HIPOTESIS DALAM PENELITIAN KUANTITATIF
Oleh
Ni Ayu Sukerti 1313031004 Ni Kadek Devi Pragayanti 1313031021
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA 2015
KATA
PENGANTARPuji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Hipotesis dalam Penelitian Kuantitatif ini sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini berisikan pembahasan mengenai hipotesis dalam penelitian kuantitatif. Harapan penulis semoga makalah ini dapat memberi manfaat berupa pengetahuan dan sebagai referensi bagi pembaca umumnya dan penulis khususnya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Singaraja, 10 September 2015 Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI...iii
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang...1
1.2 Rumusan Masalah...2
1.3 Tujuan...3
BAB II PEMBAHASAN...4
2.1 Pengertian Hipotesis...4
2.2 Tujuan Hipotesis Dalam Penelitian Kuantitatif...7
2.3 Saran Untuk Menurunkan Hipotesis...9
2.4 Karakteristik Dari Suatu Hipotesis Yang Dapat Digunakan...12
2.5 Jenis Hipotesis...13
2.6 Pengujian Hipotesis...16
2.7 Rencana Penelitian Kuantitatif...18
BAB III PENUTUP...22
3.1 Kesimpulan...22
3.2 Saran...23 DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penelitian merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan.
Dengan dilakukan penelitian maka dihasilkan berbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Untuk melakukan penelitian maka harus dilewati berbagai tahapan. Hal ini sesuai dengan pengertian penelitian ilmiah itu sendiri yakni menjawab masalah berdasarkan metode yang sistematis. Salah satu hal penting yang dilakukan terutama dalam penelitian kuantitatif adalah merumuskan hipotesis. Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian kuantitatif. Terdapat tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya: Pertama, Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui teori mengenai konflik. Kedua, Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar atau difalsifikasi. Ketiga, hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena membuat ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.
Selain fungsinya sebagai guide proses penelitian, sesungguhnya eksistensi penelitian kuantitatif itu sendiri yang terpenting adalah menguji hipotesis. Sebagai guide proses penelitian, hipotesis juga didesain berdasarkan kepentingan suatu penelitian. Karena itu dalam penelitian kuantitatif, sejak awal peneliti harus sudah mengetahui untuk apa hipotesis dirancang. Peneliti juga harus tahu apakah suatu peneliti harus mengguanakan hipotesis ataukah tidak.
Pertimbangan pemahaman peneliti terhadap diperlukannya suatu penelitian menggunakan hipotesis karena tidak semua penelitian dapat menggunakan hipotesis bahkan desain hipotesis juga bisa berbeda-beda,
seperti, apabila penelitian menghadapi data-data matematik yang dapat diukur secara kuantitatif, maka dalam penelitian harus dibangun hipotesis-hipotesis secara matematik pula, yaitu hipotesis secara matematik memberi batasan hubungan apa atau yang bagaimana antara dua atau lebih variabel. Namun, apabila peneliti menghadapi data ataupun variabel yang menunjukan gejala rumit, canggih, serta sukar diukur secara kuantitatif, maka hipotesis harus dibangun dalam bentuk yang lebih verbal.
Setelah peneliti selesai dalam menyatakan pertanyaan penelitian dan menyususn landasan teori, seorang peneliti bisanya akan sampai pada kesimpulan tentang permasalahan penelitian. Bertolak dari apa yang telah dilakukan dalam mencari landasan teori, para peneliti akan mempunyai tiga peluang dalam memberikan jawaban sementara terkait dengan permasalahan penelitiannya. Apakah peneliti sudah mempunyai arah jawaban yang pasti baik secara positif maupun negatif terhadap permasalahan masalahnya. Apakah belum mempunyai jawaban atas permasalahan tersebut.
Namun tidak semua peneliti mampu menyusun hipotesis dengan baik terutama peneliti pemula. Masih banyak terdapat kesalahan dalam menyusun hipotesis. Untuk menyusun hipotesis yang baik setidaknya peneliti harus mengacu pada kriteria perumusan hipotesis, bagaimana jenis-jenis hipotesis dalam penelitian, maupun pemahaman tentang penelitian tanpa menggunakan hipotesis. Selain itu seorang peneliti juga harus mengetahui bagaimana cara menguji hipotesis agar terhindar dari kekeliruan yang mungkin terjadi dalam pengujian hipotesis. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka makalah ini akan membahas mengenai
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah yaitu:
1. Apa pengertian hipotesis?
2. Apa tujuan dari hipotesis dalam penelitian kuantitatif?
3. Bagaimana cara untuk menurunkan hipotesis?
4. Bagaimana karakteristik dari hipotesis?
5. Apa saja jenis-jenis hipotesis?
6. Bagaimana cara pengujian hipotesis?
7. Bagaimana rencana penelitian kuantitatif?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan nya adalah : 1. Mengetahui pengertian hipotesis
2. Mengetahui tujuan dari hipotesis dalam penelitian kuantitatif 3. Mengetahui cara untuk menurunkan hipotesis
4. Mengetahui karakteristik dari hipotesis 5. Mengetahui jenis-jenis hipotesis 6. Mengetahui cara pengujian hipotesis 7. Mengetahui rencana penelitian kuantitatif
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hipotesis
Secara etimologis, hipotesis dibentuk dari dua kata yaitu kata hypo dan kata thesis. Hypo berarti kurang dan thesis berarti pendapat. Kedua kata itu kemudian digunakan secara bersama menjadi hypothesis dan dalam dialeg Indonesia menjadi hipotesis yang maksudnya adalah suatu kesimpulan yang masih kurang atau kesimpulan yang masih belum sempurna. Pengertian ini kemudian diperluas dengan maksud sebagai suatu kesimpulan penelitian yang belum sempurna, sehingga perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis itu melalui penelitian. Pembuktian itu hanya dapat dilakukan dengan menguji hipotesis dimaksud dengan data di lapangan.
Penggunaan hipotesis dalam penelitian karena hipotesis sesungguhnya baru sekadar jawaban sementara terhadap hasil penelitian yang akan dilakukan.
Dengan, hipotesis, penelitian menjadi jelas arah pengujiannya dengan kata lain hipotesis membimbing peneliti dalam melaksanakan penelitian di lapangan baik objek pengujian maupun dalam pengumpulan data.
Di saat mendesain dan mengkontruksi hipotesis, peneliti membutuhkan sember-sumber inspirasi yang dapat membantu dan memberi warna hipotesis yang dibangunnya. Sumber-sumber inspirasi hipotesis dalam penelitian kuantitatif adalah teori yang digunakan dalam penelitian teori tersebut diperoleh dari studi kepustakaan.
Selain teori-teori mapan sebagai sumber inspirasi hipotesis, penelitian juga dapat mengguanakan pengalaman empiris yang dibangun berdasarkan pengamatan-pengamatan yang sistematis melalui penelitian ekploratif atau bahan- bahan ekploratif yang dibuat orang lain sebagai sumber-sumber inspirasi lin hipotesis penelitian. Dengan demikian sumber-sumber inspirasi hipotesis adalah teori dan pengalam empiris peneliti itu sendiri.
Studi-studi ekploratif kebanyakan juga digunakan sebagai sumber inspirasi hipotesis yang akan dibangun, tetapi karena tempatnya di lapangan, maka kurang menjadi kebiasaan orang menggunakan secara baik. Bahkan karena sifat keterpakuan peneliti terhadap sumber teori semata, menyebabkan ia menafsirkan bahan ekplorai sebagai bukan sumber yang berguna untuk digunakan dalam membangun hipotesis. Katakanlah seorang yang banyak mengamati lingkungan
sebenarnya, akan lebih baik-mungkin-membangun hipotesis tentang hasil pengamatan itu daripada orang yang hanya mengenal objek tersebut melalui sekumpulan hasil studi kepustakaan atau teori-teori. Perubahan objek atau fenomena sosial tertentu selalu lebih cepat daripada apa yang dihasilkan aoleh teori.
Pemanfaatan sumber hipotesis dari bahan eksplorasi akan lebih baik apabila peneliti tidak hanya mengandalkan hasil eksplorasi teoritis yang dibuat oleh orang lain dan pada waktu yang berlainan pula. Dalam hal ini yang dikhawatirkan bahwa perubahan telah terjadi di saat hipotesis dibangun. Dengan demikian, hipotesis yang berasal dari teori kepustakaan orang lain diragukan, tetapi masing- masing mempunyai kelebihan dan ini ada kaitannya dengan sampai sejauh mana kemampuan peneliti menggunakannya. Mungkin saja terjadi, sumber-sumber di atas tidak memberi andil apa-apa terhadap hipotesis, karena ketidakmampuan peneliti dalam memanfaatkannya.
Yang paling bermanfaat adalah apabila peneliti melakukan mapping teori dan menunjukkan posisi penelitiannya berada diposisi yang mana kemudian membangun hipotesis berdasarkan hasil mapping teori itu. Hal inilah yang disebut dengan theoretical problem dalam suatu penelitian. Hipotesis ini kemudian digunakan untuk menjawab problem empirik dalam penelitian.
Berikut pendapat beberapa ahli mengenai hiptotesis:
1. Trealese (1960) memberikan definisi hipotesis sebagai suatu keterangan sementara dari suatu fakta yang dapat diamati.
2. Good dan Scates (1954) menyatakan bahwa hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati dan digunakan sebagai petunjuk untuk langkah-langkah selanjutnya.
3. Kerlinger (1973) menyatakan hipotesis adalah pernyataan yang bersifat terkaan dari hubungan antara dua atau lebih variabel.
Dalam buku yang berjudul Metodologi Penelitian karya Sukardi (2009) menjelaskan bahwa hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitianyang masih bersifat teoritis. Dikatakan sementara karena kebenarannya masih perlu diuji atau dites dengan data yang berasal
dari lapangan. Hipotesis sangat penting peranannya karena dapat menunjukan harapan dari penelti yang direfleksikan dalam hubungan ubahan atau variabel dalam permasalahan penelitian. Oleh karena itu, hipotesis dibuat sebaiknya sebelum penelitian terjun ke lapangan mengumpulkan data yang diperlukan. Mengapa hipotesis harus dilakukan sebelum melakukan penelitian di lapangan, ada dua alasan yang mendasarinya adalah:
a. Hipotesis yang baik menunjukkan bahwa penelitian mempunyai ilmu pengetahuan yang cukup dalam kaitannya dengan permasalahan
b. Bahwa dengan hipotesis dapat memberikan arah dan petunjuk tentang pengambilan data dan roses interpretasi
Sebuah contoh misalnya seorang peneliti membuat rumusan masalah yaitu
“Apa dampak dari pelatihan Taman Kanak-Kanak pada pencapaian prestasi dikelas satu terhadap anak yang dirugikan secara budaya?” Maka hipotesisnya adalah "Anak yang tidak dirugikan secara budaya yang memiliki pelatihan Taman Kanak-Kanak mencapai prestasi yang lebih tinggi di kelas satu daripada anak- anak yang dirugikan secara budaya yang memiliki pelatihan Taman-Kanak- Kanak". Anda dapat melihat bahwa hipotesis terkait variabel pelatihan taman kanak-kanan dan prestasi pada kelas satu. Perlu diingat dalam penelitian bahwa dalam merumuskan hipotesis tidak ada hipotesis yang benar ataupun salah.
Pada umumnya hipotesis digunakan dalam berbagai macam penelitian dan biasanya digunakan dalam penelitian dan biasanya digunakan dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam penelituan kuantitatif, hipotesis berfungsi sebagai pedoman kerja. Meskipun demikian, tak semua penelitian kuantitaif harus berorientasikan hipotesis. Salah satu contohnya adalah penelitian eksploratif yang hanya mempelajari gejala-gejala sebanyak- banyaknya. Adapun sikap seorang penenliti terhadap hipotesis yang sudah dirumuskannya adalah menerima keputusan seperti apa adanya seandainya hipotesisnya tidak terbukti (pada akhir penelitian) atau mengganti hipotesis seandainya melihat tanda-tanda bahwa data yang terkumpul tidak mendukung terbuktinya hipotesis (pada saat penelitian berlangsung).
Hipotesis yang dirumuskan banyak ditolak setelah pengujian empiris.
prediksi mereka tidak didukung oleh data. Peneliti awal banyak yang percaya
bahwa jika data yang mereka kumpulkan tidak mendukung hipotesis mereka maka studi mereka adalah kegagalan. hal ini tidak terjadi. dalam sejarah ilmu pengetahuan, hipotesis yang gagal harus didukung. peneliti yang berpengalaman menyadari bahwa hipotesis belum dikonfirmasi merupakan bagian yang diharapkan dan berguna dari pengalaman ilmiah. mereka dapat menyebabkan peninjauan kembali atau revisi teori dan generasi hipotesis baru, yang sering membawa ilmu lebih dekat dengan penjelasan yang benar dari keadaan. meskipun Anda mungkin menemukan dukungan untuk hipotesis, hipotesis ini tidak terbukti benar. hipotesis tidak pernah dibuktikan atau disangkal, hanya didukung atau tidak didukung. hipotesis pada dasarnya probabilistik di alam, bukti empiris dapat membawa Anda untuk menyimpulkan bahwa penjelasan tersebut mungkin benar atau bahwa itu adalah wajar untuk menerima hipotesis, tapi tidak pernah membuktikan hipotesis tersebut
2.2 Tujuan Hipotesis Dalam Penelitian Kuantitatif
Adapun tujuan dari hipotesis dalam penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut:
1. Hipotesis menyatukan informasi untuk memungkinkan peneliti membuat pernyataan tentatif tentang bagaimana variabel dalam penelitian ini mungkin berhubungan.
Dengan mengintegrasikan informasi berdasarkan pengalaman, penelitian terkait, ataupun teori, peneliti dapat menyatakan hipotesis yang memberikan prediksi yang paling memuaskan atau solusi terbaik untuk suatu masalah.
2. Karena hipotesis tentatif untuk tujuan penjelasan fenomena, maka hipotesis harus mampu merangsang suatu usaha penenlitian yang menghasilkan akumulasi penyuluhan baru.
Pengujian hipotesis penelitian memungkinkan peneliti untuk memvalidasi atau gagal untuk memvalidasi teori tersebut melalui akumulasi data dari banyak penelitian. Dengan cara ini, penyuluhan diperpanjang.
3. Hipotesis menyediakan peneliti dengan pernyataan relasional yang secara langsung dapat diuji dalam studi penelitian.