6 BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Pengembangan Produk
Pengembangan produk merupakan serangkaian aktivitas yang dimulai dari analisis persepsi dan peluang pasar, kemudian diakhiri dengan tahap produksi penjualan dan pengiriman produk ke konsumen. Produk manufaktur yang dihasilkan dapat berupa produk jadi, setengah jadi, komponen, assembling, subasembling atau bahan baku produk (Irawan, 2017).
Pengembangan produk bisa dijalankan oleh personalia dalam perusahaan dengan system mengembangkan produk baru dengan menyesuaikan model-model yang sesuai. Hal yang umum dilakukan dalam pengembangan produk dan jasa baru adalah dengan menjiplak (design by imitation) perusahaan lain dan pertimbangan akan product life cycle.
Untuk mendukung pengembangan produk maupun jasa baru, ada beberapa komponen inovasi yang terlibat, yaitu :
a. Basic research adalah penelitian untuk kemajuan ilmu pengetahuan yang tidak bertendensi untuk kepentingan komersial.
b. Applied research adalah riset yang dilakukan untuk kemajuan ilmu pengetahuan tapi bertujuan meningkatkan kepentingan komersial tertentu.
7
c. Development adalah aktivitas teknik yang berusaha untuk menerapkan hasil research ke dalam hasil produk atau proses produksi.
d. Implementation adalah kegiatan membuat design dan bentuk pilot model (prototype), peralatan dan fasilitas untuk memulai melempar produk atau jasa ke pasar.
2. Langkah - Langkah Untuk Menciptakan dan Mengembangkan Suatu Produk
Ada beberapa cara yang dapat perusahaan lakukan dalam pengembangan produk yaitu :
a. Penciptaan ide
Pengembangan produk baru diawali dengan penciptaan ide yang merupakan pencarian sistematis untuk ide produk baru. Tujuan dari penciptaan ide ini adalah menghasilkan ide yang cukup banyak. Ide baru ini harus dipertimbangkan apakah ide ini flexible atau layak untuk diproses, jika ide ini layak maka diteruskan tapi jika tidak maka dihentikan (drop).
b. Penyaringan ide
Tujuan penyaringan ide adalah menemukan ide dalam jumlah yang tidak sedikit. Tahap pertama dalam proses pengurangan ide adalah penyaringan ide (idea screening), yaitu menemukan ide untuk menciptakan ide yang baik dan menyingkirkan ide yang kurang baik.
8
Dalam hal ini produsen bisa menghasilkan ide-ide baik yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.
c. Pengembangan dan Pengujian Konsep
Setelah ide disaring dilakukan langkah selanjutnya adalah memperkenalkan model produk baru kemudian diperlihatkan kepada konsumen, dan mengadakan survey terhadap pendapat konsumen pada produk baru tersebut.
d. Pengembangan strategi pemasaran
Dalam hal ini perusahaan merencanakan strategi pemasaran produk baru dengan menggunakan segmentasi pasar tertentu, serta cara informasi yang digunakan.
e. Analisis usaha
Analisis usaha dilakukan dengan cara memperbaiki jumlah penjualan dibandingkan dengan pembelian bahan baku, biaya produksi dan perkiraan laba.
f. Pengembangan produk
Dalam pengembangan produk ini gagasan produk yang masih dalam rancangan dikirim pada bagian produksi untuk dibuat, menaruh merk, dan membuat kemasan yang dengan semenarik mungkin. Dan inti merk yang berhasil adalah produk atau jasa yang unggul yang didukung oleh perencanaan yang sama, sejumlah besar komitmen dalam jangka panjang, dan pemasaran yang diatur dan dijalankan
9
secara kreatif dan baik. Merk yang kuat akan menghasilkan pelanggan yang berlanggan.
g. Market testing
Langkah selanjutnya produk baru dipasarkan di segmen yang sudah dirancang sejak awal, maka dari itu akan diperoleh informasi yang sangat penting tentang kedaaan barang, agen, permintaan potensial, dsb.
h. Komersialisasi
Setelah perencanaan matang, dilaksanakan, dan diuji, maka memproduksi dengan skala besar yang memerlukan modal investasi yang cukup besar. Mulailah menciptakan produk baru di pasar, yang akan menjalani proses kehidupan sebagai suatu produk baru, sampai kepada tahap proses adopsi oleh pihak konsumen, maka mampu menyebabkan kepuasan bagi pelanggan, dan menganut keuntungan bagi perusahaan.
Pesaing adalah perusahaan yang meluncurkan atau menjual barang atau jasa yang sama atau mirip dengan produk yang kita tawarkan. Pesaing suatu perusahaan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu pesaing yang kuat dan pesaing yang lemah.
Pengembangan produk harus dibuat agar dapat mempertahankan dan meningkatkan daya saing. Pengembangan produk merupakan salah satu langkah perusahaan agar dapat tetap bertahan dan mengembangkan produk
10
untuk dapat meningkatkan daya saing perusahaan. Hal-hal yang termasuk di dalam pengembangan produk adalah penentuan kualitas, ukuran, bentuk, daya tarik, labeling, cap tanda (branding), pembungkus (packaging), dan sebagainya untuk menyesuaikan selera yang sedang tumbuh. (Rusdiana et al., 2014)
3. Fungsi Pengembangan Produk
Terdapat tiga fungsi penting bagi proyek pengembangan produk yaitu : a. Pemasaran
Fungsi pemasaran adalah menjembatani interaksi antara perusahaan dengan pelanggan. Peran lainnya adalah memfasilitasi proses identifikasi peluang produk, pendefinisian segmen pasar, dan identifikasi kebutuhan pelanggan.
b. Perancangan (desain)
Fungsi perancangan memegang peranan penting dalam mendefinisikan bentuk fisik produk agar dapat memenuhi kebutuhan pelanggan.
c. Manufaktur
Fungsi manufaktur terutama bertanggung jawab untuk merancang dan mengoperasikan system produk pada proses produksi produk. Fungsi ini meliputi pembelian, instalasi, dan distribusi.
11 4. Siklus Hidup dan Strategi
Strategi produk yang berhasil mengharuskan penetapan strategi terbaik untuk setiap produk berdasarkan posisinya pada siklus hidupnya. Oleh karena itu, perusahaan mengidentifikasi produk atau sekelompok produknya dan posisinya dalam siklus hidup masing-masing. Berikut siklus hidup produk :
a. Fase Pengenalan
Produk-produk pada fase perkenalan ini sedang “disesuaikan” dengan kondisi pasarnya dan teknik-teknik produksinya, mungkin diperlukan pengeluaran lain-lain untuk penelitian, pengembangan produk, modifikasi dan perbaikan proses, serta pengembangan pemasok.
b. Fase Pertumbuhan
Dalam fase pertumbuhan, desain produk telah mulai stabil dan diperlukan peramalan kebutuhan kapasitas yang efektif. Penambahan kapasitas atau peningkatan kapasitas yang sudah ada untuk menampung peningkatan permintaan produk mungkin diperlukan.
c. Fase Kematangan
Saat sebuah produk mencapai kematangan, pesaing mulai bermunculan.
Produksi dalam jumlah besar dan inovatif sangatlah sesuai pada fase ini.
Pengendalian biaya yang lebih baik, berkurangnya pilihan dan pemotongan lini produk mungkin akan efektif atau diperlukan untuk meningkatkan keuntungan dan pangsa pasar.
12 d. Fase Penurunan
Produk yang hamper mati biasanya adalah produk yang buruk bagi investasi sumber daya dan kemampuan manajerial. Kecuali, jika produk yang hampir mati ini memberikan kontribusi yang unik bagi reputasi perusahaan atau lini produknya atau bisa dijual dengan harga tinggi, maka produksi produk semacam itu harus dihentikan.
5. Hambatan Pengembangan Produk
Beberapa hambatan dalam pengembangan sebuah produk yaitu :
a. Kurangnya gagasan pengembangan produk yang baik. Karenanya diperlukan ide yang kreatif dalam mengembangkan produk baru.
b. Kondisi pasar yang semakin bersaing. Jika suatu usaha produk/jasa tidak mampu bersaing dengan produk sejenisnya maka dia akan tertinggal dan terlindas oleh produk/jasa pesaing.
c. Batasan-batasan yang semakin bertahan dari masyarakat dan pemerintah. Hal ini terkait dengan undang-undang perlindungan konsumen yang dibuat oleh pemerintah.
d. Biaya proses pengembangan produk yang sangat mahal. Adanya biaya proses pengembangan produk yang mahal sementara tingkat keuntungan yang belum tentu besar merupakan hambatan bagi pengembangan produk baru.
e. Tingginya kegagalan produk baru dalam pemasaran. Hal ini disebabkan belum tentu produk baru yang dipasarkan disukai oleh konsumen.
13
f. Jangka kehidupan produk baru yang pendek. Siklus kehidupan produk belum tentu mengikuti semua tahap siklus kehidupan produk yaitu perkenalan produk, pertumbuhan produk, kematangan produk menarik dan menurunserta penurunan produk. Ada produk baru yang baru dikenalkan karena tidak disukai masyarakat maka dia bisa jadi akan mati sebelum melalui tahap pertumbuhan produk.
6. Definisi Penelitian Eksperimen
Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan terhadap variabel yang data-datanya belum ada sehingga perlu dilakukan proses manipulasi melalui pemberian treatment atau perlakuan tertentu terhadap subjek penelitian yang kemudian diamati atau diukur dampaknya (data yang akan datang) (Ahyar, 2020).
Definisi lain penelitian eksperimen yaitu mengkaji hubungan dua variabel atau lebih perbedaannya terletak pada variabel bebas. Pandangan ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian eskperimen membuang ruang pada peneliti untuk membangun hubungan yang mengandung fenomena sebab-akibat (causal-effect relationship) (Ibrahim et al., 2018).
Dalam penelitian eksperimen, ada 6 (enam), langkah atau prosedur yang harus dimiliki oleh seorang peneliti yaitu :
a. Memilih dan merumuskan masalah
b. Memilih subjek dan instrument pengukuran c. Memilih desain penelitian
14 d. Melaksanakan prosedur
e. Menganalisis data
f. Merumuskan kesimpulan
7. Karakteristik Penelitian Eksperimen
Terdapat tiga karakteristik penting dalam penelitian eksperimen, antara lain :
a. Variabel bebas yang dimanipulasi
Memanipulasi variabel adalah tindakan yang dilakukan oleh peneliti atas dasar pertimbangan ilmiah. Perlakuan tersebut dapat dipertanggunjawabkan secara terbuka untuk memperoleh perbedaan efek dalam variabel yang terkait.
b. Variabel lain yang berpengaruh dikontrol agar tetap konstan
Mengontrol merupakan usaha peneliti untuk memindahkan pengaruh variabel lain yang mungkin dapat mempengaruhi variabel terkait. Dalam pelaksanaan eksperimen, group eksperimen dan group kontrol sebaiknya diatur secara intensif agar karakteristik keduanya mendekati sama.
c. Observasi langsung oleh peneliti
Tujuan dari kegiatan observasi dalam penelitian eksperimen adalah untuk melihat dan mencatat segala fenomena yang muncul yang menyebabkan adanya perbedaan diantara dua grup.
(a) Perlakuan (treatment) penelitian eksperimen
15
(b) Penelitian eksperimen pada intinya sama dengan observasi.
Perbedaan antara keduanya terletak pada objek yang diamati.
(c) Pada observasi yang bukan eksperimen, objek yang diamati telah ada, sedangkan pada eksperimen objek yang diamati itu diciptakan situasi munculnya oleh peneliti.
(d) Memunculkan objek pengamatan itu adalah melalui perlakuan atau treatment
(e) Pengendalian/control penelitian eksperimen
Kesimpulan tentang hubungan kausal antara variabel bebas dan variabel terikat dengan valid, bila dilakukan pengontrolan pengaruh variabel lain terhadap variabel terikat.
(f) Pengontrolan ini menggunakan apa yang disebut dengan kelompok control. Dalam berbagai segi, keberadaan kelompok control sama dengan kelompok eksperimen.
(g) Satu-satunya perbedaan adalah, pada kelompok eksperimen diberi perlakuan (treatment), sedangkan pada kelompok control tidak ada perlakuan.
(h) Dengan demikian bila muncul gejala yang berbeda antara kedua kelompok, maka itu dianggap sebagai pengaruh perlakuan atau treatment effect.
(i) Model rancangan penelitian eksperimen.
16
8. Bentuk-bentuk Desain Penelitian Eksperimen
Menurut Sugiyono (2017:109) terdapat beberapa bentuk desain eksperimen yang dapat digunakan dalam penelitian bisnis yaitu :
a. Pre-experimental design, yang meliputi :
1) one-shot case studi, dimaksudkan untuk menunjukkan kekuatan pengukuran dan nilai ilmiah suatu desain penelitian. Adapun bagan dari one-shot case study adalah sebagai berikut.
Tabel 2.1 one-shot case studi
Treatment Observasi
X O
Sumber : Metodologi Penelitian, 2018 Keterangan :
X= treatment yang diberikan (Variabel Independen) O= Observasi (Variabel Dependen)
Paradigma diatas memberikan penjelasan bahwa terdapat suatu kelompok diberi treatment/perlakuan dan selanjutnya di observasi hasilnya. Langkah-langkah one-shot case studi sebagai berikut :
1. Memilih kelompok subyek untuk sampel 2. Mengadakan pretes
3. Memberikan perlakuan
4. Memberikan posttest setelah perlakuan
17
5. Mencari rata-rata skor dan simpangan baku, baik dari pre test maupun post test membandingkan keduanya.
6. Menguji perbedaan rata-rata dengan uji t
2) one group pretest-posttest design, terdapat pretest sebelum diberi perlakuan, hasil perlakuan dapat diketahui dengan lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
Bentuk bagan desain tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel 2.2
one group pretest-posttest design
Pretest Treatment Posttest
O1 X1 O2
Sumber : Metodologi Penelitian, 2018 Keterangan :
O1= Pre-test (tes awal sebelum dilakukan treatment) O2= Pemberi perlakuan (treatment)
O2-O1= Tes akhir sesudah diberi perlakuan
Pengaruh perlakuan akan ditunjukkan perbedaan anta rtes, yaitu dengan membandingkan sko-skor pengukuran. Analisis yang cocok untuk dipergunakan pengolahan data jenis ini adalah analisis varian. Desain rangkaian waktu tanpa kelompok control mitip dengan desain pre- eksperimental, karena desain ini menggunakan ukuran sebelum dan
18
sesudah perlakuan eksperimental serta tidak mempunyai kelompok pengendali.
3) intec-group comparison, penelitian jenis ini menggunakan satu group yang dibagi menjadi dua, yang satu memperoleh stimulus eksperimen (yang diberi perlakuan) dan yang lain tidak mendapatkan stimulus apapun sebagai alat control. Adapun bagan desain penelitian Intact Group Comparison sebagai beikut.
Tabel 2.3
Intect-group comparison
X O1
O2 Sumber : Metodologi Penelitian, 2018 Keterangan :
O1= hasil pengukuran setengah kelompok yang diberi perlakuan O2= hasil pengukuran setengah kelompok yang tidak diberi perlakuan Pengaruh perlakuan = O1-O2
Dalam rancangan ini sekelompok subjek yang diambil dari populasi tertentu dikelompokkan secara rambang menjadi dua, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok control. Kelompok eksperimen diberi perlakuan tertentu dalam waktu tertentu, sedangkan kelompok control tidak. Kedua kelompok subjek tersebut kemudian dikenakan pengukuran atau observasi (tes) yang sama.
19 b. True-experimental, meliputi
1) posttest only control design, desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). Grup pertama diberi perlakuan (X) dan grup yang lain tidak.
Bagan penelitian ini adalah sebagai berikut.
Tabel 2.4
Bagan posttest only control design
R X O1
R O2
Sumber : Metodologi Penelitian, 2018
Dalam design ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok control. Pengaruh adanya (trestment) adalah (O1:O2).
2) pretest-control group design, dalam desain ini terdapat dua grup yang dipilih secara random kemudian diberi pretest untuk mengetahui perbedaan keadaan awal antara group eksperimen dan group control. Hasil pretest yang baik adalah jika nilai group eksperimen tidak berbeda secara signifikan.
20
Bagan dari desain penelitian tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel 2.5
Bagan pretest-control group design
R O1 X O2
R O3 O4
Sumber : Metodologi Penelitian, 2018 Pengaruh perlakuan adalah : (O2-O1) – (O4-O3).
R = Kelompok eksperimen yang diambil secara simple random sampling
O1 dan O3 = Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol X = Perlakuan
O2 = Postest eksperimen setelah diberi perlakuan O4 = Posttest kelompok control setelah diberi perlakuan
3) Factorial experimental, yaitu dengan memperhatikan kemungkinan adanya variabel moderator yang mempengaruhi perlakuan terhadap hasil. Paradigm design factorial dapat digambarkan sebagai berikut :
Tabel 2.6
Design Factorial experimental
R O1 X Y1 O2
R O3 Y1 O4
R O5 X Y2 O6
R O7 Y2 O8
21
Sumber : Metodologi Penelitian, 2018
Pada desain ini semua kelompok dipilih secara random, kemudian masing-masing diberi pretest. Kelompok untuk penelitian dinyatakan baik, bila setiap kelompok nilai pretestnya sama. Jadi O1=O3=O5=O7.
Dalam hal ini varibael moderatornya adalah Y1 dan Y2.
4) Quasi experimental, meliputi
1) time series design, ciri desain ini adalah grup yang digunakan tidak dapat dipilih secara random.
Tabel 2.7 Time series design
O1 X1 O4
O2 X2 O5
O3 X3 O6
Sumber : Metodologi Penelitian, 2018 Keterangan :
O1, O2,O3 = Pretest X1,X2,X3 = Perlakuan O4, O5, O6 = Posttest
Dalam desain ini sekelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dapat dipilih secara random. Sebelum diberi perlakuan, kelompok diberi pretest sampai empat kali, dengan maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok sebelum diberi
22
perlakuan. Bila hasil pretest selama empat kali ternyata nilainya berbeda-beda, berarti kelompok tersebut keadaannya labil, tidak menentu dan tidak konsisten. Setelah kestabilan kedaan kelompok dapat diketahui dengan jelas, maka baru diberi treatment. Desain penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok saja, sehingga tidak memerlukan kelompok control.
Hasil pretest yang baik adalah O1=O2=O3=O4 dan hasil perlakuan yang baik adalah O5=O6=O7=O8. Besarnya pengaruh perlakuan adalah = (O5+O6+O7+O8)-(O1+O2+O3+O4).
c. nonequivalent control group design, desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design tetapi pada desain ini group eksperimen maupun group control tidak dipilih secara random.
Tabel 2.8
Nonequivalent control group design
Pretest Perlakuan Postest
O1 X O2
O3 …….. O4
Sumber : Metodologi Penelitian, 2018
Langkah-langkah Nonequivalent control group design yaitu sebagai berikut:
a. Memilih subjek yang mempunyai latarbelakang sama (homogen) melalui pemilihan secara non-random.
23
b. Secara random, setiap subjek ditugaskan dimasukkan ke kelompok eksperimen atau ke kelompok kontrol.
c. Memberikan pretes untuk memperoleh skor O1 pada kelompok eksperimen dan control.
d. Memberi perlakuan terhadap kelompok eksperimen misalnya diberi perlakuan dengan metode baru yang dieksperimenkan.
e. Memberikan perlakuan terhadap kelompok control
f. Memberikan posttest untuk memperoleh skor O2 baik kelompok eksperimen maupun control.
g. Dengan menggunakan metode statistika dicari perbedaan antara rata-rata nilai pre-test, skor O1 dan O2 dari post-test baik dari kelompok eksperimental maupun kelompok control.
h. Untuk memperbesar ketelitian pelaksaan eksperimen, penggunaan desain ini dapat dimodifikasi dengan menggunakan lebih dari satu kelompok eksperimen.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan salah satu referensi dasar ketika melaksanakan sebuah penelitian. Karena penelitian terdahulu memiliki fungsi untuk memperluas dan memperdalam teori yang akan dipakai dalam kajian penelitian yang akan dilakukan (Jopglass.com/penelitian terdahulu/diakses pada 9 Desember 2021).
24
Untuk mendukung penelitian tugas akhir ini penulis mengambil beberapa contoh penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, diantaranya yaitu sebagai berikut :
Tabel 2.9 Penelitian Terdahulu
NO PENELITI JUDUL ALAT ANALISIS
HASIL PENELITIAN 1 Wijayanti &
Parinduri (2020)
Analisa Dan Strategi Pengemb angan Usaha Kerupuk Ikan di UD.
Karya Abadi
Analisa IFAS dan EFAS
Berdasarkan hasil penelitian dari aspek pemasaran, aspek teknis dan keuangan usaha, maka dapat diketahui bahwa Net Profit Margin diperoleh 12,4 %,dapat dikatakan usaha tersebut menguntungkan. Jadi usaha layak untuk dikembangkan.
Break Even Point tercapai sebesar 49% sehingga menghasilkan 22.579 bungkus/tahun.
2 Fitrini &
Iskandar (2018)
Strategi Pengemb angan UMKM Kerupuk Kulit Di Kota Padang
Diagram sebab- akibat (Diagram Ishikawa)
Hasil penelitian, faktor-faktor yang mempengaruhi keunggulan
kompetitif pada UMKM kerupuk kulit di kota Padang yaitu bahan baku, SDM, modal, mesin dan alat, metode kerja/ teknologi, pasar dan pemasaran, serta kebijakan
pemerintah. Berdasarkan faktor- faktor tersebut kemudian disusun prioritas strategi untuk
meningkatkan daya saing pada UMKM kerupuk kulit di kota Padang.
3 Darnawati (2017)
Prospek Pengemb angan Usaha Kerupuk Ubi di
Total biaya, total
penerimaan dan
pendapat pada usaha
hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa usaha kerupuk ubi di Desa Blang Keutumba
Kecamatan Juli km 6 Kabupaten Bireuen menguntungkan, dengan total keuntungan adalah sebesar
25 Desa
Blang Keutumb a
Kecamat an Juli KM 6 Kabupat en Bireuen
produksi kerupuk ubi
Rp.4.959.671,-. Dari besarnya keuntungan yang diperoleh usaha kerupuk ubi berdasarkan
perhitungan nilai BEP diperoleh BEP produksi 6.656 ikat, BEP harga Rp.1.925/ikat, nilai B/C rasio
sebesar 0,29, sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha kerupuk ubi di Desa Blang Keutumba Kecamatan Juli km 6 Kabupaten Bireuen mempunyai prospek untuk dikembangkan.
4 Wiyono, dkk (2015)
Pengemb angan Produk Kerupuk Jambu Biji Merah (Psidium Guajava L) skala UMKM
Uji
Organolepti k
Perlakuan terbaik adalah A2B2 (proporsi terigu dan tapioka
15%:85% dengan bubur jambu biji merah 50%). Karakteristik fisik kerupuk jambu biji merah goreng terbaik yaitu rendemen 77.82%, kecerahan 67.23, dan daya kembang 101.48%. Karakteristik kimianya yaitu kadar air 3.80%, kadar abu 0.40%, kadar lemak 7.75%, dan kadar vitamin C 8.34 mg/100 gr.
5 Rusman, dkk (2016)
Pengemb angan Produk Kerupuk Udang Melalui Substitus i Tepung Ubi Jalar Ungu Dengan Variasi Lama Penggore ngan
Uji Atribut Sensorik dan Uji Hedonik
Hasil analisis kimia kerupuk udang perlakuan terbaik penambahan 5%
dan 10% tepung ubi jalar ungu sebelum penggorengan
menunjukkan kadar air 7,63% dan 7,66%, kadar protein 13,37% dan 12,76% serta kadar total antosianin 0,095% dan 0,219%.
6 Khan &
Nowsad (2012)
Develop ment of protein enriched
Pengujian secara subjektif dan metode
Penggunaan tepung kulit udang 10%
diperoleh kerupuk udang kualitas terbaik, dibaik dari segi pengayaan protein dan kualitas sensorik.
26 shrimp
crackers from shrimp shell wastes
objektif
Kualitas kerupuk udang diuji secara subjektif dan metode objektif.
Produk yang dibuat dengan bubuk kulit udang 10% memiliki jumlah bakteri yang dapat diterima di lemari es hingga 45 hari tetapi dalam suhu kamar hingga 30 hari.
Kualitas penyimpanan yang rendah dalam suhu kamar mungkin
disebabkan oleh kemasan yang tidak memadai dalam kondisi
laboratorium. Penelitian ini
mengungkapkan bahwa udang yang diperkaya protein berkualitas tinggi kerupuk dapat dibuat dari limbah cangkang udang yang tidak dimanfaatkan.
7 Sangeetha, dkk (2020)
Studies on develop ment of snack product from sea foods
Uji Sensorik
Tanggapan untuk keripik udang yang dioptimalkan adalah 5,382%, 2,121%, 16,22 % ,7,511 kadar air , serapan minyak , susut penerimaan keseluruhan dan nilai keinginan ditemukan masing-masing 0,871
8 Retnaningsih , dkk (2021)
Shrimp Paste Crackers as Potential Product Develop ment for Small and Medium Enterpris e (SMEs)
Uji Sensorik
Berdasarkan hasil analisa kimia kadar air kerupuk sebelum dan sesudah digoreng 100:15 rasio formulasi adalah 8,84% ± 0,14 dan 1,85% ± 0,26. Kandungan lemak dan protein pada 100:15 rasio formulasi adalah 43,63% ± 4,23 dan 1,67% ± 0,12 sedangkan pada kontrol adalah 26,46% ± 3,67 dan 0,63% ± 0,70.
27 C. Kerangka Pikir
Berdasarkan penjelasan dari tinjauan pustaka maka kerangka pemikiran teoritis yang disajikan dalam penelitian dapat dilihat melalui gambar dibawah ini :
Gambar. 2.1 Kerangka Pikir
Sumber : T. Hani Handoko (2012) Malau H. (2017) - Analisa Gagasan
- Kategori Gagasan
- Jumlah Daya Tarik - Peringkat Daya
Tarik
- Trend Produk - Bahan Baku
- Sampel Produk - Uji Coba Produk
- Komunikasi Konsep - Prosedur Produksi
28
Kerangka pikir diatas menjelaskan tentang pengembangan produk pada UD. Tiga Udang Pasirian. Diketahui bahwa terdapat beberapa tahapan pengembangan produk yang harus dilakukan untuk menghasilkan sebuah produk baru. Tahapan tersebut antara lain gagasan atau ide, seleksi gagasan, desain produk, uji coba konsep dan komukasi prototype. Pada tahap pencarian gagasan tujuannya yaitu untuk mencari idea tau gagasan produk yang akan dikembangkan. Selanjutnya tahapan seleksi gagasan yang bertujuan untuk menyaring ide atau gagasan yang telah diperoleh sehingga menghasilkan ide yang potensial sesuai dengan tujuan.
Tahap desain produk merupakan tahap pencarian trend produk sejenis dan menentukan bahan baku yang akan digunakan. Tahapan selanjutnya yaitu uji coba konsep dimana dibuat sampel produk dan uji coba produk dengan menentukan harga dan uji relibilitas. Tahapan terakhir yaitu komunikasi prototype yang akan dikembangkan dan menjelaskan langkah-langkah pada pengembangan produk pada kerupuk puli pedas.
29