Vol. 1 No. 2, 2021
Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Siswa Sekolah Dasar
Implementation of Project Based Learning Model to Improve Learning Outcomes in Elementary School Students
Muh. Irfan Nugraha*, Ritha Tuken, Abdul Hakim
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Makassar, Parepare, Indonesia
*Penulis Koresponden: [email protected]
ABSTRAK
Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa yang ada di kelas V. Adapun masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah proses penerapan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) pada materi Keberagaman Sosial Budaya Masyarakat Siswa Kelas V UPTD SDN 29 Barru. Dan apakah penerapan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dapat meningkatkan hasil belajar Keberagaman Sosial Budaya Masyarakat Siswa Kelas V UPTD SDN 29 Barru. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang bertujuan untuk mengetahui proses penerapan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar keberagaman sosial budaya masyrakat siswa kelas V dengan penerapan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL). Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Fokus penelitian terdiri dari fokus proses dan fokus hasil belajar keberagaman sosial budaya masyarakat dengan menerapkan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes, dan dokumentasi. Selanjutnya data diolah menggunakan teknik analisi data. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V yang berjumlah 23 siswa.
Penelitian ini dilaksanakan dua siklus. Pada siklus I Hasil penelitian pada proses pembelajaran berada di kualifikasi cukup (C) dan hasil tes belajar berada dikualifikasi kurang (K). Sedangkan paada siklus II hasil penelitian pada proses pembelajaran berada dikualifikasi baik (B) dan hasil tes belajar berada dikualifikasi baik (B). Kesimpulan pada penelitia ini adalah model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dapat meningkatkan proses dan hasil belajar keberagaman sosial budaya masyarakat siswa kelas V UPTD SDN 29 Barru.
Kata Kunci: Model Pembelajaran, Project Based Learning (PJBL), Keberagaman Sosial Budaya Masyarakat
ABSTRACT
The problem with this study is the low results of students' studies in V class, and as the problem with this study is how the application of the project-based learning model (PJBL) on the socio-cultural diversity material of the class V UPTD SDN 29 Barru. And whether the application of a project-based learning model (PJBL) can increase the result of learning the social cultural diversity of society of students V UPTD SDN 29 Barru.
The study is a class action study (PTK) aimed at discovering the application of the project-based learning model (PJBL) and to learn an increase in the results of learning a V class of socialized cultural diversity with the application of the project-based learning model (PJBL). The approach used is a qualitative approach. The focus of research consists of the focus of process and focus of learning through the social diversity of people's cultures by applying the project-based learning model (PJBL). The data-collection technique used is observation, testing, and documentation.
Next data is processed using data analysis techniques. The study subject is a twenty-third student of v class. The study is carried out in two cycles.
In the I cycle the research on the learning process is at adequately qualification (c) and the learning test results are less than (k). Whereas the paada cycle ii of research on the learning process was well qualified (b) and learning tests were in good condition (b). The conclusion of this study is a project-based learning model (PJBL) can increase the results of studying the social cultural diversity of society students V UPTD SDN 29 Barru.
Keywords: Learning model, project-based learning (PJBL), the social diversity of people's cultures
1. PENDAHULUAN
Pendidikan adalah salah satu hal yang harus dipenuhi untuk meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia agar tidak tertinggal dari bangsa lain seiring perkembangan zaman. Sehingga untuk mewujudkan pendidikan tersebut perlu adanya peningkatan kualitas pendidikan yang diharapkan dapat mencapai atau mewujudkan Sistem Pendidikan Nasional. Di dalam Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi, dinyatakan bahwa :
Pendidikan merupakan usaha sadar yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan pengendalian diri eterampilan yang diperlukan bagi dirinya masyarakat bangsa dan negara.
Untuk mewujukepribadian kecerdasan akhlak mulia serta kdkan hal tersebut salah satu usaha yang telah dilakukan pemerintah adalah meningkatkan kinerja guru sebagai garda terdepan untuk mewujudkan tujuan dari sistem pendidikan nasional. Karena salah satu faktor utama dalam keberhasilan pelaksanaan pembelajaran adalah kinerja guru dalam mengelolah proses pembelajaran di sekolah. Apabila guru berhasil mengelolah pembelajaran dengan baik maka dapat memicu minat belajar siswa sehinggah hasil belajar siswa dapat meningkat. Hal ini sependapat dengan Siregar (2015) tinggi rendahnya hasil belajar siswa akan sangat di tentukan oleh kualitas kinerja guru dalam mengelolah proses pembelajaran dan memotivasi belajar siswa. Hal ini dapat dipahami bahwa, menjadi seorang guru bertanggung jawab tidak hanya menjadikan siswa pandai dibidang ilmu pengetahuan namun berasal dari dalam kehidupannya.
Pelaksanaan peroses pembelajaran di sekolah dilaksanakan menurut kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah. Kurikulum yang diterapkan saat ini adalah kurikulum 13 yang disusun sesuai dengan kondisi masyarakat dan lingkungan sekitar, kurikulum 13 telah dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan terutama pendidikan sekolah dasar.
Orientasi pemberlakuan kurikulum 13 memberikan pengertian bahwa pembelajaran di dalam cakupan kurikulum 13 tidak lagi hanya berfokus terhadap perkembangan kognitif, tetapi lebih kepada pengembangan dan penanaman sikap serta
keterampilan yang diharapkan dapat memberi bekal yang cukup pada seluruh peserta didik dengan menggunakan pola-pola pembelajaran berbasis lingkungan social budaya (Santoso dan Wuryandani 2020). Proses pembelajaran yang demikian tentu dapat berfungsi sebagai langkah preventif dari sekolah untuk menjaga kelestarian kekayaan keberagaman social; budaya yang dimiliki Indonesia.
Pada proses pembelajaran tentu saja erat kaitannya dengan hasil belajar, karena dari hasil belajarlah yang menjadi tolak ukur untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran telah dicapai atau belum. Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar orang oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik dalam bentuk penguasaan pengetahuan, ketarampilan berpikir maupun ketrampilan motorik.
Masruroh dan Reza (2015) hasil belajar adalah kemampuan yang didapatkan oleh siswa setelah melalui kegiatan - kegiatan pembelajaran , baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor yang kemudian dinnyatakan dalam bentuk skor setelah diadakannya evaluasi dari materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tes hasil belajar atau achievement test biasanya dilakukan sebagai upaya guru mengukur tingkat keberhasilan siswanya.
Semakin tinggi nilai yang didapat mayoritas siswa maka semakin berhasil pula proses pembelajaran.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 15 Januari 2021 di UPTD SDN 29 Barru.
Peneliti bertemu dengan kepala sekolah untuk meminta izin untuk melakukan observasi sekaligus menjadikan UPTD SDN 29 Barru sebagai tempat untuk penelitian. Selanjutnya Peneliti diarahklan untuk bertemu dengan guru kelas V. Peneliti dan guru kelas V mendiskusikan tentang masalah–masalah yang berkaitan dengan proses pembelajaran yang perlu perhatian. Peneliti mengambil data perolehan nilai ulangan harian siswa kelas V, dari 23 siswa hanya terdapat 5 siswa (21.73%) yang mencapai Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) yang telah ditetapkan yaitu ≥75, sedangkan 16 (78,26%) siswa belum mampu mencapai Standar Ketuntasan Minimal yang telah ditentukan yaitu ≤ 75. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa rendah.
Penyebab rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan oleh dua aspek, yaitu aspek dari guru dan aspek dari siswa. Adapun aspek dari guru yaitu; 1) guru jarang
memberikan pertanyaan-pertanyaan yamg bersifat mendasar kepada siswa diawal pembelajaran, sehinggah pemikiran siswa tidak terpancing untuk berpikir diawal proses pembelajaran. 2). Guru jarang menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dalam proses pembelajaran sehinggah kemampuan kreatifitas siswa kurang, 3) dan guru hanya mengandalkan kemampuan dalam menghafalkan fakta dan konsep, serta mengerjakan soal dan lKS ( Lembar Kerja Siswa). Adapun aspek dari siswa yaitu;
1) Terdapat beberapa siswa yang tidak memahami materi, 2) siswa bersifat pasif karena pembelajaran cenderung tidak menyenangkan bagi siswa, 3) siswa kurang dalam berpikir kreatif selama proses pembelajaran. Oleh karena itu untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan sebuah pembenahan baik dari guru maupun dari siswa untuk meningkatkan hasil belajar keberagaman social budaya masyarakat.
Langkah awal yang perlu diperhatikan untuk dapat meningkatkan hasil belajar keberagaman sosial budaya masyarakat adalah bagaimana guru dapat menemukan inovasi baru dalam menyajikan proses belajar yang menarik serta mengasykkan untuk siswa.
Guru harus sanggup menyesuaikan model pembelajaran yang digunakan, sebab tidak seluruh model pembelajaran bisa digunakan untuk semua materi, akan tetapi disesuaikan dengan karakteristik materi yang akan diajarkan. Kecakapan seorang guru dalam menyesuaikan model pembelajaran yang digunakan pada suatu materi pembelajaran yang dapat menggugah semangat atau motivasi siswa adalah hal penting untuk meningkatkan hasil belajar keberagaman sosial budaya masyarakat. Salah satu hal yang dilakukan oleh peneliti untuk memberikan alternatif upaya mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan sebuah model pembelajaran yang dapat mengarahkan siswa untuk aktif berpikir kritis, kreatif serta inovatif dalam proses pembelejaran, sehinggah hasil belajar siswa dapat meningkat dari sebelumnya. Adapun model pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran project based learning (PjBL). Project Based Learning atau biasa di singkat dengan PjBL merupakan sebuah model pembelajaran yang dimana memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelolah tersendiri pembelajarannya dikelas dengan melibatkan siswa untuk mengerjakan sebuah proyek.
Sani (2014) mengatakan dengan aktifitas jangka panjang yang melibatkan siswa dalam merancang,
serta membuat dan menampilkan produk untuk mengatasi permasalahan dunia nyata. Dengan demikian model pembelajaran project based learning (PjBL) dapat digunakan sebagai sebuah model pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam membuat perencanaan, berkomunikasi, menyelesaikan masalah dan membuat keputusan yang tepat dari masalah yang dihadapi (Nurfitriyanti, 2016).
Beberapa peneliti sebelumnya telah melakukan penelitian yang berkaitan dengan model pembelajaran project based learning (PjBL) diantaranya Penelitian Faizah (2015) yang berjudul “ Penerapan Pendekatan Saintifik Melalui model Project Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri Seworan, Wonoseogoro”. kelas IV SD Negeri Seworan.
Dari penelitian tersebut diperoleh hasil kesimpulan bahwa penggunaan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dapat meningkatkan hasil belajar dan kreatifitas siswa.
Oleh sebab itu peneliti bermaksud untuk menerapkan sebuah model pembelajaran yaitu, model project based learning (PjBL) pada materi keberagaman sosial budaya masyarakat. yang di harapkan dapat melatih siswa kelas V UPTD SDN 29 Barru, untuk memecahkan masalah sehari – hari, dan melatih siswa untuk berpikir kritis dan kreatif, serta melatih dalam berkerja dalam sebuah tim atau kelompok. Sehinggah dapat meningkatkan hasil belajar siswa dari sebelumnya yang dibawah SKBM menjadi diatas SKBM melalui penerapan model tersebut.
Berdasarkan uraian yang telah di kemukakan di atas maka calon peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul
“Penerapan Model Pembelajaran project based learning (PjBL), Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Keberagaman Sosial Budaya Masyarakat Siswa Kelas V UPTD SDN 29 Barru”.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Model Pembelajaran
Alan dan Alfriansyah (2017) model pembelajaran merupakan variabel manipulatif, yang setiap guru memiliki kebebasan untuk memilih dan menggunakan berbagai model pembelajaran sesuai dengan karakteristik materi pelajarannya. Model pembelajaran memiliki fungsi sebagai instrumen yang membantu
atau memudahkan siswa, dalam memperoleh sejumlah pengalaman belajar. Pengembangan model pembelajaran dalam konteks peningkatan mutu perolehan hasil belajar siswa perlu diupayakan secara terus menerus dan bersifat komprehensif. Dengan demikian model pembelajaran yang dilakukan di kelas harus diatur berdasarkan kebutuhan dan karakteristik siswa yang belajar serta karakteristik materi yang akan diajarkan
Berdasarkan pendapat diatas dapat di simpulkan model pembelajaran adalah rencana yang di susun secara sistematis yang didalamnya mencakup strategi, metode, pendekatan, serta teknik yang digunakan sebagai instrumen yang membantu atau memudahkan siswa, dalam memperoleh sejumlah pengalaman belajar.
2.1.2 Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
a) Pengertian Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
Nurfitriyanti (2016) menjelaskan Project Based Learning adalah pembelajaran yang memerlukan jangka waktu yang panjang serta menitikberatkan pada aktifitas siswa untuk dapat memahami suatu konsep atau prinsip dengan melakukan investigasi secara mendalam tentang suatu masalah dan mencari solusi yang relevan serta diimplementasikan dalam pengerjaan proyek, sehingga peserta didik mengalami proses pembelajaran yang bermakna dengan membangun pengetahuannya sendiri. Penekanan pembelajaran terletak pada aktifitas siswa untuk memecahkan masalah dengan menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata. Model pembelajaran project based learning (PjBL) memperkenankan siswa untuk dapat bekerja mandiri maupun dengan cara berkelompok dalam menghasilkan hasil proyeknya yang bersumber dari masalah kehidupan sehari-hari.
Definisi lain, dari Kristanti, Subiki, dan Handayani (2016) Model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) merupakan pembelajaran yang berpusat pada proses, relatif berjangka waktu, berfokus pada masalah, unit pembelajaran bermakna dengan memadukan konsep – konsep dari sejumlah
komponen baik itu pengetahuan, disiplin ilmu atau lapangan. Pada pembelajaran berbasis proyek, kegiatan pembelajaran berlangsung secara kolaboratif dalam kelompok yang heterogen. Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi untuk melatih meningkatkan aktivitas dan motivasi belajar siswa.
Model pembelajaran berbbasis proyek (project based learning) siswa merancang sebuah masalah dan mencari penyelesaiannya sendiri.
Rais dan Ardhan (2013) Project based learning (PjBL) dapat menstimulasi motivasi, proses, dan meningkatkan prestasi belajar siswa dengan menggunakan masalah-masalah yang berkaitan dengan mata pelajaran tertentu pada situasi nyata.
Keefektifan strategi pembelajaran
Berdasarkan uraian diatas dapat di simpulkan, model pembelajaran project based learning (PjBL) merupakan suatu model pembelajaran dimana pada aktifitas peserta didik untuk dapat memahami konsep atau prinsip dengan melakukan penyelidikan tentang suatu permasalahan dan mencari solusi dan selanjutnya di implementasikan dalam bentuk sebuah proyek sehinggah siswa mengalami sebuah proses pembelajaran yang bermakna.
b) Langkah – Langkah Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
Addiin, Redjeki, dan Ariani (2014) langkah – langkah kegiatan model pembelajaran project based learning (PjBL) yang diterapkan secara umum adalah sebagai berikut :
1) Memberikan pertanyaan yang bersifat esensial atau mendasar.
2) Mendesain pengerjaan project / proyek yang akan dibuat siswa.
3) Menyusun langkah – langkah pembuatan proyek 4) Melakukan monitoring secara berkala terhadap
pengembangan proyek siswa.
5) Melakukan penilaian terhadap hasil kerja siswa 6) Melakukan evaluasi tentang pengalaman yang di
peroleh siswa.
Titu (2015) dalam jurnalnya juga menjelaskan tahapan proses model project based learning (PjBL) dimulai dari tahap Planning, Pada tahapan ini kegiatan yang dilakukan adalah merancang seluruh proyek, kegiatan dalam langkah ini adalah mempersiapkan proyek, secara lebih rinci mencakup, pemberian informasi, tujuan pembelajaran, guru menyampaikan fenomena
nyata sebagai sumber masalah, pemotivasian dalam memunculkan masalah dan pembuatan proposal mengorganisir pekerjaan, kegiatan dalam langkah ini adalah: merencanakan proyek, secara lebih rinci mencakup, mengorganisir kerjasama, memilih topik, memilih informasi terkait proyek, membuat prediksi, dan membuat desain investigasi. Kedua Creating, Dalam tahapan ini siswa mengembangkan gagasan – gagasan proyek, mengkombinasikan ide yang muncul dalam kelompok, dan membangun proyek. Tahapan kedua ini termasuk aktivitas pengembangan dan dokumentasi. Pada tahapan ini pula siswa menghasilkan suatu produk yang nantinya akan dipresentasikan dalam kelas. Ketiga, Processing, Tahapan ini meliputi presentasi proyek dan evaluasi.
Pada presentasi proyek akan terjadi komunikasi secara aktual kreasi ataupun temuan dari investigasi kelompok, sedangkan pada tahapan evaluasi akan dilakukan refleksi terhadap hasil proyek, analisis dan evaluasi dari proses – proses belajar.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan tahapan kegiatan model pembelajaran project based learning (PjBL)terdiri dari 6 tahap. Tahap pertama, menentukan pertanyaan esensial atau mendasar, Kedua, membuat desain proyek, ketiga, menyusun langkah – langkah proyek, keempat memonitor kemajuan proyek, kelima penilaian hasil proyek, dan yang keenam, adalah evaluasi pengalaman yang didapatkan siswa.
c) Kelebihan Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
Aidawati (2016) berpendapat banyak kelebihan atau keunggulan dari model pembelajaran Project Based Learning (PjBL), diantaranya: Siswa menjadi pembelajar yang aktif, pembelajaran menjadi lebih interaktif, pembelajaran menjadi Student centred atau lebih banyak berpusat kepada siswa, guru berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran, mengembangankan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, memberikan kesempatan siswa untuk memanajemen sendiri kegiatan penyelesaian tugas, dan memberikan pemahaman pengetahuan secara lebih mendalam kepada siswa.
Amirudin (2015) menjelaskan keunggulan dari model pembelajaran project based learning yaitu membantu siswa merancang proses untuk menentukan sebuah hasil, melatih siswa bertanggung jawab dalam mengelola informasi yang dilakukan pada sebuah
proyek dan yang terakhir siswa yang menghasilkan sebuah produk nyata hasil siswa itu sendiri yang kemudian dipresentasikan dalam kelas (Kristanti, Subiki, dan Handayani ,2016)
Titu (2015) adapun kelebihan dari model project based learning (PjBL) adalah:
1) Meningkatkan motivasi belajar siswa. Siswa suka tekun sampai kelewat batas waktu, berusaha keras dalam mencapai proyek. Siswa terlihat belajar dalam proyek lebih fun dari pada komponen kurikulum yang lain.
2) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
Penelitian pada pengembangan keterampilan kognitif tingkat tinggi siswa menekankan perlunya bagi siswa untuk terlibat di dalam tugas- tugas pemecahan masalah dan perlunya untuk pembelajaran khusus pada bagaimana menemukan dan memecahkan masalah.
3) Meningkatkan kolaborasi. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi. Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran informasi adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek.
4) Meningkatkan keterampilan mengelola sumber.
Bagian dari menjadi siswa yang independen adalah bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang kompleks. Pembelajaran Berbasis Proyek yang diimplementasikan secara baik memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber - sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
d) Kekurangan Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
Sholekah (2020) kekurangan ataupun kelemahan dari model project based learning (PjBL) adalah menyita banyak waktu untuk menyelesaikan proyek, banyaknya peralatan yang harus di siapkan, dan ada kemungkinan siswa pasif dalam kelompok, dan membutuhkan biaya cukup banyak.
Pendapat lain oleh Asri (2020) kelemahan project based learning diantaranya; membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menhasilkan sebuah proyek, membutuhkan biaya yang cukup besar, dan
membutuhkan fasilitas, peralatan, dan bahan yang memadai.
Lebih lanjut Titu, (2015), adapun kelemahan dari model pembelajaran project Based learning diantaranya:
1) Kebanyakan permasalahan “dunia nyata” yang tidak terpisahkan dengan masalah kedisiplinan, untuk itu disarankan mengajarkan dengan cara melatih dan memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah.
2) Memerlukan banyak waktu yang harus diselesaikan untuk menyelesaikan masalah..
3) Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
4) Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur rmemegang peran utama di kelas.
5) Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
Berdasarkan beberapa kekurangan pada model pembelajaran project Based learning yang telah di sampaikan di atas, maka peneliti mengupayakan beberapa solusi untuk meminimalisir kekurangan tersebut. Adapun solusi dari beberapa kekurangan tersebut yaitu;
1) Memberikan batas waktu pengerjaan kepada siswa agar penyelesaian proyek tidak terlalu lama.
2) Menggunakan bahan dan alat yang harganya terjangkau dan mudah didapatkan di lingkungan sekitar siswa.
3) Melakukan monitoring atau pwngawasan setiap siswa, agar semua siswa terlibat aktif dalam pengerjaan proyek tersebut. Baik itu berupa dokumentasi proses pengerjaan atau melihat secara langsung di rumah siswa.
2.1.3 Hasil Belajar Keberagaman Sosial Budaya Masyarakat
A. Pengertian Hasil Belajar
Kristin (2016) hasil belajar merupakan puncak dari keberhasilan suatu proses pembelajaran siswa terhadap tujuan belajar yang telah ditetapkan. Hasil belajar siswa dapat meliputi 3 aspek didalamnya antara lain, aspek kognitif (pengetahuan), aspek afektif (sikap) dan aspek psikomotorik (tingksh laku).
Pengertian lain dari hasil belajar adalah kemampuan yang didapatkan oleh siswa setelah melalui kegiatan – kegiatan pembelajaran, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor yang kemudian
dinnyatakan dalam bentuk skor setelah diadakannya evaluasi dari materi yang telah dipelajari sebelumnya (Masruroh dan Reza 2015).
Warman (2013) berpendapat, hasil belajar merupakan suatu faktor yang sangat penting dan sering dijadikan pokok pembicaraan atau permasalahan antar guru, karena hasil belajar merupakan cerminan kemampuan siswa dalam menguasai materi suatu pelajara yang diberikan. Hasil belajar tidak hanya tercermin pada seberapa besar nilai yang telah didapatkan setelah mengerjakan soal yang diberikan oleh guru, akan tetapi penguasaan konsep jauh lebih penting dan sangat bermakna dalam mengidentifikasi hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah melalui kegiatan – kegiatan proses pembelajaran yang kemudian mendapakan penilaian dari guru dari evaluasi dari materi yang diajarkan.
B. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor – faktor yang mempengaruhi hasil belajar terbagi menjadi dua, yaitu faktor internal (berasal dari dalam diri siswa) dan faktor eksternal (berasal dari luar).Ramadhany (2016) menyatakan secara umum, hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal yaitu faktor yang ada dalam diri siswa dan faktor eksternal yaitu faktor- faktor yang berada diluar diri siswa.
Adapun yang tergolong sebagai faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah :
1) Faktor fisiologis atau jasmani individu baik bersifat bawaan maupun yang diperoleh dengan melihat , mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh, dan mencakup perihal jasmani lainnya.
2) Faktor psikologis yang bersifat bawaan maupun keturunan, yang terdiri dari dua yaitu faktor intelektual dan faktor non intelektual. faktor intelektual yang didalamnya terdapat faktor potensial yaitu intelegansi dan bakat, serta faktor actual yaitu kecakapan nyata dan prestasi.
Sedangkan faktor non intelektual didalamnya mencakup komponen – komponen kepribadian tertentu seperti sikap, minat, kebiasaan motivasi, kebutuhan, konsep diri, penyesyuaian diri, emosional dan sebagainya.
Kurniawan, Wihana, dan Permana (2017) sama halnya dengan faktor internal. Faktor eksternal juga sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, diantaranya metodemengajar dan model pembelajaran yang digunakan. Metode mengajar merupakan cara menyajikan bahan pelajaran pada siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Metode mengajar mempengaruhi proses belajar. Jika metode mengajar guru cenderung membosankan, maka akan membuat siswa kesulitan dalam proses belajar.
Kesulitan dalam belajar ini dapat berdampak terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran tersebut. Guru harus mampu menggunakan metode mengajar serta model pembelajaran yang tepat, efisien dan efektif bagi siswa agar perhatian dalam kelas tertuju pada pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas dapat di simpulkan bahwa hasil belajar di pengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal (dari dalam diri siswa ) dan faktor eksternal (dari luar diri siswa). Jika faktor internal seperti perhatian terganggu atau berkurang, maka sebaiknya guru mencari penyebabnya, mungkin saja cara guru dalam menyampaikan pelajaran urang menarik, mungkin saja model yang diguanakan guru dalam menyampaikan pelajaran sangat membosankan. dan apabila faktor eksternal seperti fasilitas pembelajaran yang kurang menarik, maka guru sebaiknya lebih kreatif dalam menyediakan fasilitas pembelejaran seperti media pembelajaran yang kreatif dan inovatif dalam menungjang keberhasilan suatu pembelajaran.
C. Keberagaman Sosial Budaya Masyarakat Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai macam suku, agama, serta budaya yang berbeda-beda.
Keberagaman ini telah disadari oleh para pendiri negara kita, sehingga melahirkan suatu semboyan
"Bhinneka Tunggal Ika" yang dapat diartikan berbeda- beda akan tetapi tetap satu. Prinsip Bhinneka Tunggal Ika ini dimaksudkan agar semua komponen bangsa dapat menyadari, bahwa keberagaman yang ada dapat menimbulkan suatu dampak, baik positif maupun negatif. Keberagaman memiliki banyak sekali arti dan juga definisi. Namun secara garis besar, keragaman dapat kita sebut sebagai suatu hal yang berbeda-beda.
Apabila keragaman dikaitkan dengan kehidupan sosial, maka dapat kita temukan beberapa pokok hal yang berbeda-beda namun terkait dengan aspek-aspek sosial. Keragaman tersebut terdiri atas agama, ras, bahasa, dan budaya yang berbeda.
Keberagaman itu berpengaruh terhadap tingkah laku, sikap, serta pola fikir manusia. Sehingga manusia memiliki cara-cara (usage), kebiasaan (folk ways), aturan-aturan (mores) atau bahkan adat istiadat (customs) yang berbeda satu sama lain. Keberagaman di Indonesiapun tercermin karena banyaknya ras, bahasa daerah serta budaya yang beragam. (Hanum dan Raharja 2013).
Rahmahwilda 2018) ada berbagai keberagaman sosial budaya yang ada di Indonesia diantaranya:
1) Keragaman Religi
Di Indonesia terdapat enam agama yang diakui oleh negera yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu. Setiap agama memiliki hari raya masing-masing seperti Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha (Islam), Natal (Kristen), Paskah (Katolik), Nyepi (Hindhu), Waisak (Budha) dan Copgome (Konghuchu). Setiap agama memiliki 33 lembaga keagaaman sendiri yaitu MUI(Islam), PGI (Kristen), KWI (Katolik), PHDI (Hindu), Walubi (Budha) dan Matakin (Konghuchu).
2) Keragaman Suku
Bangsa Suku bangsa adalah golongan sosial yang dibedakan dari golongan sosial lainnya karena memiliki ciri paling mendasar dan umum berkaitan dengan asal-usul dan tempat asal dan kebudayaannya.
Ciri suku bangsa antara lain bersifat tertutup dari kelompok lain, memiliki nilai-nilai dasar yang tercermin dalam kebudayaan, memiliki komunikasi dan interaksi. Suku bangsa yang terkenal di Indonesia adalah Suku Jawa, Batak dan Nias, Minangkabau, Sunda, Betawi, Suku Madura dan Tengger, Dayak, Sasak dan Sumbawa, Bugis dan Toraja, Sentani dan Asmat.
3) Keragaman Bahasa
Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi baik lewat tulisan, lisan ataupun gerakan. Fungsi budaya secara umum adalah alat berekspresi, komunikasi dan adaptasi sosial. Contoh bahasa Aceh (Aceh), Batak (Sumut), Minangkabau (Sumatera Barat).
4) Rumah Adat
Setiap suku di Indonesia memiliki rumah adat yang berbeda dengan suku yang lainnya. Seperti contoh Rumah adat Bolon (Sum Utara), Gadang (Sumatera Barat), Joglo (Jawa), Lamin (Kalimantan Timur).
5) Pakaian Tradisional
Pakaian adat dipakai pada acara khusus. Contoh pakaian adat antara lain: Blangkong dan Baju Beskap (Jawa Tengah), Baju Surjan dan balngkon
(Yogyakarta), baju teluk belangan dan daster (Riau), Ulos dan Sabe-sabe (Sumut).
Kunci daripada hidup diantara keberagaman social budaya yang ada di masyarakat yang adalah dengan bersikap saling menghargai satu sama lain. Saling menghargai satu sama lain dapat kita sebut sebagai Toleransi, yang memiliki arti selain untuk menghargai tetapi juga untuk menghormati. Istilah kekinian yang dapat kita gunakan untuk mengungkapkan bentuk dari sebuah toleransi ialah dengan kata respect. Sering kali ungkapan tersebut disalah artikan sebagai bentuk sebuah dukungan, Padahal makna kata dan juga definisi dari dukungan adalah sebuah hal yang berbeda. Apabila keadaan tersebut tidak dapat dimengerti oleh setiap masyarakat Indonesia, maka akan terjadi gesekan yang sangat rawan antara satu pihak dengan pihak yang lain.
2.2 Kerangka Konsep
Dari 23 Siswa hanya terdapat 5 siswa (21.73 %) yang mencapai Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) yang telah ditetapkan yaitu ≥ 75, sedangkan 18 (78,26%) siswa belum mampu mencapai Standar Ketuntasan Minimal yang telah ditentukan yaitu ≤ 75.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa rendah. Penyebab rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan oleh dua aspek, yaitu aspek dari guru dan aspek dari siswa. Adapun aspek dari guru yaitu;; 1) guru jarang memberikan pertanyaan- pertanyaan yamg bersifat mendasar kepada siswa diawal pembelajaran, sehinggah pemikiran siswa tidak terpancing untuk berpikir diawal proses pembelajaran. 2). Guru jarang menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dalam proses pembelajaran sehinggah kemampuan kreatifitas siswa kurang, 3) dan guru hanya mengandalkan kemampuan dalam menghafalkan fakta dan konsep, serta mengerjakan soal dan LKS (lembar kerja siswa).
Sedangkan pada aspek siswa 1) Terdapat beberapa siswa yang tidak memahami materi, 2) siswa bersifat pasif karena pembelajaran cenderung tidak menyenangkan bagi siswa, 3) siswa kurang dalam berpikir kreatif selama proses pembelajaran.
Untuk meningkatkan hasil belajar keberagaman sosial budaya masyarakat, maka salah satu hal yang perlu di perhatikan guru adalah dengan memilih model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi yang akan diajarkan, karakteristik siswa, serta kemampuan afektif, kognitif, dan psikomotor siswa.
Model pembelajaran yang akan digunakan adalah model pembelajaran project based learning (PjBL).
Model pembelajaran ini merupakan suatu model yang
mempunyai kelebihan menjadikan siswa lebih aktif dan cenderung lebih mengasah pemikiran kreatif dan mendorong siswa untuk bekerja secara mandiri sehinggah siswa dapat beraktifitas sesuai dengan keterampilan, kenyamanan dan minat belajarnya.
Dengan menggunakan model pembelajaran project based learning (PjBL) diharapkan mampu meningkatkan pemahaman siswa tentang suatu materi dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun bagan kerangka konsep disampaikan pada gambar sebagai berikut:
2.3 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah dan kajian pustaka yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan hipotesis tindakan bahwa “Jika model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) diterapkan dengan baik, maka hasil belajar keberagaman sosial budaya masyarakat siswa kelas V UPTD SDN 29 Barru akan meningkat”.
3. METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian 3.1.1 Pendekatan Penelitian
Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitaitif. Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang kualitas nilai hanya dapat diungkapkan melalui linguistik bahasa. Penelitian kualitatif memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen penelitian serta bersifat deskriptif. Menurut Alfanika (2016) bahwa Penelitian kualitatif adalah penelitian yang datanya berupa kata- kata yang diolah menggunakan secara deskripsi.
Pendekatan ini dipilih karena dilakukan pada kondisi alamiah untuk menyelidiki dan mendeskripsikan suatu masalah yang terjadi yaitu aktifitas atau kegiatan yang di lakukan guru dan siswa dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran di kelas.
Berdasarkan dari pendapat ahli tersebut, maka pendekatan ini cocok diterapkan dalam melakukan penelitian tindakan kelas, karena dalam pendekatan kualitatif ini mengkaji tentang bagaimana kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan memperhatikan interaksi antara guru dan siswa didalam proses pembelajaran yang kedepannya dapat menjadi suatu bahan evaluasi kepada guru, sehingga apa yang menjadi kekurangan guru dapat diperbaiki dengan pendekatan kualitatif ini.Metode penelitian adalah langkah ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Langkah ilmiah tersebut harus berpedoman pada suatu ilmu pengetahuan untuk suatu tujuan dan kegunaan tertentu.
3.1.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Mahmud dan Priatna (2008) dalam bukunya yang berjudul Penelitian Tindakan Kelas (Teori dan Praktik) menjelaskan Penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis atau tersusun reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan baik oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai pada tahap penilaian terhadap tindakatan yang nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar – mengajar, untuk melakukan pembenahan kondisi pembelajaran yang dilakukan. Sementara itu, dilaksanakannya PTK berfungsi untuk meningkatkan kualitas pendidikan atau pengajaran yang diselenggarakan oleh guru atau pengajar atau sebagai
peneliti itu sendiri, yang dampak dari hasil penelitiannya diharapkan tidak ada lagi permasalahan yang mengganjal di dalam kelas.
Berdasarkan pendapat ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk lebih memperbaiki proses pelaksanaan dan meningkatkan hasil belajar siswa yang terjadi didalam kelas serta melibatkan guru dalam proses pelaksanaannya dan PTK dapat menjadi suatu evaluasi bagi guru dalam meningkatkan kompetensinya dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan lebih baik lagi
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2.1 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 29 Maret 2021 dan tanggal 07 April 2021 pada semester genap tahun ajaran 2020/2021 sesuia dengan jadwal pembelajaran.
3.2.2 Tempat Penelitian
Proses penelitian yang dilakukan peneliti ini bertempat di kelas V UPTD SDN 29 Barru, Desa Galung, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan.
3.3 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V UPTD SDN 29 Barru yang berjumlah 23 orang terdiri dari 7 siswa laki - laki dan 16 siswa perempuan.
3.4 Desain Penelitian (Pratindakan, Perencanaan, pelaksanaan, Observasi, dan Refleksi)
Desain penelitian yang digunakan dadalah desain model Kemmis dan Mc Taggart (1988) (Yamtinah dan Saputro, 2013) disajikan pada gambar berikut ini:
Lebih rinci, skema prosedur penelitian tindakan kelas dijabarkan sebagai berikut :
a. Tahap Prapenelitian
1) Mengadakan konsultasi dengan kepalah sekolah terkait hal pelaksanaan penelitian
2) Melakukan diskusi dengan guru kelas V untuk memperoleh gambaran umum terkait penerapan model pembelajaran project based learning (PjBL).
3) Mengadakan observasi awal di kelas V untuk memperoleh data awal tentang kemampuan anak dalam memahami materi yang diberikan oleh guru.
b. Tahap Perencanaan
Perencanaan tindakan pada penelitian ini yaitu memulai dengan menyamakan persepsi antara peneliti dengan guru kelas V UPTD SDN 29 Barru tentang model pembelajaran project based learning pada materi keberagaman sosial budaya masyarakat.
1) Menealah kurikulum untuk menentukan pokok bahasan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk setiap pertemuan.
3) Membuat format observasi guru dan siswa untuk digunakan pada tahap penerapan model pembelajaran project based learning (PjBL) .
4) Menyiapkan alat dan bahan yang akan dibutuhkan pada penerapan model pembelajaran project based learning (PjBL) .
5) Membuat lembar Kerja Kelompok (LKK) yang sesuai dengan meteri keberagaman sosial budaya masyarakat.
6) Membuat soal – soal tes evaluasi dengan mengacu pada indikator RPP.
c. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tahap ini merupakan realisasi pelaksanaan rancangan yang telah disusun Mesecara kolaboratif antara peneliti dengan guru kelas V dengan penerapan model pembelajaran project based learning (PjBL) pada materi keberagaman sosial budaya masyarakat.
Adapun rincian pelaksanaan tindakan sebagai berikut 1) Menyiapkan kelas sebagai mana mestinya 2) Melakukan eksplorasi pada tahapan ini guru
menyampaikan tema sesuai dengan kompotensi inti yang akan dipelajari, kemudian siswa menganalisis suatu permasalahan yang diberikan.
3) Membuat desain proyek yang akan dikerjakan oleh siswa dengan bimbingan guru. Guru harus banyak membimbing, karena pada tahap ini dapat diketahui peserta didik yang telah menggunakan pengetahuan konseptualnya untuk membuat rancangan desain proyek,
4) Menyusun Langkah – Langkah pembuatan proyek yang akan dibuat
5) Selanjutnya tahap pengerjaan dimana guru harus sering memonitoring kemajuan proyek yang dikerjakan oleh siswa.
6) Tahapan selanjutnya adalah menilai hasil proyek yang telah dikerjakan siswa.
7) Tahapan terakhir adalah evaluasi pengalaman yang didapatkan siswa selama mengerjakan sebuah proyek.
d. Tahap Observasi
Observasi dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Pada tahap ini observer mengamati peneliti yang bertindak sebagai guru dalam kelas selama pelaksanaan tindakan. Selain itu pengamatan juga dilakukan terhadap perilaku dan aktifitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
e. Refleksi
Menganalisis, memahami, menjelaskan, dan menyimpulkan hasil dari pengamatan merupakan rangkaian kegiatan peneliti pada tahap refleksi. Jika
terdapat kekurangan pada siklus tersebut, maka peneliti merumuskan perbaikannya untuk diulangi pada siklus berikutnya. Demikian seterusnya hingga minimal 76 % siswa memperoleh nilai ≥75 (baik) (Yamtinah dan Saputro, 2013).
3.5 Fokus Penelitian
Berdasarkan hasil pengamatan, rumusan masalah dan tujuan penelitian yang mencermati aspek proses dari hasil belajar pada materi keberagaman sosial budaya masyarakat. Maka pelaksanaan penelitian dipokuskan pada proses dan hasil belajar, yang dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Fokus Proses dalam penelitian ini yaitu memfokuskan pada langkah-langkah penggunaan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL). Serta mengamati siswa dalam proses belajar serta (Peneliti) dalam menerapkan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) pada materi keberagaman sosial budaya masyarakat.
b. Fokus hasil dalam penelitian ini adalah memfokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari hasil observasi siswa siklus I dan II serta hasil evaluasi akhir siklus I dan II pada materi keberagaman sosial budaya masyarakat dengan menerapkan model pembelajaran project based learning (PjBL).
3.6 Prosedur Penelitian
Model penelitian tindakan kelas yang digunakan adalah model yang dikembangkan oleh Kemmia dan McTaggart dimana pada model ini terdapat empat rangkaian tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan (Planning), (2) pelaksanaan (Acting), (3) pengamatan (Observing), (4) Reflekasi (Reflecting).
Hal ini dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang dan setiap siklus harus terdapat keempat tahapan tersebut (Mahmud dan Priatna, 2008).
Berdasarkan penjelasan diatas peneliti memahami bahwa dalam Penelitian Tindakan Kelas dilakukan dengan tahapan-tahapan yang dimulai dari tahap perencanaan sampai dengan tahap refleksi yang dilaksanakan secara sistematis agar materi pembelajaran yang disampaikan dapat dipahami dengan baik oleh siswa sehinggah proses pembelajaran di dalam kelas dapat berjaalan dengan baik.
3.7 Teknik Pengumpulan Data 3.7.1 Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat lazim dalam metode penelitian.
Rahardjo (2011) Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan pancaindera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang .
Lebih lanjut Purnomo (2011) menjelaskan observasi selain sebagai salah satu tahap dalam pelaksanaan PTK sekaligus juga berfungsi sebgai alat untuk pengumpulan data. Metode ini sangat sesuai untuk merekam aktivitas yang bersifat proses. Misalnya mengamati kegiatan guru dalam proses pembelajaran, atau saat siswa sedang melakukan diskusi. Observasi yang dilakukan yakni melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis untuk mengetahui aktivitas guru pada saat terjadi proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran project based learning.
3.7.2 Tes
Purnomo (2011) menyatakan Metode tes bisa bersifat formal dan non formal. Dikatakan sebagai metode tes formal apabila dalam suatu kali tatap muka di kelas seluruhnya digunakan untuk kegiatan penyelenggaraan tes. Tes formal ini dapat dikatakan sebagai indirect assessment (asestmen yang bersifat tidak langsung). Artinya bahwa asestmen tersebut dilaksanakan secara terpisah dengan kegiatan pembelajaran, sehingga balikan baru akan diperoleh oleh para peserta didik pada pertemuan berikutnya setelah selesainya kegiatan tes. Tes formal bisa berbentuk tes tulis, tes lisan, dan tes kinerja. Metode tes tulis bentuk atau format instrumennya bisa berupa item tes isian, item tes uraian, pilihan benar salah, pilihan menjodohkan, dan pilihan ganda. Sedangkan metode tes kinerja instrumennya bisa berbentuk item paper/pen tes, item tes identifikasi, item tes simulasi, dan item uji petik kerja.
3.7.3 Dokumentasi
Selain melalui observasi dan tes untuk memperoleh data bisa melalui dokumentasi. Rahardjo (2011) menyatakan dokumentasi adalah pemerolehan informasi melalui fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat,
cenderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen seperti ini bisa dipakai untuk menggali infromasi yang terjadi di masa silam. Peneliti perlu memiliki kepekaan teoretik untuk memaknai semua dokumen tersebut sehingga tidak sekadar barang yang tidak bermakna.
3.8 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan soal tes.
3.8.1 Lembar Observasi Guru dan Siswa
Lembar observasi adalah lembar yang berisi isian yang digunakan selama proses pengamatan berlangsung.
Lembar observasi digunakan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran project based learning berlangsung, juga untuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa pada aspek kognitif.
3.8.2 Soal Tes Evaluasi
Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur tes hasil. Tes yang digunakan yakni pilihan ganda empat alternatif jawaban yaitu a, b, c, dan d.
Penyusunan instrumen dan kisi-kisi menggunakan butir soal dengan disesuaikan pada Kurikulum 2013 (Tematik). Indikator - indikator dijadikan sebagai tolak ukur dalam pengujian validitas isi dari nomor butir pertanyaan yang dijabarkan. Pemberian skor jawaban untuk soal pilihan ganda digunakan skor satu dan nol.
3.9 Teknik Analisa Data dan Indikator Keberhasilan
3.9.1 Teknik Analisis Data
Dalam proses mengumpulkan dan menganalisis data, peneliti melakukan tahapan - tahapan yaitu. sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan Data yang diperoleh dari hasil penelitian selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif. Data kualitatif dianalisis secara deskriptif.
Menurut Miles dan Huberman (1992) analisis data dilakukan dengan empat tahap, yaitu:
a. Data Collection
Pada tahap ini, semua data yang diperoleh dari lapangan dikumpulkan dan dicatat baik itu melalui pengamatan, wawancara, dan studi dokumentasi.
b. Data Reduction
Pada tahap ini data di telaah kembali serta memisahkan data yang dianggap penting dan tidak penting. Tahap ini diulang kembali untuk memeriksa kemungkinan kekeliruan dalam klasifikasi.
c. Data Display
Pada Tahap ini, data yang telah di klasifikasi kemudian di deskripsikan dengan memperhatikan fokus dan tujuan penelitian. Mendeskripsikan data bisa dilakukan dalam bentuk naratif, membuat grafik atau menyusunnya dalam bentuk tabel.
d. Conclusions
Pada Tahap ini, peneliti membuat kesimpulan berdasarkan deskripsi data dalam bentuk laporan hasil penelitian (Hidayah,2012).
Untuk keperluan analisis disusun pula suatu kategori yang menyatakan syarat agar siswa dikatakan berhasil dalam proses penajaran. Adapun kriteria yang digunakan untuk menentukan kategori kemampuan berinteraksi siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan media dianalisis secara kualitatif dengan kualifikasi seperti pada tabel berikut:
Taraf Keberhasilan kualifikasi
76% – 100 % Baik (B)
60% - 75% Cukup (C)
0% - 59% Kurang (K)
Tabel. 1 Indikator Keberhasilan Tindakan dalam Pembelajaran(Hidayah, 2012)
Untuk mengetahui nilai yang didapatkan oleh siswa maka digunakan rumus sebagai berikut.
Nilai = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 x 100
Sedangkan untuk mengetahui pesentasi keberhasilan hasil belajar seluruh siswa, yaitu :
Nilai = Siswa yang lulus
Jumlah seluruh siswa x 100
3.9.2 Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan ini meliputi indikator proses dan hasil dengan menerapkan model pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran menjadi salah satu alternatif solusi yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa serta
memahami materi keberagaman sosial budaya siswa kelas V UPTD SDN 29 Barru.
Berdasarkan fokus penelitian yang mencermati aspek proses dan hasil belajar materi keberagaman social budaya masyarakat, maka untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari kedua aspek tersebut, dibuatkan keberhasilan. Keberhasilan tersebut yakni Indikator keberhasilan proses, dan indikator keberhasilan hasil yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Indikator Proses
Penelitian dikatakan berhasil jika aktivitas yang ditunjukan guru dan siswa telah melaksanakan seluruh langkah – langkah dalam model Project Based Learning dengan mencapai kualifikasi baik (76% - 100%)
b. Indikator Hasil
Penelitian berhasil jika ≥ 76 % siswa kelas V telah mencapai SKBM dengan nilai yaitu ≥75. Maka penelitian tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya karena sudah mencapai keberhasilan.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian 4.1.1Deskripsi Kegiatan
Penelitian ini diawali dengan melakukan kegiatan observasi langsung di UPTD SDN 29 Barru dan mengumpulkan data awal tentang hasil belajar siswa, observasi ini dilaksanakan pada tanggal 15 Januari 2021. Dari observasi tersebut, terlebih dahulu peneliti bertemu sekaligus meminta izin kepada kepela sekolah untuk melaksanakan proses penelitian di sekolah yang menjadi tanggung jawabnya, dan kepalah sekolah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian disekolah tersebut.
Selanjutnya kepala sekolah mempertemukan peneliti dan guru kelas V untuk berdiskusi mengenai kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan dikelasnya yaitu, menerapkan sebuah model project based learning (PjBL) pada materi Keberagaman Sosial Budaya Masyarakat, pembelajaran 3, sub tema 2 Manusia dan Lingkungannya, Tema 8 Lingkungan Sahabat yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar keberagaman sosial budaya masyarakat siswa kelas V UPTD SDN 29 Barru.
Berdasarkan pada hasil observasi dan diskusi yang telah dilakukan peneliti dengan guru kelas V,
ditemukan data sebagai berikut : 1) Data dari hasil ulangan harian siswa, dari 23 siswa hanya terdapat 5 siswa (21,73%) yang mencapai Standar ketuntasan belajar minimal (SKBM) yang ditetapkan yaitu ≥ 75 dan 16 (78,62%) yang tidak mencapai SKBM yang ditetapkan ≤ 75 . 2) Data proses kegiatan belajar mengajar memperlihatkan, terdapat beberapa siswa yang tidak memahami materi, siswa bersifat pasif karena pembelajaran cenderung tidak menyenangkan bagi siswa, siswa kurang dalam berpikir kreatif dan kurang aktif dalam peroses pembelajaran di kelas..
Melihat data hasil observasi yang ditemukan tersebut, peneliti bersama guru kelas V bermaksud melakukan sebuah tindakan perbaikan yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar keberagaman sosial budaya masyarakat siswa kelas V UPTD SDN 29 Barru yaitu dengan menerapkan model pembelajaran project based learning (PjBL).
Penelitian ini dilaksanakan dalam II siklus dikarenakan pada evaluasi akhir siklus II proses dan hasil pembelajaran siswa telah berhasil. Pada siklus I dilaksanakan 1 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Siklus I dilaksanakan pada hari selasa, 29 Maret 2021, dan siklus II dilaksanakan pada hari rabu, 7 April 2021.
4.1.2 Hasil Penelitian Siklus I
Kegiatan siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, 29 Maret 2021, dikarenakan kondisi pandemi Covid 19 sekaraang dimana pembelajaran tatap muka di kelas diperbolehkan minimal 50% dari jumlah siswa maka dari 23 siswa dibagi menjadi 2 sesi. Untuk sesi pertama dimulai pada pukul 08.00 – 09.10 WITA, sedangkan sesi dua dimulai pukul 09.10 – 11.00 WITA. Tindakan siklus I meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Masing-masing kegiatan diuraikan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Pada tahapan perencanaan ini diawali dengan penyusunan dan pengembangan perencanaan yang dilakukan oleh peneliti yang terlebih dahulu dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Tahap perencanaan dilakukan dengan menerapkan model project based learning (PjBL) untuk meningkatkan hasil belajar keberagaman sosial budaya masyarakat siswa kelas V UPTD SDN 29 Barru.
Peneliti juga melakukan komunikasi terlebih dahulu dengan guru kelas V selaku observer demi kelancaran proses pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Selanjutnya peneliti menyiapkan beberapa hal yang diperlukan selama pelaksanaan tindakan, diantaranya peneliti melakukan sebagai berikut:
1) Menentukan waktu penelitian. Waktu yang direncanakan untuk tindakan siklus I adalah tanggal 29 Maret 2021.
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk pembelajaran 3 subtema 2 tentang keberagaman sosial budaya masyarakat tentang rumah adat nusantara, pakaian adat nusantara, dan tarian adat nusantara dengan menerapkan model project based learning (PjBL).
3) Mempersiapkan materi ajar keberagaman sosial budaya maasyarakat tentang rumah adat nusantara, pakaian adat nusantara, dan tarian adat nusantara dengan mencari sumber seperti buku guru dan buku siswa kelas V tema 8 kuriklum 13.
4) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan siswa untuk membuat sebuah proyek yang akan dikerjakan secara berkelompok.
5) Membuat Lembar Kerja Kelompok (LKK) siklus I.
6) Membuat soal evaluasi untuk siklus I.
7) Membuat kunci jawaban tes evaluasi dan pedoman penskoran siklus I.
8) Membuat lembar observasi guru dan lembar observasi siswa selama pembelajaran di kelas berlangsung.
9) Menyiapkan smartphone sebagai alat dokumentasi.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari senin, 29 Maret 2021 untuk sesi pertama dimulai pukul 08.00 – 09.10 WITA, dan untuk sesi 2 dimulai pada pukul 09.10-11.10 WITA. Materi yang ajarkan pada siklus I adalah materi keberagaman sosial budaya masyarakat tentang tarian adat nusantara, pakaian adat nusantara dan rumah adat nusantara.
Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti bertindak sebagai guru dan guru kelas V bertindak sebagai observer. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V yang berjumlah 23 orang.
Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada siklus I yaitu: 1) Melalui kegiatan membuat proyek Papan Informasi Keberagaman Sosial Budaya Masyarakat Indonesia siswa mampu mengidentifikasi
keragaman sosial budaya masyarakat yang ada di Indonesia. 2) Melalui kegiatan berdiskusi siswa mampu menunjukan sikap toleransi yang dapat dilakukan dalam keberagaman sosial budaya masyarakat di Indonesia. Dengan menerapkan model pembelajaran project based learning (PjBL).
Adapun tindakan pelaksanaan yang dilakukan dalam penerapan model project based learning (PjBL) diawali dengan guru memasuki ruangan kelas dan mengucapkan salam. Selanjutnya peneliti menyiapkan Peserta didik secara psikis dengan membuka kegiatan belajar mengajar dengan mengucapkan basmalah dan meminta ketua kelas untuk memimpin temannya untuk berdoa sebelum belajar. Selanjutnya guru menyakan kabar siswa. Kegiatan selanjutnya peneliti menyiapkan Peserta didik secara fisik dengan mengarahkan siswa untuk merapikan tempat duduk dan mengecek kehadiran siswa. Setelah itu menyampaikan tujuan pembelajaran, materi yang akan dipelajari, serta kegiatan yang akan dilakukan bersama.
Pada kegiatan inti, pembelajaran disesuaikan dengan langkah-langkah model pembelajara project based learning (PjBL) yaitu:
1) Langkah 1 menentukan pertanyaan mendasar Pada langkah pertama peneliti memberikan pertanyaan yang bersifat esensial atau mendasar kepada siswa agar siswa dapat berpikir untuk menyelesaikan susatu permasalahan yang diberikan.
Adapun pertanyaan yang diberikan yang berkaitan dengan materi keberagaman sosial budaya masyarakat seperti, a) Apa saja jenis – jenis budaya yang ada di Indonesia?, b) Rumah Adat apa saja yang kamu ketahui?, c) Apa ragam kesenian daerah di Indonesia?, dan d) Bagaimana sikapmu atas perbedaan budaya di Indonesia? ketika siswa menjawab pertanyaan tersebut namun krang tepat atau perlu dilengkapi, maka peneliti akan memberikan jawaban dan melengkapi jawaban dari siswa tersebut.
Setelah itu peneliti menjelaskan meateri keberagaman sosial budaya masyarakat yang ada di indonesia seperti rumah adat nusantara, pakaian adat nusantara,dan tarian adat nusantara.
2) Langkah 2 mendesain proyek yang akan dibuat
Peneliti sebagai guru membagi siswa menjadi 3 kelompok yang beranggotakan 4-5 orang siswa secara heterogen. Kemudian menjelaskan kepada siswa proyek yang akan dibuat yaitu masing -masing kelompok membuat papan informasi tentang rumah adat nusantara, pakaian adat nusantara, dan tarian adat nusantara yang ada di indonesia. Kemudian mengarahkan siswa untuk mendesain proyek yang akan dibuat sesuai dengan kreatifitas dan kesepakatan anggota kelompoknya.
3) Langkah 3 menyusun langkah – langkah pembuatan proyek
Peneliti membagikan lembar kerja kelompok kepada masing – masing kelompok. Kemudian memberikan arahan kepada siswa untuk mengsi langkah - langkah proses pembuatan proyek yang disesuaikan dengan langkah – langkah proses pembuatan proyek yang dikerjakan. Selain itu peneliti memberikan bimbingan kepada kelompok yang masih kurang paham baik dari penjelasan yang diberikan guru atau cara mengisi LKK yang diberikan.
4) Langkah 4 memonitor kemajuan proyek yang dikerjakan siswa
Peneliti menghampiri setiap kelompok untuk mengamati proses pengerjaan proyek yang dikerjakan siswa. Disamping itu peneliti juga memberikan bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan dan tak lupa peneliti mengingatkan kepada siswa untuk selalu menjaga kebersihan dan berhati – hati dalam menggunakan alat yang tajam seperti gunting.
5) Langkah 5 melakukan penilaian terhadap hasil kerja siswa
Peneliti meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil proyek yang telah dikerjakan.
Selanjutnya peneliti dan siswa lainnya memberikan tanggapan dari hasil proyek yang telah dikerjakan siswa. Peneliti dan siswa lainnya tidak lupa untuk memberikan apresiasi kepada kelompok yang telah mempresentasikan hasil proyek yang telah dibuat.
6) Langkah 6 melakukan evaluasi pengalaman yang diperoleh siswa.
Peneliti meminta siswa untuk menyampaikan pengalaman yang didapatkan dalam pembelajaran berbasis proyek. Kemudian peneliti menyampaikan
kesimpulan umum dari pengalaman yang didapatkan siswa.
Pada kegiatan akhir, peneliti memberikan evaluasi dan tes akhir berupa soal pilihan ganda dengan jumlah soal 10 nomor. Setelah selesai, soal evaluasi akhir dikumpul kemudian peneliti sebagai guru menyampaikan pesan-pesan moral dan meminta siswa untuk berhati – hati dijalan menuju kerumah dan tidak lupa belajar dirumah, dan yang terakhir peneliti mengajak siswa untuk berdoa.
c. Observasi
Hal-hal yang menjadi fokus dalam observasi pada siklus I ini adalah fokus proses/aktivitas dan ini dilakukan oleh peneliti yang bertindak sebagai guru dalam pembelajaran untuk menerapkan model pembelajaran project based learning (PjBL) pada materi keberagaman sosial budaya masyarakat dan aktivas siswa secara keseluruhan dalam mengikuti proses pembelajaran.
Berikut ini adalah hasil observasi yang dilakukan terhadap guru dalam proses pembelajaran dengan menerapkan model project based learning (PjBL):
1) Tahap menentukan pertanyaan mendasar Pada tahapan ini peneliti memberikan pertanyaan mendasar kepada siswa yang berkaitan dengan keberagaman sosial budaya masyarakat dan melengkapi jawaban siswa yang kurang tepat, serta peneliti menjelasakan materi keberagaman sosial budaya masyarakat yang ada di indonesia seperti rumah adat nusantara, pakaian adat nusantara dan tarian adat nusantara indonesia. Dalam tahapan ini peneliti sudah melaksanakan ketiga indikator tersebut sehinggah dari hasil deskripsi ini tercapai kategori baik (B).
2) Tahap mendesain proyek yang akan dibuat Dalam tahapan ini peneliti membagi siswa menjadi 3 kelompok yang beranggotakan 4 – 5 orang siswa. Peneliti juga menjelaskan proyek yang akan dibuat yaitu, kelompok 1 membuat papan informasi keberagaman sosial budaya masyarakat tentang rumah adat nusantara, kelompok 2 membuat papan informasi keberagaman sosial budaya masyarakat tentang pakaian adat nusantara, dan kelompok 3 papan informasi keberagaman sosial budaya masyarakat tentang tarian adat nusantara. Serta peneliti mengarahkan setiap kelompok untuk
mendesain proyek yang akan dibuat sesuai dengan kreatifitas dan kesepakatan anggota kelompok.
Namun peneliti belum terlalu baik mengarahkan siswa untuk mendesain proyek yang akan dibuat, sehinggah siswa cenderung bingun untuk mendesain proyek yang akan dibuat. Sehinggah dari hasil deskripsi yang telah dijabarkan , tahapan ini tercapai dengan kategori cukup (C).
3) Tahap menyusun langkah – langkah pembuatan proyek
Pada tahapan ini peneliti membagi lembar kerja kelompok kepada masing – masing kelompok. Dan peneliti memberikan arahan kepada siswa untuk mengisi langkah – langkah yang ada di LKK sesuai dengan langkah – langkah proses pembuatan proyek ysng dikerjakan. Serta memberikan bimbingan kepada kelompok yang masih kurang paham dari penjelasan yang diberkan sebelumnya, dalam haal ini peneliti belum terlalu baik dalam memberikan bimbingan kepada kelompok yang masih kurang paham, sehinggah tahapan ini tercapai dengan kategori cukup (C).
4) Tahap memonitor kemajuan proyek yang dikerjakan siswa
Pada tahapan ini peneliti menghampiri setiap kelompok untuk mengamati proses pengerjaan proyek yang dikerjakan, dan peneliti memberikan bantan atau bimbingan kepada kelompok yang mengalami kesulitan, serta peneliti memberikan arahan kepada siswa untuk senantiasa selalu menjaga kebersihan dan berhati – hati dalam menggunakan alat yang tajam seperti gunting. Namun pada tahap ini peneliti tidak terlalu baik dalam memberikan bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan dan pada saat memberikan arahan untuk menjaga kebersihan serta berhati – hati dalam menggunakan alat yang tajam seperti gunting. Sehinggah tahapan ini tercapai dengan kategori kurang (K).
5) Tahap melakukan penilaian terhadap hasil kerja siswa
Dalam tahapan ini peneliti memberikan arahan kepada kelompok untuk mengutus satu anggota kelompoknya untuk mempresentasikan hasil proyek yang dikerjakan ,dan peneliti memberikan tanggapan dan umpang balik dari hasil proyek yang telah dikerjakan, serta memberikan apresiasi dan hadiah kepada kelompok yang kompak dan hasil kerja proyeknya bagus dan kreatif. Namun pada tahap ini peneliti
belum terlalu baik dalam memberikan tanggapan dan umpang balik dari hasil proyek yang telah dikerjakan.
Sehinggah tahapan ini tercapai dengan kategori cukup (C).
6) Tahap melakukan evaluasi pengalaman yang diperoleh siswa.
Pada tahapan ini peneliti meminta siswa untuk menyampaikan pengalaman yang didapatkan dalam pembelajaran berbasis proyek, dan peneliti menyampaikan kesimpulan umum dari pengalaman belajar yang didapatkan siswa serta peneliti memberikan soal kepada siswa sebagai bentuk evaluasi pembelajaran. Peneliti sudah baik dalam melaksanakan ketiga indikator tersebut sehinggah tahapan ini tercapai dengan kategori baik (B).
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh guru kelas V sebagai observer terhadap peneliti dalam pelaksanaan proses pembelajaran paada siklus I menunjukkan bahwa dari 6 tahapan yang dilakukan dengan menerapkan langkah – langkah model pembelajaran project based learning (PjBL) taraf keberhasilan yang dicapai tergolong dalam kategori cukup (C).
Selain dari aspek guru, peneliti juga melakukan observasi terhadap kegiatan siswa yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran dengan tahapan sebagai berikut :
1) Tahap menentukan pertanyaan mendasar Pada tahapan ini peneliti memberikan pertanyaan mendasar kepada siswa yang berkaitan dengan keberagaman sosial budaya masyarakat dan melengkapi jawaban siswa yang kurang tepat, serta peneliti menjelasakan materi keberagaman sosial budaya masyarakat yang ada di indonesia seperti rumah adat nusantara, pakaian adat nusantara dan tarian adat nusantara indonesia. Namun dalam tahapan ini hanya terdapat 10 siswa yang tergolong dalam kategori baik (B) karena dapat menjawab pertanyaan dari guru dan menyimak dengan baik ketika guru melengkapi jawaban yang kurang tepat dari siswa serta memerhatikan ketika guru menjelaskan materi. Sedangkan 13 orang lainnya tidak dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dan tergolong dalam kategori cukup (C). Maka dari hasil tahapan ini persentase yang diperoleh tercapai dengan kategori baik (B).