1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Modal kerja merupakan salah satu elemen perusahaan yang harus diperhatikan untuk mengukur keefektifan perusahaan. Penggunaan modal kerja dapat membantu menganalisis masalah intern dan ekstern perusahaan, karena modal kerja berhubungan erat dengan kegiatan operasional sehari-hari.
Kekurangan atau bahkan kelebihan modal kerja perusahaan akan berkaitan dengan hal-hal yang sifatnya meugikan perusahaan. Kekurangan modal kerja mengakibatkan tidak berjalannya operasional perusahaan dengan baik, karena faktor-faktor produksi tidak dapat didayagunakan secara optimal. Sebaliknya, kelebihan dalam aktiva lancar mengakibatkan terjadinya kelebihan kapasitas didalam perusahaan, dan hal tersebut bisa memperkecil tingkat keuntungan yang diperoleh (Rahmawati: 2012).
Menurut Weston dan Brigham (2010), modal kerja merupakan total nilai investasi perusahaan dalam harta jangka pendek (gross working capital) seperti kas, piutang dagang, pembayaran yang dilakukan di muka, atau total nilai investasi perusahaan dalam aktiva lancer dikurangi kewajiban lancar yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar tersebut (net working capital). Sedangkan, menurut Sundjaja dan Barlian (2011) modal kerja sendiri merupakan aktiva lancar yang mewakili bagian dari investasi yang berputar dari satu bentuk ke bentuk lainnya
dalam melaksanakan suatu usaha atau modal kerja adalah kas / bank, surat-surat berharga yang mudah diuangkan (misalnya giro, cek, deposito), piutang dagang dan persediaan yang tingkat perputarannya tidak melebihi satu tahun atau jangka waktu operasi normal perusahaan.
Aktiva lancar perusahaan mencerminkan kemampuan perusahaan atas kondisi secara keuangan dalam upaya memenuhi kebutuhan jangka pendek perusahaan (Ernawati: 2013) Perusahaan selalu berusaha dalam memenuhi kebutuhan modal kerjanya. Pemenuhan modal kerja dapat dilakukan perusahaan dengan memilihi tiga alternatif yang dinyatakan Sartono (2012). Pertama, membiayai kebutuhan dana dengan sumber dana jangka panjang. Kedua pemenuhan kebutuhan dana dengan jangka panjang dan modal sendiri. Terakhir.
Pemenuhan kebutuhan modal kerja dengan proporsi utang jangka pendek yang lebih besar.
Beracuan dengan teori di atas, maka perusahaan perlu mengetahui kebutuhan dan memutuskan pemenuhan kebutuhannya dengan tepat mengingat akan pentingnya modal kerja tersebut bagi perusahaan. Modal kerja perusahaan sebaiknya disediakan sesuai kebutuhan, tidak kurang maupun tidak lebih supaya tidak berdampak buruk pada kelangsungan hidup perusahaan. Pernyataan peneliti tersebut didukung dengan pernyataan Djarwanto (2011) yang menyatakan bahwa modal kerja sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan, misalnya dapat menutup kerugian dan mengatasi keadaan krisis atau
darurat tanpa membahayakan keadaan keuangan perusahaan. Maka dari itu, diperlukan pula perencanaan modal kerja yang matang dan tepat agar tidak terjadi kekurangan dalam proses operasi perusahaan.
Modal kerja dapat dilihat dari perputaran modal kerjanya (working capital turnover), perputaran piutang (receivable turnover), dan perputaran persediaan nya
(inventory turnover) (Hikmah:2017). Ketika perusahaan sudah dapat memenuhi kebutuhan modal kerjanya, selanjutnya perusahaan harus mengelola modal kerja tersebut secara optimal. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata optimal sendiri berarti paling menguntungkan. Maka dari itu peneliti menyimpulkan bahwa perusahaan harus mengelola modal kerjanya secara maksimal dan dapat menghasilkan laba yang maksimal pula.
Perusahaan dapat dikatakan telah menggunakan modal kerja nya dengan optimal ketika perusahaan tersebut mampu memaksimalkan atas penggunaan modal kerja dalam menjalankan aktivitas operasional perusahaan. Ketika perusahaan dapat menggunakan modal kerja nya dengan optimal berarti bahwa perusahaan dapat menjalankan tingkat efektifitas operasional yang dilakukan sebagai upaya dalam pencapaian tujuan perusahaan yang telah ditetapkan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang (Farida: 2016). Tersedianya modal kerja yang optimal akan dapat membantu perusahaan dalam mencapai penjualan serta laba yang telah ditargetkan, selain itu juga dapat menjamin keberlanjutan usaha (Rahmawati: 2012)
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Fadhillah (2019), modal kerja dikatakan optimal apabila perusahaan mampu memaksimalkan penggunaan modal kerjanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Manajemen modal kerja yang efektif sangat di perlukan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang. Efisiensi atas pengelolaan modal kerja dapat digunakan sebagai ukuran atas kemampuan perusahaan dalam usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Optimalisasi modal kerja bertujuan untuk mengetahui berapa banyak modal kerja yang di butuhkan.
Menelaah penjelasan pada penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa modal kerja dan penjualan perusahaan sangat berhubungan dengan modal kerja. Hal ini dikarenakan modal kerja akan meningkat ketika permintaan meningkat dan menurun ketika permintaan nya sepi. Supriadi dan Puspitasari (2012) juga menyatakan bahwa volume penjualan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi modal kerja. Secara singkat, ketika modal kerja meningkat maka penjualan juga meningkat. Namun, hal ini tidak ditemukan pada PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk.
PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk. merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri produksi alas kaki. Selain sebagai produsen, perusahaan juga memasarkan produknya berupa sepatu casual dan sepatu sport ke pasar lokal dan internasional. Salah satu produk perusahaan yang masih tersebar dan terjual luas di Indonesia ialah sepatu merk “Tomkins”. Perusahaan juga memproduksi sepatu untuk merk lain yang di ekspor. Namun, produksi yang sudah dilakukan
oleh perusahaan nyatanya memiliki laporan keuangan yang dinilai kurang tidak terlihat baik seperti yang sudah terlampir pada tabel 1.1.
Tabel 1. 1 Modal Kerja dan Penjualan PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk.
Tahun Aktiva Lancar Hutang Lancar Penjualan 2015 83.401.850.883 89.655.828.325 222.363.830.677 2016 79.300.156.166 89.438.951.168 172.109.865.924 2017 72.385.157.397 84.180.581.813 153.713.878.373 2018 80.207.862.904 84.043.258.686 146.138.557.283 2019 83.827. 868.074 56.494.542.352 126.478.581.670 Sumber: Annual Report 2015-2019
Berdasarkan tabel di atas, aktiva lancar perusahaan pada 2015 sampai 2017 terus menurun dan naik pada 2018 sampai 2019 nya. Hutang lancar perusahaan dari 2015 sampai 2019 terus menurun walaupun tidak signifikan. Namun, adanya peningkatan pada aktiva lancar perusahaan tidak diikuti dengan peningkatan pada penjualannya. Karena, dari 2015 sampai 2019 penjualan perusahaan terus menerus menurun. Ketidak seimbangan antara aktiva lancar dengan penjualan jelas tidak sesuai dengan teori mengenai modal kerja optimal yang telah dibahas sebelumnya.
Selain itu, hutang lancar perusahaan memiliki nilai yang lebih besar dari aktiva lancarnya. Sedangkan hal tersebut menurut teori berhubungan dengan likuiditas perusahaan atau kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya. Karena, menurut Tangkilisan (2003) sebuah perusahaan menunjukkan likuiditas tinggi ketika saldo aktiva lancarnya adalah besar dalam
hubungannya dengan saldo hutang lancarnya, dan perusahaan ini memiliki proporsi tinggi aktiva lancar dalam kas, surat-surat berharga, dan piutang, sebagai lawan terhadap persediaan atau biaya yang dibayar di muka.
Berdasarkan uraian di atas, peranan modal kerja bagi kelancaran kegiatan operasional perusahaan sangatlah penting. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian yang berjudul “ Analisis Optimalisasi Modal Kerja Pada PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk.”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti dapat merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apakah modal kerja PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk. sudah optimal?
2. Berapa modal kerja optimal dan jumlah tiap elemen dari modal kerja PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk. untuk tahun 2020?
C. Batasan Masalah
Pembatasan ruang lingkup penelitian ditetapkan agar dalam penelitian nanti terfokus pada pokok permasalahan yang ada serta pembahasannya, sehingga diharapkan penelitian nanti tidak menyimpang dari sasarannya. Ruang lingkup penelitian yang dilakukan terbatas pada optimal atau tidaknya modal kerja dan peramalan modal kerja optimal PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk. di tahun 2020. Penelitian dilakukan pada laporan keuangan pada 2015 sampai 2019.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang dilakukan adalah:
a. Untuk mengetahui optimal atau tidaknya modal kerja pada PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk.
b. Untuk mengetahui modal kerja optimal serta jumlah tiap elemen modal kerja pada PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk.
2. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan antara lain:
a. Bagi Pihak Manajemen PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk
Menjadi bahan evaluasi perusahaan dan dasar pengambilan keputusan ke depannya guna mencapai tujuan perusahaan.
b. Bagi Calon Investor PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk.
Menjadi bahan pertimbangan dalam penanaman modal pada perusahaan.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Menjadi bahan kajian, pertimbangan, dan bahan perbaikan pada penelitian selanjutnya.