• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Riset Pendidikan Islam Yang Berorientasi Pada Isu-Isu Sosial Dampak Globalisasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Kajian Riset Pendidikan Islam Yang Berorientasi Pada Isu-Isu Sosial Dampak Globalisasi"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 6, Nomor 1, juni 2022 788

Kajian Riset Pendidikan Islam Yang Berorientasi Pada Isu-Isu Sosial Dampak Globalisasi

Moh Yusup Saepuloh Jamal, Uus Ruswandi, Mohamad Erihadiana Pasca UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Email: [email protected], [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Globalisasi membawa dampak positif dan negatif dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam bidang pendidikan. Pendidikan Islam, merupakan jawaban terhadap berbagai permasalahan yang dimunculkan dalam era globalisasi saat ini. Penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan atau library research denganmenggunakan teknik analisis isi (Content Analysis), yang difokuskan kepada kajian-kajian riset yang dipilih secara acak. sehingga memunculkan benang merah dari setiap kajian riset tersebut dan memunculkan hasil bahkan melahirkan solusi untuk khazanah pendidikan islam kekinian. Hasil kajian dapat disimpulkan bahwa pengembangan keilmuan, dari berbagai problem yang muncul, jelas tidak bisa direspon hanya dengan ilmu-ilmu yang selama ini ada di lembaga pendidikan Islam seperti fiqih, ilmu kalam, tasawuf, aqidah akhlak, dan tarikh. Ilmu-ilmu tersebut,perlu diinterpretasisehingga mampu menjawab persoalan aktual pada lingkungan hidup, seperti: global warning, datangnya industri, adanya pencemaran limbah beracun, penggundulan hutan, gedung pencakar langit, polusi udara, dan problem sosial antara lain banyaknya pengangguran, penegakan hokum, hak asasi manusia dan sebagainya.

Kata kunci: Global, Sosial, Pendidikan

ABSTRACT

Globalization brings both positive and negative impacts in various spheres of life, including in the field of education. Islamic education is the answer to various problems that arise in the current era of globalization. The research used is library research using content analysis techniques (Content Analysis), which is focused on randomly selected research studies. so that it raises a common thread from each of these research studies and brings up results and even gives birth to solutions to the treasures of contemporary Islamic education. The results of the study can be concluded that scientific development, from the various problems that arise,

(2)

Volume 6, Nomor 1, juni 2022 789 obviously cannot be responded to only with the sciences that have existed in Islamic educational institutions such as fiqh, kalam science, Sufism, moral aqidah, and date.

These sciences need to be interpreted so that they can answer actual problems in the environment, such as: global warming, the arrival of industry, the existence of toxic waste pollution, deforestation, skyscrapers, air pollution, and social problems including a large number of unemployed, law enforcement, human rights and so on.

Keywords: Global, Social, Education

PENDAHULUAN

Globalisasi merupakan suatu istilah yang memiliki hubungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa di dunia melalui berbagai bidang. Adapula yang berpendapat bahwa globalisasi lahir ditandai dengan munculnya sistem ekonomi dan budaya global yang membuat manusia di seluruh dunia menjadi sebuah masyarakat tunggal yang global. Globalisasi mempunyai pengaruh atau dampak yang sangat besar bagi kehidupan umat manusia dalam berbagai aspek kehidupan, baik sosial, politik, ekonomi, budaya, dan lain-lain termasuk pendidikan. Dalam hal ini globalisasi telah mengubah kehidupan sehari-hari terutama dirasakan negara berkembang dan pada saat yang sama telah menciptakan sistem dan kekuatan- kekuatan trans-nasional baru. Seperti banyak gejala lain, globalisasi ditandai ambivalensi, yaitu tampak sebagai “berkah” di satu sisi tetapi sekaligus menjadi kutukan di sisi lain.

Globalisasi berawal dari transportasi dan komunikasi, tetapi dampaknya segera terasa dalam berbagai bidang kehidupan manusia baik ekonomi, politik, perdagangan, gaya hidup, bahkan agama.3 Begitu cepat masyarakat mengikuti perkembangan zaman, mereka tidak mau ketinggalan sedikitpun dari perkembangan ini. Sehinga pendidikan Islam harus diarahkan pada kebutuhan dan perubahan masyarakat di era globalisasi.Menghadapi suatu perubahan, diperlukan suatu desain paradigma baru di dalam menghadapi tuntutan-tuntutan yang baru.(Azra, 2017)

Semakin berkembangnya kebiasaan yang menggelobal dalam gaya hidup seperti pola berpakaian, kebiasaan makan, dan kegiatan rekreasi yang semakin seragam khususnya dikalangan kaum muda, berimplikasi pada aspek sosial, ekonomi dan agama. Sehingga terkadang nilai-nilai agama semakin ditinggalkan, karena dianggap kuno dan ketinggalan sementara mereka yang mengikuti trend dianggap maju dan modern padahal mulai meninggalkan nilai-nilai agama dan moral dalam kehidupannya.(Hidayat, 2021)

(3)

Volume 6, Nomor 1, juni 2022 790 Globalisasi membawa dampak positif dan negatif dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam bidang pendidikan. Globalisasi memberikan dampak positif bagi dunia pendidikan sekaligus dampak negatif yang perlu diwaspadai.

Dalam memasuki era globalisasi pendidikan, khususnya pendidikan Islam dihadapkan dengan berbagai tantangan, baik dalam bidang politik, ekonomi, bahkan sosial-budaya. Tantangan yang dihadapi oleh masyarakat, sesungguhnya secara tidak langsung menjadi tantangan pendidikan Islam

Teknologi yang keras dan materialistik ternyata mengandung kekerasan sikap dan tindak yang intoleran. Masyarakat yang maju Ipteknya ternyata sangat rendah toleransinya terhadap hal-hal yang secara kultural berbeda. Dalam naungan Islam, iptek sempat berkembang dengan pesat dan baik, namun tidak pernah dalam dunia Islam bersifat begitu kaku dan keras sehingga menghilangkan rasa kemanusiaan. Oleh karena itu harus dicegah agar anak didik tidak terpolusi pengaruh intoleransi iptek dan di sisi lain perlu.(Ulya, 2018)

Visi pendidikan Islam harus berorientasi ke masa depan tentang apa yang diharapkan oleh umat manusia. Oleh karena itu, visi pendidikan Islam harus mengantisipasi kondisi dan kinerja yang lebih baik di masa yang akan datang.

Dalam hal ini umat Islam perlu melihat kecenderungan perkembangan historis, kultural, dan nilai-nilai yang selama ini berkembang. Dalam visi akan tergambar kompetensi keunggulan dan keunikan lembaga pendidikan Islam yang diselenggarakan.(Makbuloh, 2013)

METODE PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan metode kepustakaan. Dalam penelitian ini mengkaji berbagai literatur kepustakaan yang mempelajari referensi-referensi dalam bentuk buku-buku, artikel jurnal dan informas informasi faktual yang berhubungan dengan pembahasan.

Tulisan ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian berupa studi kepustakaan (library research), yaitu mengumpulkan informasi ataupun karya tulis ilmiah yang berhubungan dengan literature review yang bersifat kepustakaan. Penelitian ini dilakukan dengan menggabungkan antara penelitian deskriptif dan kualitatif. Penelitian ini juga menyajikan data tanpa adanya manipulasi serta perlakuan tambahan lainnya. Sumber utama penelitian ini adalah karya tulis ilmiah sebelumnya yang terkait erat dengan literature review, seperti buku metode penelitian, artikel jurnal, artikel internet, dan tulisan lainnya yang masih terkait.

Penulis menggunakan teknik analisis data berupa analisis konten (content analysis) karena jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kepustakaan, di mana

(4)

Volume 6, Nomor 1, juni 2022 791 sumber datanya adalah berupa buku dan dokumen-dokumen maupun literatur dalam bentuk yang lain. Dalam hal ini, penulis menggunakan analisis konten untuk dapat memahami konten atau isi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Globalisasi

Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia.(Muslimin et al., 2021)

Menurut David Held dan Anthony Mc Grew, tidak ada definisi globalisasi yang tepat yang di sepakati bersama. Globalisasi dapat di pahami dalam pemahaman yang beragam sebagai kedekatan jarak, ruangan waktu yang menyempit, pengaruh yang cepat, dan dunia yang menyempit, perbedaanya hanya terletak pada penekanan dari sudut pandang material, ruangan dan waktu, serta aspek-aspek kognitif dari globalisasi, dari sudut peristilahan kata globalisasi sebenarnya masih mengalami problem karena realitas serta subyektifitas pemakaian kata tersebut, namun globalisasi secara sederhana dapat di tunjukkan dalam bentuk perluasan skala, pengembangan wilayah, dan percepatan pengaruh dari arus dan pola-pola inter-regional dalam interaksi sosial. (Nata, 2012)

Tomlinson misalnya menyatakan bahwa, globalisasi merujuk pada perkembangan yang cepat dan mendalam dalam jaringan hubungan dan ketergantungan yang menjadi ciri kehidupan sosial moderen. Ia melahirkan keterkaitan yang bersifat kompleks dan multidimensional.(Mohammad Maiwan, 2014)

Robertson dalam Globalization: Social Theory and Global Culture, Mendefinisikan globalisasi sebagai the compression of the world into a single space and the intensification of conciousness the world as a whole”. Globalisasi juga melahirkan global culture (which) is encompassing the world at the international level. Dengan adanya globalisasi problematika menjadi sangat komplek yang dihadapi miliyaran anak manusia. Globalisasi telah menimbulkan batas-batas antar negara sehingga dunia menjadi terbuka dan transparan, yang oleh Kenichi Ohmae disebut sebagai The Borderless World, atau disebut “Desa Dunia” oleh Marshall Mc.

Luhan, dikutip oleh Mulyasa, (2003)

Globalisasi dapat juga dikatakan sebagai zaman transformasi sosial. Setiap beberapa ratus tahun dalam sejarah manusia, transformasi hebat terjadi. Dalam beberapa dekade saja, masyarakat telah berubah kembali baik dalam pandangan mengenai dunia, nilai-nilai dasar, struktur politik dan sosial, maupun seni. Lima

(5)

Volume 6, Nomor 1, juni 2022 792 puluh tahun kemudian, muncullah sebuah dunia baru. Globalisasi sering dikaitkan dengan kemajuan teknologi dan informasi yang tidak terbatas, namun sebenarnya globalisasi terkait dengan berbagai bidang kehidupan.

Akibat globalisasi ini, sekat-sekat antara suatu negara dengan negara lain semakin memudar karena semakin mudahnya mereka berinteraksi dalam berbagai bidang. Negara-negara di dunia tidak luput dari arus globalisasi ini, termasuk Indonesia yang merupakan negara berkembang di Asia Tenggara. Globalisasi seperti memiliki dua mata pisau karena memiliki dampak positif dan negatif. Kita sebagai manusia yang hidup di era globalisasi harus bijak dalam menyikapinya, karena kita akan terkena dampak negatif jika terjerumus ke dalam arus globalisasi.

Isu-Isu Sosial Dampak Globalisasi

Globalisasi mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam hidup dan kehidupan manusia dalam berbagai aspek kehidupan, baik aspek ekonomi, politik, budaya, sosial, bahkan pendidikan. Proses globalisasi yang demikian cepat dan ditopang oleh perkembangan industri yang menuntut penemuan dan inovasi-inovasi baru bagi produk temuan teknologi untuk dipasarkan, tuntutan kehadiran para ilmuan yang mempunyai kemampuan berpikir analitik dan saintstifik serta kemampuan riset dari yang sederhana ke yang kompleks dan kemampuan untuk terus berinovasi jelas memerlukan jawaban konkrit lembaga pendidikan Islam yang bermutu.

Mencermati berbagai perkembangan di atas, maka pendidikan-termasuk pendidikan Islam, merupakan jawaban terhadap berbagai permasalahan yang dimunculkan dalam era globalisasi saat ini. pendidikan yang dibutuhkan adalah pendidikan yang bisa menjangkau masa depan. Proses pendidikan tidak hanya sekedar mempersiapkan anak didik untuk mampu hidup dalam masyarakat kita, tetapi mereka juga harus disiapkan untuk hidup di masyarakat yang akan datang yang semakin lama semakin sulit diprediksi. Dalam era globalisasi ini baik dalam bidang ekonomi, budaya, politik atau bidang sosial sekalipun akan memberikan kemungkinan yang sangat terbuka bagi siapa saja untuk turut bersaing di setiap negara peserta. Persaingan bebas seperti ini menuntut kesiapan setiap negara secara optimal bila ingin tetap bisa berperan serta, jika tidak ingin ketinggalan bahkan tersingkir dari persaingan.

Dalam aspek pendidikan, globalisasi telah berpengaruh terhadap penyelenggaraan pendidikan, baik terhadap tujuan, proses, hubungan peserta didik dan pendidik, etika, metode ataupun yang lainnya. Dalam hal tujuan misalnya, tujuan pendidikan terdapat kecenderungan yang mengarah kepada materialism, sehingga hal yang pertama yang mungkin ditanyakan oleh orang tua siswa atau siswa adalah lembaga pendidikan tempat ia belajar dapat menjamin masa depan kehidupannya. Demikian juga dengan kurikulumnya, lebih mengarah pada

(6)

Volume 6, Nomor 1, juni 2022 793 bagaimana hal-hal yang materialistik itu dapat dicapai. Dalam hal ini belajar lebih terfokus pada aspek penguasaan ilmu (cognetive) belaka ketimbang bagaimana seorang siswa memiliki sikap yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Berbagai bentuk permasalahan sosial akibat globalisasi yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat memang tak bisa di hindari. Hal ini lantaran globalisasi diibaratkan memiliki dua sisi yang saling bertolak belakang. Satu sisi menjanjikan kemajuan bagi kehidupan masyarakat. Di sisi lain globalisasi juga menyebabkan munculnya beragam permasalahan sosial. Terlepas dari pengertiannya, ada dampak globalisasi yang harus diperhatikan. Dampak positif dan negatif globalisasi dapat mempengaruhi tatanan kehidupan yang ada di sekitar. Globalisasi merupakan pengaruh yang terjadi secara menyeluruh, tak terkecuali Indonesia yang telah banyak terjadi perubahan secara global.

Era global dan globalisasi tidak terelakkan lagi, juga menimbulkan perubahan penting dalam berbagai aspek dunia pendidikan. Secara kelembagaan, globalisasi mendorong terjadinya proses otonomisasi, devolusi, desentralisasi, dan privatisasi pendidikan. Pada tingkat pendidikan dasar dan menengah, orang bisa menyaksikan gejala desentralisasi, di mana pemerintah lokal bersama masyarakat tempatan semakin memainkan peranan lebih besar dalam merancang dan menyelenggarakan pendidikan. Pada tingkat pendidikan tinggi, terjadi peningkatan proses otonomisasi dan privatisasi, di mana peranan pemerintah semakin mengecil, dan sebaliknya, peranan stake holders kian membesar.

Menurut Abdullah, (2005)mengatakan bahwa beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di dunia:

Pertama, perubahan dalam konsep ruang dan waktu. Perkembangan barang- barang seperti telepon genggam, televisi, satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi sedemikian cepatnya, sehingga memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.

Kedua, pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).

Ketiga, peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olahraga internasional). Saat ini kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beranekaragam budaya, misalnya dalam bidang fashion dan makanan. Keempat, meningkatknya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional dan lain-lain.

Pada berbagai lapisan masyarakat yag berada pada masa modern saat ini yang ditandai oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di antaranya,

(7)

Volume 6, Nomor 1, juni 2022 794 lahirnya teknologi informasi dan komunikasi yang canggih. Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan dan teknologi canggih yang melahirkan berbagai produk eloktronik, seperti halnyapula (media massa) telah memberikan pengaruh besar pada kehidupan manusia (sosial, politik, ekonomi, budaya, dan pendidikan) baik yang bersifat positif maupun negatif itu semua berlansung pada manusia selaku pelaksana konsumen. Globalisasi yang sarat dengan kemajuan-kemajuan penting dalam teknologi informasi dan komunikasi, mendorong terjadinya pula perubahan dalam pembelajaran. Dalam perspektif makro, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi mempercepat proses demokratisasi dan eguity dalam pembelajaran.

Guru atau tenaga pengajar kini tidak lagi merupakan satu-satunya narasumber dalam proses pembelajaran. Teknologi komunikasi dan informasi yang kini ada (existing) dan juga akan terus berkembang semakin memungkinkan peserta didik untuk mengakses sendiri beragam sumber belajar. Karena itu jika guru atau tenaga pengajar tetap ingin memainkan peran sentral dalam proses pembelajaran, mereka harus melakukan perubahan atau sedikitnya penyesuaian dalam paradigma, strategi pendekatan, dan teknologi pembelajaran. Jika tidak, tenaga pengajar akan kehilangan makna kehadiran dalam proses pembelajaran.

Agar tidak terdegradasi kepada level paling bawah, maka perlu adanya upaya yang signifikan demi menyelamatkan anak-anak bangsa sebagai penerus perjuangan dan pembangunan negara. Untuk itu pendidikan agama Islam di sekolah diyakini dapat dijadikan untuk andil sebagai benteng kepribadian dan pembekalan hidup dalam persaingan di kancah dunia.

Melalui pendidikan agama Islam yang diselenggarakan di sekolah dengan baik, diharapkan para siswa akan dapat menghindari sifat-sifat tercela. Peran pendidikan agama Islam diharapkan dapat mengatasi dampak negatif era modern atau global dengan menggunakan berbagai model strategi yang dapat menjawab tantangan tersebut sebagaimana Azyumardi Azra mengatakan pendidikan Islam sejauh menyangkut fungsinya, mempunyai peranan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sesuai dengan cirinya sebagai pendidikan agama, secara ideal pendidikan agama Islam berfungsi dalam penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas tinggi, baik dalam penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi maupun dalam hal karakter, sikap moral, penghayatan dan pengamalan ajaran agama. Singkatnya pendidikan Islam secara ideal berfungsi membina dan menyiapkan anak didik yang berilmu, berteknologi, berketrampilan tinggi dan sekaligus beriman dan beramal saleh.

(8)

Volume 6, Nomor 1, juni 2022 795 Kajian Riset Pendidikan Islam Dampak Globalisasi

Sebagaimana dipahami bahwa pendidikan Islam, baik secara kelembagaan maupun keilmuan, masih menghadapi persoalan-persoalan yang belum terpecahkan, dari persoalan manajemen, ketenagaan, sumber dana, infrastruktur dan kurikulum. Akibatnya mutu pendidikan Islam masih minim, juga dibarengi oleh para pengelola pendidikan Islam tidak lagi sempat dan mampu mengantisipasi terhadap adanya tantangan globalisasi yang menghadang. Diantara kajian-kajian riset yang penyusun temukan diantaranya:

The fiqh of disaster: The mitigation of Covid-19 in the perspective of Islamic education-neuroscience.Fikih Kebencanaan merupakan produk ijtihad Muhammadiyah untuk menjawab permasalahan kontemporer, khususnya bencana geologi dan non-geologi, yang kemudian menjadi landasan normatif bagi mitigasi bencana kesehatan seperti pandemi Covid-19. Paradigma penelitian ini adalah tipe kualitatif transdisipliner dengan pendekatan fenomenologis. Penelitian ini menganalisis nalar Fikih Kebencanaan dan aktualisasinya dalam mitigasi Covid-19, gerakan kesehatan medis dan rekonstruksi fikih ibadah pada masa darurat pada khususnya, dan bagaimana menghadapi bencana secara teologis secara umum.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nalar Fikih Kebencanaan diperluas dari segi gerakan medis, teologis, dan pendidikan. Gerakan medis adalah gerakan kesehatan berupa penyediaan 74 Rumah Sakit Siaga Covid-19 yang mampu menampung 3.917 pasien atau 36,15% dari total jumlah kasus di Indonesia, disusul dengan pembagian masker, sarung tangan, dan sembako kepada 401.209 Covid- 19 korban yang terkena dampak. Gerakan teologis berupa ketentuan agama dimana Muhammadiyah berusaha merekonstruksi fikih klasik Islam tentang aturan ibadah untuk beradaptasi dengan keadaan darurat. Sebaliknya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menerapkan zonasi.

Gerakan edukatif tersebut merupakan upaya preventif untuk melawan narasi yang bersumber dari mikro-selebriti Da'i & Influencer (pendakwah agama) yang mencoba mengelak ketentuan agama dengan pernyataan viral mereka di media sosial. Upaya ini diwujudkan dengan mengembangkan pendidikan Islam neuroscience dengan media pembelajaran visualisasi yang memadukan komik modern dan kartun kontemporer dengan narasi sinematik. Gerakan pendidikan Islam neurosains berusaha untuk tidak menggunakan pendekatan dogmatis- monolitik seperti pada pendidikan klasik. (Suyadi et al., 2020)

Analsisi isi (Content Analysis ) dari penelitian di atas bahwa bencana yang melanda berbagai bagian belahan dunia memerlukan sikap positif dari manusia, sehingga pendidikan kebencanaan diperlukan karena tidak banyak yang mengetahui bagaimana menyikapi gejala alam dan fenomena alam ketika sebelum terjadi bencana gempa bumi, tsunami, gunung meletus dan lain-lain. Tidak banyak

(9)

Volume 6, Nomor 1, juni 2022 796 pula yang memahami apa yang harus dilakukan ketika bencana itu mengancam jiwanya. Pendidikan siaga bencana adalah pendidikan yang menyiapkan peserta didik agar memiliki pengetahuan, keterampilan, keyakinan, iman dan taqwa serta sikap yang memadai dalam menghadapi bencana baik sebelum, ketika terjadi bencana, dan sesudah terjadi bencana. dan hal itu membutuhkan edukasi dini melalui kurikulum untuk mengatasinya. Untuk solusinya pendidikan kebencanaan harus diterapkan agar peserta didik memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang memadai dalam menghadapi bencana baik sebelum, ketika terjadi bencana, dan sesudah terjadi bencana. Dan pengembangan materi kebencanaan dapat di sisipkan ke dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam.

Islamic boarding schools (pesantren), Sufism and environmental conservation practices in Indonesia (Pesantren, tasawuf dan praktik pelestarian lingkungan di Indonesia). berkaitan dengan upaya pelestarian lingkungan yang merespon krisis ekologi umat manusia. Hal ini dilakukan dengan melihat pelestarian lingkungan berbasis tasawuf di pesantren ath-Taariq di Jawa Barat, Indonesia. Data diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi dengan menggunakan metode kualitatif.

Dengan Dua temuan yang dihasilkan; pertama, praktik pelestarian lingkungan yang diajarkan kepada siswa meliputi pengajaran ekologi, pembuatan bibit tanaman dan daur ulang sampah menjadi pupuk organik. Kedua, langkah-langkah signifikan telah dilakukan dengan menyelenggarakan penghijauan dan pelestarian alam yang dilatarbelakangi oleh nilai-nilai dan doktrin-doktrin sufi, antara lain konsep zuhud dan syukur, kekeluargaan dan gotong royong, cinta kasih dan berkah, serta tafakkur. (Irawan, 2022)

Analsisi isi (Content Analysis ) dari penelitian di atas bahwa Tasawuf, tradisi kesufian, ataupun thariqah umumnya dipersepsi oleh khalayak umum sebagai praktek atau laku spiritual yang bersifat mistik, ekslusif dan jauh dan hiruk pikuk sosial yang bersifat duniawi. Sehingga tak heran manakala memunculkan suatu tuduhan bahwa tasawuf merupakan biang kerok dan kemunduran Islam. Padahal kenyataannya ketika menggali history islam secara komprehensif tidak seperti itu, bahkan banyak sekali para ulama atau sufi bahkan para mursyid mengembangkan islam pada pendidikan yang berbasis lingkungan.

Pengembangan pondok pesantren berwawasan lingkungan juga dapat dilakukan melalui dua formula. Pertama, formula alamiah dengan mengusung budaya pesantren, yaitu kemaslahatan, keikhlasan, kebersamaan, keterbukaan, kesetaraan, keujujuran, keadilan dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu, diperlukan pendidikan lingkungan hidup yang memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap motivasi dan kepedulian untuk memecahkan masalah lingkungan yang ada sekarang dan mencegah terjadinya masalah-masalah baru ke

(10)

Volume 6, Nomor 1, juni 2022 797 depan. Kedua, formula ilmiah, yang meniscayakan langkah-langkah yang lebih sistematis dan metodologis dalam mewujudkan pondok pesantren yang ramah lingkungan.

Social Engineering of Islamic Religious Education in Preventing Intolerance and Radicalism in the School Environment. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan model rekayasa sosial pendidikan agama Islam yang dilakukan oleh kepala sekolah dan guru pendidikan agama Islam di SMA Khadijah dan Muhammadiyah 3 Surabaya dalam menangkal intoleransi dan radikalisme di lingkungan sekolah.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif fenomenologi dengan mengekstraksi data dari observasi dan wawancara mendalam dengan informan kunci.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat intoleransi dan radikalisme di kedua sekolah yang berbalut prasangka sosial; (2) kepala sekolah dan ustadz berperan sebagai 'agent of change' dalam rekayasa sosial pendidikan yang telah mencegah intoleransi dan radikalisme melalui dua model pendidikan agama Islam – model rekayasa sosial pendidikan yang dilakukan oleh kepala sekolah dengan model kurikulum pendidikan agama Islam ASWAJA, dan model kurikulum pendidikan agama Islam ISMUBA; (3) para guru pendidikan agama Islam ASWAJA dan ISMUBA telah mempraktekkan proses belajar dan mengajar untuk mendukung tujuan kepala sekolah; dan (4) kendala yang dihadapi kepala sekolah dan guru dalam upaya tersebut antara lain pengaruh media online yang memuat pesan- pesan intoleransi dan radikalisme yang diakses oleh siswa di dalam dan di luar sekolah, serta keterbatasan kepala sekolah dan guru. guru untuk melaksanakan fungsi kontrol bagi siswa secara terus menerus.(Rohman & Huriyah, 2022)

Analsisi isi (Content Analysis ) dari penelitian di atas bahwa intoleransi dan radikalisme memang sudah menyusup di dunia pendidikan terkhusus sekolah atau madrasah. Maka, hal ini harus segera ditindak secara tegas. Diperlukan koordinasi dari semua pihak untuk membersihkan sekolah dari ajaran intoleransi dan radikalisme ini. Diantaranya adanya sinergisitas dan Kerjasama yang dilakukan oleh semua komponen (pemerintah, masyarakat , sekolah dan keluarga) sesuai dengan jenis problem dan kepentingan yang ada. Kerjasama tidak hanya dilakukan dalam konteks memberikan solusi atas persoalan yang muncul tetapi juga harus dilakukan dengan tujuan antisipasi atau pencegahan munculnya persoalan tersebut. Juga diharapkan pendidikan dengan wawasan kebangsaan bisa lebih dilakukan dalam tataran praktik, sehingga bisa mengenal dalam kehidupan pelajar. Dengan adanya wawasan kebangsaan yang mempuni, diharapkan bisa membersihkan dunia sekolah dari paham-paham yang intoleransi dan radikalisme.

Integration of Technology in Learning Activities: E-Module on Islamic Religious Education Learning for Vocational High School Students. Kemajuan teknologi

(11)

Volume 6, Nomor 1, juni 2022 798 mendorong perubahan paradigma pembelajaran menuju pembelajaran berbasis digital dan pergeseran peran guru menjadi fasilitator pembelajaran, bukan satu- satunya sumber belajar. Inovasi penggunaan e-modul merupakan cerminan integrasi TIK ke dalam proses pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan modul elektronik yang layak digunakan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam bagi siswa SMK. Penelitian ini tergolong penelitian Research and Development (R&D) dengan prosedur ADDIE yang terdiri dari Analisis, Perancangan, Pengembangan, Implementasi dan Evaluasi. Namun, penelitian ini terbatas pada tahap pengembangan. Sampel penelitian ini terdiri dari satu orang ahli materi, dua orang ahli media dan tiga orang guru mata pelajaran pendidikan agama Islam. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif dengan persentase untuk menggambarkan nilai kelayakan modul elektronik (e-modul). (Fahmi et al., 2021)

Berdasarkan hasil penelitian, hasil penilaian tempat e-modul oleh masing- masing asesor dengan rincian yaitu penilaian ahli materi diperoleh 96,1%, penilaian ahli media 95,1% dan penilaian yang dilakukan oleh guru mata pelajaran mendapat nilai a. skor 96,1%. 83, 3%, oleh karena itu produk e-modul yang dikembangkan layak untuk digunakan sebagai kegiatan pembelajaran. Hasil penelitian ini tentunya dapat dijadikan dasar bagi para pendidik dalam rangka mengimplementasikan teknologi modul elektronik format digital ke dalam kegiatan pembelajaran.

Analsisi isi (Content Analysis) dari penelitian di atas bahwa sesuai dengan pemaparan AECT: Association for Educational Communications and Technology (2004), mengintegrasikan teknologi dalam pendidikan merupakan upaya memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan cara menciptakan, menggunakan/memanfaatkan, dan mengelola proses dan sumber-sumber teknologi yang tepat. Jelas, tujuan utamanya masih tetap untuk memfasilitasi pembelajaran (agar efektif, efisien dan menarik) serta meningkatkan kinerja. Dalam bidang pendidikan agama, pendekatan teknologi sangat diperlukan untuk menghadirkan kualitas mutu pendidikan Agama Islam. Implementasi Pembelajaran Agama Islam melalui pendekatan teknologi dapat diterapkan dalam beberapa mata pelajaran seperti al-Qur’an Hadis, Aqidah Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Bahasa Arab dengan inovasi-inovasi yang berbasis digital.

Moral and Character Rehabilitation of Drug's Victims Through Moral-Spiritual Approach as a n Effort to Build a Charactered Citizens. Masalah permukaan dari penelitian ini adalah dampak berbahaya dari narkoba. Dampak penggunaan narkoba tidak hanya sebatas kerusakan fisik tetapi juga menimbulkan kerusakan moral dan karakter korban narkoba. Akhlak dan budi pekerti bangsa Indonesia seharusnya sudah diturunkan kepada remaja tetapi karena narkoba, hilang dan menimbulkan masalah moral lainnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan revitalisasi

(12)

Volume 6, Nomor 1, juni 2022 799 nilai-nilai moral dan karakter di kalangan remaja korban narkoba. Tidak hanya pemulihan fisik dan mental dari kecanduan narkoba yang dibutuhkan tetapi moral dan karakter remaja juga harus dipulihkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan rehabilitasi moral dan karakter pada remaja korban narkoba.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan studi kasus sebagai metode penelitian dimana data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Berdasarkan hasil penelitian revitalisasi moral dan karakter pecandu narkoba dilakukan melalui pendekatan moral-spiritual sebagai sarana rehabilitasi.

Pendekatan ini dapat membangun kembali moralitas dan membantu korban narkoba mencapai tingkat aktualisasi diri untuk membangun masyarakat yang di bawah amanat Pancasila. Selain itu, pendekatan moral-spiritual juga membentuk karakter warga negara (civic disposition) untuk menjadi warga negara yang baik.

Hal ini sebagai upaya membangun warga negara yang berkarakter di bawah ideologi Pancasila.

Analsisi isi (Content Analysis) dari penelitian di atas bahwa korban penyalahgunaan Narkoba berhak memperoleh rehabilitasi sosial. Masyarakat mempunyai peran penting proses refungsionalisasi dalam kehidupan bermasyarakat. Selanjutnya, dalam kerangka rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan/ketergantungan Narkoba tersebut terdapat beberapa pendekatan sekurang-kurangnya adalah pendekatan yang berbasis keilmuan (kesehatan, psikologi, pekerjaan sosial dan lainnya) dan pendekatan yang berbasis spiritual (keagamaan).

Optimizing The Role Of Islamic Education As An Effort Againsts Hoax News In Globalization Era.Berita bohong atau hoax merupakan hal yang harus diantisipasi seiring dengan perkembangan teknologi yang canggih di era globalisasi saat ini.

Ibarat sebuah smartphone yang memuat segala informasi yang dapat dimasuki kapan saja tanpa adanya penyaringan, harus diantisipasi apakah berita atau informasi tersebut mengandung kebenaran atau kebohongan. Jika tidak diantisipasi dengan baik, maka akan terjadi masalah yang berkepanjangan, bahkan bisa berujung pada perpecahan di negeri ini. Maka penelitian ini bertujuan melalui pendidikan Islam sebagai harapan yang dapat dioptimalkan dengan menanamkan nilai-nilai akhlak mulia yaitu kejujuran sejak dini untuk dapat memutus mata rantai penyebaran dan mencegah berita bohong di era globalisasi ini. Metode yang digunakan peneliti disini adalah deskriptif kualitatif. Pendidikan Islam dalam implikasinya adalah pembinaan jasmani dan rohani untuk membentuk pribadi yang islami. Sehingga tidak mudah memfitnah orang lain atau membuat kebohongan yang dapat merugikan orang lain.

(13)

Volume 6, Nomor 1, juni 2022 800 Hasilnya bahwa di era globalisasi tidak dapat dipungkiri perkembangan yang sangat pesat sehingga munculnya fenomena berita bohong harus dicegah sejak dini, mungkin dimulai dari sekolah, yaitu masa komunikasi, yang menjadi tantangan bagi lembaga pendidikan Islam, khususnya pendidik dan peserta didik. Fungsi seorang guru atau pendidik merupakan salah satu kunci keberhasilan, penggunaan budi pekerti atau pemahaman tentang larangan menyebarkan berita bohong (hoax), yang tidak bisa diremehkan atau diremehkan, karena Allah sendiri mengharamkan kebohongan atau fitnah dan fitnah. sifat profocation yang mengakibatkan perpecahan rakyat. Sebagaimana disebutkan dan dijelaskan dalam Al-Qur'an, juga banyak ayat yang melarang tindakan, menyebarkan berita palsu atau hoax, dan memberikan solusi terbaik dengan menyaring informasi berita. Al- Qur'an juga mengajarkan Anda untuk selalu mengatakan yang sebenarnya dan taat kepada Allah. Dengan mengatakan kebenaran dan kejujuran, hoax akan diminimalisir. Selain menyampaikan kebenaran, Al-Qur'an juga mengajak umat Islam untuk selalu tabayyun atau mengklarifikasi berita baru. Bahkan klarifikasi ini juga sangat ditujukan kepada para pemuka agama agar selalu memantau datangnya berita dan mengklarifikasi fakta. Dengan mengikuti langkah-langkah Al- Qur'an, tentunya umat Islam dapat mencegah, meminimalisir, dan memerangi berbagai peredaran hoax yang terjadi saat ini. Seperti mempermainkan, dan mengklarifikasi kebenaran suatu informasi apakah sesuai dengan fakta atau hanya sekedar ucapan kebencian terhadap suatu pihak. Sehingga informasi yang kami terima dan kami sampaikan mengandung suatu kejujuran yang dapat dipertanggungjawabkan.

Pendidikan Islam tidak hanya mengajarkan ilmu agama dan melatih keterampilan siswa dalam beribadah. Lebih dari itu. Yang pertama bertujuan untuk membentuk kepribadian peserta didik, mengikuti ajaran spiritual, membina sikap, mentalitas dan akhlak. Peran pendidikan Islam itu sendiri harus mampu memberikan bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan syariat Islam menuju pembentukan kepribadian utama menurut standar Islam. Kepribadian muslim adalah kepribadian yang memiliki nilai dan tanggung jawab islami yang tertanam dalam diri manusia. Memberikan edukasi terhadap berita bohong atau hoax kepada siswa dan memberikan motivasi kepada siswa untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan selalu bermuara pada kejujuran dalam kehidupan kepribadian siswa.

Analsisi isi (Content Analysis) dari penelitian di atas bahwa upaya melawan hoax masih dalam tahap seremonial, belum secara struktural dan kultural.

Masyarakat kita telah terbiasa dengan pola penerimaan informasi secara mentah- mentah. Nalar kritis dan skeptis belum terbentuk secara menyeluruh. Padahal, lemahnya nalar kritis dan skeptisme itulah yang menjadi akar berkembang biaknya

(14)

Volume 6, Nomor 1, juni 2022 801 hoax di masyarakat. Lemahnya nalar kritis dan skeptisme masyarakat terhadap suatu informasi hoax disebabkan oleh keterikatan identitasnya, baik identitas ras, suku, agama, hingga afiliasi politik.

Adanya keterikatan identitas menyebabkan orang buta dan tuli pada kevalidan sebuah informasi. Segala informasi yang membela identitas dirinya dipercaya sebagai kebenaran tanpa menimbang apakah hal itu hoax atau bukan.

dibutuhkan upaya struktural dan kultural sedari dini agar nalar kritis dan skeptisme masyarakat meningkat.

Lembaga pendidikan punya andil besar dalam hal ini. Lembaga pendidikan menjadi tempat untuk melakukan pembudayaan nalar kritis dan skeptisme dalam tradisi akademik-ilmiah-empiris. Sayangnya, pendidikan di Indonesia masih belum mampu membudayakan hal itu kepada setiap peserta didiknya. Perbaikan dunia pendidikan memang membutuhkan waktu yang lama. Namun, hasilnya akan lebih kuat dan menebas akar masalah. Sesering apa pun dilakukan sosialisasi, secanggih apa pun aplikasi dan teknologi dikembangkan, segarang apa pun pemerintah memblokir situs hoax, hasilnya akan tetap sama jika akarnya tidak pernah dicabut.

Maka peran pendidikan Agama islam menjadi sebuah keharusan didalam mengembangkan dan memperkokoh daya kritis masyarakat muslim terkhusus yang dibangun pada lembaga pendidikan sejak dini.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pahasan di atas dapat disimpulkan pendidikan agama Islam merupakan komponen penting dalam menghadapi era globalisasi. Untuk menghadapi tantangan globalisasi tersebut diperlukan pembinaan moral dan kemanusiaan bangsa yang didasarkan kepada ajaran agama.Pendidikan Islam harus menyadarkan umat Islam akan pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada. Sebagai agen perubahan sosial, pendidikan Islam yang berada dalam arus modernisasi dan globalisasi dewasa ini dituntut untuk mampu memainkan peranannya secara aktif. Kehadirannya diharapkan mampu membawa perubahan dan kontribusi baru yang berarti bagi perbaikan umat Islam. Pendidikan Islam harus mampu membentengi umat Islam dari pengaruh negatif globalisasi dan perkembangan teknologi yang ada, serta memaksimalkan pengaruh positifnya demi terwujudkan tujuan pendidikan Islam itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. A. (2005). Pendidikan Agama Era Multikultural Multi Religius. Pusat Studi Agama dan Peradaban (PSAP) Muhammadiyah.

(15)

Volume 6, Nomor 1, juni 2022 802 Azra, A. (2017). Pendidikan Islam Di Era Globalisasi: Peluang Dan Tantangan.

EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama Dan Keagamaan, 6(4), 1–15.

https://doi.org/10.32729/edukasi.v6i4.269

Fahmi, A. N., Yusuf, M., & Muchtarom, M. (2021). Integration of Technology in Learning Activities: E-Module on Islamic Religious Education Learning for Vocational High School Students. Journal of Education Technology, 5(2), 282–

290. https://doi.org/10.23887/jet.v5i2.35313

Hidayat, N. (2021). pendidikan agama islam di era globalisasi. Jurnal An-Nur: Kajian Pendidikan Dan Ilmu Keislaman, 7(2), 6.

Irawan, B. (2022). Islamic boarding schools (pesantren), Sufism and environmental conservation practices in Indonesia. African Online Scientific Information Systems (Pty) Ltd t/a OASIS, 78(4).

Makbuloh, D. (2013). partisipasi pendidikan islam dalam menetralisir isu-isu global.

Analisis, XIII, 401–426.

Mohammad Maiwan. (2014). Memahami politik globalisasi dan pengaruhnya dalam tata dunia baru: antara peluang dan tantangan. Jurnal Pamator, 12(2007), 703–

712. https://hsgm.saglik.gov.tr/depo/birimler/saglikli-beslenme-hareketli- hayat-db/Yayinlar/kitaplar/diger-kitaplar/TBSA-Beslenme-Yayini.pdf

Mulyasa, E. (2003). Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks menyukseskan MBS dan KBK. Rosdakarya.

Muslimin, E., Heri, D., & Erihadiana, M. (2021). Kesiapan Merespon terhadap Aspek Negatif dan Positif Dampak Globalisasi Dalam Pendidikan Islam. Jurnal Dirosah Islamiyah, 3(3), 342–349. https://doi.org/10.47467/jdi.v4i1.403

Nata, A. (2012). Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat. Rajagrafindo.

Rohman, A., & Huriyah, L. (2022). Social Engineering of Islamic Religious Education in Preventing Intolerance and Radicalism in the School Environment. KnE Social Sciences, 7(8 SE-Articles). https://doi.org/10.18502/kss.v7i8.10782 Suyadi, Nuryana, Z., & Fauzi, N. A. F. (2020). The fiqh of disaster: The mitigation of

Covid-19 in the perspective of Islamic education-neuroscience. International Journal of Disaster Risk Reduction, 51, 101848.

https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.ijdrr.2020.101848

Syairozi, M. I. (2017). Prospek Pengembangan Ilmu Ekonomi Islam di Indonesia dalam Prespektif Filsafat Ilmu (Sebuah Kajian Epistemik). JPIM (Jurnal Penelitian Ilmu Manajemen), 2(1), 16-Halaman.

Ulya, V. F. (2018). Pendidikan Islam di Indonesia: Problem Masa Kini dan Perspektif Masa Depan. Al-Hikmah Jurnal Studi Keislaman, 8(2), 137–150.

https://core.ac.uk/download/268132687.pdf

Referensi

Dokumen terkait