• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI "

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN LEMBAGA PENGEMBANGAN TILAWATIL QURAN DALAM PEMBINAAN QARI’ DAN QARI’AH

DI KABUPATEN TEBO

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Mendapat Gelar Magister Program Studi Manajemen Pendidikan Islam

Konsentrasi Pendidikan Agama Islam

OLEH:

MUHAMMAD ZAKI NIM: MPA.172765

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

TAHUN 2021

(2)

i

(3)

ii

KEMENTERIAN AGAMA RI UNIVERSITAS ISLAM

SULTHAN THAHA SIFUDDIN JAMBI PASCASARJANA

Alamat : Jalan Arif Rahman Hakim Telanaipura jambi, Telp. (0741) 60731 Fax. (0741) 60548 e-mail : ppsiainstsjambi@yahoo.com

Jambi, 20 Juni 2021 Pembimbing I : Prof. Dr. H. Husein Ritonga, MA

Pembimbing II : Dr. Minah El Widda, M.Ag

Alamat : Pascasarjana UIN STS Jambi Kepada Yth.

Jl. Arif Rahman Hakim Bapak Direktur

Telanai Pura, Kota Jambi Pascasarjana UIN STS Jambi di

Jambi NOTA DINAS

Assalamu’alaikum, Wr, Wb

Setelah membaca dan mengadakan perbaikan sesuai dengan persyaratan yang berlaku di Pascasarjana UIN Sulthan Thaha Syaifudin Jambi, maka kami berpendapat bahwa tesis saudara Muhammad Zaki dengan judul : Manajemen Lembaga Tilawatil Qur’an dalam Pembinaan Qori dan Qori’ah di Kabupaten Tebo telah memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Megister Pendidikan dalam Konsentrasi Pendidikan AgamaIslam pada program Pascasarjana UIN STS Jambi

Demikianlah yang dapat kami sampaikan kepada Bapak, semoga bermanfaat bagi kepentingan agama, nusa dan bangsa.

Wassalamu’alaikum, Wr, Wb

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. H. Husein Ritonga, MA Dr. Minah El Widda, M.Ag NIP : 1958702189986031003 NIP : 197009071997032003

(4)

iii

(5)

iv

KEMENTERIAN AGAMA RI UNIVERSITAS ISLAM

SULTHAN THAHA SIFUDDIN JAMBI PASCASARJANA

Alamat : Jalan Arif Rahman Hakim Telanaipura jambi, Telp. (0741) 60731 Fax. (0741) 60548 e-mail : ppsiainstsjambi@yahoo.com

PENGESAHAN PERBAIKAN UJIAN TESIS

Tesis dengan Judul : Manajemen Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an dalam Pembinaan Qori dan Qori’ah di Kabupaten Tebo yang telah mengikuti ujian tesis di Pascasarjana UIN STS Jambi pada :

Hari : Kamis

Tanggal : 29 April 2021 Pukul : 10.00 – 11.30 WIB Tempat : (Aplikasi Zoom) Online

Nama : Muhammad Zaki

NIM : MMP. 172765

Telah diperbaiki sebagaimana hasil ujian diatas dan telah diterima sebagian dari persyaratan untuk wisuda dalam konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Pasca Sarjana UIN STS Jambi

PENGESAHAN PERBAIKAN UJIAN TESIS

Nama Tanda Tangan Tanggal

Dr. Badarussyamsi, S.Ag., MA (Ketua Sidang)

Prof. Dr. H. A. Husein Ritonga, MA (Pembimbing I)

Dr. Minnah Elwiddah, M.Pd.I (Pembimbing II)

Dr. H. Umar Yusuf, MH.I (Penguji I)

Dr. H. Muhammad Fadhil, M.Ag (Penguji II)

Jambi, Mei 2021

Mengetahui Wakil Direktur Pascasarjana

Dr. Badarussyamsi, S.Ag., MA

(6)

v

MOTTO

َﻖَﻠَﺧ يِﺬﱠﻟٱ َﻚﱢﺑَر ِﻢ ۡﺳﭑِﺑ ۡأَﺮۡﻗٱ ٍﻖَﻠَﻋ ۡﻦِﻣ َﻦ َٰﺴﻧِ ۡﻹٱ َﻖَﻠَﺧ ١

ُمَﺮ ۡﻛَ ۡﻷٱ َﻚﱡﺑَرَو ۡأَﺮۡﻗٱ ٢

ِﻢَﻠَﻘۡﻟﭑِﺑ َﻢﱠﻠَﻋ يِﺬﱠﻟٱ ٣ ۡﻢَﻠ ۡﻌَﯾ ۡﻢَﻟ ﺎَﻣ َﻦ َٰﺴﻧِ ۡﻹٱ َﻢﱠﻠَﻋ ٤

٥

Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

(Q.S. Al ‘Alaq : 1-5).12

PERSEMBAHAN

12 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2006), hal. 479.

(7)

vi

Tesis ini kupersembahkan kepada kedua orag tua Ayahanda H. Ahmad Jafar

Ibunda Hj. Zubaidah Binti H. Muhammad Kasim Hj. Saidah (Ibu Mertua)

Anak –anakku yang kusayangi Fajrin Adili Azhari, SP dan Widya Najmatul Mutidiah, S.Pd.I dan Riki

Rifqi Rahmatullah Alfarisi, LC

Cucu-cucuku yang tersayang Laits Arkana Azmi bin Fajrin

Alsyura Azhari Binti Fajrin Zea Alzanzea bin Riki

Dan

Istriku Tercinta

Iip Syarifatun ….Bibti Moh. Sholeh

Manajemen Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran dalam Pembinaan Qari’ dan Qari’ah di Kabupaten Tebo

(8)

vii

Oleh:

Muhammad Zaki, NIM. MMP 172765 ABSTRAK

Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an merupakan suatu lembaga yang bergerak secara independen di bidang agama guna mencipta dan mewujudkan masyarakat yang qur’ani melalui dakwah.

Pembentukan LPTQ didasarkan atas Surat Keputusan Bersama (SKB) oleh Manteri Agama dan Menteri Dalam Negeri pada tanggal 5 Mei tahun 1977. Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an Kabupaten Tebo dalam Implementasinya ialah mencari, mengkrekrut, melatih, membina, dan mengikuti proses keikutsertaan peserta dalam lomba MTQ dan STQ baik dalam Kabupaten, Provinsi termasuk SDM manusia dalam pengelolaan dana operasional.

Kajian ini ialah penelitian kualitatif menggunakan metode deskriptif yang dilaksanakan di LPTQ Kabupaten Tebo. Teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data pada kajian ini terdiri atas reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data.

Serta pengecekan keabsahan data adalah menggunakan teknik triangulasi.

Hasil temuan dalam kajian ini memperlihatkan bahwa bentuk manajemen yang sudah dilakukan oleh LPTQ Kabupaten Tebo kurang baik atau kurang maksimal, kenyataan ini bisa dilihat secara langsung dilapangan bahwa qori dan qori’ah Kabupaten Tebo belum bisa berkompetensi atau bersaing di ajang lomba MTQ pada setiap tahun, baik di tingkat Kabupaten hingga Provinsi. Perihal ini terjadi karena juga masih adanya kendala bagi LPTQ dalam pembinaan yang dilakukan, hal ini dikarenakan keterbatasan anggaran, masih mengandalkan peserta dari luar daerah, ketergantungan pelatih dan pembina dari luar daerah, serta tidak adanya sarana dan prasarana yang mendukung untuk kegiatan pembinaan secara berkesinambungan. Hal ini tentu sudah sangat jelas menjadi kendala bagi LPTQ untuk menciptakan qori dan qoriah yang berkualitas. Selanjutnya upaya yang dilakukan oleh LPTQ ialah dengan cara melakukan perencanaan dalam bentuk rapat kerja daerah, Melaksanakan Pembinaan / TC kafillah, dan melakukan pembinaan kepada pengurus LPTQ Kecamatan.

Kata Kunci: Manajemen, Pembinaan

(9)

viii

Management of the Tilawatil Quran Development Institute in the Coaching of Qari and Qari in the District of Tebo

By:

Muhammad Zaki, NIM. MMP 172765 ABSTRACT

The Tilawatil Qur'an Development Institute is an institution that operates independently in the field of religion in order to create and realize a quranic society through preaching. The formation of the LPTQ was based on a Joint Decree (SKB) by the Minister of Religion and the Minister of Home Affairs on May 5, 1977. The Tilawatil Qur'an Development Institute in Tebo Regency in its implementation is to find, recruit, train, foster, and follow the process of participating in the competition. MTQ and STQ in both districts and provinces, including human resources in managing operational funds.

This study is a qualitative research using descriptive methods carried out in the LPTQ Tebo Regency. Data collection techniques are observation, interviews, and documentation. Data analysis techniques in this study consisted of data reduction, data presentation, and data verification. And checking the validity of the data is to use the triangulation technique.

The findings in this study show that the form of management that has been carried out by the Tebo Regency LPTQ is not good or not optimal, this fact can be seen directly in the field that the qori and qori'ah of Tebo Regency cannot compete or compete in the MTQ competition every year, both at the district to provincial levels. This case occurs because there are still obstacles for the LPTQ in the coaching carried out, this is due to budget constraints, still relying on participants from outside the region, dependence on trainers and coaches from outside the region, and the absence of supporting facilities and infrastructure for ongoing coaching activities. This is of course a very clear obstacle for LPTQ to create quality qori and qoriah. Furthermore, the efforts made by the LPTQ are by planning in the form of regional work meetings, implementing Kafillah Coaching / TC, and providing guidance to the Sub-district LPTQ administrators.

Keywords: Management, Coaching

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan segala syukur bagi petunjuk, nikmat, maupun iradah Allah SWT, Tuhan Yang Mahaesa, sehingga tesis ini bisa tuntas. Salawat dan salam dihadiahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat bagi sekalian alam.

Penulisan tesis ini bertujuan guna melengkapi sebagian syarat guna mendapatkan gelar magister (S2) dengan konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam (MPI), Prodi Magister Pendidikan Islam, Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Tesis ini, selama proses penulisan berlandaskan pada beragam literatur yang berkaitan dengan penguasaan karakteristik peserta didik dalam hal ini yang berkenaan dengan pembinaan qari’ dan qari’ah.

Penulisan tesis berdasar kajian lapangan selama tiga bulan dan terlaksana di LPTQ Kabupaten Tebo, berlokasikan di Jln. Lintas Tebo – Bungo KM. 12 Komplek Perkantoran, Desa Sungai Alai Kec. Tebo Tengah Kab. Tebo, dengan judul: Manajemen Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran Dalam Pembinaan Qori’ Dan Qori’ah di Kabupaten Tebo.

Selama berproses dalam menyelesaikan tesis, terdapat banyak pihak yang turut bercampur tangan secara langsung ataupun tidak langsung. Atas dasar itulah. Pada kesematan kali ini penulis mengucap rasa terima kasih dan memberi apresiasi tinggi teruntuk:

1. Prof. Dr. H. Ahmad Syukri, S.S., M.Ag. selaku Direktur Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

2. Prof. Dr. H. Husen Ritonga, M.A. dan Bapak Dr. Minnah Elwidda, M.Ag., selaku Pembimbing I dan Pembimbing II.

3. Dr. Minnah El Widdah, M.Ag. selaku Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Pascasarjana UIN STS Jambi.

4. Kepala Kesejahteraan Masyarakat kabupaten Tebo yang telah memberikan izin penelitian

5. Ketua Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran LPTQ Kabupaten Tebo.

6. Para Anggota Pengurus LPTQ dan Peserta qori dan qori’ah Binaan LPTQ Kabupaten Tebo.

7. Bapak dan Ibu Dosen Pascasarjana UIN STS Jambi.

8. Bapak dan Ibu Staf Pascasarjana UIN STS Jambi.

9. Kawan-kawsan satu perjuangan Pascasarjana UIN STS Jambi.

(11)

x

10. Seluruh komponen yang sudah memberi sumbangsih bagi penulis yang tidak bisa penulis sampaikan keseluruhan.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan, masukan dan respons untuk menyempurnakan tesis ini bakal penulis terima. Penulis memiliki harapan agar tesis ini bisa memberi kegunaan bagi para pembaca. Akhir kata, penulis mengucap terima kasih.

Tebo, Juni 2020 Penulis

Muhammad Zaki NIM. MMP 172765

(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...

LEMBAR LOGO ... i

HALAMAN NOTA DINAS ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Fokus Penelitian ... 5

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN ... 6

A. Landasan Teori ... 6

1. Manajemen ... 6

2. Pembinaan ... 10

3. Pengertian Tilawatil Qur’an ... 20

4. Pembinaan Qari’ dan Qari’ah ... 22

5. Tujuan mempelajari Seni Baca Al Qur’an ... 30

6. Macam-macam seni baca Al Qur’an ... 32

B. Penelitian yang Relevan ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 40

A. Pendekatan Penelitian ... 40

B. Setting dan Subjek Penelitian ... 41

C. Jenis dan Sumber Data ... 42

D. Teknik Pengumpulan Data ... 44

E. Teknik Analisis Data ... 46

F. Uji Keterpercayaan Data ... 47

G. Pelaksaaan dan Waktu Penelitian ... 47

(13)

xii

BAB IV DESKRIPSI LOKASI, TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISIS

HASIL PENELITIAN ... 50

A. Deskripsi Lokasi Penelitian (Situasi Sosial) ... 50

1. Sejarah Perkembangan LPTQ Kabupaten Tebo ... 50

2. Kantor LPTQ Kabupaten Tebo ... 50

3. Tugas pokok dan fungsi LPTQ Tebo ... 50

4. Struktur Kepengurusan LPTQ Tebo ... 52

B. Temuan Penelitian dan Analisis Hasil Penelitian ... 57

1. Temuan Penelitian ... 57

a. Manajemen LPTQ dalam Pembinaan Qori dan Qoriah di Kabupaten Tebo ... 57

b. Faktor Penghambat dan Pendukung LPTQ dalam Pembinaan Qori dan Qori’ah di Kabupaten Tebo ... 71

c. Upaya yang dilakukan LPTQ dalam Pembinaan Qori dan Qoriah di Kabupaten Tebo ... 99

2. Analisis Hasil Penelitian ... 52

BAB V PENUTUP ... 112

A. Kesimpulan ... 112

B. Implikasi ... 113

C. Rekomendasi ... 115

D. Saran ... 116

E. Kata Penutup ... 117 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN CURRICULUM VITAE

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 : Keadaan Pelatih Pusat ... 53

Tabel 4.2 : Keadaan Pelatih Provinsi ... 54

Tabel 4.3 : Keadaan Pelatih Kabupaten Tebo ... 55

Tabel 4.4 : Keadaan Pendamping Kegiatan ... 56

Tabel 4.5 : Keadaan Qori ... 57

Tabel 4.6 : Keadaan Qori’ah ... 59

(15)

xiv

(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Islam ialah kepercayaan atau agama yang memiliki sifat umum dan berprinsip rahmatan lil’alamin. Segala pembelajaran yang termuat dalam islam memiliki tujuan guna memberikan kesejahteraan bagi manusia, baik lahir-batin maupun dunia-akhirat. Perihal ini bisa terwujud jika pembelajaran Islam tersampaikan ke manusia melalui cara atau upaya yang bijak, berdasar pada kondisi yang tengah terjadi di lingkungan masyarakat. Islam pun turut berkontribusi dalam merancang komitmen untuk masing-masing individu muslim guna mengimplementasikan segala ajaran dengan memanfaatkan dakwah Islamiyah. Sebagai wadah untuk dakwah tersebut maka dibentuklah Surat Keputusan Bersama (SKB) oleh Manteri Agama dan Menteri Dalam Negeri tanggal 5 Mei tahun 1977 terkait keberadaan LPTQ (Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran) Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan.

Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) merupakan lembaga atau wadah untuk qori dan qori’ah menimba ilmu, menggali dan mengembangkan potensi diri, keterampilan di pembacaan Al-Quran, tahfizh dan dibidang lainnya. Selain itu, LPTQ juga berfungsi guna mengadakan MTQ dan STQ di tingkatan kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, maupun skala nasional.

Melalui momentum musabaqah tilawatil qur’an (MTQ), paling tidak terdapat dua jenis misi yang ingin dicapai umat Islam di Indonesia. Tahap awal, yaitu syiar Islam. Meskipun nilat bijak pada aktivitas ini ialah karena Allah saja, musabaqah ini tidak terlepas dari dimensi sosial sebagai spektakel. Kedua, bertujuan internal. Melalui penyelenggaraan lomba yang intens dengan mempertemukan setiap jagoan antar wilayah dengan dimulai dari tingkat kecamatan sampai skala internasional, bertujuan supaya pemilik kebijakan di keseluruhan wilayah terdorong guna memberi dukungan terkait pembelajaran Alquran. Pembelajaran atau Belajar Al

(17)

Qur’an merupakan kewajiban bagi ummat Islam sebagaimana dijelaskan dalam hadist Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam.

Sebagaimana terang beliau “Dalam kitab Shahihnya, Imam Al- Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari Hajjaj bin Minhal dari Syu’bah dari Alqamah bin Martsad dari Sa’ad bin Ubaidah dari Abu Abdirrahman As-Sulami dari Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda :

ْﻢُﻛُﺮْﯿَﺧ ْﻦَﻣ

َﻢﱠﻠَﻌَﺗ َنآ ْﺮُﻘْﻟا

ُﮫَﻤﱠﻠَﻋَو

Artinya : “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.”13

Masih dalam hadits riwayat Al-Bukhari dari Utsman bin Affan, tetapi dalam redaksi yang agak berbeda, disebutkan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda :

ﮫَﻤﱠﻠَﻋَو َنآ ْﺮُﻘْﻟا َﻢﱠﻠَﻌَﺗ ْﻦَﻣ ْﻢُﻜَﻠَﻀْﻓَأ ﱠنِإ

ُ◌ .

Artinya : Sesungguhnya orang yang paling utama di antara kalian adalah yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.”14

Dalam dua hadits di atas, terdapat dua amalan yang dapat membuat seorang muslim menjadi yang terbaik di antara saudara-saudaranya sesama muslim lainnya, yaitu belajar Al-Qur`an dan mengajarkan Al- Qur`an. Tentu, baik belajar ataupun mengajar yang dapat membuat seseorang menjadi yang terbaik di sini, tidak bisa lepas dari keutamaan Al-Qur`an itu sendiri.

Dalam pengembangannya Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) perlu adanya manajemen yang baik sesuai dengan bentuk manajemen konvensional maupun manajemem qur’ani. Dari manajemen itu sendiri dapat berfungsi untuk mengatur semua kegiatan yang berkaitan

13 Al-Bukhari, Abu Abdullah Muhammad bin Ismail, Ensiklopedia Hadits 2; Shahih Al- Bukhari 2, Jakarta: Almahira, Terj. Cet. 1, 2012. Hal 133

14 Al-Bukhari, Abu Abdullah Muhammad ibn Ismail. 2003. Shahih Bukhari. Beirut: Darul Fikri. hal 145

(18)

dengan pelaksanaan organisasi, peran, rencana, mengarahkan, mengorganisasian, maupun mengawasi guna memperoleh tujuan yang telah ditentukan berkat dukungan sumber daya organisasi (man, money, material, mechine, and method) seefektif mungkin.15

Dalam hadist An Nasa’i Rasulallah SAW bersabda :

ﺎَﻧ َرَﺑْﺧ ُدﱠﻣَﺣُﻣ ُنْﺑ ٍﻊِﻓا َر َلﺎَﻗ ﺎَﻧَﺛﱠدَﺣ ُدْﺑَﻋ ِقاﱠزﱠرﻟا َلﺎَﻗ ﺎَﻧَﺄَﺑْﻧَأ ٌرَﻣْﻌَﻣ ْنَﻋ َبوﱡﯾَأ ْنَﻋ ﻲِﺑَأ َﺔَﺑ َﻼِﻗ ْنَﻋ ﻲِﺑَأ ِثَﻌْﺷَ ْﻷا ْنَﻋ ِداﱠدَﺷ ِنْﺑ ٍس ْوَأ َلﺎَﻗ ُتْﻌِﻣَﺳ ْنِﻣ ِّﻲِﺑﱠﻧﻟا ﻰﱠﻠَﺻ ُﱠ›ا ِﮫْﯾَﻠَﻋ َمﱠﻠَﺳ َو ِنْﯾَﺗَﻧْﺛ َلﺎَﻘَﻓ ﱠنِإ َﱠ›ا ﱠزَﻋ َو ﱠلَﺟ َبَﺗَﻛ َنﺎَﺳْﺣ ِ ْﻹا ﻰَﻠَﻋ ِّلُﻛ ٍءْﻲَﺷ اَذِﺈَﻓ ْمُﺗْﻠَﺗَﻗ اوُﻧِﺳْﺣَﺄَﻓ َﺔَﻠْﺗِﻘْﻟا اَذِإ َو ْمُﺗْﺣَﺑَذ اوُﻧَﺳْﺣَﺄَﻓ َﺢْﺑﱠذﻟا َو ﱠد ِﺣُﯾْﻟ ْمُﻛُدَﺣَأ ُﮫَﺗ َرْﻔَﺷ ﱠمُﺛ ْح ِرُﯾِﻟ ُﮫَﺗَﺣْﯾِﺑَذ

Artinya : “Sesungguhnya Allah mewajibkan perbuatan yang dilakukan dengan baik dalam segala hal, jika kamu membunuh binatang maka lakukanlah dengan cara yang baik, jika kamu mau menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik, pertajamlah alat potongnya, kemudian istirahatkanlah binatangnya.” (HR. an-Nasa’i)16

Jika dikaitkan dengan manajemen secara umum, maka hadis tersebut menganjurkan pada umat Islam agar mengerjakan sesuatu dengan baik dan selalu ada peningkatan nilai dari jelek menjadi lebih baik.

Manajemen adalah melakukan sesuatu agar lebih baik. Perbuatan yang tidak ada manfaatnya adalah sama dengan perbuatan yang tidak pernah direncanakan.

Selanjutnya dalam hadist bukhori Rasulullah SAW bersabda :

ِﻌَﺳ ﻲِﺑَأ ْﻦَﻋ َﺔَﻤَﻠَﺳ ﻮُﺑَأ ﻲِﻨَﺛﱠﺪَﺣ َلﺎَﻗ ﱢيِﺮْھﱡﺰﻟا ْﻦَﻋ ُﺲُﻧ ﻮُﯾ ﺎَﻧَﺮَﺒْﺧَأ ُناَﺪْﺒَﻋ ﺎَﻨَﺛﱠﺪَﺣ ٍﺪ ْﯿ

ِﺑ ُﮫَﻟ ﱠﻻِإ ٌﺔَﻔْﯿِﻠَﺧ ُﻒِﻠْﺨُﺘْﺳا ﺎَﻣ َلﺎَﻗ َﻢﱠﻠَﺳ َو ِﮫْﯿَﻠَﻋ ُ ﱠﷲ ﻰﱠﻠَﺻ ﱠﻲِﺒﱠﻨﻟا ْﻦَﻋ ﱢيِرْﺪُﺨْﻟا ْﺄَﺗ ٌﺔَﻧ ﺎَﻄ

ِﮫْﯿَﻠَﻋ ُﮫﱡﻀُﺤَﺗَو ﱢﺮﱠﺸﻟﺎِﺑ ُهُﺮُﻣ ْﺄَﺗ ٌﺔَﻧ ﺎَﻄِﺑ َو ِﮫْﯿَﻠَﻋ ُﮫﱡﻀُﺤَﺗَو ِﺮْﯿَﺨْﻟﺎِﺑ ُهُﺮُﻣ ْﻦَﻣ ُمﻮُﺼْﻌَﻤْﻟاَو ُﱠﷲ َﻢَﺼَﻋ

Artinya : “Seseorang tidak diutus sebagai khalifah kecuali memiliki 2 niat, yaitu memerintahkan dan mendorong pada kebaikan dan

15 Ma’ruf Abdullah, Manajemen dan Evaluasi Kinerja Karyawan, (Yogyakarta: Aswaja Persindo, 2016), cet. II, hal. 2.

16 An-Nasa‟i, Al Hafidz Jalaluddin Asy Syuyuti As Saidin. 1138 H. Sunan An Nasa’i.

Beirut: Darul Ma‟rifah. Juz I. Hal 107

(19)

memerintahkan dan mendorong pada kejelekan. Orang yang menjaga (dari kejelekan) adalah yang dijaga Allah.” (HR. al- Bukhori)17

Jika dikaitkan dengan manajemen, hadis ini mendorong umatnya untuk melakukan segala sesuatu secara terorganisir dengan rapi.

Dari hadist diatas dapat menerangkan bahwa manajemen yang baik merupakan manajeman yang efektif dalam pengelolaanya dalam sebuah organisasi. Maksud dari seefektif mungkin adalah selama pelaksanaan pekerjaan organisasi yang mempergunakan sumber daya organisasi perlu dilaksanakan secara cermat supaya tanpa terjadi pemborosan. Masing-masing pemborosan yang terjadi selama pemakaian sumber daya organisasi sekecil apapun memiliki arti sebuah kerugian. Bila sudah mengalami rugi, maka tidak akan efektif sebab tolok ukur seefektif tersebut ialah tanpa mengalami pemborosan yang berakibat pada kerugian sebagai hal yang patut dijauhi oleh organisasi. Berbicara mengenai pemborosan dalam al qur’an juga dijelaskan pada Surah Al Isra’

Ayat 27 :

¨bÎ) tûï͑Éj‹t6ßJø9$#

(#þqçR%x.

tbºuq÷zÎ) ÈûüÏÜ»u‹¤±9$#

(

tb%x.ur ß`»sÜø‹¤±9$#

¾ÏmÎn/tÏ9

#Y‘qàÿx.

ÇËÐÈ

Artinya : Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya (QS. Al Isra’ : 27).18

Ayat diatas sudah sangat jelas melarang melakukan pemborosan yang dapat menyebabkan kerugian pada diri individu, kelompok, organisasi dan Lembaga.

Selanjutnya Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) merupakan program yang patut dilaksanakan LPTQ (Lembaga Pengembangan

17 Al-Bukhari, Abu Abdullah Muhammad ibn Ismail. 2003. Shahih Bukhari. Beirut: Darul Fikri. hal 110

18 Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Cahaya Intan Cemerlang, 2006), hal. 338

(20)

Tilawatil Quran) pada setiap tahun di tingkat kecamatan, kabupaten/kota nasional maupun Internasional. Dalam mempersiapkan untuk lomba pada MTQ peserta juga harus lebih dikembangkan dan dibina melalui pembinaan yang matang. Pada umumnya pembinaan dikenali sebagai bentuk pengevaluasian terhadap pola kehidupan yang telah terencana.19

Tebo Sebagai salah satu Kabupaten juga memiliki Lembaga LPTQ yang bergerak dibidang MTQ dan STQ. Setiap tahun Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) Kabupaten Tebo selalu mengadakan lomba MTQ dan STQ untuk mencari qori dan qoriah yang memiliki kompetensi dan kualitas yang bagus. Disamping itu LPTQ Kabupaten Tebo selalu mengikuti lomba MTQ pada tingkat Provinsi.

Namun hasil yang diperolehnya belumlah sesuai dengan apa yang diharapkan. Dimana Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) Kabupaten Tebo belum pernah mendapatkan prestasi pada ajang lomba MTQ yang selalu diselenggarakan pada setiap tahun secara bergiliran di Kabupaten/Kota. Tepatnya pada tahun 2018 LPTQ Kabupaten Tebo pernah mendapatkan peringkat ke VIII (Delapan) dari 11 (Sebelas) kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jambi.20

Jika dilihat dari hasil pegamatan penulis pada acara pembinaan qori dan qori’ah yang terselenggarakan pengurus LPTQ Kabupaten Tebo, bahwa potensi dasar yang sudah dimiliki qori dan qoriah sudah cukup baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan pengamatan secara langsung peneliti kepada peserta qori dan qori’ah seperti dalam menguasai tajwid dan bacaan Al Quran, menguasai bermacam suara lagu maupun hafalan selama membaca ayat Al Quran.21 Akan tetapi yang manjadi tugas bersama bagi LPTQ adalah bagaimana kedepannya manajeman pembinaan yang baik dapat menjadikan qori dan qori’an mampu menjadi yang terbaik pada ajang lomba MTQ.

19 Ibid. h. 34

20 Wawancara, Pada Tanggal 10 Februari 2020

21 Observasi, Pada Tanggal 15 April 2020

(21)

Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara penulis dengan ketua LPTQ mengatakan bahwa pembinaan qori dan qori’ah dilaksanakan sebanyak 2 (dua) kali dalam 1 (satu) Tahun sebagai bentuk persiapan mengikuti lomba MTQ tingkat provinsi. Pada acara pembinaan tersebut yang dilakukan oleh pengurus LPTQ Kabupaten Tebo telah berupaya mendatangkan pelatih dan Pembina peserta qori dan qori’ah dari luar daerah setingkat provinsi ataupun pusat. Disamping itu, dukungan pemerintah daerah Kabupaten Tebo dalam bentuk bantuan anggaran belanja khusus untuk kegiatan LPTQ yang dititipkan untuk anggaran belanja kegiatan Kesejahteraan Masyarakat Sekretaris Daerah (Kesra Setda) Kabupaten Tebo sudah cukup membantu walaupun belum dianggarkan oleh pemerintah dan DPRD dari APBD Kabupaten Tebo.

Pernyataan ini disampaikan langsung dari hasil wawancara peneliti dengan ketua Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) Kabupaten Tebo.22

Selanjutnya berdasarkan hasil dokumentasi rapat kerja daerah (Rakerda) Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) Kabupaten Tebo pada 2019, selaku kepala daerah Bupati Tebo Dr. H. Sukandar, S.Kom., M.Si akan memberikan penghargaan dan uang pembinaan bagi peserta yang berhasil dan berprestasi mengahrumkan nama daerah Kabupaten Tebo ditingkat provinsi dalam ajang MTQ tingkat Provinsi dengan memberikan kesempatan Umrah dan Beasiswa pada cabang Tahfizh Qur’an.23

Melalui interview, kajian lapangan, dan pendokumentasian, hasil yang diperoleh sudah seharusnya Kabupaten Tebo mendapatkan kesempatan untuk menjadi kabupaten yang mampu meraih 3 (tiga) besar pada lomba MTQ tingkat provinsi dalam beberapa tahun terakhir ini.

Tetapi pada kenyataannya kabupaten Tebo belum mampu berkompetisi dengan daerah kabupaten/Kota lainnya di bidang MTQ.

22 Wawancara, Pada Tanggal 10 Februari 2020

23 Dokumentasi LPTQ Kabupaten Tebo Tahun 2019

(22)

Berdasarkan pengamatan dini (Grandtour), menjelaskan bahwa manajemen yang dilakukan oleh pengurus LPTQ Kabupaten Tebo kurang baik atau kurang maksimal, sehingga LPTQ Kabupaten Tebo tidak mampu bersaing dengan Kabupaten/Kota lainnya dalam ajang MTQ di Tingkat Kabupaten/Kota. Berdasarkan temuan dilapangan baik interviu, kajian lapangan, maupun pendokumentasian, penulis memiliki ketertarikan guna meneliti lebih lanjut perihal “Managemen Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) dalam Pembinaan Qari’ dan Qari’ah di Kabupaten Tebo ”.

(23)

B. Rumusan Masalah

Sesuai penjelasan di latar belakang, rumusan masalah pada kajian ini, terdiri atas:

1. Bagaimana Manajemen Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) dalam pembinaan Qori dan Qori’ah di Kabupaten Tebo?

2. Apa faktor penghambat dan pendukung Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) dalam pembinaan Qori dan Qori’ah di Kabupaten Tebo?

3. Apa upaya yang lakukan Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) dalam pembinaan Qori dan Qori’ah di Kabupaten Tebo?

C. Fokus Penelitian

Supaya tidak keluar dari tujuan awal penelitian, setidaknya harus terdapat pembatasan masalah, adalah kajian ini terfokus ke bentuk manajemen Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) dalam pembinaan qori dan qori’ah di Kabupaten Tebo

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Ingin mencari tahu perihal manajemen LPTQ dalam pembinaan Qori dan Qori’ah di Kabupaten Tebo.

b. Ingin mengetahui faktor pendukung dan penghambat LPTQ dalam pembinaan Qori dan Qori’ah di Kabupaten Tebo.

c. Ingin mengetahui upaya LPTQ dalam pembinaan Qori dan Qori’ah di Kabupaten Tebo.

2. Kegunaan Penelitian

a. Memberikan gambaran perihal manajemen LPTQ dalam pembinaan Qori dan Qori’ah di Kabupaten Tebo.

b. Memperoleh khazanah keilmuan baru bagi penulis, terkait pemahaman dan penguasaan dalam membaca alquran.

(24)

6

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori

1. Manajemen

Akar kata manajemen ialah “to manage”, mempunyai arti mengatur, mengelola, maupun mengurus. Terdapat penjelasan yang sudah dicetuskan oleh para pakar terkait manajemen. Tetapi, dari beragam penjelasan itu, terdapat beberapa bagian yang bisa menjadi rujukan atau tolok ukur guna memahami manajemen. Bahwa manajemen merupakan tahap yang meliputi serangkaian teknis mengendalikan/mengawasi, mengorganisasi, maupun menggerakan guna menentukan manfaat atas sumber daya lain.24

Menurut para ahli, bermacam penjelasan terkait pemahaman manajemen berdasar pada asumsi, terdiri atas:

a. George R. Terry menyebutkan jika manajemen ialah upaya guna memperoleh tujuan dengan memanfaatkan aktivitas pihak lain.

b. Mery Parker Follet menyebut jika manajemen ialah seni guna menuntaskan pekerjaan dengan bantuan pihak lainnya.

c. Stoner mengemukakan bila manajemen ialah tahap merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, ataupun menggunakan sumber daya organisasi lain supaya memperoleh tujuan yang dikehendaki.

d. Luther Gulick memaparkan bila manajemen ialah keilmuan (science) yang berupaya secara terstruktur guna memahami perihal alaann manusia menjalin kerja sama memperoleh tujuan agar memberi manfaat untuk manusia lain.

24 Saiful Nur Arif, Dasar-dasar Manajemen dalam Teknologi Informasi, Jurnal SAINTIKOM, vol. 5, No. 2, Agustus 2008, hal. 236.

(25)

e. Wibowo menyebut jika manajemen oalah tahap mempergunakan sumber daya organisasi guna memperoleh perencanaan melalui planning, organizing, decision making, leading, dan controling.

f. Robin dan Coulter memaparkan bila manajemen ialah tahap guna merancang kegiatan agar bisa selesai sesuai tujuan dan seefisien mungkin.

Oleh sebab itu, kesimpulan yang didapat menyatakan jika manajemen ialah tahap pemanfaatan sumber daya organisasi melalui pihak/orang lain guna memperoleh tujuan organisasi seefektif mungkin.25

Manajemen ialah perihal krusial yang memengarurhi maupun melebur ke segala aktivitas manusia seperti halnya bernapas. Turut serta pemahaman perihal manajemen, yaitu manusia yang bisa memahami dan kenal akan kapabilitasnya, termasuk kelemahan maupun kelebihan diri sendiri. Manajemen pun memperlihatkan metode yang lebih efisien selama melaksanakan pekerjaan. Definisi manajemen, sesuai pemaparan Siagian, telah dikaji semenjak 1987 Hasil riset itu menyebut bila manajemen ialah kapabilitas dan keterampilan guna memperoleh tujuan melalui aktivitas lain orang. Bahkan, kerapkali orang menyebut jika manajemen ialah profesi maupun keilmuan.

Luther Gulick turut menyebut manajemen sebagai ilmu yang diasumsikan sebagai pengetahuan tersistem: berusaha memahami alasan seseorang menjalin kerja sama yang memberi manfaat bagi manusia lain.

Manajemen sudah sesuai dengan syarat sebagai keilmuan sebab sudah dikaji selama beberapa tahun lamanya dan mempunyai rangkaian teori di praktik manajerial cakupan organisasi. Selaku keilmuan, manajemen pun memiliki sifat umum dan menggunakan kerangkat ilmu yang tersistem, terdiri atas prinsip dan konsep yang benar di masing-masing kondisi.

Perihal ini memperlihatkan bila pengetahuan manajemen bisa diaplikasikan di segala aktivitas organisasi, termasuk pendidikan,

25 Amir Mahmud, “Dinamika Pengembangan Kurikulum Pendidikan di Pesantren Rifaiyah (1974-2014)”, Tesis, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2014, hal. 17.

(26)

pemerintah, keagamaan, sekolah, maupun sosial. Manajemen diperlukan oleh masing-masing organisasi: bila manajer berpengaruhan terkait manajemen dan paham metode penerapannya, berarti dirinya bakal bisa menjalankan fungsi manajerial seefektif mungkin.

Melalui penjelasan dari pakar di atas, definisi manajemen berjudul Manajemen Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran dalam Pembinaan qori dan qori’ah di Kabupaten Tebo ialah tata kelola sumber daya manusia. Organisasi maupun administrasi secara keseluruhan, tergabung, maupun integral menjadi media pendukung bagi metode pelatihan peserta Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) di LPTQ Kabupaten Tebo, guna memperoleh peserta Musabaqah Tilawatil Quran berdaya saing tinggi setingkat provinsi maupun ditingkat nasional. Manajemen memiliki konsep yang kerap mempergunakan paradigma manajemen organisasi nonprofit.

Kajian ini menggunakan teori J. Salusu, menjelaskan bila organisasi nonprofit ialah kelembagaan, organisasi, maupun badan yang tanpa berorientasi pada keuntungan finansial selama memberi pelayanan bagi masyarakat. Bisa pula lembaga nonprofit ini dikenal sebagai korporasi yang tidak membagi-bagi keuntungan ke anggota ataupun pegawai (siswa). Termasuk manajemen pembinaan ke LPTQ Kabupaten Tebo yang memerlukan konstruksi yang terkinseo guna mengkaji pengelolaan perusahaan nonprofit dengan penelaahan pada teori kegorganisasian nonprofit sebagai acuan pemikiran. Hal tersebut layak dimanfaatkan guna memaparkan permasalahan pembinaan yang dilaksanakan LPTQ Kabupaten Tebo agar berdaya saing tinggi setingkat provinsi ataupun nasional.

Tidak sekadar menerapkan filsafat manajemen, aplikasi keilmuan bisa diperhatikan melalui bermacam fungsi manajemen, seperti:

a. George R. Terry yang termuat pada buku miliknya, Priciples Of Management, yaitu POAC (planning, organizing, actuating and controlling)

(27)

b. Koontz, O’donnel & Nielander: merencanakan (planning), melaksanakan pengorganisasian (organizing), mengadakan (staffing), memberi arahan (directing) dan melakukan pengawasan (controlling).

c. Henry Fayol (planning, organizing, commanding, cordinating and controlling).

d. Luther M. Gullick: merencanakan (planning), pengorganisasian (organizing), mengadakan pegawai (staffing), memberi arahan (directing), menyelaraskan/mengoordinasikan (coordinating), melaporkan (reporting), penyusunan pendanaan (budgeting).

e. Bennet Silalahi: merencanakan (palnning), pengambil kewenangan (decision making), dan menatalaksana (implementation), serta fungsi akhir terselesaikan, sesuai besar-kecil perusahaan: melakukan pembinaan (organizational development), memimpin (leading), dan melakukan pengawasan (controlling).

Fungsi manajer (pimpinan) selama menetapkan kebijakan perusahaan cukup penting. Tidak hanya itu, manajer sepatutnya perlu diasumsikan sebagai reformis yang melakukan pembaruan terkait syarat bekerja, situasi bekerja, standar bekerja, pertanggungjawaban terhadap kesejahteraan pegawai, dan sebagainya. Melalui perbaikan dan pembaruan pada manajemen, faktor manajemen bertujuan supaya daya produksi perusahaan meningkat dan daya efektif perusahaan bisa ditingkatkan. Tidak hanya itu, manajemen ilmiah pun turut mencermati prinsip bekerja pegawai di suatu perusahaan.26

Atas dasar itulah, pembagian bekerja (pekerjaan bisa terbagi atas bagian disiplin kerja yang sudah disesuaikan spesialisasinya) selain mengonsentrasikan tenaga kerja terhadap pekerjaan bagak mempermudah usaha mengoptimalkan keterambilan mereka. Oleh sebab itu, biaya pendidikan yang mahal bisa terminimalkan dan pengulangan kembali bakal mengoptimalkan keterambilan tenaga kerja, serta bisa menambah efisiensi kerja.

26 Priyono, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Zifatama, 2007), hal. 3.

(28)

2. Pembinaan

Mitha Thoha memaparkan bila pembinaan merupakan proses, tindakan, hasil, ataupun pernyataan yang lebih baik. Perihal ini memperlihatkan bila terdapat pertumbuhan yang meningkat atas bermacam kemungkinan. Terdapat dua unsur dari penjelasan pembinaan, terdiri atas pembinaan sebagai proses, tindakan, maupun pernyataan tujuan. Penjelasan kedua, pembinaan dapat memperlihatkan perbaikian27

Poerwadarmita (bukharistyle.blogspot.com:2012) mengutarakan bila pembinaan ialah tindakan, upaya, serta aktivitas yang dilaksanakan secara bermanfaat demi mendapat hasil yang lebih baik. Umumnya, pembinaan dikenal sebagai pengevaluasian atas pola kehidupan yang terencana sejak awal. Masing-masing individu berkeinginan guna mewujudkan tujuan itu. Jika tujuan hidup tidak bisa diraih, berarti manusia bakal berupaya menata kembali pola hdupnya.

Bina merupakan asal kata pembinaan dengan penambahan pe-an.

Dengan demikian, pembinaan ialah tindakan, usaha, maupun aktivitas yang dilakukan seefektif mungkin guna mendapat hasil yang kian membaik.28 Sebenarnya, pembinaan ialah kegiatan yang dilaksanakan secara terencana, sadar, dan tersistem atas pertanggungjawaban guna menumbuhkan dan meningkatkan kapabilitas ataupun sumber yang tersedia agar memperoleh tujuan.

Pembinaan, sesuai penjelasan Psikologi Pembinaan bisa berarti sebagai usaha merawat dan membawa keadaan yang sepatutnya terjadi atau merawat kondisi. Pada manajemen pendidikan luar sekolah, pelaksanaan pembinaan bertujuan supaya aktivitas atau program yang tengah terselenggara berdasar pada tujuan awal tanpa menyimpang.

Berdasar pada konsep, pembinaan akar katanya berasal dari kekuasaan/keberdayaan (power). Sebab, gagasan utama pembinaan berkaitan dengan konsep perihal kekuasaan. Kerapkali kekuasaan terkait

27 Wibowo, Manajemen Kinerja, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2016), hal. 365.

28 http://www.artikata.com/arti-360090-pembinaan.html, diakses 18 Januari 2020

(29)

dengan kapabilitas seseorang guna menjadikan mereka bertindak sesuai keinginan peminta tanpa melepaskan kehendak mereka.29

Pembinaan, merujuk etimologis, berakar kata bina. Bahwa pembinaan ialah perancangan, cara membina, pembaruan, upaya, maupun tindakan atau aktivitas yang diselenggarakan berdaya guna dan berhasil secara baik. Pada penyelenggaraan, sepatutnya pembinaan berdasar pada efektivitas dan pragmatis, yaitu bisa memberi penjelasan terkait penyelesaian masalah dan berdasar pada fakta agar bermanfaat baik.

Masdar Helmi menyebut terkait pembinaan sebagai perihal uapaya dan aktivitas terkait merencanakan, mengorganisasikan, dan mengendalikan segala hal dengan arah maupun keteraturan yang jelas.

Ketidaktercapainya harapan bakal memengaruhi kondisi individu secara mental ataupun psikis. Pada kondisi tersebut, pembinaan berperan guna mengistirahatkan mental individ itu agar membantunya bangkit dan bisa merencanakan ulang demi hasil yang lebih baik. Begitu pun dengan penjelasan di Perundang-Undangan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 mengenai pengoperasian pada Pasal 60, Pasal 61, dan 62, dilaksanakan melalui pemerhatian kondisi dan kepentingan ekonomi nasional.

Bahwa pembinaan berakar kata dari bahasa Arab (), berarti mendirikan, membangun, maupun membina.30 Masing-masing organisasi bisnis ataupun pemerintahan berharap akan sumber daya manusia yang mampu berkontribusi sebaik mungkin bagi perusahaan. Tetapi, dalam praktiknya langsung, kerap dijumpai kapabilitas sumber daya manusia belum bisa memenuhi keinginan/kehendak pimpinan. Pembinaan ialah usaha melalui pendidikan formal ataupun nonformal yang dilaksanakan secara sadar, terencana, tersistem, dan penuh tanggung jawab guna mengenalkan, meningkatkan, memberi bimbingan, dan mengembangkan

29 Ibid.

30 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: Yayasan Penafsiran Alquran, 2010), hal. 73.

(30)

asas kepribadian yang berimbang, terintegrasi, dan berdasar bakat/keterambilan. Pembinaan tersebut pun memuat keinginan atas kapabilitas sebagai bekal bagi individu atau organisasi guna pemerkasa sendiri, mengoptimalkan, dan mengembangkan diri sendiri bagi lingkungan atau diri sendiri ke arah yang lebih baik.31

Secara umum, manajer diasumsikan kurang baik selama mengoptimalkan kapabilitas. Mereka urung memikirkan atau kerap lupa jika peningkatan sumber daya manusia merupakan aspek penting bagi pekerjaan. Manajer yang melaksanakan peningkatan pada pegawainya secara serius, barangkali bakal bisa menjadikan pegawai itu kian baik dalam bekerja, menciptakan tempat kerja dengan standar atau moral tinggi, dan merawat semangat guna melaksanakan evaluasi bertahap.

Perihal itu bakal baik bagi pegawai ataupun bagi manajer.32 Berdasar pada penjelasan di bahasa Indonesia, pembinaan memiliki arti sebagai respons, aktivitas, maupun usaha berdaya guna serta berhasil mendapat hasil yang baik. Pembinaan bermakna yang berakar kata bimbingan:

mengarahkan, mengembangkan, dan menyempurnakan keahlian individu supaya lebih baik berdasar harapan dari pihak pembina.

Sudah menjadi kewajiban pemimpin atau manajer agar bisa memaksimalkan sumber daya manusia yang tersedia di organisasi. Usaha mengembangkan kapabilitas ini terkandung resultan biaya dan waktu yang patut diselenggarakan pimpinan atau organisasi. Tetapi, perihal itu dikehendaki mampu memberi dampak positif, yaitu mampu meningkatkan kinerja sumber daya manusia yang berakibat langsung ke organisasi.

Sumber daya manusia pada organisasi, meski telah terekrut melalui penyeleksian, tetapi selama bertugas masih berhadapan dengan masalah yang tidak terselesaikan sendiri. Perihal ini masih ada kekurangan terkait kapabiitas pekerja, manajer bisa mengirim mereka ke pelatihan yang terselenggara secara khusus. Program pelatihan bisa dilaksanakan di

31 Simanjuntak, B., I. L Pasaribu, Membina dan Mengembangkan GenerasiMuda, (Bandung: Tarsito, 2010), hlm. 84.

32 Wibowo, Manajemen Kinerja, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2016), hal. 365.

(31)

dalam ataupun di luar. Tetapi, kapabilitas yang ditingkatkan pun bisa dilaksanakan manajer sendiri sebagai entitas dari fungsi kepemimpinan.

Selaku pemimpin, seorang manajer memikul tanggung jawab guna mengoptimalkan kapabilitas dan daya kerja pegawai, maupun metode yang bisa digunakan, seperti coachi ng, mentoring, dan counselling.33

Mangunhardjana menjelaskan bila guna membina, terdapat sekian banyak metode yang perlu dicermati, terdiri atas:

a. Pendekatan informatif (informative approach) ialah metode guna melaksanakan program melalui menginformasikan ke siswa. Pada metode ini, siswa belum mengetahuan dan belum berpengalaman.

b. Pendekatan partisipatif (participative approach), yaitu siswa, pada metode ini, dimanfaatkan agar turut serta dalam pembelajaran bersama.

c. Pendekatan eksperiansial (experienciel approach), yaitu memosisikan siswa ikut serta dalam pembinaan sebagai pembelajaran sejati sebab pengalaman pribadi dan terlibat langsung dalam pembelajaran.34

Manajemen sumber daya manusia ialah keilmuan dan kesenian guna mengatur keterkaitan dan fungsi tenaga kerja supaya lebih efektif agar dapat membantu pencapaian dan perwujudan tujuan organisasi.

Berjalannya waktu dan berkembangnya zaman, tata kelola sumber daya manusia pun kian rumit. Pemerintah menyimpulkan jika tenaga kerja dan pengusaha di International Labour Conference pada 2007 silam memaparkan bila perusahaan yang persisten harus berinovasi, mengadopsi teknologi ramah lingkungan, meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, serta mengoptimalkan daya produksi agar terus berkompetisi di sektor dalam maupun luar negeri. Mereka pun mengaplikasikan praktik kerja berdasar sikap menjunjung tinggi hak dasar di lokasi bekerja dan standar pemburuhan internasional, maupun menjalin hubungan manajemen sumber daya manusia yang baik agar dijadikan

33 Ibid.

34 Mangunhardjana, Pembinaan, Arti dan Metodenya, (Yogyakarta:Kanimus, 2010), hlm.

17.

(32)

peningkatan daya produksi dan penciptaan kelayakan kerja. Asas ini diberlakukan bagi keseluruhan perusahaan.35

Oleh sebab itu, kesimpulan yang didapat menyatakan jika pembinaan ialah tahap belajar guna mengoptimalkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku dengan tujuan memaksimalkan kapabilitas individu/kelompok. Pembinaan tidak sekadar dilaksanakan dalam keluarga atau di lembaga kependidikan, melainkan di kegiatan sehari-hari.

Pembinaan bisa dilaksanakan melalui akitvitas ekstrakurikuler ataupun intrakurikuler. Guna melakukan perencanaan, pengelolaa, dan pengendalian sumber daya manusia dibutuhkan manajerial, yaitu manajemen sumber daya manusia (MSDM). MSDM ini bisa dimengerti sebagai tahap pada organisasi atau sebagai kebijakan (policy).36

Sebagai tahap, Cushway mengungkapkanMSDM sebagai Part of the process that helps the organization achieve its objectives. Penjelasan ini bisa dimaknai sebagai komponen guna memberi bantuan bagi organisasi memperoleh tujuan. Schuler, Dowling, Smart dan Huber turut mendefinisikan MSDM, sebagai:

Human Resource Management (HRM) is the recognition of the importance of an organization’s workforce as vital human resources contributing to the goals of the organization, and the utilisation of several functions and activities to ensure that they are used effectively and fairly for the benefit of the individual, the organization, and society.

Penjelasan itu bisa mengungkap bila MSDM ialah pengakuan perihal pekerja organisasi yang penting guna berkontribusi dalam pencapaian tujuan organisasi dan pemanfaatan beragam peran ataupun aktivitas guna memastikan jika SDM itu dipergunakan seefektif mungkin untuk keperluan perseorangan, organisasi, ataupun bagi lingkup luas.37 Berdasar penjelasan itu, pengukuran efektivitas kebijakan MSDM selama pembuatan di sebagai bentuk bisa ditentukan ke sejauh apa organisasi

35 Sri Lestari, Pengelolaan Diversitas Karyawan Dalam Membangun Keunggulan Kompetitif, Jurnal Fokus Bisnis, Vol.14, No. 1, Juli 2015, hal.4.

36 Priyono, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Zifatama, 2014), hal. 4.

37 Ibid.

(33)

memperoleh kesatuan gerak bagi semua unit organisasi, tingkat komitmen tenaga kerja terkait organisasi dan pekerjannya,hingga tingkatan organisasi menoleransi perubahan agar bisa menentukan keputusan secara tepat dan cepat, termasuk tingkatan mutu keluaran yang diproleh organisasi.38

Pembinaan, sesuai penjelasan psikologi pembinaan, mempunyai arti sebagai usaha merawat dan membawa ke kondisi yang sepatutnya terjadi sesuai tujuan awal. Pada manajemen pendidikan luar seolah, pelaksanaan pendidikan bermaksud supaya aktivitas atau program yang tengah terselenggara relevan dengan perencanaan awal. Secara konseptual, pembinaan/pemberkuasaan (empowerment) berakar kata dari power sebagai kekuasaan/keberdayaan. Oleh sebab itu, gagasan utama dalam pembinaan berkaitan langsung dengan kekuasaan. Kerapkali kekuasaan berkait dengan kapabilitas seseorang guna membantu mereka bertindak sesuai keinginan.

Secara etimologi, pembinaan berakar kata bina. Pembinaan merupakan tahap, tindakan, metode pembinaan, pembaruan, upaya, dan sikap atau akitvitas yang dilaksanakan secara berdaya guna dan berhasil secara optimal. Selama melaksanakan konsep pembinaan, sepatutnya berdasar pada perihal prakmatis dan efektof agar bisa memecahkan masalah secara baik. Maksud dari pragmatis ialah penuntasan masalah berdasar pada fakta sehingga memberi manfaat dan bisa teraplikasikan pada praktiknya.39

Masdar Helmi menyebut pembinaan sebagai usaha dan aktivitas yang berkaitan dengan teknis mengorganisasi dan merencanakan, serta mengendalikan sesuatu secara tersistem. Tidak tercapainya harapan akan memengaruhi kondisi seseorang, termasuk kondisi mental ataupun psikis.

Untuk itu, fungsi pembinaan cukup dibutuhkan untuk memperbarui atau mengistirahatkan diri, terutama pesikis dan mental supaya bisa tidak

38 Thomas S. Bateman and Scott A. Snell, Management Leading and Collaboration in a Competitive Wordl, (New York: McGraw-Hill), e 7, hal. 118-121.

39 Ibid.

(34)

mengalami tekanan dan berujung depresi. Perihal ini amat memberi bantuan terkait usaha mencapai tujuan bagi induvidu yang telah terbina dengan baik.40

Di buku Pembinaan Manajemen Pendidikan Islam disebutkan, jika pembinaan ialah tahap memperoleh kefitrahan Tuhan melalui pemaksimalan pemakaian jasa manusia, peralatan, waktu, uang, maupun prosedur di setiap asas tertentu guna memperoleh tujuan sesuai ketetapan awal. Pembinaan dalam konteks ini mempunyai arti sebagai upaya menentapkan hasil berdasar konsep yang tercantum di setiap jadwal bekerja.41

Perihal ini, pembinaan memperlihatkan ada peningkatan terkait beragam kemungkinan dan unsur yang sesuai dengan definisi pembinaan sebagai proses, tindakan, atay pernyataan atas tujuan, termausk upaya memperoleh tujuan. Bahwa pembinaan mengarah ke “perbaikan” terkait istilah yang difungsikan ke manusia. Atas dasar itulah, sepatutnya pembinaan perlu berorientasi ke permasalahan manusia. Relevan dengan gagasan Miftah Thoha dalam bukunya dengan judul “Pembinaan Organisasi” menjelaskan bila pembinaan ialah tindakan, tahap, atau pernyataan agar kian membaik. Pembinaan ialah sistematika yang penuh keunikan terkait sistem pembaruan maupun perubahan perubahan (change). Pembinaan sebagai pernyataan normatif, yaitu mengungkapkan perubahan dan pembaruan yang terencana.42

Pembinaan berupaya guna memperoleh efektivitas pembaruan dan perubahaan yang dilaksanakan tanpa kenal berhenti. Tri Ubaya Sakti yang dikutip oleh Musanef dalam bukunya dengan judul Manajemen Kepegawaian di Indonesia menyebut jika maksud dari pembinaan, yaitu beragam hal yang berkaitan langsung dengan teknis merancang, menyusun, membangun, mengembangkan, mengarahkan, menggunakan,

40 Ibid. hal. 34

41 Musanef, Sistem Pembinaan Manajemen Pemerintahan di Indonesia, (Cet. II; Jakarta: Gunung Agung, 2011), h. 311..

42 M. Athiyah Al Abrasy, Dasar-Dasar Manajemen Pendidikan Islam (Cet.II; Jakarta: PT.Bulan Bintan, 2015), h. 43.

(35)

maupun mengendalikan secara berdaya guna dan berhasil. Definisi pembinaan diarahkan guna menggambarkan secara jelas terkait pengembangan atau penyusunan guna memperoleh hasil berdasar keinginan bersama.43

Cakupan manajemen pembinaan pendidikan organisasi nonprofit meliputi tiga pilar, terdiri atas 1). Manajemen sumber daya manusia (SDM); 2). Manajemen pembinaan organisasi; serta 3). Manajemen pembinaan administrasi. Manajemen pembinaan organisasi, yaitu tugas yang berkala yang teraplikasikan melalui arahan dan bersikap selaku pimpinan bagi organisasi/lembaga. Perbaikan SDM dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan bimbingan rohani guna mengevaluasi kecerdasan kognitif, psikomotorik, dan efektif. Secara normative mengungkapkan jika perubahan manajemen organisais berpeluang menciptakan daya kerja yang sesuai nilai Al-Quran Sunnah selaku prinsip kerja profesional guna menoperasionalkan lembaga nonprofil. Pada pemahaman menyebut jika organisasi nonprofit memerlukan pembinaan yang bersifat normatif berdasar pada arahan Al-Quran dan Sunnah Rasul SAW sebagai perwujudan dari daya kerja yang menjadi komponen penting dari nilai keislaman.44

French dan Bell dikutip oleh Miftah Thoha dalam bukunya Pembinaan Organisasi menjelaskan karakter utama pembinaan, meliputi menekankan, meski tidak bersifat khusus pada proses organisasi ketimbang muatan yang subtantif. Menekankan ke kerja tim sebagai faktor utama guna mempelajari seefektif mungkin perihal bermacam tingkah laku. Menekankan ke manajemen yang bersifat kerja sama melalui kultur kerja tim. Menekankan ke manajemen yang berkultur sistem menyeluruh.

Melalui kerja secara tim, diharapkan organisasi bisa lebih cair dan

43 Davis, Keith & John W. Newstrom.“Human Behavior at Work: Organizational Behavior (Perilaku Dalam Organisasi)”. Terjemahan: Agus Dharma. (Cet. I; Jakarta:Erlangga, 2011), h. 43.

44 Ibid.

(36)

berkreativitas tinggi dalam mencari bermacam cara penyelesaian masalah.45

Melalui analisis perihal manajemen itu, kesimpulan yang didapat menjelaskan jika konsep manajemen pembinaan dan teori itu adalah pengetahuan guna membedah realitas tata kelola Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran di Kabupaten Tebo agar dapat mengoptimalkan persaingan tinggi dalam musabaqah tilawatil Al-Quran di Indonesia. Sebagai contoh dari konsep Kennet Thomson dalam bukunya The Early Sociology of Management and Organizations menjabarkan fungsi krusial bagi perusahaan yang ditetapkan oleh kultur kesesuaian sudut pandang dan tujuan guna menggerakkan sistem organisasi nonprotif. Mengantisipasi adanya kesenjangan teori kondisi perencanaan Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Kabupaten Tebo.

Konsep inilah sebagai model menemukan model pembinaan Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) guna memperoleh peserta MTQ yang berdaya saing tinggi di Indonesia melalui manajemen Pendidikan Agama Islam.46

3. Tilawatil Quran

Tilawatil Quran, yaitu perlombaan membaca Alquran dengan mujawwad dan murattal: membaca Alquran yang terkandung nilai seni membaca melalui tajwid dan adab sesuai ketentuan. Tilawah kerap beridentitaskan kata Qira‟ah berarti bacaan atau Qiraatul Qur‟an bi al- naghan membacakan Alquran menggunakan lagu.47 Melalui penjelasan itu, kesimpulan yang didapat menyatakan jika pembinaan seni baca Alquran ialah aktivitas dan upaya yang dilaksanakan guna mengoptimalkan kompetensi individu memperindah pembacaan Alquran dengan suara merdu dan diiringi oleh irama lagu sesuai ketentuan.

Umat Islam yang mampu memahami Al-Quran sebagia kitap suci serta mukijizat berjumlah sedikit. Mayoritas umat Islam belum mengetahui,

45 Eko Setiobudi, Analisis Sistem Penilaian Kinerja Karyawan, Journal of Applied Business and EconomicsVol. 3 No. 3 (Mar 2017), hal. 172.

46 Ibid., hal. 235.

47 Saiful Mujab, Ilmu Naghom Kaidah Baca Alquran, (Jakarta: Kudus, 2011), hal. 26.

(37)

tetapi mereka gemar membaca tanpa mempergunakan ilmu Alquran. Atas dasar itulah, kesimpulan yang didapat menyatakan jika masyarakat cukup minim akan ilmu Alquran. A. Mukti Ali menjelaskan jika Alquran berdimensi cukup luas dan bisa memicu tiga perihal, meliputi seni, agama, dan ilmu. Melalui seni, kehidupan manusia bisa lebih indah. Melalui ilmu, kehidupan kian terarah, dan berkat agama kehidupan terasa bermakna.

Sedangkan seni baca Alquran, yaitu mengindahkan suara ketika membaca Alquran (tilawatil quran) secara baik serta benar sesuai prinsip keilmuan tajwid. Seni membaca Alquran dikenali sebagai nama An- Naghom fil quran yang bermaksud mempelajari prosedur yang melagukan atau memperindah pembacaan tilawatil quran. Seni membaca Alquran ialah keilmuan islam sebagai ilmu yang terwujud melalui bacaan atau perkataan.48

Tilawah Alquran memperoleh simpati yang besar dari umat Islam sebab maksud dari Alquran ialah pedoman hidup bagi manusia agar membaca, mempelajari, dan mengamalkannya. Guna memperoleh tujuan itu, terdapat beragam cara yang sudah dilaksanakan umat Islam, seperti menyelenggarakan MTQ.49 Kini, MTQ telah tersebar di semua daerah tigkat nasional ataupun internasional. Perihal ini menjadi media tepat dan memfasilitasi penyampaian dakwah yang efektif. Tercatat ada 30 provinsi di Indonesia yang ikut andil dalam kegiatan ini, mulai dari peserta hingga piha penyelenggara sebab MTQ diselenggarakan secara bergantian.

MTQ adalah perwujudan kultur Islam. Wujud asal pembacaan Alquran, yaitu ibadah dan pengabdian hamba kepada Sang Pencipta.

Firman Allah yang termuat di Al-Quran Al-Karim terlalu agung bagi manusia yang hendak mendekatinya, sebab termuat mukjizat untuk beragam dimensi. Tidak sembarang orang bia menyentuh, terkecuali bagi mereka yang tersucikan (QS. Al-Waqiah: 77-80). Oleh sebab itu, beragam metode dilaksanakan dengan membaca, menghafal, dan mempelajari.

Qurra (jamak Qori) Huffazh (jamak Hafizh) acap menampilkan diri di

48 Muhsin Salim, Ilmu Naghom Al-Qur’an (Jakarta: Kebayoran Widya Cipta, 2014), hal. 7.

49 Ibid. , hal. 16.

(38)

kalangan kontemporer guna menggali makna melalui penyusunan kitab tafsir dan ilmu Alquran mempergunakan bermacam perangkat pengetahuan. Keseluruhan wujud pengabdian bertujuan guna mengimplementasikan fungsi agar dapat memberi bimbingan kepada manusia menuju perjalanan hidup yang lebih baik.50

Membaca Alquran, yaitu ibadah yang diarahkan dan membaca Alquran sebagai pintu masuk guna memahami Alquran, mengarung luas lautan: makna yang tidak ada tepi. Jika keseluruhan orang tidak berkenan melaksanakan usaha memahami keluasan makna Al-Quran, maka beri kesempatan untuk mereka agar merasa kenikmatan maupun keagungan firman tersebut dengan membaca, betapa indahnya firman tersebut terlantunkan menggunakan tartil (peraturan membaca berdasar nada dan ritme yang tepat).51 Jika lantunan firman Allah dibawa dengan suara merdu dan lagu yang indah cukup mneyenangkan, dan tidak bosan membaca. Tilawah Alquran hidup yang mengakar dan subur di kultur Indonesia. Saat tilawah Al-Quran tersebar, qori muncul kelompok pengajian pun menyebar ke beragam daerah, melalui penyelenggaraan perlombaan membaca Alquran yang umum disebut sebagai musabaqah tilawatil quran (MTQ).

Melalui apresiasi yang selanjutnya MTQ menjadi pesta kebudayaan agama yang memiliki beragam makna. Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia semenjak 1968 mengakomodasi menjadi program rutinan seperti halnya negara muslim lain, sebab melalui Al-Quran tersebut semua umat Islam bersatu terpanggil tanpa memedulikan faham atau aliran yang dianutnya.52

4. Pembinaan Qori’ dan Qari’ah

Mitha Thoha pembinaan ialah tindakan, hasil, tahap, maupun pernyataan yang lebih baik. Perihal ini memperlihatkan ada tingkatan yang lebih baik dan kemajuan pertumbuhan, evolusi, maupun berkembang

50 Ibrahim Al Luhaidan, Alquran membuatku menangis (Jakarta: Mirqat Publishing, 2008), hal. 23.

51 Ibid.

52 Misbahul Munir, Pedoman Tilawatil Qur’an (Surabaya: Apollo, 2007), hal. 33.

(39)

terkait sesuatu. Terdapat dua unsur penjelasan pembinaan, terdiri atas 1.

Pembinaan tersebut dapat berwujud suatu tindakan, proses, maupun pernyataan, dan 2. Pembinaan dapat memperlihatkan ke perbaikan atas sesuatu.

Poerwadarmita menyebut jika pembinaan, yaitu upaya, tindakan, maupun aktivitas yang dilaksanakan secara berdaya guna mampu mendapat hasil yang lebih baik. Umumnya, pembinaan dikenal sebagai perbaikan atas pola kehidupan yang terencana. Masing-masing manusia bertujuan hidup tertentu dan berkeinginan guna mengimplementasikan tujuan itu. Jika tujuan hidup itu tidak tercapai, maka manusia bakal berupaya guna menata kembali pola hidupnya.

Kamus bahasa Indonesia menyebut qari sebagai pihak pembaca Al-Alquran laki-laki, sedangkan qari’ah ialah pembaca Al-Quran perempuan. Berdasar kebahasaan, qari dan qari’ah ialah pembaca, sedangkan maksud dari penjelasan itu ialah membacakan Al-Quran di hadapan masyarakat melalui pertimbangan cakap di tajwid. Melalui pemaparan itu, terkandung definisi yang mengungkap bila otoritas yang merancang bacaan Al-Quran terdiri atas puktuasi, vokalisasi, dan lain-lain.

MTQ, dalam perkembangannya, ialah aktivitas yang terselenggara oleh beragam organisasi dan lembaga swasta maupun masyarakat untuk pengembangan qari’ dan qari’ah. Tetapi, pada perkembangannya, aktivitas itu teradaptasi dan terorganisasi oleh pemerintah.Tercatat pada 1966 sudah muncul BAKOPTIQ (Badan Koordinasi Pembinaan Tilawah Al-Quran) di Sumatera Selatan. Lembaga itu memiliki tugas guna membina tilawah Al-Quran.53

Hanya saja, BAKOPTIQ mengalami perubahan nama menjadi LPTQ (Lembaga Pengembangan Tilawah Al-Quran) yang tetap bertahan hingga detik ini. Pemerintah, selama berupaya memaksimalkan tilawah Al- Quran, merancang PTIQ (Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran) di Lebak Bulus, Jakarta. PTIQ ini sekadar berfokus bagi mahasiswa laki-laki. Lalu,

53 Sri Lestari, Pengelolaan Diversitas Karyawan Dalam Membangun Keunggulan Kompetitif, Jurnal Fokus Bisnis, Vol.14, No. 1, Juli 2015, hal.4.

Referensi

Dokumen terkait

1) Kesulitan keuangan yang dialami debitur. Keberhasilan usaha banyak tergantung pada kemampuan dan keberhasilan pimpinan di dalam mengelola aktivitas usahanya. Hal ini

buku/laporan b.Sistem melakukan pengecekan data peminjaman, dan menampilkan pesan bahwa penon-aktifan anggota gagal, dikarenakan anggota sedang melakukan peminjaman

Keuntungan atau kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar dari aset keuangan ini disajikan dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasi sebagai keuntungan

Rancangan seiri pada area 1 meliputi pemilahan material serta mesin yang terpakai dan tidak terpakai, pemilahan peralatan pendukung yang terpakai dan tidak terpakai

[r]

Pada pertemuan berikutnya siswa terlihat lebih akrab satu sama lain, mereka umumnya sudah saling mengenal. Tidak seperti pada pertemuan- pertemuan sebelumnya siswa

Hasil estimasi, didapatkan hasil bahwa nilai Pendapatan Asli Daerah (PAD) memiliki pengaruh negative (-) terhadap Kemiskinan sebesar -1.452 .Hasil ini ternyata

Selain melakukan penyesuian harga produk yang terpenting juga adalah melakukan efesien terhadap biaya- biaya sebagai mana yang dikemukakan Mochammad Mahrizal (2013:2)