IMPTEMENTASI KTBIJAKAN SERTIFIKASI
GURU
DAII\M
RANGKA
MENINGKATKAN
PROFESIONALITAS
GURU
DI
KOTA YOGYAKARTA
Bachtiar
Dwi Kurniawan
Jurusan
Ilmu
Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Email: b achtiar-dk@y ahoo. com
ABSTRACT
This research was conducted to determine teacher certification policies, especially \he line of portofolio,
in order to improae profesionalism
teachers. Research certification policy implementation especiallywant
to see houfar
the processof implementntion conducted
by
the executiae, and what factors influence teacher certification policy implementation in Kota Yogyaknrta. Further research is intendedto
see the impact of teacher certificationpolicy toward teacher professionalism
in
teaching andleaning.
This research was conducted using qualitatit:e methodswith descriptiue approach.
This studyfound
seoeral things, including:first,
in
termsof teacher
certification process of policy implementationin both tltc City Department of Education and LPTKs can
be said to run well and smoothly, just haae a little problem, both are experiencing problems related to the limited facilities and suppofiing inf'rastructure.lt
happened because the central gooernmentdid not
allocate budget to support the implementation of the program. Second,in terms
of policy impact, therc has been no increase in c*tified teachers' professionalism significantly. The attitude of teachersin
conducting certification policy is only aisible when pursuing welfare only, while the quality of teaching receioed less attention.Ke words: Policy lmplementation, Certification, and Profusionalism of teacher
ABSTRAK
Penelitian
ini
dilakuknn untuk ffiengetahui implementasi kebijakan sertifikasi guru dalam jabatan khususnya jalur portofolio dalam rangka meningkatkan profesionalime guru. Penelitian implementasi kebijaknn sertifikasi secara khususingin melihat sejauh mana
proses lmplementasi yang dilakukan oleh para impletnentor danfaktor
apa saja yang mempengaruhi implementasi kebijakan settifiknsi guru di Kota Yogyakarta. Lebih jauh penelitianini dimaksudkan
untuk melihat dampak dari kebijakan sertifkasi guru terhadap profesionalitas guru di dalam melakukan proses belajar mengajar. Penelitianini dilakukan
dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Berdasarkan dari analisa data yang ada, penelilian ini menemukan beberapa hal, diantaranya adalah: pertama, dari segi proses pelaksanaan kebijakan sertifikasiguru baik di tingkat Dinas Pendidikan Kota dan LPTK
bisa dikataknn berjalan dengan baik d.an lancar, cuman ada sedikit persoalan, keduanya mengalami masalah berkait dengan keterbatasan sarana dan prasarana pendukung.Hal itu terjadi
lantaran pemerintah pusattidak mengalokasikan
allggaranuntuk mensupport pelaksanaan implementasi
proglafi.
Kedua, dari segi dampak kebijakan, sertifikasi belum aila peningkatan profesionalitas guruBa.htiar Dwi Kurniawan
lmplementasi Kebijakan Sertifikasi Guru Dalam *angka Meningkatka Profesionalitas Guru Di Kota Yogyakorta
Jurnol Studi Pemerintdhdn Volume 2 Nomor 2 Agustus 2077
secatd siSnifikan. Sikap para
guru
dalam menjalankan kebijakan sertifikasi terl{hat hanya mengejar kesejahteraan semata, semmtara mutu pengajaran kurang menilapat perhatian,Knt a kunci: lmplementasi kebij akan, S ertifikasi, Profesionalime guru
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah aspek
penting dan merupakan
ujr:ng tombak dalam
rangkameningkatkan
kualitas
sumberdaya manusia
agar
supaya
mampu
bersaing
di
tengahkompetisi kehidupan
berbangsayang semakin
maju dan rnodem. pendidikan
adalahinvestasi jangka panjang
dan menjadi kunci
'ntuk
masa depanyang lebih
bait dalam
kehidupan berbangsa
dan bemegara.
Tanpa adanya pendidikan yang memadahi
dan ber
kualitas,
maka bangsa hrdonesia akan semakintertingal
di buritan peradaban. salah
satu aspek pentinguntuk memajukan pendidikan
adalah adanyaguru-guru
yang profesional.Guru
merupakan
salahsatu komponen dari
mikro
sistempendidikan
yang
sangat strategis dan banyak mengambil perandi dalam
prosespendidikan
secara luas khususnyadalam pendidikan
persekolahan(suyanto dan Hisyam, 2000 z7). Guru atau
pendidik
merupakan
subyek yang sangat sentral
bagi terselenggaranya
mutu pendidikan
yang berkualitas.Berbicara masalah profesionaritas
guru
di
Indonesia, bisa dikatakan sangat mem
prihatinkan
karena sangat rendah
mutu profesionalitasnya.
Hal
ini
dapat
dilihat
dari
kelayakan
guru mengajar.
Dari total jumlah guru
di
lndonesia
(dari
rK
sampai
sLTA" termasuk Madrasah, swasta maupun negeri) yangberjumlah
2]77802
gt:;ru, bar:u M,49"/o atau sekitar 958.056guru yang memiliki
kualifikasi
91. Dengan
perincian
sebagaiberikul
guru
sLTP yang berjumlah 686.402,baru
53,47"h yang sudahmemiliki kualifikasi
gl.
Guru
sLTA
denganjuol,ah
372.616guru
yangterdiri dari sMA
dan MA, baru 6g,78% sttd.ahbet
kualifikasi
91. Di sMK dari
168.031 guru, 64,70% ju'gaud:rh berkualifikasi 91. Guru sD dan
MI, baik negeri
maupun
swasta merupakan kelornpok g-uru denganjurnlah paling banyak
yang belumberkualifikasi
s-1,yaitu
dari 7.452.8wgurq baru
9,01o/oyangbetkualifikasi
s-1, sekitar 130.898 grrru (Balitbang DepdiknasRt
2000)Pendidikan yang bermutu
sangattergantung pada keberadaan
guru
yang bermutu,
yakni
guru yang profesiona!
sejahtera dan bermartabat.oleh karena
itu keberadaan guru
yangbermutu merupakan
syaratmutlak hadimya
sistem dan praktik pendidikan bermutu.,",,::';i::;:i',';i;:i::",x1"
Hampir
semua bangsadi dunia
ini selalu mengembangkan kebijakan
yang mendorong
ke beradaanguru yang
bermutu. Negara-negara
tersebut seperti Singapura,
Korea
Selatan,Jepang Amerika
Serikat,
yang telah mengembangkan kebijakan langsung mempengaruhi
mutu
dengan melaksanakansertifikasi
guru. Guru yang sudah ada
harus
mengikuti uji
kompetensi untuk mendapatkan sertifikat profesi guru flalal, 2007)Terkait dengan
hal
tersebut maka pemerintah melalui
Departemen
PendidikanNasional (Depdiknas) telah melakukan berbagai
macrunupaya strategis untuk
meningkatkan kualitas pendidikan dan sumber daya manusia Indonesia dengan
memberi perhatian
khusus kepada para guru. Salah satu upayanya adalah dengan mengeluarkan kebijakan
yang mengupayakan peningkatan profesionalitas tenaga
guru dengan kebilakan sertifikasi.
Kebijakansertifikasi guru diatur melalui melalui Permendiknas
No
18/2007 yang mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 2012003 tentang SistemPendidilan Nasional
dan Undang-undangGuru dan Dosen No. 1412005 serta
Peraturan Pemerintah No.19l2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.Sertifikasi
guru
menjadi landasan menjamin keberadaanguru
yang profesionalunhrk
mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Pelaksanaan sertifikasiguru diharapkan mampu
sebagai solusi berkaitan dengan pencapaian standarguru yang berkualitas dan professional
tersebut. Kebijakan Sertifikasi Guru melalui PermendiknasNo 18/2007
merupakan salah satu upaya Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dalam rangka meningkatkan kualitasdan
profesionalitas guru sehingga pembelajaran
di
sekolahmenjadi berkualitas.
Tujuansertifikasi
adalah
(1) menentukan kelayakan
guru dalam
melaksanakantugas sebagai
pendidik
profesional, (2) meningkatkan proses dan hasil pembelajaran, (3) meningkatkan ke sejahteraan guru, (4) meningkatkan martabatguru; dalam rangka mewujudkan pendidikan
nasional yang bermutu.
Berdasar Permendiknas
No 18/2002 proses
sertifikasiguru dalam jabatan khususnya
jalur portofolio mensyaratkan adanya
dokumen portofolio yang harus dikumpulkan
oleh para guru yang akan menjadi alat ukur uji kompetensi. Program sertifikasi yang dilaksanakan secara
obyektif, valid
dan berkeadilan akan berpengaruhpositif terhadap peningkatan
kinerja
guru
dan selanjutnya akan berpengaruh
positif
terhadap peningkatan mutu
pendidikan nasional (Djaali, 2007).Bachtiar Dwi Kurniawan
h)nol Studi Pemerintahon volume 2 Nomor 2 Agustus 2071
Setelah berjalan
hampir
tiga tahr.rn, proses pelaksanaan sertifikasiguru
yang telah ber langsung seiak 2005-2008,tidak luput dari
permasalahandi lapangan. Diantaranya
adalahterlalu beratnya
persyaratan pengrrmpulan
dokumen
portofolio. Dalam Permendiknas
Nomor
18/2007, dimana dalam jabatan disebutkan bahwa sertifikasi bagiguru
dalam jabatandilaksanakan
melalui
uji
kompetensi
dalam bentuk penilaian portofolio atau
penilaiankumpulan
dokumen
yang
mencerminkan kompetensi
guru
dengan mencakup
10komponen.
Jika
kesepuluh komponen tersebut
telah dapat terpenuhi
secaraobyektif
dengan mencapai skorminimal
850 atau 57% dan perkiraan skormaksimum
(1500), maka yang ber sangkutanbisa dipastikan
untuk
berhak
menyandangpredikat sebagai gr,rru profesional,
besertasejumlah
hak dan
fasilitas
yang
melekat
dengan jabatannya. Sayangnya,r:ntuk
memenuhi batas
minimal
tersebut
temyata tidak semudah
yang
dibayangkan.
Sebagai masalahfurunan
dariberatrya
persyaratan tersebut adalah munculya kecurangan terutamadalam pelampiran dokumen portofolio.
Pemalsuandokumen portofolio menjadi peristiwa
yang tidak terelakkan.
Berdasar
temuan
penting
oleh
Tim Monitoring dan
Evaluasi (Monev)
Lrdependen yangdipilih
Konsorsium SertifikasiGuru
dalam laporan mengenaiMonev
SertifikasiGuru
dalam jabatan
2008. Tim tersebut secarakomprehensif
memberikan rekomendasi kepada pemerintahuntuk peningkatan
pelaksanaan sertifikasiguru
bagi sekitar 2,7juta guru
yang harus selesai pada 2015.Unifah
Rosyidi, Ketua Tim Monev Independenmewakili
PersatuanGuru
Republik Indonesia (PGRI), mengatakan, dari evaluasi sertifikasiguru
kuota 2006-2008ditemukan penilaian portofolio
yang sulit
dipenuhi guru
adalah
karya
pengembangan profesi, partisipasiforum ilmiah,
dan penghargaan yang relevan dengan bidangpendidikan
(http://www.penapendidikan.com/pelaksanaan-sertifikasi-guru-perlu-dievaluasi.html).
Untuk
melihat lebih jauh
bagaimana proses irnplementasi kebijakansertifikasi
gurq
maka
perlu untuk
melakukan kajian yang
mendalamdalam rangka
menelaahlebih jauh
pelaksanaan kebijakan sertifikasi
guru
danfaktor-faktor
yang mempengaruhi implementasi. Sejauhmanakebijakan sertifikasi berdampak pada profesionalitas guru?
Oleh
karena
itu
menarikuntuk dilakukan
kajian atau penelitian lebih jauh berkait dengan halitu
tersebut.Penelitian implementasi kebijakan sertifikasi
guru
ini difokuskan pada satuan
pendidikan tingkat
Sekolah Dasar (SD). Alasan kenapa satuanpendidikan
SD dipilih selain,","::';;1":;:i'r';;;i::r\I"
untuk fokus
juga karena
guru pada pendidikan
dasar dinilai paling tidak siapdi
dalammenjalankan kebijakan
sertifikasi guru
lantaran beratnya persyaratandokumen portofolio
yang harusdikumpulkan.
Di samping
itu
juga sekolah dasar adalah basisfundamental dari
proses
pendidikan pada tahap awal sehingga
poftet
guru
pada sekolah
dasar
akanrnenentukan
kemampuan anak
didik yang
selanjutanya akan menentuk:m prosespendidi
kan pada tahap
selanjutanya. Penelitianini lebih
memfokuskan padaguru
SDyang
sudah PNS.Adapun pemilihan lokasi penelitian
ini
adalah Kota Yogyakarta yangdi kenal
sebagai kota pelajar dan menjadi barometer pendidikan nasional serta mempunyaimutu pendidikan
yangrelatif lebih baik.
Sebagai daerah yang relatit well eilucated, maka menarikr:ntuk di kaji
bagaimana pelaksanaan implementasi kebijakansertifikasi
guru
dalam rangka meningkat
kan profesionalitas guru?
Berawal
dari
keadaan-keadaanyang
disampaikan diatas, maka ditentukan rumus.mmasalah yang menjadi
pertanyaan
pokok dalam penelitian
ini
adalah:
Bagaimanakahimplementasi kebijakan sertifikasi
guru
Sekolah
Dasar
Negeri
di
Kota
Yogyakarta?Bagaimanatah proses pelaksanaan kebijakan sertifikasi gr:ru, khususnya guru Sekolah Dasar
Negeri di
Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta dan Lembaga Pengada TenagaKependidikan
(LPTK) Rayon
11?
Bagaimanakahdampak sertifikasi
guru
terhadap profesionalitas
guru
Sekolah
Dasar
Negeri
di
Kota Yogyakarta?
Apakah
faktor
yang
mempengaruhi implementasi kebijakan sertifikasiguru
Sekolah DasarNegeri di
Kota Yogyakarta?KERANGKA
TEORITIK
1.
Profesionalitas
Sebenamya
sudah
sejak
lama,
guru
dikategorikan sebagai sebuah
profesi
yangberfungsi melakukan
pengajaranpada
satuanpendidikan sesuai
dengan ketentuan
dan aturan yang berlaku. Organisasiguru di Amerika
Serikat (NEA) mengartikan guru sebagai petugas yang langsungterlibat dalam
tugas-tugaspendidikan. Hal
tersebut juga ditegaskan dalam rekornendasi UNESCOALO tentang statusguru
sebagai hasil dari Kon{erensi KhususAntar Pemedntah
tahr;n
1966yang menyebutkan bahwa
guru meliputi semua
orang
di
sekolah yang bertanggungjawabdalam pendidikan
para murid (Supeno, 1995;25). SebagaiBachtiar Dwi Kurniawan
lmpiementasi Kebijakan Sertifikasi Guru Dalam Fangka
Meningkatkan Profesionalitas Guru Di Kota Yogyakarta
lurna! Studi Pemerintahon Volume 2 Nomat 2 Agustus 2071
profesi, maka pekerjaan menjadi
guru tidak
boleh dilakukan atau digantikan oleh oranglain
yang tidak mempunyai syarat r:ntuk menjalani profesi bersangkutan.
Profesi
dimaknai
sebagai pekerjaanyang
membutr.rhkarpelatihan
dan
penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanyamemiliki
asosiasi profesional,kode
etik,
serta proses sertiJikasidan lisensi yang khusus
untuk
bidang profesi
tersebut (http : I I id.wikipedia.or g I wiki I P rofesi).Guru berfungsi
untuk membentuk
dan memajulian seseo'ran& masyarakat, bangsa dan negarauntuk
mencapai derajat kualitas sumberdaya m.anusia dan peradaban yangunggul.
Keunggulan
sumberdayamanusia
dan
dr-uriapendidikan yang telah
membawa
kepadakemajuan
dan
kemodernan
tidak bisa
dilepaskan
dari
peran
serta
dari
seorang guru. Sehingga masyarakatmodern yang berkualitas
memerlukan
gurll-guru
yang
professional (Tilaaa 1995; 318).Guru yang profesional adalah
guru
yang memenuhi standar
profesi tertentu.
Secaraetimologi kata profesi
berasaldari bahasa Inggris
prot'ession atau bahasa lattn profecusyang
artinya
rnengakui
pengakuan, menyatakan
mamplt
atau
ahli
dalam
melaksanakan pekerjaan tertentu. Secara terminologi profesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yangmensyaratkan
pendidikan
tinggi
bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental
bukan manual.Penyebutan
istilah
profesional
merujuk pada
dua
hal.. Pertama,orang
yang
menyandang
sebagai
suatu profesi, misalnya
"dia
seorang
yang
profesional".
Kedua, penampilan seseorang yang melakukan pekerjaamya yang sesuai dengan profesinya (DedySupriyadi,
2OO4;221). Pada
umumnya orang
memberikan
arti
yang sempit
terhadappengertian profesional.
Profesional
diartikan
sebagai
suatu keterampilan teknis
yangdimiliki
seseorlrng.
Profesional mempunyai
rnakna
ahli
(ekspert),
tanggr:ngjawab (responsibility),baik tanggungjawab
intelektual
maupun tanggungjawabmoral dan
memiliki
rasa kesejawatan. Dengandemikian
professional dapatdipandang
dari tiga
dimensi yaitu,
alrJi, rasa tanggungjawab dan rasa kesejawatan (Supriyadi, 2004;227).
Profesionalitas selalu mengacu pada seperangkat pengetahua4 kemampuan dan
nilai
dari
petunjuk-petunjuk praktis
profesional (FionaHilferty,
20C8;1.61-173). Profesionalitas jugamerujuk pada
karakter dari kerja-kerjaprofesional
termasuk kualitas kerja dan standar tentangpetunjuk
pelaksanaan.Guru yang memprmyai sifat profesional adalah
giltu
yang8.rihttar t.,.,i K4rfi ilwofi lrrpl.rrent?.ii (aall::kan Seltti;kasi Grr! Daian liangka
,",,::i;::;:':,';i;i::,n1
dalam
persepsirekan
sejawatnyamarnpu
bekerja secara serius,menampilkan komitmen
yang
tings dan melampaui
harapanuntuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhanpara
siswa.Sehingga dalam hal
ini
makaguru
profesional adalahguru
yang menaruh rasa hormat padarekan sejawat,
memiliki
kompetensi dan keahlian (Tschannen-Momrr,
2009;45).Di Amerika,
guru plofesional
dituntut
merniliki lima hal
yang menjadiindikator:
(1)Guru mempunyai komitmen
pada siswa dan proses belajamya, (2)Guru
menguasai secaramendalam bahan/mata pelajaran
yang
diajarkannya serta cata mengajarnya kepada siswa,(3) Guru bertanggung iawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara evaluasg (4)
Guru
mampu
berfikir
sistematis
tentang
apa
yang
dilakukarurya
dan
belajar
dari
pengalamannya,
(5)
Guru
seyogyanyamerupakan bagian dari masydakat belajar
dalamlingkungan
profesinya(Vandevoort
Beardsley, Berliner, 2004)Berdasarkan PP
No.
74/2008 tentangguu,
diantaranya memuat tentang persyaratankompetensi yang harus
dimiliki
oleh guru. Ada 4 kompetensi yang harusdimiliki
olehguru
profesional, diantaranya
adalah
kompetensi pedagogik, kornpetensi
kepribadian,kompetensi sosial
dan
kompetensi profesional. Kompetensi profesional
sebagairnanadi
maksud pada ayat (2) merupakan kemampuan
guru
dalam mengrLrasai pengetahuanbidang
ilmu
pengetahuan,teknologi,
dan/atau seni danbudaya yang diampunya yang
sekurang-kurangnya meliputi
penguasaan:a) materi
pelajaran
secaraluas dan
mendalam
sesuaidengan standar
isi program
satuanpendidikan,
mata pelajaran, dan/ataukelompok
matapelajaran yang akan
diampu. b)
konsep dan metodedisiplin keilmuan,
teknologi, atau seniyang relevan,
yang
secarakonseptual menaungi atau koheren dengan
program
safuanpendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.
2.
ImplementasiKebijakan
Implementasi kebijakan adalah fase yang sangat
menentutan
di
dalam
proseskebijakan, bisa
jadi fase
ini
menjadi tahap yang sangat krusial karena rnenyangkutdinamik4
masalah atau problematika yang dihadapi sehingga akan berimbas pada dampak dan
tujuan
dari
kebijakanpublik.
Oleh karenaitu dibutuhkan
proses implementasi yangefektif,
tanpaadanya implementasi
yang
efektif keputusan-keputusan
yang dibuat
oleh
pengambilkeputusan
tidak
akan berhasil dan sukses (EdwardIII, 1980; 10)
Bachtiar D!'/i Kurniawan
lmplementasi Kebijakan Sertifikasi Guru Dalarh Rangka MeninBkatkao Profesionalita5 Guru Di Kota Yogvakarta
JunalStudiPeme ntahon t/olume 2 Nomot 2 Agustus 2011
Dengan
demikian, r:ntuk
memahami apayang telah te4adi
setelah sebuahprogram
ditetapkan adalah
bagian dari
implementasi kebijakan. Implementasi kebijakan
adalahaktivitas-aktivitas yang
te4adi
setelah penerbitan perintah dari otoritas pemangku kebijakanpublik
termasuk usaha-usaha baik dari aspek pelaksana dan dampak substantifnya terhadaprakyat (Sabatier and Mazmanian, 1983; 4),
Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian yang luas, merupakan
tahapdari
kebijakan
segera setelah penetapan r:ndang-undang.Ini mempr:nyai makna
bahwaimplernentasi
adalah
pelaksanaanundang-undang
dirnana berbagai aktor,
organisasi,prosedur
dan teknik
bekerja bersamauntuk
menjalankankebijakan dalam upaya
untuk
meraih tujuan-tujuan kebijakan
atau
program-program. lmplementasi
di
sisi yang lain
merupakan fenomena yang kompleks yang
rnungkin
dapatdipahami
sebagai suatu proses,suatu keluaran (output) rr.aupun sebagai suatu dampak (Lester dan
Stewarf
2000; 104-105).Ripley
danFranklin
berpendapat bahwa Implementasi adalah apa yangterjadi
setelahundang-undang ditetapkan
yang
memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungarl
atau suatu jenis keluaran yang nyata (tangible
output).lsnlah
implementasimenunjuk
padasejumlah kegiatan yang
mengikuti
pemyataan maksud tentangtujuan-tujuan program
danhasil yang
diinginkan
oleh para pejabat pemerintah (Ripley danFrankln,7982;
4).Dengan demikian
mata implementasi
adalah sebuah proses
interalsi
antarapenentuan
tujuan dan tindakan untuk mencapai tujuan.
kri pada dasarnya adalah
kemampuan
untuk
membangun hubungan dalarn mata rantai sebab akibat agar kebijakan bisaberdampak (Parsons, 2005 ;466).
3.
Faktor-faktoryangMempengaruhilmplementasiKebijakan
Sejumlah teori tentang implementasi kebijakan menengaskan bahwa terdapat sejumlah
faktor yang mernpengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan
publik. Dalam
studi
implementasi kebijakan, faktor-faktor yang
mempengarui
keberhasilanimplernentasi
kebijakan
seperti
yang diteoritisasi
oleh para ahli terbagi dalam
banyak model. Adapun
beberapa
model
studi implementasi
yang
dikembangkan oleh para
ahli tersebut
adalahseperti model Meter dan
Hom,
Sabatier dan Mazmanian serta George C. EdwardIII
b.
c.
d.
,,,,^l:i;',:::i'r';i::i::r1li
Model
ImplementasMeter
danHorn
(1975) adalahmodel
yangpaling klasik. Model
ini
menggambarkanbahwa implementasi
kebijakan berjalan secaraberalur
lurus
yang
di
mulai
dari kebijakanpublik,
implementor, dan kinerja kebijakanpublik. Menurut
Meter danHom
ada enam variabel yang mempengaruhi implementasi kebijakan, yakni:Standar dan sasaran kebiijakan;
Sumberdaya;
Aktivitas
implementasi dan komunikasi organisasi;Karakteristik
agen pelaksana/implementor;e.
Kondisi ekonomi, sosial danpolitik;
f.
Kecenderungan(desposition)pelaksana/implementor.Keberhasialan
implementasi
menurut Grindel
dipengaruhi
oleh dua
variabel
besar(dalam
Meter
danHorn,
1975),yakni
isi kebijakan dan
lingkungan
implementasi. Variabelisi kebijakan mencakup sejauh mana kepentingan kelompok sasaran termuat dalam isi kebija
kan, jenis manfaat
yang diterima
olehkelompok
sasaran, sejauh mana perubahanyang
di
inginkan dari
sebuahkebijakar;
apakah letak sebuah kebijakan sudah tepat. Apakah sebuahkebijakan telah menyebukan
implementomya
secararinci,
apakah kebijakandidukung
olehsumberdaya
yang
mernadai.
Sedangkanvaiabel lingkungan kebijakan
mencakup;
(a)seberapa besar kekuasaan, kepentingan dan sftategi
yang
dimiliki
olehaktor yang terlibat
dalam
implementasi
kebijakar; (b) karakteristik
rezim yang
berkuasa,
dan
(3)
tingkat
kepatuhan dan responsifitas kelompok sasaran.
Model
implementasi kebijakan
dari George
C. Edward Itr,
y*g
dimulai
denganpertanyaan:
prakondisi-prakondisi
apa
yang
rnembuat implementasi kebijakan
dapatberhasil. Berkaitan dengan pertanyaan
ini,
Edward
menjawabbahwa
yang
dapat
mempengaruhi implementasi kebijakan
ada empatvariabel
krusial yaitu:
komunikasi,
sumberdaya, disposisi atau sikap para pelaksana dan
struktur birokrasi
(Edwrdtrl
1980;10).fadi
dengan berdasar pada penjelasandi
atas, makafaktor komunikasi,
sumber daya,disposisi/
kecenderungan
implementor,
dan struktur
birokrasi mempengaruhi derajat
keberhasilan implementasi kebijakan. Masing-masing
faktor
tersebut saling berinteraksi danmernpengaruhi
satu
sama
lairmya,
yang pada akhirnya
mempengaruhi
implementasikebijakan.
Bachtiar Dwi Kurniawan
lunol Stucii Pemerintohon Volume 2 Nonot 2 Agustus 2a11
Hubungan
variabel
sumberdaya,sikap dan
hubungan
organisasi, sebagai variabelindependen terhadap implementasi kebijakan sertifikasi
guru
di kota Yogyakrta akan
di
jelaskan dalam uraian
berikut:
Variabel independen Variabel dependen
METODE PENELITIAN
Penelitian
kebijakan
adalahpenelitian
empirik
yang dilakukan
untuk
rnemverifikasiproporsi-proporsi
mengenai beberapa aspekhubungan
antaraalat dan
tujuan
dan proses
kebijakan.
Penelitian kebijakan
publik
dapat
dipikirkan
sebagaipenelitian
sosial terapankarena
bentuk penettian
tersebut
memiliki fokus utama yang
samadengan penelitian
terapan,
yakni pemecahan masalah
praktis"
(Meyer dan Greenwood, 7984;66).fenis penelitian
ini
adalahpenelitian
kualitatif.
Format penelitian
kualitatif
yang
di
piJih
untuk
meneliti
implementasi kebijakan adalah
format kualitatif deskriptif,
yaitu;
sebuah format yang bertujuan
rntuk
menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagaisituasi dan berbagai fenomena realitas sosial
di masyarakat (Br:ngin,
2000;49-52).Sumber
data yang digunakan dalam penelitian
ini
adalah sumber dataprimer
dansumber data sekunder. Sumber data
primer
adalah sumber datayang diperoleh
langsungdari pihak
yang memberikan informasi
sedangkan sumber data sekunder adalah sumberyang
secaratidak
langsung
rnernberikandata
kepadapengumpul data
(Sugiyono, 2003).Yang dimaksud
dengan
data primer
dalam penelitian
ini
adalah key person
(purposivesampling) yang menjadi objek wawancara
penelitian sedangkan
data sekunder adalah datayang berasal
dari
dokumenyang diperoleh dari buku,
bahanlaporan
dari
instansi terkait,bahan dari internet, artikel atau opini media massa. Dalam penelitian
ini,
pengrrmpulan dataAachtiar Dwi Korniawan lmplementasi Kebi.jEkan Senifikasi Guru Dalam Rangka Meoingkatkan Profesionalitas Guru Di Kota yogyaka.ta Proses lmplementasi
Kebijakan Sertifikasi
Guru
lmpact kebijakan: Profesionalitas
Guru
,",",::';;::;:i'r';{:,i::rx11
dilakukan
dengan menggunakan
teknik-teknik
sebagaiberikut:
Observasi; dilaksanakandengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian, dengan maksud
memperoleh gambaran
nyata pada
hasil
temuan. Wawancara; dilakukan
terhadapresponden
yang telah ditentukan
untuk
mendapatkan
informasi
yang lebih ielas
danmendalam tentang berbagai
hal
yang diperlukan, yang
berhubungan dengan
masalahpenelitian. Dokumentasi; pengumpulan data sekunder yang berkaitan dengan implementasi
kebijakan sertifikasi guru
di Kota Yogyakarta.
Teknik
analisis data
yang
digunakan dalam penelitian adalah
deskriptif
kualitatif.
Proses analisis data
ini di mulai
dengan menelaah seluruh data yang tersediadari berbagai
sumber,
dilanjutkan
denganmereduksi data
denganmembuat abstraksi
yaitu
membuatrangkuman yang inti, proses dan pemyataan-pemyataan
perlu dijaga sehingga tetap berada
di
dalamnya. Langkah selanjutnya menyusunnya dalam satuan-satuanuntuk
dikategorisasikan sambil membuat
koding
pada tahap
akhir
adalah dengan mengadakan pemeriksaankeabsahan data. Setelah itu barulah ke tahap penafsiran data. (Meolong,2003; 190).
HASIL DAN ANALISIS
1.
ProsesSertifikasi
Di
DinasPendidikan
Kota YogyakartaDinas
Pendidikan Kota Yogyakarta dalam rangka
melaksanakan kebijakan serti-fikasiguru
telahmelakukan langkah sesuai
dengan ketentuankerja dan pembagian tugas yang
berlaku. Dinas Pendidikan berperan dalam sosialisasi, menetapkan peserta, mengumpulkan
dan mengirimkan portofolio ke LPTK, mengumumkan hasil penilaian LPTK, dan melakukan
koordinasi dengan
Dinas Pendidikanprovinsi,
LPMP, dan LPTK. Sementaraitu,
Kandepaghanya berperan dalam
pendataan
calon
peserta
yang
mendaftar, pengumpulan
danpengiriman
portofolio ke
LPTIi
dan penyampaian hasil penilaian LPTK (Hastuti, 2007; 5).Sasaran
peserta
sertifikasi
guru secara
nasional
yang
ditetapkan
oleh
pemerintahsetiap tahunnya terbatas. Oleh karena
itu,
ditentukanlah kuota peserta sertifikasiguru
untuk
setiap
provinsi dan
kabupaten/kota.
Kuota
provinsi
ditetapk;m
oleh direktorat
JenderalPeningkatan
Mutu
Pendidik
dan Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK). Kuota kabupatenL/kota dihitung
oleh
Lembaga Penjaminan
Mutu
Pendidikan (LPMP) bersama
dinaspendidikan provinsi
dan dinaspendidikan kabupaten/kota. Penghitungan kuota kabupaten/
kota
didasarkan
atas
jumlah guru
yang memenuhi
persyaratan
pada
kabupaten/kotaBachtiar Dwi Kurniawan
lmplementasi Kebijakan Sertifikasi Guru Dalam Rangka
Junal Studi Pemerintahon Valume 2 Nomor 2 Agustus 2071
tersebut.
Kuota
kabupaten/kotameliputi
kuota gr.rru
PNS danbukan
pNS, sertakuota
perjenis dan jenjang
pendidikan
TK
SD, SMP,SMA, SMK
dan SLB sertaguru
yang diangkat
dalam jabatan pengawas. Kuota
guru
yang berstatus PNS minimal7sl" dm
maksimal g57o,kuota bukan
PNS minimal 15%dan maksimal
257o, disesuaikan denganproporsi jumlah
guru pada masing-masing daerah.
Kuota
kabupaten/kota ditetapkanmelalui
kesepakatandan
disahkan bersama antaradinas pendidikan provinsi, dinas pendidikan
kabupatenlkota,
dan
LpMp
dalam
satupertemuan koordinasi. Kuota per jenis dan jenjang
pendidikan
yang telah ditetapkan dapatbergeser disesuaikan
dengan
kondisi
di
masing-masingkabupaten/
kota. Apabila kuota
kabupaten/kota
yang sudah
ditetapkan
tidak
dapat dipenuhi,
mata
dinas
pendidikan
kabupaten/kota segera melaporkan
ke
LPMP
untuk
dipindahkan
ke
kabupatenlkota
lain
dalam
provinsi tersebut
(Depdikr as,
2007) .Proses penetapan
kuota
pada
jalur portofolio
mengalami perbaikan
dari tahun
ketahun. Pada penetapan kuota 2006 dan kuota 2007, pembagian
untuk
tingkat kabupaten/kotaditetapkan
secaraterpusat
oleh Dirjen
PMPTK Depdiknas. Pada
penetapankuota
2007tambahan,
Depdiknas
hanya
menetapkan
kuota
sampai
tingkat
provinsi,
selanjutnyaprovinsi
menetapkankuota untuk setiap kabupaten/kota
yang
ada
di
wilayahnya.
padapenetapan
kuota
2008diberlakukan
hal
yang
sama.
Namun, kuota
kabupatenlkota
di
tetapkan secara bersama oleh Dinas Pendidikan kabupaten/kota, Dinas Pendidikan provinsi"
dan LPMP.
Secara spesifik, penetapan peserta melalui
jalur
portofolio
berbedauntuk kuota
2006,2007
'
2007 tambahan,dan
2008. Padakuota
2006, pesertaditetapkan
berdasarkanurutan
kriteria
prestasi akademik, beban mengajar, dan masa kerja. Pada kuota 2007,urutan kriteria
penetapan peserta berubah
menjadi masa
kerja, usia, pangkat/golongan, beban mengajar,jabatarL/tugas
tambahan,
dan
prestasi kerja.
Padakuota 2007 tambahan,
kriteria
pesertaadalah
prestasiakademik
dan masa
kerja.
Pada penetapan pesertakuota
2008, terdapatpenambahan persyaratan peserta, yakni guru
berpendidikan
S1/D4yang sudah
memiliki
NUPTK, sedangkan
urutan kriterianya sama dengan pada penetapan peserta
kuota 2007.Proses
sosialisasi
di
Dinas Pendidikan Kota
Yogyakarta
dilakukan dengan
caraberantai, sebelumnya Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta mengundang para kepala sekolah
untuk
diberikan
informasi
dan
pengarahanberkait dengan
kebijakan
program sertifikasi
0",,.i:il"I:l',';;;,',:::1,1,1',
guru
dandiberi
buku
panduan sertifikasi. Kepala sekolahdihirnbau
untuk
menginformasikan lebih lanjut kepada para guru di sekolah rnasing-masing.
Daiam sosialisasi tentang kebijakan sertifikasi
guru,
mengingat lantarankuota sangat
terbatas
maka
hanya
glru
yang
memenuhi syarat
saiayang
berhak
untuk
didaftarkan
terlebih dahulu
kepada
panitia serlifikasi.
Seteiahpara Suru yang berhak
mendaftarmengentri data sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, maka panitia sertifikasi
guru
melakukan penilaian berdasarkan prioritas yang ada'
Setelah sosialisasi dilakukan kepada kepala sekolah dan kepala sekolah menginforrnasi
kan
kepada paraguru,
makapanitia
membuat sutat edaran kepada semua sekolahberkait
dengan data
diri
guru. Para guru yang ada di semua sekolahdiwajibkan
mengisiform
datadiri
guru dan diminta dikumpulkan
kepadapanitia
sertifikasi
guru
di
Dinas
Pendidikankota.
Kemudian
data tersebutdi
entry oldn panitia
sertifikasiguru untuk
ditentukan
daftarpeserta berdasarkan
priroritas
yang sudahdibuat
dan disesuaikan dengan kuotayang ada'
setelah
itu,
maka daftar
pesertayan8
memenuhi
kriteria awal untuk
ikut
sertifikasi
di
umumkan.
Berdasarkan
kuota
sertifikasiguru yang diterimanyE
Dinas PendidikanProvinsi
danDinas
pendidikan
Kabupaten/Kota melakukan seleksiinternal
dengan menggr:nakan skalaprioritas
dan kriteria yang telah disepakati, dan menetapkan guru peserta sertifikasi.Kriteria
penilaian
rLltuk
menentukandaftar
urut
Peserta adalah usia, masa kerja, golongan, bebanmengajar, tugas tambahan, dan prestasi kerja (Depdiknas, 2007;
l8)'
Kuota yang ditetapkan
oleh DinasPendidikan Kota
Yogyakarta berdasarkankriteria
yang ada dan
berkas penyusunan
portofolio yang dikumpulkan para
guru
di
DinasPendidikan Kota Yogyakarta
sertapenilaian
yang
dilakukan oleh
asesordi
LPTK
makadapat
dilihat
dalam tabel di bawahini:
Tabel
1.
Daftar Rekapitulasi Peserta Sertifikasi Guru SDN Kota Yo8yakartaPes€rta 9ertifikasi Tidak lulus
7 2006 46 46 0 700%
2 2047 151 151 0 too%
3 2008 777 774 3 98,3%
4 2009 467 450 t7 96,3%
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, 2010
Bacirtiar ilwi KurniaiYat
lmplernentasl Keb;jak;r. 5eriilkati G.trir
f.isit
R;l]6ktMelllrgk;r'ikan Profesionalitas Grr.i.l Di Kol; Y*8y,rkai1a
[image:13.595.77.531.616.700.2])wnal Stutli Penerint$han Valume 2 Nomar 2 Agu:;trt 24i1
2.
ProsesSertifikasi
Di
LI"TK
Penilaian
Portofolio sertifikasi
guru
dilakukan
oleh
Lembaga Pengadaan
TenagaPendidikan
(Ll'-lK)
penyelenggarasertifikasi
guru
dalarn bentuk Rayon
yang
terdiri
dari
LPTK
induk
dan LPTK mitra yang ciikoordinasi oleh Konsorsium Sertifikasi Guru (KSG).Pelaksanaan Sertifikasi
Guru di
kota Yogyakarta, sesuai dengan Peraturan Menteri No.7812007
tenlang
PembagianRayon
Sertifikasl
maka
Kota
Yogyakarta masuk Rayon
11.Dalam Rayon 11 tersebut dihrnjuk lJniversitas Negeri Yogyakarta sebagai LPTK
induk
dandi
dukung
LPTK
Mitra yang terdiri dari
Universitas
Ahmad
DaNan, Universitas
SanataDarma dan Universitas
SarianaWiyata
Tamarrsiswa.Penunjukkan Uruversitas
NegeriYogyakarta
(UNY)
sebagai pelaksana progaam seirifikasi, karena
UNY
sebagai perguruantinggi yang
menyelenggarakanprogram
pengadaan tenaga
kependidikan dan memiliki
jumlah
prodi
kependidikan
yang
berkualitas.
Pada
2009
terjadi
perubahan
pelaksanapenilaian sertifikasi
guru,
UNY
tetap menjadi LPTKinduk
bekerjasama dengan perguruantinggi
mitr4
yaitu;
Universitas
Ahmad
Dahlan
(UAD)
dan Universitas PGRI Yogyakarta
(uPY).
Rayon 11 membenhrk Panitia Sertifikasi Guru (PSG) yang melakukan tugas men)'usun
deskripsi
tugasdan melaksanakan koordinasi
persiapan pelaksanaan,menyiapkan
saranadan prasarana pengoiahan data
ftardware),
brainware danA'IK,
melakukan perekrutan danevaluasi
asesor.Asesor adalah
seseorangyang melakukan penilaian
secara langsungterhadap dokumen
portofolio
yang ada, Panitia sertifikasi Rayon 11di
dalam melaksanakanpenilaian
portofolio sertifikasi
gmu
menggunakan
program entry data
berbasis
ITC.Program entry data
dilakukan sendiri
oleh asesor.Pemberinan skor/penilaian masing-masing kornponen portofolio dilakukan oleh asesor
kecuali pada komponen penilaian oieh
atasandan
pengawas.
Pada komponen penilaianatasan dan pengawas, asesor
tinggal
menerimajadi hasil nilai
ataupemberian skor dari
masing-masing
atasarrdan
pengawas
para
guru
bersangkutan. Semua
skor
dari
10komponen
portofolio
tersebut
dijumlah, guru
harus memenuhi batas
minimal
kelulusandengan total
nilai
850.Di
dalam pelaksanaan penilaianportofolio, iidak
bisa dihindari terjadi yang namanyaperbedaan pemberian
nilai
(skor)
antara
masing-masing asesor
terhadap
dokumen6acl:ier llri; (ur:iia.van iinirienelrta5i (ebijri(nn S.rtifikaii G,riu
l,lrl:i
i1!ntk;Jurnal Studi Peme ntohon
Volume 2 Nomor 2 Agustus 2077
portofolio
yang ada. Sehingga harus dicarikan format dantitik temu dalam rangka memutus
kan
hasil akhir nilai yang
diberikan. kedua
asesorharus melakukan
kesepakatan secaraobyektif. Apabila tidak
tercapaikata sepakat
antara kedua
asesormaka akan dilakukan
penilaian oleh asesor ketiga.
3.
Faktor-Faktor YangMempengaruhi Kebijakan
Penelitian
ini
memfokuskanpad tiga
variabel
berpengaruh (depenilent),yaitu;
faktor
sikap, sumber daya
dan
hubungan
antarorganisasiyang
akan
dibahas secaraberurutan
sebagai
berikut
:a.
Sumber daya.Faktor
sumber daya, khususnya yang
berkait
dengan SDM,
baik
di
tingkat
LPTKmaupun
DinasPendidikan Kota
tidak
mengalami masalahdari sisi
kuantitas dan
kualitaspelaksana. Ketersediaan
SDM yang memadai dalam
menjalankankebijakan sertifikasi
di
Kota
Yogyakarta rnerupakan
faktor
pendorong
keberhasilan pelaksanaan
kebijakansertifikasi
guru.
Faktor sumber daya finansial yang menjadi
penghambat adalah
berkait
denganmekanisme
penganggarankhususnya
yang ada di Dinas
Pendidikan
Kota
Yogyakarta.Ternyata Dinas Pendidikan
setempattidak mendapat
suwort
anggarandari
PemerintahPusat
untuk
melaksanakan kebijakan. Bahkan pada awal pelaksanaannya, Dinas PendidikanKota Yogyakarta
belum
mendapat kejelasanberkait
dengan dana pelaksanaannya.Hal
ini
terjadi lantaran Pemerintah
tidak
memberikan penjelasandi
awal berkait dengan mekanismeanggaran keperluan pelaksanaan sertifikasi
di
tingkat
daerah. Sehinggahal
tersebutcukup
mengganggu proses pelaksanaan sertifikasi guru. Masalah ketersediaan anggaran yang
tidak
jelas
ini hanya terjadi pada waktu awal
pelaksanaannya saja,tetapi
setelah mendapatkejelasan mekanisme
dan
alokasi
anggaran
dari
Pemkot Yogyakarta berkait
denganpelaksanaan operasional
di
Dinas Pendidikan
Kota
Yogyakarta
untuk
selanjutnyafaktor
anggaran
tidak
terjadi masalah.Sedangkan
faktor
sumber daya fasilitas saralvr prasar.rna mengalami kendala b.berkait
dengan
keterbatasaninfrastruktur fasilitas
sarana
Prasaranabaik
di
LPTK dan Dinas
Pendidikan. Masing-masing instansi mengalami
masalahterutama
berkait
dengan
tidak
Bachtiar Dwi Kutniawan
lmplementasi Kebiiakan sel1ifikasi Guru Dalam Rangka
j u rna l.5l ud i Pne (i ntlt h I
r
Vo!ume 2 Nc[rlor 2 A!]uslLis 2{117adanya sarana
plasarana
pendukung
pelaksanaanpiogram,
diantararryaseperti
fasilitaskomputer,
Il
dan gudang
penyimpanan dokumen
penting yang
berhubungan
dengansertifik asi.
b.
Faktor Sikap pelaksanasejauh
hasil
temuantidak
menemukanmasalah
dan kerrdala yangberarti.
pelaksanasangat memaharni
maksud
dan
hrjuan kebijakan
denganbaik.
Dengan demikian berarti
proses transfer
informasi
tentangisi
kebijakan tersampaikan denganbailg
sehinggatidak
ada miss
dan
defisit pemahamanterhadap
maksu<idan tujuan
kebijakan
dicanangkan.Sedangkan
faktor
sikap
dengan
indikator
komitrnen
pelaksana
dalam
menjalankankebijakan, sejauh
ini
tidak
ditemukanindikasi
kala;.' pelaksanatidak
berkomitmen menjalankan
kebijakansertifikasi
baik
di
tingkat
LPTK
Rayon 11UNY
maupun Dinas pendidikan
Kota. Sehingga komitrnen agen pelaksana kebijakan sangat tinggr, komitmen yang
tinggi
ini
juga bisa
dilihat
dari
kepahrhan
agen pelaksana kebijakan menjalankan hrgas yang sudahdiamanahkan oleh
pimpinan
dan organisasi dengan sungguh-sungguh berdasar ketentuanyang berlaku. Sehingga tingkat kepatuhan terhadap ketentuan kebijakan sangat
tinggi.
c.
HubunganAntarorganisasi
Dengan
indikator struktur
birokrasi/banyaknya instansi yangterlibat
dalarn sertifikasiguru,
masing-masinginstansi
tidak
mempermasalahkan selamaada
kejelasanfugas
danfungsi yang dijalankan. Meskipun banyak intansi yang
terlibat di
dalarn proses pelaksanaansertifikasi
gum,
proses
pelaksanaannyadi
Kota
Yogyakarta
tidak
mengalami kendal4
semua berjalan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing. proses
komunikasi
dan koordinasi
antar instansi berjalan dengan lancar danbaik
sesuai denganafuran
yangada.
4.
DampaklmplernentasiKebijakanScrtifikasi
Data
di
lapangan menunjukkan
bahwa memang
para
guru
membuat
rencanapelaksanaan pembelajaran
(RPP).
Paraguru
membuat
RPPitu
memang sudah
menjadikeharusan
apakah
gr:ru
bersangkutan sudah sertifikasi atau
belum.
Cuman
masalahnyaadalah apakah pembuatan RPP
itu
lantaranunsur
keterpaksaan dalam rangka meiengkapiadministrasi sekolah atau memang
wujud
dari
kesadarandari
sangguru untuk
benar benarmembuatnya dalam rangka komih'nen
dan
panggilan
moral
dari
sangguru untuk
tetap!aehtier
l'ri
i{ur iti:,!,ran,",",,::!"r::;:::r';;;:i::":r"1
komitmen
membuat RPP walaupr-rn tanpa adanya Pengawasan atauPunpenilaian.
Selamaini
ketika
guru
membuat IIPP,yang dominan
adalah karena adanya kewajiban memenuhiadministr asi sekolah.
Jika
dilihat
dari pemaparan kepala sekolah dan g-uru yang belum mendapat sertifikasi,tingkat kehadiran para
guru
sebelum
dan
sesudahsertifikasi dan
mendapat sertifikat
pendidik
profesionalbisa dikatakan
tidak
ada perubahan atauwajar
saia.Hal
ini
terjadi
lantaran
di
dorong juga dengan adanya ketentuan dari pemerintah kotaberkait
dengan jamkerja/jam mengajar
(dilihat
PerwalNo.
40/2007). Sehinggamotif
bekerja dalam konteks kedisiplinan
waktu
belajar mengajarlebih pada
adanya aturanyang diterbitkan
Pemerintahkota tersebut bukan karena adanya sertifikasi.
Proses belajar mengajar
di
kelas, sangat ditentukan oleh keberadaan paraguru.
Faktorpenting
yang menentukan proses belajar mengajaritu
diantaranya adalahkedisiplinan
paraguru. Guru yang
profesional adalah
guru yang
mencurahkan
sebagian besarwaktunya
dalam
proses belajar mengajar. Faktorlain
r:ntuk
mengetahuitingkat
profesionalitasguru
adalah
tertib
administrasi.
Sebagaibukti
bahwa guru
bersangkutan adalah
guru
yangprofesional maka
guru
tersebuthatus mau dan mampu
membuat
rencana pelaksanaanpembelajaran (RPP)" Rencana pembelajaran
sangat Penting
sekali
dalarn
proses belajarrnengajar,
yakni
sebagai
pedoman
bagi
pata
guru
di
dalam
menyampaikan
materipembelajaran. Guru harus menyampaikan materi sesuai dengan tahapan pembelajaran yang
ada sehingga materi yang disampaikan sedapat
mugkin
runtut
dan terarah (sistematis).Pemaparan diatas,
diketahui bahwa
memang
para
guru
membuat
rencanapelaksanaan pembelajaran
(RPP).
Paraguru
membuat
RPP itumemang sudah
menjadikeharusan apakah
guru
bersangkutansudah sertifikasi
ataubelum.
Namun
masalahnyaadalah apakah pembuatan RPP
itu
lantaranunsur
keterpaksaan dalam rangka melengkapiadministrasi sekolah atau memang
wujud
dari
kesadarandari
sangguru untuk
benar benarmembuatnya dalam rangka
komitmen dan
panggilan
moral dari
sangguru untuk
tetapkornitmen
membuat RPPwalaupun
tanpa adanya pengawasan atauPun penilaian. Selamaini
ketika
guru
membuat RPP,yang dominan
adalah karena adanya kewajiban memenuhiadministrasi sekolah.
Bachtiar Dwi Kurniawan
lumal stutli Femetintahan
Volume 2 Nomar 2 Agustus 2O11
Keberhasilan
para siswa dalam
proses
belajar mengajal
sangat
ditentukan
olehkomptensi
profesionalyakni
kemampuanguru
terutama seberapajauh para
gulu
mamPumenguasai
materi
pelajaran
yang diampu'
Penguasaanguru
terhadap
materi
pelajaranantara
guru
yang sudah
sertiJikasidan yang belum bisa dikatakan
tidak
ada perbedaan,kalaupun ada
itu
sangatminim
sekaLi. Kinerja guru yang sudah lolos sertifikasi masihbelum
memuaskan.
Hasil
survei yang dilakukan
PersatuanGuru Republik
Indonesia
(PGRI,1mengenai dampak sertifikasi profesi guru terhadap kinerja g-uru juga menunjukkan hal yang
sama,
bahwa sertifikasi belum bisa meningkatkan kinerja
dan
profesionalisme guru
(
Dari
data
yangdihimpun
di
lapangao
apayang
disampaikanol':h
Menteri Pendidikan dan
hasil
surveipGRI tersebut juga
terjadi
di
Kota Yogyakarta. sehinggatuiuan
sertifikasir:ntuk
meningkatkan
kinerja
dan
profesionalisme
belum
menunjukkan
hasil yang
signifikan
di
kotaYogayakarta.
Guru
dituntut untuk
memiliki
kemampuan
untuk
menggunakan
metodepembelajaran yang bervariasi, memaksimalkan sarana dan Prasarana
pendidikan
yang adadan
melakukan berbagai
inovasi dalam
pembelajaran.
Dengan demikian
prosespembelajaran
menjadi
menarik
sehinggapara
siswa
tidak
bosan
denganperforma guru
dalam pembelajaran di kelas.
Berdasarkan penilaian para
guru
dan kepala sekolah dilokasi dimana paraguru
sudahmendapat
sertifikat pendidik
profesional
belum ada
peningkatan
yang berarti
berkait
keprofesionalan
dalam
proses
belajar
mengajar
di kelas. Inovasi" metode, improvisasi
pembelajaran masih monoton dan konvensional. Kendala yang
dihadapi
adalahdari
dalamdiri
para
guru
sendiri, misalnya
usia guru yang
sudah
tua
dan mau
pensiury
dan
kemampuan
guru untuk
mengembangkan metode dan inovasi pembelajaran,walaupun pihak
sekolah sudah mencoba memfasilitasi para guru
untuk
melakukan terobosan pembelajaran.KESIMPULAN
Pelaksanaan
kebijakan sertifikasi
guru
sertifikasi
di
Kota Yogyakarta
menunjukkanperforma yang sangat baik.
Dari
segi proses pelaksanaan berjalan dengan lancar dan bisadi
katakan sukses. Sejak 2006 sampai 2009
tingkat
partisipasiguru mengikuti
sertifikasi sangattinggi, tingkat
kelulusan peserta
sertifikasi guru melalui
ialur
portofolio SDN
di
KotaJurnal studi Pemerintohon Volume 2 Nomat 2 Agustus 2011
Keberhasilan
para siswa dalam
proses
belajar
mengajar sangat ditentulcan
olehkomptensi
profesionalyakni
kemampuanguru
terutama seberapajauh para
guru
mampu
menguasai
materi
pelajaran
yang diampu.
Penguasaanguru
terhadap
rnateri
pelajaranantara
guru
yang sudah sertifikasi dan yang belum bisa dikatakan
tidak
ada perbedaan,kalaupun ada
itu
sangatminim
sekali. Kinerja guru yang sudah lolossertifitasi
masih belummemuaskan.
Hasil
survei yang dilakukan
PersatuanGuru Republik
Indonesia
(PGRI)mengenai dampak sertifikasi profesi
guru terhadap
kinerja guru juga menunjukkan hal yangsam4 bahwa sertifikasi belum bisa meningkatkan kinerja
dan
profesionalisme guru
.
Dari
data
yangdihimpun
di
lapangan, apayang
disarnpaikanoleh Menteri Pendidikan dan
hasil
surveiPGRI tersebut juga
te4adi
di
Kota Yogyakarta. Sehingga tujuan sertifikasiuntuk
meningkatkan
kinerja
dan
profesionalisme
belum menunjukkan
hasil yang
signifikan
di
kotaYogayakarta.
Guru
ditunfut untuk
memiliki
kemampuan
untuk
menggr:nakan metodepembelajaran yang bervariasi, memaksimalkan sarana dan prasarana
pendidikan
yang adadan
melakukan berbagai
inovasi dalam
pembelajaran. Dengan
demikian
prosespembelajaran
rnenjadi
menarik
sehinggapara siswa
tidak
bosan
denganperforma guru
dalam pembelajaran
di kelas.
Berdasarkan penilaian para guru dan kepala sekolah dilokasi dimana para
guru sudah
mendapat
sertifikat
pendidik
profesional
belum ada
peningkatan
yang berarti
berkait
keprofesionalan
dalarn
proses
belajar
mengajar
di
kelas.
Inovasi,
metode, improvisasi
pembelajaran rnasih- monoton dan konvensional. Kendala yang
dihadapi
adalahdari
dalamdiri para
guru sendiri,
misalnya
usia guru yang
sudah
fua dan mau
pensiurg
dan
kemarnpuan
guru untuk
mengembangkan metode dan inovasi pembelajaran,walaupun pihak
sekolah sudah mencoba memfasilitasi para guru urrtuk melakukan terobosan pembelajaran.
KESIMPULAN
Pelaksanaan
kebijakan settifikasi
guru
sertifikasi
di
Kota Yogyakarta
menunjukkanperforma yang sangat baik.
Dari segi proses pelaksanaan
berjalan dengan lancar dan bisadi
katakan sukses. Sejak 2006 sampai 2009 tingkat partisipasi
guru mengikuti
sertifikasi sangattinggi, tingkat
kelulusan
pesertaseftifikasi guru melalui
jalur
portofolio SDN di
KotaBachtiar Dwi Kurniawan lmplementasi Kebijakan Sertifikasi Guru Dalarn Rangka
,,,"::':1"';:i'r';i:,i::3211
Yogyakarta
sejak 2006sampai dengan
2009tata-rata
mencapai 98,65%. Sebuah capaianangka
prosentaseyang
sangattinggi
sehinggadari
segi
ouput
kebijakan bisa
dikatakanberhasil.
Dari
segidampak
(impact), kebijakansertifikasi
guru
khususnyaguru
Sekolah DasarNegeri
di
KotaYogyakart4 terjadi
perubahan peningkatan performa kinerja profesionalitasguru
tetapi belumsignifikan.
Sertifikasi belum memberikan dorongan yangberarti
terhadapperubahan profesionalisme para
guru
dalam proses belaiar rnengajar. Yang terjadi pada faseawal
ini
adalah
baru
sebataspada
perubahan kesejeihteraanyang
dalam
hal
ini adalah
peningkatan pendapatan para
guru
lantaran adanya tambahan 1kali
gajipokok bagi guru
yang sudah tersertifikasi
DAFTAR
PUSTAKA
Bungiry
Burhan.
2000. Penelitian KualitatiJi Jakarta, Kencana Media Group.Djaab,, Peningkatan
Mutu
Pendidikan Melalui Program Sertifikasi, Buletin BSNP Vol. IIA.lo. 2Djihad, Hisyam
dan
Suyanto,
2000,
Pendidiknndi
Indonesia MemasukiMillenium III:
Yogyakarta,Adi
Cita.Direktorat
ProfesiPendidik Direktorat
Jenderal PeningkatanMutu
Pendidik Dan
Tenaga Kependidikan, Pedoman Penetapan peserta sertifikasi tahun , Departemen Pendidikan Nasional tahun 2007.Dilektorat
ProfesiPendidik Direktorat
Jenderal PeningkatanMutu
Pendidik Dan
TenagaKependidikan. 2007
.
Sertifikasi Guru, Departetnen PendidikanNasional,
rum. 18Edward
III,
George
C, 1980. lmplementing
Public Policy:
Washington.
ConggressionalQuartely Press.
Fasli Jalal. 2007.
"
Sertifikasi GuruUntuk Mewujudkan
Pendidikan YangBermutu",
Makalahdisampaikan pada seminar pendidikan yang diselenggarakan oleh PPS
Unair, pada
lanaggal 28April
di
SurabayaI Wayan Santyasa. 2009. "Dirnensi-Dimensi Teoretis Peningkatan Profesionalisme
Guru",
http://cetak.kompas.com/read/xml|2009110107102424962/ktne4a.g;liu.rendah
Hartan,20'10,. Pelaksanaan Sertifikasi Guru dalam labatan 2007.
Jakarta.
Lembaga PenelitianSMERU
Hilferty,
Fiona.
2008."Theorising
Teacher Professionalismas
An Enacted
Discourse
of
Power". Britis Journal of Sociology of EducationLester, James P
&
Stewart Jr, Joseph. 2000. Public Policy:An
Eoolutionary Apptoach: Belmont, Wadsworth.Bachiiar Dwi Krrniawail
lmplementasi Kebijakan Seriltikasl 6.ir,-r talain Ral]gka Meningkatkan Prolesicnaiitas Gur! Di Kota Yogyakarta
Jurnal Studi Peme ntahan Volume 2 Nomot 2 Agustus 2011
Leslie G. Vandevoort,
Audrey
Amrein-Beardsley,David C.
Berliner.
2004. National boardcertified teachers and their students' achieoement. Education Policy
Analysis Archives,
12 (46).Retrieved [date] from
h@:l
lepaa.asu.edulepaalvl2nA6l.Meter,
Van D& Van
Hom,
Carl.
7975. ThePolicy
lmplementation Process:A
ConceptualFramework in Administuation and Society:Beverly
Hill,
Sage PublicationMeyer, Robert
R&
Greenwood, Earnest. 7984. Rancangan Penelitian lQbijakan Sosial:lakarta,
Rajawali
Moran,
TschannenMegan.
2009. Fostering Teacher Professionalismin
Schools: Therole of
Leadership Orientation and Trust, Educational Administr afif Quarterly
Moelong
Lexyl.
2006. Metodologi Penelitian Kualitatif : Bandung, Rernaja Rosda KaryaRipley, Randall
B &
Frantliru
Grace
A.
1982.
Bureacracyand Policy
lmplementntinn:Homewood,
Illinois
Sabatier, Paul
A
&
MazmaniaryDaniel
S. 1983. Implementing and Public Pollcy:New
Jersey,Foresman and Company.
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Administrasl. Bandung. Alfabeta
Supeno,
Hadi.
7995. PotretGuru.lakafta.
Pustaka Sinar HarapanSupriyadi, Dedi
.
2004. Membangun Bangsa Melalui Pendidikan: lakarta: Rosda KaryaTiIaar.H.A.R. 7995. Pembangunan Pendidikan Nasional 1945-1.995: Jakarta, Grasindo