• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Kebijakan Sertifikasi Guru

N/A
N/A
Jacob Breemer

Academic year: 2022

Membagikan "Implementasi Kebijakan Sertifikasi Guru"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Microdata

Ekonomi dan Manajemen

ISSN : 2597-4173

Vol 4 No. 4 Januari - Maret 2022

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DI KABUPATEN KONAWE

KEPULAUAN

Jacob Breemer, Didin, Arifin U, Jopang ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui dan menganalisis implementasi kebijakan sertifikasi guru dalam meningkatkan kinerja guru sekolah dasar negeri di Kabupaten Konawe Kepulauan. Penelitian kualitatif ini menggunakan studi kasus deskriptif. Informan penelitian berjumlah tujuh orang, terdiri dari kepala Sekolah Dasar Negeri 2 Wawonii Barat dan Kepala sekolah Sekolah Dasar Negeri 9 Wawonii Barat, guru dan pengelola sertifikasi guru telah membantu penyelesaian penulisan tesis ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi kebijakan sertifikasi guru dalam meningkatkan kinerja guru di Sekolah Dasar Negeri 9 Wawonii Barat sudah cukup berjalan dengan baik, hal tersebut terlihat dari hasil Penilaian Kinerja Guru (PKG) dua tahun terakhir dan hasil Ujian Nasional siswa kelass VI tiga tahun terakhir memperlihatkan nilai yang meningkat jika dibandingkan dengan Sekolah Dasar Negeri 2 Wawonii Barat dimana dari hasil Penilaian Kinerja Guru (PKG) dua tahun terakhir dan hasil Ujian Nasional siswa tiga tahun terakhir di sekolah tersebut sama sekali tidak menunjukkan adanya peningkatan.

Kata Kunci. Implementasi, Kebijakan, Sertifikasi Guru, Kinerja Guru.

ABSTRACT

This study aims to determine and analyze the implementation of teacher certification policies in improving the performance of public elementary school teachers in the Konawe Islands Regency.

This qualitative research uses a descriptive case study. The research informants totaled seven people, consisting of the principal of the State Elementary School 2 Wawonii Barat and the Principal of the State Elementary School 9 Wawonii Barat, teachers and teacher certification administrators who assisted in the completion of this thesis. Data collection techniques used are observation, interviews and documentation. The data analysis technique used is a qualitative analysis of the interactive model. The results show that the implementation of teacher certification policies in improving teacher performance at the State Elementary School 9 Wawonii Barat has been going quite well, this can be seen from the results of the Teacher Performance Assessment (PKG) in the last two years and the results of the National Examination for grade VI students in the last three years. an increase in grades when compared to the State Elementary School 2 Wawonii Barat where the results of the Teacher Performance Assessment (PKG) in the last two years and the results of the National Examination of students in the last three years at the school did not show any improvement at all.

(2)

Keywords. Implementation, Policy, Teacher Certification, Teacher Performance.

PENDAHULUAN

Kompetensi guru mendukung peningkatan kinerja guru. Kompetensi berkaitan dengan kecerdasan, keterampilan dan kecakapan, bakat, kemampuan dan minat, motif, kesehatan, kepribadian, serta cita-cita dan tujuan dalam bekerja. Penghargaan terhadap kompetensi guru, diberikan melalui sertifikasi guru berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang menjadi sumber hukum dalam mendukung implementasi kebijakan sertifikasi guru dimana sertifikasi menjadi sebuah proses peningkatan kualitas guru. Mulyasa (2009: 17-22) bahwa sertifikasi guru adalah untuk mendapatkan guru yang baik dan profesional, yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya, serta tujuan pendidikan pada umumnya, sesuai kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman.

Kebijakan pemerintah untuk memberikan sertifikasi kepada guru merupakan tindakan yang profesional dan produktif untuk membangun kinerja guru dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan profesionalisme guru. Untuk mendapatkan sertifikasi guru, maka seorang guru harus memiliki beberapa kemampuan yaitu antara lain (1) kemampuan menciptakan iklim belajar yang kondusif, (2) kemampuan mengembangkan strategi dan manajemen pembelajaran, (3) kemampuan memberikan umpan balik (feedback) dan penguatan (reinforcement), (4) kemampuan untuk peningkatan kualitas diri (Gary dan Margaret, 2008: 14).

Seiring dengan adanya kebijakan sertifikasi guru, maka setiap guru diharapkan memiliki sumber daya yang baik. Sumber daya manusia yang rendah disebabkan oleh kemampuan, keterampilan, dan pendidikan yang rendah serta kurang berpengalaman. Setiap guru berharap untuk memperoleh sertifikasi, tetapi mereka tidak meningkatkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi selain itu kemampuan mengajar mereka hanya bersandar pada kebiasaan mengajar yang dilakukan setiap hari di sekolah. Kondisi seperti ini menghambat implementasi kebijiakan sertifikasi kepada guru. Karena untuk memperoleh sertifikasi, seorang harus memiliki pendidikan minimal strata satu dengan kompetensi mengajar yang baik.

Disisi lain, sertifikasi yang diberikan kepada guru menjadi salah satu kebijakan pemerintah untuk memberikan penghargaan kepada kinerja guru. Salah satu sisinya adalah implementasi kebijakan sertifikasi guru Sekolah Dasar Negeri. Kebijakan ini dilakukan untuk mendukung kinerja guru Sekolah Dasar Negeri dan penghargaan kepada guru Sekolah Dasar Negeri yang melaksanakan tugas belajar mengajar dengan jabatan rangkap atau lebih dari dua mata pelajaran. Penghargaan ini menjadi bagian penting untuk memajukan kesejahteraan guru Sekolah Dasar Negeri.

Tujuan pemberian sertifikasi guru menurut Sutoyo (2009) adalah untuk menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan, meningkatkan martabat guru dan meningkatkan profesionalitas guru. Tujuan ini menjadi fokus kerja guru-guru yang terus meningkatkan kinerja mereka. Namun demikian masih ada guru yang belum memperoleh sertifikasi. Seperti yang terjadi di SD Negeri 2 Wawonii Barat dimana sebagian besar guru belum menerima sertifikasi guru karena sibuk dengan aktivitas mereka, ada yang berbisnis, buka usaha warung makanan, dan usaha lainnya untuk menambah pendapatan keluarga di luar jam kerja. Sebaliknya di SD Negeri 9 Wawonii Barat, sebagian besar guru telah memperoleh sertifikasi guru dan mereka memanfaatkan tunjangan ini untuk berbagai keperluan disamping

(3)

untuk kebutuhan pribadi juga untuk kebutuhan pengembangan keprofesian mereka, sehingga dalam pelaksanaannya mereka menunjukkan kinerja yang baik dibanding guru-guru di SD Negeri 2 Wawonii Barat. Menurut Masnur (2007), pemberian sertifikasi kepada guru bukan suatu hal yang mudah, karena dalam pelayanan sertifikasi terhadap berbagai syarat yang harus dipenuhi seperti tingkat pendidikan minimal S1 atau DIV, memiliki NUPTK, terdaftar di kemendikbud, berusia maksimal 58 tahun, memiliki kelakukan baik dan memiliki keterangan sehat jasmani dan rohani.

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Implementasi Kebijakan Publik

Sebelum dibahas lebih jauh mengenai konsep kebijakan publik, kita perlu mengkaji terlebih dahulu mengenai konsep kebijakan atau dalam bahasa inggris sering kita dengar dengan istilah policy (Agustino, 2008: 5). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebijakan diartikan sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang pemerintahan, organisasi, dan sebagainya); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip dan garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran.

Edwards III dalam Winarno (2007: 174) menegaskan “implementasi kebijakan adalah salah satu tahap kebijakan publik, antara pembentukan kebijakan dan konsekuensi-konsekuensi bagi masyarakat yang dipengaruhinya.” Wahab (2001: 45) menyatakan “pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting bahkan jauh lebih penting daripada pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan akan sekedar impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan. ”Sementara itu, Dunn (2003: 80) memformulasikan “implementasi kebijakan adalah pelaksanaan dan pengendalian arah tindakan kebijakan sampai tercapainya hasil kebijakan.” Sementara itu, Nugroho (2003: 158) berpendapat “implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya.

Carl J Federick sebagaimana dalam Agustino (2008: 7) mendefinisikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Pendapat ini juga menunjukan bahwa ide kebijakan melibatkan perilaku yang memiliki maksud dan tujuan merupakan bagian yang penting dari definisi kebijakan, karena bagaimanapun kebijakan harus menunjukan apa yang sesungguhnya dikerjakan daripada apa yang diusulkan dalam beberapa kegiatan pada suatu masalah.

2. Kebijakan Sertifikasi Guru

Guru disebut juga pendidik dan pengajar, tetapi kita tahu tidak semua pendidik adalah guru, sebab guru adalah suatu jabatan profesional yang pada hakekatnya memerlukan persyaratan keterampilan tekhnis dan sikap kepribadian tertentu yang semuanya itu dapat diperoleh melalui proses belajar mengajar dan latihan, Roestiyah N.K (2001: 175). mengatakan bahwa Seorang pendidik profesional adalah seorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap profesional yang mampu dan setia mengembangkan profesinya, menjadi anggota organisasi profesional pendidikan memegang teguh kode etik profesinya, ikut serta didalam mengomunikasikan usaha pengembangan profesi bekerja sama dengan profesi yang lain.

(4)

Guru adalah suatu profesi yang bertanggung jawab terhadap pendidikan siswa (Usman, 2002). Hal ini dapat dipahami dari beberapa pengertian dibawah ini:

a. Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru.

b. Guru adalah seorang yang mampu melaksanakan tindakan pendidikan dalam suatu situasi pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan atau seorang dewasa jujur, sehat jasmani dan rohani, susila, ahli, terampil terbuka adil dan kasih sayang (Yusuf, 2000: 54).

c. Guru adalah salah satu komponen manusia dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan (Sardiman, 2005: 125).

Pekerjaan guru dapat dipandang suatu profesi yang secara keseluruhan harus memiliki kepribadian yang baik dan mental yang tangguh, karena mereka dapat menjadi contoh bagi siswanya dan masyarakat sekitarnya. Dzakiyh (2005: 10) mengemukakan tentang kepribadian guru sebagai berikut “setiap guru hendaknya mempunyai kepribadian yang akan di contoh dan diteladani oleh anak didiknya, baik secara sengaja maupun tidak”.

Berdasarkan dari beberapa pendapat diatas, dapat dipahami bahwa pengertian guru adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak didiknya, baik secara klasikal maupun individual.

Tugas dan tanggung jawab utama seorang guru/pengajar adalah mengelola pengajaran secara lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif yang ditandai dengan adanya kesadaran dan keterlibatan aktif antara dua subyek pengajaran, guru sebagai penginisiatif awal dan pengarah serta pembimbing, sedang peserta didik sebagai yang mengalami dan terlibat aktif untuk memperoleh perubahan diri dalam pengajaran (Ahmad dan Abu, 2001: 1).

Unsur manusia yang sangat menetukan berhasilnya pendidikan adalah pelaksanaan pendidikan, yaitu guru sebagaimana menurut Nana Sudjana tentang guru: “Guru adalah ujung tombak pendidikan sebab guru secara langsung berupaya mempengaruhi, dan mengembangkan kemampuan siswa menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral tinggi. Sebagaimana ujung tombak guru dituntut memiliki kemampuan dasar yang diperlukan sebagai pendidik dan pengajar”.(Nana, 2004: 2).

Guru adalah suatu tugas yang sangat mulia karena dia mempersiapkan anak didiknya supaya berguna bagi nusa bangsa dan bertakwa kepada Allah SWT (Nana, 2004: 32). Hal ini sesuai dengan tugasnya yaitu: Mendidik anak-anak supaya menjadi muslim sejati beriman teguh, beramal shaleh dan berbudi pekerti yang baik sehingga ia dapat menjadi seorang anggota masyarakat yang sanggup hidup berdiri diatas kaki sendiri mengabdi kepada Allah dan berbakti kepada bangsa dan tanah airnya.

Menurut Nana (2004: 4) Guru dan para pendidik merupakan perintis pembangunan di segala bidang kehidupan di masyarakat. Peranan guru itu mempunyai kedudukan yang penting dan utama dalam seluruh proses pendidikan, guru atau pendidik merupakan faktor penggerak utama maju mundurnya suatu lembaga pendidikan.

Guru sebagai pembimbing dalam rangka kegiatan belajar mengajar harus mampu membantu siswa dalam rangka mencapai tujuan seperti yang di kemukakan oleh Roestiyah (2001: 48), bahwa Seorang guru harus mampu menimbulkan semangat belajar individual. Masing-masing anak mempunyai perbedaan dalam pengalaman, dan sifat-sifat pribadi yang lain sehingga dapat memberi kebebasan pada anak untuk mengembangkan kemampuan berfikirnya dan penuh inisiatif dan kreatif dalam pekerjaan” (Roestiyah (2001:

50). Sertifikasi dalam Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

(5)

adalah “ proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen.” Depdiknas dalam Mulyasa, mengemukakan bahwa “sertifikasi adalah pemberian sertifikat kompetensi atau surat keterangan sebagai pengakuan terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan setelah lulus uji kompetensi.” (Mulyasa, 2009). Program sertifikasi guru adalah

“program yang berisi tentang proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru.”

Guru yang telah mengikuti program sertifikasi dan dinyatakan lulus akan memperoleh sertifikat profesi guru sebagai tenaga profesional. secara garis besar program sertifikasi guru dibedakan menjadi dua:

a. Program sertifikasi untuk guru yang telah ada (guru dalam jabatan).

b. Program sertifikasi untuk calon guru.

Masnur Muslich (2007:2) ada beberapa pasal yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen sebagai berikut:

a. Pasal 1 butir 11: Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru dan dosen.

b. Pasal 8: Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Pasal 16: Guru yang memiliki sertifikat pendidik memperoleh tunjangan profesi sebesar satu kali gaji, guru negeri maupun swasta dibayar pemerintah.

Wahyuni (2010) mengatakan bahwa kinerja pengajar atau guru adalah perilaku atau respons yang memberi hasil yang mengacu kepada apa yang mereka kerjakan ketika dia menghadapi suatu tugas. Kinerja tenaga pengajar atau guru menyangkut semua kegiatan atau tingkah laku yang dialami tenaga pengajar, jawaban yang mereka buat, untuk memberi hasil atau tujuan.

Hambatan dalam implementasi kebijakan sertifikasi guru dan dilihat dari berbagai faktor. Faktor sumber daya manusia dan faktor jaringan internet.

a. Sumber daya manusia

Sumber daya manusia dipandang semakin besar peranannya bagi kesuksesan suatu organisasi. Banyak organisasi kini menyadari bahwa unsur “manusia” dalam organisasi dapat memberikan keunggulan bersaing (Mathis dan Jackson, 2001). Kedudukan sumber daya manusia pendidikan sangat penting dibandingkan dengan sumber daya lainnya dalam sebuah lembaga pendidikan.

Guru merupakan salah satu komponen sumber daya manusia pendidikan yang harus dikelola dan dikembangkan terus-menerus. Hal ini dikarenakan tidak semua guru yang berada di lembaga pendidikan terlatih dengan baik dan memiliki kualifikasi yang baik. Potensi sumber daya guru dan karyawan itu perlu terus menerus bertumbuh dan berkembang agar dapat melaksanakan fungisnya secara profesional. Mengingat berat dan kompleksnya membangun pendidikan, maka sangat penting untuk melakukan upaya-upaya untuk mengembangkan guru dan karyawan agar semakin profesional.

Dalam kode etik guru dikatakan bahwa guru adalah seorang pendidik, jadi bukan sekedar sebagai pengajar. Sebagai seorang pendidik, maka keberadaan guru bukan hanya sekedar berkewajiban menyampaikan skill dan nilai. Untuk bisa memiliki skill guru harus memerlukan latihan, pembiasaan dan pendidikan yang cukup. Itulah sebabnya, upaya pengembangan guru dan karyawan pendidikan memiliki peran yang cukup baik dalam meningkatkan kualitas pendidik dan profesionalisme pendidik. Apabila tenaga pendidik (guru)

(6)

dan tenaga kependidikan (karyawan) berkualitas dan profesional, maka berkembang pula lembaga pendidikannya.

Pengembangan merupakan usaha mengurangi atau menghilangkan terjadinya kesenjangan antara kemampuan karyawan dengan yang dikehendaki organisasi. Usaha tersebut dilakukan melalui peningkatan kemampuan kerja yang dimiliki karyawan dengan cara menambah pengetahuan dan keterampilan serta merubah sikap. Begitu juga dalam organisasi pendidikan, guru dan karyawan pendidikan juga berhak mendapatkan pengembangan, baik yang dilakukan oleh suatu lembaga tertentu maupun dalam organisasi pendidikan tersebut (Syukur, 2012).

b. Jaringan internet

Pengertian dari jaringan internet atau koneksi internet di atas merupakan gambaran secara umum, Suatu sistem sebuah jaringan yang berkaitan di dalam suatu lingkup umum atau global bertujuan memfasilitasi sebuah komunikasi layanan file atau data seperti contoh yakni transfer file, surat elektronik, remote login, newsgroup dan World Wide Web ialah definisi jaringan sebuah internet yang digunakan sebagai suatu sistem (Sarwono, 2005). Dalam era saat ini penggunaan jaringan internet telah di nikmati jutaan orang yang ada di seluruh dunia dengan berbagai macam kepentingan yang berbeda-beda. Dahulu penggunaan jaringan internet hanya terbatas kepada sebuah lembaga akademis dan militer saja akan tetapi saat ini sudah di gunakan secara umum. Seperti halnya pengelolaan sertifikasi guru yang awalnya hanya di kelola secara manual namun sekarang ini sudah mebutuhkan jaringan internet dalam pengelohan datanya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 9 Wawonii Barat Alasan penelitian ini dilakukan karena di SD Negeri 9 terdapat sebagian guru yang sudah sertifikasi dan guru yang belum sertifikasi. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Maret- Mei 2021

Penelitian ini bertujuan menemukan, memahami, menjelaskan dan memperoleh gambaran implementasi kebijakan sertifikasi guru dalam meningkatkan kinerja guru Guru SD Negeri di Kabupaten Konawe Kepulauan. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini (a) Kepala sekolah (b) Guru belum menerima Sertifikasi (c) Guru yang sudah menerima Sertifikasi, (d) Staf operator sertifikasi guru. Penelitian yang dilakukan pada guru SD Negeri 9 di Kabupaten Konawe Kepulauan menggunakan metode pengumpulan data yang meliputi (a) Wawancara dan (b) Dokumentasi. Prosedur analisis data yang sesuai dengan penelitian kualitatif adalah analisis deskriptif kualitatif.

HASIL PENELITIAN

A. Implementasi Kebijakan Sertifikasi Guru Dalam Meningkatkan Kinerja Guru

Implementasi kebijakan sertifikasi guru sebagai bentuk penghargaan dan tunjangan kinerja yang ditujukan untuk mewujudkan profesionalitas guru. Guru Sekolah Dasar yang memperoleh sertifikasi diharapkan untuk dapat meningkatkan kinerja guru di Sekolah Dasar bagi di SD Negeri 2 Wawonii Barat maupun di SD Negeri 9 Wawonii Barat yang antara lain:

1. Meningkatkan martabat guru sebagai tenaga pendidik di sekolah dasar 2. Meningkatkan mutu dan proses kegiatan belajar mengajar di sekolah dasar

3. Menentukan kelayakan untuk guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran demi mewujudkan tujuan pendidikan nasional di sekolah dasar

4. Memberikan standar profesionalisme guru dalam mengajar di sekolah dasar 5. Meningkatkan proses serta mutu hasil pendidikan di Sekolah Dasar

(7)

6. Melindungi profesi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah dasar

7. Membantu melindungi lembaga penyelenggara pendidikan dengan memberikan instrumen dan rambu-rambu untuk melaksanakan seleksi untuk pelamar yang berkompeten di sekolah dasar

8. Membangun citra yang baik di masyarakat terhadap tenaga pendidik di sekolah dasar

9. Melindungi masyarakat dari praktek yang tidak berkompeten, sehingga dapat merusak citra tenaga pendidik di sekolah dasar

10. Penjaminan Mutu, dengan adanya proses dalam pengembangan profesionalisme terhadap kinerja tenaga pendidik maka akan menimbulkan persepsi pemerintah dan masyarakat menjadi lebih baik terhadap penyelenggara pendidikan dan tenaga pendidik di sekolah dasar.

Wawancara dengan Sartina (Kepala Sekolah SD Negeri 2 Wawonii Barat) beliau mengatakan bahwa:

“guru-guru yang ada di sekolah ini, belum ada yang menerima sertifikasi, baru saya sendiri, karena sebagian belum berpendidikan sarjana. jika semua persyaratan tersebut telah terpenuhi maka guru berhak mendapatkan sertifikat pendidik sebagai bukti bahwa telah memenuhi kompetensi dan persyaratan yang ditetapkan sehingga layak mendapatkan pengakuan sebagai pendidik profesional dan dianggap mampu menghasilkan lulusan pendidikan yang bermutu (Wawancara, 18 Agustus 2021).”

Implementasi sertifikasi guru didasarkan pada Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 dan Standar Nasional Pendidikan. Dalam undang-undang dan peraturan tersebut telah dikemukakan bahwa sertifikasi guru harus meliputi:

a. Kompetensi kemampuan bidang studi,

Kemampuan bidang studi yang dimaksudkan adalah kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada bidang studi yang diembannya. Kompetensi guru dalam setiap bidang studi menunjukkan kemampuan guru tersebut. Menurut Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

b. Pemahaman karakteristik peserta didik.

Karakteristik peserta diri mencakup umur, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, golongan darah dan lainnya yang dapat menjadi data peserta didik di sekolah

c. Pembelajaran yang mendidik.

Aspek ini menjadi tolak ukur bagi kemampuan guru-guru yang telah memperoleh sertifikasi dapat membangun model dan strategi belajar untuk melaksanakan pembelajaran di kelas.

d. Pengembangan profesi

Dalam pendidikan tingkat dasar, sebaiknya guru tidak memberikan materi yang sangat spesifik. Sebab, pada level ini siswa dalam kondisi yang membutuhkan perhatian dari guru sebagai orang tua.

e. Kepribadian pendidik

B. Implementasi Kebijakan Sertifiksi Guru

Sekolah Dasar Negeri 9 Wawonii Barat merupakan sekolah dasar negeri di Kecamatan Dalam penelitian ini implementasi kebijakan sertifikasi guru tidak lepas dari faktor- faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan yaitu faktor (1) Komunikasi, (2) sumber daya, (3) disposisi dan (4) struktur birokrasi.

(8)

Wawancara dengan Hj.Husnahwiya (Kepala Sekolah Dasar Negeri 9 Wawonii Barat) , Beliau mengatakan bahwa:

“Kebijakan sertifikasi guru membawa dampak dalam kehidupan sosial, begitu pula di Sekolah Dasar Negeri 9 Wawonii Barat. Sertifikasi guru sebagai sertifikat pendidik memang cukup penting dalam profesi guru. Karena lewat sertifikat tersebut guru disebut guru yang profesional ketika tersertifikasi.” (Wawancara 28 Agustus 2021).

Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah Dasar Negeri 9 Wawonii Barat menunjukkan bahwa sertifikasi guru bertujuan untuk membentuk guru yang profesional, bukti profesional tersebut ketika telah memiliki sertifikat mengajar

a. Komunikasi Dalam Kebijakan Sertifikasi Guru

Konsep komunikasi yang menjadi bagian utama dalam implementasi kebijakan sertifikasi guru adalah komunikasi verbal dalam bentuk informasi dan komunikasi non verbal dalam bentuk surat dan dokumen seperti peraturan dan undang-undang. Pemerintah mengomunikasikan melalui peraturan perundangan-undangan secara langsung dengan tujuan untuk diketahui dan dilaksanakan.

Wawancara dengan Hasriatin (Guru nonsertifikasi SD Negeri 2 Wawonii Barat), beliau mengatakan:

“Memang setiap pekerjaan membutuhkan komunikasi yang jelas dan tepat, kami di sekolah SD Negeri 2 Wawonii Barat kepala sekolah yang selalu dipanggil jika ada sosialisasi terkait sertifikasi guru, setelah itu kepala sekolah menyampaikan kepada kami, syarat-syarat apa atau dokumen apa yang dibutuhkan dalam pengurusan sertifikasi”. (Wawancara, 28 Agustus 2021)

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa komunikasi yang terbangun dalam implementasi kebijakan sertifikasi guru dimulai dari adanya peraturan perundangan-undangan yang terkait dengan sertifikasi dan dikomunikasikan oleh kepala sekolah kepada guru-guru di sekolah. Komunikasi ini menjadi komunikasi verbal/lisan yang merupakan pesan kepada para guru dan disusul dengan komunikasi nonverbal yaitu surat dan dokumen tentang kebijakan sertifikasi guru. Hal ini mengindikasikan bahwa komunikasi sangat penting dalam mengimplementasikan suatu kebijakan.

b. Sumber Daya Dalam Kebijakan Sertifikasi Guru

Hasil penelitian diperoleh bahwa sumber daya dalam implementasi kebijakan adalah aspek yang mendasarkan pengelolaan kebijakan sertifikasi guru. Wawancara dengan Hj.Sitti Najemin (guru sertifikasi di Sekolah Dasar Negeri 9 Wawonii Barat), beliau mengatakan bahwa:

”Untuk memperoleh sertifikasi guru, harus berpendidikan D-IV atau sarjana (S1). Ini sudah menjadi ketentuan dalam pengusulan sertifikasi. Proses pengusulan itu dapat dilaksanakan ketika sudah ada berkas yang tersedia. Sebelum serahkan kepada pengelola sertifikasi melalui link yang sudah disediakan, maka setiap guru harus mengecek dan memenuhi syarat-syarat yang sudah ditetapkan. Kami berhasil memperoleh sertifikasi karena ikuti aturan yang ditetapkan itupun beberapa kali ditolak dan diadakan perubahan serta penyesuaian data sehingga bisa terproses oleh pengelola sertifikasi tersebut”. (Wawancara, 28 Agutus 2021).

Hasil wawancara yang dikemukakan sebelumnya, mengindikasikan bahwa pengajuan dan pengelolaan sertifikasi diperkuat dengan sumber daya guru dan setiap guru harus memiliki

(9)

kompetensi pendidikan yang baik dan terukur sehingga dapat mendukung kriteria penilaian sertifikasi guru, Selain itu berdasarkan pengalaman mengajar.

c. Disposisi Dalam Kebijakan Sertifikasi Guru.

Disposisi kepala sekolah terhadap kebijakan tunjangan profesi guru secara internal sejalan dengan penilaian eksternal (penilaian dari guru). Wawancara dengan Hj. Sitti Najemin (guru sertifikasi di Sekolah Dasar Negeri 9 Wawonii Barat), beliau mengatakan bahwa:

“Dalam pengurusan sertifikasi guru, harus mendapat disposisi dari kepala sekolah yang turut bertanggung jawab terhadap semua kelengkapan administrasi yang sudah disiapkan, selanjutnya diperiksa dan ditandatangani kemudian dilanjutkan ke proses pengajuan melalui operator sekolah”. (Wawancara, 28 Agustus 2021)

Hasil wawancara tersebut di atas menunjukkan bahwa disposisi kepala sekolah menjadi bagian penting yang tidak bisa dilewati. Sebagai kepala sekolah, setiap keputusan menjadi kebijakan yang harus dipatuhi.

Prinsip yang digunakan adalah tidak boleh terlambat menyelesaikan administrasi guru yang mengusul sertifikasi dan perpanjangan sertifikasi guru. Sementara itu, sikap responsif- antisipatif dimaksudkan sebagai kemampuan kepala sekolah menunjukkan sikap dan kreativitas mengatasi masalah yang mungkin muncul terkait dengan proses administrasi yang dilakukan guru ketika mengikuti seleksi sertifikasi.

d. Struktur Birokrasi Dalam Kebijakan Sertifikasi Guru

Struktur birokrasi di bagi menjadi dua bagian yaitu Standar Operasional Prosedur dan penyebaran tanggung jawab. Dalam konteks implementasi kebijakan sertifikasi guru, Standar Operasional Prosedur di ganti dengan petunjuk teknis, sebagai rambu-rambu yang mengatur sertifikasi guru agar terlaksana dengan baik, dalam petunjuk teknis juga terdapat aturan yang membolehkan dan melarang apa-apa saja yang dilakukan dalam pelaksanaan sertifikasi guru, Wawancara dengan Hj.Sitti Najemin (Guru Sertifikasi), beliau mengatakan bahwa:

“Standar sertifikasi guru yang saya rasakan adalah ketika kami di haruskan mengumpul dokumentasi setiap per 3 bulan, bukan hanya dokumen absen, tetapi juga dokumen yang berisi tentang metode pembelajaran yang di lakukan dan lain sebagainya, konsekuensinya apabila rambu-rambu tersebut dianggap tidak sesuai, seperti absennya banyak yang kosong, bahkan tidak mengumpul dokumen tersebut, maka kemungkinan terburuk tunjangan tersebut tidak diberikan bahkan di cabut ” (Wawancara 9 Agustus 2021)

Hasil wawancara dengan Sartina (Kepala Sekolah SD Negeri 2 Wawonii Barat), beliau mengatakan:

Semua guru harus memperoleh sertifikasi yang ditetapkan oleh pemerintah sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. semua rekan guru di sekolah ini sudah saya anjurkan untuk mengurus sertifikasi dengan harapan, ketika mereka sertifikasi kinerja mereka akan meningkat pula, karena saya lihat mereka hanya datang mengajar sekedar menggugurkan kewajiban saja. Saya selalu berharap mereka mau bekerja secara profesional di sekolah, memperhatikan administrasi pembelajaran, dan mengembangkan model pembelaran yang nantinya akan menghasilkan peserta didik yang berprestasi (Wawancara 28 Agustus 2021).

(10)

C. Kinerja Guru

Wawancara dengan (Hj. Sitti Najemin) guru sertifikasi, beliau mengatakan bahwa:

“Penilaian kinerja yang dilakukan kepala sekolah kepada kami menjadi motivasi tersendiri buat kami untuk lebih baik lagi dalam melaksanakan proses kegiatan belanjar mengajar dikelas. Nilai dari kinerja tersebut bukan hanya sebagai syarat pemenuhan administrasi guru sertifikasi tetapi sebagai tolak ukur kami dalam bekerja sebagai tenaga pendidik”. (Wawancara 28 Agustus 2021).

Hasil wawancara menunjukkan bahwa penilaian kinerja yang dilakukan oleh kepala sekolah bukan hanya mendukung semangat para guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas tetapi juga untuk menjadi tolak ukur seorang guru sampai dimana kemampuan dia sebagai guru profesional

Kinerja guru mempunyai spesifikasi atau kriteria kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi keprofesionalia.

KESIMPULAN

1. Implementasi kebijakan sertifikasi guru dalam meningkatkan kinerja guru di Sekolah Dasar Negeri 9 Wawonii Barat sudah cukup berjalan dengan baik, hal tersebut terlihat dari hasil Penilaian Kinerja Guru (PKG) dua tahun terakhir dan hasil Ujian Nasional siswa kelas VI tiga tahun terakhir memperlihatkan nilai yang meningkat jika dibandingkan dengan Sekolah Dasar Negeri 2 Wawonii Barat dimana dari hasil Penilaian Kinerja Guru (PKG) dua tahun terakhir dan hasil Ujian Nasional siswa tiga tahun terakhir di sekolah tersebut sama sekali tidak menunjukkan adanya peningkatan.

2. Kinerja guru pasca sertifikasi di dalam melakukan penilaian hasil pembelajaran menunjukkan kualitas kinerja yang lebih baik sehingga program sertifikasi yang digalakkan pemerintah memberikan dampak positif terhadap kinerja guru. Kompetensi kepribadian dan sosial guru pasca sertifikasi juga menunjukkan gejala yang meningkat. Kondisi secara umum kinerja guru berkenaan dengan kompetensi kepribadian dan sosial, juga meningkat pasca lulus sertifikasi.

Hal tersebut ditunjukkan oleh peningkatan pada beberapa indikator kinerja guru, yang secara berturut-turut dari yang paling menonjol adalah: kedisiplinan meningkat, tanggung jawab meningkat, dan keteladanan meningkat. Selanjutnya diikuti oleh meningkatnya subkompetensi etos kerja, kerja sama, mau menerima kritik dan saran

DAFTAR PUSTAKA

Agustino Leo, 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik, Bandung: Alfabeta.

Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, 2001. Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Renika Cipta

Anindhita Kiky Amrynudin 2018 meneliti Implementasi kebijakan sertifikasi guru SD di Kabupaten Tegal. Jurnal Sosial dan Politik, Vol 1 No.2 2018.

Arikunto Suharsini, 2003. Prosedur Penelitian, Suatu Praktek. Jakarta: Bina. Aksara BPS, 2020. Konawe Kepulauan Dalam Angka 2020. Percetakan Sultra

Dzakiyh, 2005 Kepribadian Guru. Jakarta: Bulan Bintan

(11)

Fatonah Siti, 2014. Peran Sertifikasi Pendidik Dalam Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran IPA SD di Kabupaten Malang. Jurnal Pendidikan Tarbiyah Vo. 1 No, 4

Idris Ade dan Idrus, 2014. Analisis Implementasi Kebijakan Tunjangan Profesi Guru Di Sma Negeri 1 Palu. JIPSINDO No. 1, Volume 1, Maret 2014

Masnur Muslich, 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : Remaja. Rosdakarya Mathis dan Jackson, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba Empat.

Mulyasa, 2009. Manajemen Pendidikan, Yogyakarta. Kansius

Nana Sudjana, 2004. Pedoman Praktis Mengajar Cetakan Ke IV, Bandung: Dermaga

Roestiyah NK, 2001. Masalah-Masalah Ilmu Keguruan, Cetakan Ke IV, Jakarta: Bina Aksara Sardiman AM, 2005. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar Pedoman Bagi Guru Dan Calon

Guru, Jakarta:Rajawali

Sarwono Jonathan, 2005. Jaringan Komputer dan Internet. Jakarta, Elex Media Komputerindo.

Syukur, 2012. Manajemen Pendidikan. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

Usman, Muhammad Uzer. 2007. Menjadi Guru Professional, Bandung: Remaja Rosdakarya

Wahyuni, 2010.Hubungan Motivasi Kerja dan Kesejahteraan Terhadap Kinerja Guru Matematika Sekolah Menengah Pertama di Kota Pekanbaru. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, 1(1), 1-7. doi:http://dx.doi.org/10.21831/jpms.vlil. 12471

Winarno, 2007 Winarno Budi, 2007. Kebijakan Publik: Teori dan Proses. Yogyakarta: Media Pressindo.

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai salah satu bentuk implementasi kebijakan sertifikasi guru tersebut, tahun 2009 dilaksanakannya sertifikasi guru dalam jabatan melalui penilaian portofolio

Dalam tataran implementatif kebijakan sertifikasi guru di Kabupaten Boyolali telah dapat memenuhi berbagai kepentingan dari pusat maupun daerah dan subyek serta obyek

Hasil kajian menunjukkan bahwa (1) implementasi kebijakan uji kompetensi guru melalui uji portofolio diragukan pengaruhnya terhadap peningkatan kompetensi guru dan mutu

Dengan demikian secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan sertifikasi guru dalam jabatan berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Implementasi Kebijakan Tunjangan Sertifikasi Guru Pada Pendidikan dasar di Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan tidak atau belum sesuai sesuai dengan teori Van Meter dan Van Hom..

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kusnadi (2006) penelitian tentang kontribusi sertifikasi terhadap kinerja guru. Dalam penelitian diperoleh

Berdasarkan dari analisa data yang ada, penelitian ini menemukan beberapa hal, diantaranya adalah: pertama, dari segi proses pelaksanaan kebijakan sertifikasi guru baik di tingkat

Serta Dinas Pendidikan haruslah menjalankan kebijakan- kebijakan yang telah di sahkan dalam Undang-Undang tersebut agar pelaksanaan kebijakan sertifikasi ini dapat