VARIABEL INTERVENING PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2010-2014
THE INFLUENCE OF PROFITABILITY, LEVERAGE, INSTITUSIONAL OWNERSHIP, AND INVESTMENT OPPORTUNITY SET TO FIRM VALUE
WITH DIVIDEND POLICY AS INTERVENING VARIABLE OF MANUFACTURE COMPANIES WHICH ARE LISTED ON THE
INDONESIA STOCK EXCHANGE PERIOD 2010-2014
Disusun Oleh: ULFA SRIWAHYUNI
20130410033
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2010-2014
THE INFLUENCE OF PROFITABILITY, LEVERAGE, INSTITUSIONAL OWNERSHIP, AND INVESTMENT OPPORTUNITY SET TO FIRM VALUE
WITH DIVIDEND POLICY AS INTERVENING VARIABLE OF MANUFACTURE COMPANIES WHICH ARE LISTED ON THE
INDONESIA STOCK EXCHANGE PERIOD 2010-2014
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh:
ULFA SRIWAHYUNI
20130410033
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
Nama : Ulfa Sriwahyuni
Nomor Mahasiswa : 20130410033
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul “PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL,
DAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET TERHADAP NILAI
PERUSAHAAN DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL
INTERVENING PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2010-2014” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu Perguruan Tinggi dan
sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diiterbitkan oleh orang lain, melainkan secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan tercantum dalam daftar pustaka. Apabila ternyata dalam
skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, 23 Desember 2016
“ Man Jadda Wa Jadda “
Barang siapa yang bersungguh - sungguh akan mendapatkannya.
Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemmudahan. Maka apabila kamu telah
selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
lain.
(Q.S Al-Insyiroh: 6-7)
Jangan pernah menyerah! Kamu lebih berani daripada yang kamu percaya, dan
lebih kuat daripada yang kamu pikirkan.
Memulai dengan penuh keyakinan.
Menjalankan dengan penuh keikhlasan.
Menyelesaikan dengan penuh kebahagiaan.
Semua perjuangan pasti ada pengorbanan.
“ Dothe best, be good, then you will be the best “
Allah SWT , Sembah sujudku padamu atas segala limpahan rahmat, nikmat hingga
anugerah untukku. Izinkanlah hamba menjadi kekasihmu, meskipun hamba orang
yang penuh dosa, namun kehendakilah. Kuasamu yang dapat menggerakkan semua
yang tidak mungkin menjadi mungkin.
“B
a a a a ”
Karya kecil ini, melalui proses panjang dan proses belajarku, aku persembahkan dengan penuh
berganda laksa terimakasih untuk orang-orang tercinta :
My Parents
Terimakasih untuk setiap untaian doa, semangat, pengorbanan, cinta dan kasih
sayang yang kalian berikan untukku., yang tiada henti kau curahkan dalam tiap
detik langkah hidupku. Terimakasih untuk motivasi yang telah kalian berikan, yang
menjadikan aku berdiri tegak, membuka mata, jiwa, pikiran dan hati untuk bertahan
dalam kerasnya mengarungi hidup. Kalian adalah malaikat dalam hidupku.
Bapak Lala Suarla, S.Pd dan Ibu Dedeh, S.Pd, terimakasih,
Aku sayang kalian.
My Sister, Tika Ardiani, A.Md. Kep.
Kehadiranmu memberikan semangat untukku, kebersamaan kita adalah yang
membimbing dengan sabar. Terimakasih banyak atas segala waktu dalam
membimbingku dan perjalanan hidup yang beliau gambarkan dalam keseharianmu,
yang perlu kami teladani. Dan terimakasih atas segala pengalaman dan ilmunya yang
telah diberikan.
Dosen-dosen dan asisten dosen yang lain, terimakasih atas bimbingan, saran,
pengalaman dan ilmu yang kalian berikan, Pak Taufik, A Hilman, Mas Luthfi, dan
Mas Dony.
Keluarga besarku, yang telah mendoakan dan selalu memberi semangat.
Grup rame, Ufi, Dinda, Mbak Ellen, Mbak Ela, dan Belatung (Putri), kalian teman
seperjuangan sekaligus keluarga dari semester I sampai sekarang bareng-bareng terus,
semangat ya buat kita semoga kita sama-sama sukses.
Saudara-saudaraku, Baraya Sunda, Sindy, Dewi Kudew, Ririn, Melyta terimakasih
atas dukungannya, terimakasih sarannya, terimakasih atas semangat yang kalian
berikan.
Teman-teman angkatanku Manajemen A, Alwi, Aura (Melysa), Popy, dll,
terimakasih semuanya…….
KKN 61, Terimakasih dukungannya.
We are Family……
Teman-teman Magang BSM Katamso, Teh Siti, Atika, dan yang
lainnya….Terimakasih dukungannya.
Yogyakarta, kota penuh kenangan. I Love You, Jogja….
Almamaterku,
dan Rahmat-Nya dalam penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Profitabilitas,
Leverage, Kepemilikan Institusional, Investment Opportunity Set (IOS) terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Dividen sebagai Variabel Intervening pada
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2014”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan
dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Nano Prawoto, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Ibu Retno Widowati, P.A., M.Si., Ph. selaku pimpinan Prodi Manajemen.
3. Bapak Drs. Wihandaru SP, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan dukungan dan memberikan masukan demi terselesaikannya
skripsi ini.
4. Semua Bapak dan Ibu Dosen Prodi Manajemen yang telah mendidik
penulis selama menjalani proses pendidikan di Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
5. Almamaterku.
Sebagai kata akhir, tiada gading yang tak retak, penulis menyadari masih
banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kritik, saran, dan
pengembangan penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk kedalaman karya
tulis dengan topik ini.
Yogyakarta, 23 Desember 2016
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
INTISARI ... ix
ABSTRACT ... x
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Penelitian ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Nilai Perusahaan... 8
2. Kinerja Keuangan... 10
3. Struktur Modal ... 14
4. Struktur Kepemilikan ... 16
5. Investment Opportunity Set (IOS) ... 19
6. Kebijakan Dividen ... 22
B. Kajian Empiris ... 25
C. Hipotesis ... 32
C. Teknik Pengambilan Sampling ... 41
D. Teknik Pengumpulan Data ... 42
E. Definisi Operasional... 42
F. Analisis Data dan Uji Hipotesis ... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 53
B. Analisis Faktor ... 54
C. Statistik Deskriptif ... 55
D. Uji Kualitas Instrumen Data ... 58
E. Uji Hipotesis ... 65
F. Pembahasan ... 73
BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN A. Kesimpulan ... 87
B. Saran ... 88
C. Keterbatasan Penelitian ... 88
DAFTAR PUSTAKA
4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 53
4.2 Analisis Faktor ... 54
4.3 Analisis Statistik Deskriptif Persamaan 1 ... 56
4.4 Analisis Statistik Deskriptif Persamaan 2 ... 57
4.5 Uji Heteroskedastisitas Persamaan 1 ... 58
4.6 Uji Heteroskedastisitas Sesudah Transformasi ... 59
4.7 Uji Heteroskedastisitas Persamaan 2 ... 59
4.8 Uji Heteroskedastisitas Sesudah Transformasi ... 60
4.9 Uji Multikolinieritas Persamaan 1 ... 61
4.10 Uji Multikolinieritas Persamaan 2 ... 61
4.11 Uji Autokorelasi Persamaan 1 ... 63
4.12 Uji Autokorelasi Persamaan 2 ... 64
4.13 Uji Koefisien Determinasi Persamaan 1 ... 65
4.14 Uji Koefisien Determinasi Persamaan 2 ... 66
4.15 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Persamaan 1... 66
4.16 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Persamaan 2... 67
4.17 Uji Parsial (t-test) Persamaan 1 ... 68
4.18 Uji Parsial (t-Test) Persamaan 2 ... 71
4.19 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis ... 73
ix
leverage, kepemilikan institusional, dan investment opportunity set (IOS) terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel intervening. Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan Manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak periode 2010-2014 dan dipilih dengan
metode purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Analisis pengujian data dalam
penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji
heteroskedastisitas, uji multikolonieritas, dan uji autokorelasi. Pengujian hipotesis
dilakukan dengan uji t-statistik, uji F-statistik, dan Uji koefisien determinasi (R2).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas, leverage, investment opportunity set (IOS) dan kebijakan dividen berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan. Profitabilitas, kepemilikan institusional, dan investment opportunity set (IOS) berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Kebijakan dividen mampu
menjadi variabel intervening dari variabel profitabilitas, kepemilikan institusional,
dan investment opportunity set (IOS).
x
ownership, and the investment opportunity set (IOS) toward firm value with dividend policy as an intervening variable. The sample is taken from the manufacture companies listed on Indonesia Stock Market or Bursa Efek Indonesia (BEI) during 2010-2014. This study used purposive sampling method. The data analysis technique in this research was conducted using multiple linear regression. The analysis method used classical assumption test, composed from; heteroskedasticity test, multicollinearity test, and autocorrelation test. The hypothesis used T-Test, F-Test, and Determinant Coefficient Test.
The result shows that profitability, leverage, investment opportunity set (IOS) and dividend policy are significantly influence on firm value. Meanwhile institutional ownership is not significantly influence on firm value. Profitability, institutional ownership, and investment opportunity set (IOS) are significantly influenced on dividend policy. Leverage is not significantly influenced on dividend policy. Lastly, dividend policy can be an intervening variable from profitability, institutional ownership, and investment opportunity set (IOS)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Tujuan
perusahaan dalam perspektif manajemen keuangan pada dasarnya adalah untuk
memaksimumkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan didefinisikan sebagai nilai
pasar karena nilai pasar dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara
maksimal apabila harga saham perusahaan tersebut meningkat. Berbagai
kebijakan yang diambil oleh manajemen dalam upaya untuk meningkatkan nilai
perusahaan melalui kemakmuran pemilik dan para pemegang saham yang
tercermin pada harga saham (Brigham dan Houston, 2006).
Fenomena yang terjadi di BEI menunjukkan bahwa nilai perusahaan
seringkali mengalami perubahan meskipun tidak ada kebijakan keuangan yang
dilakukan perusahaan. Misalnya, dividen dibagikan setiap satu tahun sekali,
kegiatan investasi dan pendanaan juga tidak setiap saat dilakukan, namun nilai
perusahaan yang digambarkan dengan harga saham berubah setiap saat. Nilai
perusahaan bisa berubah disebabkan oleh informasi lain seperti situasi
perekonomian dunia ketika aliran dana asing yang terus membanjiri pasar
financial menjadi bahan bakar utama penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Dalam peningkatan nilai perusahaan ada beberapa hal yang perlu
institusional, investment opportunity set (IOS) dan kebijakan dividen. Profitabilitas adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan Return On Asset (ROA).
ROA mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan
total aset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan dengan
biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut. ROA yang secara konsisten terus bertambah merupakan tanda bahwa manajemen berjalan efektif (Hanafi, 2014). Beberapa
penelitian terdahulu yang menguji tentang profitabilitas terdapat perbedaan hasil
penelitian yang berbeda yaitu penelitian dari Nofrita (2013), Nurhayati (2013),
Hardiyanti (2012), dan Prapaska dan Siti (2012) menyatakan bahwa profitabilitas
berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan penelitian
dari Astriani (2014) dan Wibowo dan Aisjah (2013) menyatakan bahwa
profitabilitas tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Menurut Kasmir (2015) rasio solvabilitas atau leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauhmana aktiva perusahaan dibiayai oleh
hutang. Rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
untuk membayar seluruh kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka
panjang. Beberapa hasil penelitian yang menguji tentang leverage yaitu penelitian dari Astuti (2016), Sukirni (2012), dan Senda (2013) menyatakan bahwa leverage
berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan penelitian
dari Ernawati (2016), Wibowo dan Aisjah (2013), dan Hardiyanti (2012)
perusahaan. Tetapi penelitian dari Astriani (2014) dan Herawati (2013)
menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Faktor lain yang mempengaruhi nilai perusahaan yaitu kepemilikan
institusional. Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh pihak
institusi lain (kepemilikan oleh perusahaan atau lembaga lain). Kepemilikan
institusional merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mengurangi
agency conflict. Beberapa hasil penelitian menguji tentang kepemilikan institusional yaitu penelitian dari Sukirni (2012), Nuraina (2012), dan Pasaribu
dan Sulasmiyati (2016) menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh
positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan penelitian dari Hariyanto
dan Lestari (2016) dan Senda (2013) menyatakan bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan dan penelitian dari
Permanasari (2010) menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Myers (1977) dalam Astuti (2016) menguraikan tentang pengertian perusahaan yang terdiri dari suatu kombinasi antara aset yang dimiliki oleh
perusahaan dengan pilihan investasi di masa yang akan datang. Investment opportunity Set (IOS) memberikan petunjuk yang lebih luas dimana nilai perusahaan sebagai tujuan utama tergantung pada pengeluaran perusahaan di
masa yang akan datang. Beberapa hasil penelitian dari Astuti (2016), Astriani
(2014), Hariyanto dan Lestari (2016), Senda (2013), dan Wijaya dan Sedana
Selain beberapa faktor diatas yang menjadi signal bagi investor dalam
menilai baik buruknya perusahaan adalah kebijakan dividen. Kebijakan dividen
merupakan penentuan besarnya porsi keuntungan yang akan diberikan kepada
pemegang saham. Pada dasarnya, laba tersebut bisa dibagi sebagai dividen atau
ditahan untuk di investasikan kembali di dalam perusahaan dengan
mempertimbangkan tujuan perusahaan yaitu memaksimumkan kemakmuran para
pemegang saham dan meningkatkan nilai perusahaan. Beberapa hasil penelitian
menguji tentang kebijakan dividen yaitu penelitian dari Sukirni (2012), Hardiyanti
(2012), Senda (2013), Prapaska dan Siti (2012), dan Rahmiati (2013) menyatakan
bahwa kebijakan dividen berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.
Sedangkan penelitian dari Astuti (2016), Nurhayati (2013), dan Wibowo dan
Aisjah (2013) menyatakan bahwa kebijakan dividen berpengaruh negatif
signifikan terhadap nilai perusahaan.
Penelitian ini merupakan penelitian replikasi ekstensi dari penelitian
Nofrita (2013) dengan judul “Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan
dengan Kebijakan Dividen sebagai Variabel Intervening”. Peneliti menambahkan variabel independen yaitu leverage, kepemilikan institusional dan Investment Opportunity Set (IOS), maka judul yang ditarik oleh peneliti yaitu “Pengaruh
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan yang dapat
dirumuskan dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap nilai
perusahaan?
2. Apakah leverage berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan?
3. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan
terhadap nilai perusahaan?
4. Apakah Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan?
5. Apakah profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap
kebijakan dividen?
6. Apakah leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap
kebijakan dividen?
7. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan
terhadap kebijakan dividen?
8. Apakah Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen?
9. Apakah kebijakan dividen berpengaruh positif signifikan terhadap
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah :
1. Untuk menguji pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan.
2. Untuk menguji pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan. 3. Untuk menguji pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai
perusahaan.
4. Untuk menguji pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) terhadap nilai perusahaan.
5. Untuk menguji pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan dividen.
6. Untuk menguji pengaruh leverage terhadap kebijakan dividen. 7. Untuk menguji pengaruh kepemilikan institusional terhadap
kebijakan dividen.
8. Untuk menguji pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) terhadap kebijakan dividen.
9. Untuk menguji pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai
perusahaan.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis
a. Bagi Investor
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
untuk menentukan investasi sehingga mendapatkan hasil yang
b. Bagi Emiten
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
bermanfaat untuk pertimbangan dalam rangka meningkatkan nilai
perusahaan.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil ini diharapkan dapat memberikan tambahan
pengetahuan bagi kemajuan akademis dan dapat dijadikan acuan
atau referensi untuk penelitian berikutnya.
2. Manfaat Teoritis
a. Sebagai bahan referensi atau data tambahan bagi peneliti-peneliti
lainnya yang tertarik pada bidang kajian ini dan dapat menambah
pendaharaan atas pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya
ilmu ekonomi.
b. Dapat menjadi bukti empiris serta memberikan kontribusi
8 A. Kajian Teori
1. Nilai Perusahaan
a. Pengertian Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan didefinisikan sebagai nilai pasar karena nilai
pasar dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimal
apabila harga saham perusahaan meningkat. Berbagai kebijakan yang
diambil oleh manajemen dalam upaya untuk meningkatkan nilai
perusahaan melalui kemakmuran pemilik dan para pemegang saham yang
tercermin pada harga saham (Brigham dan Houston, 2006).
Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting bagi suatu perusahaan,
karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan juga berarti
memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan
utama perusahaan.
Menurut Husnan (2004) nilai perusahaan merupakan harga yang
bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual.
Sedangkan menurut Keown (2004) dalam Astuti (2016) nilai perusahaan merupakan nilai pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas perusahaan
yang beredar. Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap
tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga
saham. Harga saham yang tinggi mencerminkan nilai perusahaannya juga
hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek
perusahaan di masa depan.
b. Pengukuran Nilai Perusahaan
Menurut Weston dan Copeland (2008) dalam Pratiwi (2013) pengukuran nilai perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan
rasio-rasio penilaian atau rasio-rasio pasar. Rasio penilaian merupakan ukuran kinerja
yang paling menyeluruh untuk suatu perusahaan, rasio penilaian tersebut
terdiri dari :
(1) Price to Book Value (PBV) yaitu perbandingan antara harga saham dengan nilai buku saham.
(2) Market to Book Ratio (MBR) yaitu perbandingan antara harga pasar saham dengan nilai buku saham.
(3) Market to Book Assets Ratio yaitu ekpektasi pasar tentang nilai dari peluang investasi dan pertumbuhan perusahaan yaitu perbandingan
antara nilai pasar aset dengan nilai buku aset.
(4) Market Value of Equity (MVE) yaitu nilai pasar ekuitas perusahaan menurut penilaian para pelaku pasar. Nilai pasar ekuitas adalah
jumlah ekuitas (saham beredar) dikali dengan harga per lembar
ekuitas
(5) Enterprise value (EV) yaitu nilai kapitalisasi market yang dihitung sebagai nilai kapitalisasi pasar ditambah total kewajiban ditambah
(6) Price Earnings Ratio (PER) yaitu harga yang bersedia dibayar oleh pembeli apabila perusahaan itu dijual.
(7) Tobin’s Q yaitu nilai pasar dari suatu perusahaan dengan
membandingkan nilai pasar suatu perusahaan yang terdaftar di
pasar keuangan dengan nilai penggantian aset (asset replacement value) perusahaan.
2. Kinerja Keuangan
a. Pengertian Kinerja Keuangan
Menurut Fahmi (2014) kinerja keuangan adalah suatu analisis
yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah
melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan
secara baik dan benar.
b. Ukuran Kinerja Keuangan
Menurut Hanafi (2014), analisis rasio bisa dikelompokkan ke dalam lima
macam kategori, yaitu :
(1) Rasio Likuiditas
Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban jangka pendeknya.
(2) Rasio Aktivitas
Rasio yang mengukur sejauh mana efektifitas penggunaan asset
(3) Rasio Pasar
Rasio ini melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap
nilai buku perusahaan.
(4) Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk
memperoleh laba melalui semua kemampuan dan sumber daya
yang ada seperti kegiatan penjualan kas, modal dan sebagainya.
(5) Rasio Solvabilitas atau Leverage
Rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka panjangnya.
1.1. Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang melihat kemampuan
perusahaan menghasilkan laba atau keuntungan. Rasio ini juga
memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan.
Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan
perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan,
terutama laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi.
Menurut Hanafi (2014), jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat
digunakan adalah :
a. Return On Assets (ROA)
Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang terpenting di antara rasio profitabilitas yang ada karena rasio ini mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total aset (kekayaan)
yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk
mendanai aset tersebut (Hanafi, 2014).
b. Return On Equity (ROE)
Menurut Hanafi (2014) Return On Equity (ROE) merupakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham
tertentu, selain itu ROE merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pemegang saham.
c. Earning per Share (EPS)
Earning per Share (EPS) atau laba per lembar saham merupakan rasio keuangan yang digunakan oleh investor untuk saham untuk
menganalisis kemampuan perusahaan mencetak laba berdasarkan saham
yang dipunyai.
1.2. Solvabilitas atau Leverage
Rasio solvabilitas atau leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang.
Artinya berapa besar beban hutang yang ditanggung perusahaan
dibandingkan dengan aktivanya. Rasio solvabilitas digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya
baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Menurut Kasmir (2015) jenis-jenis rasio yang ada dalam rasio
a. Rasio Debt to Asset Ratio (Debt Ratio)
Debt Ratio merupakan rasio hutang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Rasio
tinggi artinya pendanaan dengan hutang semakin banyak maka semakin
sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena
dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi hutang-hutangnya.
Sedangkan, rasio rendah artinya semakin kecil perusahaan dibiayai dengan
hutang.
b. Rasio Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui
jumlah dana yang disediakan peminjam atau kreditor dengan pemilik
perusahaan. Semakin besar rasio ini akan semakin tidak menuntungkan
karena akan semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan yang
mungkin terjadi di perusahaan. Sebaliknya dengan rasio yang rendah
semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan dan semakin besar
batas pengaman bagi peminjam jika terjadi kerugian terhadap nilai aktiva.
c. Rasio Time Interest Earned (TIE)
Time Interest Earned (TIE) merupakan rasio untuk mencari jumlah kali perolehan bunga. Secara umum semakin tinggi rasio, semakin besar
kemungkinan perusahaan dapat membayar bunga pinjaman dan dapat
Demikian pula sebaliknya, apabila rasionya rendah semakin rendah pula
kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan biaya lainnya.
d. Rasio Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER)
Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER) merupakan rasio antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk
mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan
jaminan hutang jangka panjang dengan cara membandingkan antara
hutang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh
perusahaan.
2. Struktur Modal
Teori struktur modal bertujuan memberikan landasan berfikir untuk
mengetahui struktur modal yang optimal. Menurut Hanafi (2014),
beberapa teori yang menjelaskan mengenai struktur modal diantaranya :
a. Signalling (Ross, 1977)
Menurut Hanafi (2014) signalling theory adalah informasi mengenai perusahaan merupakan sinyal bagi investor, dalam keputusan
berinvestasi. Sinyal dapat berupa informasi bersifat financial maupun
non-financial yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Pada signalling theory, manajemen berharap dapat memberikan sinyal kemakmuran kepada pemilik ataupun pemegang saham
dalam menyajikan informasi keuangan.
Ross (1977) dalam Hanafi (2014) mengembangkan model di mana
oleh manajer ke pasar. Jika manajer mempunyai keyakinan bahwa prospek
perusahaan baik, dan karenanya ingin agar harga saham meningkat, ia
ingin mengkomunikasikan hal tersebut ke investor. Salah satu cara yang
paling sederhana adalah mengatakan secara langsung bahwa perusahaan
tersebut mempunyai prospek yang baik. Tentu saja investor tidak akan
percaya akan hal tersebut. Maka dari itu, manajer ingin memberikan signal
yang lebih dipercaya (credible). Manajer bisa menggunakan hutang lebih banyak, sebagai signal yang lebih credible.
Jika hutang meningkat, maka kemungkinan bangkrut akan semakin
meningkat. Jika perusahaan mengalami kebangkrutan, maka reputasi
manajer akan hancur dan tidak bisa dipercaya menjadi manajer lagi.
Karena itu, perusahaan yang meningkatkan hutang, bisa dipandang sebagai
perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan di masa yang akan
datang. Karena cukup yakin, maka manajer perusahaan tersebut berani
menggunakan hutang yang lebih besar. Investor diharapkan akan
menangkap signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik.
b. Trade-Off Theory
Menurut Hanafi (2014), trade off theory menjelaskan hubungan antara pajak, resiko kebangkrutan dan penggunaan hutang yang
disebabkan oleh keputusan struktur modal yang diambil perusahaan.
Kerugian atas penggunaan hutang dapat disebabkan karena adanya biaya
(probabilitas) kebangkrutan. Biaya lain dari peningkatan hutang adalah
meningkatnya biaya keagenan hutang (agency cost of debt). Teori keagenan mengatakan bahwa di perusahaan terjadi konflik antar
pihak-pihak yang terlibat, seperti pihak-pihak pemegang hutang dengan pemegang
saham. Jika hutang meningkat, maka konflik antara keduanya akan
semakin meningkat, karena potensi kerugian yang dialami oleh pemegang
hutang akan semakin meningkat. Dalam situasi tersebut, pemegang hutang
akan semakin meningkatkan pengawasan (monitoring) terhadap perusahaan.
3. Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan adalah komposisi kepemilikan dalam
perusahaan yang mempengaruhi kinerja suatu perusahaan. Istilah struktur
kepemilikan digunakan untuk menunjukkan bahwa variabel-variabel yang
penting dalam struktur modal tidak hanya ditentukan oleh hutang dan
ekuitas saja tetapi juga ditentukan oleh presentase kepemilikan saham oleh
manajemen dan institusi.
Menurut Sugiarto (2009), struktur kepemilikan adalah struktur
kepemilikan saham yaitu perbandingan jumlah saham yang dimiliki oleh
orang dalam (insider) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor. Atau dengan kata lain struktur kepemilikan saham adalah proporsi
kepemilikan institusional dan kepemilikan manajemen dalam kepemilikan
diwakili oleh direksi (agents) yang ditunjuk oleh pemegang saham (principals).
Menurut Jensen and Meckling (1976) dalam Sukirni (2012) struktur kepemilikan dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
a. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh
pihak institusi lain yaitu kepemilikan oleh perusahaan atau lembaga lain.
Kepemilikan institusional merupakan suatu alat yang dapat digunakan
untuk mengurangi agency conflict.
Jensen dan Meckling (1976) dalam Sukirni (2012) menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki peranan yang sangat penting
dalam meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan
pemegang saham. Keberadaan investor institusional dianggap mampu
menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang
diambil oleh manajer. Hal ini disebabkan investor institusional terlibat
dalam pengambilan yang strategis sehingga tidak mudah percaya terhadap
tindakan manipulasi laba.
Menurut Yan dan Zhang (2009) dalam Connelly et al., (2010) menyatakan bahwa investor institusi mengadopsi strategi investasi yang
berbeda. Porter (1992) dalam Connelly et al., (2010) menjelaskan
perbedaan antara kepemilikan instituisonal yang bersifat “dedicated” dan “transient”.
Dedicated Institusional Ownership adalah kepemilikan institusional yang memiliki tingkat monitoring yang tinggi yang
menyebabkan perusahaan mampu berkembang dalam jangka waktu yang
panjang. Kepemilikan institusi jangka panjang memiliki wewenang secara
aktif untuk mengawasi manajer dengan mengurangi manipulasi
oportunistik.
(2) Transient Institusional Ownership
Kepemilikan institusional yang bersifat transient (sementara) yaitu kepemilikan institusional yang memiliki tingkat pengawasan yang rendah
sehingga tidak menjadikan perusahaan untuk berkembang atau dengan
kata lain kepemilikan intitusional yang memiliki jangka waktu yang
pendek. Kepemilikan institusi jangka pendek memungkinkan para
manajer untuk mengejar akuisisi dan nilai merger yang menurun.
Kepemilikan institusional yang bersifat transient, tidak mengawasi tindakan yang dilakukan manajer, karena memiliki capital gain, sehingga tidak berpengaruh terhadap pembayaran dividen.
b. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham oleh pihak
manajemen perusahaan. Kepemilikan saham manajerial dapat
mensejajarkan antara kepentingan pemegang saham dengan manajer,
karena manajer ikut merasakan langsung manfaat dari keputusan yang
diambil dan manajer yang menanggung resiko apabila ada kerugian yang
Menurut Jansen (1986) dalam Sukirni (2012) menyatakan bahwa semakin besar proporsi kepemilikan manajemen pada perusahaan maka akan dapat
menyeimbangkan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham.
c. Kepemilikan Publik
Kepemilikan publik merupakan presentase kepemilikan saham
yang dimiliki oleh pihak luar (outsider ownership). Tujuan utama perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan maka diperlukan
pendanaan yang diperoleh baik melalui pendanaan internal maupun
pendanaan eksternal. Sumber pendanaan eksternal diperoleh dari saham
masyarakat (publik).
4. Investment Opportunity Set atau Set Kesempatan Investasi
a. Pengertian Investement Opportunity Set (IOS)
Myers (1977) dalam Astuti (2016) memperkenalkan Investment Opportunity Set (IOS) untuk pertama kalinya dalam kaitannya untuk mencapai tujuan perusahaan. Myers (1977) dalam Astuti (2016) menguraikan tentang pengertian perusahaan yang terdiri dari suatu
kombinasi antara aset yang dimiliki oleh perusahaan dengan pilihan
investasi masa depan perusahaan. Menurut Myers (1977) dalam Astuti (2016) Investment Opportunity Set (IOS) memberikan petunjuk yang lebih luas dimana nilai perusahaan sebagai tujuan utama tergantung pada
pengeluaran perusahaan di masa yang akan datang.
(assets in place) dan pilihan investasi dimasa yang akan datang. Pilihan investasi merupakan suatu kesempatan untuk berkembang, namun
seringkali perusahaan tidak selalu dapat melaksanakan semua kesempatan
investasi di masa mendatang. Bagi perusahaan yang tidak dapat
menggunakan kesempatan investasi tersebut akan mengalami suatu
pengeluaran yang lebih tinggi dibandingkan nilai kesempatan yang hilang.
Nilai kesempatan investasi merupakan nilai sekarang dari pilihan-pilihan
perusahaan untuk membuat investasi di masa mendatang (Hartono, 1999
dalam Prapaska, 2012).
Nilai pilihan investasi sangat bergantung pada nilai aset yang
dimiliki oleh perusahaan. Kesempatan investasi tak selalu berwujud secara
fisik tetapi dapat berupa kesempatan yang bersifat intangible namun memiliki peluang yang memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa Investment Opportunity Set
(IOS) menggambarkan tentang luasnya kesempatan atau peluang investasi bagi suatu perusahaan, namun sangat tergantung pada pilihan expenditure
perusahaan untuk kepentingan di masa yang akan datang. Kallapur dan
Trombley (2001) dalam Rachmawati dan Hanung (2007) menyatakan bahwa kesempatan investasi perusahaan merupakan komponen penting
dari nilai pasar. Hal ini disebabkan Investment Opportunity Set (IOS) atau set kesempatan investasi dari suatu perusahaan mempengaruhi cara
pandang manajer, pemilik, investor dan kreditor terhadap perusahaan.
diskresioner dan faktor spesifik perusahaan seperti modal fisik dan
manusia di tempat dan industri-spesifik dan faktor makroekonomi.
Kallapur dan Trombley (1999) dalam Hutchinson dan Gul (2004) menyatakan bahwa proksi berbasis harga didasarkan pada asumsi bahwa
pertumbuhan perusahaan akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi
dibandingkan dengan aset yang dimiliki karena prospek pertumbuhan
sebagian dari harga saham. Artinya, sebagian bahan dari nilai pasar ekuitas
dicatat oleh peluang pertumbuhan. Menurut Hutchinson dan Gul (2004) tiga variabel yang digunakan sebagai ukuran proksi pertumbuhan
diantaranya :
(1) Market to Book Value of Asset Ratio (MBVA)
Market to book value of asset ratio didasari bahwa prospek pertumbuhan perusahaan terefleksi dalam harga saham, pasar menilai
perusahaan bertumbuh lebih besar dari nilai bukunya (Kallapur dan
Trombley, 1999 dalam Hutchinson dan Gul, 2004). Rasio ini diharapkan dapat mencerminkan peluang investasi yang dimiliki perusahaan melalui
aset yang dimiliki perusahaan dimana prospek pertumbuhan perusahaan
terefleksi dalam harga saham yang mengalami perubahan dikarenakan
penilaian investor terhadap nilai dari aktiva perusahaan.
(2) Ratio Market to Book Value Equity (MBVE)
return dari ekuitas yang diinginkan. Proksi ini mencerminkan bahwa pasar menilai return dari investasi perusahaan dimasa depan dari return yang diharapkan dari ekuitasnya.
(3) Ratio of Property, Plant and Equipment to Firm Value(PPMVA).
5. Kebijakan Deviden
Menurut Hanafi (2014) dividen merupakan kompensasi yang
diterima oleh pemegang saham, disamping capital gain. Menurut Sartono (2001) kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh
perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau
akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa
mendatang.
a. Teori-teori Kebiajakan Dividen
Adapun teori-teori kebijakan dividen menurut Hanafi (2014),
diantaranya :
(1) Teori Dividen Residual
Menurut teori dividen residual, perusahaan menetapkan kebijakan
dividen setelah semua investasi yang menguntungkan habis dibiayai.
Dengan kata lain, dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham
merupakan sisa (residual) setelah semua usulan investasi yang
menguntungkan habis dibiayai.
(2) Signalling Theory
menyebutkan bahwa dividen itu sendiri tidak menyebabkan kenaikan atau
penurunan harga, tetapi prospek perusahaan, yang ditunjukkan oleh
meningkatnya atau menurunnya dividen yang dibayarkan, yang
menyebabkan perubahan harga saham.
Menurut teori signalling tersebut, dividen dipakai sebagai signal oleh perusahaan. Jika perusahaan merasa prospek di masa mendatang baik,
pendapatan, aliran kas diharapkan meningkat atau diperoleh pada tingkat
dimana dividen yang meningkat tersebut bisa dibayarkan, maka
perusahaan akan meningkatkan dividen. Pasar akan merespon positif dari
kenaikan dividen tersebut. Sebaliknya, jika perusahaan merasa prospek
perusahaan di masa yang akan datang menurun, maka perusahaan akan
menurunkan pembayaran dividennya. Pasar akan merespon negatif
pengumuman tersebut. Berdasarkan teori tersebut, dividen mempunyai
kandungan informasi, yaitu prospek perusahaan di masa yang akan datang.
b. Pengukuran Kebijakan Dividen
Menurut Tatang (2013) pengukuran kebijakan dividen terbagi menjadi
dua, yaitu :
(1) Dividen Yield
memasukkan unsur besarnya dividen yang diterima selain selisih harga
saham antara awal dan akhir kepemilikan.
Return harapan atas saham adalah penjumlahan dari imbal hasil dividen dengan perubahan harga saham selama periode kepemilikan
saham. Imbal hasil dividen juga dapat dijadikan sebagai ukuran risiko dan
juga sebagai patokan penilaian investasi. Ada investor yang menggunakan
besaran dividend yield sebagai patokan dalam berinvestasi, yaitu mereka akan memilih saham-saham yang memiliki dividend yield yang tinggi. Bukti empiris yang ada menunjukkan dukungan bahwa saham dengan
dividend yield tinggi mampu menghasilkan return total lebih tinggi dari pada pasar setelah disesuaikan dengan risiko.
(2) Dividen Payout Ratio (DPR)
Ukuran kedua yang sering digunakan dalam mengukur kebijakan
dividen adalah rasio pembayaran dividen atau dividend payout ratio
(DPR). Rasio pembayaran dividen diukur dengan cara membagi besarnya dividen per lembar saham dengan laba bersih per lembar saham.
Rasio pembayaran dividen digunakan dalam berbagai situasi.
Misalnya, rasio tersebut digunakan dalam penilaian sebagai suatu cara
untuk menduga besarnya dividen di tahun mendatang, karena kebanyakan
analisis menggunakan pertumbuhan dalam laba daripada dividen. Kedua,
rasio penahanan laba yaitu rasio yang menunjukkan besarnya bagian laba
bersih yang ditanamkan kembali atau ditahan di perusahaan diyakini
B. Kajian Empiris
No Judul &
Pengarang
Jenis Variabel
Hasil
Independen Dependen Intervening
C. Hipotesis
1. Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan
Profitabilitas merupakan rasio yang melihat kemampuan
perusahaan menghasilkan laba atau keuntungan. Rasio ini juga
memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan
(Hanafi, 2014).
Profitabilitas yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA) berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal tersebut
menunjukkan semakin baik pertumbuhan profitabilitas perusahaan maka
prospek perusahaan di masa yang akan datang dinilai semakin baik.
Apabila kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat,
maka investor akan tertarik berinvestasi di perusahaan yang mempunyai
laba yang tinggi, sehingga akan meningkatkan jumlah saham. Peningkatan
jumlah saham mengakibatkan harga saham tersebut meningkat. Dengan
meningkatnya harga saham maka akan semakin baik posisi perusahaan
untuk menutupi investasi yang digunakan, sehingga akan menjadi sinyal
positif bagi para investor dan dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Uraian tersebut didukung oleh penelitian dari Nofrita (2013),
Nurhayati (2013), Hardiyanti (2012), dan Prapaska dan Siti (2012). yang
menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap
nilai perusahaan.
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah :
2. Leverage terhadap Nilai Perusahaan
Rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang. Artinya berapa besar
beban hutang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan
aktivanya. Rasio leverage digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya baik jangka pendek
maupun jangka panjang (Hanafi, 2014).
Leverage berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.
Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan leverage akan
meningkatkan harga saham apabila perusahaan memiliki kesempatan
investasi yang tinggi. Hal ini sesuai dengan signaling theory yang dikemukakan oleh Ross (1977) dalam Hanafi (2014). Dengan kesempatan
investasi yang tinggi, investor akan tertarik pada perusahaan yang tumbuh
walaupun dibiayai oleh hutang, karena hutang yang dimiliki oleh
perusahaan tersebut masih dalam kondisi under leverage, sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan.
Uraian tersebut didukung oleh penelitian dari Senda (2013),
Sukirni (2012), dan Astuti dan Efni (2015) menyatakan bahwa leverage
berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah :
3. Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh
pihak institusi lain yaitu kepemilikan oleh perusahaan atau lembaga lain.
Jensen dan Meckling (1976) dalam Sukirni (2012) menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam
meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan
pemegang saham. Keberadaan investor institusional dianggap mampu
menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang
diambil oleh manajer.
Kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadap
nilai perusahaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar saham
yang dimiliki oleh pihak institusional memiliki pengaruh besar terhadap
peningkatan nilai perusahaan. Kepemilikan institusional memiliki arti
penting dalam memonitor manajemen karena dengan adanya kepemilikan
oleh institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih
optimal. Semakin tinggi tingkat kepemilikan institusional maka akan
semakin kuat tingkat pengendalian yang dilakukan oleh pihak eksternal
terhadap perusahaan sehingga agency cost yang terjadi di dalam perusahaan semakin berkurang dan nilai perusahaan juga akan meningkat.
Uraian tersebut didukung oleh penelitian dari Sukirni (2012),
Nuraina (2012), dan Pasaribu dan Sulasmiyati (2016) menyatakan bahwa
kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadap nilai
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah :
H3 : Kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadap nilai
perusahaan.
4. Investment Opportunity Set (IOS) terhadap Nilai Perusahaan Investment Opportunity Set (IOS) memberikan petunjuk yang lebih luas dimana nilai perusahaan sebagai tujuan utama tergantung pada
pengeluaran perusahaan di masa yang akan datang (Myers, 1977 dalam Astuti, 2016).
Investment Opportunity Set (IOS) atau set kesempatan investasi berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Peluang investasi
memberikan sinyal positif bagi pertumbuhan perusahaan di masa yang
akan datang, sehingga akan meningkatkan harga saham sebagai indikator
nilai perusahaan. IOS merupakan bentuk investasi yang dilakukan perusahaan untuk menghasilkan nilai bagi perusahaan di masa yang akan
datang. Semakin tinggi IOS, maka nilai perusahaan akan semakin meningkat. Hal tersebut sesuai dengan signaling theory.
Uraian tersebut didukung oleh penelitian dari Astuti (2016),
Astriani (2014), Hariyanto dan Lestari (2016), Senda (2013), dan Wijaya
dan Sedana (2015), menyatakan bahwa Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah :
H4 : Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh positif signifikan
5. Profitabilitas terhadap Kebijakan Deviden
Profitabilitas yang diproksikan dengan ROA berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen. ROA merupakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total aset (kekayaan)
yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk
mendanai aset tersebut (Hanafi, 2014). Peningkatan ROA menyebabkan kebijakan dividen menurun. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan
dalam ekspansi menggunakan hutang maka perusahaan dibebani oleh
biaya bunga dan pelunasan hutang tersebut. Oleh karena itu, laba yang
diperoleh perusahaan lebih banyak digunakan untuk melunasi kewajiban
tersebut, sehingga dividen yang dibagikan rendah.
Uraian tersebut didukung oleh penelitian dari Dewi (2008), Wijaya
dan Sedana (2015), dan Sari dan Budiasih (2016) menyatakan bahwa
profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen.
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah :
H5 : Profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan
dividen.
6. Leverage terhadap Kebijakan Deviden
Leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan yang mempunyai
rasio hutang lebih besar maka dividen yang dibagikan kepada pemegang
saham akan berkurang. Apabila hutang tersebut telah jatuh tempo, maka
jatuh tempo tersebut sehingga laba yang dihasilkan perusahaan akan
berkurang dan dividen yang dibagikan rendah.
Uraian tersebut didukung oleh penelitian dari Mawarni dan Ratnadi
(2014), Dewi (2008), Yudiana dan Yadnyana (2016), Rachmad dan Muid
(2013), dan Andriyani (2008) meyatakan bahwa leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen.
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah :
H6 : Leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen. 7. Kepemilikan Institusional terhadap Kebijakan Deviden
Kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadap
kebijakan dividen. Peningkatan kepemilikan institusional menyebabkan
peningkatan dividen. Hal ini disebabkan karena kepemilikan institusional
lebih menyetujui terhadap kebijakan yang dilakukan oleh manajemen,
sebab kepemilikan institusional tersebut berinvestasi ke beberapa
perusahaan, sehingga tidak berperan aktif dalam memonitoring kegiatan
manajerial. Karena tidak mampu memonitoring, pihak manajer
mempunyai tanggung jawab untuk membagikan dividen kepada pemegang
saham, sehingga pihak manajer harus bisa meningkatkan laba agar dividen
yang dibagikan kepada para investor institusional tinggi, sebab investor
akan mengharapkan manfaat dari investasinya dalam bentuk dividen. Oleh
sebab itu, kepemilikan institusional akan mempertahankan sahamnya di
dengan teori Dedicated Institusional Ownership yang dikemukakan oleh
Porter (1992) dalam Connellyet al., (2010).
Uraian tersebut didukung oleh penelitian dari Harmawan (2015)
dan Wisty (2016) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh positif signifkan terhadap kebijakan dividen.
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah :
H7 : Kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadap
kebijakan dividen.
8. Investment Opportunity Set (IOS) terhadap Kebijakan Deviden Investment Opportunity Set (IOS) atau set kesempatan investasi berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen. Investment Opportunity Set (IOS) atau set kesempatan investasi menggambarkan tentang luasnya kesempatan atau peluang investasi bagi suatu perusahaan.
Peningkatan kesempatan investasi menyebabkan dividen yang dibagikan
tinggi. Hal tersebut sesuai dengan signalling theory, dimana investor diharapkan akan menangkap signal bahwa perusahaan mempunyai prospek
yang baik dan investor akan berinvestasi diperusahaan tersebut. Investor
akan mengharapkan manfaat dari investasinya dalam bentuk dividen yang
tinggi.
Uraian tersebut didukung oleh penelitian dari Sunarto (2004) dan
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah :
H8 : Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh positif signifikan
terhadap kebijakan dividen.
9. Kebijakan Deviden terhadap Nilai Perusahaan
Dari beberapa hasil penelitian diketahui bahwa kebijakan dividen
berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Dividen adalah
pembagian laba kepada para pemegang saham oleh perusahaan, apabila
perusahaan membayarkan lebih banyak dividen maka hal tersebut dapat
meningkatkan nilai perusahaan karena dengan banyaknya dividen yang
dibagikan kepada pemegang saham maka calon investor akan tertarik
untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut sehingga dapat meningkatkan
nilai perusahaan. Hal ini sesuai dengan signaling theory dan bird in the hand theory.
Uraian tersebut didukung oleh penelitian dari Nofrita (2013),
Hardiyanti (2012), Senda (2013), Prapaska dan Siti (2012), Rahmiati
(2013), dan Wijaya dan Sedana (2015) yang menyatakan bahwa
kebiajakan dividen berpengaruh positif signifikan terhadap nilai
perusahaan.
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah :
H9 : Kebijakan dividen berpengaruh positif signifikan terhadap nilai
D. Model Penelitan
H2 = (+)
H1 = (+)
H9 = (+)
Sumber : Gambar 2.1 Profitabilitas (X1)
Leverage (X2)
Kepemilikan
Institusional (X3)
Investment Opportunity Set
(X4)
Kebijakan Dividen
(X5)
Nilai Perusahaan
(Y)
H5 = (-)
H7 = (+)
H8 = (+) H6 = (-)
H4 = (+)
41 A. Objek Penelitian
Objek pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2010-2014. Alasan pemilihan
perusahaan manufaktur, supaya sampel dari penelitian terpenuhi dan perusahaan
manufaktur merupakan sektor industri terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
B. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa
data kuantitatif. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung
melalui media perantara. Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah data
laporan keuangan yang dipublikasikan setiap tahun pada periode 2010-2014. Data
didapat dari laporan tahunan perusahaan yang diperoleh di Bursa Efek Indonesia.
C. Teknik Pengambilan Sampling
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling. Menurut Jogiyanto (2014) purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan menggunakan pertimbangan (judgment) atau kriteria tertentu. Adapun kriteria sampel yang akan digunakan adalah:
1. Perusahaan manufaktur yang membagikan laba pada periode 2010-2014.
2. Perusahaan manufaktur yang melaporkan kepemilikan institusional pada
periode 2010-2014.
3. Perusahaan manufaktur yang melaporkan kewajiban tidak lancar pada
4. Perusahaan manufaktur yang membagikan dividen pada periode
2010-2014.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini didapatkan dengan cara
dokumentasi. Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan sumber-sumber
data dokumenter seperti laporan tahunan perusahaan yang menjadi sampel
penelitian, yaitu dengan mengambil data sekunder yang telah ada di Bursa Efek
Indonesia.
E. Definisi Operasional 1. Variabel Dependen
a. Nilai Perusahaan
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan.
Nilai perusahaan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai pasar.
Dalam hal ini pengukuran nilai perusahaan menggunakan rasio PBV.
Rumusnya sebagai berikut (Weston dan Brigham, 2001):
PBV = Nilai pasar per lembar saham Nilai buku per lembar saham
2. Variabel Independen
a. Profitabilitas
perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu.
Untuk memperoleh nilai ROA, dihitung dengan rumus (Hanafi, 2014 ) :
ROA = Laba Bersih Total Aktiva
b. Leverage
Menurut Hanafi (2009), leverage mengukur besarnya hutang jangka panjang dalam struktur modal suatu perusahaan. Adapun
perhitungan dalam leverage, yaitu :
Leverage = Total Hutang Total Aset
c. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh
pihak institusi lain yaitu kepemilikan oleh perusahaan atau lembaga lain.
Kepemilikan institusional diukur dengan membagi jumlah saham yang
dimiliki oleh institusi dengan jumlah saham yang beredar (Sukirni, 2012).
Adapun perhitungan kepemilikan institusional yaitu
INST = Kepemilikan Saham Institusional Jumlah Saham Beredar
(1) Market to Book Value Asset (MBVA)
Market to book value of asset ratio didasari bahwa prospek pertumbuhan perusahaan terefleksi dalam harga saham, pasar menilai
perusahaan bertumbuh lebih besar dari nilai bukunya (Kallapur dan
Trombley, 1999 dalam Hutchinson dan Gul, 2004). Rasio Market to Book Value Asset dihitung dengan rumus :
MBVA = Total Aset−Total Ekuitas + (Jumlah saham yang beredar x closing price ) Total Aktiva
(2) Market to Book Value Equity (MBVE)
Proksi ini mencerminkan bahwa pasar menilai return dari investasi
perusahaan dimasa depan dari return yang diharapkan dari ekuitasnya.
RasioMarket to Book Value Equity dihitung dengan rumus :
MBVE =jumla h sa ham beredar x closing price total ekuitas
(3) Ratio of Property, Plant and Equipment to Firm Value(PPMVA). Rasio dari aset tetap dengan nilai pasar dari perusahaan dihitung
dengan rumus :
PPMVA = Properti kotor ,pabrik ,dan peralatan
(Jumlah saham yang beredar x closing price )+kewajiban tidak lancar
3. Variabel Intervening
a. Kebijakan Dividen
Menurut Tatang (2013), yang digunakan dalam mengukur
kebijakan dividen adalah Dividend Payout Ratio (DPR) atau rasio pembayaran dividen. Rasio pembayaran dividen diukur dengan cara
membagi besarnya dividen per lembar saham dengan laba bersih per
lembar saham. Rumus yang dapat digunakan adalah (Hanafi, 2014) :
DPR = Dividen per lembar saham Laba per lembar saham
F. Analisis Data dan Uji Hipotesis 1. Analisis Data
Pengujian hipotesis dilakukan untuk meneliti pengaruh
profitabilitas, leverage, kepemilikan institusional, dan investment opportunity set (IOS) terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel intervening. Software pengolah data yang digunakan adalah SPSS 16 for windows dan e-views 7. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode regresi linear
berganda. Regresi linear berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh
Adapun persamaan regresi linear berganda adalah sebagai berikut:
PBV = b0 + b1ROA + b2 LEV + b3 INST + b4 IOS + b5 DPR + e
DPR = b0 + b1 ROA + b2 LEV + b3 INST + b4 IOS + e
Keterangan :
a. PBV : Nilai Perusahaan
b. DPR : Kebijakan Dividen
c. ROA : Profitabilitas d. LEV : Leverage
e. INST : Kepemilikan Institusional
f. IOS : Investment Opportunity Set atau set kesempatan investasi
2. Analisis Faktor
Pengukuran IOS dalam penelitian ini diproksikan dengan menggunakan analisis faktor. Tujuan utama dari analisis faktor adalah
mendefinisikan struktur suatu data matrik dan menganalisis struktur saling
berhubungan (korelasi) antar sejumlah besar variabel dengan cara
mendefinisikan satu set kesamaan variabel atau dimensi dan sering disebut
dengan faktor. Jadi analisis faktor adalah suatu cara untuk meringkas
(summarize) informasi yang ada dalam variabel asli (awal) menjadi satu set dimensi baru atau variate (factor).
Langkah-langkah analisis faktor :
a. Dari menu utama SPSS pilih Analyze, lalu submenu Data Reduction, lalu pilih Factor.
c. Pilih continue dan abaikan lainnya lalu Ok.
d. Output SPSS.
Lihat nilai communalities dari setiap variabel, dan jumlahkan semua nilai communalities untuk dijadikan sebagai penyebut, lalu dihitung masing-masing setiap variabel. Setelah menghitung setiap variabel dengan
menggunakan nilai communalities, lalu jumlahkan semua variabel agar menjadi satu kesatuan IOS (Hutchinson dan Gul, 2004).
3. Statistik Deskriptif
Menurut Ghozali (2011), statistik deskriptif memberikan gambaran
atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness
(kemencengan distribusi).
4. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi dependen variabel, independen variabel atau
keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Pengujian
normalitas dilakukan dengan melihat tingkat probability, dengan taraf signifikansi (p > 5%) maka data dikatakan berdistribusi
normal (Ghozali, 2011).
Uji normalitas bisa tidak dilakukan. Pengujian tidak
memerlukan asumsi normalitas untuk mendapatkan estimator OLS.
terbaik linear dan tidak bias atau Best Linear Unbias Estimator
(BLUE) dibawah asumsi atau teori Gauss–Markov (Gujarati, 2012). Sehingga dalam penelitian ini tidak menggunakan uji
normalitas.
b. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas artinya varian variabel dalam model
tidak sama (konstan). Konsekuensi adalah penaksir (estimator)
yang diperoleh tidak efisien, baik dalam sampel kecil maupun
besar. Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
Kebanyakan data crossection mengandung situasi
heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang
mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, dan besar).
Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas.
Ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dianalisa dengan metode
Harvey, Glejser, dan White. Jika hasilnya tidak signifikan ata nilai