
adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang dperlukan oleh
masyarakat.
6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha
Bagi si penerima kredit tentu dapatmeningkatkan kegairahan berusaha, apalagi bagi si
nasabah yang memegang modalnya pas-pasan.
7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan
Semakin banyak kredit yang disalurkan, akan semakin baik, terutama dalam hal
meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit diberikan untuk membangun pabrik,
maka pabrik tersebut tentu menumbuhkan tenaga kerja sehingga dapat pula mengurangi
pengangguran. Disamping itu bagi masyarakat sekitar pabrik juga akan dapat
meningkatkan pendapatannya seperti membuka warung atau menyewakan rumah
kontrakan atau jasa lainnya.
8. Untuk meningkatkan hubungan internasional
Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antara
si penerima kredit dengan si pemberi kredit. Pemberian kredit oleh Negara lain akan
meningkatkan kerjasama dibidang lainnya.
Sesuai dengan pemaparan diatas bahwa sebenarkan fungsi kredi merupakan sebagai
peningkatan kegairahan usaha, menambah peredaran uang, pemerataan pendapatan,
2.1.6 Jenis Kredit
Karena terdapat begitu banyaknya kredit yang beredar di masyarakat maka apabila
kita ingin membicarakan mengenai jenis-jenis kredit harus digunakan tolak ukur atau acuan
atas kredit tersebut, yang kesemuanya itu tergantung dari sudut pandang mana kita melihat
kredit itu. Secara umum jenis-jenis kredit menurut Kasmir (2014: 90-93), dapat dilihat dari
berbagai segi antara lain:
1. Dilihat dari segi kegunaan
(1). Kredit Investasi
Biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek atau
pabrik baru untuk keperluan rehabilitasi. Contoh kredit investasi misalnya untuk
membangun pabrik atau membeli mesin-mesin.
(2). Kredit Modal Kerja
Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam oprasionalnya. Sebagai
contoh kredit modal kerja seperti diberikan untuk membeli bahan baku, membayar
gaji pegawai atau karyawan, atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses
produksi perusahaan.
2. Dilihat dari segi tujuan kredit
Kredit yang digunakan untuk meningkatkan usaha atau produksi atau investasi.
Kredit ini diberikan agar dapat menghasilkan suatu barang dan jasa. Contohnya
kredit untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang dan
kredit pertanian akan menghasilkan produk pertanian, kredit pertambangan akan
menghasilkan barang tambang, atau kredit industry akan menghasilkan barang
industry.
(2). Kredit Konsumtif
Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada
pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang dipakai oleh
seseorang atau badan usaha. Contohnya kredit untuk membangun rumah, kredit
kendaraan pribadi, kredit prabotan rumah tangga dan kredit konsumtif lainnya.
(3). Kredit Perdagangan
kredit yang digunakan untuk perdagangan, seperti untuk membeli barang
dagangannya yang membayarnya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan
tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada suplayer atau agen-agen perdagangan
yang akan membeli barang dalam jumlah besar.contohnya kredit ekspor dan inpor.
3. Dilihat dari segi jangka waktu
(1). Kredit Jangka Pendek
Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kuran dari satu tahun atau paling
untuk perternakan misalnya kredit perternakan ayam atau jika untuk pertania
misalnya tanaman padi atau palawija.
(2). Kredit Jangka Menengah
Jangka waktu kreditnya berkisar antara satu tahun sampai dengan tiga tahun dan
biasanya untuk investasi. Sebagai contoh kredit untuk pertanian seperti jeruk, atau
perternakan kambing.
(3). Kredit Jangka Panjang
Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka
panjang waktu pengembaliannya diatas tiga tahun sampai dengan lima tahun.
Biasanya kredit ini digunakan untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan
karet, kelapa sawit, atau manufaktur dan untuk kredit konsumtif seperti kredit
perumahan.
4. Dilihat dari segi jaminan
(1). Kredit dengan jaminan
Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan tersebut dapat berbentuk
barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang. Artinya seperti kredit
yang dikeluarkan atau dilindungi senilai jaminan yang diberikan oleh calon debitur.
Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit
jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan karakter serta loyalitas atau
nama baik si calon debitur selama ini.
5. Dilihat dari sector usaha
(1). Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau
perkebunan rakyat. Sektor uasaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka
panjang .
(2). Kredit peternakan, dalam hal ini untuk jangka pendek misalnya peternakan
ayam dan jangka panjang kambing atau sapi.
(3). Kredit industri, yaitu kredit untuk membiayai industri kecil, menengah atau
besar.
(4). Kredit pertambangan, jenis usaha tambang yang dibiayainya biasanya dalam
jangka panjang, seperti tambang mas minyak atau timah.
(5). Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana
dan perasana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa.
(6). Kredit profesi, diberikan kepada para professional seperti, dosen, dokter atau
pengacara.
(7). Kredit perumahan yaitu kredit untuk membiayai pembanguanan atau pembelian
(8). Dan sector-sektor lainnya.
2.1.7 Prinsip Dalam Pemberian Kredit
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa jaminan utama dalam pemberian kredit
adalah keyakinan. Menurut Hermansyah ( 2008: 65), pada dasarnya pemberian kredit oleh
bank kepada nasabah berpedoman kepada dua prinsip, yaitu :
a. Prinsip Kepercayaan
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pemberian kredit oleh bank kepada nasabah
debitur selalu didasarkan kepada kepercayaan. Bank mempunyai kepercayaan
bahwa kredit yang diberikannya bermanfaat bagi nasabah debitur sesuai dengan
peruntukkannya, dan terutama sekali bank percaya nasabah debitur yang
bersangkutan mampu melunasi utang kredit beserta bunga dalam jangka waktu yang
telah ditentukan.
b. Prinsip Kehati-hatian
Bank dalam menjalankan kegiatan usahanya, termasuk pemberian kredit kepada
nasabah debitur harus selalu berpedoman dan menerapkan prinsip kehati-hatian.
Prinsip ini antara lain diwujudkan dalam bentuk penerapan secara konsisten
berdasarkan itikad baik terhadap semua persyaratan dan peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan pemberian kredit oleh bank yang bersangkutan.
Kredit bermasalah merupakan salah satu upaya pemberian suatu fasilitas kredit yang
terdapat sebuah tantatangan yaitu terjadinya suatu kemacetan. Hal ini menyebabkan kredit
tidak lancar dan tidak dapat ditagih sehingga menyebabkan kerugian yang dialami. Sepintar
apapun dalam hal analisis kredit yang dilangsungkan dalam mengevaluasi permohonan
kredit, kemungkinan akan terjadi sebuah kredit bermasalah dan tidak lepas dari
permasalahan-permasalahan lainnya. Sejalan dengan pemaparan Mahmoeddin (2002:2),
kredit bermasalah adalah kredit dimana debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang telah
dijanjikan sebelumnya, misalnya persyaratan mengenai pembayaran bunga, pengambilan
pokok pinjaman, meningkatkan margin deposit, dan peningkatan agunan.
Suatu kredit dikatakan bermasalah atau macet karena pihak debitur ingkar janji atau
tidak memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian baik jumlah maupun waktu,
(Marntayborbir, 2002:23). Selain itu kredit yang bermasalah terlihat ketika tidak
ditepatinya atau tidak memenuhi ketentuan yang tercantum dalam perjanjian kredit, yaitu
apabila dibitur selama tiga berurutan tidak membayar angsuran beserta bunganya.
Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat dipaparkan kembali bahwa suatu kredit
bermasalah yaitu terjadinya ingkar janji atau tidak terpenuhinya perjanjian yang telah
disepakati sebelumnya antar pemohon maupun pemberi kredit (kreditur).
2.1.9 Penyebab Timbulnya Kredit Bermasalah
Terjadinya suatu kredit bermasalah, sebenarnya tidak akan terjadi secara tiba-tiba,
namun melalui suatu proses. Bahkan kredit yang bermasalah telah melewati beberapa bulan
sesungguhnya dapat disebabkan oleh pihak kreditur (bank) maupun debitur. Faktor-faktor
penyebab kredit bermasalah yang merupakan kesalahan dari pihak kreditur adalah karena
kelalaian bank menjalankan peraturan perkreditan yang telah berlangsung, terlalu mudah
memberikan kredit, yang disebabkan karena tidak ada patokan yang jelas tentang standar
kelayakan permintaan kredit yang diajukan, konsentarasi dana kredit pada sekelompok
debitur atau sector usaha yang beresiko tinggi, kurang memadai jumlah eksekutif dan staf
bagian kredit yang berpengalaman, lemahnya bimbingan dan pengawasan pimpinan kepada
para eksekutif dan staf bagian kredit, jumlah pemberian kredit yang melampaui batas
kemampuan bank, dan lemahnya kemampuan bank mendeteksi kemungkinan timbulnya
kredit bermasalah termasuk mendeteksi arah perkembangan arus kas. Selain itu penyebab
dari terjadinya kredit bermasalah disebabkan oleh kesalahan pihak debitur adalah karena
menurunnya kondisi usaha bisnis perusahaan, yang disebabkan merosotnya kondisi
ekonomi umum dan bidang usaha dimana mereka beroperasi yang diakibatkan oleh adanya
salah urus dalam pengelolaan usaha, adanya problem keluarga, kegagalan debitur dalam
bidang usaha, kejadian diluar kekuasaan debitur, serta perilaku buruk debitur.( Sutojo,
1999: 334).
2.1.10 Upaya Penanganan Kredit Bermasalah
Dalam upaya penangan suatu kredit yang bermasalah secara khus dapat dilakukan
melalui jalur hukum atau lembaga hukum. Sesuai dengan keadaan tersebut, sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku terdapat beberapa lembaga dan berbagai
Penanganan kredit bermasalah menurut Kasmir (2014: 110-111), yaitu dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
1. Rescheduling
a. Memperpanjang jangka waktu kredit
Dalam hal ini si debitur diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu kredit
misalnya perpanjangan jangka waktu kredit dari 6 bulan menjadi 1 tahun sehingga
si debitur mempunyai waktu yang lebih lama untuk mengembalikannya.
b. Memperpanjang jangka waktu angsuran
Memperpanjang angsuran hampir sama dengan jangka waktu kredit. Dalam hal ini
jangka waktu angsuran kreditnya diperpanjang pembayarannya pun misalnya dari
36 kali menjadi 48 kali dan hal ini tentu saja jumlah angsuran pun menjadi mengecil
seiring dengan pertambahan jumlah angsuran.
2. Reconditioning
Dengan cara mengubah berbagai persyaratan yang ada seperti berikut ini.
a. Kapitalisasi bunga, yaitu bunga dijadikan utang pokok.
b. Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu.
Dalam hal penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu, maksudnya hanya
bunga yang dapat ditunda pembayarannya, sedangkan pokok pinjamannya tetap harus
dibayar seperti biasa.
c. Penurunan suku bunga
d. Pembebasan bunga
Dalam pembebasan bunga diberikan kepada nasabah dengan pertimbangan nasabah
sudah akan mampu lagi membayar kredit tersebut. Akan tetapi, nasabah tetap
mempunyai kewajiban untuk membayar pokok pinjamannya sampai lunas.
3. Restructuring
a. Dengan menambah jumlah kredit
b. Dengan menambah equity
- dengan menyetor uang tunai
- tambahan dari pemeilik
4. Kombinasi
Merupakan kombinasi dari ketiga jenis yang diatas.
5. Penyitaan jaminan
Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah benar-benar tidak
mempunyai etiket, baik ataupun sudah tidak mampu lagi untuk membayar semua