• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Zat harus tak berubah dalam udara selama penimbangan, kondisikondisi ini mengisyaratkan bahwa zat tak boleh higroskopis, tak pula dioksidasi oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "2. Zat harus tak berubah dalam udara selama penimbangan, kondisikondisi ini mengisyaratkan bahwa zat tak boleh higroskopis, tak pula dioksidasi oleh"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Standarisasi dapat dilakukan dengan titrasi.Titrasi merupakan proses penentuan konsentrasi suatu larutan dengan mereaksikan larutan yang

sudah ditentukan konsentrasinya (larutan standar).

Titrasi asam basa adalah suatu titrasi dengan menggunakan reaksi asam basa

(reaksi penetralan).Pada saat terjadi perubahan warna-warna indikator, titrasi dihentikan. Indikator berubah warna pada saat titik ekuivalen.

Pada titrasi asam basa,

dikenal istilah titik ekuivalen dan titik akhir titrasi. Titik ekuivalen adalah titik pada proses titrasi ketika asam dan basatepat habis bereaksi.

Untuk mengetahui titik ekuivalen digunakan digunakan indikator. Saat perubahan warna terja di, saat itu disebut titik akhir titrasi (Sukmariah, 1990).

Proses

penentuan konsentrasi suatu larutan dipastikan dengan tepat dikenal sebagai standarisasi.

Asidi dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasiyakni reaksi antara ion indikator yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral.Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara pemberi proton (asam) dengan penerima proton (basa) (Shochichah,2010).

Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku b asa,

sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasibasa dengan menggunakan larutan bak u asam. Oleh sebab itu, keduanya disebut juga sebagai titrasi asam-basa. Titrasi adalah proses

mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang

ditambahkan kedalam larutan lain yang

diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau denganperkataan lain untuk meng ukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen.

Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama.

Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati,

karenahanya meruapakan titik akhir teoritis atau titik akhir stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam - basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui.

Titik akhir titrasi meruapakan keadaan di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan warna indikator (Anonim,2009).

Titrasi indic-alkalimetri menyangkut reaksi dengan asam kuat – basa kuat, asam kuat – basa lemah, asam lemah – basa kuat, asam kuat – garam dari asam lemah, basa kuat – garam dari basa lemah.Titrasi ini menggunakan indikator Phataundicatorasam-basa sebagai penanda karena memiliki sifat dapat berubah warna apabila Phlingkungannya berubah. Warna asam ialah sebutan warna indikator ketika dalam keadaan asam dan warna basa ketika dalam keadaan basa (Harjadi,1986).

Dasar Teori

(2)

Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion). Kompleksometri adalah jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks. Jadi membentuk hasil berupa kompleks. Senyawa kompleks adalah suatu satuan baru yang terbentuk dari satuan-satuan yang dapat berdiri tetapi membentuk suatu ikatan baru dalam kompleks itu (Khopkar, 2002).

Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan.

Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi.

Selain titrasi komplek biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA (Khopkar, 2002).

Analisis kimia yang diketahui terhadap sampel yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif yang paling sering diterapkan yaitu analisis titrimetri. Analisis titrimetri dilakukan dengan menitrasi suatu sampel tertentu dengan larutan standar, yaitu larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Perhitungan didasarkan pada volume titran yang diperlukan hingga tercapai titik ekuivalen titrasi.

Analisis titrimetri yang didasarkan pada terjadinya reaksi asam dan basa antara sampel dengan larutan standar disebut analisis asidi – alkalimetri. Apabila larutan yang bersifat asam maka analisis yang dilakukan adalah analisis asidimetri. Sebaliknya jika digunakan suatu basa sebagai larutan standar, analisis tersebut disebut sebagai analisis alkalimetri. (Keenan, 1991)

Standarisasi dapat dilakukan dengan titrasi. Titrasi merupakan proses penentuan konsentrasi suatu larutan dengan mereaksikan larutan yang sudah ditentukan konsentrasinya ( larutan standar).

(Syukri, 1999)

Proses penentuan konsentrasi suatu larutan dipastikan dengan tepat dikenal sebagai standarisasi. Suatu larutan standar dapat disiapkan dengan menggunakan suatu sampel zat terlarut yang diinginkan, yang ditimbang dengan tepat dalam volume larutan yang diukur dengan tepat. Zat yang memadai dalam hal ini disebut standar primer. (Day, 1998)

Suatu zat standar primer harus memenuhi persyaratan berikut : 1. Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan, mudah dikeringkan,

dan mudah dipertahankan dalam keadaan murni.

(3)

2. Zat harus tak berubah dalam udara selama penimbangan, kondisi- kondisi ini mengisyaratkan bahwa zat tak boleh higroskopis, tak pula dioksidasi oleh udara atau dipengaruhi karbon dioksida.

3. Zat harus dapat diuji terhadap zat-zat pengotor dengan uij-uji kuantitatif atau uji-uji lain yang kepekaannya diketahui.

4. Zat harus mempunyai ekuivalen yang tinggi, sehingga sesatan

penimbangan dapat diabaikan.

5. Zat harus mudah larut pada kondisi-kondisi dalam mana ia digunakan.

6. Reaksi dengan larutan standar harus stokiometri dan praktis. Zat-zat

yang biasa dipakai sebagai standar primer adalah reaksi asam basa natrium karbonat, natrium tetraborat, KH(C8H4O4), asam klorida bertitik didih konstan, dan asam benzoat.

Dalam analisis larutan asam dan basa, titrasi akan melibatkan pengukuran yang seksama volume – volumenya suatu asam dan suatu basa yang tepat akan saling menetralkan. Reaksi penentralan atau asidimetri dan alkalimetri adalah salah satu dari empat golongan utama dalam penggolongan reaksi alam analisis titrimetri. Asidi – alkalimetri ini melibatkan titrasi basa bebas atau basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah, dengan suatu standar (asidimetri) dan teori asam bebas yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah, dengan suatu basa standar (alkalimetri). Reaksi – reaksi ini melibatkan bersenyawaannya ion hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air. (Bassett, 1994)

Tidak semua reaksi dapat digunakan sebagai reaksi titrasi. Untuk itu reaksi harus memenuhi syarat-syarat berikut :

1. Berlangsung sempurna, tunggal dan menurut persamaan yang jelas

(dasar teoritis).

2. Cepat dan reversibel. Bila tidak cepat, titrasi akan memakan waktu

terlalu banyak.

3. Ada penunjuk akhir titrasi (indikator).

4. Larutan baku yang direaksikan dengan analay harus mudah didapat

dan sederhana menggunakannya, juga harus stabil sehingga konsentrasinya tidak mudah berubah saat disimpan.

Indikator asam-basa ialah zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Setiap indikator asam-basa mempunyai trayeknya sendiri, demikian pula warna asam dan warna basanya.

Diantara indikator ada yang mempunyai satu macam warna, misalnya

(4)

fenolftalein yang berwarna merah dalam keadaan basa tetapi tidak berwarna bila keadaannya asam. Indikator satu warna menunjukkan warna yang sama, juga dalam trayeknya, akan tetapi intensitas warna tersebut berbeda sesuai dengan pHnya. Untuk fenolftalein, warnanya tampak semakin tua bila pH semakin tinggi (mendekati 9,6) dan makin muda bila semakin kecil (mendekati 8,0). Letak trayek fenolftalein diantara 8,0 sampai 9,6 sehingga pada pH dibawah 8,0 larutan tak berwarna dan diatas 9,6 warna merah tidak berubah intensitasnya.

(Harjadi, 1990)

Tabel 1. Beberapa indikator asam-basa yang penting

Nama Indikator Trayek pH Warna

Asam Basa

1. Asam pikrat 0,1 – 0,8 Tidak berwarna Kuning

2. Biru timol 1,2 – 2,8 Merah Kuning

3. 2,6-Dinitrofenol 2,0 – 4,0 Tidak berwarna Kuning 4. Kuning metiil 2,9 – 4,0 Merah Kuning 5. Jingga metil 3,1 – 4,4 Merah Jingga 6. Hijau bromkresol 3,8 – 5,4 Merah Biru

7. Merah metal 4,2 – 6,3 Merah Kuning

8. Lakmus 4,5 – 8,3 Merah Biru

9. Purpur bromkresol 5,2 – 6,8 Kuning Purpur 10. Biru bromtimol 6,0 – 7,6 Kuning Biru

11. Merah fenol 6,4 – 8,0 Kuning Merah

12. p-α-Naftolftalein 7,0 – 9,0 Kuning Biru 13. Purpur kresol 7,4 – 9,6 Kuning Biru 14. Fenolftalein 8,0 – 9,6 Tidak berwarna Merah 15. Timolftalein 9,3 – 10,5 Tidak berwarna Biru 16. Kuning alizarin R 10,1 – 12,0 Kuning Violet 17. 1,3,5-

Trinitrobenzen 12,0 – 14,0 Tidak berwarna Jingga Pada saat terjadi perubahan warna indikator, titrasi dihentikan.

Indikator berubah warna pada saat titik ekuivalen. Pada titrasi asam basa dikenal istilah ekuivalen dan titik akhir titrasi. Titik ekuivalen adalah titik pada proses titrasi ketika asam dan basa tepay habis bereaksi. Untuk mengetahui titik ekuivalen digunakan indikator. Saat

(5)

perubahan warna terjadi, saat itu disebut titik akhir titrasi. (Sukmariah, 1990)

DAFTAR PUSTAKA

Bassett, J. et al. 1994. Buku Ajar Vogel : Kimia Analitik Kuantitatif Anorganik.

Kedokteran. EGC. Jakarta.

Day, R.A. dan S. Keman. 1998. Kimia Analisa Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.

Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia. Jakarta.

Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung. ITB.

Keenan, Charles W. et al. 1991. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Erlangga.

Jakarta.

Sukmariah. 1990. Kimia Kedokteran edisi dua. Binarupa Aksara. Jakarta.

2. Untuk menentukan konsentrasilarutan suatu asam maupun basa diperlukan suatu larutan baku.Larutan baku yang dibuatdengan menimbang zatnya lalu malarutkan sampaivolime tertentu,secara langsung konsentrasinya langsung diketahui.Larutan semacam inidisebutlarutan baku primer.Contohny larutan asam oksalat, larutan baku ditentukan melalui tirasi dengan larutan baku primer dimasukkan larutan baku sekunder. Conthnya : NaOH yang konsentrasinya didapatkan dengan manitrasilarutan baku asam oksalat.Pasa analisis volemetri, volume pada jumlah reagen yang ditambahkan tepatsama dengan diperlukan untuk bereaksisempurna oleh zatyang dianalisa disebutsebagaititikekivalen.

Metode volumetrisecara garis besardapatdiklasifikasikan dalam empatkategori, yaitu :

1. Titrasiasam basa yang meliputireaksiasam basa baikkuatmaupun lemah.

2. Titrasiredoksadalah titrasiang meliputihampirsemua reaksiksidasireduksi. Sebagian basartitrasiiniterliputleh dua kategriini

3. Titrasipengendapan adalah titrasiyang meliputipembentukan endapan, sepertititrasiAg dan Zn dengan K4Fe(ZN)6dengan indikatorpengadsorbsi.

4. Titrasikompleksometrisebagian besarmeliputititrasiEDTA sepertititrasi spesifik dan juga dapat digunakan untuk melihat keadaan pH pada pengkompleksan.Dibawah iniadalah tabeltitrasiasam basa :

No Titrasi pH Pendekatan

(6)

1

2 3 4 5 6

Umum

Asam kuat basa kuat

Basa kuat asam lemah

Asam kuat basa lemah

Asam lemah basa lemah

Asam lemah berbasa dua

Ka > [H+]

KH > [OH-] [HA]= [OH-] [B ]= [H+] [B ]= [HA] [HgA ]= [A-]

( Sumber:P.Lukum, Astin. 2008 .Bahan Ajar Dasar- Dasar Kimia Analitk.

Gorontalo:UNG)

Titrasi asam basah merupakan teknik yang banyak dgunakan untuk menetapkan secara tetap konsentrasiasam atau basa darisuatu larutan.Titrasiini pada dasarnya merupakan reaksipenetralan dan biasa juga disebutasidialkalimetri. Dalam titran asam basa perubahan ph sangatkecilsehingga hampirtercapaititik ekivalen.Perubahan ph yang besardideteksidengan zatyang dikenalsebagai indikator,yaitu suatu senyawa organik yang akan berubah warnanya dalam rentang ph tertentu.Tidak atau kondisipenambahan asam atau basa dimana terjadi perubahan indikatordalam suatu titrasisebagaititikakhirtitrasi.

(sumber:Sukarti,Tati.2008.Kimia Analitik.Jatinangor:Widya Padjadjaran)

Kurva titrasidengan cara memplotantara ph dengan volume asam atau basa yang ditambahkan.Ada dua jenis kurva titrasiyang biasanya digunakan untuk membuatkurva yaitu :

1. Titrasiasam kuat-basa kuat

(7)

2. Titrasiasam lemah-basa kuatatau asam kuatbasa lemah

Indikatorasam basa adalah asam lemah atau basa lemah (senyawa organik) yang dalam larutannya warna molekul-molekulnya berbeda dengan warna lon- ionnya.Indikatoryang digunakan harusmemberikan perubahan warna yang nampak disekitartitikph ekuvalensititrasiyang dilakukan,sehingga titikakhirnya masih jatuh pada trayekperubahan warna indikatoritu.

(Sumber:Harjadi,W.1986.Ilmu Kimia Analitik Dasar.Jakarta :Gramedia )

Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volum larutan standar ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang tidak dikenal. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara pasti. Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan standar primer dan larutan standar sekunder.

Larutan standar primer adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa - volum larutan). Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standardisasi (Day Underwood, 1999).

Salah satu cara dalam penentuan kadar larutan asam basa adalah dengan melalui proses titrasi asidi-alkalimetri. Cara ini cukup menguntungkan karena pelaksanaannya mudah dan cepat, ketelitian dan ketepatannya juga cukup tinggi.

Titrasi asidi-alkalimetri dibagi menjadi dua bagian yaitu asidimetri dan alkalimetri.

Asidimetri adalah titrasi dengan menggunakan larutan standar asam untuk menentukan basa.

Asam-asam yang biasanya dipergunakan adalah HCl, asam cuka, asam oksalat, asam borat.

Sedangkan alkalimetri merupakan kebalikan dari asidimetri yaitu titrasi yang menggunakan larutan standar basa untuk menentukan asam.

Pada percobaan ini adalah penentuan kadar dengan metode asidi-alkalimetri menggunakan indikator phenopthalein dan metil jingga, hal ini dilakukan karena jika meggunakan indikator yang lain, adanya kemungkinan trayek pH-nya jauh dari titik ekivalen.

Beberapa contoh larutan indikator antara lain adalah fenolptalin (pp) yang memberikan warna pink dalam lingkungan basa dan tidak berwarna dalam lingkungan asam, dan metil orange yang memberikan warna merah dalam lingkungan asam dan kuning dalam lingkungan basa. Perubahan warna indikator ini terjadi dalam rentangan pH tertentu yang disebut trayek pH. Sebagai contoh, indikator pp memiliki trayek pH : 8,0 – 9,6, dan indikator mo memiliki trayek pH : 3,1 – 4,4 (Rubinson, Judith F & Rubinson, Kenneth A, 1998:229)

Titrasi dilakukan dengan cara volume zat penitrasi (titran) yang digunakan untuk bereaksi dengan zat yang dititrasi (titrat). Jika konsentrasi salah satu diketahui, maka konsentrasi/kadar zat lain dapat dihitung. Dalam titrasi dikenal titik ekivalen dan titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi adalah titik pada saat titrasi diakhiri/dihentikan. Dalam titrasi biasanya diambil sejumlah alikuot tertentu yaitu bagian dari keseluruhan larutan yang dititrasi

(8)

kemudian dilakukan proses pengenceran (W Haryadi, 1990). Pengenceran adalah proses penambahan pelarut yg tidak diikuti terjadinya reaksi kimia sehingga berlaku hukum kekekalan mol. Untuk mengetahui titik ekivalen secara eksperimen biasanya dibuat kurva titrasi yaitu kurva yang menyatakan hubungan antara –log [H+] atau –log [X-] atau –log [Ag+] atau E (volt) terhadap volum (W. Haryadi, 1990).

Indikator dalam asidi-alkalimetri menurut Oswaltd adalah asam organik lemah atau basa organik lemah yang warna molekulnya berbeda dengan warna ionnya.

Hind H+ + Ind- Ind OH OH- + Ind- Warna molekul warna ion

Setiap indikator asam basa mempunyai daerah trayek pH tertentu. Pemilihan indikator didasarkan pada pH larutan yang berada pada titik ekivalen. (Harjadi, 1986).

Tabel III.1 Indikator dengan trayek pH-nya

Indikator Perubahan warna Trayek pH

Timol biru Merah-kuning 1,2-2,8

Metil orange (MO) Merah-kuning 3,1-4,4

Metil merah (MM) Merah-kuning 4,2-6,2

Brotimol biru (BTB) Kuning-biru 6,0-7,6

Fenoftalein (PP) Tak berwarna-merah ungu 8,0-9,6 Sumber: David Harvey, (2000).

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Day, Underwood. 1999. Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Haryadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia.

--- 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia.

Harvey, David. 2000. Modern Analytical Chemistry. Toronto: John Wiley & Sons.

Rubinson, Judith dan Kenneth A. 1998. Contemporary in Analytical Chemistry. Toronto: John Wiley & Sons.

Dalam analisis larutan asam dan basa, titrasi akan melibatkan pengukuran yang seksama volume-volumenya suatu asam dan suatu basa yang tepat akan saling menetra1kan (Keenan, 1994). Reaksi penetralan atau asidimetri dan alkalimetri adalah salah satu dari empat golongan utama dalam penggolongan reaksi dalam analisis titrimetri. Asidi alkalimetri ini melibatkan titrasi basa bebas atau basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah, dengan suatu standar (asidimetri) dan titrasi asam bebas yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah, dengan suatu basa standar (alkalimetri).

(9)

Reaksi-reaksi ini melibatkan senyawa ion hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air. (Bassett, 1994). Analisis volumetri juga dikenal sebagai titrimetri, di mana zat dibiarkan bereaksi dengan zat yang lain yang konsentrasinya diketahui dan dialirkan dari buret dalam bentuk larutan.

Konsentrasi larutan yang tidak diketahui (analit) kemudian dihitung. Syaratnya adalah reaksi harus berlangsung secara cepat, reaksi berlangsung kuantitatif dan tidak ada reaksi samping. (Khopkar, 1990). Dalam menguji suatu reaksi untuk menetapkan apakah reaksi itu dapat digunakan untuk suatu titrasi, pembuatan suatu kurva titrasi akan membantu pemahaman untuk titrasi asam basa suatu kurva titrasi terdiri dari suatu alur pH atau pOH versus mL titran. Kurva semacam itu membantu dalam mempertimbangkan kelayakan suatu titrasi dan dalam memilih indikator yang tepat. (Day dan Underwood, 1999). Zat-zat anorganik dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan penting : asam, basa dan garam.

Asam didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai satu-satunya ion positif.

Asam kuat berdisosiasi hampir sempurna dengan pengenceran yang sedang, karena itu ia merupakan elektrolit kuat. Asam lemah berdisosiasi hanya sedikit pada konsentrasi sedang bahkan pada konsentrasi rendah. (Svehla, 1990). Kuat relatif asam dan basa dalam larutan bergantung pada afinitas mereka terhadap proton yang berlainan. Makin kuat asam, makin lemah basa konjugatnya.

(Keenan, 1994). Dari kumpulan reaksi kimia yang dikenal relatif sedikit yang dapat digunakan sebagai dasar untuk titrasi, suatu reaksi memenuhi persyaratan berikut sebelum digunakan. 1. Reaksi harus berjalan sesuai dengan suatu

persamaan reaksi tertentu. Tidak boleh ada reaksi samping. 2. Reaksi harus berjalan sampai boleh dikatakan lengkap pada titik ekivalensi. Dengan kata lain, tetapan keseimbangan reaksi harus sangat besar. 3. Beberapa metode harus tersedia untuk menetapkan kapan titik ekivalensi tercapai. Suatu inidikator haruslah tersedia atau beberapa metode secara instrumen dapat digunakan untuk memberitahu analisis kapan penambahan titran dihentikan. 4. Reaksi berjalan cepat (dalam beberapa menit saja). (Day dan Underwood, 1999).

Indikator asam basa adalah zat yang berubah warnanya atau membentuk

fluoresen atau kekeruhan pada suatu range (trayek) pH tertentu. Indikator asam basa terletak pada titik ekivalen dan ukuran dari pH. Zat-zat indikator dapat berupa asam atau basa, larut dan stabil serta akan menunjukkan perubahan warna yang kuat, biasanya merupakan zat organik (Khopkar, 1990).

Dalam analisis larutan asam dan basa, titrasi akan melibatkan pengukuran yang seksama volume-volumenya suatu asam dan suatu basa yang tepat akan saling menetra1kan. Reaksi penetralan atau asidimetri dan alkalimetri adalah salah satu dari empat golongan utama dalam penggolongan reaksi dalam analisis titrimetri. Asidi alkalimetri ini melibatkan titrasi basa bebas atau basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah, dengan suatu standar (asidimetri) dan titrasi asam bebas yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah, dengan suatu basa standar (alkali metri). Reaksi-reaksi ini melibatkan senyawa ion hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air (Bassett, 1994).

(10)

Analisis volumetri juga dikenal sebagai titrimetri, di mana zat dibiarkan bereaksi dengan zat yang lain yang konsentrasinya diketahui dan dialirkan dari buret dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang tidak diketahui (analit) kemudian dihitung. Syaratnya adalah reaksi harus berlangsung secara cepat, reaksi berlangsung kuantitatif dan tidak ada reaksi samping (Khopkar, 1990).

Dalam menguji suatu reaksi untuk menetapkan apakah reaksi itu dapat digunakan untuk suatu titrasi, pembuatan suatu kurva titrasi akan membantu pemahaman untuk titrasi asam basa suatu kurva titrasi terdiri dari suatu alur pH atau pOH versus ml titran. Kurva semacam itu membantu dalam

mempertimbangkan kelayakan suatu titrasi dan dalam memilih indikator yang tepat (Underwood, 1999).

Zat-zat anorganik dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan penting : asam, basa dan garam. Asam didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai satu- satunya ion positif. Asam kuat berdisosiasi hampir sempurna dengan pengenceran yang sedang, karena itu ia merupakan elektrolit kuat. Asam lemah berdisosiasi hanya sedikit pada konsentrasi sedang bahkan pada konsentrasi rendah (Svehla, 1990).

Kuat relatif asam dan basa dalam larutan bergantung pada afinitas mereka terhadap proton yang berlainan. Makin kuat asam, makin lemah basa konjugatnya. Dari kumpulan reaksi kimia yang dikenal relatif sedikit yang dapat digunakan sebagai dasar untuk titrasi, suatu reaksi memenuhi persyaratan berikut sebelum digunakan.

1. Reaksi harus berjalan sesuai dengan suatu persamaan reaksi tertentu.

Tidak boleh ada reaksi samping.

2. Reaksi harus berjalan sampai boleh dikatakan lengkap pada titik ekivalensi.

Dengan kata lain, tetapan keseimbangan reaksi harus sangat besar.

3. Beberapa metode harus tersedia untuk menetapkan kapan titik ekivalensi tercapai. Suatu inidikator haruslah tersedia atau beberapa metode secara instrumen dapat digunakan untuk memberitahu analisis kapan penambahan titran dihentikan.

4. Reaksi berjalan cepat (dalam beberapa menit saja) (Day dan Underwood, 1999).

Untuk indikator asam-basa biasanya dibuat dalam bentuk larutan Indikator asam basa adalah zat yang berubah warnanya atau membentuk fluoresen atau kekeruhan pada suatu range (trayek) pH tertentu. Indikator asam basa terletak pada titik ekivalen dan ukuran dari pH. Zat-zat indikator dapat berupa asam atau basa, larut dan stabil serta akan menunjukkan perubahan warna yang kuat, biasanya merupakan zat organik (Khopkar, 1990).

Referensi

Dokumen terkait

Ruas jalan purwodadi – Wirosari merupakan jalan Prorinsi atau jalan utama penghubung antar kota, yang sering dilalui kendaraan dengan tujuan baik luar kota maupun dalam kota,

memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara dibandingkan wanita dengan. payudara kurang

b. Positioning segmen pasar, dengan segmentasi yang telah kami lakukan, maka kami yakin bahwa produk kami akan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat... c. Marketing mix,

Chip yang bekerja berdasarkan instruksi program dan dapat menjalankan lebih dari satu program adalah

Mengingat pentingnya nilai suatu hasil diagnosa dan terapi seorang pasien untuk disimpan karena hal ini sangat bermanfaat untuk pasien tersebut atau pada waktu

Berdasarkan data yang dikumpulkan pada pukul 13.00, bidan vitri membuat diagnosis bahwa ibu Rohati adalah primigravida, dalam fase laten persalinan dengan DJJ normal,

Srie Yanda : Perbandingan nilai saturasi oksigen pulse oximetry dengan analisa gas darah arteri pada neonatus ..., 2002 USU e-Repository © 2008... PERBANDINGAN NILAI

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang