• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

83 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian hukum dapat dibedakan antara penelitian hukum doktrinal dan non doktrinal. Menurut Soetandyo Wignyosoebroto, ada lima konsep hukum sebagaimana dikutip oleh Setiono119, yaitu:

1. “Hukum adalah asas kebenaran dan keadilan yang bersifat kodrati dan berlaku universal.

2. Hukum adalah norma-norma positif di dalam sistem perundang-undangan hukum nasional.

3. Hukum adalah apa yang diputuskan oleh hakim inconcreto, dan tersistematisasi sebagai judge made law.

4. Hukum adalah pola-pola perilaku sosial yang terlembagakan, eksis sebagai variabel sosial yang empirik.

5. Hukum adalah manifestasi makna-makna simbolik para perilaku sosial sebagai tampak dalam interaksi antar mereka.”

Dalam penelitian ini terdapat tiga rumusan permasalahan yang memerlukan metode pendekatan penelitian hukum yang tepat. Obyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah peraturan perundang-undangan atau norma-norma positif di dalam sistem perundang-undangan hukum nasional yang mengatur atau berhubungan dengan pemulihan aset hasil korupsi dan manifestasi makna-makna simbolik para perilaku sosial dalam hal ini aparat penegak hukum dan lembaga negara dalam memaknai norma-norma positif tersebut.

Dengan demikian dalam penelitian ini digunakan dua jenis penelitian secara sekaligus atau bersamaan terhadap masing-masing permasalahan yaitu; 1) Mengapa instrumen hukum pidana berupa pidana tambahan pembayaran uang pengganti dalam UU PTPK belum efektif untuk memulihkan aset hasil korupsi?, 2) Mengapa instrumen hukum perdata berupa gugatan perdata negara oleh jaksa pengacara negara atau instansi yang dirugikan dalam UU PTPK belum operatif

119 Setiono, Pemahaman Terhadap Metode Penelitian Hukum,UNS, Surakarta,2005, hlm. 20- 21.

(2)

dalam pemulihan aset hasil korupsi?, dan 3) Bagaimanakah mengembangkan model hukum pemulihan aset perolehan hasil korupsi yang tepat?. Pendekatan penelitian hukum doktrinal untuk mendalami peraturan perundang-undangan terkait pemulihan aset hasil korupsi, dan pendekatan penelitian hukum non doktrinal untuk mendalami bagaimana sikap dan perilaku aparat penegak hukum dalam mengimplementasikan peraturan perundang-undangan tersebut.

Ditinjau dari sifatnya penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data yang diteliti seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala, dilihat dari tujuannya termasuk penelitian problem solution yaitu penelitian untuk mengatasi masalah120 dan ditinjau dari bentuknya termasuk penelitian diagnostik yang dimaksdukan untuk mendapatkan keterangan mengenai sebab-sebab terjadinya suatu gejala atau beberapa gejala untuk rumuasan masalah pertama dan kedua, serta preskriptif yang dimaksudkan untuk mendapatkan saran-saran mengenai apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah tertentu untuk rumusan masalah ketiga.

B. Pendekatan Penelitian

Penulisan disertasi ini menggunakan pendekatan penelitian;

1. Pendekatan peraturan perundang-undangan. Pendekatan perundang-undangan digunakan untuk menelaah peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pemulihan aset hasil korupsi, yakni ; Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006 tentang Pengesahan United Nation Convention Against Corruption 2003 dan Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.

120 Ibid, hlm. 6.

(3)

2. Pendekatan kasus. Pendekatan kasus dilakukan dengan menelaah atau menganalisa terhadap 100 putusan perkara korupsi yang ditangani oleh KPK dan Polri selama 5 tahun yaitu tahun 2007 dampai dengan tahun 2011 yang putusannya telah berkekuatan hukum tetap, dengan menitikberatkan pada jumlah kerugian negara dibandingkan dengan besaran pidana tambahan pembayaran uang pengganti dan gugatan perdata negara oleh Jaksa Pengacara Negara atau instansi yang dirugikan. Selain itu pendekatan kasus juga digunakan untuk membandingkan putusan-putusan pidana perkara korupsi yang optimal dan tidak optimal dalam pemulihan aset hasil korupsi , yaitu:

a. Putusan Mahkamah Agung RI Nomor: 912 K/Pid.Sus/2009.

b. Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor: 08/Pid B/Tpk/2007/PN.Jkt.Pst.

c. Putusan Mahkamah Agung RI Nomor: 94 K/Pid.Sus/2008.

d. Putusan Mahkamah Agung RI Nomor: 383 K/Pid.Sus/2012.

e. Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Pada Pengadilan Negeri Jakarta Nomor 10/Pid.B/TPK/2009/PN.Jkt.Pst.

f. Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Pada Pengadilan Negeri Jakarta Nomor 12/Pid.B/TPK/2009/PN.Jkt.Pst.

g.Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor : 01/Pid.B/TPK/2009/PN.Jkt.Pst.

3. Pendekatan konseptual. Pendekatan konseptuan dengan menelaah pandangan- pandangan aparat penegak hukum yakni penyidik, penuntut umum, jaksa pengacara negara dan hakim melalui tindakannya yang terefleksikan melalui berkas perkara, guagatan perdata negara, dan putusan pengadilan serta pendapat para ahli hukum yang berkaitan dengan konsep kerugian negara dalam korelasinya dengan pidana tambahan pembayaran uang pengganti dan gugatan perdata negara dalam rangka pemulihan aset hasil korupsi. Pendekatan konseptual juga dilakukan dengan cara menelaah pandangan atau sikap

(4)

penyidik dan hakim melalui wawancara berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan wewenangnya terkait pemulihan aset hasil korupsi.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang akan dijadikan obyek dan sumber data penelitian adalah lembaga yang berhubungan dengan pemulihan aset hasil korupsi melalui pidana tambahan pembayaran uang pengganti dan gugatan perdata negara yang meliputi, lembaga penyidik perkara korupsi yaitu KPK dan Polri, lembaga pemeriksa dan pemutus perkara, lembaga yang menangani gugatan perdata negara sebagai implikasi UU PTPK, dan lembaga lain yang berhubungan dengan penanganan kerugian keuangan negara. Dalam penelitian ini Penulis mengambil lokasi penelitian yaitu di;

1. Mahkamah Agung RI.

2. Kejaksaan Agung RI.

3. Kementerian Keuangan RI.

4. Badan Pemeriksa Keuangan RI . 5. Mabes Polri.

6. Komisi Pemberantasan Korupsi.

7. Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

8. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan atau PPATK.

D. Pemilihan Responden

Penulis menggali informasi tentang sebab-sebab belum efektifnya instrumen hukum pidana tambahan pembayaran uang pengganti dan gugatan perdata negara dari beberapa sumber yaitu untuk penyidikan dari penyidik di KPK dan Bareskrim Mabes Polri, untuk gugatan perdata negara dari Jamdatun Kejaksaaan Agung RI, untuk putusan pidana tambahan pembayaran uang pengganti dari Hakim Agung Mahkamah Agung, dan untuk pelacakan aset hasil korupsi dari PPATK.

(5)

E. Sumber dan Jenis Data

Yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah tempat dimana data sekunder diperoleh. Penggolongan atas sumber dan jenis data penelitian dapat diklasifikasikan dalam bentuk tabel di bawah ini.

Tabel 1. Sumber dan Jenis Data Penelitian

MASALAH PENELITIAN 1 SUMBER DAN JENIS DATA Mengapa upaya pemulihan aset

perolehan hasil korupsi melalui instrumen hukum pidana berupa pidana tambahan pembayaran uang

pengganti sebagaimana dimaksud dalam UU PTPK belum efektif?

Primer Sekunder

Wawancara Bahan Hukum Primer Menghimpun Putusan Bahan Hukum Sekunder

Rapat koordinasi dan

diskusi Bahan Hukum Tersier MASALAH PENELITIAN 2 SUMBER DAN JENIS DATA

Mengapa upaya pemulihan aset perolehan hasil korupsi melalui instrumen hukum perdata berupa gugatan perdata negara oleh jaksa

pengacara negara sebagaimana dimaksud dalam UU PTPK belum

operatif?

Primer Sekunder

Wawancara Bahan Hukum Primer Menghimpun Putusan Bahan Hukum Sekunder

Rapat koordinasi dan

diskusi Bahan Hukum Tersier MASALAH PENELITIAN 3 SUMBER DAN JENIS DATA

Bagaimanakah mengembangkan model hukum pemulihan aset perolehan hasil korupsi yang tepat?

Primer Sekunder

Wawancara Bahan Hukum Primer Menghimpun Putusan Bahan Hukum Sekunder

Bahan Hukum Tersier

(6)

Dalam penelitian ini sumber datanya yaitu sumber data sekunder berupa bahan-bahan kepustakaan dari undang-undang, buku-buku referensi, jurnal, naskah akademis dan media masa (koran dan majalah serta internet).

Selanjutnya data penelitian dapat dibedakan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diambil langsung dari lapangan, sedangkan data sekunder adalah data yang mendukung keterangan data primer.

Dalam penelitian ini Penulis menggunakan 2 jenis data tersebut dengan tahap pertama mengambil data sekunder dan dilanjutkan tahap kedua pengambilan data primer.

Jenis data sekunder berdasarkan tingkat kekuatan mengikatnya dapat digolongkan menjadi:

1. Bahan hukum primer. Bahan hukum primer merupakan bahan-bahan hukum yang mengikat dalam hal ini peraturan perundangan yang berkaitan dengan pemberantasan tindak pidana korupsi, keuangan negara dan lain-lain.

2. Bahan hukum sekunder. Bahan hukum sekunder memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, misal tulisan-tulisan para ahli yang terkait dengan penggunaan instrument hukum pengembalian asset hasil korupsi, seminar, majalah/koran, RUU Tipikor dan hasil penelitian lainnya.

3. Bahan hukum tersier. Bahan hukum tertier yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, misal Kamus Umum Bahasa Indonesia.

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan Penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut;

1. Pengumpulan data primer. Data primer diperoleh dengan cara:

a. Wawancara langsung dilakukan kepada penyidik KPK Yudi Kristiana, penyidik perkara tipikor Dittipikor Bareskrim Mabes Polri AKBP Djoko Poerwanto jabatan Kasubbag Ops Diitipikor, Bambang Setyo Wahyudi

(7)

Jamdatun Kejaksaan Agung RI, Komariah Sapradjaja Hakim Agung Mahkamah Agung RI dan Zaenuddin Panmud Pidana Mahkamah Agung RI.

b. Menghimpun seluruh putusan perkara korupsi yang ditangani KPK selama 5 tahun yaitu tahun 2007 sampai dengan 2012 yang telah berkekuatan hukum tetap khusus perkara tipikor dengan penerapan Pasal 2 dan 3 UU PTPK, dan mengambil rekapitulasi data aset hasil korupsi yang dapat diamankan oleh penyidik Polri selama 5 tahun dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2012 dalam rangka pemulihan aset hasil korupsi.

c. Mengikuti rapat dan diskusi acara pembekalan oleh pejabat KPK pada Rapat Koordinasi Pengawasan Kemhan dan TNI TA 2015 dan TA 2016 di Mabes TNI Cilangkap.

2. Pengumpulan data sekunder. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dengan cara studi kepustakaan. Data sekunder meliputi bahan-bahan kepustakaan berupa bahan atau sumber primer, meliputi buku-buku, kertas kerja atau makalah seminar-seminar, pembekalan, rapat-rapat , majalah, disertasi, peraturan perundang-undangan, rancangan undang-undang dan sebagainya.

G. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan pola sehingga dapat ditentukan dengan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Dalam penelitian ini Penulis menggunakan analisa data sosiologis-kualitatif. Sosiologis karena penelitian ini lebih menekankan pada manifestasi makna-makna simbolik para perilaku sosial sebagai tampak dalam interaksi antar mereka dalam hal ini para aparat penegak hukum yaitu penyidik, jaksa pengacara negara dan hakim, serta pejabat di Kementerian dan Lembaga negara dalam memaknai peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan tindak pidana korupsi dan pemulihan aset hasil korupsi. Kualitatif karena merupakan analisis data yang berasal dari hasil wawancara dengan para nara sumber serta putusan-putusan

(8)

pengadilan tindak pidana korupsi khususnya terhadap data penjatuhan pidana tambahan pembayaran uang pengganti dan putusan gugatan perdata negara.

Dalam analisa data penelitian disertasi ini, dilakukan melalui tahap-tahap ; 1. Analisa terhadap jenis penelitian hukum doktrinal. Analisa dilakukan

dengan menggunakan metode analisis normatif kualitatif. Metode analisis normatif beranjak dari norma dalam peraturan perundang-undangan terkait dengan pemulihan aset hasil korupsi sebagai hukum positif, selanjutnya analisa kualitatif diarahkan pada data yang berasal dari data sekunder.

2. Analisa terhadap jenis penelitian hukum non doktrinal. Analisa dilakukan dengan menggunakan analisis interaktif. Menurut Miles dan Hubermen, pengumpulan data dilakukan dengan tiga tahap yaitu; tahap reduksi, tahap penyajian data dan tahap penarikan kesimpulan dan verifikasi data.121 Penalaran yang digunakan dalam penelitian disertasi ini adalah metode penalaran induktif dan sekaligus deduktif. Induktif dilakukan dengan menelaah kasus perkasus berdasarkan data yang diperoleh, dianalisa yang dilanjutkan dengan menarik kesimpulan. Penalaran deduktif dilakukan dengan menelaah norma dalam peraturan perundang-undangan yang bersifat umum yang telah dijabarkan atau dioperasionalkan melalui putusan hakim atau tindakan hukum aparat penegak hukum terkait penegakan hukum pemulihan aset hasil korupsi.

121 www.menulisproposalpenelitian.com, 20 Februari 2017, 20.56

Referensi

Dokumen terkait

keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia dan Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia dan berbudi

2ingkungan pengendalian sangat dipengaruhi oleh sejauh mana indi0idu mengenali mereka yang akan dimintai pertanggungjawaban. &ni berlaku sampai kepada

PERTAMA : Menetapkan cara untuk menyepakati waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan yang mencerminkan kesepakatan bersama dengan masyarakat (melalui

Pada umumnya lebar bagian tapak dapat diambil sebesar (0,45 s/d 0,75) H, dimana H adalah tinggi dinding penahan yang dihitung dari dasar tapak ke ujung atas dinding

Apabila nilai yang didapatkan pada bab sebelumnya kurang dari 75, maka akan muncul soal dengan tingkat kesulitan rendah seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 3.17.

Dengan adanya uji coba sistem diklat sebagai validasi, memiliki beberapa manfaat, diantaranya: (1) menghasilkan sistem diklat yang valid, baik standar kurikulum,

Penghargaan yang mendalam penulis sampaikan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Bima yang telah memberikan kesempatan dan dukungan dana bagi penulis untuk mengikuti pendidikan

relapse pada kelompok kontrol karena nilai signifikasnsi lebih besar dari 0.05. Hasil Evaluasi Program Pelatihan Efikasi Diri dan Pemahaman Materi. 1) Hasil Analisis Program