• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII-B SMP NEGERI 1 BABAT TENTANG PENCEMARAN LINGKUNGAN MELALUI MODEL TALKING STICK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII-B SMP NEGERI 1 BABAT TENTANG PENCEMARAN LINGKUNGAN MELALUI MODEL TALKING STICK"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

25

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII-B SMP NEGERI 1 BABAT TENTANG PENCEMARAN LINGKUNGAN MELALUI MODEL TALKING STICK

Mujianto

SMP Negeri 1 Babat Lamongan

Abstract: Environmental pollution material is one of the natural science subject matter which is considered not too difficult for students, but if it is not taught with an interesting method, this material becomes boring, so it is less attractive to students. The learning process of the material is not taught using learning methods that pay attention to students' scientific attitudes. From the results of the evaluation of environmental pollution material from 30 students of class VII-B there were only 8 students who were complete or 26.67% of students who were complete and there were still 22 students who were incomplete or there were 73.33% who were not yet finished. ) To find out the improvement of teacher skills in learning science. (2) To find out the increase in student activity in science learning (3) To find out the increase in student learning outcomes after the Talking stick model is applied. The subjects of this study were students of class VII-B of SMP Negeri 1 Babat in the academic year 2019/2020. place of research in SMP Negeri 1 Babat, Babat District. This study uses a classroom action research model with each cycle including planning (action), action (action), observation (observation), and reflection (reflection). Science learning through talking stick models in class VII- B SMP Negeri 1 Babat can improve teacher skills. Science learning through talking stick models in class VII-B SMP Negeri 1 Babat can increase student activity. Science learning through talking stick models in class VII-B SMP Negeri 1 Babat can improve student learning outcomes. This can be seen from the observational data on the learning of science cycle I the average value of the evaluation results of students amounted to 70.76 with the highest value of 90 and the lowest value of 40.

Completeness of learning outcomes obtained in the first cycle of 63.33%. In the implementation of the second cycle, the average value obtained was 81.33 with the highest value of 100 and the lowest value of 60. The completeness of the learning outcomes obtained in the second cycle was 90.00%.

Keywords: Learning Outcomes, Talking Sticks, Pollution

A. Pendahuluan

Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin Scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi kemudian berkembang menjadi Ilmu Pengetahuan Alam atau sains.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan pembelajaran yang menghubungkan pengetahuan dengan alam. Kegiatan pembelajaran IPA hendaknya dilaksanakan secara terpadu sesuai dengan Permendiknas No. 22 tahun 2006, karena melalui pembelajaran IPA terpadu, siswa dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk mencari, menyimpan dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Pembelajaran IPA di sekolah dimaksudkan untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada

siswa.Salah satu fungsi dan tujuan dari mata pelajaran IPA adalah siswa dapat memperoleh pengalaman dalam penerapan metode ilmiah melalui eksperimen sehingga siswa terlatih untuk bersikap ilmiah (Istikomah et al., 2010).

Sikap ilmiah penting bagi siswa karena dapat meningkatkan daya kritis siswa terhadap fenomena alam yang dihadapi, sehingga dalam menyikapi permasalahan tidak hanya mengandalkan pengetahuan teoritis saja tetapi harus disertai dengan sikap ilmiah yang menjadi tolok ukur tingkat pemahaman yang dimiliki siswa (Wahyudiati, 2010).

Indikator sikap ilmiah secara keseluruhan ada 9, yaitu sikap ingin tahu, sikap ingin mendapat sesuatu yang baru, sikap kerja sama, sikap tidak putus asa, sikap tidak berprasangka, sikap jujur, sikap bertanggung jawab, sikap berfikir bebas,

(2)

dan sikap kedisiplinan diri (Harlen dalam Anwar, 2009)

Peningkatan scientific attitude (sikap ilmiah) dapat berlangsung jika pengajaran sains dilakukan dengan mengurangi peran guru dalam ceramah dan meningkatkan peran siswa dalam pembelajaran IPA secara langsung (scientific activities). Kegiatan tersebut mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran seperti pengamatan, pengujian, dan penelitian.

Menurut Harlen, sebagaimana dikutip oleh Anwar (2009), peranan guru untuk menumbuhkan sikap ilmiah siswa adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan sikap ilmiah.

Keterlibatan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran IPA dimaksudkan agar dapat menumbuh kembangkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah (Umahet al., 2014).Untuk itu diperlukan metode pembelajaran yang mendukung hal tersebut.

Salah satu metode pembelajaran yang memandang bahwa belajar IPA harus mencerminkan sikap ilmiah dalam memecahkan masalah melalui metode ilmiah adalah model Talking stick. Metode pembelajaran tersebut berbasis konstuktivistik yang berpusat pada siswa (student cantered) serta dikembangkan sesuai dengan hakikat sains sebagai proses, produk dan sikap (Suciatiet al., 2014).

Talking stick merupakan metode pembelajaran yang berpusat pada siswa sebagai salah satu inovasi untuk mudahan tercapainya tujuan pembelajaran. Model Talking stick adalah metode pembelajaran dengan bantuan tongkat, seseorang yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya (Suprijono, 2014:109-110). Metode pembelajaran tersebut dilakukan dengan game (permainan) yang bertujuan untuk memperkuat struktur kognitif siswa serta menumbuhkan sikap ilmiah siswa. metode pembelajaran tersebut menekankan keahlian dalam menerapkan metode ilmiah yang dilandasi oleh sikap ilmiah, sehingga diharapkan siswa dapat melakukan

pembelajaran penemuan secara mandiri (free inquiry), belajar bermakna (meaningful learning), dan belajar dengan melakukan (learning by doing).Metode pembelajaran tersebut memiliki beberapa keunggulan yaitu menguji kesiapan siswa, melatih membaca dan memahami cepat, menumbuhkan partisipasi siswa selama pembelajaran, terwujudnya pembelajaran yang menyenangkan karena ada unsur bermain, dan melatih siswa berlatih berbicara didepan siswa yang lain (Huda, 2013:225). Penggunaan metode pembelajaran juga harus disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Pada pembelajaran IPA, pemilihan materi pada salah satu metode pembelajaran harus disesuaikan dengan keadaan kurikulum yang digunakan di SMP tersebut.

Pelajaran IPA di SMP yang menggunakan Kurikulum 2013 terdiri dari beberapa materi pelajaran, salah satunya adalah materi pencemaran dan kerusakan lingkungan. Materi pencemaran dan kerusakan lingkungan merupakan materi IPA yang diajarkan di kelas VII semester II. Materi tersebut dapat dipadukan dengan materi pengenalan bahan kimia yang disatukan menjadi tema pencemaran lingkungan. Keterpaduan antara materi biologi dan kimia disesuaikan dengan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik yaitu mengaplikasikan peran manusia dalam mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan. Materi pencemaran lingkungan sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Siswa harus memahami materi ini dengan baik agar mereka mengetahui definisi pencemaran lingkungan, penyebab dan dampaknya serta cara penanggulangannya. Materi pencemaran lingkungan merupakan salah satu materi pelajaran IPA yang dianggap tidak terlalu susah bagi siswa, akan tetapi apabila tidak diajarkan dengan metode yang menarik menjadikan materi ini menjadi membosankan, sehingga kurang diminati oleh siswa. Proses pembelajaran materi tersebut kurang diajarkan menggunakan metode pembelajaran yang memperhatikan sikap ilmiah siswa.

Dari hasil evaluasi pada materi

(3)

pencemaran lingkungan dari 30 siswa kelas VII-B hanya terdapat 8 siswa yang tuntas atau 26,67% siswa yang tuntas dan masih ada 22 siswa yang belum tuntas atau terdapat 73,33% yang belum tuntas.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dilakukan penelitian eksperimen di SMP Negeri 1 Babat mengingat model Talking stick belum diterapkan di sekolah tersebut. Penelitian yang diperlukan yaitu tentang penggunaan model Talking stick pada tema pencemaran lingkungan sehingga dapat berpengaruh terhadap hasil belajar dan sikap ilmiah siswa. Rumusan masalah yang diketengahkan dalam penelitian ini adalah:

(1) Apakah model Talking stick dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPA? (2) Apakah model Talking stick dapat meningkatkan aktivitas siswa SMP Negeri 1 Babat dalam pembelajaran? (3) Apakah model Talking stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMP Negeri 1 Babat pada Tema Pencemaran lingkungan?

B. Metode Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas dimana subjek dalam penelitian ini adalah seorang guru dan siswa Kelas VII- B SMP Negeri 1 Babat. Jumlah siswa sebanyak 30 yang terdiri atas 15 siswa putra dan 15 siswa putri. Tempat penelitian berlangsung adalah SMP Negeri 1 Babat yang beralamat Jalan Raya no. 01 Babat-Lamongan, Waktu penelitian berlangsung pada bulan Januari dan Februari 2020. Langkah- Langkah PTK yang digunakan secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui dalam melaksanakan penelitian tindakan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut:

Bagan 3.1 prosedur langkah- langkah PTK (Arikunto, 2006:16)

Indikator keberhasilan pada pembelajaran melalui model talking stick dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa Kelas VII-B SMP Negeri 1 Babat sebagai berikut:

1. Keterampilan guru kelas VII-B SMP Negeri 1 Babat dalam pembelajaran IPA melalui model talking stick meningkat dengan kategori sekurang-kurangnya baik (21 ≤ skor < 27,5).

2. Aktivitas siswa Kelas VII-B SMP Negeri 1 Babat dalam pembelajaran IPA melalui model talking stick meningkat dengan kategori sekurang-kurangnya baik (18 ≤ skor < 23,5)

3. Ketuntasan belajar klasikal meningkat sebesar 85% dengan kategori sekurang-kurangnya baik dan ketuntasan individual sebesar sebesar ≥70 dalam pembelajaran IPA.

C. Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua siklus, setiap siklusnya terdiri atas satu pertemuan. Data kualitatif diperoleh berupa hasil observasi terhadap keterampilan guru dan aktivitas selama proses pembelajaran IPA. Data kuantitatif diperoleh dari hasil belajar siswa yang diperoleh di setiap evaluasi pada akhir tiap siklus. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 11 Januari 2020, dan siklus II dilaksanakan pada tanggal 18 Januari 2020. Berikut ini akan dipaparkan hasil penelitian yang terdiri atas observasi keterampilan guru,

(4)

observasi aktivitas siswa, dan hasil belajar IPA melalui model talking stick.

Data hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA semester satu Kelas VII-B SMP Negeri 1 Babat prasiklus diperoleh rata-rata kelas sebesar 61,33. Pada data prasiklus menunjukkan nilai terendah yang diperoleh siswa sebesar 40 dan nilai tertinggi 90, dengan KKM yang telah ditentukan sekolah sebesar 70. Dari 30 siswa, hanya 8 siswa yang mendapatkan nilai memenuhi KKM, dan 22 siswa lainnya mendapatkan nilai di bawah KKM. Presentasi ketuntasan klasikal mata pelajaran IPA sebesar 26,67% dari jumlah keseluruhan siswa Kelas VII-B SMP Negeri 1 Babat Kabupaten Lamongan.

Hasil keterampilan guru dalam pembelajaran IPA melalui model talking stick pada siklus I diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.1 Keterampilan guru siklus I

No. INDIKATOR

Jumlah deskriptor yang

tampak Skor

0 1 2 3 4

1. Guru

mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran

2

2. Guru melakukan apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran

3

3. Guru menjelaskan materi pokok

2

4. Guru membagi dan membimbing kelompok diskusi.

2

5. Guru membahas hasil diskusi dan memberi penguatan.

1

6. Guru memulai model talking stick

1

7. Guru mengajukan pertanyaan.

3

8. Guru merumuskan kesimpulan dan memberikan evaluasi.

2

Jumlah skor 16

Rata-rata 2

Kategori Cukup

Diagram 4.1 Keterampilan Guru Siklus 1 Berdasarkan tabel 4.1 dan diagram 4.1, sebanyak 8 indikator keterampilan guru dalam pembelajaran IPA melalui model talking stick yang diamati pada siklus I memperoleh hasil ketercapaian skor total 16 dengan kategori skala penilaian cukup.

Observsi aktivitas siswa dilakukan observer dengan subjek penelitian pada siklus I sebanyak 30 siswa dengan 7 aspek akivitas siswa yang diamati. Masing- masing aspek dijabarkan secara rinci menjadi 4 deskriptor yang dicantumkan pada lembar observasi.

Berikut data hasil observasi aktivitas siswa pada pembelajaran IPA melalui model talking stick pada siklus I:

Tabel 4.2 Aktivitas siswa siklus I

No Indikator

Jumlah siswa yang mendapatkan skor

Jumlah skor

Rata- rata skor 0 1 2 3 4

1. Siswa mempersiapka n diri untuk mengikuti pembelajaran

18 12 42 1,4

2. siswa menyimak penjelasan guru.

6 20 1 1 53 1,8

3. siswa

berdiskusi dan membaca materi pelajaran

16 12 1 1 47 1,6

4. Siswa mempresentas ikan hasil diskusi

11 12 7 56 1,9

5. siswa melakukan kegiatan talking stick

7 17 6 59 1,97

6. siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru

5 11 13 37 1,2

7. siswa

merefleksi dan menyimpulka n

4 5 20 1 49 1,6

3 2

. 5

2 1 2 3 4 5 6 7 8

(5)

1,4

1,8 1,6

1,9 1,97

1,2 1,6

0 0,5 1 1,5 2 2,5

1 2 3 4 5 6 7

26,67%

63,33%

73,33%

36,67%

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

Pra Siklus Siklus I

Tuntas Tidak Tuntas pembelajaran

Jumlah 343 11,4

Kategori Cukup

Diagram 4.2 Aktivitas Siswa Siklus I

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa skor yang diperoleh seluruh siswa Kelas VII-B sebanyak 343 dengan rata-rata skor 11,4 yang termasuk dalam kategori cukup.

Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA melalui model talking stick pada siklus I berupa penilaian tes tertulis dengan lembar soal evaluasi. Soal evaluasi dengan materi pokok pencemaran lingkungan terdiri atas 10 soal pilihan ganda. Berikut hasil pengerjaan tes evaluasi tertulis siswa pada siklus I:

Tabel 4.3 Hasil belajar siswa siklus I

No. Keterangan Skor

1. Rata-rata kelas

70,67 2. Nilai tertinggi

90 3. Nilai terendah

40 4. Jumlah siswa tuntas

19 5. Jumlah siswa tidak

tuntas 11

6. Ketuntasan belajar

klasikal 63,33%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata nilai evaluasi siswa pada mata

pelajaran IPA melalui model talking stick yaitu sebesar 70,67. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa sebesar 90 dan nilai terendah yang diperoleh sebesar 40. Siswa yang memenuhi KKM sebesar 70 sebanyak 19 siswa, dan sebanyak 11 siswa belum memenuhi KKM.

Ketuntasan hasil belajar yang diperoleh pada siklus I sebesar 63,33%. Artinya siklus I belum memenuhi kategori ketuntasan klasikal yang telah ditentukan yaitu sebesar 85%.

Tabel 4.4 Perbandingan data prasiklus dan siklus I

No. Pencapaian Data Prasikl

us

Data Siklus I 1. Rata-rata kelas

61,33 70,67 2. Nilai tertinggi

90 90

3. Nilai terendah

40 40

4. Jumlah siswa

tuntas 8 19

5. Jumlah siswa

tidak tuntas 22 11

6. Ketuntasan

belajar klasikal 26,67% 63,33%

Diagram 4.3 Persentase Peningkatan Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siswa

Prasiklus dan Siklus I

Berdasarkan diagram di atas, maka dapat dilihat apabila dibandingkan ketuntasan klasikal prasiklus sebesar 26,67 dengan ketuntasan klasikal siklus I sebesar 63,3%3 terjadi peningkatan ketuntasan belajar. Tetapi peningkatan yang dicapai belum memenuhi indikator keberhasilan ketuntasan klasikal yang telah ditentukan sebesar 85%.

Siklus II dilaksanakan pada hari Senin 18 Januari 2020 selama dua jam pelajaran, yaitu

(6)

2,4 2,7

2,4 2,07 3,1

2,27 2,1

0 1 2 3 4

1 2 3 4 5 6 7

dari pukul 09.00-10.45 yang diikuti 30 siswa Kelas VII-B SMP Negeri 1 Babat tahun ajaran 2019/2020. Pada siklus II ini semua siswa hadir mengikuti proses pembelajaran.

Hasil observasi keterampilan guru dalam pembelajaran IPA melalui model talking stick pada siklus II diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.6 Keterampilan guru siklus II

No. INDIKATOR

Jumlah deskriptor

yang tampak Skor

0 1 2 3 4

1. Guru

mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran

3

2. Guru melakukan apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran

4

3. Guru menjelaskan materi pokok

4

4. Guru membagi dan membimbing kelompok diskusi.

4

5. Guru membahas hasil diskusi dan memberi penguatan.

3

6. Guru memulai model talking stick

4

7. Guru mengajukan pertanyaan.

3

8. Guru merumuskan kesimpulan dan memberikan evaluasi.

2

Jumlah skor 27

Rata-rata 3,38

Kategori Baik sekali

Diagram 4.5 Keterampilan guru siklus II

Berdasarkan tabel dan diagram 4.5, sebanyak 8 indikator keterampilan guru dalam

pembelajaran IPA melalui model talking stick yang diamati pada siklus II memperoleh hasil ketercapaian skor total 27 dengan kategori skala penilaian baik sekali.

Hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA melalui model talking stick pada siklus II diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.7 Aktivitas siswa siklus II

No Indikator

Jumlah siswa yang mendapatkan skor

Jumlah skor

Rata- rata skor

0 1 2 3 4

1. Siswa

mempersiapkan diri

untuk mengikuti pembelajaran

5 9 16 71 2,4

2. siswa menyimak penjelasan guru.

4 9 8 9 82 2,7

3. siswa berdiskusi dan membaca materi pelajaran

4 14 7 5 73 2,4

4. Siswa mempresentasi kan hasil diskusi

8 14 6 2 62 2,07

5. siswa melakukan kegiatan talking stick

8 11 11 93 3,10

6. siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru

8 8 12 2 68 2,27

7. siswa merefleksi dan menyimpulkan pembelajaran

5 20 3 2 62 2,1

Jumlah

511 17,03 Kategori Baik

8 7 6 5 4 3 2 1 4 3

. 5 3 2

.

(7)

26,67%

63,33%

90,00%

73,33%

36,67%

10,00%

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

100,00%

Pra Siklus Siklus I Siklus II Tuntas Tidak Tuntas

Diagram 4.6 Aktivitas siswa siklus II Berdasarkan tabel dan diagram 4.6 di atas, dapat dilihat bahwa skor yang diperoleh seluruh siswa Kelas VII-B sebanyak 511 dengan rata-rata skor 17,03 yang termasuk dalam kategori baik.

Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA melalui model talking stick pada siklus II berupa penilaian tes tertulis dengan lembar soal evaluasi. Soal evaluasi dengan materi pokok pencemaran lingkungan terdiri atas 10 soal uraian ganda. Berikut hasil evaluasi tertulis siswa pada siklus II:

Tabel 4.8 Hasil belajar siswa siklus II No. Keterangan Skor 1. Rata-rata kelas

81,33 2. Nilai tertinggi

100 3. Nilai terendah

60 4. Jumlah siswa tuntas

27 5. Jumlah siswa tidak tuntas

3 6. Ketuntasan belajar

klasikal 90,00%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata nilai evaluasi siswa pada mata pelajaran IPA melalui model talking stick yaitu sebesar 81,33. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa sebesar 100 dan nilai terendah yang diperoleh sebesar 60. Siswa yang memenuhi KKM sebesar 70 sebanyak 27 siswa, dan sebanyak 3 siswa belum memenuhi KKM.

Ketuntasan hasil belajar yang diperoleh pada siklus II sebesar 90,00%. Artinya siklus II sudah memenuhi kategori ketuntasan klasikal yang telah ditentukan yaitu sebesar 85%.

Tabel 4.9 Perbandingan data prasiklus, siklus I, dan siklus II

No. Penca

paian

Data Prasikl

us

Data Siklus

I

Data Siklus

II 1. Rata-rata kelas

61,33 70,67 81,33 2. Nilai tertinggi

90 90 100

3. Nilai terendah

40 40 60

4. Jumlah siswa

tuntas 8 19 27

5. Jumlah siswa

22 11 3

tidak tuntas 6. Ketuntasan

belajar klasikal

26,67

%

63,33

%

90,00

%

Diagram 4.7 Persentase Peningkatan

Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siswa Prasiklus, Siklus I, dan siklus II

Berdasarkan diagram di atas, maka dapat dilihat apabila dibandingkan ketuntasan klasikal prasiklus sebesar 26,67% dengan ketuntasan klasikal siklus I sebesar 63,33% dan siklus II sebesar 90,00% terjadi peningkatan ketuntasan belajar. Pencapaian ketuntasan hasil belajar klasikal siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan ketuntasan kasikal yang telah ditentukan sebesar 85%.

Berdasarkan data pada paparan di atas, terlihat bahwa pembelajaran IPA dapat ditingkatkan melalui model talking stick.

Peningkatan kualitas pembelajaran IPA lebih rinci terlihat pada keterampilan guru yang terus meningkat dari siklus I sampai siklus II yaitu siklus I 16 (cukup), meningkat menjadi 27 (sangat baik) pada siklus II. Aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II yaitu siklus I 11,4 (cukup), meningkat menjadi 17,03 (baik) pada siklus II. Selain itu persentase ketuntasan hasil belajar menunjukkan peningkatan dari siklus I sampai siklus II yakni 63,33% pada siklus I, 90,00%

pada siklus II

Pembahasan Hasil Penelitian Indikator keterampilan guru memulai model talking stick mendapatkan skor 1. Hal ini menunjukkan bahwa guru hanya melaksanakan 1 deskriptor dari 4 deskriptor

(8)

yang diharapkan muncul, yaitu guru hanya memberikan aturan penggunaan talking stick.

Guru belum menggunakan media pembelajaran dalam kegiatan ini, selain itu guru belum mengontrol tindakan siswa, sehingga guru belum mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Menurut pendapat Djamarah (2010:99) pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses pembelajaran.

Indikator keterampilan bertanya mendapatkan skor 3, karena guru hanya melaksanakan 3 deskriptor dari 4 deskriptor yang diharapkan muncul. Menurut Anitah (2009:7.8) pertanyaan yang diajukan seharusnya menggunakan kalimat yang singkat dan jelas. Selain itu pertanyaan sebaiknya disebarkan untuk seluruh siswa dalam kelas.

Namun dalam penelitian ini, pertanyaan yang diajukan guru tidak merata kepada seluruh siswa siswa, karena guru langsung menunjuk siswa dan menggunakan talking stick.

Indikator keterampilan merumuskan kesimpulan dan memberikan evaluasi mendapatkan skor 2. Dalam kegiatan pembelajaran, guru melakukan evaluasi pembelajaran untuk mengukur kemampuan siswa dalam menguasai materi, yang didahului dengan menyimpulkan hasil pembelajaran bersama siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Djamarah (2010:99) dalam kegiatan menutup pelajaran guru harus mampu memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang dipelajari siswa dan mampu mengetahui tingkat pencapaian kompetensi siswa. Namun guru tidak memberikan penilaian langsung dan memberikan tugas rumah kepada siswa sebagai tindak lanjut pembelajaran dengan materi pokok pencemaran lingkungan. Pada kegiatan menutup pelajaran sesuai pendapat Solihatin (2012: 67) bahwa cara memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah.

Paul B. Diedrich dalam Hamalik (2010:172) membagi aktivitas belajar dalam delapan kelompok, yaitu: (1) Visual activities (kegiatan visual); (2) Oral activities (kegiatan lisan); (3) Listening activities (kegiatan mendengarkan); (4) Writing activities (kegiatan menulis); (5) Drawing activities (kegiatan menggambar); (6) Motor activities (kegiatan

metrik); (7) Mental activities (kegiatan mental);

(8) Emotional activities (kegiatan emosional).

Peningkatan aktivitas siswa pada pembelajaran IPA dapat dilihat dari peningkatan skor pada masing-masing siklus.. Pada siklus I diperoleh skor rata- rata 11,4 dengan kategori cukup, dan skor rata-rata 17,03 dengan kategori baik pada siklus II.

Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada pembelajaran IPA melalui model talking stick bahwa siklus II memperoleh skor sebanyak 511 dengan rata-rata skor 17,03 yang termasuk dalam kategori baik. Indikator siswa mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran mendapatkan skor rata-rata 2,4;

(2) indikator siswa menyimak materi yang dijelaskan oleh guru mendapatkan skor rata- rata 2,7; (3) indikator siswa berdiskusi dan membaca materi pelajaran mendapatkan skor rata-rata 2,4; (4) indikator siswa mempresentasikan hasil diskusi mendapatkan skor rata-rata 2,07;(5) indikator siswa melakukan permainan talking stick mendapatkan skor rata-rata 3,10; (6) indikator siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru mendapatkan skor rata-rata 2,27; (7) indikator siswa merefleksi dan menyimpulkan pembelajaran mendapatkan skor rata-rata 2,1.

Suprijono (2009: 5) mengemukakan hasil belajar adalah pola perbuatan, nilai, pengertian, sikap, apresiasi dan keterampilan.

Hasil belajar pada penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan. Pada penelitian siklus I dan II terlihat adanya peningkatan pada nilai rata-rata dan persentase ketuntasan hasil belajar. Hal ini sesuai pendapat Hamalik (2006 : 30) hasil belajar yang utama adalah pola tingkah laku yang bulat, terbukti dengan perubahan tingkah laku. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA melalui model talking stick pada siklus II berupa penilaian tes tertulis dengan lembar soal evaluasi. Soal evaluasi dengan materi pokok pencemaran lingkungan terdiri atas 10 soal pilihan ganda. Hasil belajar siswa pada siklus II menunjukkan hasil bahwa nilai rata-rata nilai evaluasi siswa pada mata pelajaran IPA melalui model talking stick yaitu sebesar 81,33. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa sebesar 100 dan nilai terendah sebesar 60.

Siswa yang memenuhi KKM sebesar 70 sebanyak 27 siswa, dan sebanyak 3 siswa belum memenuhi KKM. Ketuntasan hasil belajar yang

(9)

diperoleh pada siklus II sebesar 90,00%.

Artinya siklus II sudah memenuhi kategori ketuntasan klasikal yang ditentukan yaitu 85%.

C. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian pembelajaran IPA melalui model talking stick pada siswa kelas VII-B SMP Negeri 1 Babat dan pembahasan yang disajikan pada bagian pembahasan maka dapat disimpulkan:

1. Pembelajaran IPA melalui model talking stick pada siswa kelas VII-B SMP Negeri 1 Babat dapat meningkatkan keterampilan guru. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi pada pembelajaran IPA siklus I data keterampilan guru memperoleh skor 16 yang termasuk dalam kriteria Pada pelaksanaan tindakan siklus II jumlah skor keterampilan guru yang diperoleh sebanyak 27 dengan kriteria sangat baik.

Keterampilan guru telah mencapai indikator keberhasilan yaitu sekurang- kurangnya mencapai kriteria baik.

2. Pembelajaran IPA melalui model talking stick pada kelas VII-B SMP Negeri 1 Babat dapat meningkatkan aktivitas siswa. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi pada pembelajaran IPA siklus I data aktivitas siswa memperoleh skor rata-rata 11,4 dengan kriteria cukup. Pada pelaksanaan tindakan siklus II data aktivitas skor rata- rata 17,03 dengan kriteria baik. Aktivitas siswa telah mencapai indikator keberhasilan yaitu sekurang- kurangnya mencapai kriteria baik.

3. Pembelajaran IPA melalui model talking stick pada siswa kelas VII-B SMP Negeri 1 Babat dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi pada pembelajaran IPA siklus I nilai rata-rata hasil evaluasi siswa sebesar 70,76 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 40. Ketuntasan hasil belajar yang diperoleh pada siklus I sebesar 63,33%.

Pada pelaksanaan siklus II, nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 81,33 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 60.

Ketuntasan hasil belajar yang diperoleh pada siklus II sebesar 90,00%. Hasil belajar IPA siswa sudah memenuhi indikator keberhasilan yaitu sekurang-kurangnya ketuntasan klasikal mencapai 85% dengan

KKM mata pelajaran IPA di kelas VII-B SMP Negeri 1 Babat tahun ajaran 2019/2020 adalah 70.

DAFTAR PUSTAKA

Aini, I.2009. Penerapan Model Pembelajaran inovatif Melalui Metode Talking stick untuk Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS kelas VII di SMPN 1 Singosari, Skripsi, (Malang: UINMaulana Malik Ibrahim), hlm. 45

Anita, L. 2008. Kooperatif Learning. Jakarta:

PT Grasindo.

Anwar, H. 2009. Penilaian Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains.Jurnal Pelangi Ilmu, 2(5): 103-105.

Arikunto, S. 2010 Metodologi Penelitian.

Jakarta: Rineka Cipta.

Astika, U., I.K.Sukma, I.W. Suastra. 2013.

Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Sikap Ilmiah dan Keterampilan Berpikir Kritis. E- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, 3(1): 51- 60.

Azwar, S. 2011. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Dewi, N.R. 2012. Kompetensi Mahasiswa IPA salam Merencanakan Penelitian Ilmiah Bidang Sains. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 1(1): 71- 74.

Ermiyanto, D.D. 2013. Meningkatkan Hasil Belajar SejarahSiswa Kelas X E Sma Negeri 1 Kaliwungu Kabupaten KendalMelalui Model Pembelajaran Talking stickTahun Pelajaran 2011/2012. Indonesian Journal of History Education.

02(1):20-30.

Huda, M. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran Isu-Isu Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Istikomah, H., Hendratto, S., Bambang, S.

2010. Penggunaan Model Pembelajaran Group Investigation untuk Menumbuhkan Sikap Ilmiah

(10)

Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 6: 40-43.

Lee, J. 2004. Scientific Attitudes And Scientific Achievement. Far Eastern Journal.

21(3): 483-490.

Manuaba, I.B.N., N. Kusmiyatni, M.C.

Wibawa. 2014. Pengaruh Metode Talking stick Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 1 Karangasem Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha.2(1)

Mawarsari, A.A., Sudarmin, W. Sumarni. 2013.

Penerapan Metode Eksperimen Berpendekatan Inkuiri untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Sikap Ilmiah Siswa.Chemistry in Education. 1(01)

Nurlia, L., M.Japar, Y. Yasin. 2013. Perbedaan Hasil Belajar Pkn Antara Yang Menggunakan Model Pembelajaran Talking stick Dengan Course Review Horay. Jurnal PPKN UNJ Online,1(2): 2337-5207.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2006.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Jakarta: Diknas.

Prihaningtyas S., T. Prastowo, B. Jatmiko.

2013. Imlementasi Simulasi Phet dan Kit Sederhana untuk Mengajarkan Keterampilan Psikomotor Siswa pada Pokok Bahasan Alat Optik.Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 2(1): 18- 22.

Purwaningsih, A., Sulistyo, S., Sri, R. D. A.

2004. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking stick Dan Teams Games Tournaments (TGT) Ditinjau dari Kemampuan Matematik pada Materi Pokok Hidrolisis Garam Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI SMA N Kebakkramat Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan Kimia, 3(4): 31-40.

Rahayuningsih, S. U. 2008. Psikologi Umum 2

- BAB 1 Sikap

(Attitude).Yogjakarta: Pustaka Pelajar

Slameto. 2010. Belajardan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin, Robert E. 2005.Cooperative Learning:

Theory, Research and Practice USA: Allymand Bacon.

Suciati, N. N. A., I. B. P. Arnyana, & I G.A.N.

Setiawan. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Belajar Hipotetik-Deduktif dengan Setting 7E Terhadap Hasil Belajar IPA Ditinjau dari Sikap Ilmiah Siswa SMP. E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, 4.

Sudjana, Nana. 2009. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif. Bandung:

Alfabeta.

Sukirman, Ashari, W. Akhdinirwanto.2013.

Pengembangan Model

Pembelajaran Talking stick untuk Meningkatkan Minat Belajar Fisika pada Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Perworejo Tahun Pelajaran 2012/2013.Jurnal Fisika UMP, 3(1): 40-55

Suprijono, Agus. 2014. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suwintara, P., I.K. Dibia, P.N. Riastini. 2012.

Pengaruh Pendekatan STM Terhadap Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar pada Pembelajaran IPA Siswa Kelas IV SD Gugus V Kecamatan Sawan. Jurnal PGSD.

1(2): 21-36

Umah, S.K., Sudarmin, N. R. Dewi. 2014.

Pengembangan Petunjuk Praktikum IPA Terpadu Berbasis Inkuiri Terbimbing pada Tema Makanan dan Kesehatan. Unnes Science Education Journal: 3(2).

Wahyudi,& S. Khanafiyah. 2009. Pemanfaatan Kit Optik sebagai Wahana dalam

(11)

Peningkatan Sikap Ilmiah Siswa.

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 5(1): 113-118.

Wahyudiati. 2010. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Model Pembelajaran Diskusi pada Pokok Bahasan Energy dan Perubahannya untuk Menumbuhkan Sikap Ilmiah Siswa. Jurnal Inovasi dan Perekayasa Pendidikan, (3).

Wijayanti, A. 2014.Pengembangan Autentic Assesment Berbasis Proyek dengan Pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Ilmiah Mahasiswa.Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 3(2):

102-108.

Wirtha, I.M., N.K. Rapi. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran dan Pengenalan Formal terhadap penguasaan Konsep Fisika dan Sikap Ilmiah Siswa SMP Negeri 4 Singaraja.

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan.1(2):

15-29.

Yahya, M. N., J. A. Pramukantoro. 2013.

Pengembangan Perangkat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking stick Pada Standar Kompetensi Mengoperasikan Peralatan Pengendali Daya Tegangan Rendah di SMKN 2 Surabaya. Jurnal Penelitian Pendidikan Elektro, 01(1): 95-103.

Yahya, M. N., J. A. Pramukantoro. 2013.

Pengembangan Perangkat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking stick Pada Standar Kompetensi Mengoperasikan Peralatan Pengendali Daya Tegangan Rendah di SMKN 2 Surabaya. Jurnal Penelitian Pendidikan Elektro, 01(1): 95-103.

Yennita, Mitra Roza Afriani, & M. Rahmad.

2010. Motivasi Belajar Fisika Siswa Di Sekolah Madrasah Tsanawiyah melalui Penerapan Model Talking stick. Jurnal Geliga Sains, 4(1).

Yuliani, H., W. Sunarno, Suparmi. 2012.

Pembelajaran Fisika Dengan Pendekatan Ketrampilan Proses dengan Metode Eksperimen dan

Demonstrasi ditinjau dari Sikap Ilmiah dan Kemampuan Analisis.

Jurnal Inkuiri, 01(3): 207-216.

Yunita, F.,Z. Fakhruddin, M. Nor. 2012.

Hubungan antara sikap ilmiah siswa dengan hasil belajar fisika di kelas XI IPA MA Negeri Kampar.Jurnal FKIP,02(1): 56-60.

A.

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu peneliti hanya membahas faktor- faktor yang mempengaruhi kesediaan ibu melaksanakan IMD yang meliputi faktor usia ibu,

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui keadaan Kerajaan Siak pada masa pemerintahan sebelum Sultan Assaidis Syarif Hasyim Abdul Jalili Saifuddin, untuk

The hybrid fingerlings ( Catla catla x Labeo rohita ) gained higher body weight and maximum total length on sunflower meal, followed by cottonseed meal and bone meal.. The

Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa kelompok anak yang memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi dan bermain permainan kooperatif secara kompetisi lebih tinggi

Comments: This idea came to mind when looking to create 'simple features' data for some of the INSPIRE Application Schemas, which don't declare themselves as simple (in some

- in order for the item to be presented in the content section, some salient spatial property of the item shall exist within the specified bbox.

- Hasil yang dicapai dari pkm kami adalah prototype knapsack sprayer semi otomatis bertenaga sepeda untuk tanaman hortikultura.. Meskipun belum dirangkai secara

Setelah data terkumpul, analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara mengidentifikasi jenis tuturan berdasarkan modus kalimat yang digunakan, serta