• Tidak ada hasil yang ditemukan

Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 Februari 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 Februari 2012"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012

1 PERAN MAJELIS TAKLIM DALAM MENINGKATKAN IBADAH BAGI

MASYARAKAT DI DESA TELUKJAMBE KARAWANG Oyoh Bariah, Iwan Hermawan, H.Tajuddin Nur Abstrak

Majelis taklim adalah salah satu lembaga pendidikan diniyah non formal yang bertujuan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dan akhlak mulia bagi jamaahnya, serta mewujudkan rahmat bagi alam semesta. .Dalam prakteknya, majelis taklim merupakan tempat pengajaran atau pendidikan agama islam yang paling fleksibel dan tidak terikat oleh waktu.

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan data tentang peran Majelis taklim dalam meningkatkan ibadah masyarakat di desa Telukjambe serta faktor penghambat dan pendukung peran majelis taklim dalam meningkatkan pengamalan ibadah masyarakat

Teknik pengumpulan data menggunakan teknik penyebaran angket kepada jamaah majelis taklim dan observasi dilakukan untuk melihat langsung terhadap realitas majelis dan kondisi obyektif majelis taklim..Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya diaadakan pengolahan dan analisa data.Untuk data hasil observasi digunakan penafsiran logika., data hasil angket digunakan skala prosentasi.

Hasil penemuan dan penelitian tentang peran majlis taklim ini membuktikan bahwa keberadaan majlis taklim mampu memberikan tambahan ilmu dan pengetahuan bagi masyarakat dalam meningkatkan ibadah dan akhlak masyarakat dengan kategorii baik.

Pendahuluan

Dalam kitab-Nya yang mulia Allah SWT berfirman :”Kamu sekalian adalah sebaik- baik umat yang dilahirkan manusai , kau perintahkan yang baik dan mencegah yang munkar

“ (QS. Ali Imran/3:11). Sementara itu pula umat Islam dalam kehidupannya di dunia mengalami tantangan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan semakin mengglobalnya masalah dunia.Dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi , tantangan yang akan dihadapi semakin rumit. Tantangan tersebut tak mengenal ruang, batas, waktu dan lapisan masyarakat, melainkan masuk ke seluruh sektor kehidupan dan hajat hidup manusia termasuk masalah agama.

Pada sisi lain,orang juga mulai menyesalkan hilangnya fungsi dan peran agama yang seharusnya bisa membimbing manusia dalam memahami dan menghayati nilai-nilai transendental untuk menumbuhkan nilai-nilai luhur pada kehidupan individual maupun sosial sehinga masyarakat modern tidak terjerat pada kebanggaan materi belaka. Pentingnya penanaman dan internalisasi nilai-nilai agama bagi masyarakat di era modern menjadi perhatian semua pihak dan kalangan. Disamping orangtua dan anggota keluarga, juga banyak yang memiliki tanggung jawab yang sama, dan pendidikan berperan amat mendasar dalam penanaman nilai –nilai agama tersebut. Dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri dari tiga yaitu formal, informal dan jalur non formal yang biasanya dilaksanakan oleh Lembaga kursus, Pelatihan, Kelompok Belajar, PKBM, Majlis Ta’lim dan lain-lain.

Majelis taklim adalah salah satu lembaga pendidikan diniyah non formal yang bertujuan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dan akhlak mulia bagi jamaahnya, serta mewujudkan rahmat bagi alam semesta. .Dalam prakteknya, majelis taklim merupakan tempat pangajaran atau pendidikan agama islam yang paling fleksibel dan tidak terikat oleh waktu.

(2)

Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012

2 Dengan demikian majelis taklim menjadi lembaga pendidikan ibadah alternative bagi mereka yang tidak memiliki cukup tenaga, waktu, dan kesempatan menimba ilmu agama dijalur Pendidikan formal. Inilah yang menjadikan majlis taklim memiliki nilai karkteristik tersendiri dibanding lembaga-lembaga ibadah lainnya.

Perumusan Masalah

1. Bagaimana peran majelis taklim dalam meningkatkan ibadah masyarakat di desa Telukjambe

2. Apakah factor pendukung dan penghambat peran majelis taklim dalam meningkatkan pengamalan ibadah masyarakat di desa Telukjambe

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan data tentang:

1. Peran Majelis taklim dalam meningkatkan ibadah masyarakat di desa Telukjambe 2. faktor penghambat dan pendukung peran majelis taklim dalam meningkatkan

pengamalan ibadah masyarakat Signifikansi Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat juga berguna bagi :

1. Optimalisasi perkembangan peran dan fungsi majelis taklim sebagai lembaga pendidikan alternative bagi masyarakat dalam pembinaan agama Islam

2. Peneliti-peneliti lain dalam mengembangkan kajian-kajian ilmiah

3. Di samping itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu bahan proses perumusan kebijakan penyuluhan agama khususnya bagi masyarakat Karawang

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Majelis Taklim

Menurut akar katanya, istilah majelis taklim tersusun dari gabungan dua kata : majlis yang berarti (tempat) dan taklim yang berarti (pengajaran) yang berarti tempat pengajaran atau pengajian bagi orang-orang yang ingin mendalami ajaran-ajaran islam sebagai sarana dakwah dan pengajaran agama. Majelis taklim adalah salah satu lembaga pendidikan diniyah non formal yang bertujuan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dan akhlak mulia bagi jamaahnya, serta mewujudkan rahmat bagi Alam semesta .

Dalam prakteknya, majelis taklim merupakan tempat pengajaran atau pendidikan agama islam yang paling fleksibal dan tidak terikat oleh waktu. Majelis taklim bersifat terbuka terhadap segla usia, lapisan atau strata social, dan jenis kelamin. Waktu penyelenggaraannya pun tidak terikat, bisa pagi, siang, sore, atau malam . tempat pengajarannya pun bisa dilakukan dirumah, masjid, mushalla, gedung. Aula, halaman, dan sebagainya.

(www.Google.com,25 Maret 2010)

Selain itu majelis taklim memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu sebagai lembaga dakwah dan lembaga pendidikan non-formal. Fleksibelitas majelis taklim inilah yang menjadi kekuatan sehingga mampu bertahan dan merupakan lembaga pendidikan islam yang paling dekat dengan umat (masyarakat).

Dengan demikian majelis taklim menjadi lembaga pendidikan ibadah alternative bagi mereka yang tidak memiliki cukup tenaga, waktu, dan kesempatan menimba ilmu agama dijalur pandidikan formal. Inilah yang menjadikan majlis taklim memiliki nilai karkteristik tersendiri dibanding lembaga-lembaga ibadah lainnya.

Kemudian majelis taklim juga merupakan salah satu tempat dan sarana dalam pendidikan pemberdayaan perempuan sebagai salah satu lingkup program pendidikan luar sekolah. Dadang Danugiri dalam majalah ilmiah Solusi (2009: 24-25) menuliskan: Lingkup

(3)

Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012

3 program pendidikan luar sekolah mencakup pendidikan anak usia dini, …… ……..pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan usia lanjut, dan pendidikan komunitas:

Pendidikan Pemberdayaan perempuan adalah pendidikan yang mengangkat harkat dan martabat perempuan, mewujudkan kesetaraan dan keadilan jender dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Meningkatkan kualitas kesehatan, keterampilan, kewirausahaan, kepermimpinan dan pembinaan. Jenis pendidikan ini dilakukan dalam bentuk aturan pendidikan keluarga, kelompok belajar, penyuluhan, pelatihan, majelis taklim, kursus-kursus, magang dan lain sebagainya.

Pembangunan pemberdayaan perempuan dilakukan untuk menunjang dan mempercepat tercapainya kualitas hidup dan mitra kesejajaran laki-laki dan perempuan, dilaksanakan melalui kegiatan sosialisasi/advokasi pendidikan dan latihan bagi kaum perempuan yang bergerak dalam seluruh bidang atau sektor.

Adapun dasar hukum Majelis taklim merupakan lembaga pendidikan diniyah non- formal yang keberadaannya di akui, diatur dalam :

1. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional.

2. Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tantang standar nasional pendidikan.

3. Peraturan pemerintah nomor 55 tahun 2007 tentang pendidikan agama dan pendidikan ibadah.

4. Keputusan MA nomor 3 tahun 2006 tentang struktur departemen agama tahun 2006 B. Ruang lingkup Ajaran Islam

Allah mewahyukan agama Islam kepada Nabi Muhammad SAW dalam nilai kesempernuaan tertinggi. Kesempernuaan itu meliputi segi-segi fundamental tentang berbagai aspek kehidupan manusia berupa hokum dan norma untuk mengantarkan manusia mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Norma-norma dan aturan itu terhimpun dalam tiga unsure utama yaitu : Aqidah, Syari’ah dan Akhlak.

Aqidah, syari’ah dan akhlak merupakan tiga hal yang tidak bisa dipisahkan, dalam prakteknya ketiganya menyatu secara utuh dalam pribadi seorang muslim. Keterkaitan Aqidah dengan aspek syariat dan akhlak ádalah bahwa aqidah merupakan keyakinan yang mendorong dilaksanakannya aturan-aturan syariat Islam yang tergambarkan dalam prilaku hidup seharí- hari yang disebut akhlak.Akhlak Islam merupakan prilaku yang tampak dalam diri seseorang yang telah melaksanakan syariat Islam berdasarkan aqidah. (Toto Suryana: 2006: 73)

Aqidah atau iman mengikat seorang muslim dengan segala aturan hukum yang datang dari Islam.Karena itu menjadi seorang muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam; seluruh hidupnya didasarkan kepada ajaran Islam.

Firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 208:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.(Qs.al-Baqarah/2:208)

I. Aqidah Islam

Sistem keyakinan atau aqidah Islam pada intinya dibangun di atas enam dasar keimanan yang lazim disebut Rukun Iman, yaitu :

1. Iman kepada Allah SWT 2. Iman lepada Para Malaikat 3. Iman kepada Kitab-kitab Allah 4. Iman kepada Para Rasul

(4)

Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012

4 5. Iman kepada Hari Akhir

6. Iman kepada Qadla dan Qadar

Hal tersebut di atas terungkap dalam firman Allah SWT yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya”.(Qs. An-Nisa/4:136)

II. Syari’ah

Seluruh hukum dan perundang-undangan yang terdapat dalam Islam, baik hokum yang berhubungan dengan Allah (hablumminallah), maupun hukum yang berhubungan antara manusia sendiri (hablumminannas) disebut dengan Syariah Islam. Syariat Islam mempunyai cirri-ciri khas yang merupakan ketentuan-ketentuan yang tidak berubah yaitu konfrehensif, moderat, Dinamis, Universal, elastis dan fleksibel juga tidak memberatkan

a. Pembagian syariat Islam

Secara sistematis syariat Islam dapat dibagi kepada dua bagian, yaitu :

1. Ibadan dalam arti khusus (Ibadan Mahdlah) ; Hal-hal yang termasuk dalam bidang Ibadan ini hádala pembahasan tentang hubungan manusian dengan Tuhannya, seperti : Salat, Puasa, Zakat, Ibadan Hají termasuk di dalamnya taharah.

2. Muamalah (Ibadan Ghairu Mahdlah) ; Hal-hal yang berhubungan dengan muamalah ini mencakup :

a. muamalah dalam arti luas disebut dengan hukum perdata Islam, mencakup munakahat (Hukum Perkawinan) dan waratsah (Hukum Kewarisan Islam) b. Muamalah dalam arti khusus, yaitu hukum-hukum yang mengatur masalah

kebendaan dan hak-hak atas benda, tata hubungan manusia dalam soal jual beli,sewa-menyewa, pinjam meminjam, perserikatan dan sebagainya.

c. Hukum Publik Islam mencakup Jinayat (Pidana Islam), al-Ahkam as-Shultaniyah (ketatanegaraan Islam), as-Siyasat (Politik) dan al-muhkamat (Peradilan Islam) (Rahman Ritonga;2007:6-10)

Dengan demikian, syariat Islam mengatur semua aspek kehidupan manusia, sehingga seorang muslim dapat melaksanakan ajaran Islam secara utuh.

III. Akhlak

Akhlak hádala pengetahuan yang menjelaskan tentang baik dan buruk, mengatur pergaulan manusia, dan menentukank tujuan akhir dari usaha dan pekerjaannya. Akhlak pada dasarnya melekat dalam diri seseorang, bersatu dengan perilaku dan perbuatan.

Akhlak dalam Islam tidak terlepas dari aqidah dan syariah.Karena akhlak merupakan pola tingkah laku yang mengakumulasikan aspek keyakinan dan ketaatan sehingga tergambarkan dalam prilaku yang baik.

Tingkah laku dan prilaku yang baik itu terdapat dalam ruang lingkup akhlak Islami yang sama dengan ruang lingkup ajaran Islam itu sendiri yang mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah hingga akhlak terhadap sesama mahluk yaitu manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, juga benda-benda lain yang tidak bernyawa.

(5)

Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012

5 METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik.

Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan Kuantitatif. Model yang terbentuk selanjutnya diuji untuk menentukan kemampuan dalam menjelaskan peristiwa nyata.

Metode ini untuk menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi dalam situasi dan kondisi yang tidak sama, karena metode ini dilakukan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara factual dan cermat.

Karena jumlah populasi yang banyak, sementara semua unsur memiliki kemungkinan yang sama untuk dipilih untuk dijadikan sample, dalam teknik random sanpling, sampel yang diambil sebesar 10 % dari jumlah populasi, yaitu 10% x 585 = 58 orang.

Teknik pengumpulan data menggunakan teknik penyebaran angket kepada jamaah majelis taklim dan observasi dilakukan untuk melihat langsung terhadap realitas majelis dan kondisi obyektif majelis taklim.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini anggota atau jama’ah majlis taklim diminta untuk menjawab angket kuesener yang kami berikan , yang disebar ke 16 majlis taklim di desa telukjambe, untuk mengetahui tingkat pengamalan ibadah jama’ah majlis taklim.

Rekap hasil penelitian pada setiap butir soal dapat dilihat dalam table rekapitulasi jawaban responden bawah ini:

REKAPITULASI JAWABAN RESPONDEN

NO

PERTANYAAN

PILIHAN JAWABAN

A B C D E

1 10.34% 24.14% 37.93% 27.59% 0%

2 53.45% 20.69% 8.62% 17.24% 0%

3 84.48% 15.52% 0% 0% 0%

4 0% 10.34% 89.66% 0% 0%

5 53.45% 17.24% 24.13% 0% 5.17%

6 15.52% 31.03% 53.45% 0% 0%

7 12.07% 17.24% 70.68% 0% 0%

8 58.62% 37.93% 3.95% 0% 0%

9 20.68% 32.76% 46.55% 0% 0%

10 39.66% 8.62% 51.72% 0% 0%

11 41.37% 10.34% 44.83% 3.45% 0%

12 89.65% 3.45% 3.45% 3.45% 0%

13 37.93% 56.90% 5.17% 0% 0%

14 74.13% 1.72% 24.14% 0% 0%

15 63.79% 3.45% 32.76% 0% 0%

16 77.50% 13.79% 0% 8.62% 0%

17 96.55% 0% 3.45% 0% 0%

18 82.76% 0% 17.24% 0% 0%

(6)

Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012

6

19 91.38% 0% 8.62% 0% 0%

20 8.62 86.21% 5.17% 0% 0%

21 96.55% 37.93% 15.52% 0% 0%

22 3.45% 94.83% 1.72% 0% 0%

23 68.96% 17.24% 13.79% 0% 0%

24 81.03% 10.34% 0% 8.62% 0%

25 94.83% 0% 5.17% 0% 0%

26 3.45% 5.17% 5.17% 0% 0%

27 62.02% 36.21% 1.72% 0% 0%

28 89.66% 10.34% 0% 0% 0%

29 46.55% 51.72% 1.72% 0% 0%

30 93.10 0% 6.90% 0% 0%

Table diatas menjelaskkan fakta-fakta yang terjadi berdasarkan indikator pada setiap butir soal angket.

Rata-rata usia Responden :

Usia rata-rata responden; 20-30 tahun 6 orang (10.34%), 31-40 tahun 14 orang (24.14%), 41- 50 tahun 22orang(37.93%) dan 51 tahun ke atas 16 orang(27.59%)

Berdasarkan data diatas didapat bahwa usia responden sekaligus jama’ah adalah didominasi pada kisaran usia 41-50 tahun sebanyak 37.93%

a. membaca dan mengkaji Alqur’an

• frekwensi peserta majelis taklim membaca Alqur’an dalam sehari ; 1-2 kali 31orang ( 53.45%.) 3-4 kali 10 orang (17.24%), 1-2 kali/minggu 14 orang ( 24.13%), tidak pernah kosong ( 0 %), lain-lain 3 orang (5.17%).

• Keadaan jama’ah ketika membaca Alqur’an dengan maknanya: yang menjawab ya sebanyak 9 orang(15.52 %) 31 orang menjawab kadang-kadang (53.45%), tidak 18 (31.03%)

b. Mendirikan shalat

• Pelaksanaan shalat fardlu; di Masjid sebanyak 7 orang (12.07 %), di Mushalla 10 orang ( 17.24 %) dan di rumah 41 orang (70.68%)

• Waktu melaksanakan shalat fardlu ;pada awal waktu sebanyak 34 orang (58.62%), pada pertengahan waktu 22 orang (37.93%) dan pada akhir waktu 2 orang (3.45%)

• Cara melaksanakan shalat; kadang-kadang berjama’ah sebanyak 27 orang (46.55%), sendirian sebanyak 19 orang (32.76%, dan yang melaksanakannya secara berjama’ah sebanyak 12 orang (20.68%)

• Para jama’ah yang melaksanakan shalat sunat rawatib steelah shalat fardlu; ya sering sebanyak 23 orang (39.06%), yang menjawab tidak pernah 5 orang (8.62 %) dan yang menjawab kadang –kadang 30 orang ( 58 %)

• Jama’ah majelis taklim yang melaksanakan shalat sunat qiyamul Lail adalah:24 orang ( 41.37%) menjawab pernah, 6 orang (10.34%) menjawab tidak pernah, kadang- kadang 26 orang (44.83%), lain-lain 2 orang

(3.45 %)

c. menunaikan zakat, infak dan sadaqah

• zakat yang penah ditunaikan; zakat profesi sebanyak 52 orang (89.65%), Zakat perdagangan 2 orang (3.45%), Zakat Pertanian 2 orang (3.45%) lain-lain 2 orang

(7)

Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012

7 (3.45 %)

• Cara menunaikan kewajiban zakat; sebanyak 22 orang (37.93%) melalui BAZ, Secara langsung 33 orang (56.90%), lain-lain 3 orang (5.17%)

• Selain Zakat para jama’ah yang pernah memberikan infak/sadaqah; sebanyak 37 orang (74.13%) menjawab pernah, tidak pernah 2 orang

( 1.72%), dan kadang-kadang 19 orang (24.14%) d.melaksanakan puasa wajib/sunnah

• Pelaksanaan puasa sunnah; 37 orang (63.79%) menjawab pernah, 2 orang (3,45%) tidak pernah, dan 19 orang (32.76%)menjawab kadang-kadang

• Puasa sunnah yang pernah/sering dilaksanakan; 45 orang (77.59%) menjawab puasa senin-kamis, Puasa pertengahan bulan hijriyah 13,14 dan 15 H 8 orang (13.79%), Puasa ‘Asyura 0 orang (0 %) , lain-lain 5 orang (8,62 %)

e. Implementasi akhlak

• Ketika mengikuti pengajian memperoleh idzin dari keluarga(suami/istri) ;sebanyak 56 orang (96.55%) menjawab ya, tidak 0 orang (0%), kadang-kadang 2 orang (3.45%)

• Ketika keluar rumah jama’ah juga meminata idzin keluarga; 48 orang (82.76%) menjawab ya, tidak 0 orang (0%) dan kadang-kadang 5 orang (17.24%)

• sebagai contoh dan tauladan bagi anak-anaknya, jama’ah majelis taklim juga melaksanakan kewajiban-kemajiban yang diperintahakan agama islam; 53 orang (91.36%) menjawab ya, tidak sebanyak 0 orang (0%) dan kadang-kadang 5 orang (8.62%)

• Cara mendidik agama putra-putrinya di rumah adalah 5 orang (8.62%) dengan cara memberi sangsi atau pujian, menasihati dan memotivasinya sebanyak 50 orang (86.21%), mengajarkannya 3 orang (5.17%), lain-lain 0 orang (0%)

2. factor pendukung dan peghambat data, yang dihasilkan adalah sebagai berikut : a.jarak

• Cara jama’ah untuk dapat hadir mengikuti pengajian yaitu 49 orang (84.48%) dengan berjalan kaki, dengan kendaraan pribadi 9 orang (15.52%), kendaraan umum 0 orang ( 0%)

• Jarak majelis taklim dengan tempat tinggal para jama’ah ; yang menjawab 50-100m sebanyak 27 orang (46.55%), 100-500m 22 orang (37.93%), 500m-1 km sebanyak 9 orang 15-52 %, >1km 0 orang (0%)

• Jarak tempuh tersebut menjadi kendala/tidak bagi merekak datanya sebagai berikut : yang menjawab ya sebanyak 2 orang (3.42%), menjawab tidak 55 orang (94.83%) , kadang-kadang 1 orang (1,72%)

b.sarana

• sarana-prasarana yang digunakan majelis taklim mencukupi :40 orang (65.96%) menjawab ya, 10 orang (17.24%) menjawab tidak, dan 8 orang (13.79%) menjawab tidak tahu

c.motivasi

• Frekwensi Kehadiran di majelis taklim dalam seminggu; sebanyak 31 orang (53.45%) menjawab 1 kali /minggu, 2 kali/minggu 12 orang

( 20.69%), 3 kali/minggu 5 orang (8.62%) dan > 3 kali/minggu 10 orang (17.24%)

• Tujuan datang dan hadir ke majelis taklim; sekedar ngobrol dan bertemu yang lain 0 orang (0%), ssosialisasi dan silaturahmi dengan tetangga/masyarakat 6

(8)

Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012

8 orang(10.34%), silaturahmi dan menambah pentetahuan ajaran Islam 52 orang (89.66%), lainnya 0 orang (0%)

• Yang memberikan motivasi untuk mengikuti pengajian di majelis taklim yaitu 47 orang (81.03%) menjawab tidak ada atas kemauan diri sendiri, keluarga 6 orang (10.34%), Guru 5 orang (8.62%) dan tetangga 0 orang (0%)

d.Materi

• Materi yang diajarkan sesuai dengan kebutuhan jama’ah: 55 orang (94.83%) menjawab ya, tidak 0 orang (0%), 3 orang (5.17%) menjawab tidak tahu

• Materi pelajaran yang banyak diajarkan di pengajian majelis taklim adalah Akidah akhlak 2 orang (3.45%), Alqur’an Hadis 3 orang (5.17%), Fiqh 3 orang (5.17%), semuanya 50 orang (86.21%)

• Para jama’ah memiliki buku/referensi yang sama dengan materi yang disampaikan: 36 orang (62.02%) menjawab ya, 21 orang (36.21%) menjawab tidak dan tidak tahu 1 orang (1.72%)

e. metode penyampaian

• Pelaksanaan metode praktek di pengajian: 52 orang (89.66%) menjawab ya, 6 orang (10.34%) menjawab tidak dan 0 orang (0%) menjawab tidak tahu.

• Pengajaran praktek yang dilaksanakan adalah sebanyak 27 orang (46.55%) menjawab BacaTulis Alqur’an, Praktek Ibadah 30 orang (51.72%) dan lainnya 1 orang (1.72%) f.kompetensi guru

• Guru yang mengajar di majelis taklim mempunyai kompetensi yang baik; 54 orang (93.10%) menjawab ya,0 orang (0%) menjawab tidak, dan 4 orang (6.90%) menjawab tidak tahu.

Hasil penemuan dan penelitian tentang peran majlis taklim ini membuktikan bahwa keberadaan majlis taklim mampu memberikan tambahan ilmu dan pengetahuan bagi masyarakat dalam meningkatkan ibadah dan akhlak masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat yaitu :

1. Pengamalan ibadah

Pertama; Pengamalan kegiatan ibadah yang dilaksanakan meliputi membaca dan mengkaji Alqur’an meskipun termasuk kategori kurang (53.45%) namun hampir seluruh jama’ah pernah membaca Alqur’an walaupun dalam frekwensi yang sangat minim karena tidak didapatkan jama’ah yang tidak pernah membaca Alquran dalam sehari (0%),

Kedua ; Pengamalan ibadah salat fardlu/sunah masih termasuk kurang (59.74%),karena kebanyakan para jama’ah majlis taklim melaksanakan shalat di rumah hal tersebut dapat dipahami dari kebanyakan jumlah responden dan jama’ah majlis taklim adalah perempuan,namun mereka telah pula melaksanakan shalat sunat baik rawatib maupun qiyamul lail , hanya sekitar 5-6 orang dari 58 responden yang tidak pernah melakukannya.

Ketiga;kegiatan Jama’ah majlis taklim dalam melaksanakan zakat,infak dan sadaqah termasuk baik (73.56%), pelaksanaan puasa wajib dan sunah cukup (70.68%). Sementara implementasi akhlak dari pemahamannya terhadap ajaran Islam dan ibadah yang dilaksanakannya adalah baik (81.22%)

2.Adapun factor pendukung dan penghambat meliputi :

Pertama; Jarak dinilai baik (75.29%) Karena jarak antara rumah dan lokasi cukup dekat sehingga mereka hadir rata-rata cukup hanya berjalan kaki, sementara sarana prasarana majlis taklim termasuk kategori cukup (65.96%)

Kedua; Motivasi para jama’ah untuk hadir di majlis taklim termasuk cukup (74.71%), sementara materi yang disampaikan termasuk kategori baik (81.02%), Karena keseuaiannya

(9)

Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012

9 dengan kebutuhan ilmu para jama’ahnya, juga didukung oleh kompetensi guru termasuk baik (93.10%),sementara metode penyampaian materi termasuk kategori cukup (70.69%)

Secara umum peran majlis taklim dalam meningkatkan ibadah masyarakat cukup baik dengan rata-rata prosentasi 68.93%, adapun factor pendukung dan penghambat termasuk kategori baik dengan rata-rata prosentasi 76.80%

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan analisis penelitian, dihasilkan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:

Secara umum peran majlis taklim dalam meningkatkan ibadah bagi masyarakat di desa Telukjambe Karawang termasuk kategori Baik (72.87%). Dan secara khusus dan rinci diperoleh :

1. Peran Majlis taklim dalam meningkatkan ibadah bagi masyarakat desa Telukjambe Karawang didapatkan hasil bahwa usia responden sekaligus jama’ah adalah didominasi pada kisaran usia 41-50 tahun sebanyak 37.93%., keadaan jama’ah majlis taklim dalam membaca ,mengkaji Alqur’an juga dalam melaksanakan shalat fardlu maupun sunat termasuk kategori kurang yaitu 53.45% dan 59.74%.

Sedangkan keadaan jama’ah majlis taklim dalam menunaikan zakat, infak dan sadaqah adalah 73.56% termasuk kategori baik, adapun pelaksanaan puasa wajib/sunnah didapat 70.68% termasuk kategori cukup, sementara implementasi akhlak para jama’ah majlis taklim dari pemahaman dan pengamalan ibadah yang dilakukannya termasuk kategori Baik yaitu rata-rata sebesar 89.22%

2. Faktor Pendukung dan Penghambat dihasilkan gambaran bahwa jarak antara majlis taklim dan lokasi pengajian 75.29 % termasuk kategori baik. sarana prasaran majlis taklim termasuk kategori cukup dengan persentasi 65.96%, motivasi para jama’ah majlis taklim untuk hadir termasuk kategori cukup rata-rata 74.71%., sementara materi yang disampaikan termasuk kategori baik (81.02%), Karena keseuaiannya dengan kebutuhan ilmu para jama’ahnya, juga didukung oleh kompetensi guru termasuk baik (93.10%),sementara metode penyampaian materi termasuk kategori cukup (70.69%)

Saran

1. Keberadaan Majelis taklim sebagai lembaga non formal di tengah-tengah masyarakat memberi dampak yang cukup positif dalam meningkatkan kegiatan ibadah dan pemahaman masyarakat terhadap ajaran Islam , akan tetapi para jamaah yang hadir atau majelis taklim yang ada masih didominasi oleh jama’ah perempuan, masih sangat sedikit kegiatan pengajian yang dihadiri oleh jama’ah laki-laki, kalaupun ada jama’ah yang hadir masih sedikir, jauh dari yang diharapkan

2. Kebanyakan Peserta atau jama’ah majelis adalah mereka yang dari sisi usia dari 41-50 tahun ke atas, amat sedikit jama’ah majelis taklim yang berada pada usia 30 tahun ke bawah. Kenyataan tersebut hendaknya menjadi rujukan bagi pengajar/penyuluh agama khusunya dan masyarakat pada umumnya untuk terus mengajak dan memotivasi satu dengan lainnya dalam kegiatan pengajian di Majelis taklim

3. Metode yang digunakan dan Materi yang diajarkan hendaknya lebih variatif untuk bisa menarik minat jama’ah majelis taklim yang hadir atau masyarakat pada umumnya

(10)

Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012

10 DAFTAR PUSTAKA

Abd.Majid, 2000, Tantangan dan Harapan Umat Islam di Era Globalisasi, Bandung, CV.Pustaka Setia

Abdurahman Saleh Abdullah, 2005,TeorI-teori Pendidikan Berdasarkan Alqur’an, Jakarta, PT. Rineka Cipta

Abudin Nata,2002, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada Anto Dajan, 2000, Metode Statistik I, Jakarta, Pustaka LP3ES

Kartini Kartono, 1990, Pengantar Metodologi Riset Sosial,Bandung, Mandar Maju Nurcholish Majid et.al,2002, Kehampaan Spiritual Masyarakat Modern,Jakarta, Media

Cita

Omar Muhamad toumy al-Syaibany, 1979, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta, Bulan Bintang

Sugiyono, 2003, Statistika Untuk Penelitian, Bandung, CV.Alfabeta

Suharsimi Arikunto, 1998, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, Rineka Cipta

Syamsu Yusuf, 2003, Psikologi Belajar Agama, Bandung, CV.Pustaka Bani Quraisy Winarno Surachmad, 1986, Pengantar Penelitian Iliah Dasar Metode Teknik, Bandung,

Tarsito

(11)

Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012

11

“ EFEK PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN KUANTUM PADA MATA KULIAH SPEAKING MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FKIP UNSIKA”

Fikri Asih Wigati, Ss ABSTRACT

Teachers often face the problem of having lack creativity regarding the innovative teaching strategy and method in speaking. Therefore the research was aimed to know the effect of Quantum Teaching Strategy ( QTS) on the student’s performance of English Speaking Skill in comparison to Conventional Teaching Strategy ( CTS) to have the clear portrait of the QTS’ advantage. The quantitative research was to measure the pertaining effects of QTS on the Speaking performance. The data was taken from an experimental research, involving 30 students in UNSIKA (Singaperbangsa Karawang University) in the English Education program. The 2nd semester students were randomly selected. 29 students run learning activity with quantum learning method and 26 students studied in control group. The experimental group got particular treatments related to quantum learning method. The treatment for the experimental group was to improve their speaking skill. The control group was taught in conventional teaching strategy. Both groups pretest and post test to identify their performance on the speaking skill improvement. The measurement for both groups was conducted at the same test. In term of quantitative approach, quasi experiment design was used to describe the different result of experimental group and control group. T-test was used to analyze the data to measure the effect of quantum teaching strategy in comparison to Conventional Teaching Strategy ( CTS). By means of The T Test, the finding showed that QTS affected the performance of English Speaking skill. It is recommended for English Teacher to use QTS as alternative to improve quality of teaching.

A. Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi kemampuan untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris sangat penting. Berbicara (speaking) juga merupakan keterampilan yang sering digunakan dalam interaksi dengan orang lain. Seringkali, orang lain menilai kemampuan berbahasa Inggris seseorang dari kemampuan speaking. Namun, mahasiswa sering merasakan kesulitan untuk mempraktekkan keterampilan speaking di kelas. Mahasiswa sering merasa cemas untuk berlatih berbicara di kelas speaking. Hal ini dapat dipengaruhi oleh masalah internal seperti motivasi dan kemampuan yang rendah. Masalah eksternal seperti ketidakmampuan dosen untuk mengajar juga dapat mempengaruhi kinerja mahasiswa. Oleh karena itu, kualitas pendidik selalu menjadi perhatian utama bagi setiap pemerintah. Berdasarkan data statistik Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) pada tahun 2009, di Karawang ada 7,744 pendidik di Karawang tidak memenuhi syarat. Itulah sebabnya pemerintah Bupati Karawang,periode lalu, Dadang S. Muchtar, khawatir tentang peningkatan kualitas guru-guru di Karawang. (Harian Ekonomi Neraca, Oktober 23, 2010)

Masalah lain muncul ketika kreativitas dosen terbatas tentang strategi pengajaran yang inovatif dan metode pengajaran dalam speaking. Dosen sering menggunakan strategi pembelajaran konvensional dan cenderung hanya mentransfer materi yang tercantum dalam kurikulum dan silabus. Mereka tidak memiliki kesadaran bahwa dosen juga harus membimbing siswa-siswa tentang bagaimana mereka belajar dan memformulasikan proses dari kegiatan pembelajaran.

Watkins (2003) menyatakan bahwa cara pengajaran konvensional yang menyoroti penguasaan konten sering menempatkan dosen sebagai aktor tunggal yang mendominasi kelas dan menganggap mahasiswa sebagai pendengar saja. Mahasiswa terpaksa belajar dengan menghafal materi itu. Mahasiswa juga mendapatkan sedikit kesempatan untuk

(12)

Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012

12 menunjukkan kompetensi mereka. Dengan cara ini pengajaran cenderung membuat mahasiswa menjadi pasif dan tidak termotivasi. Belajar sering diterapkan kurang kontekstual dengan kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005: bab IV pasal 19 ayat (1) menyatakan bahwa "standar proses pendidikan harus diadakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi, inisiatif, kreatif, dan kemandirian sesuai dengan keterampilan, dan mengembangkan aspek pembelajar secara 'fisik dan psikologis. " Fokus program ini adalah untuk meningkatkan keterlibatan aktif mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu model yang sesuai dengan program ini adalah strategi pembelajaranKuantum.

Strategi Kuantum menggarisbawahi pentingnya keterlibatan mahasiswa. Kagiatan pembelajaran bukan hanya untuk mentransfer informasi dari dosen kepada mahasiswa dan kemudian mahasiswa kemudian mengulanginya.

Sebaloknya,pembelajaran Kuantum dikenal sebagai strategi pengajaran yang tidak konvensional yang menyoroti interaksi yang bermakna antara dosen dan nahasiswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran Kuantum menunjukkan teknik-teknik mengajar yang aktif, menggunakan kolaborasi yang efektif dan aktif melibatkan mahasiswa. Teknik mengajar Kuantum dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran dalam proses belajar mengajar. Jadi, strategi kuantum juga bisa digunakan dalam pengajaran kemampuan berbahasa siswa termasuk dalam mata kuliah speaking yang ada dalam program pendidikan Bahasa Inggris.

Dalam hal ini, penulis mencoba untuk mengetahui efek penerapan strategi pembelajaran kuantum dalam kelas speaking di prodi Bahasa Inggris Universitas Singaperbangsa Karawang, Jawa Barat.

B. Perumusan Masalah

Apakah Strategi Pembelajaran Kuntum memiliki dampak yang signifikan terhadap prestasi akademik siswa dalam mata pelajaran speaking dibandingkan dengan menggunakan strategi pembelajaran konvensional?

C. Tinjauan Pustaka

Prestasi Akademik biasanya mengacu pada tampilan akademik yang ditunjukkan oleh hasil tes yang dilakukan ( Freeman, 1985). Hasil dari prestasi akademik memberikan posisi seorang mahasiswa bila dibandingkan dengan mahasiswa yang lainya. Prestasi akademik dapat dipengaruhi oleh factor internal seperti kemampuan dan motivasi mahasiswa; dan factor external seperti strategi pembelajaran yang dipakai dosen.

1. Kelas Speaking

Tujuan pengajaran Speaking dalam bahasa Inggris adalah untuk meningkatkan kemampuan lisan mahasiswa dalam berbahasa inggris, untuk memberi mereka lebih banyak kesempatan untuk berbicara, untuk belajar bahasa Inggris secara aktif, untuk membantu mereka meningkatkan pengucapan mereka, dan bertujuan lebih lanjut, untuk memiliki lebih banyak interaksi dengan orang lain.

Tujuan speaking di kelas bahasa harus mendorong akuisisi keterampilan komunikasi dan untuk mendorong komunikasi nyata dalam dan keluar dari kelas (Harmer:2002)

2. Strategi Pemebelajaran Kuantum

Di bidang pendidikan, kuantum berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Ini mengikuti rumus fisika kuantum, E: mc2.

E = Energi berarti pembelajaran yang efektif dan antusiasme.

M = Massa berarti individu dan lingkungan belajar.

C = Interaksi berarti hubungan antara individu, mahasiswa, dosen dan lingkungan kelas.

(13)

Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012

13 Jadi, Quantum berarti bahwa energi yang muncul berupa pembelajaran yang efektif dan antusias dari interaksi antara individu dengan orang lain dan lingkungan.(DePorter:2002)

DePorter (1999) menyebutkan 5 prinsip strategi mengajar kuantum:

Yang pertama adalah kebermaknaan lingkungan belajar. "Semuanya berbicara". Ini berarti segala sesuatu di kelas memiliki pesan untuk para mahasiswa. Cara dosen mengajar, bahan, media, dan penataan kursi akan memberikan dampak. Kedua adalah "Semuanya disengaja".

Hal ini berarti bahwa selalu ada tujuan dari apa yang dosen lakukan dan apa yang mahasiswa harus pelajari. Dosen harus memiliki rencana yang tepat untuk menjalankan kegiatan mengajar dalam rangka mencapai tujuan dari proses pembelajaran. Yang ketiga adalah "AHA!

penemuan belajar".Prinsip ini menyoroti pengalaman mahasiswa yang mengarah pada formulasi dari mereka sendiri atau menemukan konsep baru yang mereka pelajari.

Keempat,"Mengakui setiap usaha". Untuk mempelajari sesuatu, mahasiswa mengambil risiko, mereka harus keluar dari zona kenyamanan mereka. Dengan mengakui upaya, mahasiswa akan merasa diri mereka sebagai murid yang baik. Ketika mereka mampu untuk menyelesaikan tugas, mereka dapat mengukur kemampuan diri mereka sendiri. Prinsip terakhir adalah "Merayakan". Hal ini mencerminkan pengakuan positif dari dosen kepada mahasiswa untuk usaha dan partisipasi mereka. Dosen didorong untuk selalu mengungkapkan penghargaan atas prestasi tugas mereka dengan cara ceria.

3. Strategi Kuantum Sebagai Startegi Pembelajaran yang Efektif

Quantum pembelajaran memiliki dua elemen utama; kontek dan konten. Elemen konteks berhubungan dengan persiapan kelas di mana proses pembelajaran terjadi. Sedangkan elemen konten berkaitan dengan manajemen kelas. (DePorter, 1999)Dalam elemen kontek, dosen yang ditugaskan untuk mengatur suasana, landasan, lingkungan, desain pembelajaran.

(DePorter, 2002).

a. Yang pertama adalah suasana belajar yang mendalangi. Ini berarti untuk menciptakan suasana yang menguntungkan, kehangatan, dan penuh akuntabilitas antara dosen dan mahasiswa. Suasana tersebut untuk meningkatkan minat dan motivasi.

b. Merancang pondasi yang kuat, Dosen harus berkomitmen untuk menciptakan perilaku pembelajaran tentang pentingnya belajar sepanjang hidup. Komitmen harus melibatkan pengetahuan mahasiswa tentang tujuan pembelajaran, kerjasama, dan fokus dari proses pembelajaran.

c. Dosen harus mengatur lingkungan belajar. Ini menekankan pentingnya pengelolaan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan menyenangkan.

d. Mengatur desain pelajaran. Dalam hal ini, dosen harus memperhatikan kompetensi siswa, bakat, minat, dan kapasitas intelektual mahasiswa.

4. Prosedur Pemebelajaran Kuantum

DePorter (1999) merumuskan 5 langkah dari prosedur mengajar kuantum.

a. Langkah pertama adalah "pengenalan materi''. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menangkap rasa ingin tahu dan minat mahasiswa. Dosen dapat belajar tentang seperti apa mahasiswanya dan apa yang tidak disukai mereka. Dosen juga harus mempelajari tentang apa yang sebenarnya mahasiswa butuhkan untuk belajar.

b. Mengalami adalah langkah kedua. Melalui eksplorasi ‘mengalami’, mahasiswa dapat memiliki memori jangka panjang tentang isi materi pembelajaran daripada jika mereka hanya membaca atau mendengarkan penjelasan dosen.

c. Diskusi dan verifikasi adalah langkah selanjutnya. Baik dosen maupun mahasiswa aktif dalam diskusi tentang apa yang dialami dalam proses pembelajaran.

d. Menunjukkan adalah langkah kelima. Dalam kegiatan ini mahasiswa memamerkan kemampuan mereka pada materi yang diberikan. Demonstrasi ini akan membuat

(14)

Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012

14 mereka ingat konsep dari eksplorasi dan diskusi di bawah kontrol dosen. Hal ini juga melatih mereka untuk menjadi lebih percaya diri.

e. Langkah terakhir adalah perayaan. Dosen dapat memberikan pujian dan mendorong seluruh kelas untuk menghargai upaya mereka untuk menyelesaikan tugas.

D.TujuanPenelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji efektifitas aplikasi Strategi Pembelajaran Kuantum (QTS) dibandingkan dengan Strategi Pengajaran Konvensional terhadap prestasi akdemik speaking mahasiswa.

E.Manfaat Penelitian

Temuan ini dapat digunakan untuk memverifikasi apakah Teknik Pembelajaran Kuantum terbukti menjadi strategi pengajaran yang efektif dalam lingkungan kelas.

F. Metode Penelitian 1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimental. Frankel & Wallen (1996: 263) menyatakan bahwa metode penelitian eksperimental merupakan jenis penelitian yang mencoba untuk mempengaruhi variabel tertentu. Dalam penelitian eksperimental, peneliti melihat efek variabel independen pada satu atau lebih variabel dependen ". Setelah peneliti melakukan beberapa kali perlakuan, peneliti dapat mengamati dan menginterpretasikan data (dengan cara posttest).

Jenis percobaan yang digunakan oleh peneliti adalah "eksperimen kuasi". Jenis percobaan ini adalah untuk menyelidiki hubungan kausal antara percobaan dan kelompok kontrol di mana variabel dependen tidak dapat dikontrol sepenuhnya oleh peneliti. Persyaratan yang tidak terpenuhi adalah tidak adanya sample acak .

Penelitian eksperimen menyelidiki dampak kausal dihasilkan dari perlakuan.

Perlakuan ini diterapkan hanya untuk kelompok eksperimen daripada kelompok kontrol.

Variabel dependen diukur baik sebelum dan setelah penulis menggunakan strategi pengajaran kuantum. Strategi kuantum sebagai perlakuan untuk meningkatkan kemampuan prestasi akademik dalam mata kuliah Speaking mahasiswa.

2. Sampel

Sampel dari penelitian ini adalah mahasiswa tingkat pertama di Universitas Singaperbangsa Karawang di Karawang, Jawa Barat Indonesia. Sampel adalah kelas eksperimen dan kelas kontrol yang terdiri dari 29 dan 26 siswa.

3. Instrumentasi

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes prestasi akademik. Tes digunakan untuk mengukur pencapaian siswa setelah menyelesaikan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan.

a. Pretest: pretest dilaksanakan dalam rangka untuk mendapatkan data kemampuan kelas eksperimen dan kontrol sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai.

b. Posttest: Sebuah posttest dilaksanakan dalam rangka untuk mendapatkan data kelas eksperimen dan kontrol untuk mengetahui hasil perlakuan. Prosedur melakukan posttest mirip dengan pretestt. Alasannya adalah untuk mengetahui apakah siswa membuat kemajuan dalam keterampilan berbicara.Mahasiswa akan dinilai dari 5 titik penilain speaking: grammar, vocabulary, accent, comprehension, dan fluency.

(15)

Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012

15 4.. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, ada dua jenis variabel, variabel dependen dan independen.

Variabel independen adalah faktor yang dimanipulasi oleh peneliti. Variabel independen dari penelitian ini adalah Strategi Pembelajaran Kuantum. Variabel dependen adalah ukuran dari pengaruh variabel dependen.. Variabel dependen dari penelitian ini adalah prestasi akademis dalam mata kuliah Speaking.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Penulis menggunakan pra tes dan post tes untuk mengumpulkan data. Tes adalah untuk mengukur keterampilan berbicara dalam bahasa Inggris. Dosen menggunakan metode wawancara, pidato, dan role-play untuk menilai penguasaan siswa dalam speaking.

6.AnalisisData

Untuk menganalisis data, pendekatan kuantitatif digunakan. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menghitung data pada prestasi akademik melalui analisis statistik. Dalam menganalisis data, penulis menggunakan rumusUJI-t

G. Hasil Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, verifikasi hipotesis dikembangkan dengan pendekatan kuantitatif. Analisa kuantitatif menggunakan t-Test untuk menganalisa dampak Strategi Pengajaran Kuantum pada prestasi akademik siswa dalam mata pelajaran speaking dibandingkan dengan strategi belajar konvensional.

Rumusan masalah:

Apakah Strategi Pembelajaran Kuntum memiliki dampak yang signifikan terhadap prestasi akademik siswa dalam mata pelajaran speaking dibandingkan dengan menggunakan strategi pembelajaran konvensional?

Ho: Strategi Pembelajaran Kuantum tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa dalam mata pelajaran speaking dibandingkan dengan strategi pembelajaran konvensional.

Analisa T-Test anatara kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum treatmen.

Grup N Mean St.Dev t-obs d.f (degrees

of freedom)

t-table

Eksperimen 29 25,69 7,24 0,08 53 2,0

Kontrol 26 25,85 7,40

*P>0.05

Tabel menunjukkan bahwa nilai t-obs jauh lebih kecil daripada t-distribusi,maka dari itu dapat disimpulkan bahwa sebelum treatmen Strategi Pengajaran Kuantum dilaksanakan kedua grup tidak memiliki perbedaan yang signifikan dalam prestasi akademik mata pelajaran speaking.

Analisa t-Test antara grup eksperimen dan grup kontrol setelah treatmen Strategi Pembelajaran Kuantum

Grup N Mean St.Dev t-obs d.f (degrees

of freedom)

t-table

Eksperimen 29 79,62 6,19 3,49 53 2,0

Kontrol 26 72,35 8,73

*P>0.05

Data table menunjukkan bahwa nilai rata-rata prestasi akademik mahasiswa dalam mata pelajaran speaking untuk grup treatmen lebih tinggi daripada grup kontrol.

Tabel menunjukkan bahwa nilai t-obs lebih besar daripada t-distribusi,maka dari itu dapat disimpulkan bahwa setelah treatmen Strategi Pengajaran Kuantum dilaksanakan kedua grup memiliki perbedaan yang signifikan dalam prestasi akademik mata pelajaran speaking. Hal ini

(16)

Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012

16 membuktikan bahwa Ho: Strategi Pembelajaran Kuantum tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa dalam mata pelajaran speaking dibandingkan dengan strategi pembelajaran konvensional ditolak dan dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran kuantum memberikan dampak yang signifikan terhadap prestasi akademik speaking mahasiswa dibandingkan dengan strategi pembelajaran konvensional.

H.Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penelitian, rumusan masalah, hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian di BAB IV maka keseluruhan hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

Dari data kompuitasi t-Test yang dikomparasikan dengan t-Tabel, dapat disimpulkan bahwa Strategi Pembelajaran Kuantum dapat meningkatkan prestasi akademik siswa dalam mata kuliah Speaking. Dengan kata lain, mengajar speaking dengan strategi pembelajaran Kuantum akan lebih efektif dibandingkan dengan menggunakan strategi pembelajaran konvensional.

I. Saran 1 Bagi Dosen:

Dosen bahasa Inggris dapat menggunakan strategi pembelajaran kuantum dalam mata kuliah speaking sebagai variasi stategi pengajaran. Sangat penting pula bagi dosen untuk menciptakan atmosfer baru dalam pembelajaran di kelas dengan menggunakan perinsip- perinsip strategi pembelajaran kuantum.

2. Bagi Lembaga

Lembaga dapat menyediakan ruang bagi mahasiswa dalam menampilkan hasil dari eksplorasi mereka dalam proses pembelajaran dengan strategi kuantum

REFERENSI

Brown, H. D. 2001. Teaching by Principles. An Interactive Approach to Language Pedagogy. Englewood Cliffs: Prentice Hall.

Carnell, E. ( 2005). Understanding and enriching young people learning: issues, complexities and challenges. Improving School.

DePorter. 2002. Quantum Learning. ( translated by Ary Nilandari). Bandung. Kaifa

DePorter, B. Reardon, & Nourie. 1999. Quantum Teaching: Orchestrating Student Success.

Boston: Allyin and Bacon

Frankel and Wallen. 1996. How To Design And Evaluate Research in Education. New York:

McGraw-Hill.inc

Freeman.J. ( 1985). The psychology of gifted children: perspective on development and education. Manchester: john Wiley Sons. Ltd.

Hatch Evelyn and Anna Lazarton.1991. The Research Manual: Design and Statistics for applied Linguistics. Massachussets: Heinle& Heinle Publisher

Harmer, Jeremy. 2002. The Practical English as a Foreign Language Teaching. Malaysia:

Pearson Education Limited.

Harmer, Jeremy. 2007. How to Teach English. China: Pearson Education Limited.

Hughes ,Arthur. 1989. Testing For language Teachers. Melbourne: Cambridge University Press.

Syam, Nelly. 2009. Exploring Student’s problems and expectations in Speaking Class ( A Case Study at MAN in Riau ). Bandung : Indonesia University of Education.

Thornbury, Scott. 2005. How to Teach Speaking. Malaysia ; Longman.

www.HarianEkonomiNeraca.com

(17)

Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012

17 IMPLEMENTASI SISTEM PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN METODE SEVEN TOOLS TERHADAP PRODUK SHOTBLAS PADA PROSES CAST WHEEL DI

PT. XYZ Oleh : Ade Momon. S Ringkasan

Pada dasarnya perusahaan yang menerapkan pengendalian mutu/kualitas akan menghasilkan produk yang baik dengan tingkat kerusakan (cacat) produk akan kecil sehingga dapat menguntungkan perusahaan. Dengan demikian suatu perusahaan diupayakan untuk mengimplementasikan sistem Pengendalian Mutu Terpadu (PMT) salah satu subsistemnya adalah implementasi metode seven tools. Adapun kasus yang tampilkan adalah produk Casting Wheel pada proses shotblast untuk model 5TL-F, 5TL-R, 2S6-F dan 2S6-R.

Secara keseluruhan dari hasil yang diperoleh mendeskripsikan bahwa jenis repair heatchek menduduki posisi yang sangat tinggi dengan total produk repair sekitar 37529 pcs dengan presentase sekitar 20.03%. Hasil analisis antara variabel infeksi dengan produk yang direpair menunjukkan hubungan yang sangat kuat dengan koefisen korelasi mendekati 0.91, dan setelah diimplementasikan dengan menggukan grafik peta kontrol menunjukan bahwa banyak sekali produk yang berada diluar batas kendali dengan rata-rata repair hampir 50%

dari produk yang diinspeksi oleh final setiap harinya. Alternatif untuk menyelesalikan kondisi ini dengan mengimplementasikan konsepsi diagaram tulang ikan dengan lima faktor utama cara membuat, bahan baku, lingkungan,alat, dan manusia.

Kata Kunci : pengendalian kualitas, seven tools, repair.

1. Pendahuluan

Dewasa ini semakin banyak perusahaan industri didirikan di Indonesia terutama yang bergerak di bidang industri manufaktur khususnya otomotif. Industri ini dalam melaksanakan proses transformasinya membutuhkan tenaga profesional dan terampil guna mendukung tercapainya tujuan dari industri tersebut salah satu hal untuk mencapai hal tersebut adalah dengan memberikan mutu/kualitas yang baik terhadap konsumen.

Produk dengan mutu/kualitas yang baik itu sendiri, akan dicapai apabila perusahaan yang bersangkutan mampu mengefektifkan dan mengefisienkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses produksi. Salah satunya adalah faktor penguasaan teknologi dan instrumentasi. Wujud dari penguasaan teknologi dan instrumentasi adalah pengurangan jumlah produk cacat, yang pada akhirnya akan menghasilkan produk yang bermutu baik dari segi kualitasnya maupun kuantitasnya. Dengan demikian suatu keharusan perusahan yang bergerak dalam manufacturing untuk mengembangkan dan mengimplementasikan sistem yang mengakomodasi tentang kondisi kualitas (sistem pengendalian kualitas).

Pada umumnya perusahaan skala besar dan menengah biasanya sudah mampu membangun sistem yang mampu mengendalikan kualitas produk secara konsisten. Namun tidak sedikit perusahaan yang masih menerapkan sistem pengendalian kualitas dengan coba- coba (trial error) dan cenderung tidak sistematis serta asal-asalan semata. Sehingga berimplikasi terhadap rendahnya pengakuan serta kepercayaan (trust) konsumen.

Oleh karena itu dengan dicapainya output produk dengan kualitas yang baik, maka perusahaan berpotensi mendapatkan keuntungan bahkan kemajuan serta pengakuan dari konsumen, dan sisi lain pihak konsumen itu sendiri tidak merasa dirugikan dan merasa puas terhadap produk yang konsumsinya.

Hal ini dialami oleh perusahaan XYZ, perusahan tersebut merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur yang memproduksi komponen kendaraan bermotor salah satunya adalah wheel, dimana dalam pembuatan/produksinya melalui proses casting. Dalam

(18)

Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012

18 memproduksi wheel perusahaan menggunakan 4 mesin Die Casting (DC) 1250 ton, khusus untuk memproduksi model wheel 2S6 (Jupiter), 9 mesin Die Casting (DC) 800 ton untuk produksi model wheel 5TL (Mio) serta 4 mesin Gravity Casting (GC) model wheel 5BP (Scorpio) dengan jumlah man power sekitar 34 orang.

Pada saat ini jumlah pesanan wheel terhadap perusahaan setiap bulannya kurang lebih mencapai 150000 pcs, dengan target deliveri tinggi dan dituntut harus selalu tepat waktu, sehingga berpengaruh terhadap proses produksi yang cenderung terburu-buru. Hal ini berdampak kepada sering mengalirnya produk repair ke shop berikutnya bahkan sampai ke konsumen, artinya masih terdapatnya jumlah produk cacat yang cukup tinggi. Selanjutnya hal ini menjadi bahan perhatian bagi perusahaan untuk menganalisa permasalahan agar produk cacat bisa turun tiap bulannya sampai 0%. Maka dari itu untuk mengamati masalah tersebut, penulis merasa perlu dilakukanya sebuah penelitian yang berkaitan dengan seberapa besar jumlah produk untuk yang mengalami repair dan bagaimana kondisi pengendalian kualitas yang selama ini diterapkan oleh perusahaan.

2. Metodologi Penelitian

Dalam hal ini penulis mengamati sistem pengendalian kualitas yang selama ini terjadi di PT. XYZ dengan menggunakan sistem trouble shooting, karena sistem ini kurang begitu efektif maka penulis coba menerapkan model sistem pengendalian mutu terpadu dengan teknik seven tools.

Adapun langkah-langkah teknik seven tools, meliputi :

1. Lembar periksa (check sheet), agar data dikumpulkan secara mudah dan ringkas.

2. Stratifikasi, untuk menunjukan masalah berdasarkan kelompok.

3. Diagram Pareto, menunjukkan masalah berdasarkan urutan banyaknya kejadian.

4. Fishbone, menggambarkan penyebab-penyebab (causes) yang berpotensi menyebabkan masalah yang sedang dibahas.

5. Diagram tebar, menguji bagaimana kuatnya hubungan antara dua variabel.

6. Histogram, merupakan salah satu alat yang membantu untuk menemukan variasi.

7. Peta kontrol, untuk mengendalikan proses, a. Obyek dan Sampel Penelitian

Dalam hal ini yang menjadi objek penelitian adalah produk wheel dengan model Wheel Model 5TL-F, Wheel Model 5TL-R, Produk Wheel Model 2S6-F, dan Produk Wheel Model 2S6-R.

b. Metode Pemecahan Masalah (1) Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yaitu suatu metode yang menggambarkan, mencatat dan menganalisa serta menginterpretasikan kondisi-kondisi yang saat ini terjadi, untuk memperoleh informasi mengenai keadaan saat ini dengan melibatkan relevansi antara variabel yang ada, untuk selanjutnya dianalisis guna diperoleh solusi pemecahannya. (Mardalis, 1995 : 26).

(2) Identifikasi dan Pengumpulan Data

Pada tahap ini data-data diperoleh atau dikumpulkan dari perusahaan dengan mendata laporan harian inspeksi shotblast yang akan diakumulasikan dalam tampilan tabel.

(3) Implementasi Seven Tools

Dalam pengolahan data untuk pemecahan masalah dengan menggunakan prinsip dan teknik pengendalian mutu kualitas, berdasarkan prosedurnya dalam teknik seven tool, sebagai berikut :

a) Pemilahan data

Dalam hal ini melakukan pengumpulan data repair shotblast pada hasil produksi dalam satu bulan yang selanjutnya dipilah sesuai lembar periksa.

(19)

Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012

19 b) Stratifikasi

Melakukan pengelompokan data untuk menyimpulkan penyebab repair shotblast pada produk. Dalam hal ini stratifikasi dilakukan berdasarakan presentasi jumlah produk cacat dan stratifikasi berdasarkan shift.

c) Diagram Pareto

Mencari prioritas masalah yang terjadi pada repair shotblast sehingga penyebab utama dapat terdeteksi

d) Diagram Sebab Akibat

Menggambarkan grafik sebab dan akibat dari suatu masalah tersebut ke dalam grafik tulang ikan.

e) Diagram Tebar

Dari data repair yang ada dibuat diagram dan di analisa hubungan antara repair (X) dan total inspeksi (Y) yang dapat dinyatakan dengan suatu nilai yang disebut koefisien korelasi (r). Nilai koefisien korelasi ini berkisar antara -1 sampai dengan 1, yang ditentukan oleh formulasi berikut :

∑ ∑

∑ ∑

=

=

=

=

=



 

−



 

−

=

n

l i

n

l i n

l i

n

l i

n

l i n

l i n

l i

Yi Yi

n Xi Xi

n

Yi Xi XiYi

n

r 2

2 2

2

f) Histogram

Sebelum data repair shotblast ditampilkan dalam histrogram, terlebih dahulu dilakukan perhitungan-perhitungan berikut ini:

Rentang (R)

R = data maximum – data minimum Jumlah Kelas Interval (K)

K = 1 + 3,3 log n Panjang Kelas Interval

=

g) Peta Kontrol

Peta kontrol adalah suatu peta yang di gunakan untuk mengendalikan proses, merupakan grafis garis dengan mencantumkan batas maksimum dan minimum yang merupakan batas daerah pengendalian. Dalam menentukan peta kontrol harus dilakukan perhitungan-perhitungan sebagai berikut :

N CN

=

C 3 C UCL= +

C 3 C LCL= − 3. Hasil Dan Pembahasan

Setelah penulis berhasil mengumpulkan sejumlah data khususnya yang menyangkut pengendalian kualitas produk untuk repair final shotblast, maka berikut ini akan

(20)

Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012

20 diketengahkan penerapan 7 alat untuk pengolahan data tersebut, tetapi sebelumnya terlebih dahulu ditampilkan kondisi perfomansi dari produk tersebut :

Gambar 1. Grafik Perfomansi Produk

a. Check Sheet (Lembar Periksa)

Dalam suatu proses untuk mengetahui jumlah total repair dan jenis repair yang terjadi selama bulan Januari 2011. Berdasarkan hasil chek sheet yang selama ini berjalan diperusahaan dan dengan mengalami beberapa modifikasi, kami berhasil menampilkan data dari hasil rekapitulasi repair sebagaimana ada dalam tabel 5.6 pada halaman di atas. Dari gambar diatas menunjukkan bahwa total produk yang mengalami repair untuk keseluruhan model mencapai 187393 yang terjadi pada bulan januari 2011. Dengan jenis repair tertinggi terjadi pada heat chek yang mencapai 37529 produk yang harus direpair dan sekitar 20 persen dari jumlah produk yang direpair pada bulan yang bersangkutan.

Sementara itu jenis repair yang sangat jarang sekali terjadi adalah jenis repair shotblas kasar, dimana untuk jenis repair ini hanya terjadi sekitar 19 unit produk wheel dari total 187393 produk yang harus direpair dan jenis repair ini masih di bawah 1%.

Berdasarkan kondisi ini menunjukkan bahwa perusahaan memerlukan langkah-langkah khusus terhadap proses shotblast yang selama ini dilaksanakan, guna menurunkan jenis repair untuk semua jenis.

b. Stratifikasi

Data hasil produksi selama bulan Januari 2011 menunjukan keadaan sebagai berikut : - Jumlah model yang diamati : 4 model (2S6-F/R, 5TL-F/R) - Total OK : 134.501 Pcs

- Total Repair : 187.393 Pcs

- Total NG : 1.248 Pcs +

- Total Porduksi : 323.142 Pcs

Untuk mengetahui penyebab-penyebab produk repair, data di atas perlu di stratifikasi atau di kelompokan sesuai dengan jenis model dan waktunya dan seterusnya yang mengacu

0 5000 10000 15000 20000 25000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 T

o t a l

p r o d u k

T a n g g a l Grafik Perfomance Produk

repair total inspeksi

(21)

Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012

21 pada data daily report proses produk. Maka hasil stratifikasi itu menunjukan 2 tabel data sebagai berikut :

Tabel 1. Kondisi Stratifikasi Produk Berdasarkan Model

Model

Total Insp.

(Pcs)

Hasil Pemeriksaan OK

(Pcs) % Repair

(Pcs) % NG

(Pcs) % 5TL-F 127976 70623 55.18% 57088 44.61% 265 0.21%

5TL-R 98777 46980 47.56% 51507 52.14% 290 0.29%

2S6-F 39393 9607 24.39% 29443 74.74% 343 0.87%

2S6-R 56996 7291 12.79% 49355 86.59% 350 0.61%

Total 323142 134501 41.62% 187393 57.99% 1248 0.39%

Tabel 2. Kondisi Stratifikasi Produk Berdasarkan Shift

Shift

Total Insp.

(Pcs)

Hasil Pemeriksaan OK

(Pcs) % Repair

(Pcs) % NG

(Pcs) %

3 97417 38007 39.01% 59026 60.59% 384 0.39%

1 119330 50715 42.50% 68114 57.08% 501 0.42%

2 106395 45779 43.03% 60253 56.63% 363 0.34%

Total 323142 134501 41.62% 187393 57.99% 1248 0.39%

Berdasarkan uraian di atas menjelaskan bahwa sebetulnya produk yang lolos dan tidak perlu direpair lagi berdasarkan model secara keseluruhan jumlahnya masih dibawah jumlah produk yang harus direpair dimana jumlahnya hanya sekitar. Bahkan produk yang lolos dan tidak memerlukan repair hanya sekitar 41,62%. Artinya hal ini menunjukan bahwa tingkat penanganan terhadap produk yang perlu di repair masih sangat tinggi dan hal ini berdampak terhadap biaya yang dikeluarkan untuk repair sangat besar. Lain halnya apabila capaian ditinjau berdasarkan stratfikasi shift untuk produk yang lolos tanpa perlu direpair capaiannya cukup tinggi terjadi pada shift 2, yaitu sekitar 43.03% dan produk yang paling banyak direpair berdasark shift banyak terjadi pada shift 3 yaitu sekitar 60.59%. hal ini menunjukan adanya indikasi bahwa shif jam kerja karyawan juga ada pengaruhnya terhadap produk yang perlu dan tidak perlu direpair.

c. Diagram Pareto

Berdasarkan hasil pengamatan pada bulan Januari 2011 bahwa produk repair yang di tampilkan pada diagram pareto berikut ini:

(22)

d. Diagram Tulang Ikan

0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 160000 180000

Jumlah Produk

Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011

Gambar 2. Diagram Pareto

Diagram Tulang Ikan

Gambar 3. Diagram Tulang Ikan

Jenis Repair

Diagram Pareto Produk Casting Wheel

Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012

22

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

80.00%

90.00%

100.00%

(23)

Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012

23 Berdasarkan beberapa faktor yang tercantum dalam diagram analisis fish bone dapat dijelaskan uraian sebagai berikut :

(1) Cara membuat/metode

Sesuai hasil analisa, seperti dilihat dari metodenya ada proses yang tidak dilakukan salah satunya proses GBF (Gas Bubling Filter) yang dapat menyebabkan shringkage karena adanya udara yang terjebak pada saat proses casting.

Kemuadian saat proses produksi, frekuensi pengecekan proses casting oleh Inner inspeksi hanya ½ jam, hal ini jelas sangat kurang dan perlu di tingkatkan lagi agar masalah dapat teratasi secara dini dan tidak mengalir ke shop beriktnya.

Dengan kurangnya frekuensi pengecekan, di saat casting condition tidak standar kemungkinan tidak dapat di ketahui.

(2) Bahan (alumunium)

Saat akan peleburan molten metal, sebagian besar bahan yang digunakan dari produk yang reject (NG), sangatlah jauh sekali kualitasnya dengan menggunakan bahan baku alumunium ingot (batang).

Kompososi bahan sering berubah/tidak standar, maka akan sangat berpengaruh terhadap profile dan kualitas produk itu sendiri.

Suhu melting labil, dan sangar mempengaruhi kekuatan produk (3) Lingkungan

Fasilitas kerja yang kurang lengkap, jelas sekali akan mempengaruhi kualitas produk saat di proses, seperti kurang lengkapnya alat pelindung diri (APD), pencahayaan yang kurang sehingga item masalah produk kurang terlihat jelas.

Area kerja yang kurang nyaman dapat menurunkan konsentrasi pekerja sehingga tidak fokus pada pekerjaan,seperti masalh suhu, kebisingan dan area kerja berdebu.

Kurang terjaganya 5P (Pembersihan, Penyimpanan, Pemisahan, Pemeliharaan dan Pembiasaan disiplin) sehingga banyak produk yang tercampur dan berbenturan saat aliran porses yang dapat menimbulkan handling mark.

(4) Alat/Mesin

Banyaknya jumlah mesin casting yang tidak seimbang dengan jumlah mold dan kurangnya mold spare yang siap stanby, sehingga banyak mold yang sudah melebihi batas shot pemakaian dengan keadaan sudah aus yang masih terus di pakai, bila ini terus di paksakan maka di produknya banyak terdapat heat cehk.

Tools yang sudah aus untuk proses deburring dapat mengakibatkan tool mark pada produk, seperti permukaan produk menjadi cekung atau kasar.

Core mold yang tidak rapat di karenakan ada pergeseran mold dapat mengakibatkan bagian rim produk menjadi step.

(5) Manusia

Kurang begitu memahami OPS dan OPL yang merupakan urutan-urutan proses dan standar produk

Seringnya pergantian operator yang lama dengan yang baru yang jelas sekali skillnya masih dibawah rata-rata sehingga kurang cermat dalam proses produksi dan masih perlu penyesuaian dan pendidikan diarea setempat

Gambar

Table diatas menjelaskkan fakta-fakta yang terjadi berdasarkan indikator pada setiap  butir soal angket
Tabel menunjukkan bahwa nilai t-obs jauh lebih kecil daripada t-distribusi,maka dari itu dapat  disimpulkan bahwa sebelum treatmen Strategi Pengajaran Kuantum dilaksanakan kedua grup  tidak memiliki perbedaan yang signifikan dalam prestasi akademik mata pe
Gambar 1. Grafik Perfomansi Produk
Tabel 1.  Kondisi Stratifikasi Produk Berdasarkan Model
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan tepung daun mengkudu yang diccampurkan ke dalam pakan puyuh pada usia awal produksi daengan level 9 % dapat menggantikan penggunaan antibiotik sintetik karena

Penelitian bertujuan untuk menganalisis pengaruh segmentasi pasar terhadap citra produk, bauran pemasaran terhadap citra produk, segmentasi pasar terhadap kinerja pemasaran,

Ya, nanti kalau begitu, begini, kesimpulan saja, nanti disampaikan pada kesimpulan Pemohon, kesimpulan Termohon, dan kesimpulan Pihak Terkait, nanti yang akan anu … kalau

Perancangan desain interior sangat diperlukan untuk mengatasi kebutuhan yang mendesak, dan kelanjutan aktivitas publik khususnya yang dapat menjadi salah satu

Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki

Materi praktikum ini merupakan penerapan materi kuliah Farmasetika Dasar I dan II yang meliputi metoda peracikan dan pencampuran perbekalan farmasi (khususnya bahan obat)

Dari uraian unsur-unsur Pasal 338 KUHP jo Pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUHP, yang telah penulis uraikan di atas, maka sekilas terbukti bahwa memang para terdakwa

Keduanya mendatangi Syekh Bayan dan Syekh Abdullah untuk menyampaikan surat dari Syekh Ibrahim Di dalam buku Sejarah Cirebon karangan Haji Mahmud Rais diterangkan bahwa orang yang