26 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Literature Review
Menyesuaikan kedalam permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian, dalam bab ini terdapat beberapa teori dan konsep yang dapat dijadikan sebgaai acuan dalam membahas hasil penelitian nantinya. Selain menjelaskan penggunaan teori dan konsep yang digunakan, pada bab ini juga akan menjelaskan tinjauan pustaka dari bahan bacaan sebelumnya seperti pada jurnal atau hasil penelitian sebelumnya mengenai Pengelolaan Data Covid-19 oleh Bidang Pusdalops-PB dan BPBD Kota Malang sebagai berikut.
Tabel 2.1 Perbandingan Dengan Hasil Penelitian Terdahulu
No. Nama Penulis Metode Temuan
1. Abi Ibnu Majid, Slamet Muchin, Sunariyanto.
(2021)
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.
yang bertujuan untuk melakukan penelitian dengan suatu tujuan.
Temuan dalam jurnal Hal ini menunjukkan bahwa tim Satgas Covid,19 menerapkan model Pantahelix dalam proses penanganan Covid.19 dalam penanganan Covid19 di kota Malang.
2. Heylen Amildha Yanuarita Sri Haryati (2021)
Penelitian Ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif kuantitatif yang didukung dengan tinjauan pustaka singkat yang sesuai dengan materi atau pembahasan survey. Subyek survei adalah seluruh Kota Malang, dan
sampel ditentukan
menggunakan metode sampling dengan sasaran kotamadya Kota Malang, tenaga kesehatan di Kota
Prevalensi Covid 19 di Kota Malang terus meningkat dan disinyalir berdampak negatif terhadap sosial budaya, terutama pasca pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Mulailah dengan tingkat perceraian yang tinggi, interaksi sosial yang terbatas, dan dampak sosial pada perempuan dan anak-anak.
27
Malang, dan kotamadya di sekitar Kota Malang. Dengan metode deskripsi kualitatif.
Tolak ukur kinerja pemerintah ditetapkan berdasarkan prinsip tata kelola yang baik.
Keterbukaan informasi merupakan salah satu prinsip utama dari tata kelola yang baik dan membantu kami untuk memberikan pelayanan publik yang baik dan baik.
3. Kadek Cahya Susila Wibawa (2019)
Mengunakan metode
deskriptif kualitatif.
Berdasarkan dari prinsip- prinsip Good Governance akan didapatkan tolak ukur kinerja suatu pemerintahan.
Ada beberapa penemuan dan hasil dari penelitian ini dengan pengesahan Undang-Undang Nomor 14 (UU KIP) Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik semakin memperhalus pengakuan hak atas keterbukaan informasi sebagai bagian dari hak asasi manusia.
4. Inas Tasya Firdaus, Melinia Dita Tursina, Ali Roziqin. (2021)
Pada penelitian ini peneliti menggunakan deskriptif kualitatif untuk menganalisis data observasi.
Temuannya adalah semua pemangku kepentingan yang hadir sepakat. bahwa perubahan memajukan ekosistem pengetahuan dan inovasi melalui teknologi, kolaborasi, dan kreasi bersama sangatlah penting untuk kepemerintahan masa kini agar tetap sejalan dengan perkembangan teknologi dan inovasi yang ada.
5. Vicky Alfitra Perdana, Ahmad Syafiqurrohman, Muhammad Noor Cahyadi Eko Saputro, Nita Aribah Hanif, Muhammad Miftahul Ahsan5, Rahmawati Husein(2021)
Metode penelitian Kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini, dimana peneliti bertindak sebagai sebagai alat utama dan metode studi kasus.
Pengumpulan data dilakukan melalui analisis dokumen kebijakan dan arsip serta wawancara.
Hasilnya, diketahui pola hubungan kedua institusi tersebut dilakukan melalui pembentukan tiga fungsi utama:
penciptaan kondisi, dekontaminasi, dan pembentukan lembaga pendukung peredaran jenazah Covid-19.
6. Sufiyanto
Sufiyanto, Sari Yuniarti, Djoko Andrijono (2020)
Metode ini menggunakan aplikasi InaRISK Personal yang dikembangkan oleh
Badan Nasional
Hasil menunjukkan bahwa 57,2%
berstatus risiko rendah, 40,3% berisiko sedang, dan 2,5% berstatus berisiko tinggi. Beberapa perilaku yang
28
Penanggulangan Bencana (BNPB). Masyarakat sebagai responden dibantu untuk memperoleh penilaian mandiri dengan cara: pengisian jawaban kuesioner ke dalam aplikasi InaRISK Personal
berpotensi meningkatkan risiko tertular COVID- 19 virus adalah 89% responden menyentuh uang dan 86,3% bepergian karena berisiko tertular di luar rumah, 55,5% responden tidak menyediakan hand sanitizer di rumah selama risiko tertular di rumah, 46, 8% responden tidak minum vitamin C dan E dan kurang tidur untuk risiko yang berhubungan dengan kekebalan. Kesimpulannya masyarakat masih perlu meningkatkan kesadaran dalam menjalankan protokol kesehatan untuk mengurangi risiko penyebaran dan menularkan virus Covid- 19.
7. Mohammad Mulyadi (2020)
Metode penelitian Kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini, dimana peneliti bertindak sebagai sebagai alat utama dan metode studi kasus.
Pengumpulan data dilakukan melalui analisis dokumen kebijakan dan arsip serta wawancara.
Temuan pada penelitian ini sebagai partisipasi masyarakat yang baik dalam menangani penyebaran Covid-19 tentu saja bersifat sukarela, karena mereka percaya bahwa setiap orang memiliki tanggung jawab untuk kebaikan bersama.
Pemerintah harus merevisi UU Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular, karena Undang-undang tersebut tampaknya tidak sejalan dengan perkembangan penanganan wabah yang semakin kompleks, ada beberapa dimensi yang perlu disesuaikan.
8. Idah Wahidah, Muhammad Andi Septiadi, M.
Choerul Adlie Rafqie, Nur Fitria Salsabila Hartono, Raihan Athallah (2020)
Metode yang digunakan untuk menulis artikel ini pada dasarnya adalah metode deskriptif kualitatif berdasarkan tanggal dan angka yang diberikan dalam kesimpulan, dan penulisan artikel ini merupakan studi kepustakaan. Kumpulkan data dari dokumen yang tersedia dan gunakan data yang dikumpulkan dari teknik triangulasi untuk analisis.
data.
Luaran yang dicapai adalah peran pemerintah, perlunya peran masyarakat dalam upaya untuk selalu waspada kepada masyarakat, mengupayakan partisipasi masyarakat untuk mencapai hasil yang maksimal dari kebijakan pemerintah, dan mengatasi pandemi.
wabah virus Covid-19 yang membuat semua kebijakan yang ada, dan ketua RT/RW mengatakan bahwa pemerintah akan mewujudkan efek sinergis dengan masyarakat. Kajian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pemerintah dalam merencanakan kebijakan selanjutnya dalam proses penanggulangan pandemi Covid 19.
9. Bintari Ratih Kusumaningrum,
Metode yang digunakan dalam program ini dengan
Hasil yang diperoleh adalah skor pengetahuan PHBS sebesar 74,21 dari
29 Ayunda Dewi
Jayanti Jilan Putri, Aurick Yudha Nagara, Akhiyan Hadi Susanto, Ika Setyo Rini, Ikhda Ulya, Eriko Prawestiningtyas, Muhammad Satria Herdiyono, Agustinus Lorensa Krisyanto, Mutiaranti Nainggolan (2021)
memberikan penilaian kepada 76 peserta pelaksana kesehatan di delapan kelurahan di Malang dengan pendekatan post-test only.
skor maksimal 100 dan skor observasi perilaku sebesar 26,53 dari skor maksimal 30. Sebagian besar fasilitas di PHBS sudah tersedia, namun penerapan protokol kesehatan masih kurang. Saat para cendikiawan mulai memberikan contoh PHBS secara langsung, ternyata kegiatan ini memberikan dampak positif bagi para masyarakat dan kadernya.
10. Metha Madonna (2021)
Metode penelitian digunakan systematic review yang merujuk informasi pada buku, berita, jurnal dan lainnya sebagainya
Hasil dan kesimpulan memiliki fungsi sebagai komunikasi kondisi keamanan atau Satgas Desa dari Covid- 19, pertukaran informasi antar warga terkait sosialisasi penegakan protokol kesehatan serta kampanye ajakan kepada masyarakat agar turut berpartisipasi dalam program vaksinasi nasional.
Berdasarkan tinjuan pustaka pada penelitian terdahulu yang tertera pada Tabel 2.1 diatas dapat dinilai ada persamaan dan berdedaan dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Persamaan terletak pada tema pembahasan mengenai penanganan Covid-19 seperti pada penelitian terdahulu yang ditunjukkan oleh jurnal milik (Majid, Muchin, & Sunariyanto, 2021) menjelaskan terkait Pemda Kota Malang yang menerapkan model Pantahelix dalam proses penanganan Covid-19. Model pantahelix bekerjasama dalam penanganan Covid-19 juga yang membedakan nya dengan penelitian ini adalah lebih berfokus pada bidang Pusdalops sebagai bentuk kinerja terkait pengelolaan data Covid-19 sesuai dengan
30
Keputusan Walikota Malang Nomor : 188.45/135/35.73.112/2020 kemudian juga terdapat jurnal dari (Yanuarita & Haryati, 2021) yang menyebutkan di Kota Malang hal ini terus berkembang dan memiliki implikasi sosial budaya, mulai dari angka perceraian yang tinggi, interaksi sosial yang terbatas hingga dampak sosial terhadap perempuan dan anak. Yang membedakannya adalah dengan penelitian ini lebih mengkaji lebih dalam dari segi penanganan Covid-19 sesuai kewenangan dari bidang Pusdalops-PB BPBD Kota Malang.
Pada jurnal (Susila Wibawa, 2019) yang membedakan dari penelitian ini dengan.lebih.lanjut.mewujudkan.pengakuan untuk mengungkapkan informasi sebagai peniliaan informasi secara terbuka atau tranparansi utuh jika dibandingan dengan yang akan diteliti lebih mengkaji kedalam proses pengelolaan data Covid- 19 yang akan sebagai tujuan dalam pelaksanaan pada Bidang Pusdalops-PB BPBD Kota Malang. Dalam jurnal (Firdaus, Tursina, & Roziqin, 2021) yang membedakan dari penetlitian yang akan diteliti denga adanya transformasi birokrasi pemerintah yang menyesuaikan pada zaman sehingga diperlukannya pemangku kepentingan untuk menyelaraskan digitaslisasi pada peraturan pemerintah. Pada jurnal (Perdana et al., 2021) yang membedakan dari penelitian yang akan diteliti dapat dilihat dari lebih kepada pananganan penguburan jenazah.
Kemudian juga terdapat dari jurnal (Sufiyanto, Yuniarti, & Andrijono, 2020) yang membedakan dari peneltian yang akan diteliti dapat dilihat dari metode penelitiannya yang kuantitatif dengan hasil yang menunjukkan bahwa 57,2%
berstatus risiko rendah, 40,3% berisiko sedang, dan 2,5% berstatus berisiko tinggi.
Beberapa perilaku yang berpotensi meningkatkan risiko tertular Covid-19 virus
31
adalah 89% responden menyentuh uang dan 86,3% bepergian karena berisiko tertular di luar rumah, 55,5% responden tidak menyediakan hand sanitizer di rumah selama risiko tertular di rumah, 46, 8% responden tidak minum vitamin C dan E dan kurang tidur untuk risiko yang berhubungan dengan kekebalan.
Berbeda sekali dengan peneltian diatas yang menggunakan metode kualitatif secara mendalam.
Dalam penelitian ini yang membedakan penelitian oleh peneliti dengan jurnal yang ditulis oleh (Mulyadi, 2020) lebih mendalam mengkaji terhadap partisipasi dari pihak masyarakat yang menyeimbangkan dalam proses penanganan Covid- 19. Kemudian pada jurnal milik (Wahidah, Athallah, Hartono, Rafqie, & Septiadi, 2020) yang membedakan dari penelitian yang akan di teliti dengan fokusan yang lebih kepada sinergitas antara pemerintahan dan masyarakat sebagai upaya pencegahan pandemi Covid-19. Adapun jurnal dari (Kusumaningrum et al., 2021) dengan perbedaan dalam penelitiannya dengan hasil yang didapatkan yaitu skor pengetahuan PHBS 74,21 dari skor maksimal 100dan skor observasi perilaku 26,53 dari skor maksimal 30. Sebagian besar sudah ada sarana untuk PHBS namun dalam pelaksanaan protokol kesehatan masih kurang. Yang terakhir dari jurnal (Metha Madonna, 2021) terdapat persamaan dalam penelitiannya dengan memakai media online whatssapp dalam pengaplikasiannya namun perbedaannya pada penelitian yang akan diteliti terdapat pada fokusan yang tidak terlalu mendalam pada bagian proses penggunaaan media online tetapi lebih kepada proses bagaimana penanganan Covid-19 itu berlangsung sesuai dengan tugas dan
32
fungsinya yang telah diatur dalam Keputusan Walikota Malang Nomor : 188.45/135/35.73.112./2020.
2.2 Kajian Teori 1.2.1 Kinerja
Aspek kinerja dalam suatu lingkup organisasi baik pemerintah dan non pemerintahan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jalannya suatu sistem. Ukuran terhadap suatu kinerja digunakan sebagai salah satu indikator dalam mengukur kesuksesan sebuah program kerja. Bron (2018) mendefinisikan kinerja sebagai hasil kerja dalam suatu lingkup organisasi yang didasarkan pada indikator-indikator dari suatu program yang dilaksanakan. Kinerja merupakan bentuk tanggung jawab sebagai bagian dari tugas yang diberikan oleh suatu organisasi untuk menjalankan program yang ada secara legal dan berdasarkan pada hukum atau regulasi yang mengaturnya.
Definisi lain diberikan oleh Prameshwari & Asteria (Prameshwari
& Asteria, 2019) menjelaskan bahwa landasan utama dari kinerja adalah indicator untuk mengukur peran seseorang atau kelompok terhadap fungsi yang telah diberikan. Dasar berperilaku menjadi salah satu factor tanggung jawab dalam menjalankan tugas yang diberikan.
Tujuan organisasi hanya akan tercapai jika kinerja dalam suatu tugas dan tanggung jawab dijalankan dengan sebaik-baiknya. Samsoleh et al (Samsoleh et al., 2019) menegaskan bahwa peran seseorang atau
33
kelompok sebagai actor utama memberikan sumbangsi secara aktif demi mencapai tujuan lembaga atau organisasinya.
Dali et al (Dali et al., 2021) mendefinisikan kinerja sebagai tolak ukur dari beberapa program kerja yang saling berhubungan antara satu sama lain. Arti bahwa masukan bagi suatu program kerja yang dijalankan menjadi pedoman bagi penyelesaian program kerja lainnya.
Akibat dari keterhubungan tersebut, maka dalam satu lingkup pekerjaan dengan dominasi masing-masing, maka antara satu program kerja dengan program kerja lainnya akan bertimbal balik. Dengan kata lain, penelitian dari hasil kinerja dari suatu program yang tidak baik ataupun sebaliknya akan berpengaruh pada hasil kinerja terhadap program yang lainnya.
Harahap (Harahap, 2020) menjelaskan lebih berbeda bahwasanya landasan untuk mengukur kinerja didasarkan pada produk waktu dan peluang. Waktu dan peluang dapat diciptakan dalam suatu lingkup organisasi atau lembaga jika peran antara sesam actor berjalan dengan baik untuk menyelesaikan tujuan organisasi. Kusmaningtyas (Kusmaningtyas, 2018) menyatakan bahwa yang berperan penting dalam terwujudnya suatu kinerja yang baik dalam organisasi atau lembaga adalah factor perilaku. Faktor perilaku disebabkan oleh lingkungan kerja yang diciptakan antara sesama actor dalam suatu organisasi. Oleh karena itu, sumber daya manusia, hukum moral yang
34
diterapkan dalam suatu ekosistem organisasi berpengaruh penting dalam kinerja yang dijalankan.
Menurut (Mardiasmo, 2006) dalam konsep dari kinerja meliputi 2 metode yang pertama, dapat melihat dari kualitas kinerja dalam organisasi secara pemahamahan birokrasi. Kedua, dalam melihat kinerja dapat melihat dari sasaran suatu kelompok dan para pengguna jasa. Yang membuat kedua pandangan ini saling mempengaruhi antar satu dan yang lainnya. Akuntabilitas sangat penting bagi kinerja pemerintah diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan penilaian kinerja tahun lalu untuk dijadikan dasar pedoman persiapkan untuk tahun yang akan datang. Fakta yang terjadi dalam praktek di lapangan para pihak masih memiliki beberapa penyimpangan adalah anggota pemerintah. Selain mengevaluasi kinerja, pemerintah juga harus bertanggung jawab atas kinerja yang dicapainya.
Kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggung jawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan suatu program atau kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan disebut akuntabilitas kinerja.
Aktivitas kinerja berhubungan erat dengan birokrasi pemeritahan.
Menurut Dwiyanto (2006:49) penilaian kinerja birokrasi publik tidak cukup dilakukan dengan menggunakan indikator yang melekat pada birokrasi itu, seperti efisiensi dan efektifitas, tetapi juga harus dilihat dari indikator-indikator yang melekat pada pengguna jasa, seperti
35
kepuasan pengguna jasa, akuntibilitas dan responsibilitas. Menurut Robbins (1996:20) hakekat penilaian terhadap individu merupakan hasil kerja yang diharapkan berupa sesuatu yang optimal. Penilaian pekerjaan yang mencakup kerja sama, kepemimpinan, kualitas pekerjaan, kemampuan teknik, inisiatif, semangat, kehandalan/tanggung jawab, kuantitas pekerjaan. Mengacu pada beberapa pendapat diatas, maka dalam pengukuran kinerja (performance measurement) organisasi hendaknya dapat menentukan aspek-aspek apa saja yang menjadi topik pengukurannya Dari beberapa komponen pengukuran kinerja akan digunakan sebagai indikator dalam penelitian ini. Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam penelitian ini untuk mengukur kinerja, peneliti akan menggunakan indikator-indikator kualitas, kuantitas, kerjasama, inisiatif, kehandalan/tanggung jawab.
1.2.2 Pengelolaan Data Covid-19
Sebagai bencana non alam, pemerintah Indonesia menetapkan Satuan Tugas Covid-19 (Satgas) yang dipimpin oleh Ketua Badan Nasional Penanggulangan BencanaBadan Pengelola (BPBN) yaitu Letnan Jenderal TNI, Moni Monardo, Maret 2020. Covid-19,dianggap sebagai.bencana.non.alam berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Pemerintah Indonesia telah melakukan hal berbeda dengan tidak melakukan lockdown. Pemerintah Indonesia sejak Maret 2020 telah memberlakukan Sosial Berskala Besar Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa daerah. 16 Kebijakan ini
36
jauh berbeda dengan lockdown karena mobilitas orang tetap bisa dilakukan meski jumlahnya sangat banyak terbatas untuk kebutuhan dasar dan obat-obatan. Selain itu, selama kebijakan PSBB, pemerintah tidak memberikan bantuan kepada masyarakat, sedangkan yang dampak negatif ekonomi pada masa pandemi Covid-19 membuat masyarakat sangat menderita. Jika pemerintah secara resmi mengumumkan bahwa pandemi Covid-19 adalah wabah penyakit, maka tindak lanjutnya harus dilakukan karantina kesehatan. 18 Karantina ini pada prinsipnya sama dengan kebijakan lockdown yang sudah memiliki payung hukum yaitu UU Nomor 6 Tahun 2008 tentang Karantina Kesehatan. Keputusan Menteri Kesehatan RI Republik Indonesia Nomor 612/MENKES/SK/V/2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Karantina Kesehatan dalam Penanganan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Mengganggu Dunia. 19 Jika hal ini dilakukan, pemerintah berkewajiban membantu warga negara karena karantina kesehatan untuk menghindari wabah Covid-1 onsistensi pemerintah menyebabkan hal ini dalam menangani Covid-19.Ppemerintah membentuk Gugus Tugas Covid-19 yang dipimpin oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Maret 2020 berpedoman pada Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Manajemen Bencana. Namun dalam pelaksanaannya, pemerintah mengeluarkan kebijakan melalui Perpres Nomor 21 Tahun 2020 tentang Sosial Berskala Besar Pembatasan (PSBB) berdasarkan Undang-
37
Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular dan UU No 6 Tahun 2018 tentang Karantina Kesehatan. Sebagai negara hukum, payung hukum sebagai dasar dari segala kebijakan sangatlah penting. Misalnya, jika pemerintah menetapkan bahwa pandemi Covid- 19 adalah non- bencana alam, maka sudah sepatutnya menggunakan dasar Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana yang dipimpin oleh ketua BNPB. Kebijakan PSBB berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular. UU No 6 Tahun 2018 tentang Karantina Kesehatan dapat diterapkan jika pemerintah menetapkan pandemi Covid-19 sebagai penyakit menular wabah penyakit dan menetapkan keadaan darurat kesehatan yang meresahkan dunia, seperti menerapkan Lockdown. Dalam perjalanannya, Gugus Tugas Covid-19 kembali diubah menjadi Penanganan Covid-19 Komite pada Juli 2020 melalui Perpres Nomor 82 Tahun 2020.
Presiden Joko Widodo telah menekankan pada Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2020 terkait Penanganan Corona Virus Desease 2019 (Covid-19) dan Pemulihan Ekonomi Nasional pada hari Senin tanggal 20 Juli 2020. Dalam turunnya aturan ini sekaligus menghapus Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Secara pertanggung jawaban Pusdalops-PB wajib bekerja sebagai pendataan akumulasi akhir dan publish, karena hal ini sudah terlampir pada Keputusan Wali Kota Nomor : 188.45/259/35.73.112./2020. Jika hal ini
38
tidak terlaksana sebagaimana mestinya maka informasi data Covid-19 ke masyarakat akan menjadikan tingkat kepercayaan publik terhadap pemeritah akan menurun. Masyarakat akan mengasumsikan bahwa pemerintah tidak bekerja dengan baik dengan infromasi yang simpang siur yang menyebabkan psikologi masyarakat menjadi tidak percaya dengan Covid-19. Penanganan Covid-19 saat ini menjadi permasalahan global yang dapat menyesuaikan dengan aksi dari birokrasi dalam membuat kebijakan. Sehingga dalam penyelesaianya membutuhkan kinerja dari pemerintah untuk menekan angka kasus Covid-19 serta penanganannya. Sesuai dengan Keputusan Walikota Malang Nomor : 188.45/135/35.73.112./2020 yang berisikan tugas dan wewenang dari Pusdalpos-PB Kota Malang.
1. Pelaksanaan penginformasian data terkait Covid-19, sesuai dengan apa yang terjadi dilapangan Bidang Pusdalops-PB hadir sebagai pelaksanaan akumulasi data terkait Covid-19.
2. Pengembangan dan operasional sistem informasi, komunikasi dan elektronik yang terpadu oleh Satuan Tugas Covid-19.
Pengembangan yang terjadi pada hal ini dengan pengguanaan WhatssApp dan Instagram sebagai media penyaluran informasi terkait transparansi data Covid-19 yang menerapakan operasional sistem informasi terpadu.
3. Pelaporan terhadap Kepala Pelaksana Bidang Pusdalops-PB terkait penginformasian data informasi perkembangan Covid-19.